Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
ASESMEN RISIKO BERDASARKAN MANAJEMEN RISIKO KORPORAT TERINTEGRASI (MRKT) MENURUT ISO 31000 BAGI PT XYZ 2015-2017 Christy Dwita Mariana PPM School of Management Email:
[email protected]
Abstrak Industri penerbangan LCC (Low Cost Carrier) merupakan salah satu industri yang diminati di Indonesia. Walaupun demikian, setiap perusahaan yang bergerak di industri penerbangan khususnya LCC (salah satunya PT XYZ) perlu untuk menerapkan suatu sistematisasi formulasi manajemen risiko, salah satunya berbasis ISO 31000. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan basis yang tertera pada Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi menurut ISO 31000. Hasil dari penelitian ini ditemukan 52 kejadian risiko dengan 11 divisi pada perusahaan yang terpapar risikorisiko terkait. Selain itu, penelitian ini pun menghasilkan pemetaan risiko-risiko pada perusahaan. Risiko-risiko krusial pada perusahaan meliputi risiko fluktuasi nilai tukar rupiah dan USD serta risiko fluktuasi harga avtur.
Kata kunci: ISO 31000, Low Cost Carrier, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi
Abstract The aviation industry LCC (Low Cost Carrier) is one of the industries that highly demanded in Indonesia. However, every company engaged in the aviation industry in particular LCC (one of which is PT Citilink Indonesia) need to implement a systematizing formulation of risk management, one of them based on ISO 31000. This research was conducted by reference Integrated Enterprise Risk Management according to ISO 31000. The results of this study found 52 occurrences of risk with 11 divisions in company that are exposed to risks associated. In addition, this study also resulted in risk mapping of the company risks. The main risks of company are financial risks, such as the risk of fluctuation in eschange rate of IDR and USD also the risk of fuel price fluctuation.
Keywords: ISO 31000, Low Cost Carrier, Integrated Enterprise Risk Management
1
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
I.
selanjutnya disebut LCC. LCC merupakan
PENDAHULUAN
klasifikasi industri maskapai penerbangan Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara
yang
terletak
pada
garis
yang digemari untuk melakukan perjalanan udara tanpa kenyamanan tambahan, seperti
khatulistiwa dan berada di antara Samudra
makan,
Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia
tambahan lainnya, sebagaimana diberikan
merupakan negara kepulauan yang terdiri
pada full service airlines, namun tetap
dari sekitar 17 ribu pulau. Penduduk tersebar
mengutamakan
di pulau-pulau besar di Indonesia, yaitu
minat
pulau
dan
industri LCC ini digambarkan melalui
Kalimantan, dengan tren peningkatan kondisi
peningkatan penumpang perusahaan industri
perekonomian yang semakin meningkat
terkait dari tahun 2010 hingga tahun 2013
dalam beberapa tahun mendatang, khususnya
pada Tabel 1. berikut:
Jawa,
Sumatera,
Sulawesi,
pada kelas menengahnya. Kondisi Indonesia tersebut merupakan kesempatan yang besar bagi perkembangan industri penerbangan dengan
menempatkan
kelas
menengah
Indonesia sebagai pangsa pasar utamanya. Peningkatan penerbangan terutama
jumlah
berjadwal
disebabkan
di
oleh
penumpang Indonesia peningkatan
jumlah penumpang pada jenis penerbangan berbiaya murah (low cost carrier) yang
2
minum
atau
berbagai
keselamatan.
masyarakat
Indonesia
layanan
Tingginya terhadap
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
Tabel 1. Jumlah Penumpang Domestik Maskapai Penerbangan LCC Tahun 2010-2013 (dalam juta penumpang) dari situs CAPA (2014) Airline Lion Air Indonesia Air Asia Citilink Wings Air Mandala Lion + Wings (Lion Grup) Total
Walaupun
2010 pax 20,5 3,9 1,1 0,8 3,5 21,4 29,9
demikian,
2011 pax 25,9 5,0 1,6 2,1 0 28,1 34,7
2012 pax 30,2 5,8 2,9 2,7 0,3 32,9 41,9
2013 pax 34,1 7,9 5,3 3,6 1,9 37,7 52,8
industri
risiko-risiko utama diantaranya ditunjukkan
penerbangan termasuk salah satu industri
pada Tabel 2. sebagai berikut (sebagaimana
dengan risiko yang cukup tinggi dengan
dilansir pada situs Mbaskool).
Tabel 2. Risiko yang Dihadapi Industri Penerbangan No. 1 2 3 4 5 6
Keterangan Industri penerbangan merupakan industri padat modal dengan biaya tetap yang tinggi. Profitabilitas industri rendah. Kerentanan yang tinggi terhadap kondisi perekonomian negara. Hambatan yang tinggi untuk memasuki pasar, salah satunya regulasi. Konsumen memiliki switching cost yang rendah terhadap masing-masing maskapai penerbangan. Isu keselamatan yang sulit untuk diprediksi.
Berdasarkan tingginya risiko yang
industri terkait, PT XYZ belum memiliki
dihadapi oleh perusahaan yang bergerak di
sistem
industri penerbangan, termasuk di antaranya
terintegrasi.
industri LCC, maka dapat disimpulkan
Rancangan Manajemen Risiko Korporat
bahwa
Terintegrasi menurut ISO 31000 untuk
diperlukan
formulasi
suatu
manajemen
sistematisasi risiko
untuk
mempertahankan eksistensi dan mencapai level
sustainabilitas
suatu
perusahaan.
Sebagai perusahaan yang telah bergerak di
mampu
yang
mengelola Untuk
melahirkan
risiko
itu,
kualitas
secara
diperlukan
layanan
penerbangan yang prima. Sistematisasi perwujudannya
mencakup
langkah identifikasi
3
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
hingga perlakuan terhadap risiko yang
masa yang akan datang atau hasil dari saat
terpapar bagi seluruh unit kerja di dalam PT
ini, dan memiliki kemungkinan terjadi atau
XYZ
diformulasikan
tidak dan memiliki dampak yang bervariasi
keterkaitan dari seluruh potensi risiko yang
(Berg, 2010). Risiko akan selalu melekat
ada. Melalui formulasi dan implementasi
pada kegiatan apapun yang dikerjakan,
Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi
bahkan tidak melakukan apa pun tidak lepas
menurut ISO 31000 tersebut, PT XYZ akan
dari risiko yang tidak terduga (Susilo &
dapat
Kaho, 2010).
yang
selanjutnya
memprediksi
dan
mengendalikan
potensi risiko yang akan terjadi. Hal ini
Manajemen
risiko
adalah
suatu
dilakukan melalui langkah-langkah antisipasi
proses atau pendekatan yang sistematis untuk
secara rinci dan tepat; sehingga akan lebih
identifikasi risiko, analisis risiko, penilaian
mampu memperoleh jaminan akan eksistensi
risiko,
dan sustainabilitasnya.
menentukan pemetaan risiko-risiko yang
penanggulangan
risiko,
serta
Berdasarkan pada uraian di atas,
telah diteliti. Definisi tersebut merupakan
maka diajukan penelitian berjudul “Asesmen
adaptasi dari pengertian manajemen risiko
Risiko
Risiko
menurut Purba (2011). Implementasi proses
Korporat Terintegrasi (MRKT) Menurut ISO
manajemen risiko merupakan proses jangka
31000 bagi PT XYZ 2015-2017.”
panjang, dinamis, interaktif, dan berlangsung
Berdasarkan
Manajemen
terus II.
