PENGELOLAAN MGMP UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI SMA DI KOTA SALATIGA
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan
Oleh:
SRI LISTYAWATI NIM: Q. 100 100 262
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
2012
SURAKARTA
PENGESAHAN
NASKAH PUBLIKASI PENGELOLAAN MGMP UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI SMA DI KOTA SALATIGA
Telah disetujui oleh Pembimbing
Pembimbing Pendamping
Pembimbing Utama
Dra. Wafrotur Rohmah, S.E., M. M.
Prof. Dr. Sutama, M. Pd.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
2012 ii
SURAKARTA
PENGELOLAAN MGMP UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI SMA DI KOTA SALATIGA Oleh: Sri Listyawati Q. 100 100 262 ABSTRACT The objectives of the research are to describe the characteristics of: 1) Senior highschool economics teachers’ organization; 2) Senior highschool economics teachers’ organization programs and activities; and 3) the supporting and inhibiting factors for the Senior highschool economics teachers’ organization of Salatiga in improving learning quality at schools. The type of the research is a qualitative researcg with the ethnographical design. The subject of the research is the Senior highschool economics teachers’ organization management of Salatiga. The research was done in Salatiga. The data collecting method are done using observation, in-depth interview, and document techniques. The data analysis is done using qualitative approach based on three main components, namely data reduction, data display, and verification. The data validation are done using data triangulation, member check, and key informant review techniques. Based on the analysis, the research concludes that: 1) the characteristics of Senior High school Economic Teachers’ organization are as follows: (a) the organization structures and roles can be seen from the routine forums held by the organization; (b) the organization management is aimed to achieve a better quality economics learning; and (c) the organizational environment is highly determine the organization in arranging scheduled activities; 2) the characteristics of the organization’s programmes and activities covering: (a) the learning administration construction, (b) the development of learning media and learning sources, (c) the development of learning strategies and methods, and (d) the construction and development of learning evaluation. The advantages of the organization covering: (a) enhancing the learning material mastery, (b) knowledge and experience sharing among teachers, (c) sharing the problems solving; and 3) the characteristics of supporting factors for the organization to improve learning qualities at schools covering teachers’ commitment komitmen, paradigms shifting among teachers,mental attitudes, and activities monitoring organization and evaluation. Whereas the inhibiting factors for the organization cover funding, the less adequate facilities for the organization’s activities, and the differences of the material delivered between one school and the others. Key words: MGMP, management, learning quality.
1
2 PENDAHULUAN MGMP merupakan suatu wadah dan forum kegiatan guru mata pelajaran sejenis dalam mengaktualisasikan kemampuannya membantu guru lain yang mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar. MGMP dibentuk dalam sekolah, selanjutnya dalam satu wilayah Kota atau Kabupaten. Tujuan pembentukan MGMP yang dikemukakan dalam buku pengelolaan MGMP (Achmad, 2008: 4) sebagai berikut: (1) menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan serta mengevaluasi program kegiatan belajar mengajar (KBM), (2) menyetarakan kemampuan dan kemahiran guru dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menunjang usaha pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan, (3) mendiskusikan permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari cara penyelesaian yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran guru serta kondisi sekolah dan lingkungan, (4) membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan keilmuan dan IPTEK, kegiatan pelaksanakan kurikulum dan metodologi serta sistem evaluasi dengan mata pelajaran yang bersangkutan, (5) saling berbagi informasi dan pengalaman dalam rangka menyesuaikan perkembangan IPTEK. Keberhasilan MGMP dalam mewujudkan tujuan tersebut di atas antara lain ditentukan oleh kualitas manajemennya. Semakin baik kualitas manajemen MGMP semakin efektif pula MGMP dapat mencapai tujuannya. Fayol (Hasibuan, 2009: 11) mengemukakan bahwa dalam organisasi yang baik diterapkan asas-asas manajemen umum yang baik (General Principles of Management). Dengan demikian suatu organisasi akan berjalan dengan baik dan dapat mencapai optimal apabila kualitas manajemennya baik. Kualitas pengelolaan manajemen MGMP mencakup pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan evaluasi, bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan dari organisasi. Peran kepemimpinan dan partisipasi anggota juga ikut menentukan keberhasilan MGMP. Dari uraian di atas pada dasarnya tujuan penyelenggaraan MGMP sangat bermanfaat
untuk
meningkatkan
kualitas
profesional
guru.
