ASPEK SOSIOLOGIS ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Oleh : Nurul Hikmah Lidiany NIM: 105043101308
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
ASPEK SOSIOLOGIS ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)
Oleh :
Nurul Hikmah Lidiany NIM: 105043101308
Pembimbing
Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, MA NIP. 1956090061982031004
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Aspek Sosiologis Aborsi Provokatus Criminalis Dalam Perspektif Hukum Islam, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Mei 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Perbandingan Madzab Hukum (PMH). Jakarta, 8 Juni 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH Ketua Majlis : Prof. Dr. H. Muh. Amin Suma, SH, MA, MM (…............…......…...) NIP : 195505051982031012 Sekretaris
: Dr. H. Muhammad Taufiki, M. Ag
( ................................ )
NIP : 196511191998031002 Pembimbing : Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, MA
( ................................ )
NIP : 1956090061982031004 Penguji I
: Dedy Nursamsi, S.H, M. Hum NIP : 196111011993031002
( ................................ )
Penguji II
: Dr. Asmawi, M. Ag
( ................................ )
NIP : 197210101997031008
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 11 Maret 2010
Nurul Hikmah Lidiany
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah rahmat, hidayat dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat waktunya. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan juga seluruh umatnya di penjuru dunia hingga akhir zaman. Penulis merasa bahwa karya tulis dalam bentuk skripsi ini bukan merupakan karya penulis semata, tetapi juga merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan para pihak. Dan tidak lupa penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini, semoga amal baik tersebut mendapat balasan pahala dari yang maha kuasa. Sebagai rasa hormat, dan syukur penulis, ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada : 1. Kepada Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum, Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Serta seluruh staf pengajar konsentrasi Perbandingan Madzhab Fiqih (PMF) terutama Bpk. Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
2. Kepada Ketua Program Studi, Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA dan Sekretaris Program Studi, Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M. Ag. 3. Kepada Bapak Dr. H. Afifi Fauzi Abbas atas bimbingannya hingga skripsi ini terselesaikan tepat pada waktunya. 4. Kepada Bapak Kabareskrim POLRI Jakarta, terutama kepada Unit III/ Pelayanan Perempuan Anak Direktorat I/ Keamanan & Trans Nasional Bareskrim POLRI yaitu Kompol. Ibu Khatarina Ekorini Indriati, SS yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini. 5. Kepada Bapak KAPOLRES Metropolitan Jakarta Selatan, terutama kepada KANIT IV/ PPA yaitu Brigadir. Ibu Mariana W, SH yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini. 6. Kepada Pimpinan Surat Kabar Harian POS KOTA, terutama kepada H. E. Dedent Aminudin yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini. 7. Kepada Bapak Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI), terutama kepada Wakil Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yaitu Bpk. Drs. H. Sholahuddin Al Aiyub M. Si yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini. 8. Kepada Bapak Pimpinan Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama kepada Ibu Reni dan Ibu Linda yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini di Poli Kandungan oleh Dr. E. Rohati, SpOg.
vi
9. Kepada Bapak Pimpinan KOMNAS PEREMPUAN, terutama kepada Mba ita yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini di Komisioner KOMNAS Perempuan oleh Ibu Desti Murdijana. 10. Kepada Kepala Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum, dan juga Kepala Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan dalam bentuk pinjaman buku hingga dapat terselesaikannya skripsi ini. 11. Kepada kedua orang tua tercinta, Bapak H. Moch. Firdaus dan Ibu Hj. Siti Chadijah, yang telah memberikan do’a restunya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Kepada Teteh dan Aaku (Neneng Widiasih dan Moch. Firmansyah) serta adikku (Fitrah Amiruddin) yang telah mendukung dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 13. Kepada kawan-kawanku di PSM UIN Jakarta serta MB. Bulldozer PU yang telah memberikan supportnya hingga terselesaikannya skripsi ini. 14. Dan terakhir, kepada teman-teman dan kerabat seperjuangan (Yasinta Devi, Eva Nurmala, Haeriyah, Siti Rabi’atul Adawiyah, Farisa Handini, Istikhari, Andrew Cahyadi, Muammar, Sabili Muttaqien dan kawan-kawan seperjuangan PMF 2005 Regular), Kelompok KKS Garut 2008 serta kawan-kawan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu tapi tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kawankawan, yang telah membantu penulis baik moral maupun material.
vii
Akhirnya, penulis hanya bisa berharap semoga semua yang telah dilakukan menjadi amal sholeh dan dikaruniai balasan yang setimpal dari Allah SWT, amin.
Jakarta, 11 Maret 2010
Penulis
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan Masalah
4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
4
D. Objek Penelitian
5
E. Review Studi Terdahulu
6
F. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan
9
G. Sistematika Penulisan BAB II
BAB III
11
TINJAUAN UMUM TENTANG ABORSI DALAM HUKUM ISLAM
13
A. Tahap Penciptaan Janin Manusia
13
B. Sejarah Aborsi Secara Singkat
19
C. Pengertian Aborsi dan Macam-Macamnya
22
D. Dasar Hukum Aborsi
29
E. Cara-Cara dan Indikasi-Indikasi Dilakukannya Aborsi
32
F. Sebab-Sebab Terjadinya Aborsi
41
PRAKTEK ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS DI MASYARAKAT
43
ix
A. Data Kasus Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Yang Terjadi Di Masyarakat
43
B. Kasus Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Di Masyarakat 51 C. Pandangan Sosiologis Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis
63
D. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Aborsi Provokatus Criminalis BAB IV
65
TINJAUAN HUKUM TERHADAP ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS
67
A. Pandangan Ahli atau Pakar Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis
67
B. Hukuman Aborsi Provokatus Criminalis Bagi Pelakunya Menurut Hukum Islam
70
C. Analisis Undang-Undang Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis BAB V
73
PENUTUP
76
A. Kesimpulan
76
B. Saran-Saran
78
DAFTAR PUSTAKA
80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
83
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an mengemukakan bukti yang jelas bahwa kaum perempuan sama kedudukannya dengan kaum laki-laki dalam pandangan Tuhan dalam batas-batas hak-hak dan tanggung jawabnya. 1 Tetapi dengan begitu, perempuan adalah makhluk yang lemah yang harus dicintai dan disayangi. Allah menciptakan makhluknya itu terdiri atas laki-laki dan perempuan. Dari berpasang-pasang itu bisa menimbulkan rasa saling memiliki antara keduanya yaitu membuat suatu ikatan yang sah dalam pandangan agama maupun masyarakat luas yang disebut ikatan pernikahan. Ikatan pernikahan merupakan sebuah kehidupan babak baru bagi setiap insan yang melakukannya, yang boleh melakukan hubungan biologis. Hubungan ini merupakan naluri Ilahiyah untuk berkembang biak dan melakukan regenerasi yang hanya diberikan oleh seorang wanita dari proses kehamilan di dalam rahim. 2 Melalui proses kehamilan itulah wanita bisa melahirkan seorang bayi yang diinginkannya atas izin Yang Maha Kuasa. Mereka juga mempunyai hak untuk menentukan kapan dan berapa banyak untuk memiliki anak. Sesuai ICPD
1
Abbas Syauman, Hukum Aborsi Dalam Islam, (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2004), Cet. I, h. 14. 2 Ahmad Sudirman Abbas. MA., Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar Madzhab, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), Cet. I, h. 1.
1
(International Conference on Population and Development) di Cairo 1994, yang menetapkan keputusan tentang penekanan hak perempuan dalam kaitannya dengan pembangunan, khususnya dalam hal pengurusan anak. Oleh karena itu, dari dampak keputusan tersebut ialah bahwa kita semua harus menghargai dan menjaga agar keturunan kita atau generasi yang akan datang memang direncanakan dan bermutu. 3 Meskipun Islam senantiasa menganjurkan umatnya untuk memperbanyak keturunan, namun Islam tidak melarang pembatasan keturunan dalam keadaan tertentu.
Sesuai
dalam
kitab
Fiqhus-Sunnah,
Sayyid
Sabiq
mengatakan:
”Diperbolehkan membatasi keturunan jika keadaan suami banyak mempunyai anggota keluarga, sehingga dikhawatirkan tidak mampu memberikan pendidikan kepada putera-puterinya secara baik. Demikian pula jika si isteri dalam keadaan lemah atau secara terus-menerus hamil, sementara suami dalam keadaan miskin. Pada kondisi seperti ini, maka pembatasan terhadap kelahiran diperbolehkan. Bahkan sebagian ulama berpendapat, bahwa pembatasan kelahiran pada kondisi ini bukan hanya diperbolehkan, akan tetapi disunnatkan”. 4 Sementara itu banyak bentuk penyimpangan terhadap ajaran Islam yang dilakukan oleh masyarakat modern adalah kehidupan free sex yang semakin meningkat dan terbuka dilakukan. Akibat dari kehidupan free sex, maka banyak terjadi kehamilan diluar nikah sehingga menimbulkan kepanikan, baik bagi wanita yang bersangkutan maupun keluarganya. Untuk menghindari rasa malu, maka banyak 3
Maria Ulfah Anshor, Wan Nedra, Sururin., Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002), h. 2. 4 M. Abdul Ghoffar E. M., Fiqih Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), Cet. I, h. 425.
2
diantara mereka melakukan aborsi (pengguguran kandungan). Di samping itu, juga muncul praktek aborsi dari wanita yang hamil dari suami yang sah, tetapi kehamilan tersebut tidak dikehendaki karena berbagai alasan. 5 Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan diantara tujuan-tujuan syari’at-Nya yang bijaksana adalah menjaga jiwa manusia secara umum, dan jiwa mukmin secara khusus. Dan suatu kejahatan pembunuhan bertambah buruk apabila korban pembunuhan tersebut adalah anak pelakunya sendiri dengan alasan apapun seperti yang dilakukan orang Jahiliyah. Yang bahwasanya Allah telah melarang hal itu dan mensifatinya dengan kesalahan yang besar. Pengharaman yang berkaitan dengan pembunuhan ini tidak terbatas pada pembunuhan anak setelah kelahiran, tetapi juga mencakup janin yang ada di perut ibu karena pada akhirnya akan dilahirkan. 6 Dari pengharaman pembunuhan janin manusia itulah mengakibatkan peningkatan tindakan pengguguran kandungan. Sesuai fakta yang tercatat (Kompas, 3 Maret 2000) bahwa aborsi telah dilakukan oleh 2,3 juta perempuan. Berbagai jalan alternatif ditempuh yang mengakibatkan tindak aborsi yang tidak aman (unsafe abortion) yang mengakibatkan kematian. Yang menurut data WHO terdapat 15-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Dari 20 juta pengguguran kandungan tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70.000 perempuan yang meninggal dunia. 7
5
M. Hamdan Rasyid, M.A., Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, (Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2003), Cet. I, h. 200. 6 Abbas Syauman, Hukum Aborsi Dalam Islam, h. 14-16. 7 Maria Ulfah Anshor, Wan Nedra, Sururin, Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, h. v.
3
Keputusan untuk melakukan aborsi biasanya ditempuh oleh mereka yang sedang mengalami depresi atau kebingungan. Oleh karena itu, jangan mengambil keputusan saat sedang mengalami depresi, putus asa atau kecewa. Dalam keadaan tenang, sehat dan dapat berpikir jernih, keputusan untuk melakukan aborsi sama sekali tidak terlintas. 8 Berdasarkan latar belakang dan persoalan di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas dan menjadikan sebuah penelitian skripsi dengan judul “Aspek Sosiologis Aborsi Provokatus Criminalis Dalam Perspektif Hukum Islam “.
B. Perumusan Masalah Pembahasan skripsi ini diarahkan hanya pada masalah praktek aborsi provokatus criminalis yang terjadi di masyarakat luas dengan konteks kekinian. Dengan demikian pembahasan skripsi ini terarah dan lebih spesifik, kepada masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana praktek aborsi provokatus criminalis yang terjadi di masyarakat luas? 2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya praktek aborsi provokatus criminalis? 3. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap praktek aborsi provokatus criminalis?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah: 8
4
http://www.nahimunkar.com/?p=233, diambil tanggal 16 Maret 2009, jam 11.03.
1. Dengan melalui penelitian ini dapat mengetahui praktek aborsi provokatus criminalis yang terjadi di masyarakat luas. 2. Dengan melalui penelitian ini dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya praktek aborsi provokatus criminalis. 3. Dengan melalui penelitian ini dapat diketahui pandangan hukum islam terhadap praktek aborsi provokatus criminalis. 4. Menemukan fakta yang menjadi alasan seseorang melakukan tindak aborsi provokatus criminalis. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat dan kegunaan-kegunaan dalam kajian ilmiah ini, yang diantaranya: 1. Kegunaan teoritis, penelitian ini dapat memberikan dan menambahkan wawasan khazanah keilmuan dalam bidang hukum islam terutama dalam hal aborsi provokatus criminalis. 2. Kegunaan praktis, penelitan ini sekiranya dapat memberikan suatu pemecahan atau penyelesaian masalah bagi kalangan akademisi dan ilmuwan khususnya dalam bidang hukum syar’iyah dan bidang sosiologis untuk dapat menjawab permasalahan-permasalahan kontemporer, sehingga tersebut dapat menjadi relevan untuk semua ruang dan waktu.
D. Objek Penelitian Setelah penulis memaparkan latar belakang, perumusan masalah juga tujuan penulisan karya tulis ini, maka pada sub-sub ini penulis akan memaparkan objek
5
penelitian yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini. Untuk itu, yang menjadi objek penelitian dalam pembahasan ini adalah mengenai mekanisme praktek aborsi provokatus criminalis yang terjadi di masyarakat luas dan implikasi aborsi provokatus criminalis tersebut. Penelitian ini mengambil lokasi di tempat tersedianya data tentang kasus aborsi provokatus criminalis seperti di Kepolisian Pusat bagian BARESKRIM yang berada di Jakarta dan POLRES Jakarta Selatan. Dan lokasi lainnya yang dituju adalah Pusat Data Statistik yang berada di Jakarta, serta Media Massa yang pernah membahas tentang aborsi provokatus criminalis. Diambilnya lokasi tersebut karena selain dekat dengan tempat tinggal penulis, juga dapat memperkecil biaya, waktu dan energi dikarenakan keterbatasan kemampuan dari peneliti.
E. Review Studi Terdahulu Dari hasil penelusuran terhadap karya ilmiah yang ada, penulis menemukan tema tentang aborsi, diantaranya skripsi berjudul: “Pandangan Fuqaha Terhadap Permasalahan Aborsi Dan Implikasinya“ yang diajukan oleh Casmad, mahasiswa Jurusan Akhwal Sahsiyyah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Tahun 2005. Skripsi pada poin ini, membahas tentang aborsi secara umum, yang dikaitkan dengan tinjauan hukumnya menurut hukum islam, dengan tidak disertai pembahasan terhadap abortus provokatus criminalis secara spesifik. 9
9
Casmad, Pandangan Fuqaha Terhadap Aborsi Dan Implikasinya, Jurusan Akhwal Syahsiyyah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2005.
6
Ada juga skripsi yang berjudul: “Hukum Aborsi Bayi Terdeteksi Virus HIV Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI)” yang diajukan oleh Anisa Fitriani, mahasiswa jurusan Perbandingan Mazhab Hukum, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, tahun 2009. Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana pandangan MUI sendiri tentang kasus aborsi bayi yang terdeteksi virus HIV, yang dalam hal ini menurut MUI boleh dilakukan aborsi tersebut jika memang benar janin tersebut terdeteksi virus HIV/AIDS yang ditakutkan akan mengancam jiwa si Ibu. 10 Ada juga skripsi yang berjudul “Perbedaan Sikap Terhadap Aborsi Pra-Nikah Pada Remaja Yang Bersekolah Di SMA dan MA” yang diajukan oleh Ady Waskito, mahasiswa Fakultas Psikologi non regular, UIN Syarif Hidayatullah, tahun 2009. Skripsi ini menjelaskan adakah perbedaan sikap terhadap aborsi pra-nikah pada remaja yang bersekolah di SMA dan MA. Dengan mengambil sample di SMA Dharma Karya UT dan MA. Manaratul Islam dengan masing-masing 25 orang. Yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap aborsi pranikah pada remaja yang bersekolah di SMA dan MA. Hal ini terlihat dari kategorisasi, baik siswa SMA dan MA sebanyak 40% memiliki sikap yang cukup negatif terhadap aborsi pra-nikah. 11 Selain itu terdapat juga skripsi yang berjudul: “Respon Remaja Kebon Nanas Utara Jakarta-Timur Terhadap Film ‘Hantu Aborsi’” yang diajukan oleh Dewi
10
Anisa Fitriani, Hukum Aborsi Bayi Terdeteksi Virus HIV Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jurusan Akhwal Sahsiyyah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2009. 11 Ady Waskito, Perbedaan Sikap Terhadap Aborsi Pra-Nikah Pada Remaja Yang Bersekolah Di SMA dan MA, Fakultas Psikologi non regular, 2009.
