Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 3. NO. 1 Februari 2017
ASPEK ASPEK HUKUM TIMBULNYA KREDIT BERMASALAH PADA BANK Antony Tarigan, SH.CN.M.Hum Dosen Kopertis Wil I Dpk UNPAB Medan
PENDAHULUAN Fungsi utama Bank dalam suatu perekonomian adalah untuk memobilisasi dana masyarakat dan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut kepada pengguna investasi yang efektif dan efisien, fungsi tersebut dapat dikatakan sebagai aliran darah bagi perkembangan perekonomian dan peningkatan standar taraf hidup (Zulkarnain Sitompul, 2002 a) Disetiap negara fungsi bank merupakan jantung dari pasar uang, fungsi bank seperti itu sudah berjalan sejak abad pertengahan, pada waktu itu pihak penguasa telah memanfaatkan kredit bank sebagai pengganti pajak untuk membiayai target yang akan mereka capai (Zulkarnain Sitompul,2002 b). Berdasarkan fungsi bank yang sangat kausal tersebut bagi perekonomian suatu negara, maka aset bank dalam bentuk kepercayaan masyarakat (trust) sangat penting dijaga, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipergunakan. Dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (UU RI No.10 Tahun 1998). Sebagaimana dalam undang-undang disebutkan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyrakar dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, dengan demikian pinjaman melalui kredit menjadi produktif sehingga kedua belah pihak baik debitur maupun bank mendapat keuntungan yang diharapkan. Dalam kenyataan harapan keuntungan ada kalanya diluar perhitungan, seperti adanya kredit bermasalah atau kredit macet. Didalam ,menilai suatu permohonan kredit bank lainnya berpedoman kepada beberapa faktor antara lain watak (charakter), kemampuan (capacity), modal (capital), jaminan (collateral) dan kondisi ekonomi (cindition of economy). Kelima syarat itu merupakan ukuran kemampuan penerima kredit (debitur) untuk mengembalikan pinjamannya (Mariam Darus Badrulzaman,1991) disamping faktor-faktor diatas maka
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 3. NO. 1 Februari 2017
prinsip kehati-hatian dalam perbankan (prudential regulation) merupakan ketentuan perbankan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan bank, seperti memperhatikan Capital Adequancy Ratio (CAR), Net Open Position (NOP) Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan lain-lain. Untuk memperoleh uang sering sekali berbagai cara dilakukan bahkan dengan cara-cara tidak halal sekalipun. Perbuatan yang melanggar hukum tidak luput dalam kemungkinan pelaksanaannya. Terdapatnya resiko baik dipihak pemberi kredit seperti resiko gagal bayar, baik karena kegagalan usaha atau ketidakmampuan membayar, sehingga resiko dipihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditur, antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit (H.Veilhzal Rivai dan Andria Permata 2006). Dari uraian diatas maka diperoleh gambaran bahwa betapa pun kecilnya, selama berlangsungnya usaha bank tidak terlepas dari kemungkinan berhadapan dengan kasus kredit bermasalah, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha menekan resiko adanya kredit bermasalah dapat dilakukan dengan jalan menjaga mutu kredit yang disalurkan, suatu oemberian kredit dikatakan bermutu bila debitur mampu mengembalikan (membayar)
cicilan kredit serta bunga tepat pada waktunya. PRINSIP –PRINSIP DIDALAM PENGELOLAAN BANK Didalam mengelola bank dengan baik senantiasa didasarkan kepada berbagai prinsip-prinsip dasar pengelolaan bank diantaranya : prinsip Fiduciary Duties, prinsip Duties of Care, prinsip Duties of Loyalty dan pengelolaan Bank dengan menerapkan Good Corporate Covernance “Fiduciary” dengan akar kata fiducia berarti kepercayaan (to trust), mengenai istilah: duty” yang berarti tugas sehingga istilah ini dapat dipahami seseorang yang memegang sesuatu dalam kepercayaan untuk kepentingan orang lain. Dalam istilah bahsa indonesia. Orang yang memegang amanah (Munir Fuady, 2005). Seseorang dikatakan mempunyai kapasitas fiduciary jika bisnis yang ditransaksinya atau uang/properti yang di handel bukan bukan miliknya atau bukan untuk kepentingannya, melainkan milik orang lain yang memberi kepercayaan kepadanya, sehingga untuk itu dia harus mempunyai itikad baik yang tinggi (hight degree of good faith) dalam menjalankan tugasnya, dan di Indonesia dengan undang-undang No 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas doktrin fiduciary duty ini khusus bagi direksi dan komisaris mulai diakui dalam tata hukum dan praktek korporat di Indonesia.
