PENGARUH TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN
ARTIKEL ILMIAH
OLEH Ahmad Adi Putra 010110a003
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015
Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Pasien Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran Tahun 2015
ABSTRAK
Gagal ginjal kronis terjadi karena ginjal tidak mampu mejalankan fungsi regulatorik dan ekskretoriknya untuk mempertahankan homeostasis dan harus menjalani hemodialisis untuk mempertahankan hidupnya. Adanya dampak individu yang melakukan hemodialisa bisa menyebabkan depresi. Salah satu upaya untuk mengatasi depresi adalah dengan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Penelitian ini mengunakan pendekatan quasi eksperimen dengan desain Non equivalent control group. Populasi adalah pasien yang menjalani hemodialisa. Tehnik pengambilan sampling menggunakan sampel jenuh dengan jumlah sampel 30 responden yang dibagi menjadi 15 kelompok intervensi dan 15 kelompok kontrol. Pengumpulan data dengan kusioner Beck Depression Inventory (BDI). Hasil uji analisa dengan menggunakan uji t-independen didapatkan bahwa p-value 0,020 < α (0,05), maka dapat disimpulkan ada pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien hemodialisa. Berdasarkan hasil penelitian dilakukan perlu adanya pernerapan terapi SEFT kepada pasien yang menjalani hemodialisa untuk menurunkan kondisi depresi.
Kata kunci
: Pasien Hemodialisa, Depresi, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Kepustakaan : 21 (2005-2015)
2
Therapeutic Effect of Spiritual Emotional Freedom Technique ( SEFT ) To Decrease Levels Depression in Hemodialysis Patients In Ungaran General Hospital
ABSTRACT
Chronic renal failure occurs because the kidneys are not able to carry out regulatori and excretoric functions to maintain homeostasis and must undergo hemodialysis to survive . The impact of individuals who do hemodialysis can lead to depression . One effort to overcome depression is the Emotional Freedom Technique Spiritual therapy ( SEFT ) . This study aimed to determine the effect of Spiritual therapy Emotional Freedom Technique ( SEFT ) to decrease in the levels of depression hemodialysis patients at Ungaran general hospital. This study uses a quantitative approach, the method used quasi-experimental design with non-equivalent control group. The population in this study was 30 respondents undergoing hemodialysis. Sampling technique used saturated sample with the samples of 30 respondents divided into 15 people intervention and 15 people control group. The collection of data used Beck Depression Inventory (BDI) questiornaires. Test results analysis used independent t-test showed that p-value 0.020 < α ( 0.05 ) , it could be concluded there was an influence of Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) to a decrease the leveles of depression in hemodialysis patients at Ungaran General Hospital.
Keywords
: Hemodialysis Patients, Depression, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Bibliographies : 21 (2005-2015)
3
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal, karena ginjal memiliki peran vital dalam mempertahankan homeostatis gagal ginjal menyebabkan efek sistemik multipel (Corwin, 2009). Gagal ginjal kronis adalah perburukan fungsi ginjal yang lambat, progresif, dan ireversibel yang menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk membuang produk sisa dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit (Morton dkk, 2013). Berdasarkan data PT ASKES tahun 2010 jumlah penderita gagal ginjal berjumlah 17.507 orang dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 23.261 pasien, sedangkan pada tahun 2012 terjadi peningkatan menjadi 24.141 orang dan diperkirakan tahun 2013 jumlah pasien gagal ginjal akan meningkat (Nawawi, 2013). Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data dari PERNEFTRI (Persatuan Nefrologi Indonesia), diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronis tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci darah (hemodialisa) hanya sekitar 4 ribu sampai 5 ribu saja. Saat ini, dari penderita gagal ginjal yang mencapai 4.500 orang, banyak penderita yang meninggal dunia akibat tidak mampu berobat dan cuci darah yang biayanya sangat mahal (Alam dan Hadibroto, 2007).
