ASPEK TEKNIS DAN PEMANFAATAN KAPAL INKA MINA DI PPP TEGALSARI, TEGAL DAN PPS CILACAP, JAWA TENGAH
WIENDA JUSTITIA ARDIYANI
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aspek Teknis dan Pemanfaatan Kapal Inka Mina di PPP Tegalsari, Tegal dan PPS Cilacap, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2015
Wienda Justitia Ardiyani NIM C44100007
ABSTRAK WIENDA JUSTITIA ARDIYANI. Aspek Teknis dan Pemanfaatan Kapal Inka Mina di PPP Tegalsari, Tegal dan PPS Cilacap, Jawa Tengah. Dibimbing oleh BUDHI H ISKANDAR dan DENI ACHMAD SOEBOER. Pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 01 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Nasional tahun 2010 dan Peraturan Presiden No. 10 tahun 2011 membantu nelayan dalam pelaksanaan percepatan pembangunan di tahun 2010. Salah satu program yang dilakukan yaitu dengan memberikan bantuan 1000 kapal bagi nelayan. Hingga tahun 2013 sudah dibangun 208 kapal Inka Mina yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek teknis kapal Inka Mina, mengetahui pola kerja bagi kelompok nelayan dalam mengoperasikan kapal bantuan, dan mengetahui pemanfaatan kapal bantuan pemerintah bagi nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari Kota Tegal dan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Kota Madya Cilacap, Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan melakukan survei di Tegal dan Cilacap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesifikasi Kapal Inka Mina masih sesuai dengan ketentuan Kapal Perikanan menurut Iskandar dan Pujiati, 1995. Pembentukan KUB diserahkan sepenuhnya kepada ketua KUB masing-masing sehingga pencarian pemodal atau penyandang dana juga menjadi tanggung jawab bagi KUB. Kapal Inka Mina yang diberikan kepada nelayan di PPP Tegalsari dan PPS Cilacap sudah dapat dimanfaatkan oleh nelayan dengan perubahan terhadap beberapa bagian kapal seperti melaminasi ulang dek kapal, meninggikan sheer, memperbaiki tutup dan bagian dinding palka, mengatur ulang sistem pendingin, menghilangkan bagian atas dek kapal yang dianggap kurang berfungsi, membuat ruang alat tangkap, menambahkan bilge keel, memperbaiki instalasi lampu sebagai alat bantu penangkapan. Perubahan alat tangkap dilakukan oleh nelayan di Cilacap, alat tangkap yang semula adalah longline diubah menjadi gillnet. Beberapa faktor menjadi alasan perubahan alat tangkap tersebut. Kata kunci: Kapal, Inka Mina, KUB, Tegal, Cilacap
ABSTRACT WIENDA JUSTITIA ARDIYANI. Technical Aspects and Utilization Of The Inka Mina In PPP Tegalsari, Tegal and PPS Cilacap, Central Java. Supervised by BUDHI H ISKANDAR and DENI ACHMAD SOEBOER. Indonesian government through the Presidential Instruction No. 01/2010 on The Acceleration of The Implementation of National Priorities and Presidential Regulation No. 10/2011 had supported fishermen in the implementation of the acceleration of development in 2010. One of the programs was giving aid as many as 1000 fishing vessels for fisherman. Until 2013, there had been built 208 Inka Mina fishing vessels, distributed in all regions in Indonesia. This research aimed to know the technical aspects of Inka Mina fishing vessels, the working pattern of Kelompok Usaha Bersama/KUB (a kind of joint venture group of fisherman) in operating fishing vessel and find out the utilization of the government assistance for the fishermen based in PPP Tegalsari, Tegal and PPS Cilacap, Cilacap, Central Java. Descriptive-comparative methods were used in this research. The results showed that specification of Inka Mina were clasified to fishing vessels category by Iskandar and Pujiati, 1995. The establishment of a KUB submitted to KUB leader and the search financier or financier also is the responsibility of each KUB. Inka Mina fishing vessels that have bee given to fishermen in PPP Tegalsari and PPS Cilacap can be used by some modifications such as repeated deck laminating, exented sheer, fix the hatch cover and its wall, rearrange a cooling system, taking away a part the deck of a ship that is considered poorly functioning, setting up room of fishing gear, added bilge keels, and fix the lighting system as an auxiliary system in fishing process. In Cilacap, based on several reasons, fishermen changed fishing gear that was initially longline to gillnet. Keywords: Fishing vessel, Inka Mina, KUB, Tegal, Cilacap
ASPEK TEKNIS DAN PEMANFAATAN KAPAL INKA MINA DI PPP TEGALSARI, TEGAL DAN PPS CILACAP, JAWA TENGAH
WIENDA JUSTITIA ARDIYANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah pelaksanaan program kapal bantuan bagi nelayan, dengan judul Aspek Teknis dan Pemanfaatan Kapal Inka Mina Di PPP Tegalsari, Tegal dan PPS Cilacap, Jawa Tengah. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah banyak membantu dan memberikan masukan kepada : 1) Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar, MSi dan Dr Deni Achmad Soeboer, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini; 2) Ir Wawan Oktariza, MSi selaku dosen penguji tamu; 3) Retno Muninggar, SPi ME sebagai komisi pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan; 4) Bapak dan Ibu dosen di Departemen Sumberdaya Perikanan untuk semua ilmu yang telah diberikan; 5) Bapak Saiful Purnamaji selaku pihak DKP Cilacap yang telah banyak membantu dan seluruh Ketua dan Anggota KUB di Cilacap dan Tegal 6) Ayahanda B. Budhi Pardiyanto dan Ibunda Astea Bidarsari sebagai orang tua, Annisa Gantina dan Adhitya Anugerah Yoga sebagai adik tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa 7) Azhar, Riyana, Tesa, Dikha, Wanda, Febrina, Debby, Olga, Jannah, Sandya, Octa, dan seluruh teman-teman PSP 47. 8) FDC-IPB terutama teman-teman diklat 29 atas segala doa dan kasih sayangnya, adik-adik diklat 30, 31, dan 32 FDC-IPB. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2015
Wienda Justitia Ardiyani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1 Perumusan Masalah ............................................................................................. 2 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2 METODE ................................................................................................................ 2 Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................................... 2 Alat Penelitian...................................................................................................... 3 Metode Penelitian ................................................................................................ 3 Data ...................................................................................................................... 3 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5 Spesifikasi Kapal Inka Mina ................................................................................ 5 Hubungan Daya Tenaga Penggerak dengan Kecepatan Kapal ............................ 9 Program Bantuan Kapal Inka Mina ................................................................... 11 Sistem Kerja Kelompok Nelayan ...................................................................... 13 Pengoperasian Kapal Inka Mina ........................................................................ 18 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 26 Kesimpulan ........................................................................................................ 26 Saran .................................................................................................................. 26 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 26