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 3. NO. 1 Februari 2017
Berdasarkan prinsip Duties Of Care seorang direksi perusahaan harus menjalankan perseroan dengan waspada, perhitungan yang cermat, jujur, beritikad baik dan penuh tanggungjawab menjalankan tugas untuk kepentingan perseroan seperti usaha bank misalnya. (hal ini dapat dilihat pada pasal 97 UU Perseroan Terbatas) dengan prinsip Duties of Loyalty merupakan prinsip sikap setia yang harus ditunjukkan oleh direksi dalam suatu perusahaan (Bank) yakni sikap yang didasarkan pada pertimbangan rasional dan profesional sesuai visi dan misi serta anggaran dasar perusahaan. Penerapan prinsip good corporate governance kedalam suatu perusahaan diyakini sudah menjadi suatu keharusan bagi perusahaan perusahaan. PENYEBAB KREDIT BERMASALAH Adanya unsur-unsur kewajiban kehati-hatian (Duty of Care) merupakan syarat agar seseorang dikatakan tidak melakukan suatu kelakuan karena terkait dengan kewajiban kehati-hatian ini maka bankir yang tidak hati-hati banyak menimbulkan kredit bermasalah. Kredit bermasalah adalah suatu masalah dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikannya (Mardansyah Sinungan,1988) kredit bermasalah merupakan kondisi yang
sangat ditakuti oleh setiap pegawai bank, karena dengan adanya kredit bermasalah tersebut akan menyebabkan menurunnya pendapatan bank, yang selanjutnya memungkinkan terjadinya penurunan laba, yang notabane juga berpengaruh terhadap upaya perbaikan kesejahteraan pegawai, penumpukan modal sendiri, pengembangan usaha dan sebagainya, beberapa identifikasi serta klasifikasi penyebab kredit bermasalah baik dari sisi nasabah, sisi ekstern nasabah dan bank, dan sisi bank adalah sebagai berikut : (Siswanto Sutojo, 2000) I. Sisi Nasabah 1. Faktor-faktor keuangan yang di identifikasi sebagai penyebab kredit bermasalah, antara lain: a. Utang meningkat tajam b. Utang meningkat tidak seimbang dengan peningkatan aset c. Pendapatan bersih menurun d. Penurunan penjualan dan laba kotor e. Biaya penjualan, biaya umum dan administrasi meningkat f. Perubahan kebijaksanaan dan syarat penjualan secara kredit g. Rata-rata umur piutang bertambah lama sehingga perputaran piutang semakin lambat
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 3. NO. 1 Februari 2017
h. Piutang tak tertagih meningkat i. Perputaran persediaan semakin lambat j. Keterlambatan memperoleh neraca nasabah secara teratur k. Tagihan yang terkonsentrasi pada pihak tertentu 2. Sisi Manajemen Faktor-faktor manajemen yang di identifikasi sebagai penyebab klredit bermasalah, antara lain: a. Perubahan dalam manjemen dan pemilikan perusahaan b. Tidak ada kaderisasi dan job deskription yang jelas c. Sakit atau meninggalnya orang penting dalam perusahaan d. Kegagalan dalam perencanaan e. Manajemen puncak didominasi orang yang kurang cakap f. Pelanggaran terhadap perjanjian atau clausula kredit g. Pendapatan naik dengan kualitas menurun h. Rendahnya semangat dalam mengelola perusahaan 3. Faktor Operasional Faktor-faktor operasional yang dapat di identifikasi sebagai penyebab kredit bermasalah yang dapat di
identifikasi sebagai penyebab kredit bermasalah antara lain: a. Hubungan nasabah dengan mutra usahanya makin menurun b. Kehilangan satu atau lebih pelanggan utama’ c. Pembinaan sumber daya manusia yang tidak baik d. Tertundanya penggantian mesin dan peralatan yang sudah ketinggalan atau tidak efisien e. Operasional perusahaan mencemari lingkungan 4. Sisi Ekstern Faktor-faktor operasional yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab kredit bemasalah, antara lain: a. Perubahan kebijakan pemerintah di sektor rill b. Peraturan yang bersifat membatasi yang berdampak besar atau situasi keuangan dan operasional serta manajemn nasabah c. Kenaikan harga faktor-faktor produksi yang tinggi (BBM, angkutan, dsb) d. Perubahan teknologi yang sangat cepat dalam industri yang diterjuni oleh masyarakat e. Meningkatkan tingkat suku bunga pinjaman f. Resesi, devaluasi, inflasi, deflasi dan kebijakan moneter lainnya g. Peningkatan persaingan dalam bidang usahanya
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 3. NO. 1 Februari 2017
