ASPEK TROPIS PADA BANGUNAN KOLONIAL LAWANG SEWU SEMARANG
ABSTRAKSI
•
BARAT
: Tugu Muda dan gedung
Wisma Perdamaian.
PENDAHULUAN •
SELATAN : Jalan Pandanaran dan Gereja Kathedral. ARSITEK Saat
itu
: arsitek
yang
mendapat
kepercayaan untuk membuat desain adalah Ir P de Rieau. Ada beberapa cetak biru bangunan itu, antara lain A 387 Ned. Ind. LOKASI
: Spooweg Maatschappij yang dibuat Februari
terletak di Jalan Pemuda (di
1902, A 388 E Idem Lengtedoorsnede bulan
sekitar
Tugu
merupakan
September 1902, dan A 541 NISM Semarang
perempatan Jalan Pandanaran, Jalan Dr.
Voorgevel Langevlenel yang dibuat tahun
Soetomo
1903. Ketiga cetak biru tersebut dibuat di
dan
Muda), Jalan
Soegijapranata
Semarang.
Amsterdam.
BATAS - BATAS: •
•
UTARA
: Jalan Pemuda,
Namun sampai Sloet Van Den Beele meninggal, pembangunan gedung itu belum
berhadapan dengan gedung
dimulai.
Pandanaran.
menunjuk Prof Jacob K Klinkhamer di Delft
TIMUR
dan BJ Oudang untuk membangun gedung
: Bangunan komersil.
Pemerintah
Belanda
kemudian
NIS di Semarang dengan mengacu arsitektur gaya Belanda.
Terbukti masih terdapat sejumlah bangunan TAHUN DIBANGUN
kolonial yang tersisa. Bangunan tersebut ada :
Th. 1863-1877 (yang terbangun
yang berada di daerah utara kota Semarang,
hanya sebagian saja dan belum resmi
yaitu kawasan Kota Lama, ada juga yang
digunakan).
1908-1913
berada di tengah-tengah kota, salah satunya
(pembangunan secara intensif). Resmi
Lawang Sewu. Dimana dalam perkembangan
digunakan 1 Juli 1907.
bentuk bangunannya tidak dapat dipisahkan
Th.
dari perkembangan bentuk-bentuk bangunan FUNGSI BANGUNAN
Eropa : pada masa lalu, meskipun dalam
Semula Lawang Sewu milik NV
penerapan gayanya tidak sesempurna di Eropa
Nederlandsch
Indische
Spoorweg
Mastshappij (NIS), yang merupakan cikal bakal perkeretaapian di Indonesia. Setelah
serta waktu terbangunnya selang beberapa tahun. Nama Lawang Sewu memang tak asing lagi
Indonesia merdeka Lawang Sewu dipakai
bagi
sebagai
bersejarah tersebut merupakan salah satu “
kantor
perkeretaapian
milik
warga
Kota
Semarang.
Bangunan
Indonesia, yaitu Perusahaan Jawatan
tetenger “
Kereta Api (PJKA). Lalu pada tahun
menonjol pada daerah Tugu Muda dan
1949 Lawang Sewu digunakan sebagai
berperan dalam membentuk citra lingkungan
kantor administrasi oleh KODAM IV
setempat. Dijuluki Lawang Sewu ( pintu
DIPONEGORO.
1994
seribu ) karena memiliki begitu banyak pintu
Lawang Sewu disewa oleh PT. Binangun
serta busur-busur yang mengesankan rongga.
Artha Perkasa (BAP) dan Perumka
Juga merupakan salah satu saksi bisu dari
DAOP IV Semarang dalam perjanjian
sejarah Kota Semarang yang masih berdiri
Memorandum of Understanding. Setelah itu
sampai sekarang ini. Namun Lawang Sewu
Lawang Sewu kemudian ditempati oleh
tak hanya terkait dengan peristiwa heroic
Departemen Perhubungan selama sekitar
pertempuran Lima Hari, lebih dari itu
2 tahun. Dan oleh karena Pajak Bumi dan
bangunan unik tersebut tak bisa lepas dari
Bangunan yang sangat besar, Lawang
sejarah perkeretaapian di Indonesia.