LANDASAN TEORI
menerus
untuk
menjaga
keberlangsungan perusahaan (Di Serio, de Oliveira, & Siegert Schuch, 2011). Terdapat
Risiko adalah segala ketidakpastian dan kemungkinan yang meliputi kejadian
4
banyak pendekatan untuk melakukan proses manajemen
risiko,
seperti
Basel
yang
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
digunakan sebagai acuan untuk penerapan
pelaksanaan good corporate governance dan
manajemen risiko di industri perbankan,
akan meningkatkan nilai perusahaan.
sedangkan ISO 31000 dapat menjadi acuan manajemen
risiko
untuk
industri
non-
2.2
Manajeman Risiko ISO 31000
perbankan.
ISO 31000 membahas mengenai proses manajemen risiko yang generik
2.1
Kerangka
Kerja
Manajemen
sebagaimana
suatu
standar
manajemen
Risiko
risiko, yaitu identifikasi risiko, asesmen
Kerangka kerja manajemen risiko
risiko,
perlakuan
terhadap
risiko,
dan
adalah gambaran umum mengenai induk dari
implementasinya (Scannell, Curkovic, &
proses manajemen risiko (Susilo & Kaho,
Wagner, 2013). Namun ISO 31000 memiliki
2010). Kerangka kerja dimaksudkan untuk
persepektif yang lebih luas dan lebih
membantu
konseptual dari standar yang lainnya dan
organisasi
manajemen manajemen
risiko
mengintegrasikan
ke
dalam
organisasi
sistem
keseluruhan.
Kerangka kerja manajemen risiko wajib
tetap
dapat
dipadukan
dengan
standar
manajemen risiko lainnya untuk keperluan spesifik dan khusus.
memperhatikan 3 hal, yaitu (1) Mandat dan Komitmen, (2) Pelaksanaan Manajemen
2.2.1
Identifikasi Risiko
Risiko oleh Direksi, dan (3) Pengawasan
Organisasi perlu melakukan proses
Manajemen Risiko oleh Dewan Komisaris.
identifikasi risiko untuk mengetahui sumber
Organisasi dengan penerapan manajemen
risiko (Fatemi & Luft, 2002), dampak risiko,
risiko
peristiwa dan penyebabnya, dan potensi
yang
baik
akan
menunjang
dampak
atau
potensi
akibatnya,
agar
5
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
organisasi terkait mengetahui risiko-risiko
proses
yang ada secara lengkap dan komprehensif.
bertambah atau berkurang sesuai dengan
Risiko-risiko
yang
diidentifikasi
kebutuhan dan sasaran organisasi.
risiko-risiko
yang
dapat
adalah
identifikasi
risiko
dan
dapat
memengaruhi
pencapaian sasaran organisasi, termasuk
2.2.3
Proses Identifikasi
menghambat, menggagalkan, mengurangi
Daftar pertanyaan berikut (Tabel 3.)
atau bahkan dapat meningkatkan sasaran
perlu dipertimbangkan sebagai tuntunan
organisasi.
pelaksanaan proses identifikasi risiko (Susilo & Kaho, 2010).
2.2.2
Komponen Risiko Informasi yang dikumpulkan dapat
mencakup (1) sumber risiko yang terjadi, (2) kejadian atau peristiwa yang terjadi dan berdampak terhadap pencapaian sasaran, (3) konsekuensi atau dampaknya terhadap aset organisasi atau stakeholders, (4) apa yang menjadi pemicu atau apa saja faktor-faktor pemicu munculnya risiko, (5) pengendalian sebagai
langkah-langkah
antisipasi
dan
pencegahan, dan (6) perkiraan kapan risiko terjadi dan di mana risiko itu dapat terjadi (Susilo & Kaho, 2010). Keenam elemen tersebut merupakan elemen dasar dalam
6
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
Tabel 3. Contoh Daftar Pertanyaan Untuk Identifikasi Risiko No. 1 2
3 4 5 6 7
2.2.4
Pertanyaan Apa sumber dari setiap risiko? Apa yang mungkin terjadi dapat: a. Meningkatkan atau mengurangi efektivitas pencapaian sasaran/target? b. Membuat pencapaian sasaran (finansial, manusia, waktu, dll,) lebih/tidak efisien? c. Menyebabkan stakeholders bertindak yang meningkatkan atau mengurangi pencapaian sasaran/target? d. Menimbulkan manfaat tambahan? Apakah efeknya bagi sasaran/target organisasi? Kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana risiko-risiko ini (negatif/positif) dapat terjadi? Siapa yang berkepentingan atau terkena dampak? Apakah ada pengendalian yang dilakukan saat ini? Apa yang menyebabkan pengendalian yang ada saat ini tidak efektif?
muncul secara tiba-tiba (Djohanputro,
Metode Identifikasi Risiko Metode
yang
digunakan
untuk
2013). Wawancara pihak yang berkepentingan
penelitian ini adalah: Analisisi historis
Wawancara
dilakukan
dengan
tujuan
Metode ini menggunakan acuan kejadian
mendapatkan data primer yang berkaitan
atau peristiwa masa lalu untuk menjadi
dengan kejadian risiko yang menyangkut
prediksi di masa akan datang. Penggunaan
orang, yaitu stakeholder atau pemangku
data
kepentingan.
historis
perlu
memperhatikan
Wawancara
harus
beberapa hal, yaitu (1) apa yang terjadi di
dilaksanakan terhadap pihak yang cukup
masa lalu tidak selalu akan terjadi di masa
representatif
datang, (2) lingkungan eksternal dan obyek
representatif bagian yang berkaitan dengan
internal memengaruhi munculnya kembali
risiko.
kejadian risiko tersebut, dan (3) risiko bersifat dinamis sehingga dimungkinkan
atau
dapat
menjadi
Analisis eksternal makro menggunakan analisis PESTEL
7
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
Analisis PESTEL merupakan alat analisis
pengeluaran
yang meninjau kondisi makro eksternal
berkaitan dengan pengelolaan modal kerja
suatu bisnis melalui aspek-aspek Politic
perusahaan.