DAFTAR TABEL 1 Kisaran rasio dimensi utama jenis kapal ikan umumnya di Indonesia 2 Dimensi utama dan rasio dimensi utama Kapal Inka Mina di Cilacap 3 Dimensi utama dan rasio dimensi utama Kapal Inka Mina di Tegal 4 Realisasi pengadaan Kapal Inka Mina di Indonesia 5 Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Cilacap dan Tegal penerima Inka Mina 6 Daftar pemanfaatan Kapal Inka Mina di beberapa daerah di Indonesia 7 Analisis biaya operasional Kapal Inka Mina di Cilacap dan Tegal
5 5 6 11 14 19 24
DAFTAR GAMBAR 1 Peta lokasi penelitian 2 Kapal Inka Mina di Cilacap 3 General Arrangement Kapal Inka Mina di Cilacap (a) tampak samping (b) tampak atas 4 Kapal Inka Mina di Tegal 5 General Arragement Kapal Inka Mina di Tegal (a) tampak samping (b) tampak atas 6 Kurva kecepatan maksimum Kapal Inka Mina di Cilacap 7 Kurva kecepatan maksimum Kapal Inka Mina di Tegal (a) 8 Kurva kecepatan maksimum Kapal Inka Mina di Tegal (b) 9 Skema pemberian Kapal Inka Mina oleh KKP 10 Skema pembentukan KUB di Cilacap 11 Palka ikan di Kapal Inka Mina (a) Cilacap dan (b) Tegal setelah mengalami perbaikan 12 Alat tangkap gillnet dua lapis di Cilacap 13 Alat tangkap purse seine di Tegal 14 Alat tangkap di Kapal Inka Mina (a) Cilacap dan (b) Tegal
3 7 7 8 8 9 10 10 12 14 20 21 22 23
PENDAHULUAN Latar Belakang Instruksi Presiden No. 01 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 merupakan awal mula perencanaan pemberian kapal bantuan bagi nelayan untuk membantu percepatan pelaksanaan pembangunan di tahun 2010 saat itu, selanjutnya melalui Peraturan Presiden No.10 tahun 2011 lebih ditekankan lagi mengenai program bantuan tersebut. Presiden secara langsung meminta kepada menteri-menteri terkait untuk membantu percepatan kesejahteraan nelayan sehingga program Peningkatan Kesejahteraan Nelayan (PKN) dapat terealisasikan. Program yang dilakukan oleh 11 Kementrian ini bertujuan untuk membantu kesejahteraan nelayan baik dalam aspek sosial, ekonomi, pengadaan fasilitas maupun kegiatan usaha untuk meningkatkan taraf hidupnya. Program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN) merupakan program dari Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) yang dicanangkan untuk nelayan di berbagai daerah. Salah satu bentuk dari program ini adalah pemberian bantuan kapal bagi nelayan di berbagai daerah. Bantuan kapal yang diberikan berbagai ukuran, mulai dari kapal 10 GT hingga 30 GT. Pemberian kapal ini umumnya belum mempertimbangkan berbagai aspek kedaerahan dari nelayan maupun daerah penangkapan ikan (fishing ground) di lokasi nelayan berada. Berbagai kendala tersebut akhirnya membuat nelayan cenderung menggunakan kapal milik mereka sendiri dan menyia-nyiakan kapal bantuan pemerintah yang telah diberikan ini. Kapal bantuan yang tidak digunakan biasanya hanya dibiarkan saja tanpa perawatan bahkan ada pula yang dijual untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Ukuran kapal yang terlalu besar terkadang tidak sesuai dengan kondisi perairan daerah penangkapan yang dangkal serta kurangnya keterampilan nelayan, sehingga menjadikan kapal bantuan tersebut menjadi sia-sia. Berita mengenai ketidaksuksesan nelayan dalam mengoperasikan kapal bantuan khususnya Kapal Inka Mina (>30 GT) merupakan sebagian kecil kisah nelayan dalam pelaksanaan program PKN. Kesuksesan yang dialami nelayan dalam mengoperasikan Kapal Inka Minapun tidak sedikit. Berbagai cara dilakukan oleh nelayan agar tetap dapat melaksanakan operasi penangkapan dengan Kapal Inka Mina, mulai dari saling bertukar pikiran, belajar ke nelayan lain, mengganti alat tangkap hingga mendapat bantuan pemerintah sebagai modal dalam pengoperasian kapal. Ketidaksesuaian penggunaan kapal bantuan pemerintah dan berbagai cara yang dilakukan untuk kesuksesan pengoperasian Kapal Inka Mina yang menjadi topik utama dalam penelitan ini. Sejauh mana nelayan dapat menggunakan kapal bantuan pemerintah sebagaimana mestinya, dan sejauh mana pula pemerintah dapat melihat kondisi nelayan yang menerima bantuan kapal tersebut sehingga dapat dilihat ketidaksesuaian penggunaan kapal bantuan pemerintah dan solusi yang dapat diterapkan bagi nelayan yang gagal mengoperasikan Kapal Inka Mina dengan melihat sistem yang digunakan oleh nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari dan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap sehingga dapat meraih kesuksesan dalam mengoperasikan kapal tersebut.
2 Perumusan Masalah Pemberian bantuan kapal bagi nelayan di beberapa Pelabuhan Perikanan (PP) di Jawa Tengah seharusnya dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Namun hingga saat ini ditemukan beberapa kasus terhadap kapal bantuan yang tidak beroperasi sebagaimana mestinya bahkan tidak digunakan sama sekali. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut. Bahkan beberapa kapal yang sudah sukses dioperasikan oleh kelompok nelayan juga awalnya beranjak dari kegagalan. Hal demikianlah yang seharusnya dapat ditularkan kepada nelayan-nelayan lain sehingga kesuksesan pengoperasian kapal bantuan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk: 1. Mengkaji aspek teknis kapal bantuan Inka Mina di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari Kota Tegal dan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Kota Madya Cilacap, Jawa Tengah; 2. Mengkaji proses pembentukan KUB nelayan penerima kapal bantuan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari Kota Tegal dan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Kota Madya Cilacap, Jawa Tengah; dan 3. Mengkaji pemanfaatan kapal bantuan pemerintah bagi nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari Kota Tegal dan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Kota Madya Cilacap, Jawa Tengah. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini antara lain: 1. Sebagai bagian pengayaan pengetahuan khususnya mengenai pemanfaatan kapal bantuan bagi nelayan; 2. Sebagai salah satu bahan masukan bagi pihak terkait dengan program kapal bantuan bagi nelayan; dan 3. Sebagai salah satu acuan bagi penelitian selanjutnya.
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga September 2014. Lokasi penelitian disampaikan pada Gambar 1.
3
Gambar 1 Peta lokasi penelitian Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian berupa alat tulis, laptop, kamera, dan kuisioner. Beberapa aplikasi terkait juga digunakan dalam penelitian ini untuk keperluan pengolahan data. Penelitian dilakukan terhadap Kapal Inka Mina >30 GT dan komunitas nelayan yang mengoperasikan kapal tersebut. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Nazir M (1988) menjelaskan, metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Secara harfiah, metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai situasi atau kejadian, fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Metode pengambilan data berupa observasi langsung ke pelabuhanpelabuhan yang dijadikan lokasi penelitian dan wawancara kepada beberapa nelayan yang dijadikan sumber data. Penentuan responden langsung kepada nelayan yang memperoleh kapal Inka Mina di Tegal dan Cilacap. Total responden di Tegal dan Cilacap adalah 6 kelompok nelayan. Kasus yang ditelaah merupakan program bantuan kapal penangkapan ikan bagi nelayan di beberapa sentra nelayan. Data Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan nelayan penerima kapal bantuan berupa data proses pembentukan KUB, kegiatan