Tapi
pada
3 kenyataannya di lapangan terdapat kesenjangan yang jelas. Kesenjangan yang nampak adalah pada pengelolaannya, yaitu yang berhubungan dengan manajemennya, peran pengurusnya dan partisipasi anggotanya. Fenomena yang nampak dalam setiap kegiatan MGMP selama ini menunjukkan kecenderungan partisipasi anggota masih rendah. Hal ini ditandai dengan presentasi kehadiran anggota dalam setiap kegiatan MGMP. Demikian juga masukan-masukan, saran untuk pemberdayaan MGMP dari anggota pada setiap pertemuan relatif kecil. Menurut pengamatan peneliti bahwa prinsip-prinsip manajemen mulai dari planning, organizing, actuating, dan controling (POAC) tidak tersusun sesuai kebutuhan guru (Sudrajat, 2010: 2). Berbagai masalah yang menyangkut faktor penyebab belum optimalnya MGMP dalam menyelenggarakan fungsi dan peranannya untuk mewujudkan tujuan harus dicairkan jalan keluar atau alternatif pemecahan. Dengan demikian MGMP merupakan wadah untuk diskusi guru mata pelajaran sejenis dalam memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya dapat berfungsi secara optimal. Untuk itu dilakukan pembenahan terhadap kualitas manajemen, pelaksanaan peran kepemimpinan dan partisipasi anggota karena ketiga faktor tersebut merupakan penentu
keberhasilan MGMP
dalam
menjalankan fungsinya. Keberadaan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga selama ini sering dianggap kurang aktif. Secara organisasi, keberadaannya memang ada karena lembaga ini mempunyai struktur organisasi yang resmi. Akan tetapi, dilihat dari aktivitas kegiatannya, MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga masih belum optimal. Kenyataan tersebut berdampak pada munculnya beberapa permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran IPS Ekonomi tingkat SMA di Kota Salatiga. Permasalahan tersebut berkaitan dengan masih adanya kesenjangan dalam output pembelajaran IPS Ekonomi SMA antara siswa dari SMA yang sudah maju dengan siswa yang berasal dari SMA yang kurang maju. Dalam prakteknya ketiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Untuk membuktikan bahwa kualitas manajemen MGMP mempunyai hubungan
4 yang erat dengan pelaksanaan peran pengurus dan partisipasi anggota diperlukan adanya suatu penelitian. Hal ini mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengelolaan MGMP IPS Ekonomi SMA Di Kota Salatiga”. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik pengelolaan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) Karakteristik organisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga; 2) Karakteristik program dan kegiatan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah; dan 3) Karakteristik faktor pendukung dan faktor penghambat bagi organisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hal ini dilandai dengan adanya alasan (1) data yang dikumpulkan berupa data verbal dan perilaku subjek penelitian yaitu makna-makna dan konteks perilaku yang mengarah pada pemahaman yang lebih luas tentang makna dan konteks tingkah laku dan proses yang terjadi dalam pola-pola amatan dari faktor-faktor yang berhubungan dengan penyelenggaraan Musyawarah Guru Bidang Studi (MGBS) IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga, (2) jenis data penelitian ini dikumpulkan secara langsung dari lapangan, dari lingkungan sekitar responden dan peneliti memposisikan diri sebagai instrumen utama, (3) proses analisis data yang digunakan ialah model analisis langsung dan mempunyai hubungan antara pokok pikiran satu dengan pokok pikiran lain (4) kesimpulan yang diperoleh setelah diadakannya analisis data dinyatakan dalam deskripsi situasi dan bukan perhitungan angka model statistik (Muhadjir, 2006:29). Desain dalam penelitian ini adalah etnografi, yaitu sebuah pendekatan yang mengarahkan penulis untuk menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan merupakan hasil dari pengamatan terhadap tulisan ataupun fenomena dalam kurun waktu tertentu. Pendekatan etnografi, menurut Sutopo (2006: 32) lebih menekankan pada subjek pokok yang diteliti. Studi etnografi merupakan studi