h. Bencana alam (force majeure) i. II. SISI BANK Faktor-faktor yang ididentifikasi sebagai penyebab kredit bermasalah antara lain: a. Buruknya perencanaan finacial atas aktiva tetap/ modal kerja b. Adanya perubahan waktu dalam permintaan kredit musiman c. Menerbitkan cek kosong d. Gagal memenuhi syaratsyarat dalam perjanjian kredit e. Adanya over kredit atau uderfinancing f. Manipulasi data g. Over taksasi atau penilaian agunan terlalu tinggi h. Kredit topengan, tampilan atau fiktif i. Kelemahan analisis oleh pejabat kredit sejak awal pemberian kredit j. Kelemahan dalam pembinaan dan monitoring kredit’ Disamping sisi-sisi tersebut diatas masih dapat di identifikasikan faktor-faktor lain berdasarkan ketentuan hukum diantaranya: 1. Faktor internal yang meliputi: a. Prinsip kehati-hatian bank (Prudential Principle) yang terdapat didalam pasal 2 undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan sebagaimna telah diubah dengan undangundang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 29 ayat(2) berbunyi Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, realibilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan prinsip kehati-hatian b. Faktor prosedur pemberian kredit Sebelum debitur memperolehkredit terlebih dahulu harus melalui tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal kredit dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit sampai kredit diluncurkan. 2. Faktor kredit bermasalah ditinjau dari sudut bank. Kredit bermasalah dikelompokkan menjadi a. Adanya kebijakan kredit yang ekspansif Pola kebijakan kredit ekspansif artinya melebihi batas pertumbuhan yang normal mengakibatkan bank kurang selektif dalam menilai permohonan kredit b. Moral Hazard Adanya kecenderungan bank kurang mengikuti sistem atau kurang disiplin
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 3. NO. 1 Februari 2017
dalam menerapkan prosedur perubahan kredit yang berlaku sehingga dapat menimbulkan kredit bermasalah c. Itikad kurang baik dari pemilik/pengurus/pegawai Bank itikad kurang baik dari pihak bank ini sering dijumpai adanyakredit yang tidak layak, kredit fiktif, kredit yang tidak jelas penggunaannya yang umumnya di giring untuk segera bermasalah serta kemudian dihapus bukukan untuk menghilangkan jejak d. Lemahnya administrasi dan pengawasan Bank sistem administrasi dan pengawasan kredit lemah banyak mengakibatkan kredit bermasalah. e. Lemahnya sistem informasi kredit bermasalah bank memiliki kecenderungan untuk melaporkan gambaran yang lebih baik mengenai kondisi kreditnya kepada Bank Indonesia dengan harapan mendapat penilaianj tingkat kesehatan yang baik Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit bermasalah dari debitur juga dapat berupa: a. Kelalaian nasabah berupa penggunaan kredit tidak sesuai dengan tujuannya. Dalam persetujuan kredit
unsur yang dengan tegas dinyatakan adalah tujuan kredit sebagaimana dituangkan didalam perjanjian kredit, sehingga debitur hanya diperkenankan menggunakan kredit sesuai tujuan dalam perjanjian. b. Debitur tidak mampu mengelola usahanya hal ini seharusnya tidak terjadi manakala bank dalam menganalisa unsur capacity (kemampuan) calon debitur cermat dan seksama. c. Debitur beritikad tidak baik Debitur seringkali sejak awal dengan segala daya upaya berusaha meyakinkan agar bank menyetujui permohonan kreditnya, namun setelah cair maka dengan segala cara pula berusaha menghindari kewajiban pembayaran kembali kredit kepada bank. PENUTUP Bahwa prinsip fiduciary duties didalam pengelolaan baik secara historis dan didalam ilmu hukum dibebankan kepada direksi dan anggota komisaris sebagimana di maksud dalam pasal 97 tentang Perseroan terbatas yang diperolehnya berdasarkan kepercayaan yang diberikan kepadanya (fiduciary duty) serta merujuk kepada kemampuan serta kehati-hatian tindakan direksi (duty of skill and care) untuk kepentingan perusahaan. Kredit saat bermasalah disebabkan antara
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 3. NO. 1 Februari 2017
lain;Pengurus yang tidak hati-hati, faktor manajemen, buruknya perencanaan, adanya kebijakan kredit yang ekspansif, penyimpanan prosedur pemberian kredit, lemahnya administran, lemahnya pengawalan bank, dan juga bisa karena kelakuan debitur berupa kelalaian karena menggunakan kredit yang tidak sesuai tujuannya, debitur tidak mampu mengelola usahanya, dan lain sebaginya. Rujukan: Darus
Badrulzaman Mariam “Perjanjian Kredit Bank”PT.Citra Aditya Bakti Bandung Fuady Munir. Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis” PT. Citra Aditya Bakti Bandung 1999 Perlindungan Dana Nasabah Bank, Perpustakaan Nasionak 2002
Rivai H.Vellzol dan Permata Andria “Credit Management´Hand Book, Teori Konsep, Prosedur dan Panduan Praktis Mahasiswa, bankir dan Nasabah” PT.Raya Grafindo Persada, Jakarta 2006. Sinungan Mardasyah :Kredit Seluk Beluk dan Teknik Pengelolaan, jakarta. Yayaysan 1998. Sitompul, Zulkarnain 1998”Kumpulan Artikel Hukum Perbankan Buku Ke XXII, Jakarta. Sutojo Siswanto “ Strategi Manjemen Kredit Bak Umum Damarmulya Pustaka, Jakarta 2000 Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas