SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | DISKURSUS
Arsitektur Vernakular: Penelusuran Pengaruh Tradisi atas Lingkung Bina Ami Arfianti(1), Josef Prijotomo (2), Purwanita Setijanti(2) ami.arfianti@y ahoo.com (1)
P rogram Doktor, Jurusan A rsitektur, F akultas Teknik S ipil dan P erencanaan, Institut Teknologi S epuluh N opember. A rsitektur, F akultas Teknik S ipil dan P erencanaan, Institut Teknologi S epuluh N opember.
(2)Jurusan
Abstrak Ketika pertanyaan tentang ‘apakah arsitektur vernakular itu dilontarkan, maka jawaban yang diajukan sangat beragam. Mulai dari ‘vernakular itu identik dengan tradisional’, ‘vernakular itu membahas bangunan domestik atau tempat tinggal’, sampai jawaban ‘adakah arsitektur vernakular itu’. Setiap jawaban mengandung unsur kebenaran yang tidak dapat diacuhkan begitu saja. Karena itu pada tulisan ini akan ditelusuri pemahaman akan apa arsitektur vernakular itu. Yang ternyata tradisi sangat mempengaruhi arsitektur vernakular. Tetapi keketatan penggunaan trad isi pada arsitektur vernakular berbeda dengan penggunaan tradisi pada arsitektur tradisional. Arsitektur vernakular mampu menerapkan tradisi tanpa mengabaikan perkembangan jaman atau modernitas. Penelusuran dan pemahaman ini menggunakan ‘critical review’ d ari pembacaan beberapa literatur yang membahas arsitektur vernakular dari beberapa sudut pandang. Kata-kunci : arsitektur vernakular, arsitektur tradisional, tradisi
Pendahuluan Apakah Arsitektur Vernakular Itu? Menurut Carter dan Cromley (2005), arsitektur Vernakular berurusan dengan studi tentang aksi dan perilaku manusia yang dituangkan di dalam arsitektur sehari-hari. Sehingga arsitektur yang terjadi adalah arsitektur yang dianggap terbaik berfungsi mewadahi kegiatan sehari-hari. Walaupun mungkin terbaik disin i adalah terbaik pada suatu saat tertentu dan ada kemungkinan terbaik pada suatu waktu ini akan berubah untuk mewadahi kegiatan sehari-hari yang juga dapat bergeser sesuai perkembangan jaman. Dari logika ini tersirat bahwa arsitektur Vern akular tidak ‘tetap’ atau ‘stagnan’ tetapi berkembang mengikuti perkembangan kegiatan sehari-hari. Kesimpulan yang bisa didapat adalah bahwa arsitektur Vernakular selalu berubah mengikuti perkembangan jaman, karena kegiatan sehari-hari selalu berubah mengikuti kebutuhan jaman. Studi tentang arsitektur vernakular dapat dikatakan sebagai the study of those human actions and behaviors that are manifest in commonplace archit ecture (Carter and Cromley, 2005) . Dimana bangunan tidak lagi dipandang sebagai obyek seni tetapi memandang bangunan seperti situs (pada arkeologi) yang perlu untuk digali lebih dalam, melalu i detil-detil bangunan (peta pergerakan, distribusi ruang, sumber-sumber tertulis, struktur penghuni, hubungan keluarga, dan seterusnya) dapat tertelusuri jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ‘how’, ‘why’, ‘when’, ‘who’ dari bangunan. Vernakular menjadi istilah yang digunakan untuk segala bangunan mulai dari yang sederhana, unik sampai ke bangunan yang eksentrik. Menunjukkan bahwa istilah vernakular bukan merupakan istilah tentang langgam ( style ) tetapi lebih menunjukkan istilah tentang klasifikasi ( type ) (Alsayyad, 2014). Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | C 053
Arsitektur Vernakular: Penelusuran Pengaruh Tradisi atas Lingkung Bina