Beberapa faktor penyebab terjadinya gagal ginjal kronis adalah diabetes mellitus diikuti dengan hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar serta penyebab lainnya seperti organisme penyebab infeksi pada saluran kemih yang tersering adalah Escherichia coli, yang menjadi penyebab pada lebih dari 80 % kasus (Sudoyo dkk, 2007; Price dan Wilson, 2015). Tindakan yang dilakukan pada pasien gagal ginjal kronis salah satunya dengan hemodialisa. Hemodialisa merupakan proses penyesuaian kadar elektrolit dan air dalam darah pada orang yang fungsi ginjalnya buruk atau rusak (Corwin, 2009). Pasien yang menjalani hemodialisa dapat mengalami depresi yang disebabkan oleh masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, penyakit kronis dan ketakutan terhadap kematian (Smeltzer dan Bare, 2013). Psikoterapi (superfisial) dimulai dengan menciptakan hubungan baik antar dokter-pasien, memberi kesempatan mengutarakan konfliknya, mengeluarkan isi hatinya sehinga mengurangi ketegangannya dan menekankan kembali komitmen agama dan pengalamannya, karena sudah terbukti bahwa individu yang tidak dilandasi komitmen agama dalam kehidupan sehari-hari ternyata menduduki peringkat tinggi untuk kegagalan dan ketidakbahagiaan (Sudoyo dkk, 2007). Salah satu
4
jenis psikoterapi yang berkembang saat ini mengarah kepada terapi psikoreligius yaitu Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). SEFT merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat depresi. Keefektifan SEFT terletak pada pengabungan antara Spiritual Power dengan Energy Psychology. Spiritual Power memiliki lima prinsip utama yaitu ikhlas, yakin, syukur, sabar dan khusyu’. Energy Psychology merupakan seperangkat prinsip dan teknik memanfaatkan system energy tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilaku (Freinstein dalam Zainudin, 2012). Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 28 April 2015, terhadap 10 orang penderita gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Ungaran ditemukan dari 10 orang yang menderita gagal ginjal kronis yang diwawancarai terdapat 6 orang pasien yang mengalami depresi dengan keluhan merasa tidak berdaya 4 orang, tidak berguna 5 orang, malas bersosialisasi 3 orang , sedih dengan keadaan penyakit yang tidak sembuh-sembuh 5 orang. Dalam mengatasi depresi dari keenam pasien depresi hanya menonton tv, mendengarkan musik dan mencoba mencari kegiatan untuk menghindari dari rasa ketidakgunaan dalam keluarga. Pelayanan keperawatan yang bersifat psikososial dalam menangani pasien yang mengalami depresi di ruang hemodialisa belum diterapkan termasuk terapi psikoreligius.
2. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian merumuskan masalahnya “Adakah pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien hemodialisa di RSUD Ungaran”. 3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien hemodialisa di RSUD Ungaran. Tujuan Khusus : Mengetahui gambaran kondisi depresi pada pasien hemodialisa sebelum diberikan intervensi terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada kelompok intervensi di RSUD Ungaran, Mengetahui gambaran kondisi depresi pada pasien hemodialisa sesudah diberikan intervensi terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada kelompok intervensi di RSUD Ungaran., Menganalisis perbedaan kondisi depresi pada pasien hemodialisa sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada kelompok intervensi dan kontrol dan Menganalisis pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada pasien hemodialisa pada kelompok intervensi dan kontrol. 4. Manfaat Penelitian Bagi pasien : Meningkatkan kemampuan pasien yang menjalani hemodialisa dalam mencegah dan
5
mengatasi depresi salah satunya dengan menggunakan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Bagi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran : Memberikan bekal kompetensi bagi mahasiswa sehingga mampu menerapkan ilmu yang didapat kepada masyarakat khususnya untuk mengurangi tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronis. Bagi Rumah Sakit : Sebagai bahan masukan tentang tingkat depresi pada pasien yang menjalani hemodialisa dan pemberian terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) yang diberikan pada pasien sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan dapat lebih memfokuskan untuk memberikan konseling yang tepat sehingga klien mampu mengelola depresi dan memberikan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) yang tepat dan baik. Bagi Peneliti : Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat depresi pada pasien hemodialisa dan dapat memberikan manfaat untuk mengaplikasikan teori dan metode yang terbaik dalam mencegah maupun mengatasi depresi pada pasien hemodialisa. BAHAN DAN CARA 1. Populasi Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini pasien hemodialisa