(Politik), Economy (Ekonomi), Social
Risiko pasar
(Sosial),
Technology
(Teknologi),
Suatu
tidak
potensi
terduga.
Hal
penyimpangan
ini
hasil
Environment (Lingkungan) dan Legal
keuangan oleh karena pergerakan variabel
(Hukum) (David, 2011).
pasar
selama
periode
likuidasi
dan
perusahaan harus secara rutin melakukan 2.2.5
Hasil Proses Identifikasi Risiko Terdapat risiko-risiko yang berlaku
penyesuaian terhadap pasar. Risiko suku bunga
hampir di semua industri, yaitu sebagai
Risiko ini berasal dari beban bunga dari
berikut (Djohanputro, 2013):
lembaga-lembaga
Risiko bisnis atau risiko usaha
uang kepada perusahaan dan bunga yang
Potensi penyimpangan hasil korporat dan hasil
keuangan
karena
perusahaan
meminjamkan
berfluktuasi. Risiko nilai tukar
memasuki suatu bidang bisnis tertentu.
Potensi penyimpangan dari hasil yang
Risiko bisnis atau risiko usaha berkaitan
diharapkan oleh karena fluktuasi nilai
dengan kemampuan bersaing setiap unit
tukar.
usaha.
berdampak
Risiko likuiditas
Secara
kewajiban
langsung,
pada oleh
risiko
penerimaan karena
ini atau
perusahaan
Risiko likuiditas adalah kemungkinan
melakukan transaksi dengan memakai
perusahaan
valuta asing.
tidak
dapat
memenuhi
kewajiban pembayaran jangka pendek atau
8
yang
Risiko komoditas
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
Menurut Deniansyah (2010) yang dikutip
dengan kondisi atau adanya potensi terjadi
dalam situs Scribd mengenai manajemen
peristiwa malfungsi.
risiko, risiko komoditas adalah potensi kerugian
akibat
perubahan
harga
komoditas.
Risiko proses Potensi penyimpangan hasil dari proses karena
Risiko bahaya (hazard risk)
adanya
penyimpangan
kombinasi sumber daya perusahaan dan
Hazard risk atau risiko bahaya adalah
perubahan lingkungan.
suatu keadaan yang berpotensi untuk
Risiko kejadian eksternal
menimbulkan
kejadian
dalam
yang
dapat
Potensi penyimpangan hasil perusahaan
menimbulkan luka, sakit, kematian pada
karena pengaruh faktor eksternal. Faktor
orang, kerusakan atau kehilangan, dan
eksternal diantaranya adalah: reputasi,
merusak lingkungan (SKYbrary, 2014).
lingkungan, sosial, dan hukum.
Risiko bahaya ini penyebabnya bisa
Risiko reputasi
berasal dari faktor internal ataupun dapat
Potensi hilangnya reputasi perusahaan
berasal dari faktor eksternal.
karena penerimaan lingkungan eksternal
Risiko operasional
yang rendah. Penyebabnya berhubungan
Potensi-potensi penyimpangan dari hasil
dengan
yang diharapkan karena tidak berfungsinya
mengambil tindakan terhadap isu eksternal
suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor
dan
operasional lain.
mengelola
Risiko teknologi Potensi
penyimpangan
ketidakmampuan
ketidakmampuan komunikasi
perusahaan
perusahaan dengan
pihak
kepentingan eksternal. hasil
karena
Risiko bencana
teknologi yang digunakan tidak lagi sesuai
9
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
Potensi
penyimpangan
akibat
adanya
untuk memenuhi tujuan tersebut diantaranya
bencana alam yang terjadi. Hal ini adalah
adalah dimulai dari proses analisis risiko
suatu hal yang berada di luar kendali
dilakukan
perusahaan.
mencakup semua risiko serta peluang yang
secara
komprehensif
dan
ditemui masuk ke dalam daftar risiko. Analisis Risiko
Selanjutnya semua hal yang terkait dengan
Analisis risiko merupakan upaya
risiko telah terlibat dalam proses analisis dan
untuk mendalami dan memahami risiko yang
melakukan analisis berlandaskan informasi,
sudah diidentifikasi (Susilo & Kaho, 2010).
data, dan pengetahuan. Kemudian tidak lupa
Hasil dari analisis risiko menjadi bahan
proses analisis didampingi atau ditunjang
masukan bagi evaluasi risiko dan proses
dengan pengetahuan manajemen risiko yang
pengambilan
atau
memadai. Perlu dipertimbangkan waktu
perlakuan dari risiko-risiko tersebut. Hasil
untuk proses ini mencukupi; dan yang
tinjauan dari analisis risiko berupa dampak
terakhir adalah ukuran kemungkinan dan
dan kemungkinan terjadi dari risiko-risiko
dampak harus konsisten dan sesuai dengan
yang ada.
organisasi.
2.3
2.3.1
serta
tindak
lanjut
2.3.2
Tujuan Analisis Risiko Tujuan dari analisis risiko adalah
melakukan
analisis
dampak
kemungkinan
risiko-risiko
yang
dan dapat
menghambat tercapainya sasaran organisasi (Susilo & Kaho, 2010). Kondisi prasyarat
10
Dasar Analisis Metode analisis disesuaikan dengan
konteks, sasaran, dan sumber daya tersedia. Beberapa risiko perlu diuji lebih rinci lagi, beberapa alasan perlunya keseimbangan pendekatan risiko secara kualitatif dan
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
kuantitatif
diantaranya
adalah
untuk
2.3.4
memperoleh lebih banyak informasi tentang
Pengukuran Probabilitas Risiko Terdapat
beberapa
cara
untuk
konsekuensi atau kemungkinan sehingga
mengukur probabilitas risiko, diantaranya
keputusan mengenai prioritas risiko dapat
adalah
berbasis data dan informasi (Susilo & Kaho,
pendekatan binomial, pendekatan poisson,
2010). Selain itu untuk lebih memahami
pendekatan distribusi normal serta model
risiko dan penyebabnya pada akar persoalan
logistik (Djohanputro, 2013).
melalui
pendekatan
frekuensi,
yang sebenarnya. Memiliki manfaat untuk
Pengukuran probabilitas risiko dapat
membantu setiap orang untuk memilih opsi-
dilakukan secara kualitatif apabila tidak
opsi yang berbeda dalam hal biaya, manfaat,
tersedia atau kurangnya data yang akan
potensi peluang, dan potensi ancaman; serta
diolah yaitu melalui kategorisasi probabilitas
adanya pemahaman antara risiko yang ada
risiko menjadi jarang sekali (rare), kecil
terhadap pihak yang berhadapan dengan
kemungkinan (unlikely), mungkin (possible),
risiko.
sangat mungkin (likely) dan hampir pasti (almost certain). Hal ini pun bergantung dari
2.3.3
Terdapat risiko,
sifat bisnis dari masing-masing organisasi.