Pada arsitektur vernakular, kemapanan komunit as ditunjukkan dengan kualitas yang unik (bermakna) dan diaplikasikan pada bangunan sehari-hari dengan pola yang familiar (dikenali) atau dengan kata lain “ vernacular architecture is simp ly common architecture -what most people built and what they use ” (Mercer, 1975 dalam Carter dan Cromley, 2005). Arsitektur vernakular umum dalam arti jumlah (kuantitas) dan bukan kualitas; menjadi umum atau ada dimana-mana karena telah dibangun dalam jumlah banyak. Banyak dibangun untuk mewadahi kegiatan sehari-hari karena dianggap merupakan bangunan yang paling dapat memenuhi kebutuhan manusia; menjadi tradisi untuk bangunan sehari-hari, inilah dominansi (kekuasaan) dari tradisi dalam kehidupan sehari-hari manusia. Menjadi bangunan yang dominan karena setiap orang (dalam komunitas tertentu) akan mengacu pada tradisi in i bila ingin membuat bangunan yang paling terbaik dapat mewadahi kegiatan sehari-harinya. Tersirat bahwa arsitektur vernakular in i dibatasi o leh tempat (place) dan waktu (time), dimana tradisi in i menjadi terbaik untuk tempat tertentu dan pada waktu te rtentu. Bila terjadi perpindahan tempat, terjadi perkembangan jaman, maka bisa saja tradisi in i tidak lagi menjadi yang terbaik dan harus dilakukan perubahan. Karena itu dikatakan arsitektur vernakular dinamis karena akan berubah sesuai dengan kebutuhan ke giatan sehari-hari.
Gambar 1. Diagram komunitas arsitektur vernakular (Cromley, ed. 2005)
Disebutkan bahwa arsitektur vernakular merupakan arsitektur yang terjadi pada komunit as tertentu yang menentukan sendiri tradisinya pada tempat dan waktu tertentu. Komunitas disin i bila dikaitkan dengan ukurannya maka akan dapat dikelompokkan menjadi lokal, regional, nasional, internasional dan global. Pengelompokan komunit as ini untuk menunjukkan bahwa arsitektur vernakular terjadi mulai dari skala komunitas kecil sampai global. Tradisi yang terjadi juga menunjukkan pengaruhnya pada skala kecil sampai global, tergantung pada konsensus yang diikuti oleh masyarakat, semakin banyak maka skala komunitas akan semakin besar. Desain arsitektur vernakular tidak dilakukan dengan tidak sengaja tetapi merupakan hasil pemikiran yang mendalam tentang manusia; solusi terhadap permasalahan iklim, budaya, lingkungan, alam dan kebutuhan dasar yang menjadi sifat manusia. Bila dibandingkan desain arsitektur vernakular dengan arsitektur profesional saat ini, maka desain arsitektur vernakular merupakan replika dari karya-karya sebelumnya, dimana replika in i dibatasi oleh norma konvensional (sesuai konsensus masyarakatnya). Sedang arsitek profesional menggunakan referensi dari berbagai sumber sehingga tidak ada batasan untuk mendesain. Terlihat disin i bahwa arsitektur vernakular ada dibawah C 054 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Ami Arfianti
dominansi tradisi (norma konvensional). Arsitektur vernakular berbicara tentang ekspresi arsitektural dari tradisi dan hubungan komunitas, diatur oleh hirarki fungsi dan mengandung makna ritual dan guna. Setelah bangunan dikonstruksi, maka akan mengalami perubahan akibat respon dari perubahan kebutuhan manusia sesuai perkembangan jaman. Sehingga desain arsite ktur vernakular akan secara terus menerus-nerus berkelanjutan karena ketika manusia menghuni bangunan ini mereka akan melakukan respon (merubah, menghilangkan, mengadaptasi, membangkitkan kembali/revival atau mempertahankan) terhadap bangunan untuk memenuh i kebutuhannya. Arsitektur vernakular merupakan entit as yang selalu berubah dan bukan karya seni yang statis (tidak berubah sepanjang masa). Pembahasan Pengaruh Modernitas