4 pengoperasian kapal bantuan, data spesifikasi kapal dan alat tangkap. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan program kapal bantuan ini berupa data penerima dan proses penerimaan kapal bantuan dari pemerintah pusat kepada nelayan atau KUB penerima. Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan diolah sebelum dianalisis lebih lanjut. Pengolahan data dilakukan dengan cara tabulasi atau pengelompokan data berdasarkan hasil wawancara. Pengolahan data dengan cara demikian dilakukan agar mempermudah analisis data lebih lanjut. Pengolahan data dilakukan terhadap beberapa parameter seperti perhitungan daya tenaga penggerak dan kecepatan kapal dan rasio dimensi utama kapal. Daya tenaga penggerak dan kecepatan kapal Perhitungan EHP (Effective horsepower) dilakukan untuk menghitung daya efektiv yang dihasilkan kapal yaitu dengan menggunakan rumus yang dijelaskan oleh Nomura dan Yamazaki (1977). EHP = BHP x 0.94 x 0.23..........................................................(1) dimana; BHP = Brake horse power Selanjutnya dilakukan perhitungan IHP (Indicated horse power) berdasarkan kecepatan kapal dan ton displacement kapal dengan formula Nomura dan Yamazaki (1977). IHP =
.........................................................................(2)
∆ = ton displacement (ton) V = kecepatan kapal (knot) C = admiralty coefficient Perhitungan EHP berdasarkan nilai IHP yang telah diperoleh dilakukan menggunakan formula Nomura dan Yamazaki (1977). Kecepatan efektif kapal dihitung dengan menggunakan rumus dari Nomura dan Yamazaki (1977). V= √
.............................................................................(3)
Rasio dimensi utama kapal Perhitungan rasio dimensi utama kapal dilakukan berdasarkan nilai panjang (L), lebar (B), dan dalam (D). Menurut Mulyanto (2012) ukuran utama panjang kapal (L) mempunyai pengaruh pada kecepatan kapal dan pada kekuatan memanjang kapal. Rasio dimensi utama Kapal Inka Mina di Cilacap dan Tegal
5 akan dibandingkan dengan nilai rasio dimensi utama kapal ikan berdasarkan jenis alat tangkap pada penelitian Iskandar dan Pudjiati (1995). Tabel 1 Kisaran rasio dimensi utama jenis kapal ikan umumnya di Indonesia No. 1 2 3 4
Metode Operasi Static gear Encircling gear Towed/dragged gear Multipurpose gear
L/B 2.83-11.12 2.60-09.30 2.86-08.30 2.88-09.42
L/D 4.58-17.28 4.55-17.43 7.20-15.12 8.69-17.15
B/D 0.96-4.68 0.56-5.00 1.25-4.41 0.53-6.09
Sumber: Iskandar dan Pudjiati (1995)
Analisis data deskripsi Analisis data deskripsi dilakukan dengan membandingkan tujuan program bantuan kapal tersebut dengan kondisi penerima bantuan. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui tujuan dari pelaksanaan program bantuan kapal ini sudah tercapai atau belum disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan penerima. Sehingga akan terlihat bahwa bantuan ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan. Selain itu, analisis data juga dilakukan untuk melihat sejauhmana program bantuan kapal ini dapat dilakukan oleh nelayan yang mendapat kapal bantuan, sehingga dapat menjadi acuan bagi nelayan lainnya yang juga menerima kapal bantuan tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Spesifikasi Kapal Inka Mina Kapal Inka Mina di Tegal dan Cilacap memiliki ukuran dimensi yang berbeda baik dari ukuran panjang, lebar, dan dalam. Ukuran kapal di Tegal lebih kecil dibandingkan dengan ukuran kapal di Cilacap. Rasio dimensi kapal digunakan untuk menghitung perbandingan panjang, lebar, dan dalam Kapal Inka Mina, dari hasil perhitungan diperoleh seperti pada Tabel 2 dan Tabel 3. Kapal Inka Mina baik di Tegal dan Cilacap masih tergolong dalam kategori Kapal Perikanan yang sesuai menurut Iskandar dan Pudjiati, 1995. Tabel 2 Dimensi utama dan rasio dimensi utama Kapal Inka Mina di Cilacap Lokasi Cilacap Kisaran rasio dimensi kapal di Indonesia (static gear)*
L 18.05
B D 4.8 1.7
L/B L/D 3.76 10.62 2.83-11.12 4.58-17.28
B/D 2.82 0.96-4.68
Sumber: Iskandar dan Pudjiati (1995)
Alat tangkap yang digunakan dalam pengoperasian Kapal Inka Mina di Cilacap adalah gillnet yang tergolong dalam kategori static gear. Oleh karena itu nilai kisaran dimensi rasio yang digunakan merupakan kisaran untuk kapal yang
6 menggunakan alat tangkap static gear. Kapal Inka Mina di Cilacap berada dalam nilai kisaran ukuran kapal static gear untuk kisaran berdasarkan Iskandar dan Pudjiati (1995). Tabel 3 Dimensi utama dan rasio dimensi utama Kapal Inka Mina di Tegal Lokasi Tegal
L B D 16.67 5.05 2.18 17.89 5.30 2.05
Kisaran rasio dimensi kapal di Indonesia (encircling gear)*
L/B 3.30 3.38 2.60-9.30
L/D 7.65 8.73 4.55-17.43
B/D 2.32 2.59 0.56-5.00
Sumber: Iskandar dan Pudjiati (1995)
Kapal Inka Mina di Tegal menggunakan purse seine yang tergolong dalam kategori encircling gear, dengan membandingkan kisaran rasio dimensi kapal milik Iskandar dan Pudjiati (1995) maka terlihat bahwa Kapal Inka Mina di Tegal memiliki rasio dimensi utama yang berada dalam kisaran yang ada. Kapal purse seine umumnya membutuhkan kemampuan lingkar yang besar sehingga memiliki ukuran panjang kapal yang tidak terlalu besar (Mulyanto, 2012). Perbandingan L/B akan berpengaruh terhadap kecepatan yang dimiliki oleh kapal tersebut, semakin tinggi nilai perbandingan panjang dan lebar suatu kapal maka kecepatan yang dimiliki juga akan semakin besar. Perbandingan L/D akan berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal, semakin besar perbandingan L/D yang dimiliki maka kekuatan memanjang yang dimiliki kapal akan semakin besar. Perbandingan B/D akan menunjukkan kekuatan melebar suatu kapal.
7
Gambar 3 Kapal Inka Mina di Cilacap
(a)
Skala : tanpa skala Dimensi utama: LOA = 18,05 m B = 4,8 m D = 1,7 m
(b) Gambar 2 General Arrangement Kapal Inka Mina di Cilacap (a) tampak samping (b) tampak atas Keterangan: 1. 2. 3. 4.
Rumah alat tangkap Line hauller Palka ikan Alat tangkap
5. Rumah kemudi 6. Ruang mesin 7. Ruang ABK 8. Toilet
8
Gambar 4 Kapal Inka Mina di Tegal
Skala : tanpa skala Dimensi a (m) b (m) LOA 16,67 17,89 B 5,05 5,30 D 2,18 2,05
(a)
(b) Gambar 5 General Arragement Kapal Inka Mina di Tegal (a) tampak samping (b) tampak atas Keterangan: 1. Palka ikan 2. Ruang ABK 3. Ruang mesin 4. Ruang alat tangkap
5. Purse line 6. Alat tangkap 7. Tanki bahan bakar 8. Tanki air bersih
9 Hubungan Daya Tenaga Penggerak dengan Kecepatan Kapal Pengoperasian Kapal Inka Mina di Cilacap umumnya dilakukan dengan kecepatan 4-5 knot oleh nelayan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan nilai daya 140 HP dan nilai ton displacement sebesar 83,95 maka kecepatan efektif yang dapat dicapai oleh kapal di Cilacap ini adalah sebesar 9 knot dengan nilai EHP sebesar 30,26 HP. Apabila nelayan di Cilacap terbiasa menggunakan Kapal Inka Mina dengan kecepatan 4-5 knot itu berarti nelayan di Cilacap hanya menggunakan setengah dari kemampuan maksimum kecepatan kapal yang sebenarnya. Effective horsepower (EHP) merupakan daya yang dibutuhkan agar kapal dapat bergerak secara substansial (Nomura dan Yamazaki, 1977). 45 40 35
EHP
30 25 20 15 10 5 0 0
2
4
6 Kecepatan (knot)
8
10
12
Gambar 6 Kurva kecepatan maksimum Kapal Inka Mina di Cilacap Nelayan di Tegal umumnya mengoperasikan kapal dengan kecepatan maksimum hingga 9 knot. Kapal bantuan Inka Mina di Tegal memiliki dua ukuran panjang yang berbeda berdasarkan data ukuran kapal yang diperoleh dari Kementrian Kelautan Perikanan. Kedua Kapal Inka Mina di Tegal memiliki daya penggerak sebesar 170 HP. Kapal pertama yang berukuran panjang (LOA) 16,67 m, lebar 5,05 m, dan dalam 2,18 m memiliki nilai ton displacement sebesar 104,61 sehingga kecepatan maksimum yang dapat ditempuh hingga 9,34 knot dengan nilai EHP sebesar 39,13 HP.
EHP
10 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0
2
4
6 Kecepatan (knot)
8
10
12
Gambar 7 Kurva kecepatan maksimum Kapal Inka Mina di Tegal (a)
EHP
Kapal Inka Mina kedua di Tegal yang memiliki ukuran panjang (LOA) 17,89 m, lebar 5,30 m, dan dalam 2,05 m menghasilkan kecepatan maksimum hingga 9,22 knot dengan daya penggerak hingga 39,13 HP. 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0
2
4
6 Kecepatan (knot)
8
10
Gambar 8 Kurva kecepatan maksimum Kapal Inka Mina di Tegal (b)
12