5 tentang bagaimana individu mencipta dan memahami kehidupan sehari-harinya, sehingga melalui metode ini peneliti berusaha memahami bagaimana orang memandang dan merumuskan struktur di dunia kehidupannya sendiri sehari-hari. Penelitian ini dilakukan di MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga. Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yaitu mulai bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012. Alasan dipilihnya MPMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga adalah adanya kenyataan bahwa organisasi MGMP tersebut kurang optimal dalam melaksanakan peranannya. Kondisi yang demikian mengakibatkan pada munculnya permasalahan dalam pembelajaran IPS Ekonomi yang dilakukan. Permasalahan tersebut berupa adanya kesenjangan hasil pembelajaran IPS Ekonomi antar SMA. Dengan demikian maka hasil yang diharapkan nantinya akan dapat digunakan sebagai masukan dalam pembenahan organisasi sehingga dapat berperan lebih baik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada sebuah penelitian kualitatif peneliti hadir sebagai instrumen kunci (key instrumen). Dalam kapasitasnya sebagai key instrumen, peneliti bertindak sebagai perencana dan pelaksana pengumpulan data di lapangan dan sekaligus penafsir, analisis, dan pelapor hasil penelitian. Moleong (2006:45) mengetengahkan tujuh karakteristik mengapa manusia memiliki kualifikasi baik sebagai key instrumen yaitu: sifatnya yang responsif, adaptif, lebih holistik, kesadaran pada konteks tak terkatakan, mampu memproses segera, mampu mengejar kualifikasi, dan mampu meringkaskan segera. Data dan sumber data yang digunakan sebagai bahan analisis data dalam penelitian ini adalah semua pendapat, komentar, dan aktivitas yang berhubungan dengan penyelenggaraan Musyawarah Guru Bidang Studi (MGBS) IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga. Nara sumber dalam penelitian ini terdiri dari Ketua MGMP IPS Ekonomi SMA, Sekretaris MGMP, dan 3 orang guru sebagai anggota MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga. Pemilihan nara sumber penelitian ditentukan dengan pertimbangan bahwa nara sumber tersebut merupakan individu yang paling mengetahui tentang MGMP tersebut.
6 Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengamatan berpartisipasi (Partisipation observation), wawancara mendalam (dept interview), penyelidikan sejarah hidup dan analisis dokumen. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis dalam situs dengan matriks deskriptif yang tertata dari Miles dan Huberman. Dalam analisis model ini, situs dipisahkan dari yang tertinggi hingga terendah berdasarkan variabel yang terpenting (Miles dan Huberman, 2004: 280). Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis ini adalah mengurutkan situs. Pengurutan situs dimulai dengan melakukan pengurutan kasar yang diestimasikan. Langkah berikutnya adalah memasukkan data untuk setiap situs dan menyusun kembali baris-baris hingga urutan yang sistematis muncul. Langkah ini dilanjutkan dengan penilaian akhir (Miles dan Huberman, 2004: 307). Proses analisis data dilakukan dengan analisis data tertata dalam situs, yaitu dilakukan melalui tiga tahapan (Miles dan Huberman, 1992:16) yaitu meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. Agar lebih mudah dalam memahami proses analisis, maka proses analisis data dapat disajikan secara skematis ke dalam diagram sebagai berikut.
