ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SEKOLAH DASAR PENYELENGGARA PROGRAM INKLUSI Oleh : 1) 1)
Dimas Wihandoko 2) Eko Supriyanto
Guru Penjasorkes di SD N Bolon 2) Staf Pengajar Pasca Sarjana UMS Surakarta Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
1
LEMBAR PERSETUJUAN
Artikel Ilmiah ini telah dibaca dan disetujui oleh pembimbing sebagai syarat untuk mengikuti ujian tesis Program Pasca Sarjana Program Studi Manajemen Pendidikan.
Disetujui pada tanggal : 2 Juni 2012
Surakarta, 2 Juni 2012
2
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SEKOLAH DASARPENYELENGGARA PROGRAM INKLUSI Oleh : 1)
1)
Dimas Wihandoko 2) EkoSupriyanto Guru Penjasorkes di SD N Bolon 2)Staf Pengajar Pasca Sarjana UMS Surakarta
ABSTRACT Physical Exercise and Health Education is a fundamental subject for shaping of motoric and mental development and also it can enhance psychomotor aspect of children including those with special needs. Physical exercise and Health Education is needed by children with special-needs. Certainly, the field of study should be managed well and properly, so that school is required to plan teaching materials, curriculum, learning principles, and facilities and infrastructure appropriately according to needs of the children.The purpose of this research was to know the Management of Physical and Health Education for Children with Special Need in Inclusive Program of Elementary Schools of Karanganyar Regency. . The research is qualitative one with education ethnographic research strategy.. Data validity is examined by using triangulation technique. Finding of the research according to background of the research can be described as follow: (1) Implementation of Physical Exercise and Health Education for children with special needs was made similar with one for normal children. The subject was not managed with adaptive physical education; (2) principles of Physical Exercise and Health Education learning implemented by teachers had agreed with learning principles for children with special-needs such as individualization and motivation principles; and (3) facility and infrastructure used in the learning of children with special-needs had been not made adaptive or modified to meet needs of the children. Key words: learning, physical exercise and health Education, children with special-needs. PENDAHULUAN Pendidikan inklusi di Indonesia merupaka kebijakan pemerintah sekaligus merupakan salah satu solusi untuk memperluas layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (The Children With Special Needs). Pendidikan inklusif di Indonesia menggunakan kurikulum yang fleksibel dan dimodifikasi sesuai dengan karakteristik keberagaman dan potensi peserta didik, Sehubungan dengan hal tersebut pada implementasinya perlu di adakan berbagai adaptasi, diantaranya adalah : peserta didik, kurikulum, tenagapendidik, pembelajaran, evaluasi, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembeayaan.
1
3
Pendidikan Inklusi merupakan usaha pemerintah untuk menrealisasikan program wajib belajar 12 tahun, maka penyelenggaraan pendidikan inklusi dilaksanakan dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah.Penyelenggara program inklusi pun harus siap melakukan berbagai adaptasi sebagai tuntutan pelayanan yang optimal kepada peserta didik, adaptasi yang dilaksanakan adalah diantaranya adaptasi pembelajaran, mencakup semua mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Guru Penjasorkes di Sekolah Dasar (SD) selama ini disiapkan untuk mengajar siswa-siswi yang ada di SD. Pada umumnya para siswa di SD adalah anak-anak normal yang tidak memiliki kelainan/penyimpangan yang signifikan (berarti) baik dalam segi fisik.Intelektual, sosial, emosional, dan/atau sensoris.Mereka pada umumnya memiliki kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, dan/atau sensoris yang relatif homogen. Mengajar anak-anak yang memiliki kemampuan heterogen berheda dengan mengajar anak-anak yang memiliki kemampuan homogen. Para guru Penjasorkes di Sekolah Dasar, pada umumnya merasa kurang mampu mengajar anak-anak yang memiliki kemampuan heterogen di kelas inklusif karena ketika mereka sekolah/kuliah di lembaga pendidikan guru baik SGO, FPOK, maupun LPTK lainnya tidak dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan agar mampu untuk mengajar di kelas inklusif. Di Sekolah penyelenggara program inklusi para siswa memiliki kemampuan yang heterogen, karena para siswanya di samping anak-anak normal juga