Pada
tahun
Sewu dijual ke pihak swasta.
Kota Semarang yang sangat
Menurut rangkuman sejarah yang disusun oleh PT KA, semula Lawang Sewu milik NV
LATAR BELAKANG SEJARAH
Nederlandsch :
Indische
Spoorweg
Kota Semarang merupakan salah satu
Mastshappij ( NIS ), yang merupakan cikal
kota bekas peninggalan zaman kolonial.
bakal perkeretaapian di Indonesia. Saat itu ibu
kota negeri jajahan ini memang berada di
Namun sampai Sloet Van de Beele
Jakarta. Namun perkembangan kereta api
meninggal, pembangunan gedung itu belum
dimulai di Semarang. Jalur pertama yang
dimulai.
dilayani
Semarang-
menunjuk Prof Jacob K Klinkhamer di Delft
jalur
itu
dan Bj Oudang untuk membangun Gedung
dimulai 17 Juni 1864, ditandai dengan
NIS yang mengacu arsitektur gaya Belanda.
pencangkulan pertama oleh Gubernur
Lokasi yang dipilih adalah lahan seluas 18.232
Jendral Hindia Belanda Sloet Van Den
m² di ujung Jalan Bojong berdekatan dengan
Beele. Tiga tahun kemudian, yaitu 19 Juli
Jalan Pandanaran dan Jalan Dr Soetomo.
1868
mengangkut
Tampaknya posisi itu kemudian mengilhami
penumpang umum sudah menjalani jalur
dua arsitektur dari Belanda tersebut untuk
sejauh
membuat gedung bersayap, terdiri atas gedung
saat
Yogyakarta.
kereta 25
itu
adalah
Pembangunan
api km
yang dari
Semarang
ke
Belanda
kemudian
induk , sayap kiri, dan sayap kanan. Lawang
Tanggung. Dengan beroperasinya jalur tersebut, NIS membutuhkan kantor untuk
Pemerintah
melaksanakan
sewu resmi digunakan pada tanggal 1 Juli 1907.
pekerjaan-
pekerjaan administratif. Lokasi yang
KONSEP PERANCANGAN
dipilih kemudian adalah di ujung jalan
Lawang Sewu, satu diantara sedikit
Bojong ( kini jalan Pemuda ). Lokasi itu
bangunan
merupakan
Jalan
arsitektur yang kuat perpaduan antara
Pandanaran, Jalan Dr Soetomo dan
pengaruh luar ( indische ) dengan keunikan
Jalan
jalan
lokal yang kental dan tanggap terhadap iklim
Soegijapranata ). Saat itu arsitek yang
maupun lingkungan sekitar yang masih
mendapat kepercayaan untuk membuat
tersisa.
perempatan
Siliwangi
(
kini
yang
mempunyai
:
integritas
desain adalah Ir P de Rieau. Ada
Dari segi tampilan bangunannya gedung
beberapa cetak biru bangunan itu,
Lawang Sewu menganut gaya Romanesque
antara lain A 387 Ned. Ind. Spooweg
Revival dengan ciri yang dominan yaitu memiliki
Maatschappij
Februari
elemen-elemen arsitektural yang berbentuk lengkung
1902, A 388 E Idem Lengtedoorsnede
sederhana dan dirancang dengan pendekatan iklim
bulan September 1902, dan A 541
setempat.