11 Program Bantuan Kapal Inka Mina Pelaksanaan program pemberian kapal bantuan Inka Mina didasarkan pada Instruksi Presiden No. 01 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional yang selanjutnya dijelaskan dalam Peraturan Presiden No. 10 tahun 2010 tentang Badan Koordinasi Nasional Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan. Sesuai Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2011 ini bahwa segala keperluan mengenai pengadaan Kapal Inka Mina ini dibebankan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pembuatan satu buah Kapal Inka Mina dianggarkan biaya sebesar Rp 1,5 miliar. Surat kabar elektronik Info Publik pada 15 Juli 2014 menerangkan bahwa pembangunan kapal perikanan diatas 30 GT pada hakikatnya ditujukan untuk meningkatkan produktivitas kapal nelayan, meningkatkan kesejahteraan khususnya nelayan, memanfaatkan sumberdaya ikan yang bertanggung jawab, menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan serta menjaga kedaulatan wilayah NKRI di laut. Menurut Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan Kementrian Kelautan Perikanan dalam Kabar Bahari, tujuan dari Inka Mina adalah: (1) Mengurangi kepadatan operasi penangkapan ikan di daerah pantai yang didominasi armada skala kecil, untuk selanjutnya bergeser ke daerah penangkapan ikan di lepas pantai, ZEE, dan laut lepas; (2) Meningkatkan produksi dan produktivitas nelayan, sehingga diharapkan pada gilirannya akan dapat menambah kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat nelayan; dan (3) Meningkatkan kemampuan bersaing dan memanfaatkan potensi Sumber Daya Ikan (SDI) yang belum optimal di daerah-daerah yang seringkali dimanfaatkan oleh armada asing. Program pengadaan kapal bantuan Inka Mina telah dimulai sejak tahun 2010. Setiap tahunnya KKP membuat target untuk pengadaan Kapal Inka Mina ini. Tabel 4 merupakan target dan ketercapaian target KKP dalam pembuatan Kapal Inka Mina bagi nelayan-nelayan di Indonesia sejak tahun 2010 hingga 2014. Berdasarkan data realisasi pengadaan Kapal Inka Mina tersebut terlihat bahwa setiap tahunnya realisasi kapal yang telah dibuat tidak sesuai dengan target yang telah direncanakan. Tabel 4 Realisasi pengadaan Kapal Inka Mina di Indonesia Tahun Pengadaan 2010 2011 2012 2013 2014
Target (unit) 56 253 254 224 100
Realisasi (unit) 46 (10 tidak terbangun) 232 (21 tidak terbangun) 249 (5 tidak terbangun) 208 (16 tidak terbangun) -
Beroperasi (unit) 40 175 -
Sumber: UKP4, 2013 dalam Kabar Bahari edisi Jan-Feb 2014
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa alur pemberian kapal bantuan Inka Mina dari KKP kepada nelayan atau pemerintah daerah seperti yang disampaikan pada Gambar 9. Kementrian Kelautan dan Perikanan menunjuk
12 beberapa daerah (provinsi) untuk menerima bantuan Kapal Inka Mina. Kapal Inka Mina selanjutnya diberikan kepada Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang telah dibentuk sebelumnya di daerah tersebut. Pembentukan KUB sepenuhnya diserahkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) masing-masing daerah. Salah satu proses pembentukan KUB disampaikan pada Gambar 10. Kelompok Usaha Bersama (KUB) merupakan kelompok nelayan yang terbentuk dari anggota KUD dan HNSI di pelabuhan tersebut. Setelah KUB terbentuk dan disetujui oleh DKP maka dilakukan proses pengajuan pembuatan kapal dari KUB kepada pemerintah pusat. Kapal dibuat berdasarkan konstruksi yang telah ditentukan oleh KKP, namun pembuatan kapal dilakukan di galangan tertentu yang memenangkan pelelangan proyek pembangunan Kapal Inka Mina. Galangan pemenang tender tidak jarang berjarak sangat jauh dengan calon penerima bantuan kapal, sehingga distribusi kapal bantuan ini menjadi kendala. Kendala ini dikarenakan biaya pengiriman kapal dibebankan kepada pihak penerima dalam hal ini pemerintah daerah. Bila biaya pengiriman kapal bantuan mencukupi, setibanya Kapal Inka Mina di pelabuhan tujuan dilakukan pengecekan secara langsung oleh pihak KUB dan DKP. Serah terima kapal dilakukan langsung oleh kepala daerah terkait sebelum akhirnya resmi dioperasikan oleh KUB yang telah ditunjuk. KKP
DKP Daerah
Ketua KUB
Pembuatan Kapal Inka Mina
Pengiriman kapal ke pelabuhan
Pengecekan dan Pemeriksaan oleh tim dan Inspektorat dan juga KUB
Pemilihan anggota KUB
Serah Terima Kapal oleh Gubernur
Pengajuan Kapal dari KUB
Pengoperasian Inka Mina oleh KUB
Gambar 9 Skema pemberian Kapal Inka Mina oleh KKP Tahun 2014 Direktur Jenderal Perikanan Tangkap mengeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor KEP.14/KEP-DJPT/2014 tentang Pembangunan Kapal Penangkap Ikan Tahun 2014 yang menyatakan bahwa pelaksanaan program Inka Mina bertujuan untuk:
13 1. Meningkatkan kemampuan jelajah operasi penangkapan ikan oleh nelayan hingga ke wilayah penangkapan ikan di ZEEI dan Laut Lepas; 2. Mengurangi tekanan terhadap eksploitasi sumberdaya ikan di wilayah perairan pantai; 3. Meningkatkan produksi, mutu hasil tangkapan, dan produktivitas nelayan dengan menerapkan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan; 4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan; dan 5. Meningkatkan daya saing nelayan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan khususnya di perairan WPP NRI, ZEEI, dan Laut Lepas. Pola Kerja Kelompok Nelayan KUB merupakan badan usaha non badan hukum dan ataupun yang sudah berbadan hukum yang merupakan kelompok yang dibentuk oleh nelayan berdasarkan hasil kesepakatan/musyawarah seluruh anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan anggota. KUB juga berada langsung di bawah pengawasan DKP sehingga apapun yang dilakukan oleh KUB ini dalam mengelola kapal bantuan tersebut harus selalu melaporkan kegiatan yang dilakukannya kepada DKP. Beberapa tugas yang harus dilakukan oleh KUB diantaranya: 1. Mengikuti kegiatan persiapan sosial bagi calon penerima bantuan; 2. Mengikuti kegiatan bimbingan teknis dan pelatihan penerima bantuan; 3. Menyediakan biaya operasional kapal, perbaikan, perawatan dan penyusutan serta biaya lain yang diperlukan; 4. Melakukan perawatan kapal dan perlengkapannya agar dapat dipergunakan secara efektif dan efisien serta dalam jangka waktu sesuai umur ekonomi kapal; 5. Melakukan pencatatan kegiatan usaha penangkapan ikan dan melaporkannya kepada tim teknis Provinsi melalui tim teknis Kabupaten/Kota; dan 6. Bersedia menerima kegiatan pembinaan dari tim teknis. KUB di Cilacap yang mendapatkan Kapal Inka Mina Makmur berjumlah 4 KUB, yaitu KUB Mina Lestari, KUB Mino Saroyo, KUB Mina Jaya, dan KUB Mina Makmur. Keempat KUB yang ada di Cilacap ini memiliki pola pengelolaan yang tidak semua sama,namun tetap sesuai prosedur. Setiap kegiatan pengoperasian penangkapan yang dilakukan oleh masing-masing KUB ini dilaporkan kepada DKP. Pembentukan KUB oleh DKP Cilacap disampaikan pada Gambar 10. Anggota KUB di Cilacap merupakan kesatuan dari anggota KUD dan HNSI yang ada di Cilacap. Hal ini dilakukan untuk meminimumkan kemungkinan munculnya kecemburuan sosial nelayan terhadap penerimaan kapal bantuan ini.
14 DKP
KUD
HNSI
Kelompok Nelayan
Rukun Nelayan
Nelayan
KUB Gambar 10 Skema pembentukan KUB di Cilacap Pembentukan KUB di Tegal merupakan instruksi dari DKP untuk membuat KUB agar dapat menerima Kapal Inka Mina. Selanjutnya KUB yang ada harus memiliki pemodal sendiri dan memiliki modal awal sebesar Rp 300 juta sebagai jaminan agar kapal bisa beroperasi. Hingga saat ini ada 2 KUB yang menjadi arahan dari DKP Tegal, yaitu KUB Merdeka Nelayan dan KUB Karya Mina. Berikut dipaparkan pada Tabel 5 yaitu KUB penerima beserta nama kapal, nama ketua, anggota, alat tangkap, dan DPI dimana kapal itu beroperasi. Tabel 5 Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Cilacap dan Tegal penerima Inka Mina KUB Cilacap Mina Lestari Mina Usaha Mandiri Mina Makmur Mina Jaya Tegal Merdeka Nelayan Karya Mina
Kapal
Ketua
Anggota
