Ningrum Sirait – Asosiasi Pelaku Usaha dan Kegiatannya dalam Aturan Hukum Persaingan
ASOSIASI PELAKU USAHA DAN KEGIATANNYA DALAM ATURAN HUKUM PERSAINGAN - Ningrum Sirait -
Absrak asosiasi merupakan suatu fenomena dalam perekonomian modern saat ini karena fungsinya sebagai tempat pertukaran informasi dan medium untuk peningkatan kinerja industri. Selain itu juga, asosiasi bertugas meningkatkan efisiensi, efektivitas industri dan konstruksi. Sehubungan dengan hal tersebut saat ini banyak negara telah memberlakukan undang-undang hukum persaingan, sehingga kegiatan asosiasi yang dikategorikan dapat menghambat proses persaingan diatur dalam ketentuan aturan hukum tersebut. Namun demikian, masih banyak pro dan kontra mengenai eksistensi dari asosiasi pelaku usaha saat ini tetapi patut dicermati bahwa fungsi positifnya lebih banyak untuk perekonomian dan kepentingan umum dibandingkan dengan tindakannya yang dianggap merugikan. Asosiasi pelaku usaha atau trade 1 bukanlah merupakan suatu association fenomena baru dalam dunia usaha. Bila dikaji lebih dalam, maka asosiasi pelaku usaha sebenarnya merupakan tempat berkumpulnya para pesaing dalam suatu industri yang sama. Dengan kata lain, asosiasi dikatakan sebagai berikut: “A Trade Association is an organization of producers or distributor of a commoditiy or service upon a mutual basis for the purpose of promoting the business of their branch of industry and improving their service to the public through the compilation and distribution of information, the establishment of trade standards and the co-operative handling of common problems to the production or distribution of the commodity or service with 2 which they are concerned”. Asosiasi pelaku usaha dideskripsikan dalam berbagai definisi yang menggambarkan bahwa asosiasi merupakan suatu organisasi yang bersifat non-profit dari pelaku usaha yang merupakan pesaing dalam tujuan untuk mempromosikan kepentingan ekonomi yang sama dalam industri yang sama. Ataupun 1
Benyamin S.Kirsh, Trade Associations in Law and Business, Central Book Company, New York, 1938, hal 10 yang mengatakan bahwa pengertian asosiasi bisnis atau asosiasi pelaku usaha adalah: “A voluntary organization of business competitors, usually in one branch of industrial, trade, or services fields, whose aim is to promote that branch through co-operative activities in two or more of the following phases: äccounting practices, arbitration, business standards, commercial research, industrial research, public relations, statistics and trade promotions”. 2 Trade Association, Their Economic Significance and Legal Status, National Industrial Conference Board, 9-30, New York, 1925. Lihat juga, Benyamin S.Kirsh, Trade Association, The Legal Aspects, Central Book Company, New York, 1928, hal 13 58
digambarkan sebagai organisasi yang tujuannya adalah bekerja sama dalam berbagai bidang yang didukung oleh pelaku usaha. Dari berbagai definisi ini maka gambaran paling umum adalah bahwa asosiasi ini merupakan organisasi nirlaba yang dibentuk untuk kepentingan anggotanya yang merupakan pesaing satu dengan yang lainnya yang bertujuan untuk membantu kemajuan dan kepentingan anggotanya secara bersama-sama dan lebih memfokuskan pada tujuan ekonomi dibandingkan dengan kepentingan individual. Di samping itu, asosiasi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan industri secara umum. 3 Asosiasi pelaku usaha dibedakan dengan bentuk asosiasi lain yang kita kenal, misalnya asosiasi profesional yang lebih terfokus pada profesi mereka, seperti dokter ataupun sarjana hukum yang dibedakan dari asosiasi yang khusus menaruh perhatian pada kepentingan publik, misalnya asosiasi pekerja atau serikat pekerja. KEGIATAN ASOSIASI YANG BERISIKO DENGAN PROSES PERSAINGAN USAHA Dalam hal ini struktur dari tiap asosiasi pelaku usaha yang ada adalah berbeda. Bentuk organisasi dari asosiasi pelaku usaha dapat saja bersifat vertikal yang berada di pusat dan daerah, ataupun horizontal di mana organisasinya berada di level yang sama secara geografis dan berasal dari industri yang sama. Walaupun demikian secara umum, struktur 3