NISM Semarang Voorgevel Langevlenel
dengan adanya dua fasade serta penggunaan
yang dibuat tahun 1903. Ketiga cetak
menara pada gedung Lawang Sewu sedikit
biru tersebut dibuat di Amsterdam.
banyak diilhami oleh bentuk bangunan
yang
dibuat
Penyelesaian
bangunan
sudut
sudut kota-kota Eropa zaman abad pertengahan yang masih berkembang sampai saat ini. Secara umum gedung Lawang Sewu
Gedung Lawang Sewu terletak
tidak memiliki simbol yang penting
pada tanah relatif datar dengan view utama
namun bila ditinjau dari skala kota atau
bundaran Simpang Lima pada sisi luarnya
wilayah
keberadaan
dan lapangan upacara di bagian dalamnya.
terletak
di
gedung
yang Kota
Mengingat keberadaannya yang
Semarang ini, keberadaannya sangat
terletak di tengah Kota Semarang maka
berarti
citra
faktor kebisingan, debu dan polusi yang
lingkungan dan mampu tampil sebagai
diakibatkan oleh aktivitas jalan raya sangat
“landmark”
potensial
tengah-tengah
bagi
pembentukan bagi
Kota
Semarang.
mengganggu.
Penggunaan
Keseluruhan gedung ini merupakan
vegetasi-vegetasi yang ada berfungsi untuk
karya yang sangat indah sehingga
mereduksi beberapa gangguan tersebut. Dari
dijuluki “ Mutiara dari Semarang “.
pola tata massa yang ada dapat dilihat bahwa orientasi terhadap ruang luar diarahkan ke
LANSEKAP & TATA BANGUNAN :
lapangan di bagian dalam site. Hal ini
Kompleks gedung Lawang Sewu terdiri
ditandai dengan dimensi yang diberikan pada
atas dua massa bangunan utama. Yang
lapangan memiliki porsi yang jauh lebih
di sebelah barat berbentuk “I” dengan
besar daripada ruang luar di bagian depan. Mengingat
pertemuan kakinya menghadap Tugu
Lawang
keberadaan Sewu
yang
dari
Muda, dan di sebelah timur merupakan
gedung
dahulu
massa linier
membujur dari barat ke
difungsikan sebagai kantor maka aktivitas
timur. Semua bangunan pada Lawang
pada ruang luar bukan merupakan sesuatu
Sewu berlantai dua.
yang dominan dimana ruang luar tampaknya hanya difungsikan sebagai lapangan upacara terbukti dengan masih adanya tiang bendera yang masih kokoh.
dasar setinggi 50 cm. Sehingga banjir dapat terhindar
disamping
halamannya
yang
dibiarkan alami tanpa perkerasan sehingga air hujan dapat meresap dengan cepat kedalam tanah. Jalur pedestrian pada ruang luar gedung ini tampak kurang dominan. Hal ini disebabkan ruang-ruang yang ada telah dihubungkan melalui koridor-koridor yang ada yang juga berfungsi sebagai teras pada bagian dalam atau sisi dalam gedung ini. Seperti
yang
sebelumnya,
telah
bahwa
diutarakan
dalam
proses
INTERIOR & TATA RUANG DALAM
perancangannya arsitek gedung Lawang Sewu mengadakan pendekatan terhadap
•
iklim setempat, baik dari pemakaian
menara
bahan maupun juga rancang bangun
membentuk
yang kontekstual terhadap lingkungan.
berbentuk kubah.
Hingga
sampai
saat
ini
Pada daerah pintu masuk diapit oleh dua yang
pada
“topola”
bagian
atasnya
persegi
delapan
pun
kehadirannya masih relevan dan layak untuk daerah yang memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Akibat tersebut
maka
dari
musim
bentuk
atap
hujan yang
digunakan adalah atap perisai dengan
Bukaan pada pintu masuk merupakan pintu
sudut kemiringan atap 45 ° sehingga air
berdaun ganda dengan panel tebal dan
hujan dengan cepat jatuh kebawah.
kedap yang terbuat dari kayu.
Penggunaan tritisan (over stack) terlihat pula pada gedung ini untuk menghindari percikan air masuk ke ruangan. Begitu juga di bagian bawah (kaki) terjadi peninggian peil lantai dari peil tanah
:
ruang yang satu dengan ruang yang lainnya.