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Gambar Model analisis interaktif (Interactive Model of Analysis) Sumber: (Miles dan Huberman, 2002: 20)
7 Dalam menguji keabsahan suatu data atau memeriksa kebenaran data digunakan cara memperpanjang masa penelitian, pengawasan yang terus-menerus, trianggulasi teknik pengumpulan data, menganalisis kasus negatif, mengadakan sumber check, serta membicarakan dengan orang lain atau teman sejawat. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) struktur dan peranan organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga dapat dilihat melalui forum rutin yang diselenggarakan oleh MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga; 2) Pengelolaan organisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga diarahkan untuk mencapai pembelajaran IPS Ekonomi dengan kualitas pembelajaran yang lebih meningkat; dan 3) Lingkungan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga sangat menetukan dalam penyelenggaraan kegiatan rutin MGMP IPS Ekonomi SMA Kota Salatiga. Struktur dan peranan organisasi musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga ditunjukkan melalui forum MGMP yang diselenggarakan rutin. Pelaksanaan pemberdayaan guru dalam MGMP IPS Ekonomi SMA yang memiliki kaitannya dengan keaktifan kehadiran peserta MGMP, yang terjadi di setiap pertemuan menunjukkan tidak seimbang. Dalam arti dari jumlah peserta yang banyak dikarenakan terbagi dalam beberapa wilayah, jumlah saat hadir disetiap pertemuan tidak mencapai kisaran 90%, hanya sekitar 40% - 50 %. Tetapi dengan jumlah yang seadanya dalam setiap pertemuan MGMP, tidak mengurungkan niat untuk mengundur atau menggeser waktu pelaksanaan. Setiap materi yang dibahas dalam pertemuan MGMP umumnya berbeda, dikarenakan materi yang akan jadikan bahan pertemuan disusun sesuai dengan kebutuhan peserta MGMP. Melihat kenyataan yang terjadi dalam MGMP IPS Ekonomi SMA Kota Salatiga, berkaitan dengan sarana prasarana yang dimiliki kurang begitu lengkap. Hal ini dikarenakan faktor dana dan faktor kepengurusan yang ada dalam organisasi yang kurang tertata dengan rapi.
8 Temuan tersebut mendukung temuan penelitian yang dilakukan oleh Thornton (2006: 181 - 196). Menurut hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Thornton pada guru di Bangladesh, dijelaskan bahwa guru-guru melakukan pertemuan yang bersifat formal maupun non-formal. Pertemuan formal dilakukan untuk membahas mengenai permasalahan yang berkaitan dengan kurikulum, pedagogi dan alokasi waktu untuk menyelesaikan modul. Sedangkan pertemuan non-formal dilakukan untuk menangani permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang bersifat mendesak. Meskipun ada perbedaan dengan temuan penelitian yang dilakukan Thornton, persamaan yang ada adalah adanya pertemuan atau musyawarah yang dilakukan MGMP untuk menghadapi permasalahan dalam pembelajaran. Perbedaannya terletak pada kondisi bahwa sebagian besar guru di Kota Salatiga untuk mencari “terobosan” penggalian sumber dana dengan mengajak temanteman sejawat
untuk
sedikit
kreatif
mengembangkan
ilmu
dengan
menerbitkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sedangkan pertemuan yang dilakukan para guru di Bangladesh lebih fokus pada perbaikan mutu pembelajaran. Pengelolaan organisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga diarahkan untuk mencapai pembelajaran IPS Ekonomi dengan kualitas pembelajaran yang lebih meningkat. Ruang lingkup dalam kegiatan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga terdiri atas ruang lingkup yang dapat mendukung kegiatan MGMP maupun ruang lingkup yang dapat menghambat kegiatan MGMP. Dalam ruang lingkup kegiatan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga ini yang paling berpengaruh biasanya berupa keaktifan guru dalam penyelenggaraan kegiatan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga. Apabila ditinjau dari tujuan dan peran MGMP seperti di atas, MGMP adalah suatu wadah yang strategis untuk meningkatkan kompetensi guru dan siswa dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan secara umum. Tetapi melihat kenyataan di lapangan keberadaan MGMP masih banyak keterbatasan. Keterbatasan tersebut dapat terlihat dari Sumber daya manusia, keterlibatan pengurus dan peserta belum optimal, dana operasional yang terbatas, dan pembinaan serta perhatian dari Dinas Pendidikan dan unsur-unsur terkait. Melihat keterbatasan yang ada, perlu kiranya