Pada Vernakularisme Bagaimanakah pengaruh modernitas terhadap arsitektur vernakular, bila d ikaitkan dengan pemahaman akan batasan vernakularisme yang cukup ketat terutama terh adap perkembangan dan perubahan? Hal ini dikarenakan aturan, norma, standar dan tradisi pada vernakularisme merupakan hasil konsensus yang dilakukan dalam tempo panjang dari generasi ke generasi dan melalui tahapan ‘trial and error’ berulang-ulang hingga didapatkan hasil yang dianggap paling mendekati sempurna. Sehingga bila terjadi perkembangan dan perubahan, konsensus harus dilakukan untuk membahas perkembangan dan perubahan ini. Tetapi bahkan arsitektur vernakularisme tidak dapat menghindar dari perkembangan dan perubahan ini. Karena it u dilakukan negosiasi antara yang regional dan global, antara yang lokalitas, dan antara batas yang abstrak. Negosiasi in i dapat membentuk sejarah moderen yang baru dan kompleks, dimana identitas lokal dan regional dibangun dalam konteks moderen, sehingga arsitektur vernakular moderen tidak kehilangan atau tetap dapat menjaga keaslian ruang-ruang yang terjadi. Konteks moderen mengindikasikan sesuatu yang baru, sedang vernakularisme mengindikasikan keberlanjutan budaya yang harus sesuai dengan aturan konsensus. Konsep moderen tidak bergantung pada ‘place’, waktu dan iklim. Konsep moderen bergantung pada universalisasi dan industrialisasi. Praktisi arsitektur bergeser melihat moderenit as sebagai langgam menjadi moderenitas sebagai ‘power of construction’. Sehingga bukan lagi ekspresi moderen yang terjadi tetapi rangkaian strategi untuk merancang ruang (bangunan) yang berbeda dari yang lain . Vernakular moderenisme dapat terjadi karena prinsip turunan dari kondisi moderen. Dimana vernakular disin i berarti mengarah pada hal yang tertentu atau partikular, atau perilaku tertentu terhadap ‘place’. Sedang moderenisme disini mengarah pada periode sejarah, yang merupakan disposisi mental yang umum. Sehingga moderenisme lebih menunjukkan waktu ketika hal ini terjadi dan bukan menunjukkan konsep atau gagasan dari arsitektur moderen. Sedang vernakular menunjukkan keunikan penyelesaian atau respon terhadap ‘place’ berdasarkan konsensus masyarakat dimana ‘place’ berada pada waktu ‘moderen’, dengan konsep ‘being at home’ atau ‘familiar with’ ( heimat ) (Umbach & Huppauf, ed., 2005), sehingga keberlanjutan budaya masih terasa walaupun dalam bingkai waktu moderen (saat ini). Konsep vernakular dalam moderenit as menjadikan rasa tidak asing dalam karya arsitekturnya, membawa memori atau kenangan (masa lampau) ke dalam moderenitas. Hal ini dilakukan untuk mengkoreksi universalisasi dari moderenitas. Praktek Arsitekt ur Vernakular Saat Ini Asquith dan Vellinga (2006) menyatakan bahwa konsep arsitektur vernakular belum sepenuhnya digunakan secara maksimal. Permasalahan-permasalahan arsitektur lokal tidak diselesaikan dengan Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | C 055
Arsitektur Vernakular: Penelusuran Pengaruh Tradisi atas Lingkung Bina