Total Alat Operasi Tangkap
DPI
IMM 152 IMM 159 IMM 149 IMM 151
Pairan
25 orang 8 kali
Gillnet
WPP 711
Sarjono
25 orang 5 kali
Gillnet
Subari
25 orang 2 kali
Gillnet
Suli Agus
23 orang 3 kali
Gillnet
WPP 572, WPP 573 WPP 572, WPP 573 WPP 572, WPP 573
IMM 385 IMM 150
Imam Solikhun Warnadi
25 orang 4 kali
Purse seine Purse seine
25 orang 5 kali
WPP 711, WPP 713 WPP 711
15
KUB di Cilacap KUB Mina Lestari KUB Mina Lestari yang diketuai oleh Pak Pairan ini beranggotakan 25 orang anggota. Tugas masing-masing anggota KUB berjalan dengan baik, sekretaris dan bendahara KUB bertugas untuk melengkapi surat kelengkapan kapal dan mengontrol keuangan yang dimiliki KUB. KUB Mina Lestari memperoleh dana dari seorang pengusaha yang merupakan anggota KUB Mina Lestari sendiri. Pembentukan KUB Mina Lestari ini dilakukan atas instruksi dari DKP Cilacap yang meminta untuk dibentuknya KUB yang beranggotakan 25 orang.Pembentukan KUB Mina Lestari ini hanya dilakukan selama 3 hari, oleh karena itu Pak Pairan langsung mengajak orang-orang terdekat yang dikenalnya untuk bergabung dengan KUB Mina Lestari ini. Salah satu persyaratan KUB adalah memiliki penyandang dana sebagai anggota KUB, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam setiap usaha penangkapan yang dilakukan. Kapal Inka Mina milik KUB Mina Lestari ini sudah dioperasikan sebanyak 8 kali sejak pertama kali didapatkan. Kelengkapan surat kapal yang diperoleh sejak awal serah terima kapal hanya berlaku selama dua hari (16 - 18 April 2012) sehingga segala kelengkapan surat selanjutnya diurus oleh maing-masing KUB. Selang satu tahun setelah diterima Kapal Inka Mina ini masih belum dapat dioperasikan karena ada beberapa bagian kapal yang harus diperbaiki agar layak operasi, beberapa bagian yang diperbaiki dari Kapal Inka Mina 152 ini diantaranya perbaikan sheer (border), melapisi dek dengan papan tambahan dan juga fiber, penggantian alat navigasi karena alat navigasi yang diperoleh tidak bisa digunakan. Total perbaikan yang dilakukan untuk Kapal Inka Mina 152 ini mencapai Rp 67 juta dan semua biaya perbaikan tersebut ditanggung oleh pihak penyandang dana. Kegiatan pengoperasian yang telah dilakukan sebanyak 8 kali oleh Kapal Inka Mina 152 ini belum mendapatkan keuntungan. Usaha pengoperasian kapal biasanya dilakukan selama 20 hari di Perairan Natuna dan daerah kurang lebih 9 mil dari pantai. Waktu tempuh yang dibutuhkan adalah selama 2 hari. Pengoperasian kapal ini dilakukan oleh 10 hingga 12 orang dalam satu kapal. Modal yang dibutuhkan dalam sekali usaha penangkapan sebesar Rp 18 juta hingga Rp 20 juta dan seluruh modal ini ditanggung oleh penyandang dana. Pola bagi hasil diterapkan dalam pengoperasian Kapal Inka Mina 152 ini, dengan jumlah 40% untuk KUB dan 60% untuk penyandang dana dan ABK. Penyandang dana memperoleh hasil yang lebih banyak untuk menutupi modal awal. Hasil tangkapan yang diperoleh umumnya adalah ikan tuna, cakalang, marlin, dan cumi. Alat tangkap yang digunakan oleh Kapal Inka Mina 152 ini adalah gillnet. Alat tangkap longline yang diberikan sejak awal tidak digunakan karena pengoperasian alat tangkap longline membutuhkan modal yang lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan gillnet. Hingga saat ini, longline yang diberikan masih disimpan, karena untuk menjual longline pun kemungkinan terjual nya sangat kecil karena ukuran panjang longline yang tidak sesuai, minimum panjang main line longline yang biasa digunakan adalah 54 meter sedangkan panjang longline yang diberikan hanya 43,5 meter. Kapal Inka Mina 152 ini pertama dioperasikan untuk melakukan penangkapan pada Bulan Juli 2014. Dibandingkan dengan ketiga Kapal Inka Mina
16 yang ada di Cilacap, Kapal Inka Mina 152 ini merupakan kapal yang memiliki produksi terbanyak selama operasi penangkapannya. KUB Mina Usaha Mandiri Pembentukan KUB Mina Usaha Mandiri dilakukan langsung oleh Pak Sarjono selaku Ketua KUB. Pemilihan anggota KUB didasarkan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing orang sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksanaan pengoperasian Kapal Inka Mina nantinya. Anggota KUB Mina Usaha Mandiri yang berjumlah 25 orang diketuai oleh Pak Sarjono memiliki peran masing-masing sesuai dengan posisi mereka di KUB tersebut, sekretaris dan bendahara KUB melakukan pendataan dan mengurus semua administrasi yang diperlukan untuk kelengkapan kapal, anggota KUB ada pula yang menjadi ABK dan nahkoda Kapal Inka Mina Makmur 159 ini. Kumpul KUB Mina Usaha Mandiri dilakukan setiap tahun untuk membicarakan kegiatan penangkapan yang akan dilakukan selanjutnya, mendiskusikan modal yang dibutuhkan, dan sumber daya yang akan melaut. Usaha penangkapan yang sudah dilakukan oleh KUB Mina Usaha Mandiri sejak pertama kali sudah mencapai 5 kali pengoperasian. Daerah penangkapan kapal ini hingga Pulau Christmas sehingga membutuhkan waktu 15-20 hari dalam sekali pengoperasian dengan jumlah ABK 13 orang. Hasil tangkapan yang diperoleh umumnya berupa ikan cakalang, cumi-cumi, ikan tuna, ikan lemadang, ikan marlin, hiu, dan pari. Alat tangkap yang digunakan adalah gillnet yang merupakan alat tangkap tambahan, karena alat tangkap seharusnya adalah longline. Alat tangkap longline hanya sekali digunakan dalam operasi penangkapan. Beberapa hal yang menjadi alasan tidak dioperasikannya alat tangkap longline karena modal dalam mengoperasikan alat tangkap longline lebih besar dibandingkan menggunakan alat tangkap gillnet. Selama ini alat tangkap longline hanya digunakan sekali yaitu pada bulan September 2012. Biaya operasional pertama kali yang dibutuhkan untuk pengoperasian Kapal Inka Mina Makmur 159 ini sebesar Rp 30 juta sedangkan biaya operasional selanjutnya sebesar Rp 20 juta sampai dengan Rp 25 juta. Bahan bakar yang dibutuhkan untuk sekali melaut hingga 2,5 ton solar. Kapal Inka Mina Makmur 159 milik Pak Sarjono ini telah mengalami banyak perubahan dari sejak awal diberikan. Beberapa perubahan yang dilakukan diantaranya penambahan tinggi sheer kapal, pembenahan tutup palka, border kapal, bilgee keel kapal, perbaikan instalasi lampu, dan penggantian alat tangkap yang digunakan. Menurut Pak Sarjono modal awal yang dibutuhkan untuk perbaikan kapal ini mencapai Rp 150 juta. Hingga saat ini modal awal yang dikeluarkan oleh Pak Sarjono belum tergantikan, adapun keuntungan yang diperoleh selama pengoperasian Kapal Inka Mina Makmur 159 ini digunakan untuk kesejahteraan ABK dan anggota KUB yang turut serta membantu dalam pengoperasian kapal ini. KUB Mina Makmur KUB ini diketuai oleh Pak Subari yang merupakan salah satu pemimpin di KUD Mino Saroyo.Anggota KUB berjumlah 25 orang yang terdiri dari ABK kapal, pedagang ikan, dan nelayan pemilik kapal. Sekretaris dan bendahara di KUB ini bekerja sesuai dengan perannya yaitu memantau surat masuk dan keluar serta mengatur dana yang masuk untuk KUB ini. Pembentukan KUB dilakukan