Geoge P.Lamb & Sumner S.Kittelle, Trade Associations Law and Practice, Little Brown and Company, 1956, hal 3 di mana dikatakan bahwa trade associations is a nonprofit organization made up of competing business firms, designed to assist the individual members and to improve the industry’s position generally. Mutual business and economic interests bind the association’s members together. Jurnal Hukum Vol.01, No.1 Tahun 2005
Ningrum Sirait – Asosiasi Pelaku Usaha dan Kegiatannya dalam Aturan Hukum Persaingan
organisasi asosiasi dapat dikatakan adalah umum bersifat vertikal di mana terdapat organisasi induk yang berada di pusat dan berbagai cabang yang berada di daerah. 4 Oleh sebab itu, muncul pemikiran apakah yang menjadi dasar dari pembentukan suatu asosiasi? Suatu industri atau usaha menghadapi berbagai jenis tantangan dan persaingan, di mana hal ini dirasakan akan lebih baik bila dihadapi secara bersama sama dibandingkan bila persaingan itu dihadapi sendiri oleh pelaku usaha tersebut. Misalnya menghadapi pesaing baru, pesaing ataupun produk lain dari pesaing luar (internasional), masalah kredit maupun regulasi pemerintah yang baru diberlakukan. Dengan kata lain asosisi adalah interaksi antara para anggotanya untuk menyelesaikan isu yang timbul di antara 5 mereka sendiri. Masalah ini jauh lebih mudah diselesaikan bersama dengan menciptakan standardisasi strategi yang menjadi keputusan bersama dari anggota asosiasi tersebut. Oleh sebab itu dasar fundamental dari pembentukan asosiasi pelaku usaha tidak lain daripada kebersamaan menghadapi masalah yang dihadapi secara bersama. Bila tidak terdapat masalah bersama (common problem), maka asosiasi tidak lain sekedar daripada tempat berkumpul para pesaing yang akan sangat rentan menghadapi usaha untuk menciptakan kolusi atau persetujuan baik dalam bentuk diam diam atau eksplisit yang dapat dianggap sebagai tindakan yang melanggar prinsip-prinsip 6 Hukum Persaingan. Sebelumnya ada pandangan yang mengatakan bahwa asosiasi justru 4
George P.Lamb and Carrington Shields, Trade Association Law and Practice, Little Brown Company, Boston, Toronto, 1971, hal 1 yang mengatakan: ”whatever the structure of the business association – be it horizontal association,” whose members operate at one functional level within an industry: a “vertical” association, whose members operate at different functional levels, or a federation, whose members are trade associations – business units with mutual economic interests are the foundation on which an association is built”. 5 Donham, Business Ethics: A General Survey, 7 Harvard Business Rev, 385, 386 (1929) sebagaimana dikutip dari Benyamin S.Kirsh, Trade Associations in Law and Business, Central Book Company, New York, 1938, hal 102 yang mengatakan bahwa:”It deals with the internal relations of the business men, and the external relations of the group, how business is to live with the community” 6 Lihat Adam Smith, An Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations, ed. Edwin Cannan, The University of Chicago Press, USA, 1976 yang mengatakan: ”People of the same trade seldom meet together, even for merriment and diversion, but the conversation ends in a conspiracy against the public or the some contrivances to raise prices”.