mengambil preseden dari arsitektur vernakular ini. Arsitek, perencana, perancang enggan untuk menjadikan arsitektur vernakular sebagai preseden. Padahal, pada abad 21 ini, dimana arsitektur vernakular sudah sering menjadi tema dari penelitian atau seminar, telah diketahui bahwa budaya dan tradisi bangunan vernakular selalu dinamis dan berubah. Dari sudut pandang akademis, dijelajahi pemahaman bagaimana tradisi vernakular merespon dan bereaksi terhadap perubahan ekologi, teknologi dan budaya. Penjelajahan tersebut akan memberikan pemahaman lebih akan kemampuan bangunan vernakular, diseluruh penjuru dunia dan pada saat-saat yang berbeda, menghadapi perubahan sehingga dilakukan penghilangan, adaptasi, penggunaan kembali atau mempertahankan tradisinya. Penjelajahan in i dapat memberikan gambaran bagaimana arsitektur vernakular berperan baik di masa lampau maupun masa depan untuk menciptakan lingkung bina yang layak dan berkelanjutan, sebagai preseden masa lampau untuk menghadapi masa depan. Studi tentang arsitektur vernakular ini selalu diwarnai oleh nostalgia, kenangan atau memori akan masa lampau, dimana karya in i dianggap sebagai suatu karya estetika yang fungsional. Setiap detil ekspresi dari arsitektur vernakular selalu bermakna, tidak hanya sekedar simbol abstrak tetapi mempunyai makna dan guna. Studi tentang arsitektur vernakular ini bertujuan sebagai sumber inspirasi untuk desain kontemporer. Dengan menggunakan studi tentang arsitektur vernakular dapat dilakukan kritik terhadap arsitektur kontemporer. Tujuan studi seperti inilah yang banyak terjadi pada lingkup akademis. Seharusnya studi tentang arsitektur vernakular bertujuan untuk mendalami penciptaan arsitektur vernakular sebagai referensi bangunan masa depan yang mampu menghadapi tantangan. Keengganan untuk menggunakan arsitektur vernakular sebagai referensi disebabkan, salah satunya, adalah penggunaan tradisi dalam arsitektur vernakular. Tradisi mempunyai keterbatasan, ‘place’ atau tempat yang berbeda akan menyebabkan tradisi yang berbeda, waktu yang berbeda akan menyebabkan tradisi yang berbeda, iklim yang berbeda akan menyebabkan tradisi yang berbeda. Sulit untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman arsitektur vernakular pada tempat, iklim dan waktu yang berbeda. Karena itu studi tentang arsitekt ur vernakular lebih kepada pendokumentasian sebelum karya vernakular tersebut hilang; dengan melakukan klasifikasi, penanggalan, merekam bentuk yang spesifik, material yang tersedia dan digunakan, denah, pola distribusi dan penyebaran, serta perubahan yang terjadi dalam konteks sejarah. Seakan arsitektur vernakular tersebut tidak mempunyai masa depan dan akan hilang. Studi tentang arsitektur vernakular pada saat ini, tidak menghiraukan ‘re -use, re-interpretation, adaptation’ dari karya vernakular tetapi lebih menganalisa konsumerisme, manufaktur warisan (heritage), deteritorialisasi dan revitalisasi etnik, yang ujung -ujungnya selalu berkaitan dengan pasar ekonomi (mudah menghasilkan uang), yang akan berdampak pada negosiasi identitas. Akan terjadi pergeseran identitas yang sudah tidak sesuai norma tradisi, dimana tradisi dilihat sebagai proses yang dinamis, walaupun seharusnya tradisi itu sangat bergantung pada identit as, berkembang secara bertahap (tidak instan) dan mengalami transformasi sepanjang waktu. Menyebabkan timbul keingintahuan akan arsitektur vernakular yang ‘asli’. Tradisi (pengetahuan dan pengalaman) yang digunakan arsitektur vernakular sebenarnya digunakan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, semakin berkurangnya sumber alam, migrasi mas al, dampak bencana alam dan peningkatan kebutuhan perumahan karena meningkatnya jumlah manusia. Tradisi disin i dilihat sebagai suatu proses kreatif dimana manusia menginterpretasi pengetahuan dan pengalaman masa lampau untuk menghadapi tantangan dan kebutu han masa depan. Bila karya vernakular merupakan karya terbaik yang dapat menghadapi tantangan dan memenuhi kebutuhan manusia mengapa tidak digunakan sebagai referensi untuk karya masa depan. C 056 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Ami Arfianti