terdapat
anak-anak
berkelainan
yang
memiliki
beragam
kelainan/penyimpangan, baik fisik, intelektual, sosial, emosional, dan/atau sensorisneurologis, maka dari hal itu, kurikulum yang dirancang dan diterapkan harus disesuaikan dengan kebutuhan anak ABK yang menjadi bagian yang sistemik dari sistem penyelenggaraan sekolah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan bagi ABK disamping untuk kesehatan juga harus mengandung pembetulan kelainan fisik. Namun, permasalahan yang terjadi adalah pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan
4
jasmani dan kesehatan pada sekolah inklusi bagi anak berkebutuhankhususdirasa belum optimal, pembelajaran pendidikan jasmani belum optimal dikarenakan guru pendidikan jasmani dan kesehatan masih menyamaratakan program pembelajaran bagi semua siswa dan tidak melakukan modifikasi baik pemilihan materi, strategi maupun media yang di pergunakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak berkebutuhankhusus, artinya dapat menyebabkan tercapainya tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus.( Abdullah Arma : 1996) Tujuan
pendidikan
jasmani
dan
kesehatan
adaptif
bagi
anak
berkebutuhan khusus bersifat holistik, seperti tujuan penjaskes untuk anak-anak normal.Yaitu
mencakup
tujuan
untuk
meningkatkan
pertumbuhan,
perkembangan jasmani, ketrampilan gerak, sosial dan intelektual.Disamping itu, proses pendidikan itu penting menanamkan nilai-nilai dan sikap positif terhadap keterbatasan baik segi fisik maupun mentalnya sehingga mereka mampu bersosialisasi dengan lingkungan dan memiliki rasa percaya diri dan harga diri. ( Tarigan, 2000 : 10) Pada pelaksanaanya guru penjasorkes di Sekolah Dasar mengalami kesulitan
untuk
pemahaman menyebabkan
dan
memfasilitasi
anak
berkebutuhan
pengertian
tentang
anak-anak
anak
berkebutuhan
khusus
tidak
khusus,
kurangnya
berkebutuhan
khusus
diikutsertakan
dalam
pembelajaran penjas. Perlakuan diskriminasi tersebut tidak didasarkan pada alas an yang logis dan spesifik tetapi pandangan keliru yang didasarkan pada perasaan kasihan serta anggapan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, aman, dan berhasil mencapai tujuan. Berdasarkan penerapan dan kenyataan pelaksanaan pembelajaran yang ada, maka timbul pertanyaan, bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak dengan kebutuhan khusus?dan bagaimana implementasi prinsip pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus serta bagaimana sarana yang digunakan dalam pembelajaran.Tujuan dalam penelitian
5
ini di rinci menjadi tiga yakni untuk mengetahui .(1). Deskripsi pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus pada sekolah dasar program inklusi. (2). Deskripsi prinsipprinsip dalam pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus pada sekolah dasar program inklusi. (3). Deskripsi sarana dan prasarana dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus pada sekolah dasar program inklusi METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview
(wawancara),
observasi
(pengamatan),
dan
studi
dokumentasi.Moleong (2006:112) menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan hasil wawancara. Dalam penelitian ini data yang digunakan sebagai bahan analisis data adalah semua pendapat, komentar, dan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bagi ABK Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta menyimpulkan data. Interpretasi data dilakukan setelah data setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta
6
menyimpulkan data. Keabsahan data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik triangulasi.
Pengumpulan Data (Data Collection)
Penyajian Data (Datadisplay)
Reduksi Data (data reduction)
Penarikan Kesimpulan / Verivikasi(conclucions : drawing/verifying)
Gambar 1. Komponen dalam analisis data (interactive model) Sumber Miles and Huberman (1984 dalam Sugiyono 2010:92). Penelitian ini dilakukan di tiga SD Negeri Penyelenggara Program Inklusi di Kabupaten Karanganyar, yakni : (1).