dipergunakan untuk mengurangi tingkat persaingan, 7 ataupun sebagai alat untuk menghambat dan menghindarkan persaingan8 dan beberapa dekade kemudian dikatakan sebagai alat untuk membuat agar persaingan tidak terlalu mematikan sesama pesaing dipasar. 9 Oleh sebab itu fungsi dari adanya suatu masalah bersama (common problem) yang tidak melanggar hukum adalah tolak ukur dari suatu pembentukan asosiasi apakah strukturnya akan bersifat horizontal ataupun vertikal. Asosiasi juga menghadapi masalah risiko dengan Hukum Persaingan. Pelaku usaha yang menjadi anggota asosiasi memiliki persepsi yang rata rata sama bahwa mereka juga mempunyai minat yang sama untuk bertemu dan kemudian menentukan harga, membagai wilayah ataupun menentukan kuota produksi mereka. Walaupun hal ini tidak menjadi fokus utama dari pembentukan suatu asosiasi, tetapi asosiasi dapat dianggap sebagai fasilitator dari kolusi yang terjadi antara anggotanya yang tidak lain adalah pesaing dalam industri yang sama. Berbagai kegiatan asosiasi yang sangat luas memang variatif sifatnya. Asosiasi dapat mengundang risiko dalam konteks Hukum Persaingan bila dihubungkan dengan tindakannya yang berhubungan dengan perjanjian, harga, produksi maupun distribusi. Legalitas dari tindakan asosiasi hanya dapat diputuskan dengan memperhatikan segala sesuatu yang berhubungan dengan batasan apakah tindakan tersebut menciptakan hambatan dalam persaingan atau tidak. Oleh sebab itu asosiasi harus mampu membuktikan bahwa tindakan atau keputusan yang diambil dan dijalankan oleh anggotanya semata mata bertujuan untuk kepentingan efisiensi dan dapat dilakukan secara independen tanpa adanya
7
Whitney, Trade Associations and Industrial Control 38 (1934) sebagaimana dikutip dari George P.Lamb & Carrington Shields, op.cit, hal 4 dikatakan bahwa “the real core of trade association movement has lain in its attack on free competition” 8 Mund, Government and Business, 169-170, rd 3 Edition, 1960 sebagaimana dikutip dari George P.Lamb & Carrington Shields, op, cit, hal 4, dikatakan bahwa:”As recently as 1960, the trade associations in the United States was likened to that in the Great Britain had been found to be “the principal instruments for restrictive practices”.. 9 George W. Stocking & Watkins, Monopoly and Free Enterprises, 234 (1951) sebagaimana dikutip dari George P.Lamb & Carrington Shields, op.cit, hal 4. “A few years ealier the trade association movement had been said to represent “an organized effort to moderate the vigors of competition, and to reflect a lack of confidence in genuinely free enterprises, a fear of the destructive consequences of uninhibited price warfare.” 59
Ningrum Sirait – Asosiasi Pelaku Usaha dan Kegiatannya dalam Aturan Hukum Persaingan
unsur tujuan untuk mengurangi persaingan di antara mereka sendiri. 10 Dengan demikian secara umum maka dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa kegiatan umum yang dilakukan oleh asosiasi pelaku usaha, walaupun tidak semua asosiasi melakukan kegiatan ini secara ke seluruhan. Di antaranya adalah: konfrensi dan pertemuan rutin dalam industri mereka, publikasi atau laporan, kerjasama dengan organisasi atau asosiasi lainnya, penetapan standard etik atau bisnis, statistik termasuk kompilasi dan distribusi, legislasi, pengawasan terhadap persaingan curang, publikasi mengenai industri mereka, akunting atau hal hal yang berhubungan dengan keuangan, pendidikan publik tentang produk, penyediaan informasi, bantuan hukum, partisipasi dalam pameran, pendidikan dalam industri, promosi bersama, standardisasi produk dan industri, kegiatan yang berhubungan 11 dengan pajak dan kredit. Asosiasi memang merupakan suatu fenomena dalam perekonomian modern saat ini karena fungsinya sebagai tempat pertukaran informasi dan medium untuk peningkatan kinerja industri. Di samping itu asosiasi juga bertugas meningkatkan efisiensi dan efektivitas industri. 12 karena sifat dan tujuannya yang mempersatukan pesaing serta membicarakan masalah ekonomi dan kepentingan yang sama, maka asosiasi dapat dipergunakan sebagai kendaraa untuk menciptakan persetujuan yang sifatnya mengurangi persaingan di antara mereka. Walaupun tanpa atau dengan adanya perjanjian yang eksplisit atau diam diam, maka kegiatan asosiasi tetap dalam pengamatan Hukum Persaingan. Sehingga pada kenyataannya, asosiasi dapat saja pada suatu saat menerima kecaman karena tindakannya dan pada saat yang lain justru menjadi mitra bagi pemerintah dan dunia industri dalam 13 meningkatkan persaingan pasar. 10
Geoge P.Lamb & Sumner S.Kittelle, op.cit.