17 oleh Pak Subari sendiri dengan mengumpulkan orang-orang terdekat Pak Subari ini. Usaha pengoperasian Kapal Inka Mina Makmur 149 telah dilakukan sebanyak 2 kali pada tahun 2013. Lama waktu pengoperasian biasanya satu hingga dua bulan dan dilakukan di daerah Zona Ekonomi Eksklusif 220 mil laut. Hasil tangkapan yang diperoleh umumnya berupa ikan cakalang, ikan tongkol, ikan tuna, dan marlin.Alat tangkap yang digunakan oleh Kapal Inka Mina Makmur 152 ini adalah alat tangkap gillnet. Biaya operasional yang dibutuhkan untuk sekali melakukan kegiatan pengoperasian berkisar antara Rp 27 juta hingga Rp 30 juta. Seluruh biaya operasional biasanya diberikan oleh pengelola kapal. Penyandang dana atau yang disebut pengelola dari KUB Mina Makmur ini adalah seorang pengusaha di Cilacap. Kegiatan operasi yang akan dilakukan oleh Kapal Inka Mina Makmur 152 ini didasarkan pada hasil kesepakatan pihak KUB dengan pengelola. Walaupun pendekatan yang dilakukan oleh KUB Mina Makmur dengan pihak pengusaha yang akan menjadi penyandang dana dirasa terlambat namun keuntungan yang diperoleh pada trip pertama Kapal Inka Mina Makmur 152 mencapai Rp 105 juta dan keuntungan pada trip kedua mencapai Rp 39 juta. Oleh karena itu biaya perbaikan kapal yang mencapai Rp 50 juta yang dikeluarkan oleh pengelola pun sudah dapat tergantikan. Pola bagi hasil dilakukan oleh KUB milik Pak Subari ini, 60% keuntungan hasil tangkapan diberikan kepada pengelola dan ABK sedangkan 40% menjadi keuntungan bagi pihak KUB sehingga setiap kali dilakukan trip maka anggota KUB Mina Makmur ini akan memperoleh keuntungan sebesar satu juta rupiah. Perbaikan kapal yang dilakukan terhadap Kapal Inka Mina Makmur 152 ini diantaranya adalah pintu, ruang ventilasi, kemudi, penambahan ruang bagi nahkoda, servis mesin, dan alat tangkap. Hingga saat ini line hauler yang merupakan alat bantu untuk alat tangkap longline dilepas dan disimpan karena dalam pengoperasiannya Kapal Inka Mina Makmur 152 ini menggunakan gillnet. KUB Mina Jaya KUB Mina Jaya yang memiliki jumlah anggota sebanyak 23 orang ini diketuai oleh Pak Suli Agus. Pembentukan KUB dilakukan oleh Pak Suli Agus berdasarkan instruksi dari KUD Mino Saroyo. Jadi pada awal akan diterimanya kapal bantuan ini pihak KUD meminta agar Kapal Inka Mina diserahkan ke KUD demi kesejahteraan nelayan bersama, namun dikarenakan peraturan penerimaan kapal bantuan harus diserahkan pada kepemilikan kelompok perorangan (KUB) maka pihak KUB menunjuk Pak Suli Agus untuk mencari anggota KUB yang nantinya akan menjadi KUB Mina Jaya sebagai salah satu penerima kapal bantuan Inka Mina. Pembentukan KUB Mina Jaya ini dilakukan dengan bantuan KUD Mino Saroyo dan langsung menunjuk Pak Suli Agus sebagai ketua, karena pada awalnya pembentukan KUB ini hanya dilakukan sebagai persyaratan yang harus dilengkapi untuk menerima kapal bantuan. Penentuan penyandang dana dilakukan oleh KUB karena dari anggota KUB sendiri tidak ada yang memenuhi kriteria sebagai penyandang dana sehingga pada akhirnya meminta salah seorang pengusaha di Cilacap untuk menjadi penyandang dana. Kapal Inka Mina Makmur 151 sejak pertama kali diterima telah melakukan operasi penangkapan sebanyak 3 kali yaitu pada tahun 2012 hingga 2013.Daerah penangkapan di daerah Zona Ekonomi Eksklusif Samudera Hindia. Modal awal
18 yang dirasakan oleh KUB Mina Jaya dalam pengoperasian kapal ini mencapai Rp 50 juta sedangkan biaya pra operasional yang diberikan oleh pemerintah diawal serah terima kapal ini hanya Rp45 juta. Modal awal ini digunakan untuk memperbaiki beberapa bagian kapal seperti mempertebal dek dan menambahkan bagian sayap (bilgee keel). Pola bagi hasil diterapkan oleh KUB Mina Jaya dalam mengelola keuntungan yang ada, dengan 60% bagi penyandang dana dan 40% bagi KUB. Alat tangkap yang digunakan Kapal Inka Mina Makmur 151 adalah gillnet. Alat tangkap longline yang diberikan tidak dioperasikan karena membutuhkan biaya operasional yang besar dan waktu yang dibutuhkan untuk satu kali trip pun bisa berbulan-bulan. Perbaikan Kapal Inka Mina Makmur 151 dilakukan terhadap mesin, sistem pendingin dan beberapa bagian kapal lainnya. Biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan ini mencapai Rp 200 juta. KUB di Tegal KUB Merdeka Nelayan dan KUB Karya Mina Sejak tahun 2011 DKP Tegal telah menerima 2 buah Kapal Inka Mina dari pemerintah. Dua kapal ini adalah Kapal Inka Mina Makmur 150 yang diterima oleh KUB Karya Mina dan Kapal Inka Mina Makmur 385 yang diterima oleh KUB Merdeka Nelayan. Kapal Inka Mina Makmur yang ada di Tegal sendiri mengalami perubahan pada beberapa bagian kapal dan mesin kapal, seperti cold storage, kompresor, lampu penerangan, dan dinamo kapal. Kedua KUB di Tegal ini dipegang oleh Pak Hendrik yang merupakan pengusaha sekaligus pengurus KUB bagi kedua kelompok penerima Kapal Inka Mina. Pembuatan bagi kedua Kapal Inka Mina di Tegal ini adalah di galangan Aji Badi Batang Tegal. Sejak awal alat tangkap yang diperoleh sebelumnya adalah purse seine pelagis kecil. Modal yang dibutuhkan dalam sekali pengoperasian biasanya sebesar Rp70 juta dan biasanya modal ini dibantu oleh pengusaha, dalam hal ini Pak Hendrik merupakan penyandang dana bagi kedua KUB di Tegal ini. KUB Merdeka Nelayan sudah melakukan operasi penangkapan sebanyak 4 kali dan KUB Karya Mina sebanyak 5 kali. Sistem bagi hasil sebesar 40:60 antara ABK Kapal dan KUB diterapkan dalam dua KUB ini. Ketentuan sistem bagi hasil ditentukan oleh pihak KUB dan ABK, sehingga antara satu KUB dengan KUB yang lain bisa berbeda. Penjualan hasil tangkapan biasanya dilakukan sistem lelang bagi pembeli yang merupakan perusahaan-perusahaan tertentu. Daerah penangkapan Kapal Inka Mina Makmur 150 dan Inka Mina Makmur 385 ini adalah di Laut Jawa hingga Utara Bali. Pengoperasian Kapal Inka Mina Tingkat Pemanfaatan Pengoperasian Kapal Inka Mina di Indonesia Pengoperasian Kapal Inka Mina di beberapa daerah memberikan keuntungan bagi penerimanya dalam bentuk kenaikan pendapatan masing-masing nelayan mencapai Rp 3-4 juta/nelayan/bulan. Pada Tabel 6 berikut dipaparkan daftar kapal-kapal Inka Mina dari berbagai daerah yang melaporkan tingkat pemanfaatan.
19
Tabel 6 Daftar pemanfaatan Kapal Inka Mina di beberapa daerah di Indonesia No.
Nama Kapal
Kab./Kota
1 Inka Mina 16
Kab. Luwu
2 Inka Mina 17
Kab. Luwu
3 Inka Mina 232 Kab. Luwu 4 Inka Mina 03
Kab. Indragiri Hilir 5 Inka Mina 244 Kab. Konawe 6 Inka Mina 246 Kota Kendari 7 Inka Mina 247 Kota Kendari 8 9 10 11 12 13 14
Inka Mina 41 Inka Mina 213 Inka Mina 215 Inka Mina 33 Inka Mina 139 Inka Mina 38 Inka Mina 01
15 Inka Mina 50 16 Inka Mina 52
Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kota Gorontalo Kota Pekalongan Kota Pekalongan Kab. Indramayu Kab. Aceh Barat Daya Kab. Bireun Kab. Aceh Singkil
Provinsi
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Riau
Total Pendapatan (milyar) per tahun Rp 2.4
Tahun
2010
Rp
1.4
2010
Rp
1.2
2011
Rp
1.1
2010
Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Gorontalo Gorontalo Gorontalo Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Barat Aceh
Rp
1.6
2010
Rp
4.9
2011
Rp
5.4
2011
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
0.622 1.5 0.958 1 1.4 1 1.6
2010 2011 2011 2011 2011 2010 2010
Aceh Aceh
Rp Rp
0.780 0.670
2011 2011
Sumber: kkp.go.id, 2014
Upaya Pengoperasian Kapal Inka Mina Pengoperasian Kapal Inka Mina juga tidak semuanya memperoleh keuntungan seperti yang lain. Seperti halnya KUB di Cilacap dan Tegal melakukan beberapa usaha sebelum dapat mengoperasikan Kapal Inka Mina tersebut, diantaranya: 1. Perubahan atau Penggantian Konstruksi Terdapat beberapa bagian kapal yang diganti dalam pengoperasian Kapal Inka Mina ini, diantaranya: - Dek Kapal Sejak awal pemberian kapal bantuan ini dek kapal yang ada tidak memadai. Dek kapal terlalu rapuh sehingga pemilik kapal pada akhirnya memperbaiki dek kapal dengan cara melaminasi ulang dek kapal tersebut.
20
-
-
Sheer Tinggi sheer pada kapal tidak sesuai sehingga sangat mengganggu keamanan ABK saat melakukan kegiatan di kapal. Kapal yang digunakan oleh nelayan di Cilacap ini melakukan kegiatan operasi penangkapan di daerah ZEE yang merupakan laut lepas dengan gelombang yang tinggi dan sering tidak menentu sehingga nelayan di Cilacap melakukan modifikasi terhadap tinggi sheer yang ada agar keamanan ABK tetap terjaga saat melakukan kegiatan di area dek. Palka Dinding palka yang tipis menjadi kekhawatiran bagi nelayan dalam menyimpan hasil tangkapannya. Tutup palka yang ada dilaminasi ulang agar lebih tebal dan kuat agar suhu udara di dalam palka tetap terjaga dan tidak terpengaruh oleh suhu udara luar (insulasi).