9 semua pihak terterlibat dan stakeholder pendidikan berjibaku mengatasi secara bersama-sama agar semua keterbatasan yang ada dalam organisasi MGMP dapat dicarikan jalan pemecahannya. Jika dicermati, tampaknya dana menjadi problem serius bagi pengurus MGMP dalam menjalankan program, baik jangka panjang, menengah, maupun pendek. Tetang keterbatasan MGMP masih banyak lagi kalau semua dikupas tuntas, namun itu semua bukannya solusi untuk mengurangi bahkan menghilangkan keterbatasan yang ada. Saat ini hal yang penting untuk mengatasi keterbatasan MGMP agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan tujuan dan peranan, maka harus ada suatu langkah nyata dari semua pihak mengatasi keterbatasan secara bersama-sama. Temuan penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Beasley dan Butler (2002, 36 - 44). Hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Beasley dan Butler menunjukkan bahwa kualitas hasil pembelajaran dapat dilakukan melalui pengembangan guru di sekolah. Menurut Beasley dan Butler dikatakan bahwa “the quality of learning outcomes for student can be enhanced through continuous in-school professional development of teachers” (Beasley dan Butler, 2002: 36). Temuan tersebut di atas juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Jones dan De Saram (2005: 47 - 59). Menurut hasil penelitian Jones dan De Saram dikatakan bahwa kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan melalui sistem kualitas yang ditetapkan dan harus diikuti oleh para pendidik. Langkah yang dilakukan melalui tiga langkah, yaitu: “1) focus on a lean philosophy; 2) build adaptability into the system; and 3) tolerate staff and groups to break the rules in rational and well-intended ways to optimize intended outcomes” (Jones dan De Saram, 2005: 47). Struktur dan peranan organisasi musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) IPS Ekonomi SMA dapat diperlihatkan melalui forum MGMP
yang
diselenggarakan rutin. Pelaksanaan pemberdayaan guru dalam MGMP IPS Ekonomi SMA yang memiliki kaitannya dengan keaktifan kehadiran peserta MGMP, yang terjadi di setiap pertemuan menunjukkan tidak seimbang. Kurangnya sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
10 anggota MGMP untuk membuat terobosan-terobosan secara kreatif. Akan tetapi terobosan kreatif yang kurang terkendali akan mengakibatkan tujuan utama terbentuknya forum MGMP untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi tidak tercapai. Sebagai akibatnya guru justru akan terjebak ke dalam perilaku bisnis yang mengingkari misi utama pendidikan. Lingkungan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga sangat menetukan dalam penyelenggaraan kegiatan rutin MGMP IPS Ekonomi SMA Kota Salatiga. MGMP sebagai wadah pembinaan guru IPS dituntut untuk dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam peningkatan sumber daya manusia dan profesionalisme guru agar tercipta kesamaan terhadap aspek-aspek pembelajaran yang dilaksanakan, baik kurikulum, materi bahan ajar, sumber dan bahan belajar, media dan alat pembelajaran, dan perangkat penilaian, sehingga pembelajaran IPS khususnya di SMA sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang. Karakteristik program dan kegiatan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah mencakup sebagai berikut: 1) penyusunan perangkat pembelajaran, 2) pengembangan media dan sumber pembelajaran, 3) pengembangan strategi dan metode pembelajaran, dan 4) penyusunan dan pengembangan alat penilaian/evaluasi pembelajaran. Manfaat yang diperoleh dari adanya organisasi MGMP tersebut antara lain meliputi sebagai berikut: 1) Meningkatkan kemampuan penguasaan materi IPS Ekonomi, 2) Sharing pengetahuan dan pengalaman, 3) Sharing permasalahan untuk mencari solusi. Keberadaan program MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga dimaksudkan untuk menyatukan guru-guru dalam suatu forum. Melalui forum tersebut diharapkan guru-guru mampu menuangkan segala aspirasi, ide, gagasan, kritik serta saran dalam kaitannya dengan situasi pembelajaran yang terjadi pada masing-masing sekolah. Keberdaaan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga juga tidak menutup kemungkinan sebagai wahana dalam meningkatkan mutu kualitas pembelajaran IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga.