hal 16.
11
Benyamin S.Kirsh, op.cit, hal 12-14. George P.Lamb & Carrington Shields, op.cit hal 1. Lihat juga Sharfman, The Trade Association Movement, 16 Am.Economic Rev. 1 Supp. 203 (1926). Dikatakan bahwa: ”the modern trade association is the outstanding example of the organization of business upon a co-operative plan. The movement is an attempt to “co-ordinate competitive forces without relinquishing the fruits that sprin from individual initiative. It makes use of and coordinates the soundest thought and proved experiences of an industry. 13 Ibid, hal 6, dikatakan bahwa: It depends upon whether the philosophy of the business community is in harmony with the larger public interests at a given time, and upon the degree to which an association’s activities can be adapted to 60 12
Dalam ekonomi pasar yang menyokong persaingan, maka peran asosiasi menjadi paradoks. Pada suatu saat asosiasi dibutuhkan untuk hal hal positif dalam peningkatan industri, sementara dalam konteks Hukum Persaingan, peran asosiasi sering dicurigai sebagai alat dalam menghindarkan persaingan. Pada dasarnya peran asosiasi yang lebih banyak sebagai tempat pertukaran informasi dianggap sebagai salah satu penyokong dalam mendukung ekonomi pasar untuk bersaing. Informasi yang dapat diakses baik oleh pelaku pasar besar dan kecil dianggap sebagai cara yang adil dalam memberikan informasi pasar 14 Di sehingga dianggap pro-persaingan. samping itu pada suatu kajian ekonomi dikatakan bahwa kebebasan ekonomi (economic freedom) juga termasuk di antaranya adalah akses terhadap informasi pasar terutama yang berkaitan dengan harga. 15 Dalam pendekatan filosofis dari Hukum Persaingan yang terfokus pada pelarangan perjanjian yang bersifat menghambat persaingan maka segala jenis perjanjian yang dilakukan oleh anggota asosiasi akan mempunyai akibat. Oleh sebab itu sering dalam kajian Hukum Persaingan, perjanjian yang dilakukan oleh asosiasi dilakukan dengan pendekatan Rule of Reason. 16 Karena pada changes in the philosophy of the business community, the public and the government. 14 Ruddock, The Organization and Activities of a Trade Association, Preoceeding A.B.A Section of Antitrust Law, Spring Meeting, 47 (1955), ”A trade association is an artificial creature, necessarily alien in its composition to the basically individualistic philosophy of the antitrust law. It is endured and sometimes even indulged by the courts because of its great value to the progress of business in field of action not directly related to the merchandising process. Howevever, once its activities impinge or appear to impinge on the merchandising process, it can expect no mercy from the court. Under such circumstances a trade association is always considered expendable”. 15 Arthur Jerome Eddy, The New Competition, 1912 sebagaimana dikutip dari George P.Lamb & Carrington Shields, op. cit, hal 7 16 Glossary of Industrial Organization Economics and Competition Law, hal 51. Rule of Reason is a legal approach by competition authorities or the courts where an attempt is made to eveluate the pro-competitive features of a restrictive business practices against its anticompetitive effects in order to decide whether or not the practice should be prohibited. Some market restrictions, which prima facie give rise to competition isues may or further examination be found to have valid efficiencyenhacing benefits. For example, a manufacturer may restrict supply of a product in different geographic markets only to existing retailers so that they earn higher profits and have an incentive to advertise the product and provide better service to customers. This Jurnal Hukum Vol.01, No.1 Tahun 2005