Yang dibutuhkan adalah sudut pandang secara arsitektural yang men ggabungkan pengetahuan vernakular (yang sangat berharga) dengan pengetahuan moderen (yang juga sama berharganya). Sehingga memungkinkan terjadinya perkembangan karya arsitektur yang selain moderen dan kontemporer (kekinian dan tidak ketinggalan jaman), juga mempunyai karakter tradisi vernakular lokal yang sesuai dengan konteks budaya dan ekologi. Arsitektur Tradisional Dan Vernakular Tradisi ternyata sangat berkaitan dengan arsitektur Vernakular. Alsayyad (2014) menyimpulkan bahwa vernakular selalu berhubungan dengan keberlanjutan (tradisi) dan autentisitas. Alsayyad menekankan bahwa fokus dari vernakular adalah untuk mempertahankan 'enduring values'; nilainilai yang tetap bertahan disini dapat diartikan sebagai tradisi karena akan selalu dipergunakan terus menerus dan berulang-ulang dari generasi ke generasi. Tetapi apakah arsitektur Tradisional sama dengan arsitektur Vernakular? Untuk menjelaskan perbedaan antara tradisional dan vernakular, Alsayyad menambahkan sudut pandang ketiga untuk melihat bangunan-bangunan diluar 'grand-design', yaitu sudut pandang 'indigenous' atau arsitektur 'asli' atau spontan menurut istilah dari Rapoport (1988). Indigenous selalu berkaitan dengan 'place', sesuai dengan makna literal dari kata indigenous. Perbedaan antara vernakular dan indigenous adalah bila vernakular berkaitan dengan konsensus massa, maka indigenous lebih pada konsensus dari sekelompok orang (etnik, suku, dan seterusnya) yang berkaitan dengan 'place' dan menghasilkan bangunan dengan budaya sendiri (unik). Sehingga skala konsensus dari vernakular lebih luas dari indigenous. Kaitan vernakular dengan indigenous dapat dikelompokkan menjadi tiga: vernakular yang juga indigenous, vernakular yang tidak indigenous dan indigenous yang tidak vernakular. Arsitektur vernakular yang juga indigenous adalah bila arsitektur tersebut dibangun asli sesuai dengan tempatnya berada, dengan menggunakan material lokal dan dibangun berdasarkan konsensus dari komunitas dimana bangunan tersebut berada. Arsitektur vernakular yang tidak indigenous bila asal dari arsitektur tersebut bukan asli dari tempat dimana arsitektur tersebut didirikan, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan di tempat arsitektur tersebut berada sehingga keaslian tidak dipermasalahkan. Dan bentuk arsitektur vernakular ini kemudian diap likasikan oleh orang-orang (arsitek, tukang, penghuni) dari komunitas tersebut. Arsitektur yang indigenous tapi tidak vernakular bila arsitektur tersebut didirikan dengan material lokal d i suatu tempat tertentu tetapi komunit as yang membangun bukan penghuni asli tempat tersebut, yang datang membawa konsep arsitekturnya sendiri. Dari uraian diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa ada suatu konsep adaptasi dari arsitektur vernakular maupun arsitektur indigenous yang berkaitan dengan 'p lace'. Bila komunitas suatu tempat menggunakan bentuk yang bukan asli milik dan sudah disesuaikan dengan kebutuhan mereka maka sudah tidak disebut sebagai indigenous tetapi vernakular. Tetapi bila suatu komunit as yang bukan asli penghuni tempat tersebut me mbawa konsep arsitekturnya sendiri kemudian melakukan adaptasi dengan material lokal maka masih bisa dikatakan sebagai arsitektur indigenous. Dengan demikian apakah yang dimaksud dengan arsitektur tradisional? Dari logika pemahaman diatas maka d idapatkan pemahaman tentang arsitektur tradisional adalah bila arsitektur tersebut dibangun sesuai dengan konsep arsitektur asli oleh komunit as asli dengan material asli (atau mendekati asli) walaupun bisa tidak berada di tempat asli. Nilai-n ilai asli dari tradisi t etap