Pengukuran Dampak Risiko
yakni
lima
kategori
katastropik,
dampak
signifikan,
moderat, minor dan tidak signifikan, yang
2.4
Evaluasi Risiko Tahap evaluasi akan menentukan
bersifat fleksibel tergantung dari preferensi
perlakuan
risiko
diprioritaskan
masing-masing
pengkategorian
organisasi
dampak
risiko
serta dari
dan untuk
implementasi
yang
perlakuan-perlakuan
risiko-risiko tersebut. Tujuan evaluasi risiko
organisasi terkait (Djohanputro, 2013).
11
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
sekaligus untuk menetapkan seberapa jauh
diidentifikasi
risiko diterima atau ditolak keberadaannya.
melewati batas preferensi risiko, namun
Terdapat dalam
empat
melakukan
langkah evaluasi
utama
tidak
risiko
menyusun
dan
menutup skala
risiko-risiko
kemungkinan prioritas
yang
untuk
berdasarkan
(Djohanputro, 2013), yaitu:
daftar risiko yang berada di bawah batas
a. Membandingkan ukuran risiko
preferensi risiko.
Membandingkan ukuran risiko adalah melakukan dampak
analisis
dengan
probabilitas
kapasitas
d. Memetakan risiko
dan
Pemetaan
risiko
adalah
khususnya
menyusun
skala
prioritas;
untuk
(1)
dan
(2)
kemampuan finansial atau aset organisasi
memperoleh model penanganan risiko
terkait, sehingga besarnya risiko akan
yang sesuai untuk setiap risiko bergantung
berbeda
pada peta risiko yang ada (Djohanputro,
secara
relatif
bagi
berbagai
organisasi yang berbeda.
2013).
b. Menetapkan preferansi risiko Terdapat
unsur
Peta risiko pada umumnya memiliki dua dari
jenis yaitu (1) peta risiko inheren, yaitu
pengambil keputusan dalam menetapkan
peta risiko sebelum penanganan risiko dan
preferensi risiko, yang dapat menentukan
(2) peta ekspektasi/target yaitu peta risiko
daftar
yang diharapkan setelah penanganan risiko
risiko
subyektivitas
yang
melewati
batas
preferensi risiko dan daftar risiko di bawah batas preferensi risiko. c. Menyusun skala prioritas Skala
penanganan
risiko
dilakukan
terhadap daftar-daftar risiko yang sudah
12
berjalan dan berfungsi dengan baik.
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
III.
METODOLOGI PENELITIAN
pemetaan proses bisnis, analisis kondisi eksternal melalui analisis PESTEL serta
3.1
wawancara dengan pihak berkepentingan
Metode Penelitian Metode
yang
digunakan
pada
penelitian ini adalah metode penelitian
terkait
risiko-risiko
yang
dihadapi
perusahaan.
kualitatif analisis studi kasus deskriptif, dengan mengumpulkan informasi secara
3.2
Kerangka analisis yang digunakan
faktual dan akurat mengenai proses bisnis dari PT XYZ. Penelitian ini menggunakan metode analisis data historis perusahaan,
Kerangka Analisis
pada penelitian ini sebagai berikut (Gambar 1.).
Gambar 1. Kerangka Analisis Penelitian Rincian kerangka analisis tersebut
risiko yaitu peran manajemen risiko pada
dimulai dari Analisis Industri LCC dan Peran
konteks corporate finance, terutama dalam
Manajemen
bisnis maskapai penerbangan. Selanjutnya,
Risiko
di
dalam
Industri
Penerbangan. Pada tahap ini dilakukan
dilakukan
pemahaman
industri
bisnis
pendalaman mengenai konsep manajemen
penerbangan LCC melalui analisis industri
13
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
penerbangan Low Cost Carrier (LCC) di
di Indonesia. Tahapan ini ditujukan untuk
Indonesia.
mengetahui
Perusahaan
sejenis
yang
dilakukan benchmark/acuan adalah Air Asia
internal
perusahaan.
Tahapan
berikutnya
adalah
penetapan konteks bagi penerapan MRKT pada perusahaan. Tahap ini adalah tahap
dilakukan kajian laporan keuangan dan
pertama untuk membangun kerangka MRKT
business
perusahaan.
untuk
tahap
makro
ini,
plan
Pada
kondisi
eksternal tersebut terhadap perusahaan.
Indonesia, Cebu Pacific dan Tiger Airways. Tahapan berikutnya adalah analisis
pengaruh
memperoleh
data
Ditentukan
seberapa
perusahaan
dilakukan
organisasi untuk menerapkan manajemen
dengan cara melihat pengeluaran yang
risiko. Perlu dipertimbangkan kajian kondisi
signifikan dan terjadi secara kontinyu pada
internal dan kondisi eksternal yang dapat
perusahaan
mempengaruhi perusahaan. Hal ini dilakukan
Analisis
terkait.
Kajian
internal
dengan
siap
agar
kepada pihak-pihak di perusahaan yang
perusahaan ke depan dan sejalan dengan visi
memberikan data primer untuk melakukan
dan misi perusahaan.
Berikutnya,
selaras
seberapa
perusahaan diperkuat dengan wawancara
kajian manajemen risiko.
MRKT
serta
dipastikan
mengenai risiko-risiko yang dominan pada terkait.
matang
dan
rencana
Terakhir, dilakukan tahapan risk
dilakukan
eksternal
perusahaan.
Pada
dilakukan
analisis
PESTEL
analisis ini
dilakukan penjabaran tahapan implementasi
(Politic,
manajemen risiko menurut ISO 31000.