Ningrum Sirait – Asosiasi Pelaku Usaha dan Kegiatannya dalam Aturan Hukum Persaingan
dasarnya bentuk perjanjian yang bagaimanapun jelas akan mengakibatkan para pihak yang terlibat di dalamnya setuju untuk membatasi dirinya melakukan sesuatu tindakan. Di samping itu kasus Hukum Persaingan juga membutuhkan analisis pasar yang komprehensif sebelum memutuskan bahwa suatu tindakan betul dianggap telah melanggar undang-undang. 17 Demikian juga dengan implikasi dari asumsi bahwa asosiasi adalah medium yang sering memfasilitasi adanya suatu perjanjian yang sifatnya eksplisit ataupun diam-diam yang memberikan komunikasi untuk melakukan tindakan bersama sama (conscious paralellism). Sehingga doktrin konspirasi yang difasilitasi oleh asosiasi bukan saja dibuktikan melalui adanya suatu perjanjian tertulis tetapi juga melalui tindakan bersama (concerted action). 18 Dalam may have the effect of expanding the demand for the manufacturer’s product more than the increase in quantity demanded at a lower price. The opposite of the Rule of Reason approach is to declare certain business practices per se illegal, that is always illegal. 17 Lihat pendapat Hakim dalam keputusan United States vs. Socony Vacuum Oil.Co, 310 U.S. 150, 60 Sup.Ct.811L Ed. 1129 (1940) Tuduhan yang diajukan adalah Socony dan pesaingnya bertujuan untuk mengontrol serta menaikkan harga. Pembelaan Socony yang mengatakan bahwa tindakan mereka untuk menetapkan harga adalah demi menyelamatkan industri minyak jelas mempengaruhi struktur harga. Saat kasus itu diajukan, maka pengadilan bekerja keras untuk membuktikan maksud Socony yang terbukti mempengaruhi harga minyak di daerah Mid-Western. Amerika Serikat. Alasan Socony ditolak oleh Hakim Douglas dalam suatu keputusan yang mengatakan bahwa: “..the reasonableness of prices has no constancy due to the dynamic quality of business facts underlying price structures. Those who fixed reasonable prices today would perpetuate unreasonable prices tomorrow, since those prices would bot be subject to continuous administrative supervision and readjustment in light of changed conditions. Those who controlled the prices would control or effectively dominate the market. And those who were in that strategic position would have in it their power to destroy or drastically impair the competitive system. But the thrust of the rule is deeper and reaches more than monopoly power. Any combination, which tampers with price structure is engaged in an unlawful activity. Even though the members of the price fixing group in no position to control the market, to the extent that they raised, lowered, or stabilized prices they would be directly interfering with the free play of market forces…” 18 Lihat kasus putusan hakim dalam kasus Eastern States Retail Lumber Dearler’s Assn vs. United States, 234 U.S. 600, 612, 34 Sup. Ct.951, 954, 58 L.Ed. 1490, 1499 (1914) di mana kasus tersebut dinyatakan oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat bahwa: “But it is said that in order to show combinations or conspiracy within the Sherman act some agreement must be shown under which the concerted action is taken. It is elementary, however,