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | C 057
Arsitektur Vernakular: Penelusuran Pengaruh Tradisi atas Lingkung Bina
dipertahankan dalam arsitektur tradisional walaupun place sudah berubah. Makna place dalam arsitektur tradisional yang seperti ini adalah sebagai 'origin' ( asal). Kraton Yogyakarta: Arsitektur Tradisional atau Arsitektur Vernakular? Kraton Yogyakarta merupakan suatu bangunan dengan banyak massa atau plural. Sehingga ada berbagai tampilan bangunan yang bisa ditelusuri di dalam kompleks istana ini. Bila melihat place pada Kraton Yogyakarta maka berada di place asli atau origin. Dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I yang merupakan asli orang Yogyakarta. Untuk memenuhi kebutuhan dari keluarga istana pada khususnya sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan. Dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa pada umumnya sebagai simbol dari masyarakat Yogyakarta. Dari uraian ini maka terlihat secara awal bahwa Kraton Yogyakarta dapat digolongkan se bagai arsitektur indigenous. Tetapi apakah Kraton Yogyakarta merupakan arsitektur vernakular dan/atau tradisional? Di dalam pembahasan kasus ini dip ilih bangunan-bangunan yang penting saja, berdasarkan tingkat kesakralan bangunan (Purwani, 2001) untuk mengungkap keterkaitan Kraton Yogyakarta sebagai arsitektur tradisional dan/atau arsitektur vernakular. Dimana tingkat kesakralan ini menunjukkan keterkaitan dengan penggunaan bangunan oleh Sultan, raja dari Kraton Yogyakarta. Semakin sakral maka penggunaan bangunan semakin khusus diperuntukkan u ntuk raja. Bangunan-bangunan tersebut diantaranya adalah: Tabel 1. Pengaruh Eropa pada Kraton Yogyakarta Sumber: Purwani, 2001 Gambar
Bangunan
Deskripsi
1
2
3
4
5
Bangsal Pangrawit merupakan tempat sultan melantik patih.
Bangsal Pangrawit beratap susun dua dan pada bagian tengahnya terdapat tonjolan ke arah utara dan selatan yang dilengk api dengan tutup keong. Kolom kayu berpenampang persegi dengan um pak batu berbentuk padma dengan ornamen saton, praba dan kaligrafi.
Sakral
Asli
Asli
Asli
Asli
Bangsal Manguntur Takil Bangsal Manguntur Takil dan bangsal Witono berada di dalam tratag Sitihinggil.
Bangsal Manguntur Takil berbentuk limasan apitan, beratap limasan dengan disangga empat kolom. Atap dan plafon ber upa tumpangsari yang diukir dan diprada dengan hiasan berwarna merah dengan motif suluran.
Sakral
Asli
Asli
Asli
Asli
Bangsal Witono terletak di belakang bangsal Mangantur Takil
Bangsal Witono berbent uk tajug lambang gantung. Atap bersusun tiga disangga 36 kolom dengan 4 saka guru. Kolom kayu ber penampang persegi dengan umpak batu padma, dengan or namen mirong, praba, kaligrafi.
Sangat sakral
Asli
Asli
Asli
Asli
C 058 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Ami Arfianti Bangsal Sri Manganti merupakan tempat dimana sultan menerima tamu agung.
Bangsal Sri Manganti berbentuk jogl o lambang gantung dengan atap lei yang disangga 44 kolom, dimana empat diantaranya saka guru.Kolom kayu berpenampang persegi dengan umpak batu berbentuk padma, dan ornamen berbentuk wajikan pada tengah-tengah kolom.