Economic, Social, Technology, Environment,
Tahapan ini terdiri dari penetapan konteks
Legal). Tahapan ini merupakan dasar bagi
manajemen risiko dan dilanjutkan dengan
analisis makro eksternal bisnis penerbangan
asesmen
14
tahap
assesment bagi perusahaan. Pada tahap ini
risiko
(risk
assessment)
pada
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
perusahaan. mencakup
Tahapan (a)
asesmen
identifikasi
risiko
risiko yang
merupakan teknik pengumpulan data secara langsung
melalui
wawancara
dihadapi perusahaan, dengan menentukan
komunikasi
divisi-divisi yang terpapar risiko berdasarkan
berlangsung. Peneliti melakukan wawancara
visi misi perusahaan, analisis data historis
dengan VP Divisi Financial Planning, VP
serta wawancara dengan terhadap divisi-
Divisi Treasury, VP Strategy Network &
divisi tersebut; (b) analisis terhadap risiko
Regulatory Affairs, Anggota Divisi Safety,
serta mengukur probabilitas dan dampak dari
Security
masing-masing kejadian risiko yang telah
perusahaan. Penentuan divisi perusahaan
teridentifikasi; (c) evaluasi risiko yaitu
yang terpapar risiko berdasarkan visi dan
menetapkan seberapa jauh risiko tersebut
misi
diterima atau ditolak keberadaannya di
terhadap CFO perusahaan adalah sebagai
dalam perusahaan; dan (d) pemetaan untuk
dasar penentuan dampak masing-masing
menunjukkan prioritas dan jenis penanganan
risiko
yang tepat bagi masing-masing kejadian
toleransi risiko perusahaan.
risiko.
pada
&
saat
dan
Quality
serta
perusahaan, sedangkan
yang
telah
pertemuan
CFO
pada
wawancara
teridentifikasi
serta
Penelitian kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dan informasi yang
3.3
bersifat sekunder yang berhubungan dengan
Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan
data
yang
penelitian ini, yaitu dengan membaca buku-
digunakan dalam studi ini ada dua teknik
buku,
utama, yaitu penelitian lapangan (field
internet.
research)
memperdalam
dan
penelitian
kepustakaan
(literature research). Penelitian lapangan
majalah, Hal
serta ini ilmu
artikel-artikel dilakukan peneliti
di
untuk
mengenai
manajemen risiko korporat terintegrasi serta
15
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
karakteristik Tujuannya
industri adalah
penerbangan.
agar
penelitian
3.4
Metode Pengolahan Data
ini
Berdasarkan kerangka analisis yang
dilandasi dengan teori yang kuat sebagai
telah disusun, metode pengolahan data yang
dasar analisis proses manajemen risiko
dilakukan oleh peneliti dan akan diterapkan
korporat terintegrasi berdasarkan ISO 31000
pada penelitian ini tersaji pada Tabel 4.
pada perusahaan yang diteliti.
berikut :
Tabel 4. Pengolahan Data No. 1
2
Keterangan Analisis Industri LCC dan Peran Manajemen Risiko di Industri Penerbangan
Analisis Internal Perusahaan
3
Analisis Eksternal Perusahaan
4
Penetapan Konteks
16
Metode Pengerjaan Melakukan review literatur.
Hasil Kerangka analisis peneltian Catatan mengenai manajemen risiko bisnis penerbangan
Melakukan benchmarking manajemen risiko pada bisnis penerbangan LCC di regional ASEAN. Melakukan review laporan keuangan perusahaan. Melakukan perhitungan antara lain rasio pengeluaran avtur terhadap pengeluaran total perusahaan; persentase pendapatan terhadap revenue perusahaan; tren pengeluaran, revenue dan net income perusahaan dari tahun 2012 hingga 2014. Melakukan wawancara dengan pihak CFO. Melakukan review PESTEL bisnis penerbangan di Indonesia. Melakukan analisis Business Plan PT XYZ 2014-2018.
Hasil benchmarking manajemen risiko pada bisnis penerbangan LCC di regional ASEAN. Hasil review laporan keuangan perusahaan dari sisi profitabilitas dan solvabilitas. Hasil perhitungan rasio pengeluaran avtur terhadap pengeluaran total perusahaan; persentase revenue terhadap revenue perusahaan; tren pengeluaran, revenue dan net income perusahaan dari tahun 2012 hingga 2014. Hasil review PESTEL bisnis penerbangan di Indonesia.
Konteks Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi pada PT XYZ.
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
No. 5
Keterangan Risk Assesment
Metode Pengerjaan Melakukan identifikasi divisi-divisi yang terpapar risiko berdasarkan visimisi perusahaan. Melakukan wawancara dengan pihakpihak yang berkepentingan. Melakukan asesmen dampak dari masing-masing risiko bersama pihakpihak terkait. Melakukan asesmen probabilitas dari masing-masing risiko berdasarkan jumlah kejadian per periode waktu. Scoring kuantitatif dengan skala untuk dampak: 1=minor 2=moderate 4=major 8=catastrophic; Skala untuk probabilitas: 1=remote 2=occasional 3=probable 4=frequent Melakukan wawancara mengenai toleransi risiko (risk appetite) dari PT XYZ. Melakukan pemetaan dari masingmasing risiko pada perusahaan. Menentukan level risiko dari masingmasing risiko pada perusahaan diantaranya yaitu: L=Low Risk M=Medium Risk H=High Risk E=Extreme Risk Melakukan penetapan status risiko dari masing-masing risiko pada perusahaan.
Hasil Hasil identifikasi risiko-risiko yang dihadapi oleh PT XYZ.
Hasil asesmen dampak dari masing masing risiko yang telah teridentifikasi. Hasil asesmen probabilitas dari masing-masing risiko yang telah teridentifikasi. Hasil scoring
Gambaran mengenai toleransi risiko (risk appetite) dari PT XYZ. Hasil pemetaan dari masingmasing risiko pada perusahaan. Hasil penentuan level risiko dari masing-masing risiko pada perusahaan.
Hasil penetapan status risiko dari masing-masing risiko pada perusahaan.
17
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
IV.
HASIL
PENELITIAN
DAN
Richards et al. (2010) yang dilansir dalam situs
PEMBAHASAN
IAAIA,
adalah
sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 5. berikut: Risiko-risiko yang umum terjadi pada
perusahaan
penerbangan
menurut
Tabel 5. Risiko Umum di Industri Penerbangan Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
4.1
Analisis
Risk Category Operational Credit Credit Financial Financial Strategic Legal/Regulatory Operational Operational Strategic Geopolitical IT Financial Operational
PESTEL
Delared Risk Fuel Availability/Fuel Cost & Hedging Adequate Liquidity/Downgrade of Credit Rating Availability of Credit Foreign Exchange Rate Changes/Devaluation Interest Rate Fluctuations Low Cost Competition/Price Discounting Government Intervention/Laws Supply Chain Risks/Key Supplier/Counterparty Employee/Labor Relations/Retention of Key Personnel Global Economic Uncertainty Terrorism/International Hostilities/Military Escalation IT Failures – Technology & e-Commerce Fixed Obligations/Debt, Other Financial Commitments Volatile or Seasonal Demand/Tourism
Bisnis
Penerbangan Indonesia Kondisi industri penerbangan di Indonesia yang semakin berkembang dari tahun 2012 hingga 2014 dapat menjadi baik peluang maupun hambatan bagi bisnis terkait. Hal ini pun akan berakibat terhadap peningkatan persaingan di antara
18
perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bisnis penerbangan. Perusahaan-perusahaan
yang
bergerak di industri tersebut juga perlu memperhatikan
kematangan
industri
penerbangan di Indonesia apakah masih pada tingkat pertumbuhan (growth) atau tingkat matang (mature).