SD Negeri Girimulyo III Kecamatan
Ngargoyoso karena sekolah tersebut mendapat predikat baik sekali dan sekaligus menjadi juara I dalam penilaian penyelenggaraan program Inklusi Sekolah Dasar Se- Jawa Tengah, (2). SD Negeri Jatimulyo I karena menjadi rujukan dan model percontohan sekolah inklusi di Kecamatan Jatipuro, serta, (3). SD Negeri I Klodran, karena merupakan Sekolah Dasar Program inklusi yang masih dalam proses perintisan awal
7
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Inklusi Di Kabupaten Karanganyar di temukan bahwa Pelaksanaan pembelajaran yang di lakukan oleh ketiga sekolah dasar yang menjadi latar penelitian adalah sama, melewati beberapa tahapan sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, tahapan tersebut adalah menyusun rencana pembelajaran dan menyiapkan materi, melaksanakan proses pembelajaran, evaluasi dan tindak lanjut. namun, dari hasil penelitian ditemukan bahwa ketiga SD penyelenggara program inklusi tersebut menyusun rencana pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
tidak
terdapat
modifikasi
materi
didalamnya,
jadi
materi
pembelajaran penjasorkes bagi ABK disamakan dengan anak normal lainnya. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus pada sekolah dasar penyelenggara program inklusi dibutuhkan penanganan dengan model pembelajaran yang tepat atau khusus, artinya penyelenggaraannya disendirikan sehingga terpisah dengan anak lain.. Hal ini tentu akan berimplikasi yang berbeda dari yang seharusnya dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, pembelajarannya juga melalui
pendekatan
pembelajaran
khusus,
yakni
dengan
penerapan
pembelajaran melalui berbagai bentuk Pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar.Maka dari hal tersebut dari hasil temuan penelitian jelas bahwa pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan pada tempat penelitian tersebut belum tepat sasaran dan optimal terkait dengan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus. Prinsip Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Penyelenggara Inklusi di Kabupaten Karanganyar guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dari ketiga tempat penelitian telah mengimplementasikan prinsip –prinsip umum dalam
8
pembelajaran penjasorkes bagi ABK, prinsip individualissasi dan prinsip motivasi yang selalu guru penjasorkesutamakan agar senantiaasa semangat dan motivasi namun masih perlu meningkatkan kemampuan dalam mengimplementasikan prinsip pembelajaran dan disesuaikan dengan jenis ketunaan siswa. Guru yang terlibat secara langsung dalam pembelajaran terhadap ABK harus menguasai prinsip umum dan prinsip khusus yang di gunakan sebagai pedoman dalam sebuah pembelajaran.Hal inibertujuan di antaranya adalah anak dapat berinteraksi secara sosial terhadap lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukankan Furqon, (2002) bahwa “Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak dengan kebutuhan khusus diterjemahkan dengan Sekolah khusus (Special school), artinya penyelenggaraannya dikhususkan atau disendirikan sehingga terpisah dengan anak lain.. Hal ini tentu akan berimplikasi yang berbeda dari yang seharusnya dalam menangani anak dengan kebutuhan khusus. Pada dasarnya anak dengan kebutuhan khusus dikategrorikan sebagai anak dengan kebutuhan khusus. (Special need). Oleh karena itu, pembelajarannya juga melalui pendekatan Pendidikan khusus (Special education), bukan sekolah khusus tetapi dengan penerapan pembelajaran melalui berbagai bentuk pembelajaran. Guru telah melaksanakan prinsip pembelajaran umum terhadap anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar penyelenggara program inklusi, beberapa prinsip yang sering di laksanakan adalah prinsip individualisasi dan motivasi, ketidakpahaman guru mengenai prinsip khusus merupakan kendala pada saat pembelajaran berlangsung, penguasaan terhadap prinsip khusus dimaksudkan agar anak berkebutuhan khusus dapat mendapatkan pelayanan yang optimal, prinsip khusus yang dikuasai guru harus disesuaikan dengan jenis ketunaan siswa.
9
Maksud dan tujuan harus ada penyesuaian prinsip pembelajaran di kelas inklusi adalah seperti yang dikemukan oleh Arma Abdullah (1996 : 4) bahwa : “Tujuan pendidikan jasmani khusus atau adaptif adalah untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki dan memberikan kepada siswa untuk mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahragadan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif, serta untuk melakukan penyesuaian sosial dan menggembangkan perasaan memiliki rasa percaya diri, harga diri “ Sarana merupakan hal yang fundamental dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan karena dengan menggunakan alat atau sarana yang tepat memudahkan anak dalam memahami dan mengusai materi pembelajaran yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian di temukan hal mengenai penggunaan sarana dan prasarana dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Penyelenggara Inklusi di Kabupaten Karanganyar, bahwa dari ketiga tempat penelitian ( SDN 03 Girimulyo, SDN 01 Jatimulyo dan SDN 01 Klodran) ketiganya belum mengadaptifkan sarana pembelajaran penjasorkes yang dimiliki, tidak ada modifikasi dari guru penjasorkes maupun pihak sekolah pada