kenyataan praktik sehari hari alangkah muskilnya bagi pelaku usaha untuk tidak melakukan tindakan dengan melihat perilaku pesaingnya. Hal yang rasional ini akan sangat sukar dibuktikan bersifat menghambat persaingan karena tindakan melihat perilaku pesaing dengan melihat informasi sekitarnya adalah suatu tindakan bisnis yang normal. Oleh sebab itu tindakan yang dianggap sebagai conscious paralellism memang harus dibuktikan dengan pendekatan rule of reason dengan melihat analisis pasar akibat tindakan tersebut dan melihat elemen maksud, apakah dengan tujuan menghambat persaingan ataupun 19 memang sekedar tindakan rasional ekonomi. Bila tidak, dapat dibayangkan bahwa seluruh tindakan ataupun keputusan yang dilakukan dalam bisnis memang harus berdasarkan kepada pengamatan perilaku pesaing dan informasi yang ada di pasar. Asosiasi karena dianggap sebagai fasilitator bagi berkumpulnya pesaing dapat saja menghadapi hambatan dalam aktivitasnya. Konspirasi untuk melakukan tindakan yang that conspiracies are seldom capable of proof by direct testimony and may be inferred from the things actucally done; and when, in this case, by concerted action the names of wholesellers who were reported as having made sales to consumers were periodically reported to the other members of the associatio, the conspiracy to accomplish that which was the natural consequencess of such action may be readily inferred…” The concerted and periodic circulation by associations of retail lumber dealers among their members of confidential information as to wholesale lumber dealers in interstate trade selling directly to consumers, such members being called upon to supply information promptly, violates the prohibition of Anti-Trust Act, July 2, 1890, 15 U.S.C.A. § § 1-7, 15 note, against combinations in restraint of trade, where these reports were circulated with the intent of causing the retailers to withhold their patronage from the listed wholesalers. Dalam kasus ini asosiasi dituduh telah melanggar Hukum Persaingan karena menggunakan informasi yang sifatnya rahasia untuk melakukan perdagangan yang mengakibatkan pihak lain tidak dapat mengakses informasi tersebut dan merugikan pesaing lainnya. 19 Pendapat mengenai tindakan conscious paralellism ini dapat dilihat dalam keputusan kasus Interstate Circuit Inc vs. United States, 306 U.S. 208, 59 Sup.Ct. 467, 83 L.Ed. 610 (1939) di mana pengadilan menyatakan:”it was enough that, knowing that concerted action was contemplated and invited, the distributors gave their adherence to the scheme and participted in it,… Acceptance by competitors, without previous agreement, of an invitation to participate in a plan, the necessary consequence of which, if carried out, or restraint of interstate commerce, is sufficient to establish an unlawful conspiracy under the law:. 61
Ningrum Sirait – Asosiasi Pelaku Usaha dan Kegiatannya dalam Aturan Hukum Persaingan
bertentangan dengan Hukum Persaingan karena sering dilakukan oleh pesaing melakui asosiasi membuat eksistensi asosiasi menjadi bias. Karena asosiasi pelaku usaha harus mampu mengontrol tindakan anggotanya dengan menghindarkan adanya perjanjian baik yang sifatnya eksplisit atau diam diam yang membatasi pelaku untuk melakukan keputusan bisnis yang independen. Di samping itu anggota asosiasi, baik yang turut serta melakukan maupun dengan kedudukannya sebagai anggota tetapi tidak ikut dalam perjanjian atau konspirasi tersebut juga akan menanggung akibatnya dari tindakan beberapa anggota yang lain. Oleh sebab itu pembuktian tindakan bersama yang dilakukan memang sulit untuk dibuktikan. Dengan demikian ada 2 hal yang penting yang berhubungan dengan dugaan mengenai adanya konspirasi yang dilakukan melalui asosiasi, yaitu berdasarkan bukti keanggotaan dalam asosiasi serta adanya perilaku atau tindakan paralel (bersama) yang ditindaklanjuti. Dari kedua pembuktian dasar ini dapat ditarik dugaan awal bahwa doktrin 20 konspirasi ini dapat diberlakukan. Walaupun demikian dalam era modern saat ini, asosiasi tetap eksis dan dikenal dengan