Sakral
Asli
Asli
Asli
Asli
Bangsal Trajumas merupakan tempat untuk membunyikan gamelan sekaten sebelum dibawa ke Mesjid Besar.
Bangsal Trajumas berbentuk limasan trajumas lambang gantung, beratap limasan susun dua. Disangga 20 kolom dengan enam diantarany a merupaka n saka guru. Kolom kayu berpenampang persegi dengan umpak batu berbentuk padma, dengan ornamen wajikan di tenga htengah kolom.
Sakral
Asli
Asli
Asli
Asli
Bangsal Kencana berfungsi untuk menerima tamu kerajaan, tempat sembah bekti (upacara persembahan putra-putri sultan), dan tempat untuk menari bedaya.
Bangsal Kencana berbentuk jogl o mangkurat (susun tiga) dengan disangga 36 kol om, dimana empat diantarany a adalah saka gur u. Kolom kayu berpenampang persegi dengan umpak batu berbentuk padma, dengan ornamen mirong, kaligrafi dan praba.
Sangat sakral
Asli
Asli
Asli
Asli
Prabayeksa merupakan tempat tinggal sultan dan tempat pengambilan sumpah sultan baru.
Bangsal Prabayeksa berbentuk limasan lambang gantung dengan disangga 48 kolom dengan 8 saka guru. Kolom kayu berpenam pang persegi dengan umpak batu berbentuk padma. Tidak ada ornamen pada kolom bangunan ini.
Paling sakral
Asli
Asli
Asli
Asli
Keterangan: 1 = tingkat kesakralan; 2 = place; 3 = tradisi; 4 = material; 5 = komunitas
Kesimpulan Dari pembahasan diatas maka terlihat bahwa kraton Yogyakarta dapat digolongkan sebagai bangunan tradisional dan vernakular. Bangunan-bangunan sakral dalam kompleks Kraton Yogyakarta ini mengikuti tradisi bangunan tertentu, merupakan arsitektur tradisional. Dibangun sesuai dengan tradisi ber-arsitektur Yogyakarta, dengan material asli sesuai konsep bangunan Yogyakart a, dibangun oleh perancang, tukang dari komunitas masyarakat Yogyakarta sesuai perintah raja. W alaupun merupakan bangunan tradisional (karena tidak banyak mengalami perubahan sejak pertama dibangun), dengan tradisi bangunan tertentu yang diturunkan dari ge nerasi ke generasi, Kraton tetap dapat mewadahi kebutuhan dari sultan dan anggota keluarganya pada jaman sekarang. Mungkin karena tradisi ritual kehidupan sehari-hari juga tidak berubah banyak dari awal; d imana hal ini membutuhkan penelusuran lebih lanjut. Karena telah di-reuse, di-reinterpretation dan diadaptasi maka kraton Yogyakarta juga merupakan arsitektur vernakular. Re-use dari kraton Yogyakarta mudah untuk dilihat, dimana Kraton Yogyakarta awalnya dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I setelah terjadi konflik politik dalam dinasti Mataram sehingga terpecah menjadi dua, Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta sesuai dengan perjanjian Gianti tahun 1755 M (Abimanyu, 2014). Kraton Yogyakarta ini dibangun oleh Sultan Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | C 059
Arsitektur Vernakular: Penelusuran Pengaruh Tradisi atas Lingkung Bina
pertama dengan banyak gedung utama yang menonjolkan semangat kepahlawan yang berakar dari bagaimana Sultan mendirikan kerajaannya karena penaklukan. Carey (2012) menggambarkan sosok istana Yogya ini masih bersifat militer. Ada banyak tahapan-tahapan (hirarki) untuk memasuki kraton Yogyakarta ini. Sampai detik ini, kraton Yogyakarta masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan simbol dari kekuasaan sultan yang mengutamakan harmoni dalam masyarakat (Magnis-Suseno, 2001). Re-interpretation dilakukan dengan mengubah beberapa fungsi ban gunan menjadi fungsi pamer, karena ketertarikan masyarakat akan tradisi