7
Novita, mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, tahun 2009. Skripsi ini menjelaskan bagaiman respon serta faktor yang mempengaruhi para remaja di Kebon Nanas Utara, Jakarta Timur terhadap film “Hantu Aborsi” itu. yang hasilnya mereka semua takut untuk melakukan aborsi setelah menonton film “Hantu Aborsi” yang tadinya mereka tidak tahu kemudian mengerti dan berusaha untuk tidak melakukan aborsi. 12 Selain itu terdapat juga skripsi yang berjudul “Masalah Abortus Provokatus Di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana” yang diajukan oleh Siswantara .T, mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (UI), Tahun 1985. Skripsi ini membahas tentang abortus secara umum serta pandangan menurut perundangundangan pidana di Indonesia baik latar belakang, uraian sampai jenis delik pasalpasal KUHP yang mengatur tentang abortus provokatus serta bagaimana aspek hukum pidananya dalam hal abortus provokatus. 13 Selain itu terdapat juga skripsi yang berjudul “Abortus Provokatus Criminalis” yang diajukan oleh Sri Murliena, mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (UI), Tahun 1984. Skripsi ini membahas tentang masalah abortus provokatus criminalis saja, serta menjelaskan yurisprudensi dan ilmu hukumnya yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. 14
12
Dewi Novita, Respon Remaja Kebon Nanas Utara Jakarta-Timur Terhadap Film ‘Hantu Aborsi, Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2009. 13 Siswantara .T, Masalah Abortus Provokatus Di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (UI), 1985. 14 Sri Murliena, Abortus Provokatus Criminalis, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (UI), 1984.
8
Sedangkan skripsi ini, penulis membedakan pembahasan penelitian dari skripsi yang sudah ada diatas dengan perbedaan, yaitu terkait dengan konteks kekiniannya atas praktik abortus provokatus criminalis yang ditinjau dari aspek sosiologisnya. Dengan alasan, bahwa tinjauan terhadap aspek sosiologisnya lebih relevan sebagai pertimbangan atas aspek kemaslahatan sebagai Maqasyid Al-Syari’ah ditetapkannya suatu hukum.
F. Metode Penelitian dan Tekhnik Penulisan Dalam sebuah penelitian ilmiah, ada aturan baku yang mutlak harus dilakukan oleh setiap peneliti dalam menyelesaikan tugasnya. Dalam hal ini, konsep metode penelitian menjadi sangat penting adanya sebagai cara atau jalan agar peneliti dalam menyelesaikan tugas penelitiannya dapat mencapai tujuan penelitian yang telah direncanakan sebelumnya. 15 Sehingga untuk memenuhi ketentuan yang telah berlaku, sebagaimana yang dimaksud dalam paparan di atas, penulis menyimpulkan 3 (tiga) point penting yang akan penulis lakukan dalam menyelesaikan tugas penelitian (skripsi) ini, yaitu: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan metode penelitian kepustakaan (library research). Hal ini, karena data dan sumbernya tidak dapat dipisahkan dari data-data kepustakaan, antara lain berupa buku-buku, majalah, jurnal dan media informasi yang berkaitan dengan pembahasan yang
15
9
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2007), Cet. III, h. 7.
dimaksud. Adapun pendekatan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan deskriptif. Dengan pendekatan deskriptif tersebut, penulis dapat menggambarkan tentang abortus provokatus criminalis yang ditinjau dalam hukum Islam dan aspek sosiologisnya. 16 Jika ditinjau dari segi penelitian hukum pada umumnya, penelitian ini merupakan studi hukum dengan pendekatan penelitian sosiologis, medis. 2. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penyelesaian penelitian studi kepustakaan, yakni menelusuri bahan pustaka yang terkait dengan masalah praktek abortus provokatus criminalis perspektif hukum Islam, baik dari literatur fiqh klasik maupun kontemporer. Serta data-data yang diambil dari lembaga yang terkait dalam penelitian ini seperti data persentase dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang pernah melakukan aborsi yang dilihat dari tingkat pendidikannya, diambil juga data kasus yang pernah ditangani aparat polisi masing-masing daerah yang kemudian dikumpulkam oleh BARESKRIM Jakarta, juga diambil data kriminal yang pernah ditangani oleh POLRES Jakarta Selatan secara keselurahan dari tahun 2006 sampai 2009 Untuk mendapatkan pandangan lebih jelas tentang praktek abortus provokatus criminalis baik dalam perspektif sosial, medis dan hukum akan dilakukan interview dengan nara sumber terkait,
16
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Ed. Ke-1, h. 65.
10
guna menggali fakta-fakta aspek sosiologis sebagai obyek kajian penelitian. 3. Teknik Analisis Data Proses penelitian ini menggunakan metode analisis perbandingan (analysis comparative) serta kualitatif, karena data yang diperoleh merupakan data yang berasal dari sumber yang layak diperbandingkan. Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. 17
G. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam karya ilmiah yang berjudul Aborsi Provokatus Criminalis Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Aspek Sosiologisnya ini, penulis membaginya dalam lima bab, yaitu: BAB I:
Pendahuluan Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian, Objek Penelitian, Review Studi Terdahulu, Metodologi Penelitian dan Tehnik Penulisan serta Sistematika Penulisan.
BAB II:
Tinjauan Umum Tentang Aborsi Pembahasan bab ini terdiri dari sub-sub bahasan: Tahap Penciptaan Janin Manusia, Sejarah Aborsi Secara Singkat, Pengertian Aborsi Dan
17
Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Drs. Djawahier Hejazziey, SH, MA, Dkk, (Jakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet. I
11
Macam-Macamnya, Dasar Hukum Aborsi, Cara-Cara dan IndikasiIndikasi Dilakukannya Aborsi dan Sebab-Sebab Terjadinya Aborsi. BAB III:
Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Di Masyarakat Pembahasan bab ini terdiri dari sub-sub bahasan: Data Kasus Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Yang Terjadi Di Masyarakat, Kasus Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Di Masyarakat, Pandangan Sosiologis Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis dan Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Abortus Provokatus Criminalis.
BAB IV:
Tinjauan Hukum Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis. Pembahasan bab ini terdiri dari sub-sub bahasan: Pandangan Ahli atau Pakar Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis, Hukuman Aborsi Provokatus Criminalis Bagi Pelakunya Menurut Hukum Islam serta Analisis Undang-Undang Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis.
BAB V:
Penutup Membahas tentang sub-sub judul yaitu kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran. Juga dikemukakan bahan-bahan yang dipergunakan dalam penulis skripsi ini yaitu library research ditulis dalam daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang ditemukan dalam penelitian.
12
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ABORSI DALAM HUKUM ISLAM
A. Tahap Penciptaan Janin Manusia Al-Qur’an mengisahkan bahwa manusia merupakan khalifah Tuhan di Bumi karena manusia mengemban misi yang amat mulia sebagai makhluk yaitu menjaga dan melestarikan Bumi beserta isinya. 18 Yang tertuang dalam surat di bawah ini:
☺ ⌧ ⌧
☺ (30 :2/)اﻟﺒﻘﺮة.
⌧ ☺
Artinya: “Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau? Rabb berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah/2: 30). Dengan mengemban misi yang amat mulia, maka manusia diciptakan dalam bentuknya yang paling sempurna sebagaimana tertuang dalam surat di bawah ini:
(4 :95/)اﻟﺘﻴﻦ Artinya:
18
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 15.
13
“Sesungguhnya kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya”. (QS. At-Tin/95: 4). 19 Selain ayat di atas ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang proses kejadian manusia, antara lain 6 ayat yang tercantum di bawah ini: 1. Surah As-Sajadah ayat 7-8:
⌧ . (8-7 :32/)اﻟﺴﺠﺪة. Artinya: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptakan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)”. (QS. As-Sajadah/32: 7-8). 2. Surah Al-Thariq ayat 5-7:
. . (7-5 :86/ )اﻟﻄﺎرق. Artinya: “Maka hendaknya manusia memperhatikan dari apakah dia menciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang shulbi laki-laki dan tulang dada perempuan”. (QS. AlThariq/86: 5-7). 3. Surah Al-Qiyamah ayat 37:
⌧ (37 :75/)اﻟﻘﻴﻤﺔ.
☺
Artinya: “Bukanlah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)”. (QS. Al-Qiyamah/75: 37). 19
Ibid, h. 16.
14
4. Surah Al-Insan ayat 2:
⌧ ☺
☺ (2 :76/)اﻻﻧﺴﺎن.
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya dengan perintah dan larangan, karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat”. (QS. AlInsan/76: 2). Maksud bercampur di sini adalah bercampur antara benih laki-laki dan perempuan. 5. Surah Al-Mu’minun ayat 12-14:
. ⌧ . ⌧ ☺
☺
☺ ⌧ (14-12 :23/)اﻟﻤﺆﻣﻨﻮن. Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan dari suatu saripati (berasal) dari tanah, kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus daging, kemusian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain maka Maha Suci Allah Pencipta yang paling baik”. (QS. Al-Mu’minun/23: 12-14). 6. Surah Al-Hajj ayat 5:
15
⌧ ⌧
(5 :22/ )اﻟﺤﺞ... ⌧ Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya, agar Kami menjelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi”. (QS. Al-Hajj/22: 5). Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami, bahwa proses kejadian manusia adalah sebagai berikut: 1. Dari saripati tanah. Al-Qur’an menyebutkan bahwa asal usul kejadian manusia berasal dari saripati tanah, bukan berarti setiap penciptaan manusia berhubungan secara langsung dengan tanah sebagai bahan pokok penciptaan, tetapi tanah dengan melalui proses yaitu dengan memperhatikan bumi di mana mayat-mayat yang dipendam di dalamnya, yang sering dengan waktu akan menghancurkan organorgan tubuh manusia, yang kemudian dengan tanah itu pula menumbuhkan
16
tanaman-tanaman yang akan dimakan oleh manusia yang masih hidup dan manfaat lainnya yang dapat digunakan oleh makhluk hidup lainnya. 20 2. Dari air hina yaitu air mani atau sperma. Air mani (Nutfah) dianggap sebagai al-ma’ al-shafi atau air suci. Dan jika terjadi pembuahan, maka proses nutfah yang kemudian diberi bentuk itu didiamkan dalam rahim (uterus) dalam waktu tertentu yang berada dalam tiga kegelapan, yakni kegelapan dalam perut, dalam rahim dan dalam selaput yang menutupi janin dalam rahim. Dari air yang terpancar yang dalam buku-buku seks dikenal dengan istilah orgasme. 21 3. Dari setetes air mani yang ditumpahkan ke dalam rahim perempuan. Dalam embriologi dikenal bahwa pancaran sperma ke dalam rahim melalui vagina masuk ke tuba pallopi guna bertemu dengan ovum. Apabila sudah bertemu dengan ovum dan menembusnya sehingga bersatu, atau dengan kata lain penyatuan gemit dari laki-laki dan perempuan. 22 4. Saripati air mani yang disimpan di tempat/ wadah yang kokoh/ rahim. Nuthfah menurut Sayid Qutub adalah setetes air mani yang keluar dari sulbi (tulang belakang) seorang laki-laki lalu bersarang di rahim perempuan. Hal ini
20
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 17. Ibid, h. 18. 22 Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 158. 21
17
menurut embriologi, zygote berbentuk blastokista dan bersarang dalam selaput lender rahim. 23 5. Segumpal darah. Menurut Sayid Qutub, hal ini terjadi ketika benih laki-laki dan telur perempuan bersatu dan melekat pada dinding rahim berupa sel yang kecil yang memperoleh penghidupan dari darah sang ibu. 24 6. Segumpal daging. Hal ini menurut embriologi merupakan awal deferensiasi zygote setelah terbenam dalam lender rahim. Sebagaimana diuraikan oleh Sayid Qutub bahwa perpindahan dari tahap Alaqah ke mudghah terjadi di saat sesuatu yang melekat berubah menjadi darah beku yang bercampur. 25 7. Tulang belulang, segumpal daging tersebut di atas membentuk tulang. 8. Makhluk lain. Ini adalah manusia yang mempunyai ciri-ciri istimewa yang siap untuk meningkat dengan ditiupkannya ruh ke dalamnya. 26 Bila kita perhatikan secara embriologik, perkembangan janin memang sesuai dengan apa yang disebut dalam Al-Qur’an tersebut di atas, mudighah berkembang dalam minggu keempat hingga minggu kedelapan sampai sudah terbentuk semua alat-alat tubuh dan susunan alat-alat tubuh utama. Dengan kata lain, selama bulan 23
Ibid, h. 158-159. Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 19. 25 Ibid, h. 19. 26 Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 159. 24
18
kedua bentuk luar mudghah banyak berubah dengan bertambah besar kepala dan pembentukan anggota badan, wajah, telinga, hidung dan mata. 27 Demikianlah proses kejadian manusia menurut Al-Qur’an. Adapun menurut hadits periodisasi tahap-tahap kejadian manusia adalah sebagai berikut artinya:
ﻋﻦ اﺑﻲ ﻋﺒﺪاﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ان اﺣﺪآﻢ ﻳﺠﻤﻌﺨﻠﻘﻪ ﻓﻲ ﺑﻄﻦ اﻣﻪ ارﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎﻧﻄﻔﺔ ﺛﻢ ﻳﻜﻮن ﻋﻠﻘﺔ ﻣﺜﻞ.اﻟﺼﺎدق وهﻮ اﻟﻤﺴﺪوق ذاﻟﻚ ﺛﻢ ﻳﻜﻮن ﻣﻀﻐﺔ ﻣﺜﻞ ذاﻟﻚ ﺛﻢ ﻳﺮﺳﻞ اﻟﻴﻪ اﻟﻤﻠﻚ ﻓﻨﻔﺦ ﻓﻴﻪ اﻟﺮوح وﻳﺆﻣﺮ ﺑﺎرﺑﻊ آﻠﻤﺎت ﻳﻜﺘﺐ (رزﻗﻪ واﺟﻠﻪ وﻋﻤﻠﻪ وﺳﻘﻲ وﺳﻌﻴﺪ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya: “Abi Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud r.a berkata: Rasulullah SAW menceritakan kepada kami, sesungguhnya seseorang dari kamu kejadiannya dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh hari berupa nuthfah (mani) kemudian menjadi mudghah (segumpal darah) selama seperti tadi, kemudian Malaikat dikirimkan kepadanya (mudgah), lalu meniupkan ruh ke dalamnya dan diperintahkan untuk melakukan empat kalimat, yaitu mencatat rizkinya, amal perbuatannya, dia celaka atau bahagia”(HR.Muslim). 28 Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di atas ini menjelaskan bahwa waktu yang dilalui tahap proses kejadian manusia dalam rahim ibu adalah berupa nuthfah 40 hari sampai menjadi makhluk berbentuk manusia lengkap yang kemudian ditiupkan ruh. Kemudian terjadinya konsepsi, buah dalam rahim ibu mengalami proses pembentukan diri yang dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai proses setelah menjadi mudghah (segumpal darah). Menurut Al-Qur’an dan hadis tersebut diketahui bahwa proses kejadian manusia terdiri dari dua tahap, meliputi tahap
27 28
Ibid, h. 161. Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 22
19
penciptaan fisik dan jasad manusia dan tahap non-fisik berupa peniupan ruh yang merupakan hakikat manusia. 29 Menurut ulama, ruh itu terpisah dari ruh ibu tidak berjalan di dalam tubuh seperti pendapat Imam Ghazali dan lain-lain, tetapi peniupan ruh itu merupakan perkataan kiasan tentang dijadikannya ruh melekat pada tubuh. Yang langsung meletakkannya adalah Malaikat yang diserahi tugas urusan rahim. Sedangkan menurut ulama yang menganggap bahwa ruh itu merupakan benda halus, peniupan ruh itu adalah menurut arti yang sebenarnya. 30
B. Sejarah Aborsi Secara Singkat Tidak semua hasil pembuahan manusia dapat mencapai taraf kematangan, dimana buah itu setelah dilahirkan dapat hidup terus secara mandiri. Sebagian buah itu dilahirkan sebelum waktunya dan kejadian ini disebut keguguran atau abortus spontaneus. Jumlah jenis abortus ini berkisar antara 10 sampai 15 % dari semua kehamilan. Disamping itu terdapat juga keguguran yang dibuat dengan sengaja oleh manusia atau abortus provocatus. Semenjak zaman purbakala manusia sudah menemukan dan menjalankan cara-cara untuk mencegah kehamilan, misalnya seperti coitus interruptus, memperpanjang laktasi, penggunaan Intra Uterine Device (memasukkan benda kedalam vagina, uterus) yang biasa disingkat IUD. Dan malahan sudah ada cara dengan operasi yaitu dengan membuat lobang di urethra externa
29
Ibid, h. 23. Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 161. 30
20
sehingga waktu ejaculatio air mani tidak masuk ke vagina. Pada zaman itu sudah pula dijalankan sterilisasi, dikebiri dengan merusak testis. Jika masih terjadi kehamilan walaupun sudah mengadakan usaha pencegahan kehamilan, maka dilakukanlah abortus provocatus. Dari Zaman Purbakala sudah dikenal cara-cara tradisional untuk menggugurkan kandungan, misalnya seperti minum jamu-jamuan, memasukkan segala macam benda ke dalam kandungan, melakukan pijat dengan mengurut-urut perut supaya rahim terbalik dan lain sebagainya. Pendek kata abortus provocatus merupakan gejala yang sejak dahulu kala sudah dikenal pada seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia. Di Tiongkok, abortus provocatus sudah ada kira-kira 5000 tahun yang lalu, dimana salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah kelahiran. Dalam catatan kedokteran kuno diperoleh keterangan bahwa ada anjuran bagi wanita yang ingin menggugurkan kandungannya untuk meminum air raksa. Dari catatan Mesir Kuno, juga telah ada disebutkan pengguguran kandungan, tetapi tanpa ada pembahasan mendalam mengenai hal tersebut. Pada zaman Yunani kuno Aristoteles menganjurkannya, Plato menyokongnya bagi wanita-wanita di atas umur 40 tahun, suami-suami bangsa Romawi diberi hak untuk melakukannya bagi isteri dan budak mereka. Cicero dan Galen mengutuk abortus provocatus yang dilakukan secara sembarangan. Dan pengikut-pengikut agama Kristen yang pertamatama, yang menyebutkan pengguguran kandungan sebagai pembunuhan terhadap bayi-bayi dan mengutuknya. Pada abad Pertama Masehi, Saranos seorang ahli kandungan yang termasyhur dari Ephesus sudah dapat membagi pengguguran kandungan dalam 2 (dua) jenis, yaitu Phthorion dan Ekbolin. Phthorion berarti 21
menghancurkan kandungan, sedangkan Ekbolin adalah memaksa keluar janin yang dikandung.