11 Hasil tersebut mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Thornton (2006: 181 - 196). Konsep bahwa melalui MGMP dapat dijadikan sebagai forum curah gagasan antar guru IPS Ekonomi SMA dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan temuan Thornton yang menyebutkan bahwa “teacher collaboration and support given from one to another is focused on improving teaching and learning in the classroom” (Thornton, 2006: 181). Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan oleh Thornton, dikatakan bahwa kerja sama dan dukungan guru yang diberikan dari satu guru ke guru yang lain dititikberatkan pada pengembangan belajar mengajar di kelas, yang kemudian disesuaikan dengan kehadiran mereka di sekolah lanjutan di Bangladesh. Penelitian ini menunjukkan sejumlah pengembangan budaya kerja sama termasuk kesulitan dalam bidang kurikulum, kurangnya kemampuan siswa, latar belakang pendidikan guru dan faktor-faktor kontekstual yang mempengaruhi motivasi guru. Kerja sama guru bukanlah satu-satunya bukti yang diperoleh pada tahap pembicaraan guru kelas tetapi lebih mengarah pada kemampuan guru dalam menerapkan kerja sama tersebut dengan guru yang lain. Sebagai wahana dalam menyampaikan segala aspirasi, ide, gagasan, kritik serta saran, maka diharapkan dalam forum tersebut guru dapat selalu ikut aktif berpartisipasai dalam penyelenggaraan forum rapat. Sebab tanpa adanya partisipasi dari para anggota, pertemuan rapat yang diadakan sama saja tidak memberikan pengaruh yang berarti dalam meningkatkan mutu kualitas pembelajaran IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga. Forum pertemuan MGMP yang diselenggarakan di Kota Salatiga pada dasarnya memberikan dampak yang baik bagi peningkatan kualitas pembelajaran IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga. Temuan tersebut di atas mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ranjan dan Khalil (2007: 15 - 25). Menurut Ranjan dan Khalil dijelaskan bahwa kerangka kerja konseptual dalam kajian manajemen pembelajaran akan meningkatkan kemajuan dan kualitas sekolah tersebut.
Forum pertemuan yang
diselenggarakan MGMP menurut istilah Ranjan dan Khalil akan “yield more benefits to increase the quality of knowledge sharing” (Ranjan dan Khalil, 2007: 15).
12 Faktor pendukung pencapaian tujuan peningkatan kualitas pembelajaran IPS SMA di Kota Salatiga terdiri dari komitmen, perubahan paradigma, sikap mental, dan pengorganisasian pemantauan dan evaluasi kegiatan atau MGMP. Adapun faktor penghambat revitalisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga antara lain dana, sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk pelaksanaan kegiatan MGMP, dan dan faktor ketidakseragaman materi SK/KD yang disampaikan antar satu sekolah dengan sekolah lain. Faktor penghambat yang berkaitan dengan pembiayaan MGMP disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah masing‐masing. Biaya pelaksanaan program kegiatan MGMP ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain: besar kecilnya jumlah sekolah, letak geografis, insentif nara sumber, dan pemeliharaan sarana dan prasarana. Pembiayaan
kegiatan
MGMP
mencakup sumber
dana,
penggunaan, dan pertanggungjawaban. Pembiayaan pelaksanaan kegiatan MGMP pada dasarnya dapat diperoleh dari sumber-sumber sah dan tidak terikat seperti: 1) Iuran anggota; 2) Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS); 3) Komite Sekolah/Dewan Pendidikan; 4) Dinas Pendidikan Provinsi atau Kabupaten/Kota; 5) Departemen Pendidikan Nasional; 6) Hasil Kerjasama; 7) Masyarakat; 8) Sponsor yang tidak mengikat dan sah, dan 9) Block Grant. Kesembilan sumber dana tersebut oleh pengurus MGMP menyusun biaya operasional dengan pengelolaan yang diatur sebagai berikut: 1) Sumber pemasukan, pengeluaran, dan jumlah dana yang dikelola; 2) Penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di luar dana investasi dan operasional; dan 3) Dana MGMP digunakan untuk membiayai program rutin dan program pengembangan. Faktor pendukung pelaksanaan revitalisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga meliputi keinginan bersama untuk menyatukan pemahaman dan persepsi para guru terhadap pelaksanaan proses pembelajaran IPS di kelas, yang meliputi persamaan perangkat pembelajaran, model dan metode pembelajaran, serta alat penilaian/evaluasi yang digunakan. Dengan kata lain, faktor pendukung pencapaian tujuan revitalisasi MGMP terdiri dari komitmen yang tinggi dari anggota MGMP terhadap keterlaksanaan program kegiatan.