yang mengalami depresi di RSUD Ungaran sebanyak 30 orang. 2. Sampel Sampel yang akan diteliti dalam penilitian ini adalah pasien hemodialisa yang mengalami depresi di RSUD Ungaran sebanyak 30 orang. 3. Metode Pengambilan Sampel Teknik sampling dalam penelirian ini adalah dengan cara sampel jenuh. 4. Metode Pengumpulan Data Menggunakan kuesioner BDI II HASIL 1. Distribusi Frekuensi Kondisi Depresi Sebelum Diberikan Terapi SEFT Pada Kelompok Intervensi Dan Kontrol. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ringan 3 10,0 % Sedang 19 63,3 % Berat 8 26,7 % Jumlah 30 100 % Gambaran kondisi depresi responden sebelum diberikan terapi SEFT dalam penelitian ini sebagian besar pada kategori sedang 19 responden (63,3 %) dan selebihnya kategori berat 8 responden (26,7%) dan kategori ringan 3 responden (10,0%). 2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kondisi Depresi Sesudah Diberikan Terapi SEFT Pada Kelompok Intervensi Dan Kontrol. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ringan 9 30,0 % Sedang 17 56,7 % Berat 4 13,3 % Jumlah 30 100 %
6
Gambaran kondisi depresi responden sesudah diberikan terapi SEFT dalam penelitian ini sebagian besar pada kategori sedang 17 responden (56,7 %) dan selebihnya kategori berat 9 responden (30,0%) dan kategori ringan 4 responden (13,3%). 3. Tabel 4.3 Gambaran Rata-Rata Kondisi Depresi Sebelum Dilakukan Terapi SEFT Pada Pasien Hemodialisa Di RSUD Ungaran Variabel Mean SD MinMax Kelompok 26,7 4,8 19Intervensi 35 Kelompok 26,6 4,7 16Kontrol 32 Hasil analisis didapatkan ratarata depresi sebelum dilakukan terapi SEFT pada kelompok intervensi adalah 26,7 dengan standar deviasi 4,8; depresi terendah 19 dan tertinggi 35. Hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata depresinya diantara 24,1 sampai dengan 29,4. Kelompok kontrol didapatkan ratarata depresi sebelum dilakukan terapi SEFT adalah 26,6 dengan standar deviasi 4,7; depresi terendah 16 dan tertinggi 32. Hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata depresinya diantara 24,0 sampai dengan 29,2. 4. Tabel 4.4 Gambaran Rata-Rata Kondisi Depresi Sesudah Dilakukan Terapi SEFT Pada Pasien Hemodialisa Di RSUD Ungaran
Variabel
Mean
MinMax Kelompok 21,8 4,8 15Intervensi 33 Kelompok 26,0 4,5 16Kontrol 31 Hasil analisis didapatkan ratarata depresi sesudah dilakukan terapi SEFT pada kelompok intervensi adalah 21,8 dengan standar deviasi 4,8; depresi terendah 15 dan tertinggi 33. Hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata depresinya diantara 19,1 sampai dengan 22,0. Kelompok kontrol didapatkan ratarata depresi sesudah dilakukan terapi SEFT adalah 26,0 dengan standar deviasi 4,5 depresi terendah 16 dan tertinggi 31. Hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata depresinya diantara 23,4 sampai dengan 28,5. 5. Tabel 4.5 Perbedaan Kondisi Depresi Pada Pasien Hemodialisa Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Pada Kelompok Intervensi Variabel
Mean
kelompok intervensi kelompok intervensi
26,7 21,8
SD
t
P Value 6,913 0,000
Hasil analisis data menggunakan uji T dependent didapatkan p value = 0,000≤0,05, berarti ada perbedaan depresi pada pasien hemodialisa sebelum dan sesudah diberikan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada kelompok intervensi.
7
6. Perbedaan kondisi depresi pada pasien hemodialisa sebelum dan sesudah diberikan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Pada Kelompok Kontrol. Variabel Mean t p value kelompok 26,6 2,553 0,023 intervensi 21,8 kelompok intervensi Hasil analisis data menggunakan uji T dependent didapatkan p value = 0,023≤0,05, berarti ada perbedaan depresi pada pasien hemodialisa sebelum dan sesudah diberikan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada kelompok kontrol. 7. Tabel 4.7 Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada Kelompok Intervensi dan Kontrol.