• • • •
Pola sirkulasi di dalam ruangan adalah
Di atas pintu terdapat bukaan untuk
sirkulasi linier serta hubungan antar
boventlicht. Jendela dengan ambang
ruang
atas
dihubungkan
berbentuk
lengkung
dan
adalah
langsung dengan
yaitu
pintu-pintu
berdimensi lebar.
ambang bawahnya tidak disanggah. Tipe jendela yang digunakan adalah
Sedangkan pola sirkulasi antara ruang satu
jendela
krepyak
dengan ruang lain dihubungkan dengan
dengan ukuran skala yang demikian
pintu berukuran sedang dengan tinggi 2
tinggi ± 3 meter dengan ukuran
meter dan lebar 1 meter dengan penataan
lebar ± 2,5 meter yang berfungsi
ruang berpola grid.
ganda
dengan
untuk memaksimalkan udara yang masuk ke dalam ruangan. Selain itu ukuran memberi
seperti
ini
kesan
juga
dapat
megah
dan
•
Besaran bangunan
yang
Lawang
ada
Sewu
pada
berkisar
antara 12m² sampai 30 m². Ruangruang tersebut berfungsi sebagai ruang
monumental.
kantor •
ruang
dan
ruang
pertemuan,
dilapisi
sedangkan pada bangunan sebelah kiri
marmer cokelat dan hitam, serta
pada lantai bawah terdapat sebuah
keramik putih kusam berukuran 30
ruangan dengan lebar ruang 6 x 10
x 30cm baik pada ruangan dalam
meter yang dilengkapi pintu pada
maupun selasar dengan lebar selasar
ujung
1,5 meter yang menghubungkan
menghubungkan dengan ruang lain
Untuk
lantai
bangunan
sebelah
dan basement.
barat
yang
kuda-kuda yang digunakan pada gedung ini •
Di bagian tengah ruangan (lobby)
sudah diterapkan bahan dari baja.
terdapat tangga naik menuju lantai dua dengan ukuran lebar tangga 6 meter yang terbuat dari beton dan dilapisi tegel warna abu-abu. Pada bagian bordes
terdapat jendela
kaca patri berukuran 2 x 3 meter yang dihiasi dengan hiasan bungabungaan berwarna hijau, kuning
• ini
Dilihat
dari
yang
relatif
tebal,
maka
dapat
Sedangkan untuk elemen ruang
diprediksikan masih belum menggunakan
seperti perabotan sangat jarang
tulangan melainkan hanya terbuat dari batu
dijumpai mengingat gedung ini
bata yang disusun dalam sistem pasangan
sudah lama tidak digunakan.
dua bata dengan ukuran 60x80 cm. •
SISTEM STRUKTUR •
:
dimensi kolom yang digunakan pada gedung
dan merah. •
KOLOM
BALOK : Menggunakan baja profil
: Pondasi yang
tipe “I” yang dipasang melintang, sedangkan
digunakan pada gedung ini adalah
pada arah memanjang terdapat pula balok
pondasi setempat yang terbuat dari
yang terbuat dari kayu.
PONDASI
beton yang ditanam sedalam 125 cm dari muka tanah asli. Sedangkan di
•
DINDING
: Ada 2 jenis dinding
sekeliling bangunan diberi pondasi batu
yang digunakan yaitu dinding pemikul dan
kali.
dinding masif. Pada dinding bagian luar yang
Di bawah pondasi diberi lantai kerja
berhubungan langsung dengan beban kuda-
setebal 50 cm. Pondasi beton yang
kuda dimensinya lebih besar daripada
digunakan diprediksikan masih belum
dinding yang ada di bagian dalam yang
menggunakan tulangan karena dimensi
hanya berfungsi sebagai dinding pemisah
lantai kerja yang digunakan hampir di
antar ruangan.
seluruh luasan bangunan relatif sangat tebal. Tetapi bila dilihat dari konstruksi
•
KUDA- KUDA
: Kuda-
•
AIR KOTOR
: Air kotor langsung
kuda yang digunakan terbagi menjadi 2
disalurkan keselokan yang ada di sekitar site
jenis yaitu kuda-kuda baja dan kuda-
sehingga
kuda kayu. Secara garis besar gedung ini
penampungan atau bak kontrol dimana air
terbagi atas dua bentuk massa bangunan
tersebut dialirkan melalui pipa yang ditanam
yaitu massa bangunan yang berbentuk
di dalam tanah.