Malahan
Saranos
pernah
menganjurkan
berbagai
cara
untuk
menghancurkan janin, diantaranya seperti si ibu harus berlari-lari, mandi dalam air panas, memasukkan minyak zaitun kedalam peranakan, mengangkat barang diluar kemampuannya, mencuci perut dengan bahan kimia tertentu, merendamkan badan kedalam ramuan minyak eami dan perut ditekan sehingga semua darah keluar. Namun dalam catatannya ia melarang keras penggunaan benda-benda runcing atau tajam, sebab dapat membahayakan keselamatan jiwa sang ibu. 31 Jadi, aborsi sendiri sudah berkembang dari setiap zaman baik menggunakan cara yang tradisional sekalipun sampai cara yang modern dilakukan pada saat itu. C. Pengertian Aborsi dan Macam-Macamnya 1. Pengertian Aborsi Kata aborsi berasal dari bahasa Latin yaitu abortus, yang berarti gugur kandungan atau keguguran. Dalam bahasa Arab aborsi ialah disebut isqatu alHamli atau al-Ijhadh. 32 Kata aborsi juga diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion yang berasal dari bahasa Latin yang berarti pengguguran kandungan atau keguguran. 33 Kata bahasa Arab di atas merupakan mashdar dari ajhadha yang keduanya mempunyai arti perempuan yang melahirkan secara paksa dalam keadaan belum 31
Siswantara T, Masalah Abortus Provocatus di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana, (Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 1985), h. 13-15. 32 Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 162. 33 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 32.
22
sempurna penciptaannya. Secara bahasa disebut juga lahirnya janin karena dipaksa atau dengan sendirinya sebelum waktunya. Sedangkan makna gugurnya kandungan, menurut ahli fikih tidak keluar dari makna bahasa, diungkapkan dengan istilah menjatuhkan (isqath), membuang (tharh), melempar (ilqaa’) dan melahirkan dalam keadaan mati (imlaash). 34 Dalam kamus Webster Ninth New Collegiate menyebutkan bahwa aborsi adalah keluarnya janin secara spontan atau paksa yang biasanya dilakukan dalam 12 minggu pertama dari kehamilan. 35 Di dalam Ensiklopedia Indonesia, pengertian aborsi adalah pengakhiran kehamilan sebelum masa genetasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram. Definisi ini menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu (kurang dari 5 bulan) atau berat janin kurang 500 gram. Aborsi merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. 36 Istilah abortus di atas dipakai untuk menunjukkan terminasi hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Pengertian ini umum digunakan di bidang obstetri. Menurut kedokteran kehakiman, abortus adalah pengeluaran janin dari kandungan pada setiap saat sebelum masa kehamilan lengkap. 37
34
Ibid, h. 32. Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, h. 33. 36 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta: ElSAS, 2008), Cet. II, h. 167. 37 Ahmad Husairi, Kontribusi Embriologi Dalam Penetapan Hukum Fiqih Kehamilan, (Yogyakarta: Pustaka Banua, 2007), Cet, I, h. 97. 35
23
Aborsi juga sering dikaitkan dengan ranah hukum. Menurut pengertian yuridis dari Skegg aborsi adalah... intentional destruction of the Fetus in the womb, or any untimely delivery brought about with intent to couse the death of the Fetus (perusakan pada janin di dalam rahim, atau disebabkan karena kematian pada janin). Sementara yang terdapat dalam Black’s Law Dictionary disebutkan sebagai berikut “the spontaneus or artificially induced expulsion of an embryo of fetus” (cara yang spontan atau dikeluarkan secara paksa di dalam embrio yang sudah menjadi janin). Kedua rumusan di atas sama sekali tidak menyebutkan bahwa aborsi mengindikasikan adanya tindakan pidana. 38 Sedangkan menurut KUHP aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (3840 minggu) atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu). Dari segi medikolegal maka istilah abortus, keguguran dan kelahiran prematur mempunyai arti yang sama dan menunjukkan pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang cukup. 39 Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa aborsi adalah pengguguran kandungan sebelum lahir secara alamiah, berapa pun umurnya dengan maksud merusakan kandungan tersebut. 40
38
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 35. http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm www.abortiono.org. 40 Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 162. 39
24
2. Macam-macam Aborsi Dalam istilah media aborsi terdiri dari dua macam yaitu aborsi spontan (abortus spontaneus), dan aborsi yang disengaja (abortus provocatus), hal ini desebutkan dalam Glorier Family Ensiclopedia: “An abortion is the termination of a pregnancy by loss or destruction of the fetus before birth. An abortion may be spontaneous or induced” (Aborsi adalah penghentian kehamilan dengan cara menghilangkan atau merusak janin sebelum kelahiran. Aborsi boleh jadi dilakukan dengan cara spontan atau dikeluarkan secara paksa). 41 a. Aborsi Spontan (Abortus Spontaneus), Aborsi spontan atau keguguran tanpa sengaja atau aborsi alamiah (Abortus Spontaneus) adalah aborsi yang terjadi dengan sendirinya sebelum Fetus berkembang, atau sebelum lahir yang berlangsung tanpa tindakan apapun. 42 Aborsi spontan ini oleh Ulama disebut Isqath al-‘Afwu yang berarti aborsi yang dimaafkan karena pengguguran seperti ini tidak menimbulkan akibat hukum. 43 Aborsi spontan ini dalam ilmu kedokteran dibagi lagi menjadi, yaitu: 1) Abortus Imminens (threatened abortion), adalah peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
41
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 35. Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta: ElSAS, 2008), Cet. II, h. 168. 43 Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 162-163. 42
25
konsepsi masih di dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks. Keadaan dimana masih ada kemungkinan kehamilan bisa diselamatkan. 2) Abortus Incipiens atau Abortus Mundzar (inevitable abortion), adalah peristiwa pendarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Keadaan dimana kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. 3) Abortus Incompletus, adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pendarahan yang terjadi biasanya cukup banyak, namun tidak fatal, untuk pengobatan perlu dilakukan pengosongan rahim secepatnya. 4) Abortus Completus, adalah semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Keadaan demikian biasanya tidak memerlukan pengobatan. 44 5) Abortus Habitualis, adalah abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut-turut atau lebih. 45 6) Abortus Infectiosus, adalah abortus yang disertai infeksi genital, sedangkan abortus septik adalah abortus infectiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada setiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus incompletus dan lebih sering pada abortus buatan
44
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm www.abortiono.org. http://www.blogdokter.net/2007/04/26/selayang-pandang-tentang-abortus/ , 2 November 2009, jam 22.10. 45
26
yang dikerjakan secara tidak ahli atau tersembunyi tanpa memperhatikan asepsis dan). 46 7) Missed Abortion, istilah ini dipakai untuk keadaan dimana hasil pembuahan yang telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Penderitanya biasanya tidak menderita gejala, kecuali tidak mendapat haid. Kebanyakan akan berakhir dengan pengeluaran buah kehamilan secara spontan dengan gejala yang sama dengan abortus yang lain. 47 b. Aborsi Yang Sengaja Dibuat (Abortus Provocatus), Aborsi yang disengaja ini (abortus provocatus) adalah aborsi yang terjadi secara sengaja karena sebab-sebab tertentu, dalam istilah fikih disebut al-isqath al-dharury atau alisqath al-‘ilajiy. Aborsi macam ini memiliki konsekuensi hukum yang jenis hukumannya tergantung pada faktor-faktor yang melatar belakanginya. 48 Aborsi ini juga berarti bahwa menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1.000 gram. Walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1.000 gram dapat terus hidup. 49 Aborsi jenis ini mencakup dua varian, yaitu:
46
Skripsi Siswantara T, Judul Masalah Abortus Provocatus Di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana, Universitas Indonesia, Fakultas Hukum, h. 27, 1985. 47 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 36-37. 48 Ibid, h. 37. 49 http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm www.abortiono.org.
27
1) Abortus Provokatus Medisinalis/ Artificialis therapicus, adalah sejenis aborsi yang penggugurannya dilakukan oleh tenaga medis disebabkan faktor adanya indikasi medis. Biasanya aborsi jenis ini dilakukan dengan mengeluarkan janin dari rahim meskipun jauh dari masa kelahirannya. Aborsi jenis ini dilakukan sebagai tindakan penyelamatan jiwa seorang ibu setelah pemeriksaan secara medis karena jika kehamilannya dipertahankan akan membahayakan dan mengancam kesehatan ataupun keselamatan nyawa ibunya. Aborsi ini dikalangan Ulama disebut dengan istilah al-isqath al-dharury atau dengan al-isqath al-‘ilajiy yang berarti aborsi darurat atau aborsi pengobatan. 50 Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medis yang dijelaskan di atas, adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya, yaitu: a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai tanggung jawab profesi. b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi dan lain-lain). c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
50
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 163.
28
d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah prosedur tidak dirahasiakan. e. Dokumen medis harus lengkap. 51 2) Abortus Provocatus Criminalis, adalah sejenis aborsi yang dilakukan tanpa indikasi medis (ilegal) atau dengan kata lain bukan disebabkan dengan persoalan kesehatan medis, tetapi biasanya lebih disebabkan karena faktor di antaranya karena ekonomi, menjaga kecantikan, kekhawatiran sanksi moral, kekhawatiran janin yang ada dalam kandungan akan lahir dalam keadaan cacat, hamil di luar nikah. 52 Penguguran macam ini di kalangan Ulama disebut al-Isqath al-Ikhtiyary atau al-Ijhad al-Ijtima’i yang berarti pengguguran yang disengaja tanpa sebab membolehkan sebelum masa kelahiran tiba. 53 Tindakan aborsi inilah yang kemudian terkait dan dikaitkan dengan tindakan yang bertentangan dengan hukum dan etika. Biasanya proses ini dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu. 54 Dalam abortus provocatus criminalis dapat disebutkan tiga macam pelaku yang dapat melaksanakan abortus tersebut yaitu: a. Si wanita yang hamil. b. Orang lain. 51
http://kedokteran .fkuii/index.php?option=com_wrapper&Itemid=29. Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 37-38. 53 Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 163. 54 http://kedokteran .fkuii/index.php?option=com_wrapper&Itemid=29. 52
29
c. Si wanita sendiri dengan bantuan orang lain.
D. Dasar Hukum Pada umumnya hukum aborsi dalam Islam adalah tidak diperbolehkan (haram). Islam menginginkan agar keturunan para pengikutnya terus berkembang. Karena ketika sperma dan sel telur telah bercampur sehingga membentuk embrio, maka ini merupakan awal kehidupan; dan aborsi terhadapnya adalah haram dalam Islam. 55 Sebagaimana di firmankan dalam surat Al-Imran ayat 156:
☺
:3/ )ال ﻋﻤﺮان.
☺ (156
Artinya: “Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan“. (QS. Al-Imran/3: 156). Orang menempuh jalan aborsi karena berbagai alasan, yang tidak semuanya diterima oleh agama. Dan, bahkan para ulama yang berpendapat bahwa aborsi di bawah indikasi-indikasi tertentu dapat diizinkan, tidak menyetujui penggunaannya sebagai suatu alternatif bagi kontrasepsi. Lebih jauh, perbedaan pendapat di kalangan ulama tidak harus dimanfaatkan sebagai suatu izin bagi penggunaan aborsi secara serampangan. 56 Jika aborsi ini dilakukan setelah janin usia empat bulan maka ulama sepakat mengharamkannya. Karena hal itu dikategorikan pembunuhan. Kecuali dalam 55
Ibrahim Amini, Anakmu Amanatnya Rumah Sebagai Sekolah Utama, (Jakarta: Al-Huda, 2006), Cet. I, h. 62. 56 S. Ahmad Abdullah Assegaf, Islam & KB, (Jakarta: Lentera Basritama, 1992), Cet. I, h. 231.
30
keadaan darurat. Sesuatu yang sifatnya darurat itu dapat membolehkan sesuatu yang diharamkan. Demikian itu jika dokter yang dapat dipercaya menyatakan bahwa membiarkan kehamilan tumbuh terus bisa membahayakan wanita yang hamil. Adapun jika aborsi dilakukan sebelum bulan keempat terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama sebagai berikut: 1. Pendapat Mazhab Hanafi Sebagian mereka berpendapat, bahwa perbuatan aborsi sebelum bulan keempat dibolehkan meskipun tanpa izin suaminya, demikian boleh dilakukan apabila dalam keadaan darurat. Sedang sebagian yang lain berpendapat tidak halal melakukan aborsi pada bulan tersebut. Adapun tingkatan yang paling rendah adalah makruh. 57 2. Pendapat Mazhab Maliki Bahwa, mereka melarang aborsi pada semua tingkatan meskipun belum sampai empat puluh hari, berdasarkan apa yang mereka yakini dari mazhab mereka. Sebagian mereka berpendapat makruh. 58 3. Pendapat Mazhab Syafi’i Bahwa, aborsi diharamkan oleh mereka, ada yang berpendapat makruh pada dua masa yaitu masa nuthfah (masih dalam ujud mani) dan masa alaqah
57
Syaikh Athiyah Shaqar, Tanya Jawab Masalah Wanita, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002),
Cet. I, 245. 58
Ibid, h. 245.