keempat fungsinya yang utama, yaitu sebagai alat untuk mempromosikan ataupun mengkonsolidasikan data yang berhubungan dengan informasi industri yang bersangkutan antara anggota dan non-anggota, mempromosikan dan meningkatkan produk industri, sebagai perwakilan industri kepada pemerintah dan membangun standar industri 21 untuk meningkatkan persaingan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa wacana modern dari asosiasi pelaku usaha yang ada saat ini adalah tidak tergantung pada kontrol pasar tetapi terfokus pada promosi dan efektifisasi dari kekuatan ekonomi dengan berlandaskan pada interaksi yang bebas dari kemampuan dan pertimbangan anggota asosiasi secara independen melalui persaingan bebas. 22 Dalam mencermati kegiatan asosiasi yang berhubungan dengan Hukum Persaingan, maka cara yang paling mudah adalah dengan jalan memperhatikan Anggaran Dasar (AD & ART) asosiasi tersebut. AD & ART dapat diartikan sebagai perjanjian antara organisasi dan anggotanya, sehingga ada kemungkinan bahwa aturan asosiasi dapat dianggap sebagai upaya untuk menghambat persaingan di antara anggotanya. Para anggota dapat berupaya 20
George P.Lamb & Carrington Shields, op. cit, hal 25. 21 Ibid, hal 17. 22 Benyamin S.Kirsh, Trade Associations in Law and Business, op.cit, hal 17. 62
untuk mencapai konsensus dalam berbagai aspek yang difasilitasi oleh asosiasi dengan tujuan mengurangi tingkat persaingan di antara mereka. 23 Dapat dikatakan bahwa asosiasi memaksakan pengontrolan dan stabilisasi terhadap anggotanya dalam hal pengaruh yang juga merupakan pengontrolan dari anggota asosiasi itu sendiri terhadap kebijakan anggota asosiasi yang lainnya. 24 Oleh karena titik singgung antara pendekatan ekonomi, hukum dalam bisnis sangat bersifat interdependen, maka dapat disimpulkan bahwa pada akhirnya Hukum Persaingan akan melihat apakah efek akhir dari suatu tindakan atau keputusan asosiasi akan menghambat persaingan atau tidak sebagaimana tergambar dalam pendapat Henderson: “There are few more fascinating pursuits than the stute of effect which economic and legal institutions have upon each other. A new economic institution makes its apperance, grows, waxes strong. It encounters legal restraints, perhaps arising out of tradition, or based on a chance legal precedent, or perhaps representing hostile economic interests. The tug of war begins. If the economic institution is vital and draws sustenance from important springs of human endeavor, the legal restraints will begin to show signs of strain. Precedents will be distinguished, principles encroached upon by exceptions, and the symmetrical pattern of the law distorted. Perhaps a new equilibrium will be found, or perhaps again they will prove the more tenacious of the two, and the economic institution will perish, throttled by the dean hand 25 of the law”. KESIMPULAN Pada saat ini dalam era ekonomi pasar (market economy), maka persaingan menjadi suatu faktor yang sangat menentukan pada suatu pasar. Demikian juga di mana banyak negara telah memberlakukan undang-Undang Hukum Persaingan, maka kegiatan asosiasi yang dikatagorikan dapat menghambat proses persaingan diatur adalah diatur dalam ketentuan aturan hukum tersebut. Walaupun demikian banyak pro dan kontra mengenai eksistensi dari asosiasi pelaku usaha saat ini tetapi patut dicermati bahwa fungsi positifnya lebih banyak 23
Malcom D.MacArthur, Association and Antitrust Laws, Association Department, Chamber of Commerce of the United States, tanpa tahun, hal 11. 24 Lihat juga, Benyamin S.Kirsh, op.cit, hal 20. 25 Gerard C.Henderson, Statistical Activities of Trade Associations, American Economic Review, Vol.16, No.1. Supp.Page 219 (March 1926) sebagaimana dikutip dalam Benyamin S.Kirsh, Trade Association, The Legal Aspects, Central Book Company, New York, 1928, hal 25. Jurnal Hukum Vol.01, No.1 Tahun 2005