“L”
dan
massa
bangunan
tidak
menggunakan
tempat
yang •
berbentuk “I”.
AIR HUJAN
: Saluran air hujan
Pada massa bangunan yang berbentuk
dari atap di tampung pada talang terbuka
“L” sudah menggunakan kuda-kuda
dengan ukuran lebar ± 40 cm kemudian
dari
massa
disalurkan melalui pipa tertutup ke bawah
bangunan yang berbentuk ‘I” masih
tanah yang berada di basement yang
menggunakan kuda-kuda dari kayu
kemudian air tersebut dipergunakan kembali
model kuda-kuda gantung, tipe kuda-
setelah diproses.
baja.
Sedangkan
pada
kuda Belanda. Atap yang digunakan adalah limasan dengan majemuk yang ditutup dengan genteng, dengan sudut kemiringan atap kurang lebih 45º.
SISTEM UTILITAS •
Sedangkan pada tiap-tiap lantai di bagian bersih
selasar diberikan aliran-aliran dari beton
diperoleh / diambil dari sumur besar di
untuk menampung air hujan yang kemudian
luar site yang langsung di pompa menuju
dibuang ke bawah tanah melalui selokan
tandon yang berada di atas bangunan
terbuka dari beton dengan ukuran lebar 40
menara
cm.
AIR BERSIH
kembar
:
Air
kemudian
baru
disalurkan ke seluruh bangunan (sistem down feet).
Untuk drainase air hujan pada bagian ruang
luar
umumnya
menggunakan
peresapan setempat walaupun ada juga selokan-selokan digunakan
untuk
kecil
terbuka
mengumpulkan
yang dan
mengalirkan air hujan yang jatuh dari atap
melalui talang yang ada. Salah satu hal
bukaan-bukaan (pintu, jendela, dan ventilasi)
yang menarik dari gedung ini ialah
yang berukuran luas.
adanya saluran penangkal banjir yang Sedangkan
dapat terlihat dengan jelas.
untuk
pencahayaan
buatan digunakan lampu bohlam dan •
MEKANIKAL : Instalasi listrik
lampu neon dengan warna cahaya
diperoleh dari PLN yang disalurkan
lampu putih sesuai dengan warna
melalui
bangunan
gardu
induk
kemudian
yang
hampir
semua
selanjutnya disalurkan ke masing-masing
berwarna putih untuk mengesankan
massa bangunan.
formal sebagai bangunan perkantoran
Jaringan kabel dibiarkan kelihatan atau
dan
tidak
bangunan arsitektur Belanda.
ditanam
ke
dalam
tembok
melainkan di tempel di balok dan kolom
juga
merupakan
ciri
khas
Dalam hal pengaturan sirkulasi udara, sangat diperhatikan kondisi
bangunan.
iklim setempat yaitu iklim tropis yang diwujudkan melalui penerapan prinsip
FISIKA BANGUNAN Pada musim kemarau pada daerah
ventilasi silang dan peninggian langit-
yang beriklim tropis, panas matahari
langit. Pada beberapa tempat pada
kadang
bubungan
berlebihan
sehingga
bangunan
ini
terdapat
menimbulkan hawa panas pada suatu
menara kecil yang berfungsi sebagai
ruangan. Bukaan-bukaan pada gedung
ventilasi sekaligus berfungsi sebagai
Lawang Sewu dibuat cukup lebar
estetika yang dapat menambah kesan
dikarenakan ruangan-ruangan yang ada
keanggunan dari bangunan ini.
di dalamnya cukup luas. Sistem pencahayaan yang digunakan pada gedung ini terdapat 2 macam, yaitu pencahayaan alami dari jendela-jendela dan boventlicht yang terdapat pada setiap ruangan sedangkan yang kedua adalah pencahayaan buatan yaitu instalasi listrik dari PLN. Pemanfaatan pencahayaan alami pada gedung ini sangat maksimal terbukti dengan banyaknya terdapat