Variabel Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Mean t p value 21,8 -2,472 0,020 26,0
Hasil analisis data menggunakan uji T independent didapatkan p value = 0,020>0,05, berarti ada pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada kelompok intervensi dan kontrol. 8. Tabel 4.8 Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap Selisih Depresi Variabel Mean Z p value
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Rank 21,53 -3,895 0,000 9,47
Hasil analisis data menggunakan uji Man Whitney Test didapatkan p value = 0,000<0,05, berarti ada pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap selisih depresi kelompok intervensi dan kontrol. PEMBAHASAN A. Kondisi Depresi Pada Pasien Hemodialisa Sebelum Perlakuan pada kelompok intervensi dan kontrol Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada responden yang berjumlah 30 orang yang menjalani hemodialisa pada kelompok Intervensi, depresi terendah 19 dan tertinggi 35 dengan nilai rata-rata 26,7. Pada kelompok kontrol terdapat depresi terendah 16 dan tertinggi 32 dengan nilai rata-rata 26,6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi SEFT, kedua kelompok mempunyai karakteristik depresi yang sama yaitu rata-rata sedang. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2005) menyatakan bahwa salah satu persyaratan penelitian eksperimen adalah mengusahakan kedua kelompok responden dalam kondisi yang sama sehingga paparan tentang hasil akhir dapat betul-betul merupakan hasil ada dan tidaknya perlakuan.
8
Dilihat dari nilai rata-rata depresi terbanyak pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol sebelum diberikan terapi SEFT adalah depresi sedang karena sebagian besar pasien hemodialisa mengalami depresi akibat dari penyakit, masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dan depresi akibat sakit yang kronis, selain obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien hemodialisa, terapi hemodialisa harus rutin dilakukan sehingga waktu dan biaya yang tidak sedikit menjadi faktor penyebab depresi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa. Dari semua responden terdapat beberapa pasien yang menjalani terapi hemodialisa mengalami depresi berat, salah satu faktor penyebabnya adalah penyakit yang kronis dan terapi hemodialisa yang dilakukan bertahun-tahun di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran, yang dimana akibat dari terapi hemodialisa yang dilakukan menimbulkan efek perubahan fisik dan psikologis pada penderita. Hemodialisa menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga, mengurangi waktu yang tersedia untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik, frustasi, rasa bersalah, dan perasaan dipinggirkan (Smeltzer dan Bare, 2013). Hal tersebut didukung hasil penelitian Chang, Tsay et al (2010) di Chang Gung Memorial Hospital Taiwan, menjelaskan dari 200 pasien penyakit ginjal
kronis yang menjalani hemodialisa, 70 pasien (35%) diantaranya mengalami depresi. Dilihat dari kategori kondisi depresi sebelum dilakukan terapi SEFT pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan sebagian besar pasien hemodialisa yang menjadi responden mengalami depresi sedang. Depresi dapat diartikan gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian) perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari, 2008). Gagal ginjal kronis merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal, tingginya kejadian depresi pada penderita gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa disebabkan oleh berbagai faktor yang berhubungan dengan kehidupan sosial, psikologis dan mekanisme biologi. Pengobatan dialisis secara rutin dan perubahan status kesehatan akan berpengaruh terhadap adanya rasa putus asa, hal ini akan menginduksi adanya episode depresif. Pada beberapa responden, mereka seringkali merasa kurang nyaman pada hari disaat menjalani hemodialisa. Hal ini dikarenakan prosedur hemodialisa yang invasif.
9
B. Pengaruh Terapi SEFT Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Pasien Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran Berdasarkan hasil penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. rata-rata skor depresi sesudah diberikan terapi SEFT pada kelompok intervensi sebesar 21.8, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 26,0. Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung sebesar 2.472 dengan p-value 0,020. Oleh karena kedua p-value 0,020> α (0,05), ini berarti bahwa ada pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Aspek deminsi emosi yang mengalami perubahan dalam penelitian ini dilihat dari pertanyaan 1-7 megalami penurunan pada responden kelompok intervensi sesudah diberikan terapi SEFT. Hal ini terlihat bahwa Terapi SEFT ada pengaruh untuk penurunan tingkat depresi pada pasien hemodialisa. Unsur kekuatan do’a terapi SEFT efektif menurunkan depresi yang diberikan pada kelompok perlakuan dapat membuat perasaan tenang, membangkitkan harapan, rasa percaya diri dan menambah keimanan seseorang sehingga dampak psikologis dari penyakit dan terapi hemodialisa yang dijalani dapat diatasi dengan terapi ini.