(a)
(b)
Gambar 11 Palka ikan di Kapal Inka Mina (a) Cilacap dan (b) Tegal setelah mengalami perbaikan
-
-
-
-
Sistem Pendingin Sejak awal sistem pendingin yang ada memiliki sistem terpusat, yaitu satu saluran pendingin untuk semua palka yang selanjutnya diubah menjadi masing-masing palka memiliki sistem pendingin tersendiri. Ruang Dek Atas Pada beberapa Kapal Inka Mina di Cilacap rumah dek bagian atas ada yang dihilangkan karena dianggap tidak memiliki fungsi yang membantu dalam pengoperasian kapal. Ruang Alat Tangkap Rumah alat tangkap ini dibuat agar memudahkan penyimpanan alat tangkap di kapal. Lokasi rumah alat tangkap ini ada dibagian haluan kapal. Bilge keel
21 Penambahan panjang bilgee keel atau nelayan biasa menyebutnya sayap kapal, dilakukan agar kapal tetap stabil dan tidak mudah oleng saat menerjang ombak. 2. Alat tangkap Alat tangkap yang diberikan kepada nelayan di Cilacap berupa longline dengan ukuran panjang tali utama 3.000 meter dan jumlah mata pancing sebanyak 600 buah. Jumlah pelampung yang diberikan untuk alat tangkap ini hanya 4 buah saja dan itu masih sangat tergolong sedikit atau kurang memadai untuk ukuran tali utama sepanjang 3.000 meter. Nelayan penerima kapal bantuan Inka Mina di Cilacap mengubah alat tangkap yang telah didapatkan menjadi alat tangkap sesuai yang umumnya mereka gunakan. Alat tangkap yang diperoleh berupa alat tangkap longline diganti menjadi gillnet. Alasan utama yang menyebabkan perubahan alat tangkap ini diantaranya adalah modal yang dibutuhkan dalam pengoperasian longline lebih
besar dibandingkan dengan modal pengoperasian gillnet, waktu pengoperasian yang relatif lebih lama, dan jumlah ABK yang lebih banyak, dan kosntruksi kapal yang kurang sesuai untuk melakukan operasional longline. Gambar 12 Alat tangkap gillnet dua lapis di Cilacap Keterangan : 1. Badan jaring 2. Pelampung 3. Pelampung tanda 4. Pelampung bendera
5. Pemberat 6. Jaring 1 7. Jaring 2
Menurut KeputusanMenteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.06/Men/2010 tentang Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia alat tangkap gillnet dikategorikan dalam kelompok jenis alat penangkapan ikan jaring insang (gillnets and entangling nets) yang merupakan kelompok jaring yang berbentuk empat persegi panjang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan/atau terpuntal dioperasikan di permukaan, pertengahan dan dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan pelagis dan demersal.
22 Gillnet yang digunakan oleh nelayan di Cilacap merupakan gillnet dua lapis dengan ukuran panjang rata-rata 32 depa untuk 1 piece jaring. Gillnet yang digunakan mencapai 40-50 piece sehingga panjang total dari jaring gillnetmencapai 1.920 meter dengan tinggi jaring sebesar 20 depa atau 30 meter.Ukuran mesh size dari gillnet yang digunakan berkisar antara 5-5.5 inchi. Alat tangkap ini dioperasikan di siang hari dengan hasil tangkapan utama berupa cumi-cumi, cakalang, tuna, dan lemadang. Pengoperasian gillnet di Cilacap dilakukan dengan tangan oleh para nelayan. Nelayan di Tegal memperoleh alat tangkap berupa purse seine dengan ukuran tali kolor 700 meter, float rope sepanjang 504 meter, dan dalam jaring 60 meter. Ukuran mesh size yang digunakan oleh purse seine ini adalah 1 inchi. Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.06/Men/2010 tentang Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia alat tangkap purse seine termasuk dalam kelompok jenis alat penangkapan ikan jaring lingkar (surrounding nets) merupakan kelompok alat penangkapan ikan berupa jaring berbentuk empat persegi panjang yang terdiri dari sayap, badan, dilengkapi pelampung, pemberat,
tali ris atas, tali ris bawah dengan atau tanpa tali kerut/pengerut dan salah satu bagiannya berfungsi sebagai kantong yang pengoperasiannya melingkari gerombolan ikan pelagis. Gambar 13 Alat tangkap purse seine di Tegal Keterangan: 1. Badan jaring 2. Pelampung 3. Pemberat 4. Cincin
5. Float rope 6. Purse line 7. Sinker line
23
(a)
(b)
Gambar 14 Alat tangkap di Kapal Inka Mina (a) Cilacap dan (b) Tegal 3. Modal Modal ini biasanya digunakan untuk keperluan perbekalan ABK. Menurut Nurani dan Wisudo (2007), perbekalan dalam operasi penangkapan meliputi BBM (solar), oli, umpan, perbekalan makanan, air tawar, gas, minyak tanah, dan keperluan perbekalan lainnya. Total modal yang dibutuhkan untuk perbekalan bagi Kapal Longline di Cilacap bisa mencapai Rp 61 juta untuk pengoperasian selama 2-3 bulan. Sedangkan modal yang dibutuhkan oleh nelayan gillnet dalam satu kali melakukan trip penangkapan di Cilacap adalah rentang Rp 18 juta hingga Rp30 juta untuk 20 hari hingga 2 bulan. Modal yang dibutuhkan dalam sekali melakukan pengoperasian biasanya berbeda-beda. Namun terlihat perbedaan yang signifikan antara modal atau biaya operasional yang dibutuhkan nelayan longline dan gillnet di Cilacap. Sehingga pada akhirnya modal juga menjadi salah satu faktor yang dijadikan alasan bagi nelayan di Cilacap mengubah alat tangkap longline menjadi gillnet. Nelayan di Tegal melakukan operasi penangkapan dengan alat tangkap purse seine. Perbekalan dalam melakukan trip penangkapan pada nelayan purse seine tidak jauh berbeda dengan perbekalan operasi penangkapan longline ataupun gillnet. Biasanya perbekalan yang dibutuhkan dalam operasi penangkapan purse seine berupa ransum, oli, BBM (solar), minyak tanah, air tawar, biaya retribusi, dan rumpon jika menggunakan rumpon (Tambunan, 2014 dan Hertika, 2014). Modal yang umumnya digunakan untuk perbekalan selama trip yang dibutuhkan oleh nelayan Tegal mencapai Rp 70 juta untuk satu kali trip.
24
Tabel 7 Analisis biaya operasional Kapal Inka Mina di Cilacap dan Tegal KUB Cilacap Mina Lestari Mina Usaha Mandiri Mina Makmur Mina Jaya Tegal Merdeka Nelayan Karya Mina
Kapal
Biaya Penerimaan Laba/Rugi Operasional (Rp) (Rp)
IMM 152 IMM 159
18-20 juta 20-25 juta -
IMM 149 IMM 151
27-30 juta 50 juta -
IMM 385 IMM 150
70 juta 70 juta -
Rugi Rugi 155 juta
Laba Rugi Rugi Rugi
Tabel 8 merupakan biaya operasional yang diperlukan oleh masing-masing Kapal Inka Mina dalam salah satu operasi penangkapan yang dilakukan. Data tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan penerima Kapal Inka Mina. Keenam Kapal Inka Mina yang terdapat di Cilacap dan Tegal memiliki frekuensi pengoperasian yang berbeda-beda satu sama lain. Modal yang dibutuhkan oleh masing-masing kapal juga berbeda, namun dari keenam kapal tersebut analisis operasional dapat terlihat pada Kapal Inka Mina Makmur 149 KUB Mina Makmur di Cilacap. Kapal Inka Mina Makmur 149 melakukan operasi penangkapan sebanyak 2 kali sejak Kapal Inka Mina diterima. Modal yang dibutuhkan dalam kegiatan pengoperasian Kapal Inka Mina Makmur 149 ini sebesar Rp 27 hingga Rp 30 juta, namun Kapal Inka Mina Makmur 149 berhasil memperoleh keuntungan dari kedua operasi penangkapan. Pada trip pertama berhasil memperoleh keuntungan sebesar Rp 105 juta dan keuntungan yag diperoleh pada trip kedua sebesar Rp 39 juta. Keuntungan yang diperoleh ini selanjutnya digunakan untuk mengganti modal awal perbaikan kapal yang dikeluarkan oleh penyandang dana KUB Mina Makmur. Kapal Inka Mina lain yang tidak memperoleh keuntungan bukan berarti selalu mendapatkan kerugian dalam setiap pengoperasiannya. Namun penerimaan yang diperoleh memang tidak sebanding dengan biaya operasional yang dibutuhkan, sehingga seringkali pemilik KUB menyatakan jumlah penerimaan yang diperoleh digunakan untuk kesejahteraan ABK kapal. Ketersediaan modal bagi nelayan Kapal Inka Mina merupakan tanggungjawab dari penyandang dana masing-masing KUB. Penyandang dana jugalah yang dapat menentukan berangkat atau tidaknya Kapal Inka Mina, karena bila modal yang dibutuhkan belum terpenuhi maka kapal tidak dapat melakukan kegiatan operasi penangkapan. Oleh karena itu keberadaan penyandang dana sangatlah penting bagi KUB. Namun tidak semua KUB di Cilacap memiliki penyandang dana yang tetap, berbeda halnya dengan penyandang dana bagi KUB di Tegal yang memiliki penyandang dana tetap yang sama untuk kedua KUB