yang masih tetap terjaga pada kraton Yogyakarta ini. Sedang adaptasi sudah pasti terjadi karena jaman yang sudah berubah menyebabkan kebutuhan berubah, sehingga bangunan-bangunan ini pasti mengalami adaptasi seperti penggunaan teknologi moderen dan alat komunikasi. Bahkan the way of life (cara hidup) baik dari sultan dan anggota kerajaan serta abdi-dalem sudah pasti berubah tetapi kraton Yogyakarta tetap dapat mewadahinya. W alaupun skala komunitas dari bangunan vernakular ini lokal, dan bangunan kraton Yogyakarta berjumlah hanya satu, tetapi cara (way) berarsitektur dari kraton Yogyakarta ini menjadi tradisi dalam membangun rumah tinggal bagi masyarakat Yogyakarta (Ronald, 1 997; Saraswati, ed., 1999). Rumah-rumah masyarakat Jawa mengikuti tradisi bangunan dari kraton Yogyakarta walaupun skala dari rumah tersebut bervariasi tergantung pada tingkat sosial dari penghuni; mulai dari kelas masyarakat kebanyakan, pedagang, pegawai kerajaan hingga para bangsawan. Arsitektur vernakular menunjukkan keunikan penyelesaian atau respon terhadap ‘place’ berdasarkan konsensus masyarakat dimana ‘place’ berada pada waktu ‘moderen’, dengan konsep ‘being at home’ atau ‘familiar with’ ( heimat ). Dengan re-use, re-interpretasi dan adaptasi terhadap karya-karya preseden tradisional dan vernakular maka konsep familiar dan ‘being at home’ dapat menjadikan keberlanjutan tradisi. Menjadikan genius loci atau kejeniusan lokal (Norberg-schulz, 1976) dari tradisi berarsitektur sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Karena genius loci ini menunjukkan keunikan penyelesaian atau respon terhadap lingkungan. Daftar Pustaka Abimanyu, S. (2014). Babad Tanah Jawi. Penerbit Laksana, Yogyakarta. Alsayyad, N. (2014). The ‘Real’, the Hyper, and the Virtual Tradition in the Built Environment. Routledge, New York. Asquith, L. & Vellinga, M. (ed.). (2006). Vernacular Architecture in the Twenty-First Century: Theory, Education and Practice. Taylor and Francis. London and New York. Carey, P. (2011). Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855. Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta. Carter, T. & Cromley, E.C. (2005). Invitation to Vernacular Architecture: A Guide to the Study of Ordinary Buildings and Landscapes. The University of Tennessee Press, Knoxville. Magnis-Suseno, F. (2001). Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksaan Hidup Jawa. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Norberg-Schulz, C. (1976). Genius Loci: Toward Phenomenology of Architecture. Rizzoli International Publications, Inc. New York. Purwani, O. (2001). Identifikasi Elemen Arsitektur Eropa Pada Kraton Yogyakarta, unpublished, Program Pascasarjana, Program Stuid Arsitektur, Alur Perancangan dan Kritik Arsitektur, ITS, Surabaya Ronald, A. (1997). Ciri-ciri Karya Budaya Di Balik Tabir Keagungan Rumah Jawa. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Saraswati, T. ed. (1999). Transformasi Kraton Yogyakarta: Rumah Bangsawan Dalam Konteks Perubahan Kraton Yogyakarta. Lokakarya Nasional Pengajaran Sejarah Arsitektur 4. Akademi Teknik YKPN Yogyakarta, Lembaga Sejarah Arsitektur Indonesia , Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Umbach, M. & Huppauf, B. (ed.). (2005). Vernacular Modernism: Heimat, Globalization, and the Built Environment. Stanford University Press. Stanford, California C 060 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017