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
Berdasarkan pengolahan data dari
1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010) maka
situs Badan Pusat Statistik (2012) mengenai
diprediksi perbandingan antara lalu lintas
laju
udara
pertumbuhan
sebesar
12,045
industri
(olahan
penerbangan
data
Produksi
Penerbangan Berjadwal Dalam Negeri dan Produksi
Penerbangan
Berjadwal
terhadap
jumlah
penduduk
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6. berikut :
Luar
Negeri) dan laju pertumbuhan kependudukan Indonesia sebesar 1,49% (diolah dari data Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, Tabel 6. Tabel Perbandingan Antara Lalu Lintas Udara Terhadap Jumlah Penduduk Tahun
Penduduk
Lalu Lintas Udara
2014
252,812,245
85,102,827
Proporsi Lalu Lintas Udara Terhadap Penduduk 33.66%
2015E
256,579,147
95,349,207
37.16%
2016E
260,402,177
106,829,252
41.02%
2017E
264,282,169
119,691,494
45.29%
2018E
268,219,974
134,102,350
50.00%
2019E
272,216,451
150,248,273
55.19%
2020E
276,272,476
168,338,165
60.93%
2021E
280,388,936
188,606,080
67.27%
2022E
284,566,731
211,314,252
74.26%
2023E
288,806,776
236,756,488
81.98%
2024E
293,109,997
265,261,969
90.50%
2025E
297,477,335
297,199,510
99.91%
2026E
301,909,748
332,982,331
110.29%
2027E
306,408,203
373,073,403
121.76%
2028E
310,973,685
417,991,441
134.41%
2029E
315,607,193
468,317,611
148.39%
19
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
Tahun
Penduduk
Lalu Lintas Udara
2030E
320,309,740
524,703,051
Proporsi Lalu Lintas Udara Terhadap Penduduk 163.81%
2031E
325,082,355
587,877,298
180.84%
2032E
329,926,083
658,657,725
199.64%
2033E
334,841,981
737,960,115
220.39%
2034E
339,831,127
826,810,513
243.30%
2035E
344,894,610
926,358,499
268.59%
Terlihat bahwa pada tahun 2025, diestimasikan jumlah lalu lintas udara akan
udara akan melebihi jumlah penduduk di Indonesia.
sama besarnya dengan jumlah penduduk di
Kondisi makro eksternal Indonesia
Indonesia (dengan asumsi baik pertumbuhan
dapat dianalisis melalui analisis PESTEL
industri
(Politic,
penerbangan
maupun
jumlah
Economy,
Social,
penduduk per tahun konstan). Hal ini
Environment,
mengakibatkan
analisis PESTEL bisnis penerbangan di
setelah
tahun
2025
diestimasikan bahwa industri penerbangan
Legal).
Technology,
Rangkuman
dari
Indonesia adalah sebagai berikut (Tabel 7.) :
akan mulai mature karena jumlah lalu lintas
Tabel 7. Analisis Makro Eksternal PESTEL No. 1
2
20
Faktor Politic
Economy
Uraian Maskapai penerbangan nasional yang bergerak di industri LCC belum menjadi tuan rumah di Indonesia (belum diprioritaskan pemberian slot pada bandara). Pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih lebih tinggi daripada di negara lainnya. Diperkirakan perekonomian akan meningkat sebesar 7 persen mulai tahun depan karena adanya presiden baru yang menetapkan target tersebut. Masyarakat ekonomi kelas menengah Indonesia (sebagai konsumen perusahaan) akan terus meningkat.
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
No. 3
Faktor Social
4
Technology
5
Environment
6
Legal
4.2
Proses
Uraian Pendapatan per kapita penduduk Indonesia masih rendah, namun potensi pembelian tiket pesawat masih tinggi. Jumlah penumpang terus bertambah setiap tahun dan diperkirakan akan terus bertambah. Perusahaan sudah memiliki pesawat dengan teknologi paling modern, maintenance sudah dapat ditangani oleh pihak-pihak terkait perusahaan. Belum ada backup system (Disaster Recovery Central) yang digunakan pada saat IT Breakdown terjadi. Airbus 320-200 memiliki teknologi yang lebih baik dalam penggunaan bahan bakar pesawat daripada Boeing 737-800. Airbus A320neo akan menjadi pesawat yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dari pesawat Airbus A320-200. Emisi avtur dan noise yang disebabkan oleh kegiatan operasional pesawat. Tidak menjadi hambatan yang berarti di Indonesia karena belum ada aturan yang ketat mengaturnya seperti di Eropa dan Jepang. Pemerintah masih mematok tarif batas atas (Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 tahun 2014) tiket pesawat, padahal kompetisi pada bisnis penerbangan sudah merupakan kompetisi murni.
Manajemen
Risiko
Korporat Terintegrasi ISO 31000
Financial Planning, Divisi Treasury, Divisi Safety, Security, & Quality, Divisi Strategy Network & Regulatory Affairs, serta Chief
4.2.1
Financial Officer.
Penetapan Konteks Penetapan
konteks
MRKT
merupakan tahapan pertama yang harus dilakukan
untuk
membangun
4.2.2
kerangka
Asesmen Risiko Menurut konsep MRKT berdasarkan
MRKT perusahaan. Hal ini dilakukan agar
ISO
31000,
istilah
MRKT yang dibangun akan sesuai dengan
mencakup
rencana perusahaan ke depannya serta tetap
identifikasi,
sejalan dengan visi dan misi perusahaan.
(Djohanputro, 2013). Istilah “analisis risiko”
Dengan adanya penetapan konteks maka tim
mengacu pada pengukuran probabilitasi,
peneliti memulai penelitian dari Divisi
pengukuran dampak dan penetapan status
tiga
“Asesmen
aktivitas
analisis
Risiko”
utama dan
yaitu
evaluasi
21
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
risiko. Istilah “Evaluasi” mengacu pada
Tahapan terakhir adalah evaluasi
pemetaan risiko, penetapan prioritas, serta
terhadap
penetapan apakah risiko tersebut butuh
diidentifikasi serta telah dianalisis dampak
penanganan tertentu atau tidak.
dan
Tahapan proses ini dimulai dari identifikasi
risiko-risiko
yang
dihadapi
risiko-risiko
yang
probabilitasnya.