13 Temuan tersebut mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Jayanthi Ranjan dan Saani Khalil (2007) melakukan penelitian yang berjudul penerapan menejemen pembelajaran dalam manajemen pendidikan: sebuah kerangka konsep. Penelitian tersebut mengetengahkan sebuah kerangka kerja konseptual dalam kajian manajemen pembelajaran pada sekolah bisnis di India. Pengelolaan
MGMP
sebagai
wadah
peningkatan
kompetensi
dan
pengembangan profesionalisme guru meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program MGMP. Untuk mengoptimalkan kemampuan dan kompetensi guru IPS yang memiliki perbedaan latar belakang dan disiplin ilmu, serta untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum, maka diperlukan sebuah wadah/ organisasi yang memiliki peran dan fungsi menyatukan visi dan misi yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS. Untuk itulah MGMP sebagai wadah komunikasi para guru IPS mutlak dibutuhkan keberadaannya, sedangkan pada guru harus melibatkan diri secara aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan organisasi MGMP. Mengacu pada hasil tersebut di atas, maka pengelolaan MGMP yang ideal dapat dilakukan dengan cara bahwa dalam penyusunan program KKG/MGMP telah dipilih program--program yang menjadi prioritas, baik rutin maupun program pengembangan. Keseluruhan program menjadi tanggung jawab bersama seluruh pengurus KKG/MGMP. Tetapi, masing--masing program mempunyai panitia yang dipimpin oleh seorang penanggung jawab program atau person in charge (PIC). Aspek-aspek utama yang perlu ditekankan pada program kerja MGMP kaitannya dengan peningkatan kualitas pembelajaran antara lain: penyusunan perangkat pembelajaran, perangkat penilaian dan evaluasi, serta media dan alat peraga. Sedangkan dari segi pelaksanaan pembelajaran, yang perlu ditekankan adalah aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Dengan menyusun dan merencanakan pembelajaran, membantu guru menciptakan suasana pembelajaran secara efektif. Berdasarkan faktor pendukung dan penghambat sebagaimana dikemukakan di atas, maka disimpulkan bahwa faktor yang mendukung keterlaksanaan
14 revitalisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga adalah komitmen yang kuat dari pengurus dan anggota MGMP IPS untuk mengoptimalkan peran dan fungsi MGMP kaitannya dengan perubahan paradigma untuk menyamakan persepsi dan pemahaman untuk kemajuan dan pencapaian tujuan pembelajaran, dan di dukung dengan sikap mental yang positif terhadap perubahan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengorganisasian dalam pelaksanaan program kegiatan MGMP IPS. Guna mempermudah pemahaman terhadap pemaparan di atas, maka selanjutnya dapat disajikan diagram pengelolaan MGMP yang ideal sebagai berikut:
SIMPULAN Karakteristik organisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga adalah bahwa: 1) struktur dan peranan organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga dapat dilihat melalui forum rutin yang diselenggarakan oleh MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga; 2) Pengelolaan organisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga diarahkan untuk mencapai pembelajaran IPS Ekonomi dengan kualitas pembelajaran yang lebih meningkat; dan 3) Lingkungan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
15 IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga sangat menetukan dalam penyelenggaraan kegiatan rutin MGMP IPS Ekonomi SMA Kota Salatiga. Karakteristik program dan kegiatan MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah mencakup: 1) penyusunan perangkat pembelajaran, 2) pengembangan media dan sumber pembelajaran, 3) pengembangan strategi dan metode pembelajaran, dan 4) penyusunan dan pengembangan alat penilaian/evaluasi pembelajaran. Manfaat yang diperoleh dari adanya organisasi MGMP tersebut antara lain meliputi: 1) Meningkatkan kemampuan penguasaan materi IPS Ekonomi, 2) Sharing pengetahuan dan pengalaman, 3) Sharing permasalahan untuk mencari solusi. Karakteristik faktor pendukung dan faktor penghambat bagi organisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Faktor pendukung pencapaian tujuan peningkatan kualitas pembelajara IPS SMA di Kota Salatiga terdiri dari komitmen, perubahan paradigma, sikap mental, dan pengorganisasian pemantauan dan evaluasi kegiatan atau MGMP. Adapun faktor penghambat revitalisasi MGMP IPS Ekonomi SMA di Kota Salatiga antara lain dana, sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk pelaksanaan kegiatan MGMP, dan dan faktor ketidakseragaman materi SK/KD yang disampaikan antar satu sekolah dengan sekolah lain.