31
(segumpal darah). Apabila nuthfah dari hasil perzinaan maka aborsi ini diperbolehkan. 59 4. Pendapat Mazhab Hanbali Menurut mereka, yang mengambil dari kitab Al-Mughni karangan Ibnu Qudamah bahwa apabila menggugurkannya berupa mudghah (segumpal daging yang sempurna) kemudian ada kesaksian dari orang yang dapat dipercaya maka aborsi tersebut dikenai ghurrah (denda atas anggapan bahwa ia telah melakukan pembunuhan orang). Jika dilihat masih dalam permulaan penciptaan seandainya dibiarkan ia akan membentuk wujud maka ada dua pendapat, yang paling benar di antara keduanya adalah tidak dikenai apa-apa. 60 Mengenai aborsi sebelum ditiupkan ruh ke dalam janin ada empat pendapat: 1. Pendapat yang membolehkan secara mutlak tanpa harus ada udzur. Ini adalah pendapat madzhab Zaidiyah, sebagian Hanafiyah dan sebagian Syafi’iyah serta Malikiyah dan Hanabilah. 2. Pendapat yang membolehkan sewaktu ada udzur dan dimakruhkan apabila tidak ada udzur. Ini adalah pendapat sebagian Hanafiyah dan sebagian Syafi’iyah. 3. Pendapat yang memakruhkan secara mutlak yaitu pendapat sebagian Malikiyah.
59
Syaikh Athiyah Shaqar, Tanya Jawab Masalah Wanita, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002),
Cet. I, 245. 60
Ibid, h. 246.
32
4. Pendapat yang mengharamkan dengan tanpa ada udzur. Yaitu pendapat yang dipegang oleh Malikiyah dan yang disepakati oleh Zhahiriyah serta Ja’fariyah. 61 Demikianlah, masalah ini juga dibahas dalam MUNAS MUI tahun 2000 yang langsung dikeluarkan fatwa MUI No.4 Tahun 2005 tentang aborsi bahwa menurut keputusan MUI malakukan aborsi sebelum atau sesudah nafkh al-ruh hukumnya haram, kecuali jika ada alasan-alasan medis atau alasan lain yang dibenarkan oleh syari’at Islam, seperti untuk menyelamatkan jiwa si ibu. 62 Masalah aborsi ini juga diatur dalam Undang-Undang Indonesia yang masih berlaku hingga kini, yaitu Undang-Undang No.1 tahun 1946 tentang KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) terdapat 4 pasal sebagai tindak pidana dan kejahatan diatur dalam Pasal 299, 346, 347 dan 348, Undang-Undang No.7/1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan dan Undang-Undang No.23/1992 tentang kesehatan yang terdapat dalam Pasal 15. 63
E. Cara-Cara dan Indikasi-Indikasi Dilakukannya Abortus 1. Cara-Cara Dilakukannya Abortus Dalam garis besarnya dapat dibedakan antara cara atau teknik abortus (abortus buatan) terhadap kehamilan dalam triwulan ke 1 (antara 0 sampai 12 minggu) dan terhadap kehamilan dalam triwulan ke 2 (antara 12 sampai 28 minggu). a. Cara atau tekhnik abortus buatan terhadap kehamilan dalam triwulan ke 1. 61
Syaikh Athiyah Shaqar, Tanya Jawab Masalah Wanita, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002),
Cet. I, 24.
62 63
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, h. 85. http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan, diambil dari tgl 20 maret 2009, jam 14.22.
33
1) Dilatasi dan kerokan Pertama-tama dilakukan dilatasi artinya adalah pemuaian atau pelebaran mulut rahim (cervix uteri), selanjutnya setelah mulut rahim dilebarkan dilakukan kerokan yaitu hasil konsepsi yang terdapat pada dinding uterus (rahim) dikerok. Pengeluaran isi rahim tersebut yang berupa hasil konsepsi dengan cara pengerokan ini dilakukan dengan alat kuret. Setelah hasil konsepsi (pembuahan) lepas dari dinding uterus akibat dari pengerokan tersebut, maka hasil konsepsi itu dapat dikeluarkan dengan alat cumin abortus. 2) Dilatasi dalam 2 tahap. Pada seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya atau seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali yang memerlukan pembukaan mulut rahim yang lebih besar, dapat dilakukan dilatasi dalam 2 tahap. 3) Pengeluaran dengan cara penyedotan (suction curret tage) Dalam tahun-tahun terakhir ini makin banyak digunakan oleh karena pendarahan tidak seberapa banyak dan bahaya perforasi lebih kecil. b. Cara atau tekhnik abortus buatan terhadap kehamilan dalam triwulan ke 2. 1) Abortus pada kehamilan antara 12 sampai 16 minggu. Pada kehamilan setua ini kerokan lebih baik jangan dilakukan, oleh karena akan dialami kesukaran untuk melahirkan janin melalui saluran mulut rahim yang tidak cukup terbuka. Cara abortus pada kehamilan setua 34
ini dapat dilakukan dengan tekhnik histerektomi abdominal, yaitu pembedahan untuk mengeluarkan janin dengan cara membuka dinding perut dan dinding depan uterus dengan sayatan. 2) Abortus buatan terhadap kehamilan sesudah 16 minggu. a. Pemberian cairan NaCl hipertonik. Abortus buatan pada kehamilan sesudah 16 minggu diusahakan dengan menimbulkan kontraksi-kontraksi uterus, supaya janin dan placenta dapat dilahirkan secara spontan. b. Pemberian prostaglandin. Akhir-akhir
ini
dilakukan
percobaan
dengan
pemberian
prostaglandin untuk menghentikan kehamilan pada triwulan ke 2 kemungkinan besar nantinya bahwa prostaglandin dapat menggantikan penggunaan cairan NaCl hipertonik, karena lebih aman dan hasilnya cukup memuaskan. Sama seperti cara-cara abortus buatan di atas, menurut Christopher Tietze, cara-cara yang sekarang ini dipergunakan oleh kalangan kedokteran untuk menghentikan kehamilan dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut : 1) Pengeluaran atau pengosongan hasil konsepsi melalui lobang vagina dengan mempergunakan alat-alat tertentu. 2) Pembedahan uterus yaitu membuka dinding perut dan dinding uterus (rahim) dengan sayatan. 35
3) Induksi pengobatan yaitu dengan memberi obat-obatan tertentu sehingga uterus berkontraksi, yang kemudian menyebabkan hasil konsepsi atau janin dipaksa didorong keluar melalui lobang vagina. Cara-cara induksi pengobatan ini terdiri dari: a) Suntikan. b) Infus. c) Oral (obat yang diminum). Obat-obat yang diminum ini menyebabkan setiap orang dapat menggunakannya sendiri, kalau dijual secara bebas. Selanjutnya menurut Christopher Tietze, adapula cara-cara induksi abortus buatan yang dipergunakan oleh orang-orang yang bukan dari kalangan kedokteran yang meliputi antara lain: 1) Dengan cara sihir dan jampi-jampi. 2) Melalui bemacam-macam obat-obatan tradisional yang menunjukkan kecenderungan tidak efektif dan/atau mengandung racun. 3) Secara nyata-nyata sekali melakukan cara-cara yang membuat luka berat atau goncangan jiwa/trauma, seperti memukul-mukul perut, sengaja menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi agar dapat menghancurkan atau merusak hasil konsepsi. Semua cara-cara tersebut di atas menyebabkan pengeluaran dengan paksa hasil konsepsi dapat dialihkan kearah pengeluaran secara alamiah. Adapula caracara lain yang juga dilakukan oleh kalangan non medis, misalnya sebagai berikut : 36
1) Suatu cara yang sudah lazim dilakukan dan diakui secara luas, yaitu dengan jalan menyisipkan atau memasukkan benda-benda tertentu ke dalam uterus. Benda benda tersebut misalnya kawat, pipa logam yang kecil dan bendabenda lainnya yang dapat dipergunakan untuk maksud tersebut. 2) Memijat-mijat perut yang dilakukan oleh para dukun beranak. 3) Penyuntikan dengan menggunakan air yang bersabun atau obat pembasmi hama/kuman yang dengan mudah sudah tersedia, telah cukup dikenal penggunaannya. 2. Indikasi-Indikasi Dilakukannya Abortus a. Indikasi medik. Indikasi medik ialah suatu abortus yang dilakukan untuk menghentikan atau menghindari pengaruh yang buruk dari kehamilan ataupun dari persalinan terhadap kesehatan si ibu. Indikasi medik ini dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut: 1). Indikasi medik dalam arti sempit. Sebagai dasar pertimbangan indikasi medik dalam arti sempit untuk menggugurkan kandungan, bahwa kelanjutan dari kehamilan dapat mengancam dan membahayakan jiwa si ibu. Dalam arti sempit indikasi medik terbatas, yaitu terbatas dalam indikasi vital. Atas dasar indikasi vital abortus dilakukan bilamana si ibu terancam bahaya maut, yang tidak dapat dielakkan lagi dengan cara apapun juga kecuali dengan menggugurkan kandungan. 37
Contoh indikasi vital ini adalah penderita dengan payah jantung dalam tingkat 4 dalam keadaan hamil, sedangkan dengan pengobatan saja tidak memberi keringanan, dan jika kehamilan itu dibiarkan kemungkinan besar sekali si ibu akan meninggal dunia. 2). Indikasi medik dalam arti luas. Sebagai dasar pertimbangan indikasi medik dalam arti luas untuk menggugurkan kandungan, bahwa kelanjutan dari kehamilan dapat memperburuk keadaan kesehatan si ibu. Dalam arti luas indikasi medik ini dinamakan pula indikasi medik non-vital. Indikasi non-vital adalah indikasi demi keselamatan kesehatan si ibu. Atas indikasi ini abortus dilakukan, apabila nyata bahwa kelangsungan kehamilan akan sangat mengganggu keadaan kesehatan si ibu. Contoh indikasi medik non-vital ialah penderita dengan ablation retinae berat yang jelas karena suatu kehamilan penglihatannya sangat buruk. Kesulitan nantinya mungkin akan timbul untuk membedakan indikasi vital dengan yang non-vital. Ini dapat dipahami karena bila kesehatannya si penderita sangat terganggu, akhirnya jiwanya terancam. Namun walaupun demikian perbedaan ini sangat diperlukan, karena adanya suatu indikasi medik yang vital, yang jelas dapat meyakinkan dan membenarkan suatu tindakan penghentian dari kehamilan.
38
Selanjutnya bahwa pertimbangan pada tiap-tiap abortus dengan indikasi medik seharusnya ditentukan oleh profesi medik sendiri (disesuaikan dengan perkembangan ilmu kedokteran). Maksudnya ialah mungkin saja pada suatu saat suatu jenis penyakit bisa digolongkan sebagai dasar indikasi medik bagi abortus, namun di lain waktu dengan adanya kemajuan zaman (kemajuan dalam dunia kedokteran) penyakit-penyakit tertentu yang dianggap sebagai indikasi medik mungkin tidak lagi merupakan sebagai indikasi medik, karena sudah dapat diobati tanpa perlu lagi mengadakan pengguguran kandungan. b. Indikasi sosio-medik Dalam menentukan indikasi medik, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas, penilaian kesehatan si wanita hamil fisik maupun mental berdasarkan kondisi-kondisi klinik dari si penderita semata-mata, tanpa memperhatikan keadaan sosialnya. Hal ini oleh beberapa kalangan kedokteran dianggap kurang tepat. Konsep ilmu kedokteran modern memang menegaskan, bahwa dalam prinsip pendekatan tiap penderita harus selalu dilakukan secara integral, yang berarti bahwa tidak hanya aspek fisik dan mental semata-mata, tetapi aspek sosial pun perlu mendapat perhatian, karena manusia merupakan apa yang dinamakan kesatuan sosio-psiko-somatik (kesatuan aspek-aspek sosial-psikik dan fisik). Aspek sosial harus dianggap sebagai bagian integral dari kesehatan dalam keseluruhannya. Tidak kurang dari aspek fisik dan mental, aspek sosial
39
juga mempengaruhi keadaan kesehatan seseorang. Faktor-faktor sosial turut menentukan prognosis si sakit. Dalam rangka mempertimbangkan melakukan tindakan abortus dengan memperhatikan lingkungan hidup si penderita untuk menilai keadaan kesehatannya timbul pengertian indikasi sosio-medik. Indikasi sosio-medik berdasarkan pendekatan penderita secara total sesuai dengan konsep WHO tentang kesehatan yaitu : “Health is a complete physical mental and social well being and not merely the absence of desease or infirmity”. Demikian pula jika diambil definisi kesehatan menurut Undang-Undang pokok kesehatan No. 9 tahun 1960, yaitu: Pasal 2 Yang dimaksud dengan kesehatan ialah meliputi kesehatan badan, rohaniah (mental) dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit, cacat dan kelemahan. Perlu dikemukakan bahwa indikasi sosio-medik tidak jarang ditafsirkan sebagai indikasi sosial. Tafsiran ini tidak tepat, karena dalam hal indikasi sosio-medik unsur-unsur sosial saja bukan suatu indikasi untuk melakukan abortus. Tujuan abortus provokatus atas dasar sosio-medik adalah untuk menyelamatkan kesehatan si penderita. Sedangkan tujuan abortus provokatus atas dasar sosial adalah semata-mata demi keadaan sosial si wanita saja. Untuk seorang wanita yang hamil yang telah dalam keadaan kesehatan yang terganggu, unsur-unsur sosial dalam lingkungan hidupnya, seperti keadaan ekonomi, keadaan perumahan, keadaan kesehatan lain-lain anggota keluarga 40
dan sebagainya dapat sedemikian rupa sehingga sungguh-sungguh merupakan beban tambahan yang berat. Apabila kehamilan dianggap akan sangat memperburuk keadaan sosial sehingga keadaan kesehatan si ibu terpengaruh, dan sangat terganggu karenanya, maka abortus provocatus atas indikasi sosiomedik perlu dipertimbangkan. c. Indikasi Humaniter atau Kemanusiaan. Abortus dilakukan jika kehamilan disebabkan oleh perkosaan, perbuatan sumbang/incest dan wanita di bawah umur. d. Indikasi Eugenistis Abortus dilakukan jika kemungkinan besar bayi akan lahir cacat fisik atau mental. e. Indikasi Sosial Atau Sosial-Ekonomi Abortus dilakukan jika kelahiran bayi dianggap akan mengganggu keselamatan atau kesejahteraan keluarga. f. Indikasi Kegagalan Kontrasepsi (Contraceptive Failure) Abortus dilakukan karena suami-isteri yang telah mempergunakan alatalat kontrasepsi, ternyata gagal dan menyebabkan kehamilan. g. Abortus Karena Permintaan (Abortus On Request, Abortion On Demand) Istilah ini menggambarkan bahwa abortus provocatus itu diperkenankan semata-mata hanya berdasarkan atas permintaan si wanita hamil yang bersangkutan. Dan alasan-alasan yang terdapat pada abortion on request, on demand ini, tidak termasuk kedalam salah satu indikasi-indikasi huruf A 41
sampai G di atas. Selanjutnya diterangkan bahwa walaupun abortus provocatus ini semata hanya berdasarkan atas permintaan si wanita hamil saja, namun pada umumnya abortus itu hanya diperkenankan dilakukan pada trimester 1 (3 bulan atau 12 minggu pertama), harus dilakukan dirumah sakit dan harus dilakukan oleh seorang dokter. 64
F. Sebab-Sebab Terjadinya Aborsi Apa yang menyebabkan terjadinya abortus. Abortus pada wanita hamil biasa terjadi karena beberapa sebab diantaranya, yaitu: 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain: kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus. 2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun. 3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit kronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru-paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
64
Siswantara T, “Masalah Abortus Provocatus di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana”, (Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 1985), h.32-42.