telah
Pertama-tama,
dilakukan perbandingan ukuran risiko-risiko yang telah teridentifikasi sebelumnya, yaitu
perusahaan dilakukan sesuai dengan konteks
melalui
atau tujuan penerapan MRKT yang telah
probabilitas
ditetapkan
Selanjutnya,
organisasi. Setelah mengetahui dampak dan
dilakukan analisis risiko pada menunjukkan
probabilitas dari masing-masing risiko pada
dampak dan probabilitas dari setiap kejadian
perusahaan, dilakukan wawancara dengan
risiko yang sudah diidentifikasi pada proses
CFO
identifikasi risiko di perusahaan. Analisis
kapasitas serta kemampuan organisasi untuk
dampak risiko diperoleh dari data historis
menghadapi masing-masing risiko terkait.
dan
sebelumnya.
panduan
penetapan
dampak
yang
perbandingan risiko
untuk
dampak
dengan
menganalisis
Langkah
dan
kapasitas
bagaimana
berikutnya
adalah
dimiliki oleh perusahaan. Untuk melakukan
melakukan analisis terhadap toleransi risiko
evaluasi risiko yang sudah di analisis,
atau
diperlukan matriks yang meletakkan posisi
Berdasarkan
risiko pada peta risiko. Bentuk peta risiko
diketahui bahwa dikarenakan oleh sifat
akan
skalanya
bisnis penerbangan yang berisiko tinggi,
bergantung pada kondisi dan kebutuhan
toleransi risiko perusahaan pun sangat tinggi.
berbeda-beda
perusahaan.
jumlah
risk
dari
wawancara
perusahaan.
dengan
CFO,
Berikut adalah hasil yang diperoleh berdasarkan
22
appetite
proses
mengenai
jumlah
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
persentase risiko-risiko yang terpapar pada masing-masing keseluruhan
divisi
terhadap
perusahaan
yang
risiko disajikan
dalam bentuk diagram pie (Gambar 2.).
Gambar 2. Diagram Pie Persentase Risiko pada Divisi di PT XYZ Rincian
dari
diagram
mengenai
persentase divisi yang terpapar risiko adalah sebagai berikut (Tabel 8.) : Tabel 8. Divisi Terpapar Risiko pada PT XYZ Divisi Terpapar Risiko Flight Operation Ground Operation Safety, Security & Quality Sales & Distribution Treasury Strategy Network & Regulatory Affairs Information Technology
Jumlah Risiko 26 2 5 2 4 3 1
Persentase 50% 4% 9% 4% 7% 6% 2%
23
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
Divisi Terpapar Risiko Revenue Management Maintenance & Engineering Human Capital Marketing Total
Selanjutnya disajikan hasil yang diperoleh
mengenai
jumlah
persentase
Jumlah Risiko 1 1 3 4 52
Persentase 2% 2% 6% 8% 100%
risiko-risiko berdasarkan jenis-jenis risiko yang dihadapi oleh PT XYZ (Gambar 3.):
Gambar 3. Persentase Risiko Berdasarkan Jenis Risiko Dari hasil penelitian diperoleh 63%
Berikut adalah peta risiko yang diperoleh dari hasil penelitian asesmen risiko
dari seluruh kejadian risiko adalah risiko operasional. Jenis risiko ini yang paling banyak dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
24
untuk PT XYZ (Tabel 9.):
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
Tabel 9. Peta Risiko PT XYZ
Severity
Probability Occasional Probable (2) (3)
Remote (1) O1
O4
Catastrophic (8)
O12
O5
O31
8
E3 E2
F2
O2
F1
16
24
32
O7
O8
Major (4)
Frequent (4)
O14 O29
4
8
F4
O28
S3 S2
12
O27
16 S4
S6
O16
O3
Moderate (2)
2
Minor (1)
H1
O10
O16
1
O15 L1
6
O30
L2
S1
O11
4
E1
F3
O9
O17
T1
E4
O33
O25
O22 O19
8 O20
O26
O32
O21
O18 E5
S5 O24
O23
2
O13
3
4 O6
Kebijakan Mitigasi Risiko
katastropik dan sangat sering terjadi pada
Dari hasil pemetaan risiko PT XYZ,
perusahaan. Untuk itu, peneliti mengajukan
diketahui bahwa kejadian-kejadian risiko
kebijakan aksi lindung nilai (hedging) berupa
yang
keberjalanan
perjanjian fuel call option dengan perusahaan
perusahaan mencakup risiko-risiko finansial,
pemasok avtur untuk memitigasi risiko
yaitu risiko fluktuasi nilai tukar mata uang
fluktuasi harga avtur serta perjanjian swap
rupiah dan US Dollar (USD) serta risiko
mata uang dengan Bank untuk memitigasi
fluktuasi harga avtur. Kedua kejadian risiko
risiko fluktuasi nilai tukar mata uang.
tersebut memiliki nilai 32, berdampak
Kebijakan mitigasi risiko ini diharapkan
4.2.3
sangat
krusial
bagi
25
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
dapat memperkecil dampak dari kedua
risiko kesulitan komunikasi antara pilot
kejadian risiko finansial terkait (tindakan
dengan ATC. Kedua kebijakan mitigasi ini
pengurangan risiko).
diharapkan dapat memperkecil probabilitas
Selain itu, terdapat pula 2 risiko operasional yang berada di luar batas
terjadinya kedua risiko operasional terkait (pencegahan risiko).
toleransi perusahaan yaitu risiko terjadinya engine failure dan kesulitan komunikasi
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
antara pilot dengan Air Traffic Control (ATC).
Kedua
risiko
terkait
memiliki
dampak yang katastropik, namun terjadinya
Asesmen risiko pada PT XYZ
hanya kadangkala saja pada perusahaan (1
menggunakan panduan ISO 31000 dengan
hingga 5 kali kejadian tiap 6 bulan). Peneliti
proses yang dimulai dari penetapan konteks,
mengajukan kebijakan untuk pelaksanaan
identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi
pemeriksaan
MRO
risiko, pemetaan risiko serta penentuan
(Maintenance, Repair and Overhaul) serta
kebijakan mitigasi risiko (terutama untuk
AME (Aircraft Maintenance Engineer) yang
risiko-risiko yang berada di luar batas
berfokus kepada bagian-bagian pesawat,
toleransi
terutama mesin, yang rawan terjadinya
manajemen risiko tersebut akan dilakukan
kerusakan
failure.
secara terus-menerus, tidak hanya di awal
Selanjutnya, Penulis mengajukan kebijakan
penerapan saja. Proses manajemen risiko
untuk senantiasa melakukan pemeriksaan
dilakukan secara terus-menerus dikarenakan
terhadap kondisi alat komunikasi dengan
risiko yang sifatnya dinamis.
berganda
bagi
risiko
oleh
engine
ATC sebelum lepas landas untuk memitigasi
26
perusahaan).