sarana pembelajaran penjasorkes. Penyampaian pembelajaran pendidikan jasmani bagi ABK seyogyanya dilakukan modifikasi metode maupun sarana dan prasarananya, hal ini dikemukakan oleh Beltasar Tarigan (2000:48) : “ Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para ABK dalm pembelajaran penjas guru seyogyanya melakukan modifikasi dan penyesuaian. Jenis dan taraf modidikasi yang dilakukan, dapat bervariasi dan disesuaikan dengan kebutuhan anak karena dengan adanya penyesuaian, akan terjadi berbagai variasi yang menambah semarak suasana pembelajaran adaptif ”. Dalam merancang pembelajaran atau dalam kelas inklusi maka kita harus menemukan dan memenuhi kebutuhan yang berbeda pada setiap jenis kelainan yang ada pada siswa.Dengan adanya modfikasi sarana pembelajaran memudahkan guru menyampaikan materi dan dapat meningkatkan minat serta
10
ketertarikan anak terhadap materi yang diajarkan, sehingga pembelajaran penjasorkes bagi anak berkebutuhan khusus dapat berjalan dengan baik. Pemahaman dan pengetahuan guru penjasorkes terhadap konsep pendidikan jasmani adaptif inilah yang menjadi faktor utama guru belum melakukan modifikasi dan pengadaptifan terhadap sarana pembelajaran penjasorkes yang ada.Sehingga pada saat mengajar anak berkebutuhan khusus, guru menggunakan alat atau sarana yang sama dengan anak normal. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pengelolaan pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Dasar Penyelenggara Program Inklusi belum optimal. Anak berkebutuhan Khusus belum terfasilitasi dengan baik pada saat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Kesimpulan Setelah melalui penelitian mengenai pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes) bagi anak berkebutuhan khusus di tiga Sekolah Dasar Penyelanggara Program Inklusi ( SD Negeri 03 Girimulyo, SD Negeri 01 Jatimulyo, SD Negeri 01 Klodran )
menghasilkan
kesimpulkanbahwa pemahaman konsep yang dimiliki oleh guru pendidikan jasmani
mengenai pendidikan
jasmani
kurang, dan tidak optimal dalam
memfasilitasi kebutuhan anak berkebutuhan khusus dalam pembelajaran penjasorkes, hal itu dapat terlihat dari sikap guru pendidikan jasmani saat menghadapi siswa berkebutuhan khusus masih belum bisa mengetahui karakteristik, kemampuan dan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus begitu pula saat memberikan pembelajaran pendidikan jasmani guru masih belum bisa memberikan program pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Kesimpulan pendidikan
lain
jasmani
adalah
masih
mengenai
perencanaan
belum di modifikasi atau
pembelajaran adaptif,
hal
ini
dikarenakan dalam perencanaan pembelajaran pendidikan jasmani yang dibuat oleh guru masih menyamaratakan program pembelajaran bagi semua
11
siswa dan tidak melakukan modifikasi baik pemilihan materi, strategi maupun
media
yang
dipergunakan
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani masih belum optimal, karena dalam
pelaksanaan
pembelajaran
yang
dilakukan
oleh
guru
menggunakan rencana pembelajaran yang sama bagi semua siswa yang seharusnya guru melaksanakan program pembelajaran menyesuaikan dengan kebutuhan siswa. Selain itu guru tidak melakukan modifikasi materi, strategi maupun sarana dan prasarana yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Meskipun ABK terlihat aktif pada saat proses pembelajaran pendidikan jasmani berlangsung tetapi program pembelajaran yang diberikan oleh guru pendidikan jasmani tidak sesuai dengan
kebutuhan dan hambatan yang dimiliki oleh siswa. Serta evaluasi
pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus dilaksanakan berdasarkan asas penghargaan terhadap anak berkebutuhankhusus.
Dalam
evaluasi yang dilakukan oleh guru adalah tanpa melakukan evaluasi yang bertujuan sebagai penyaringan dan penentu kebutuhan anak.
12
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Arma (1996). Pendidikan Jasmani Adapif. (Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan, Diretora Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik). Bucher, Charles A. (1979). Administration of Physical Education & Athletics Programs. St. Louis: The C.V. Mosby Company.
Depdiknas (2003).Pedoman Pembelajaran Penjas ALB.Untuk Sekolah Luar Biasa. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Depdiknas (2003).Perencanaan dan Startegi Pembelajaran Penjas.Untuk Sekolah Luar Biasa. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Hidayatullah Furqon, Doewes (2002). Pendidikan Jasmani dan Olahraga bagi Anak Berkebutuhan Khusus dan Aspek Yang Belum Mendapat Penekanan. Surakarta : Universitas Negeri Sebelas Maret. Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Cetakan ke dua puluh dua. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Orunabola, 2011 dengan judul “ Safety Precautions In The Teaching Of Adapted Physical Education In Primary And Post Primary School In Rivers State Of Nigeria”. International Journal Of Academic Reasearch In Bussines And Special Sciences. Volume 1. Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke sebelas.Bandung :Alfabeta Tarigan Beltasar. 2000. PenjaskesAdaptif. Jakarta :Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Winnick Joseph. 2010. Adapted Physical Education And Sport. New Zealand : Human Kineticts
13