Hal yang sama diperkuat oleh teori Hawari (2008) bahwa terapi psikoreligius dapat membangkitkan harapan (hope), rasa percaya diri (self confidence) dan keimanan (faith) pada diri seseorang. Hal ini sama diperkuat oleh Sholeh (2007) bahwa respon emosional yang positif atau dari pengaruh terapi psikoreligius dengan doa berjalan mengalir dalam tubuh dan diterima oleh batang otak. Setelah diformat dengan bahasa otak, kemudian ditransmisikan ke salah satu bagian otak besar yakni thalamus, kemudian, thalamus menstransmisikan impuls hipokampus (pusat memori yang vital untuk mengkoordinasikan segala hal yang diserap indera) untuk mensekresikan GABA (Gama Amino Batiric Acid) yang bertugas sebagai pengontrol respon emosi, dan menghambat asetylcholine, serotonin dan neurotransmiter yang lain yang memproduksi sekresi kortisol. Sehingga akan terjadi proses homeostasis (keseimbangan) sehingga akan memperbaiki sistem neurotransmitter yang terganggu dan memunculkan optimisme, dan menghilangkan pikiran negatif, sehingga akan memunculkan pikiran-pikiran yang positif. KESIMPULAN 1. Sebagian besar kondisi depresi pasien hemodialisa pada kelompok intervensi sebelum diberikan terapi SEFT adalah sedang dengan nilai rata-rata 26,7% dan kelompok kontrol 26,6%
10
2. Sebagian besar depresi pada kelompok intervensi sesudah diberikan terapi SEFT dengan nilai rata-rata 21,8%. Pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan 26,0 %. 3. Ada perbedaan depresi pada pasien hemodialisa sebelum dan sesudah diberikan terpi SEFT pada kelompok intervensi dengan p-value sebesar 0,020 (α : 0,05). 4. Ada perbedaan depresi pada pasien hemodialisa sebelum dan sesudah diberikan terapi SEFT pada kelompok kontrol dengan p-value sebesar 0,023 (α : 0,05). 5. Ada pengaruh terapi spiritual emotional freedom technique terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien hemodialisa . Berdasarkan uji t independent, didapatkan nilai t hitung sebesar 0,000 dengan p-value 0,000 (α : 0,05). SARAN 1. Bagi pasien yang menjalini terapi hemodialisa (mengalami depresi) Bagi pasien hemodialisa yang mengalami depresi dapat melakukan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) setiap hari, dan sebagai salah satu pengobatan alternatif dalam menurunkan masalah depresi. 2. Bagi Perawat di Ruang Hemodialiasa RSUD Ungaran Diharapkan bagi petugas kesehatan pada umumnya, khususnya perawat hemodialisa mendapatkan pelatihan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT), sebagai terapi
modalitas dalam mengatasi depresi pada pasien hemodialisa. DAFTAR PUSTAKA Alam Syamsir dan Hadibroto. 2007. Gagal ginjal. Jakarta: Gramedia Corwin Elizabeth. 2009. Bukusaku PATOFISIOLOGI. Edisi 3. Jakarta : EGC Hawari, Dadang. (2008). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi, Jakarta : FKUI. Morton, dkk. (2013). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik . Edisi Revisi 8. Jakarta : EGC. Nawawi Qolbinur. Populasi penderita gagal ginjal terus meningkat di 2013. (diakses oktober,2013)http://health.okez one.com/read/2013/06/28/482/8 29210/populasi-penderitagagal-ginjal-terus-meningkatdi-2013 Sholeh M. (2005). Agama sebagai Terapi Telah Menuju Kedokteran Holistik .Yogyakarta : Pustaka Pelajar Smeltzer, Suzanne C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Sudoyo, Aru W dkk. (2007). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI. Zainuddin, A. F (2012). Spiritual Emotional Freedom Tehnique. Jakarta : Afzan
11