25 tersebut. Penyandang dana dapat merupakan anggota KUB atau pengusaha lain yang melakukan kerjasama dengan KUB tersebut. Walaupun DKP telah memberikan arahan bahwa dalam satu KUB harus ada yang bertindak sebagai penyandang dana kenyataannya tidak semua KUB di Cilacap menerapkan arahan tersebut. Karena tidak semua pengusaha juga bersedia menjadi penyandang tetap bagi sebuah KUB. Beberapa KUB di Cilacap mencari pengusaha yang mau menjadi pemodal bagi KUB merek setiap akan melakukan trip penangkapan. Hal tersebut juga yang menjadikan modal sebagai salah satu kelemahan dalam kegiatan pengoperasian Kapal Inka Mina di Cilacap. 4. Sumber Daya Manusia (SDM) Nelayan di Cilacap maupun Tegal belum tentu dapat mengoperasikan kapal penangkap ikan yang berukuran >30 GT. Umumnya nelayan yang mendapatkan Kapal Inka Mina merupakan nelayan-nelayan tradisional yang biasanya menggunakan kapal 5-10 GT sehingga dalam hal pengoperasian Kapal Inka Mina tidak jarang nelayan di Cilacap mengajak nelayan-nelayan dari daerah lain khususnya nelayan dari pantai utara. Jumlah ABK yang biasanya dibutuhkan dalam sekali operasi penangkapan yang dilakukan oleh Kapal Inka Mina di Cilacap biasanya antara 10 hingga 13 orang. Nelayan yang biasanya merupakan nelayan yang berasal dari daerah lain seperti Brebes, Pemalang, Tegal, dan Pekalongan. Hal tersebut terjadi karena umumnya nelayan di Cilacap tidak terbiasa dengan waktu operasi penangkapan yang lama. Namun tidak sedikit pula nelayan yang mengoperasikan Kapal Inka Mina merupakan nelayan asli Cilacap sendiri. ABK yang mengoperasikan Kapal Inka Mina tidak selalu sama karena nelayan yang biasanya mengoperasikan Kapal Inka Mina merupakan nelayan yang saat itu sedang tidak melakukan usaha penangkapan dengan kapal masingmasing. Pengoperasian Kapal Inka Mina di Tegal membutuhkan ABK sebanyak 2025 orang. ABK di Kapal Inka Mina ini terdiri dari nahkoda, motoris, juru masak, jelarus (fishing master), dan ABK lainnya yang bertugas memasang rumpon dan mengurusi alat tangkap. Anggota KUB di Tegal ada yang menjadi ABK namun tidak jarang ABK di Kapal Inka Mina Tegal ini merupakan nelayan tambahan yang bukan merupakan anggota KUB. Biasanya nelayan tambahan ini merupakan nelayan dari Pemalang dan sekitar Tegal. Permasalahan mengenai sumber daya manusia yang dihadapi oleh KUB di Cilacap dan Tegal adalah bahwa nelayan asli dari daerah sendiri cenderung enggan mengoperasikan Kapal Inka Mina sehingga masih harus mencari nelayan dari daerah lain. Padahal jika dilihat dari tujuan pengadaan kapal ini adalah untu membantu kesejahteraan nelayan di daerah tersebut. Permasalahan lain yang dihadapi adalah keterampilan nelayan yang kurang merata, karena nelayan di Cilacap belum terbiasa menggunakan kapal >30 GT dengan berbagai perlengkapan yang ada. Nahkoda Kapal Inka Mina di Cilacap dan Tegal juga memiliki sertifikat surat kecakapan sebagai nahkoda yang dikeluarkan oleh Kementrian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Sertifikat yang dimiliki salah satu nahkoda Kapal Inka Mina Cilacap adalah Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan Tingkat III yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Motoris di Kapal Inka Mina juga dibekali dengan pelatihan dan surat kecakapan sebagai
26 motoris yang dikeluarkan oleh Kementrian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PPP Tegalsari dan PPS Cilacap dengan mengacu kepada tujuan penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Dimensi Kapal Inka Mina di Tegal dan Cilacap berbeda sesuai dengan kebutuhan opearional penangkapan ikan. Nilai rasio dimensi utama kapal penangkapan ikan, Kapal Inka Mina di Tegal maupun Cilacap masih berada pada rentang kapal penagkapa ikan di Indonesia. Kecepatan kapal sudah memadai untuk kebutuhan operasional. 2. Pembentukan KUB lebih bersifat instruksi dari pemerintah, bukan muncul dari kesadaran para nelayan calon penerima bantuan. Pola kerja nelayan dalam KUB sangat tergantung kepada ketua ataupun pemilik modal. 3. Kapal Inka Mina yang diberikan kepada nelayan di PPP Tegalsari dan PPS Cilacap sudah dapat dimanfaatkan oleh nelayan walau harus diakukan beberapa perubahan dalam desain dan konstruksi kapal.. Pemanfaatan kapal Inka Mina hingga saat ini belum dapat memberikan keuntungan bagi nelayan. Saran Saran penulis dari penelitian ini adalah: 1. Perlu dilakukan kajian dan evaluasi terhadap program bantuan kapal yang selama ini sudah dilakukan oleh pemerintah seperti pengumpulan data terkait keuntungan masing-masing KUB dan mengevaluasi kendala yang dihadapi KUB agar tujuan dari program pemerintah dapat terpenuhi bersama. 2. Seluruh proses pembuatan kapal, penentuan alat tangkap, dan juga pembentukan KUB sejak awal harus sudah melibatkan nelayan terkait serta dibuatnya surat perjanjian yang menerangkan spesifikasi kapal dan alat tangkap secara jelas oleh pihak KKP kepada nelayan yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA [DJPT-KKP] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2014. Kapal Inkamina > 30 GT [internet]. [diunduh 2014 Agust 26];tersedia pada: http://simantap.djpt.kkp.go.id/inkamina [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2014. Siaran Pers INKA MINA, Tingkatkan Pendapatan Nelayan (No.001/PDSI/HM.310/I/2014)[internet]. [diunduh 2014 Agust 26];Tersedia
27 pada: http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/10342/INKA-MINATingkatkan-Pendapatan-Nelayan/?category_id= Andry. 2013. Ekonomi dan Bisnis: Target Pembuatan Kapal Inka Mina Terkendala Anggaran (15 Juli 2014)[internet]. [diunduh 2014 Agust 26];Tersedia pada: http://infopublik.org/read/83947/target-pembuatan-kapalinka-mina-terkendala-anggaran.html Hertika A. 2014. Keragaan Perikanan Purse seine Di PPI Muara Angke Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Instruksi Presiden No. 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Iskandar B H, Pujiati S. 1995. Keragaan Teknis Kapal Ikan Beberapa Ikan di Beberapa Wilayah Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 11-42. Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor KEP.14/KEP-DJPT/2014 tentang Pedoman Pembangunan Kapal Penangkap Ikan Tahun 2014 KeputusanMenteri Kelautan Dan Perikanan Republik IndonesiaNomor Kep.06/Men/2010TentangAlat Penangkapan IkanDi Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia Kiara. 2014. Kiara: Ada Indikasi Korupsi dalam Proyek 1.000 Kapal Inka Mina (6 Mei 2014)[internet]. [diunduh 2014 Agust 26];Tersedia pada: http://suara.com/bisnis/2014/05/06/102627/kiara-ada-indikasi-korupsi-dalamproyek-1-000-kapal-inka-mina/ Martasuganda S. 2008. Jaring Insang (Gillnet). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Mulyanto RB, Wahyono A, Pamungkas RS. 2012. Kapal Perikanan (Pengukuran dan Perhitungan). Jakarta (ID): Balai Besar Pengembagan Penangkapan Ikan. Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. 63-64 hal. Nomura M, Yamazaki T. 1977. Fishing Techniques. Tokyo (JP): Japan International Cooperation Agency. Nurani TW, Wisudo SH. 2007. Bisnis Perikanan Tuna Longline. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK, IPB. Peraturan Presiden (Perpres) No. 10 tahun 2011 tentang Badan Koordinasi Nasional Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan. Tambunan KJH. 2014. Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Dengan Purse seine 56 GT Di Kota Sibolga Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
28
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 20 April 1992 dari pasangan B. Budhi Pardiyanto dan Ibu Astea Bidarsari. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari sekolah dasar dan lulus dari SDN 03 Brebes Jawa Tengah pada tahun 2004. Lalu penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertamanya di SMPN 2 Brebes Jawa Tengah tahun 2004-2007. Tahun 2007-2010 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Kraksaan Jawa Timur. Selanjutnya di tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada tahun pertama di IPB, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Tahun kedua di IPB, penulis masuk ke Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan penulis mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan scientific diver di Fisheries Diving Club tahun 2010-2011. Selanjutnya selama tahun 2011-2013 penulis aktif menjadi pengurus divisi kediklatan di FDCIPB dan tahun 2014 menjadi pengurus divisi penelitian dan pengembangan di FDC-IPB. Penulis juga turut serta menjadi tim scientific dalam Ekspedisi Zooxanthellae XII tahun 2012 dan Ekspedisi Zooxanthellae XIII FDC-IPB tahun 2014. Organisasi lain yang juga diikuti penulis selama masa perkuliahan adalah menjadi Badan Pengawas Himpunan Profesi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Rekayasa dan Tingkah Laku Ikan tahun 2013 dan asisten praktikum Daerah Penangkapan Ikan tahun 2014. Tahun 2014 penulis pernah menjadi peserta dalam CSR Youth Conferrence di Korea.