Proses-proses
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
Hasil yang diperoleh dari proses
uang rupiah dan USD serta risiko fluktuasi
manajemen risiko terkait dengan penelitian
harga avtur) dan risiko operasional (risiko
ini adalah ditemukannya 52 kejadian risiko
terjadinya engine failure dan kesulitan
yang dihadapi PT XYZ. Hasil yang diperoleh
komunikasi antara pilot dengan ATC). Untuk
adalah jenis risiko yang dihadapi oleh
risiko-risiko finansial penulis mengajukan
perusahaan yaitu risiko operasional, risiko
kebijakan
lingkungan, risiko strategis, risiko kejadian
sedangkan untuk risiko-risiko operasional
eksternal, risiko teknologi, risiko hukum, dan
diajukan kebijakan mitigasi pencegahan
risiko finansial. Risiko-risiko tersebut adalah
risiko.
Diharapkan, kebijakan-kebijakan
risiko-risiko yang menjadi paparan pada
mitigasi
risiko
Divisi
Treasury,
probabilitas dan dampak terjadinya risiko-
Strategy Network & Regulatory Affairs,
risiko terkait sehingga semua kejadian risiko
Safety Security & Quality, Flight Operation,
dapat masih berada di dalam batas toleransi
Ground Operation, Revenue Management,
risiko perusahaan.
Sales
Financial
&
Planning,
Distribution,
Engineering,
Human
Maintenance Capital,
mitigasi
ini
pengurangan
dapat
risiko,
mengurangi
& dan
Marketing.
5.2
Saran Sejalan dengan kesimpulan yang
Berdasarkan hasil temuan penelitian
telah dirumuskan dari penelitian yang telah
juga disimpulkan bahwa terdapat risiko-
dilakukan, saran-saran yang diajukan bagi
risiko krusial yang berada di luar batas
perusahaan yang pertama adalah perusahaan
toleransi risiko perusahaan. Risiko-risiko
perlu melengkapi dokumentasi data historis
yang krusial diantaranya adalah risiko
berhubungan
finansial (risiko fluktuasi nilai tukar mata
dihadapi perusahaan. Saran berikutnya tetap
dengan
risiko-risiko
yang
27
Vol.14, No.1, January 2017: 1-29
melanjutkan proses manajemen risiko tidak
bekerja yang berpengaruh terhadap tingkat
hanya sampai penentuan kebijakan mitigasi
kepuasan
risiko untuk risiko-risiko yang krusial saja,
terakhir untuk penelitian selanjutnya adalah
tetapi sampai pada perlakuan risiko untuk
perlunya dilakukan pemilihan metode untuk
menurunkan probabilitas dan dampak dari
mengukur setiap variabel penelitian secara
semua risiko yang ada di peta risiko. Saran
lebih teliti. Selain itu, perlu pula untuk
ketiga
adalah
perusahaan
mempertimbangkan
manajemen
risiko
dari setiap pendefinisian variabel penelitian
disarankan perlunya dilaksanakan penelitian sejenis dalam kurun waktu yang lebih panjang. Hal ini diperlukan untuk melihat adanya suatu konsistensi korelasi variabelvariabel penelitian terkait dalam menunjang restrukturisasi
perusahaan.
Saran kedua adalah perlunya disertakan variabel-variabel lain untuk memperkaya filosofis hasil penelitian dalam pengelolaan perusahaan secara umum. Variabel yang adalah
usia,
jenis
pekerjaan dan ukuran organisasi tempat
28
yang
dipertimbangkan kemungkinan redundansi
Untuk penelitian selanjutnya juga
terutama
Saran
baiknya
risiko yang tinggi di industri penerbangan.
disertakan
karyawan.
ada
terintegrasi dikarenakan PT XYZ terpapar
keberhasilan
kerja
melalui metode-metode yang digunakan.
Asesmen Risiko berdasarkan … (Christy Dwita Mariana)
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2012. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010. Dipetik November 10, 2014, dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=12 Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Perusahaan Penerbangan Berjadwal untuk Penerbangan Dalam Negeri Indonesia Tahun 2004-2012. Dipetik November 10, 2014, dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=17¬ab=4 Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Perusahaan Penerbangan Berjadwal untuk Penerbangan Luar Negeri Indonesia Tahun 2004-2012. Dipetik November 10, 2014, dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=17¬ab=5 Berg, H.-P. 2010. Risk Management: Procedures, Methods and Experiences. 79. Centre for Aviation – CAPA. 2014. Lion Air has opportunity to accelerate LCC growth in Indonesia after modest traffic gains in 2013. Dipetik 10 November 2014 dari http://centreforaviation.com/analysis/lion-air-has-opportunity-to-accelerate-lcc-growth-inindonesia-after-modest-traffic-gains-in-2013-166898. David, F. R. 2011. Strategic Management, Concept and Cases. New Jersey: Prentice Hall. Deniansyah, E. 2010. Manajemen Resiko (Risk Management). Dipetik November 18, 2014, dari http://www.scribd.com/doc/32165060/manajemen-resiko-risk-management#scribd Di Serio, L. C., de Oliveira, L. H., & Siegert Schuch, L. M. 2011. "Organizational Risk Management" – A Case Study in . Journal of Technology Management & Innovation. Djohanputro, B. 2013. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, Panduan Penerapan dan Pengembangan. Jakarta: PPM. Fatemi, A., & Luft, C. 2002." Corporate Risk Management Costs and Benefits". Global Finance Journal, 29-38. Mbaskool 2015. 10 Reasons Why Airline Industry is Unique. Dipetik 19 Januari 2015 dari http://www.mbaskool.com/business-articles/marketing/207-ten-reasons-why-airline-industry-isunique.html Purba, A. 2011. MANAJEMEN RISIKO - My articles - Publisher - Consultant - Training - Workshop ISO Standard Jakarta. Dipetik Oktober 7, 2014, dari: http://sienconsultant.ucoz.com/publ/manajemen_risiko/1-1-0-7 Richards, K., Bennett, G., & Prescott, M. 2010. Managing Enterprise Risks in a Global Airline. (Neohapsis, Inc.) Dipetik Oktober 23, 2014, dari http://www.iaaia.com/PDF/Day%20one/6.%20Neohapsis%20Kevin-George-Mark%20(16.1517.15)%20Managing%20Risk%20in%20a%20Global%20Airline%20-%202010-1010%20v0%2010.pdf Scannell, T., Curkovic, S., & Wagner, B. 2013. "Integration of ISO 31000:2009 and Supply Chain Risk Management". American Journal of Industrial and Business Management, 367-377. SKYbrary. 2014. Hazard Identification - SKYbrary Aviation Safety. Dipetik November 18, 2014, dari http://www.skybrary.aero/index.php/Hazard_Identification Susilo, L. J., & Kaho, V. R. 2010. Manajemen Risiko ISO 31000 : Untuk Industri Nonperbankan. Jakarta: PPM.
29