42
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri dan kelainan bawaan pada rahim. 65
65
http://www.blogdokter.net/2007/07/20/penyebab-abortus/
43
BAB III PRAKTEK ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS DI MASYARAKAT
A. Data Kasus Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Yang Terjadi Di Masyarakat Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, membunuh dan membuang bayi yang baru dilahirkan hampir tiap hari terjadi di Jakarta. Begitu juga masalah aborsi ilegal yang jelas-jelas bermotif ekonomis bagi penyelenggaranya dan pastinya tidak pernah sepi pasien. Bisnis ini tumbuh subur dan merajalela karena menjanjikan keuntungan besar dari menggugurkan janin. Banyak perempuan muda yang tak menginginkan kehadiran jabang bayi setiap hari menggugurkan kandungan di klinik. Fenomena ini membuat praktek ilegal aborsi menjadi lahan bisnis yang terorganisir rapih melibatkan dokter, bidan, body guard, juga preman calo, tukang parkir yang bertindak sebagai calo. Bayangkan dalam sebuah investigasi diketahui bahwa aborsi untuk kandungan berusia dua bulan sekitar Rp 1,5 juta. Bila usia lebih dari itu akan ditambah dengan harga Rp 500.000,-. Proses pengguguran berlangsung sangat cepat, tergantung usia kehamilan. Akan halnya waktu aborsi untuk usia 1-4 bulan hanya memerlukan waktu 15 menit untuk “eksekusi”, sedangkan untuk 4 bulan ke atas diperlukan waktu sekitar 35 menit untuk meruntuhkan janin. 66 Seperti yang dijelaskan oleh AKBP. Rivai selaku Kepala Satuan Renakta POLDA Metro Jaya mengatakan bahwa POLDA Metro Jaya menduga ada sejumlah klinik di wilayah Jakarta yang dicurigai melakukan praktek aborsi. Untuk 66
Harian POSKOTA, Rabu, 13 Februari 2008. h. 1.
43
memastikan ada tidaknya praktek ilegal itu, polisi akan melakukan penyelidikan secara matang dan akan mengawasi klinik tersebut. Dalam catatan Polda Metro, pengungkapan kasus aborsi terbesar adalah Klinik Herlina di Tanah Tinggi IV pada tahun 1997 serta Klinik Amalia. Tak jauh dari klinik tersebut ditemukan sekitar 100 kerangka bayi yang diduga korban abortus. Menurut beliau juga, kasus aborsi yang sudah ditangani sebetulnya sudah banyak. Selama tahun 2007 tercatat 10 kasus yang ditangani Polda Metro Jaya dan Polres diwilayah. Sebagian besar pelakunya melibatkan bidan dan dokter klinik. Sayangnya, setelah kasusnya dilimpahkan ke pengadilan, ia melihat sering kali kurang mendapat perhatian masyarakat. 67 Padahal, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Bab III Pasal 4 menyatakan bahwa: “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi” 68 Hal ini sangat bertentangan dengan kasus aborsi yang berkembang pada saat ini. Seharusnya seorang wanita yang hamil baik yang belum berkeluarga atau yang sudah berkeluarga harus menjaga janin yang dikandungnya sesuai dengan hak yang terkandung dalam KHA (Konvensi Hak Anak), yaitu: 1. Hak atas kelangsungan hidup (survival), 2. Hak atas berkembang (development), 3. Hak atas Perlindungan (protection) dan 67
Ibid, h. 11. Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI dan Departemen Sosial RI, Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, h. 16. 68
44
4. Hak atas berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (participation). 69 Dari penelitian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang sesuai data panduan informasi dari Rumah Sakit tahun 1990, dari 2557 penderita rawat inap kebidanan sebanyak 97,1% pernah mengalami abortus 1 kali. 2,2% mengalami abortus 2-4 kali dan 0,7% mengalami ≥ 5 kali.Bila dilihat lebih terinci lagi penderita yang berpendidikan SLTA mempunyai pengalaman abortus 1 kali paling banyak yaitu 45,1% diikuti SLTP (21,7%) SD (17,0%), Perguruan Tinggi (11,0%) dan Buta Huruf (5,2%). Sedangkan penderita yang pernah mengalami abortus antara 2-4 kali yang paling banyak ditemukan pada penderita berpendidikan SLTA (46,4%) diikuti oleh berpendidikan SD (21,4%), SLTP (12,5%), Perguruan Tinggi (10,7%) dan Buta Huruf (10,7%). Disamping itu yang mengalami abortus > 5 kali ditemukan paling banyak pada penderita yang berpendidikan SLTA (45,0%), diikuti oleh yang berpendidikan SLTP (21,0%), SD (17,2%), Perguruan Tinggi (10,4%) dan Buta Huruf (5,3%). Data terinci yang pernah mengalami abortus dapat dilihat pada Lampiran 1. 70
19.
69
Ima Susilowati dkk., Pengertian Konvensi Hak Anak, (Jakarta: Harapan Prima, 2004), h.
70
Pusat Data Kesehatan Jakarta Departemen Kesehatan RI, Informasi Rumah Sakit 1991, h.
23-24.
45
Tabel 3.1 Persentase Penderita Rawat Inap Kebidanan Di RS Propinsi Panduan Menurut Pengalaman Abortus Tahun 1990 PERSEN
120 100 80
1 KALI 2 KALI > 5 KALI
60 40 20 0 SUMATRA BARAT
DKI JAKARTA
SULAWESI SELATAN
Dalam hitungan satu tahun laporan WHO juga memperlihatkan angka aborsi mencapai sekitar 4,2 juta kasus untuk wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri menempati angka 750.000 hingga 1.500.000 kasus yang terjadi, atau dapat dikatakan hampir 50 persennya terjadi di Indonesia, dengan jumlah sekitar 2.500 aborsi yang mengakibatkan kematian. Bahkan angka tersebut kurang dari jumlah yang disebutkan dalam penelitian Dr. Azrul yang berkisar sekitar 2,3 juta pertahun. Lebih lanjut data terakhir dari World Health Organization (WHO) yang diperoleh sekitar tahun 1999 menyebutkan suatu penelitian yang melibatkan 579 responden di empat provinsi Indonesia di antaranya Sumatra Utara, DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Sulawesi Utara menunjukkan angka 2,3 juta kasus aborsi yang terjadi dengan kategori 600.000 karena kasus gagalnya alat KB, 700.000 karena kondisi ekonomi yang rendah,
46
1.000.000 karena kasus keguguran. Seperti data pada tahun 1995 yang menyebutkan 373 per 100.000 dari kelahiran hidup, dan jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya hingga sekarang. Dari angka tersebut kematian akibat aborsi karena pendarahan menempati porsi yang paling dominan, yaitu sekitar 46,7 %. Bahkan WHO menaksir dari 10-50 % kematian ibu diakibatkan oleh aborsi. Berarti setiap 100.000 kelahiran hidup sekitar 37-186 meninggalkan dunia secara sia-sia karena aborsi. Untuk masyarakat urban seperti yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Budi Utomo dan kawan-kawan di 10 kota besar dan enam kabupaten menemukan bahwa per tahun terdapat 2 juta kasus aborsi atau 37 aborsi per 1.000 perempuan usia 15 tahun-49 tahun, atau 43 aborsi per 1.000 kelahiran hidup, atau 30% kehamilan. Sementara, penelitian lain menyebutkan variasi angka 5 sampai 35 aborsi per 100 kelahiran hidup. Sebuah klinik di Jakarta memperkirakan rata-rata terdapat sekitar 100-500 pasien yang meminta aborsi di klinik setiap bulannya. Sama halnya dengan Surabaya sebuah penelitian memperkirakan setiap harinya aborsi dilakukan rata-rata mencapai 100 kasus. Data tersebut tidak menafikan bahwa di desa praktik aborsi menempati angka yang kecil, justru sebaliknya. Aborsi untuk masyarakat pedesaan berdasarkan suatu penelitian sekitar 84 % melebihi jumlah praktik yang ada pada masyarakat urban. Dan, biasanya untuk masyarakat desa praktik aborsi dilakukan oleh para dukun. Indikasi ini perlu untuk diadakan penelitian lanjutan guna mengetahui variable apa saja yang menyebabkan kondisi demikian. 71 71
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, h.42-43
47
Frekuensi terjadinya aborsi sangat sulit dihitung secara akurat, karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga perlu perawatan di Rumah Sakit. Jumlah kematian karena aborsi melebihi kematian perang manapun. Data statistik mengenai kasus aborsi di luar negeri, khususnya di Amerika dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control (CDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI). Hasil pendataan menunjukkan bahwa jumlah nyawa yang dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika yaitu hampir 2 juta jiwa lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam sejarah negara itu. Sebagai gambaran, jumlah kematian orang Amerika dari tiap-tiap perang adalah: 1. Perang Vietnam
–
58.151 jiwa
2. Perang Korea
–
54.246 jiwa
3. Perang Dunia II
–
407.316 jiwa
4. Perang Dunia I
–
116.708 jiwa
5. Civil War (Perang Sipil) –
498.332 jiwa
Jumlah kematian karena aborsi melebihi segala penyakit. Amerika setiap tahun ada 550.000 orang yang meninggal karena kanker dan 700.000 meninggal karena penyakit jantung. Jumlah ini tidak seberapa dibandingkan jumlah kematian karena aborsi yang mencapai hampir 2 juta jiwa di negara itu. Secara keseluruhan, di seluruh dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang paling utama dibandingkan
48
kanker maupun penyakit jantung. 72 Menurut Siswanto, abortus di negara-negara sedang berkembang sebagian besar (lebih dari 90%) dilakukan tidak aman, sehingga berkontribusi sekitar 11-13% terhadap kematian maternal di dunia. Di Zimbabwe, Afrika, dilaporkan bahwa sekitar 28% seluruh kematian ibu berhubungan dengan abortus. Sementara di Tanzania dan Adis Ababa masing-masing-masing sebesar 21% dan 54%. Hal ini diperkirakan merupakan
bagian
kecil
dari
kejadian
yang
sebenarnya,
sebagai
akibat
ketidakterjangkauan pelayanan kedokteran modern yang ditandai oleh kesenjangan informasi. Insiden abortus sulit ditentukan karena kadang-kadang seorang wanita mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil, dan tidak mempunyai gejala yang hebat sehingga hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat (siklus memanjang). Terlebih lagi abortus kriminalis, sangat sulit ditentukan karena biasanya tidak dilaporkan. Angka kejadian abortus dilaporkan oleh rumah sakit sebagai rasio dari jumlah abortus terhadap jumlah kelahiran hidup. Di USA, angka kejadian secara nasional berkisar antara 10-20%. Di Indonesia kejadian berdasarkan laporan rumah sakit, seperti di RS Hasan Sadikin Bandung berkisar antara 18-19%. Menurut Prof. Dr. Wimpie Pangkahila abortus di Indonesia tingkat abortus masih cukup tinggi dibanding dengan negara-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus per tahun. 1 juta diantaranya adalah abortus spontan, 0,6 juta disebabkan oleh kegagalan program KB, dan 0,7 juta karena tidak pakai alat kontrasepsi KB. Angka Kematian Ibu (AKI) Kota Palembang berdasarkan laporan indikator Database 2005 United 72
http://www.aborsi.org/statistik.htm, diakses 28 November 2009.
49
Nation Found Population (UNFPA) 6th Country Programe adalah 317 per 100.000 kelahiran, lebih rendah dari Propinsi Sumsel sebesar 467 per 100.000 kelahiran. Jumlah kematian ibu tahun 2005 di Kota Palembang sebanyak 15 orang diantaranya disebabkan oleh perdarahan dan selebihnya disebabkan faktor lainnya termasuk abortus. Dari data yang diperoleh dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2006, angka kejadian abortus sebesar 123 kasus dengan nkejadian abortus imminens sebanyak 106 kasus (86,17%), abortus komplit sebanyak 2 kasus (1,62%), abortus inkomplit sebanyak 12 kasus (9,75%) dan missed abortion sebanyak 3 kasus (2,44%). Beberapa karakteristik umum dapat didefinisikan yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, tinggal di daerah perkotaan, status perkawinan, umur dan paritas. Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus abortus di Indonesia, artinya terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup perempuan usia 15 - 49 tahun. Sebuah penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia ditemukan bahwa insiden abortus lebih tinggi diperkotaan dibandingkan dipedesaan. Di bawah ini ada perhitungan data penelitian yang mengambil populasi penelitiannya adalah seluruh ibu hamil < 22 minggu yang pernah dirawat di Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Sedangkan sampel penelitiannya adalah seluruh ibu hamil < 22 minggu yang pernah dirawat di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Dengan Jumlah total sampel 163 orang.
50
Ada juga data yang saya ambil dari POLRES Jakarta Selatan tentang kasus yang pernah ditangani oleh mereka dalam Laporan Polisi (LP) UNIT VI/PPA yang diterima dari januari 2006 sampai dengan maret 2009 yang terlampir di Lampiran.73
B. Kasus Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Di Masyarakat Telah kita ketahui, berapa banyaknya data kasus aborsi yang terjadi di Indonesia khususnya, serta di Negara lain umumnya. Memang, dalam setiap pengakhiran kehamilan pasti tidak selalu aman. Banyak perempuan mati atau mendapat masalah kedokteran yang serius setelah berusaha melakukan pengakhiran kehamilannya sendiri, atau pergi ke dukun (yang tidak terlatih) yang memakai alatalat sangat primitif atau tidak bersih. Inilah masalah di seluruh dunia, dimana di negara-negara pengakhiran kehamilan masih ilegal, pengakhiran kehamilan merupakan penyebab utama kematian ibu. Maka dari itu, Angka Kematian Ibu (AKI) begitu meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Walaupun, di beberapa negara aborsi terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) itu khususnya karena alasan sosial, ekonomi, pemerkosaan atau incest dibenarkan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan hak hidup seseorang. Mungkin dengan pendekatan psikologi para korban pemerkosaan atau incest maupun karena alasan ekonomi dan sosial dapat diupayakan dengan: 1. Pendampingan secara psikologi pada korban karena selain trauma karena perkosaan, korban dapat merasa sangat bersalah karena melakukan aborsi yang 73
Data Rekapitulasi LP unit VI/PPA, POLRES Jak-Sel, (Diambil Senin, 18 Januari 2010).
51
artinya melakukan pembunuhan terhadap calon anaknya. 2. Untuk alasan ekonomi diperlukan penguatan kemampuan pemberdayaan perempuan bagi korban dan keluarganya. 3. Untuk alasan sosial selain melaksanakan penyadaran terhadap masyarakat untuk dapat menerima korban, dapat juga ditempuh cara relokasi korban ke tempat lain yang mana korban dapat memulai hidup dan harapan baru tanpa harus melaksanakan aborsi. 4. Apabila anak yang tidak dikehendaki oleh calon ibu, dapat dikoordinasikan Departemen Sosial untuk menempatkan anak tersebut di panti asuhan dengan kesepakatan tertulis dari sang ibu dengan berbagai pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. 74 Di bawah ini akan dijelaskan kasus aborsi yang terjadi di masyarakat khususnya di Indonesia yang pernah ditangani oleh polisi sebagai aparat penegak hukum, yaitu: 1. Perkara aborsi dan melakukan praktek kedokteran tanpa surat ijin praktek. a. LP/K/775/XI/2008/SPK tanggal 5 Nop 2007, Polwiltabes Surabaya. b. Perkara
: Aborsi dan Praktek Kedokteran tanpa dilengkapi surat ijin praktek pasal 348 ayat (1) Jo. 349 KUHP dan Pasal 75 ayat (1) dan Pasal 76 UU No. 29 tahun 2004.
c. Pelapor
: Ipda I.G. Ng A.B, anggota Idik III Reskrim Polwiltabes Surabaya.
74
Data Tanya-jawab aborsi di BARESKRIM, (diambil Rabu, 20 Januari 2010), h. 11.