16 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta. Beasley, Warren. 2002. Teacher leadership in science education reform: Learning from Australian-led best practice in the Philippnes. Australia. http://proquest.umi.com diakses pada tanggal 13 Maret 2008 Burhanuddin, 1994. Production.
Manajemen
Program
Depdikbud, Petunjuk Teknis Pelaksanaan DepdikbudPropinsi Jawa Barat.
Pendidikan. MGMP,
Bandung: (2000),
Falah Kanwil
Davis, Keith dan John W. Newstrom. 1990. Human Behavior at Work: Organizational Behavior. New York: McGraw – Hill Book Company. Devito, Joseph A. 1995. The Interpersonal Communication Book. New York: Harper Collins College Publishers. Drake, Thelbert L. dan William H. Roe. 1986. Principalship. New York: Macmillan Publishing Company. Feldman, Daniel C. dan Arnold, J. Hugh. 1998. Managing Individual and Group Behavior in Organization. Auckland: McGraw- Hill Book Company. Ganawati, Dewi Dkk, 2007. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu dan Kontekstual. Surakarta: Mediatama. Gibson, Jane W. dan Richard M. Hodgetts. 1988. Organizational Communication: A Managerial Perspective. Orlando, Florida: Academic Press Inc. Hasan, Bahtiar, 2002. Perencanaan Pengajaran Bidang Studi, Jakarta, Pustaka Ramadhan. Hasan, Fuad. 1989. Renungan Budaya. Jakarta: Balai Pustaka. Jones, John & Saram, Don De Saram, 2005. Academic Staff Views of Quality Systems for Teaching and Learning: a Hong Kong case study. Hong Kong. http://www.uge.edu.hk diakses pada tanggal 23 Februari 2008 Kotter, John P. 1988. The Leadership Factor. New York: Free Press. Lefton, Lester A. dan Laura Valvatne. 1982. Mastering Psychology. Boston: Allyn and Bacon. Liliweri, Alo, 1997. Sosiologi Organisasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Marwansyah dan Mukaram (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung, Politeknik Bandung Press. Malayu S.P. Hasibuan, (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
17 Mathis, Robert L. dan Jackson, John H., (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia, (terjemahan Jimmi Sadeli dan Bayu Prawira Hie, Jakarta, PT Salemba 4. McClelland, David. 1999. Motivational Research Achievement. http://westrek,hypermort/. net/ Maslow/ od.hr07.htm.
1999
Mulyasa, (2005), Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosda Karya. Mulyati, Dian, 2005, Workshop TOT MGMP, Makalah. Moleong, Lexy J., 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaj Rosdakarya. Nawawi, Hadari, 1989. Organisasi dan Pengelolahan Lembaga Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung. Prokopenko, Joseph. 1987. Productivity Management: A Practical Handbook. Geneva: ILO. Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Psikologi Komunikasi. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya. Ranjan, Jayanthi & Khalil Saani, 2007. Application of Knowledge Management In Management Education: A Conceptual Framework. India. http://proquest.umi.com diakses pada tanggal 24 Februari 2008. Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi: Struktur Desain dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Arcan. Saefudin, Aas dan Permana, Johar, 1991, Administrasi Pendidikan, FIP, IKIP Bandung Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih, 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sutopo, HB., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Thornton, Hillarry. 2006. Teachers talking: the role of collaboration in secondary scholls in Bangladesh. University of Birmingham, UK. http://proquest.umi.com diakses pada tanggal 03 Maret 2008. Varghese, G., 2006. Declining Tren In Science Education and Research In Indian Universities. Kerala India. http://proquest.umi.com diakses pada tanggal 24 Februari 2008.