Ningrum Sirait – Asosiasi Pelaku Usaha dan Kegiatannya dalam Aturan Hukum Persaingan
untuk perekonomian dan kepentingan umum dibandingkan dengan tindakannya yang dianggap merugikan. 26 Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kenyataan di berbagai negara dan banyak kasus-kasus Hukum Persaingan menunjukkan bahwa benar asosiasi dipergunakan sebagai kendaraan untuk melakukan tindakan konspirasi yang menghambat proses persaingan. Hal demikian memerlukan suatu pembuktian yang tidak mudah dari segi pendekatan ekonomi dan hukum terutama untuk melihat dari tindakan bersama (concerted action) yang dapat berindikasi menjadi perjanjian Kartel. Tetapi sepanjang asosiasi dipergunakan untuk tujuan positif dan tidak sebagai medium tidakan bersama untuk mengurangi persaingan, maka keberadaan asosiasi dalam perdagangan dan industri adalah positif dan diperlukan. DAFTAR PUSTAKA Bradley, Joseph F., The Role of Trade Associations and Professional Business Societies in America, The Pensylvania State University Press, 1965. Donham, Business Ethics: A General Survey, 7 Harvard Business Rev, 385, 386 (1929) Eddy, Arthur Jerome, The New Competition, 1912. Glossary of Industrial Organization Economics and Competition Law, English Version, OECD, Paris, 1996. Henderson, Gerard C. Statistical Activities of Trade Associations, American Economic Review, Vol.16, No.1. Supp.Page 219 (March 1926). Kirsh, Benyamin S., Trade Association, The Legal Aspects, Central Book Company, New York, 1928. --------------, Trade Associations in Law and Business, Central Book Company, New York, 1938.
Mac Arthur, Malcom D. Association and Antitrust Laws, Association Department, Chamber of Commerce of the United States, tanpa tahun, hal 11. Mund, Government and Business, 169-170, 3rd Edition, 1960. Ruddock, The Organization and Activities of a Trade Association, Preoceeding A.B.A Section of Antitrust Law, Spring Meeting, 1955. Seager, Henry Roger & Parker Thomas Moon, Trade Associations and Business Combinations, Proceeding of the Academy of Political Science, Volume XI, No.4, January 1926. Sharfman, The Trade Association Movement, 16 Am.Economic Rev. 1 Supp., 1926. Smith, Adam, An Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations, ed. Edwin Cannan, The University of Chicago Press, USA, 1976. Stocking, George W. & Watkins, Monopoly and Free Enterprises, 1951.National Industrial Conference Board Trade Association, Their Economic Significance and Legal Status, New York, 1925. Whitney, Trade Associations and Industrial Control, 1934. KASUS-KASUS: Eastern States Retail Lumber Dearler’s Assn vs. United States, 234 U.S. 600, 612, 34 Sup. Ct.951, 954, 58 L.Ed. 1490, 1499 (1914). Interstate Circuit Inc vs. United States, 306 U.S. 208, 59 Sup.Ct. 467, 83 L.Ed. 610 (1939). United States vs. Socony Vacuum Oil.Co, 310 U.S. 150, 60 Sup.Ct.811L Ed. 1129 (1940).
Lamb, Geoge P. & Sumner S.Kittelle, Trade Associations Law and Practice, Little Brown and Company, 1956. Lamb, George P. and Carrington Shields, Trade Association Law and Practice, Little Brown Company, Boston, Toronto, 1971.
26
Joseph F.Bradley, The Role of Trade Associations and Professional Business Societies in America, The Pensylvania State University Press, 1965 hal 23, di mana disebutkan bahwa:” the purpose of this and previous publications is to indicate the successful service of trade associations in the public interests 63