52
d. TKP
: Klinik MDK Dr. TN, di Surabaya.
e. Tersangka
: Ch alias Dr. Tn, 49 th, (Pekerjaan. Dokter Umum), Surabaya.
f. Modus operandi
: Tersangka mendirikan praktek klinik Mdk sekaligus sebagai Dokter Umum yang sehari-harinya menangani penyakit pasien yang datang di klinik tersebut, selain itu Tersangka juga melayani operasi aborsi/gugur janin an. Pasien OK DM. Selama membuka praktek dan sebagai dokter di klinik tersebut, TSK tidak memiliki Surat Ijin Praktek Kedokteran.
g. Saksi-saksi
: MP, AP, OD, SW, MJ, Drg. RA, Dr. SL.
h. Barang bukti
: - 1 bungkus kassa dan kotoran janin berlumur darah milik pasien OD, - 1 bungkus isi kaki janin dan daging hasil aborsi pasien OD, - 1 set alat operasi aborsi, - Obat-obatan operasi Aborsi, - 1 alat tes kehamilan OD dan - 1 lembar surat keterangan dr. Tn.
i. Status kasus
: Proses sidik. 75
75
Ibid, h. 13.
53
2. Perkara melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan. a. LP/136/III/2007/Biro Ops tanggal 27 Maret 2007. b. Tindak pidana
: Melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan, melakukan tindakan aborsi terhadap ibu hamil.
c. TKP
: Dukuh Kpg Tmr, Surabaya.
d. Pelaku
: Dr. Ew Ar dkk, 62 tahun, laki-laki, WNI, Rumah Dukuh Kpg Komplek BD, Surabaya.
e. Pasal yg dikenakan
: Pasal 80 ayat (1) UU RI Nomor : 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 348 ayat (1) KUHP dan atau Pasal 346 KUHP.
f. Barang bukti
: - 1 set alat untuk operasi aborsi, - Gumpalan darah diletakkan dalam tas plastik warna hitam diduga darah selesai pelaksanaan aborsi, - 1 buah baskom stainlees steel untuk menampung gumpalan darah, - 1 buah celemek, - 6 buah jarum injeksi terbungkus plastik, - 1 buah sapu tangan merah bekas darah,
54
- 1 set tempat untuk operasi aborsi, - 1 botol betadine, - 8 botol anti biotic dan - Ampul deazepan berisi 2 ml untuk bius. 76 3. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan secara tradisional menggunakan dahan daun pepaya ke dalam rahim. a. LP/17/VIII/2007/Sek Sentolo tanggal 12 Agustus 2007. b. Pasal yang digunakan
: Pasal 338, 346 Yo 55, 56, 64 KUHP dan pasal 80 ayat 1 UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
c. TKP
: Dusun Swl SS KP.
d. Modus operandi
: Memasukkan dahan daun pepaya ke dalam rahim.
e. Korban
: Bayi/orok laki-laki.
f. Saksi
: Sd, 48 th, Islam buruh, Dusun Swl K P.
g. Pelaku
: Ibu orok ( MAP, 33 th), : SM, 47 th (Pengaborsi) dan : NG, 57 th (Fasilitator).
h. Barang bukti
: - cangkul dan - sepotong papan kayu.
i. Status kasus 76
: JPU. 77
Data Tanya-jawab aborsi di BARESKRIM, (diambil Rabu, 20 Januari 2010), h. 14-15.
55
4. Perkara tindak pidana aborsi yang dilakukan di Klinik Dr. Abd Jak-Pus berkedok praktek kebidanan atau USG. a. LP/17/VIII/2007/Sek Sentolo tanggal 12 Agustus 2007. b. Pasal yang dikenakan
: Pasal 80 ayat 1 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Pasal 348 KUHP tentang kejahatan terhadap jiwa orang.
c. TKP
: Klinik Dr. Abd JP.
d. Tersangka
: Dr. AW, Sp. OG (dokter praktek), Hj. JN Als ATUN (Pemilik klinik), Sun (Suster klinik), Ev (Suster klinik), J (Karyawan klinik), A R (Karyawan klinik), JM (pasien), TH (pasien), Ern (pasien) dan Elv (pengantar pasien)
e. Modus operandi
:
-
Dengan
cara
melakukan
penyedotan/
pengguguran janin yang berada dalam rahim pasien.
77
Ibid, h. 14.
56
-
Berkedok klinik kebidanan atau klinik USG.
f. Barang-bukti
: - 1 unit alat sunction (alat sedot), - 1 lampu sorot, - 1 botol pro injection, - 1 rol hypafix penutup luka, - 6 buah kanmycin (Anti Brotax), - 3 tabung oksigen berikut regular, - 1 box pembalut wanita, - 1 botol alcohol 70%, - 1 buah tempat sampah sebagai tempat pembakaran yang diduga berisi janin, - Dll.
g. Status kasus
: Proses sidik. 78
5. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan melalui infus yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bukan bidan). Tahun 2004 lalu, seorang pasien, sebut saja bernama AI memeriksa kandungannya ke sebuah rumah sakit yang cukup berwibawa di Kota Tangerang. Rumah sakit yang berinisial SG. Saat memeriksa kandungan keduanya yang berusia 15 minggu tiba-tiba AI melihat ada bercak darah di celana dalamnya. Ketika meminta advis dokter pada tanggal 16 April 2004, melalui pemeriksaan 78
Data Tanya-jawab aborsi di BARESKRIM, (diambil Rabu, 20 Januari 2010), h. 15
57
USG pihak dokter rumah sakit menyatakan kandungan pasien dalam keadaan baik dan sehat. Namun untuk menguatkan kandungan, dokter menawarkan AI untuk beristirahat di rumah sakit atau di rumah. AI memilih di rumah sakit, salah satu petugas kesehatan (bukan bidan) langsung memberi infus. Walau tidak didampingi seorang dokterpun, si petugas kesehatan (bukan bidan) mengatakan infus diberikan berdasarkan saran dokter. Sekitar 15 menit kemudian obat bereaksi dan kandungan AI mengalami kontraksi. Alhasil janin bayi dalam kandungan keluar, yang mengakibatkan kelahiran prematur dan meninggal dunia. AI kemudian mengadukan hal ini ke Polres Metro Tangerang. Sementara pihak rumah sakit, menolak bahwa terjadi mal praktek, karena abortus imminens diterapkan pada pasien karena kondisi dan situasi pasien yang saat itu membutuhkan perawatan intensif. “tidak benar pasien mengalami keguguran setelah meminum obat yang diberikan oleh dokter. Karena pemberian obat selalu diberikan sesuai dengan petunjuk dokter dan diagnosa juga dilihat dari kondisi pasien”, ujar Manajer Operasional RS tersebut. 79 6. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh bidan yang ternyata hanya lulusan Sekolah Keperawatan. Kisah sedih pula yang menimpa Dini Kurniati, ia adalah korban tewas di RSI Pondok Kelapa dari aborsi setelah menggugurkan kandungannya yang berusia 2,5 bulan di rumah Erna Rumondang Manalu dengan usia 40 tahun, yang bertempat
79
Harian TEMPO INTERAKTIF, Selasa, 1 Juni 2004. h. 1
58
di RT 09/06 Pondok Kelapa. 80 Erna adalah seorang ibu yang mempunyai empat orang anak itu selama ini dikenal sebagai bidan, tapi kenyataannya adalah bukan seorang bidan karena dia hanya lulus Sekolah Pendidikan Keperawatan (SPK) Sumatera Utara. Kini, Erna dan Pembantunya yaitu Genisah, ditahan di Polsek Duren Sawit. Polisi menyita alat-alat yang dipakai Erna untuk mengaborsi dari lantai dua rumahnya. Ada juga seorang wanita muda yang tengah menunggu Erna untuk menggugurkan kandungannya ikut dimintai keterangan oleh petugas. 81 7. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan dengan modus izin membuka praktek dokter umum. Pada tanggal 22 Januari 2009 lalu, kepolisian juga mengendus sebuah tempat praktek dokter yang diduga (dan kemudian terbukti) menjadi tempat berlangsungnya abortus provokatus kriminalis yang dilakukan Klinik Pengobatan Dokter Ownie di Jalan Warakas I No 17, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dalam kasus tersebut, polisi memeriksa satu buah kamar mandi, septic tank, serta saluran air antara kamar mandi dan septic tank. Hasilnya, setelah dilakukan pembongkaran, ditemukan 5 janin di saluran air. Tidak diketahui masing-masing jenis kelaminnya. Disebut kriminalis, karena izin praktek yang dimiliki yayasan tersebut adalah praktek dokter umum bukan kebidanan. Kedua, meski pelakunya beralasan bahwa pada umumnya yang mereka layani adalah pasangan suami isteri namun belum tentu ada alasan medis yang tepat. Dari penggerebekan yang
80 81
Harian POSKOTA, Kamis, 3 April 2008. h. 1dan 11 Harian POSKOTA, Minggu, 6 April 2008. h. 11
59
dilakukan polisi, beberapa pelaku abortus provokatus kriminalis ditangkap, di antaranya pasangan suami istri. Mereka adalah pasangan dokter umum dan bidan yang sudah beroperasi sejak 1987, Namun baru ketahuan melakukan aborsi ilegal sejak 17 Januari 2009, padahal lokasi praktek mereka berada di tengah-tengah pemukiman padat, dan berjarak hanya sekitar 200 meter dari Mapolsek Tanjung Priok. Pasiennya selain berasal dari Jakarta, juga berasal dari berbagai tempat seperti Bekasi dan Tangerang. Dengan biaya Rp 1,5 juta pasien bisa mendapatkan pelayanan pengguguran kandungan di tempat praktek dokter itu. Tempat ini menjadi terkenal berkat ‘promosi’ dari mulut ke mulut alias gethok tular. 82 8. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh dukun. Seorang dukun urut bernama Kokom (56). Salah satu ‘pasiennya’ adalah Fitriani Arrazi alias Anny (17), siswi SMKN 9, Jalan Gedong Panjang, Jakarta Barat. Saat itu ia hamil 22,5 minggu akibat berzina dengan pacarnya bernama Suryadi (21). Selama hamil, tidak ada yang tahu keadaannya yang sudah berbadan dua itu, termasuk teman-temannya di sekolah. Karena, setiap ke sekolah Anny selalu menutupi perutnya yang semakin membesar itu dengan mengenakan jaket. Namun, ia cemas akan diberhentikan dari sekolah bila ketahuan sedang hamil (di luar nikah). Maka, Anny pun menerima saran pacarnya untuk menggugurkan kandungan. Proses pengguguran kandungan berjalan mulus, sampai akhirnya pada tanggal 6 April 2008 Rimin (45) dan Abdul Rasyid (32) 82
http://www.nahimunkar.com/?p=233, Tanggal 16-03-09, jam 11.03
60
warga Jl. Mangga Besar XIIIA Mangga Dua Selatan Jakarta Pusat, mencium bau amis yang menyengat. Keduanya kemudian mencari sumber bau menyengat tadi. Ternyata, aroma menyengat itu berasal dari gundukan tanah di tepi sungai. Setelah digali, ada janin bayi yang masih berdarah beserta ari-arinya. Maka, Rimin dan Abdul Rasyid pun segera melaporkan temuannya itu kepada warga sekitar, dan diteruskan dengan melaporkan ke Polsek Sawah Besar. Berdasarkan temuan tersebut, polisi melakukan penyidikan. Akhirnya, pada dini hari 9 April 2008 polisi menciduk Anny dan Suryadi, yang sedang berada di rumah Anny yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari tempat penguburan janin. Berdasarkan hasil visum, diketahui bayi dipaksa untuk keluar hingga janin mati Berdasarkan rasa kemanusiaan dan mengingat pelaku masih berstatus pelajar, kepolisian memutuskan untuk tidak menjebloskan Anny ke dalam tahanan. Namun, Suryadi dan dukun urut Kokom ditahan hingga proses hukum selesai. Beruntung nyawa Anny tidak melayang bersama sang janin. 83 9. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh dokter gigi. Praktek aborsi ilegal (abortus provokatus kriminalis) juga dilakukan oleh seorang dokter gigi. Hal ini pernah terjadi di Denpasar, Bali. Pelakunya bernama I Ketut Arik Wiantara (38). Praktek ilegalnya terbongkar setelah jatuh korban bernama Ni Komang Asih (30), yang meninggal dunia sehari setelah menggugurkan kandungan di tempat praktek aborsi ilegal di Jl. Tukad Petanu, 83
http://www.nahimunkar.com/?p=233, tgl 16-03-09, jam 11.03.
61
Gang Gelatik, Denpasar, pada Sabtu 15 November 2008. Korban meninggal dunia di RSUP Sanglah, Denpasar, Minggu 16 November karena mengalami pendarahan akibat luka robek di rahim. Ni Komang Asih hamil akibat dari hubungan zinanya dengan Suartama yang telah beristri. Suartama kemudian mengajak korban menggugurkan kandungannya di tempat praktek I Ketut Arik Wiantara. Dokter gigi I Ketut Arik Wiantara beberapa tahun lalu sudah membuka praktik aborsi ilegal dan pernah divonis dua tahun penjara PN Denpasar pada tahun 2005. Setahun setelah menghirup udara bebas, ia kembali membuka praktik aborsi ilegal di tempat yang sama. 84 10. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh bidan. Praktek abortus provokatus kriminalis memang sangat riskan, ibarat menjemput maut. Hal tersebut terjadi pada diri Novila Sutiana (21) warga Dusun Gegeran, Desa Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. Novila berpacaran dengan Santoso (38) warga Desa Tempurejo, Kecamatan Wates, Kediri, yang masih tergolong pamannya sendiri dan melakukan perzinaan. Ketika usia kehamilan Novila berusia 5 minggu, mereka mendatangi seorang bidan bernama Endang Purwatiningsih (40) di Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kediri, untuk melakukan aborsi. Sejak 14 Mei 2008, mereka melakukan konsultasi dan pembicaraan mendetail dengan bidan Endang. Akhirnya dicapai kesepakatan, aborsi dilakukan 17 Mei 2008 dengan biaya sebesar Rp 2 juta. Proses aborsi dilakukan bidan di klinik tempatnya bekerja yang sekaligus rumah tinggalnya. Ketika itu, bidan 84
Ibid, dan detiknews., Senin, 17/11/2008 14:37 WIB
62
Endang menyuntikkan sesuatu di bagian kiri bokong Novila. Selang satu jam, sang bidan kembali menyuntikkan vitamin ke bagian kanan bokong Novila. Maksudnya, agar cepat mengalami kontraksi dan janin dalam kandungan Novila dapat keluar dengan sendirinya. Namun perkiraan bidan meleset. Hingga beberapa jam kemudian Novila tak kunjung mengalami kontraksi. Akibatnya, Novila meninggalkan lokasi klinik bidan dan berkunjung ke rumah sahabatnya di Desa Plosoklaten. Di tengah perjalanan tepatnya di Kecamatan Puncu, Novila muntah darah dan pingsan di jalan. Tentu saja hal ini membuat Santoso (pacar Novila) panik dan kembali menghubungi sang bidan. Atas rujukan bidan dan pertolongan warga, Novila dilarikan ke RSUD Pelem Pare, namun di tengah perawatan korban meninggal dunia. 85
C. Pandangan Sosiologis Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis Dalam ilmu sosiologi, perubahan sosial adalah salah satu jenis dari sekian banyak macam proses sosial, seperti globalisasi, industrialisasi dan urbanisasi. Proses-proses lainnya yang lebih umum sifatnya adalah seperti akulturasi, difusi, integrasi, konflik, akomodasi dan asimilasi. Para ahli sosiologi mengemukakan bahwa banyak faktor yang dapat mendorong terjadinya perubahan sosial, beberapa diantaranya ialah sebagai berikut: 1. Faktor lingkungan alam, 2. Ilmu pengetahuan melahirkan perubahan sosial, 85
Detiknews Minggu, 18/05/2008 10:44 WIB.
63
3. Faktor kependudukan, 4. Faktor teknologi, 5. Faktor ide (gagasan atau ideologi), 6. Faktor pemimpin, 7. Faktor event dan 8. Faktor perencanaan. 86 Berkaitan dengan pengguguran kandungan dalam bidang kedokteran dan kesehatan, mendorong perubahan pemikiran hukum Islam khususnya. Yang dulu perbedaan ulama mengenai hal aborsi adalah apakah keharaman aborsi itu sejak pembuahan atau sejak ditiupkannya ruh kepada janin. Lalu yang kedua ini terbedakan kepada dua, yaitu antara usia kehamilan 120 hari atau 42 hari sesuai dengan hadisthadist Nabi yang ada. Sekarang, berkat kemajuan pengetahuan kedokteran, para ulama telah lebih rinci dalam memberikan batasan. Para ulama modern itu mengatakan bahwa kehidupan manusia itu sesungguhnya bermula pada saat nidasi (alaqah), yaitu saat ketika ovum yang dibuahi menggantung pada dinding rahim dan hal itu terjadi antara hari keenam atau salah satu hari sampai hari ke duabelas setelah zigot masuk ke dalam rahim. Dengan demikian bagi para ulama itu, aborsi haram hukumnya kalau dilakukan setelah nidasi (alaqah). Ini berarti bahwa aborsi sebelum terjadinya nidasi (alaqah) tidak dilarang atau boleh dilakukan karena hal itu dipandang sama dengan azal yaitu perbuatan untuk mengeluarkan sperma di luar
86
Jurnalis Uddin. Dkk., Reinterpretasi Hukum Islam Tentang Aborsi, (Jakarta: Universitas YARSI, 2006), Cet. I, h. 149-152.
64
vagina. Melaksanakan penyadaran terhadap masyarakat untuk dapat menerima korban aborsi, dapat juga ditempuh cara relokasi korban ke tempat lain yang mana korban dapat memulai hidup dan harapan baru tanpa harus melaksanakan aborsi. Tidak ada lagi diskriminasi terhadap perempuan yang melakukan aborsi, karena tidak 100% perempuan bersalah banyak faktor di belakangnya baik dari keluarganya, orang lain maupun laki-laki yang tidak bertanggung jawab terhadapnya.
D. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Abortus Provokatus Criminalis Abortus provokatus criminalis merupakan penyebab utama kematian wanita berumur masa subur di Negara-negara berkembang. Komplikasi akibat abortus kriminalis merupakan 4-70% dari kematian ibu di rumah sakit Negara-negara berkembang dan sejumlah kematian yang jumlahnya tidak diketahui terjadi di luar rumah sakit. Wanita-wanita yang berobat untuk abortus ini akan mengorbankan segalanya untuk mencapai tujuannya yaitu kehamilan yang tidak diinginkannya. Timbulnya sikap seperti itu merupakan hasil jalinan dari berbagai faktor, sosial, ekonomi dan budaya yang bisa membuka peluang untuk mengakhiri kehamilan. Mereka yang melakukan abortus provokatus criminalis meminta pertolongan pada orang-orang yang tidak kompeten dan yang dilakukan dalam kondisi yang tidak higienik. 87
87
Budi Utomo, Sujana Jatiputra dan Arjatmo Tjokronegoro., Abortus Di Indonesia: Suatu Telaah Pustaka, (Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1985), h.1.
65
Ada beberapa faktor mengapa seorang wanita tidak menginginkan kehamilannya seperti yang telah dijelaskan di atas: 1. Faktor kesehatan Æ di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil atau janin ternyata telah terekspos oleh substansi teratogenik atau sang ibu terinfeksi HIV atau wanita yang hamil menderita penyakit jantung yang berat. 2. Faktor psikososial Æ di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi atau Anak terakhir masih kecil atau Ayah anak yang dikandung bukan pria/suami yang diidamkan untuk perkawinannya. 3. Kehamilan di luar nikah Æ dikarenakan pergaulan seks bebas yang mengakibatkan hamil. 4. Faktor ekonomi Æ menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga karena takut miskin atau penghasilan yang tidak memadai. 5. Faktor sosial Æ misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat. 6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga) atau Ia merasa terlalu tua/muda untuk mempunyai anak. 7. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan. 8. Suami menginginkan aborsi atau ada masalah dengan suami. 9. Ingin menyelesaikan pendidikan atau Ingin konsentrasi pada pekerjaan untuk menunjang kehidupan dengan anaknya. 88
88
http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan, Tanggal 20 maret 2009, Jam 14.22.
66
BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS
A. Pandangan Ahli atau Pakar Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis Para ahli atau pakar dari berbagai disiplin ilmu memberikan pandangan yang berbeda terhadap dilakukannya aborsi buatan ini. Pada umumnya para ahli tersebut menentang dilakukannya abortus buatan meskipun jika berhadapan dengan masalah kesehatan (keselamatan nyawa ibu) mereka dapat memahami dilakukannya abortus buatan. Menurut pandangan ahli agama sendiri melihatnya dari kaca mata dosa dan mereka sepakat bahwa melakukan abortus buatan ini adalah perbuatan dosa baik sebelum atau sesudah ditiupkannya ruh, kecuali dengan alasan medis atau alasan lainnya yang dibenarkan oleh syari’at Islam. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan oleh penulis dari salah satu wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, di Jakarta yaitu Bpk. Drs. H. Sholahuddin al-Aiyub M. Si yang beliau mengatakan bahwa “aborsi itu haram hukumnya kecuali ada hal yang darurat (keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mati atau hampir mati) yaitu apabila kehamilan tersebut mengancam nyawa si ibu dan hal yang hajat (kebutuhan yang mendesak/ keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mengalami kesulitan berat) yaitu apabila janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetik yang kalau lahir
67
sulit sembuhkan“. Sesuai dengan Qa’idah Fiqh, di bawah ini:
اﻟﻀﺮورات ﺗﺒﻴﺢ اﻟﻤﺤﻈﻮرات Artinya: “Keadaan (diharamkan)”.
darurat
membolehkan
hal-hal
yang
dilarang
اﻟﺤﺎﺟﺔ ﻗﺪ ﺗﻨﺰل ﻣﻨﺰﻟﺔ اﻟﻀﺮورة Artinya: “Hajat terkadang dapat menduduki keadaan darurat”. 86 Berbeda dengan ahli psikologi, mereka melihat dari perempuan itu sendiri. Bagaimana keputusan yang diambil perempuan itu sudah dipertimbangkan dari segi agama, hukum, kesehatan dan lain-lain sehingga dapat memutuskan sebaik mungkin bagi diri dan keluarganya. Hal yang dilakukan untuk antisipasi terjadinya aborsi dengan cara pengadaan informasi melalui pengadaan pre dan post konseling yang bertujuan sebagai pemberdayaan perempuan untuk mengambil keputusan. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan oleh penulis dari salah satu wakil Komisioner KOMNAS Perempuan, di Jakarta yaitu Ibu Desti Murdijana yang beliau mengatakan bahwa ”setiap perempuan yang melakukan aborsi harus benar-benar di dampingi baik dari keluarga maupun orang lain yang berkompeten dalam memberikan informasi tentang aborsi dari pra-tindakan sampai pasca-tindakan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti melakukan tindakan aborsi dengan cara yang tidak aman”. 87 Begitu pula dengan ahli ekonomi, mereka sepakat bahwa alasan ekonomi 86
Hasil Wawancara Penulis dengan Bpk. Drs. H. Sholahuddin al-Aiyub M. Si, Bertempat di MUI Pusat Jakarta, Tanggal 15 Februari 2010. 87 Hasil Wawancara Penulis dengan Ibu Desti Murdijana, Bertempat di Kantor KOMNAS Perempuan, Tanggal 10 Maret 2010.
68
tidak dapat dijadikan alasan untuk membenarkan dilakukannya pengguguran kandungan. Ahli medis pun mengatakan, apabila seorang perempuan ingin mengakhiri kehamilannya yang paling aman itu dilakukan sebelum janin berusia 12 minggu (3 bulan), yang dapat dipertimbangkan untuk dapat diakhiri, jika syarat-syarat lain terpenuhi. Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi ialah: KB gagal, si ibu hamil menderita sakit fisik berat, si ibu hamil menderita sakit jiwa berat, si suami menderita sakit jiwa berat, si janin punya cacat genetic yang tak dapat disembuhkan, kehamilan karena incest dan kehamilan karena perkosaan. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan penulis dari salah satu Dokter Kandungan di RS. Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu Dr. E. Rohati, SpOg yang beliau mengatakan bahwa ”dilakukan aborsi sendiri saya tidak setuju, tetapi kalau dikatakan aborsi yang aman itu dengan indikasi yang dibolehkan, apabila cara aman dilakukan oleh seorang dokter dengan standar prosedur dengan mengetahui faktor penyebab kehamilannya bahkan resiko kehamilan”. 88 Apabila di luar itu maka memerlukan prosedur medis yang berisi penjelasan dan pemahaman dengan melalui konseling. Bahkan Forum Kesehatan Perempuan mengusulkan disertai alasan kesehatan dan dilakukan oleh dokter tertentu dan dilakukan di tempat yang telah ditunjuk oleh pemerintah melalui Departemen Kesehatan yang diatur dalam UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan Pasal 15 (ayat 1, 2 dan 3) dan Pasal 80 ayat 1.
88
Hasil Wawancara Penulis dengan Dr. E. Rohati, SpOg, Bertempat di RS. UIN Syahid Jakarta, Tanggal 1 Maret 2010.
69
Ahli hukum melihatnya dari sisi tindakan aborsinya, yang berarti membunuh calon makhluk hidup baru yang termasuk dalam unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus dalam KUHP yaitu Pasal 299, 341, 342, 343, 346, 347, 348, 349 dan 535. Namun demikian Rancangan UndangUndang (RUU) KUHP yang dipersiapkan untuk mengubah KUHP yang berlaku saat ini, nampaknya tidak memberikan perubahan ke arah perbaikan malah sebaliknya. Karena dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) KUHP ini pengaturan aborsi tidak disamakan dengan pembunuhan. Oleh karena itu, pengaturan aborsi seharusnya tidak diatur dalam KUHP melainkan diatur dalam Undang-Undang Kesehatan.
B. Hukuman Aborsi Provokatus Criminalis Bagi Pelakunya Menurut Hukum Islam Praktik-praktik aborsi yang terjadi dipenjelasan bab sebelumnya adalah praktik yang tidak boleh dilakukan walau dengan alasan apapun. Tak ada alasan miskin dan lapar atau yang lainnya yang membolehkan lelaki atau perempuan membunuh anak-anak. Orang tua yang mengugurkan kandungannya serta para dokter yang melakukan usaha tersebut kesemuanya berdosa dengan kejahatan ini. Secara garis besarnya pun dasar hukum dalam kasus ini pun juga sudah dijelaskan di bab II. Menurut fiqih klasik pembunuhan janin disini masuk dalam kategori syibhul ‘amdi (pembunuhan sengaja) dan terkadang pembunuhan karena tak sengaja karena pelaku sengaja menghilangkan nyawa anak Adam yang hidup yang bisa mengakibatkan
70
pelakunya dihukum qishash kecuali bila tidak sengaja dengan tahapan proses medis. 89 Jika kehamilan itu sudah masuk masa ditiupkannya ruh pada janin dan mati oleh sebab aborsi, maka hal itu dianggap pembunuhan nyawa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh secara tidak haq, sehingga ulama Islam menyimpulkan bahwa semua kasus serangan terhadap janin dikenakan al-ghurrah. Tetapi, ada perbedaan pendapat dalam perlunya memenuhi kewajiban ini. Imam Malik mengatakan bahwa ghurrah dibayar walau janin dalam keadaan belum terbentuk. Imam Abu Hanifah dan Al-Syafi’i mengatakan bahwa al-ghurrah tetap harus dibayar karena yang keluar dari tubuh sang ibu merupakan awal dari penciptaan manusia. Imam Hanbali mengatakan bahwa tidak perlu membayar alghurrah apabila tindakan untuk mengakhiri kehamilannya dilakukan sebelum 40 hari. Untuk nilai al-ghurrah sendiri sebanding dengan 1/20 (seperduapuluh) dari diyat atau kompensasi lengkap. Yang dapat dibayar dengan cara membebaskan seorang budak laki-laki atau perempuan yang terbaik kualitasnya atau dalam bentuk 100 domba atau dalam bentuk uang tunai sebesar 500 dirham atau menurut Sayyid Sabiq menambahkan dapat juga dilakukan dalam bentuk 5 ekor unta. Yang bertanggung jawab dalam membayar al-ghurrah ini menurut Mazhab Hanafi dan Syafi’i yaitu keluarga dari pihak ayah wanita hamil jika wanita ini yang bertanggung jawab atas serangan pada janinnya atau oleh keluarga lain yang secara
89
Abdur Rahman I. Doi., Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), Cet. I, h. 20-21.
71
tak langsung, menyebabkan wanita hamil mengalami keguguran. Berbeda dengan Mazhab Hanbali bahwa bila janin meninggal bersama ibunya atas kehendaknya sendiri melakukan pengguguran, maka kompensasi penuh terhadap ibunya dan alghurrah adalah tanggung jawab keluarga sang ibu hamil. Tetapi, apabila hanya janin yang meninggal maka yang bertanggung jawab dalam membayar al-ghurrah adalah sang ibu hamil. Sedangkan Mazhab Maliki bahwa yang bertanggung jawab itu si penyerang (baik sang ibu atau orang lain). Sedangkan untuk sang dokter, atau ahli bedah bahkan dukun pun juga dibebani tanggung jawab untuk setiap kesalahan yang dilakukannya saat melaksanakan tugasnya pendapat Ibnu Rusyd dan ulama Islam lainnya yang menyepakati hal ini. Yang dikenakan diyat atau kompensasi, tetapi diyat ini dibayar oleh keluarga, atau pihak keluarga laki-laki dari dokter dan bukan dari kekayaan dokter, karena kesalahan ini dianggap tidak disengaja. Jadi, bila aborsi dilakukan dokter/ahli bedah atau dukun setelah bulan keempat (setelah peniupan ruh terjadi) untuk alasan non-medis dia harus bertanggung jawab membayar sebagian dari diyat kamilah dan diharapkan dia bertobat atas perannya dengan berpuasa selama dua bulan berturut-turut (yang dianggap sebagai kaffarah). Tetapi, bila dokter melakukan aborsi untuk alasan non-medis sebelum bulan keempat maka dia harus membayar alghurrah sebagai kompensasi. 90 Sedangkan menurut pandangan salah satu wakil Sekretaris Komisi Fatwa
90
Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi Kontrasepsi Dan Mengatasi Kemandulan Isu-Isu Biomedis Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. I, h. 166-173.
72
MUI Pusat, di Jakarta yaitu Bpk. Drs. H. Sholahuddin al-Aiyub M. Si mengenai hukuman yang diberikan kepada pelaku yang terlibat dalam aborsi ilegal ini diserahkan kepada hukum positif yang mempunyai sistem hukum yang berwenang yang berlaku di Indonesia, aborsi/pengguguran janin jenis ini, yang menerima hukuman: 91 1. Ibu yang melakukan aborsi, 2. Dokter/bidan/perawat/dukun yang membantu melakukan aborsi dan 3. Orang yang mendukung terlaksananya aborsi.
C. Analisis Undang-Undang Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis Sebelumnya dalam hukumDari Pasal-Pasal KUHP di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara. 2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 15 tahun penjara. 3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah 91
Hasil Wawancara Penulis dengan Bpk. Shalahudin al-Ayyubi, Bertempat di MUI Pusat Jakarta, Tanggal 15 Februari 2010.
73
sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut. Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah). Pada penjelasan UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15 dinyatakan sebagai berikut : Ayat (1): “Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan”. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. Ayat (2): Butir a: Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir b: Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Butir c: Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya. Butir d: Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah. Ayat (3): Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga kesehaan mempunyai keahlian dan kewenagan bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk.
74
Wanita hamil korban pemerkosaan, yang mengakibatkan strees berat, bila tidak digugurkan kandungannya ia akan sakit jiwa atau gila, sedangkan ia sudah konsultasi dengan ahli psikoterapi dan sudah dinasehati oleh ahli agama (ulama) tetapi tidak berhasil, atau kemudian wanita hasil pemerkosaan itu sangat tertutup, karena malu kalau diketahui orang, sedangkan ia tidak berdosa karena tidak ada kesengajaan, akibatnya ia strees berat atau gila, maka dalam hal seperti itu, dibolehkan baginya melakukan aborsi.
75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian dan penjelasan yang telah disampaikan di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa poin sebagai akhir dari tulisan ini, sebagaimana terumuskan berikut: 1. Praktek aborsi provokatus criminalis atau aborsi buatan yang terjadi di masyarakat sendiri sangat beragam bentuknya. Dari cara yang tradisional sampai menggunakan cara yang modern dilakukan agar berusaha mengakhiri kehamilan yang bisa memberikan dampak pada kesakitan dan bahkan kematian sang ibu. Cara tradisional sendiri melalui jalur non medis (dukun) yang menggunakan dahan daun pepaya yang dimasukkan kedalam mulut rahim, menggunakan obat dan jamu-jamuan yang berdampak agar rahim berkontraksi seperti kasus-kasus yang sudah dijelaskan di atas. Atau dengan cara modern yang melalui jalur medis oleh dokter atau bidan bahkan yang bukan dalam bidangnya seperti dokter gigi yang belum mendapatkan surat izin praktek yang semuanya menyalahi kode etik dan sumpah profesi mereka dengan berbagai cara dilakukan dari yang berkedok klinik untuk berobat secara umum sampai berkedok kedokteran/kebidanan atau USG agar mendapat keuntungan dari hal itu walau tidak memikirkan resiko dibelakangnya.
76
2. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya praktek aborsi provokatus criminalis atau aborsi buatan ini diantaranya: kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) para wanita. Hal ini menjadi faktor yang pokok dari praktek aborsi yang terjadi, dengan beralasan ekonomi (menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga), alasan kesehatan (di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil), alasan psikososial (di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi), kehamilan di luar nikah, alasan sosial (merasa khawatir atau malu atau bahkan takut adanya penyakit turunan, janin cacat), kehamilan akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga) atau bahkan kegagalan kontrasepsi dalam rangka program nasional keluarga berencana yang termasuk dalam tindakan kehamilan yang tidak diinginkan. 3. Pandangan hukum Islam terhadap praktek aborsi provokatus criminalis atau aborsi buatan ini adalah: Para fuqaha (Ahli Hukum Islam) telah sepakat mengatakan bahwa pengguguran kandungan (aborsi) sesudah ditiupkan ruh (setelah 4 bulan kehamilan) adalah haram, tidak boleh dilakukan, karena perbuatan tersebut merupakan kejahatan terhadap nyawa yang patut dihormati yaitu dalam hidup pertumbuhan dan persiapan. Oleh karena itu makin besar kandungan, makin besar pula hukum jinayahnya (tindak pidana), semakin besar pula dosanya, apalagi setelah janin bernyawa dilakukan aborsi, terlebih lagi membunuhnya, karena setiap anak yang lahir, adalah dalam keadaan suci (tidak berdosa). Sedangkan pengguran kandungan (aborsi) sebelum ditiupkan ruh pada
77
janin (embrio) yaitu sebelum berumur 4 bulan, para fuqaha berbeda pendapat tentang boleh tidaknya melakukan pengguguran tersebut seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya.
B. Saran-Saran Ada beberapa saran yang penulis anggap perlu untuk disampaikan dalam risalah ini, yaitu: 1. Sebaiknya orang tua terbuka memberikan pengarahan kepada putera-puterinya terutama terhadap pendidikan seks. Yang kebanyakan para remaja mengetahui masalah seks itu dari pergaulan bersama teman-temannya, dari bahan bacaan dan tontonan, dari guru-guru sekolahnya baru yang terakhir dari orang tuanya. Dikarenakan ada sebagian orang tua yang menganggap pendidikan seks itu tidak layak untuk diperbincangkan kepada putera-puterinya padahal itu sangat penting agar mereka bisa menjaga anggota tubuhnya terutama bagian reproduksi yang memang harus dilindungi. 2. Negara/pemerintah juga bekerja sama dengan lapisan masyarakat memberikan penyuluhan dengan pihak kesehatan dalam rangka pencegahan HIV/AIDS akibat pergaulan bebas. Juga bekerja dengan komite penyiaran Indonesia melaksanakan pemberantasan VCD porno dan buku-buku porno yang bisa berdampak ke aborsi dari pergaulan bebas tersebut. 3. Lembaga pendidikan nasional, pendidikan daerah bahkan pendidikan agama, saling bekerjasama dengan melakukan pendidikan dan bahaya seks serta
78
kesehatan reproduksi, serta peningkatan ilmu keagamaan/budi pekerti dalam pencegahan dan penghapusan aborsi. 4. Sebaiknya calon ibu yang ingin hamil harus benar-benar dipikirkan dengan sang suami, apakah ingin mempunyai anak atau tidak. Agar sang janin (calon anak) tidak terbuang dengan sia-sia (akibat aborsi) atas prilaku kedua orang tuanya yang kurang mempersiapkan kehadiran sang bayi.
79
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahnya, Jakarta, Departemen Agama Republik Indonesia, 1992. Amini, Ibrahim, Anakmu Amanat-Nya Rumah Sebagai Sekolah Utama, Jakarta, Al-Huda, 2006. Anshor, Maria Ulfah., Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, Jakarta, Buku Kompas, 2006. Anshor, Maria Ulfah Dan Wannedra, Sururin., Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2002. Assegaf, S. Ahmad Abdullah., Islam dan Keluarga Berencana, Jakarta, Lentera Basritama, 1997. Departemen Kesehatan RI Pusat Data Kesehatan, Informasi Rumah Sakit 1991 – Pelayanan Kesehatan Di RS Propinsi Panduan 1990, Jakarta, Katalog DEPKES, 1990. Doi, Abdur Rahman I., Tindak Pidana Dalam Syari’at Islam, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1992, Cet. I. Ebrahim, Abul Fadl Mohsin., ABORSI Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan (Isu-isu Biomedis Dalam Perspektif Islam), Bandung, Mizan, 1997. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nomor: 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi. Fauzan, Shaleh bin Fauzan bin Abdullah., Sentuhan Nilai Kefiqihan Untuk Wanita Beriman, Jakarta, Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Arab Saudi, 2003. Harian POSKOTA, Rabu, 13 Februari 2008. Harian POSKOTA, Minggu, 6 April 2008. Harian Tempo Interaktif, Selasa, 1 Juni 2004. Husairi, DR. Ahmad M.Ag., Kontribusi Embriologi Dalam Penetapan Hukum Fiqih Kehamilan, Yogyakarta, Pustaka Banua, 2007. Hooker, MB., Islam Mazhab Indonesia (Fatwa-Fatwa Dan Perubahan Sosial), Terjemahan dari Iding Rosyidin Hasan, Jakarta, Teraju Refleksi Masyarakat Baru, 2002.
80
Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI dan Departemen Sosial RI, Undang-Undang Ri Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Jakarta, UNICEF, 2003. Koesno, Dra. Harni, MKM., Majalah BIDAN (MEDIA KOMUNIKASI BIDAN DA KELUARGA BERENCANA) Vol. XXI/NO.01/2008, Jakarta, Ikatan Bidan Indonesia (IBI), 2008. KOMNAS Perempuan, Laporan Penelitian Penghentian Kehamilan Tak Diinginkan (KTD) Yang Aman Berbasis Konseling, Penelitian di 9 Kota Besar., Jakarta, Yayasan Kesehatan Perempuan, 2004. KOMNAS Perempuan, Temuan Terkini Upaya Penatalaksanaan Kehamilan Tak Direncanakan, Jakarta, Mitra Inti Foundation, 2005. Moeloek, Farid A., Aborsi Di Bayang-Bayang Kematian Ibu., Jakarta, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, 1998 Mudwal, Med. T., Sumbangan Al-Qur’an Dalam Ilmu Kebidanan Sebuah Tinajauan Terhadap Tafsir Al-Qur’an, Jakarta, Socialia, 1996. Muhammad, KH. Husein., Islam Agama Ramah Perempuan (Pembelaan Kiai Pesantren), Jawa Barat dan Yogyakarta, Fahmina Institute dan LkiS, Cet. I, 2004. Rasyid, DR. KH. M. Hamdan., Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, Jakarta, Al-Mawardi Prima, 2003. Sadli, Saparinah, Anita Rahman, Atashendartini Habsjah., Implementasi Pasal 12 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Pelayanan Kehamilan Persalinan dan Pasca Persalinan Studi Kasus: Di Cilincing, Jakarta Utara, Kebumen dan Jawa Tengah, Jakarta, Kelompok Kerja Convention Watch UI, 2006. Sarapung, Elga dkk., Agama dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta, Sinar Harapan, 1999. Sholeh, Asrorun Ni’am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, Jakarta, Elsas, 2008. Shaqar, Syaikh Athiyah., Tanya Jawab Wanita, Jakarta, Pustaka Azzam, 2002. Situmorang, Abdul Wahib, Politik Kesehatan Reproduksi, Gender dan Kependudukan di Indonesia: perspektif Parlemen, Jakarta, Hewlett Foundation, Cet, I, 2006. Soerodibroto, R. Soenarto., KUHP Dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung Dan Hoge Raad, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, Ed. 5, 2007. Susilowati, Ima dkk bekerja sama dengan UNICEF., Pengertian Konvensi Hak Anak,
81
Jakarta, Harapan Prima, 2003. Sya’rawi, M. Mutawalli., Anda Bertanya Islam Menjawab, Jakarta, Gema Insani, 2007. Syauman, Dr. Abbas., Hukum Aborsi dalam Islam, Terjemahan dari Ijhad al-Haml Wama Yatarattabu Alaihi Min Ahkam Fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyyah oleh Misbah. Uddin, Prof. Dr. H. Jurnalis, Prof. Dr. H. Atho Muzhar, MA., Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA., Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA., Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA., Prof. Dr. Khoiruddin Nasution, MA., Prof. Dr. H. M. Arfah Shiddiq, MA., Prof. Dr. Abd. Rahim Yunus, MA., Dr. H. Harifudin Cawidu, MA., Reinterpretasi Hukum Islam Tentang Aborsi, Jakarta, Universitas YARSI, Cet. 1, 2006. Utomo, Budi, Sujana Jatiputra dan Arjatmo Tjokronegoro., Abortus Di Indonesia: Suatu Telaah Pustaka, Jakarta, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1985. http://www.nahimunkar.com/?p=233, diambil tanggal 16 Maret 2009, jam 11.03. http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm. http://www.blogdokter.net/2007/04/26/selayang-pandang-tentang-abortus/ , 2 November 2009, jam 22.10. http://kedokteran .fkuii/index.php?option=com_wrapper&Itemid=29. http://www.blogdokter.net/2007/07/20/penyebab-abortus/. http://www.aborsi.org/statistik.htm, diakses 28 November 2009. www.abortiono.org.
82
LEMBAR PERTANYAAN SEPUTAR ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS DAN MASALAHNYA DALAM AHLI MEDIS 1. Menurut dokter pengertian aborsi secara umum seperti apa? 2. Seperti apa aborsi yang aman (safe) dan tidak aman (unsafe)? 3. Dokter… kan rancangan UU tentang Kesehatan yang seolah-olah melegalkan aborsi di Indonesia. Salah satu pasalnya berbunyi “Pemerintah wajib melindungi dan mencegah pengguguran kandungan yang tidak aman.” Menurut saya pribadi ini lebih cenderung membuka akses u/ melakukan aborsi yang aman, bagaimana menurut tanggapan dokter mengenai pasal ini? 4. Bagaimana menurut dokter terhadap semakin meningkatnya praktek-praktek aborsi yang semakin meningkat dari tahun ketahun? 5. Apakah dokter sependapat, bahwa dalam permasalahan aborsi saat ini perempuan berada pada posisi yang serba sulit? (di 1 sisi perempuan, secara kodrati dapat hamil, tetapi karena alasan-alasan tertentu, sehingga harus diaborsi, termasuk karena gagal kontrasepsi dalam rangka program nasional keluarga berencana). 6. Seandainya anda bukan dokter/ahli medis, apakah anda sependapat, aborsi terhadap KTD khususnya karena alasan sosial, ekonomi, pemerkosaan atau incest dapat dibenarkan? 7. Apakah upaya-upaya dokter/ahli medis ke depan dalam menanggulangi semakin maraknya praktek-praktek aborsi? 8. Adakah dampak positif dan negatifnya dari aborsi itu? 9. Bagaimana aborsi dilihat dari aspek kesehatan reproduksi? 10. Secara keseluruhan bagaimana pengaruh aborsi terhadap aspek kesehatan? 11. Aborsi kan masih merupakan masalah kontroversi, ada yang berpandangan bahwa aborsi terhadap janin yang belum berumur 120 hari, dianggap bukan kesalahan, karena janin tersebut belum punya roh. Tetapi menurut teori embriologi modern, begitu terjadi pertemuan antara sperma dan ovum, maka genom telah mempunyai hak untuk hidup. Dalam hal ini bagaimana tanggapan dokter akan teori ini? 12. Faktor-Faktor apa yang mempengaruhi terjadinya praktek aborsi yang terjadi?
LEMBAR PERTANYAAN SEPUTAR ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS DAN MASALAHNYA 1. Menurut bapak/ibu pengertian aborsi itu seperti apa? 2. Adakah dampak positif dan negatif dari aborsi tersebut bagi perempuan? 3. Menurut bapak/ibu u/ zaman sekarang ini, aborsi bagi perempuan dapat berindikasi kepada kekerasan perempuan? 4. (apabila termasuk kekerasan terhadap perempuan) bagaimana pendapat bapak/ibu sebagai (komisioner KOMNAS Perempuan) u/ bisa mengurangi praktek aborsi itu sendiri yang banyak dilakukan perempuan? 5. (apabila termasuk kekerasan terhadap perempuan) menurut bapak/ibu pribadi hukum aborsi seperti apa? 6. Menurut bapak/ibu adakah pengaruh aborsi terhadap kesehatan reproduksi perempuan? 7. MUI kan menilai aborsi itu hukumnya haram kecuali ada indikasi medis baru dibolehkan melakukan aborsi, menurut bapak/ibu sendiri setuju tidak terhadap fatwa MUI tersebut? Apakah punya pendapat lain yang tidak sama dengan MUI? 8. Bagaimana solusi dari permasalahan aborsi dalam perempuan untuk memperkecil praktek aborsi yang terjadi? 9. Apakah upaya-upaya bapak ke depan dalam menanggulangi semakin maraknya praktekpraktek aborsi? 10. Seandainya bapak/ibu bukan (salah seorang dari komisioner KOMNAS Perempuan) apakah bapak sependapat, aborsi terhadap KTD khususnya karena alasan sosial, ekonomi, pemerkosaan atau incest dapat dibenarkan?
LEMBAR PERTANYAAN SEPUTAR ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS DAN MASALAHNYA DALAM HUKUM ISLAM 1. Bagaimana hukum aborsi yang sebenarnya? 2. Adakah dampak positif dan negatifnya dari aborsi itu jika dilihat dari hukum islamnya? 3. Adakah manfaat dari aborsi bagi perempuan jika dilihat dari hukum islam? 4. Secara keseluruhan bagaimana pengaruh aborsi terhadap masyarakat jika dilihat dari hukum islam? 5. Bagaimana solusi dari permasalahan aborsi untuk memperkecil praktek aborsi yang terjadi jika dilihat dari pandangan hukum islam? 6. Apakah upaya-upaya ahli hukum islam ke depan dalam menanggulangi semakin maraknya praktek-praktek aborsi? 7. Seandainya anda bukan ahli hukum islam, apakah anda sependapat, seperti halnya di beberapa negara, aborsi terhadap KTD khususnya karena alasan sosial, ekonomi, pemerkosaan atau incest dapat dibenarkan? 8. Bagaimana pandangan hukum islam terhadap praktek aborsi itu sendiri? 9. Bagaimana hukuman bagi pelaku aborsi itu menurut hukum islam?
LAMPIRAN
83