Arsitektur Interior Rumah Sakit Berdasarkan Evidence-based Design yang Mendukung Healing Environment Studi Kasus : RSCM Kencana, Jakarta Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, Dalhar Susanto 1.
2.
Interior Architecture, Department of Architectre, Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia Interior Architecture, Department of Architectre, Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak Sekarang ini, Rumah Sakit sudah mulai berevolusi dengan cara memberikan upaya penyelenggaraan kesehatan yang lebih baik, yaitu dengan memperbaiki dari segi fisik dan juga pelayanannya. Salah satu yang menjawab kebutuhan konsep rumah sakit saat ini ialah dengan mendesain berdasarkan konsep evidence-based design (EBD). Evidence-based design (EBD) ialah melakukan perancangan yang spesifik atas prinsip desain, yang telah dilakukan riset terlebih dahulu untuk meningkatkan aspek klinis dan kepuasan pasien dan juga staff terkait. Salah satu penerapan EBD pada rumah sakit ialah membantu menciptakan kualitas ruang yang aman, nyaman dan menyembuhkan (healing environment) bagi pasien, staf dan tenaga medis yang bekerja di rumah sakit. Sehingga tingkat kepuasan dan kesembuhan pasien meningkat dan tingkat stress staf dan tenaga medis yang bekerja menurun yang akan berdampak pada keefektifan kerja dan mengurangi tindakan medical eror terhadap pasien di rumah sakit.
Evidence-based Design Hospital : Interior Architecture that Promote Healing Environment Case Study : RSCM Kencana Jakarta Abstract Hospital Nowadays are also try to evolve to be a better hospital by providing a great hospital care and also built a better healthcare environment through physical aspect and constructions. One of the solution to answers that challenge is through doing evidence-based design concept. Evidence-based design is process of getting design decisions based on best evidence through a lot of research beforehand for enhancing safety and promote healing for better healthcare environment. Evidence-based design that adapted healing environment in hospital planning helps create an interior that reflects hospitality and create such a healing environment for patients, caregivers and also other users of hospital, so patients will have less stress and get well sooner while the staff will more active for doing their jobs and avoid doing medical errors to the patients in hospital. Keywords : Architecture, Interior, Evidence-based design, Hospital, Healing Environment
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014
Pendahuluan Ketika kita mendengar kata rumah sakit, khususnya di Indonesia, maka bayangan yang sering muncul di pikiran kita ialah sebuah tempat yang tidak nyaman bahkan menakutkan bagi sebagian orang. Belum lagi jika terpikirkan lorong yang panjang, bau obatobatan – yang sering dikatakan juga bau ‘rumah sakit’, dan nuansa serba putih yang seringkali menjadi citra rumah sakit bagi banyak orang. Arsitektur merupakan ilmu yang mengatur dan menciptakan ruang untuk manusia dan segala hal yang berkaitan didalamnya dengan tujuan untuk mengakomodasi aktivitasnya (Lawson, 2000). Melalui arsitektur inilah bagaimana arsitek merancang sebuah ruang dan mengolah kualitas ruang yang ada untuk menjawab perubahan citra Rumah Sakit menjadi lebih baik seperti mengoptimalkan kerja tenaga medis serta memaksimalkan kesembuhan pasien di Rumah Sakit. Seiring berjalannya waktu dan guna menjawab perubahan fungsi rumah sakit menjadi lebih baik dan manusiawi, terdapat pendekatan desain baru dimana merancang sebuah fasilitas kesehatan khususnya rumah sakit didasarkan pada Evidence-based Design (EBD). The Center for Health design (CHD) sebuah asosiasi kesehatan dan badan riset ilmiah desain fasilitas kesehatan Amerika yang mempelopori metode EBD ini. CHD mendefinisikan EBD sebagai sebuah proses dalam mengambil keputusan desain berdasarkan hasil penelitian/riset yang teruji kredibilitasnya untuk mencapai sebuah solusi desain yang terbaik (The Center for Health Design, 2008). Arsitektur rumah sakit berdasarkan EBD ini menciptakan sebuah lingkungan yang aman bagi pasien dan staff Rumah Sakit dan ruang-ruang yang ada pada rumah sakit dapat menjadi alat terapi kesembuhan bagi pasien dengan mendukung keterlibatan peran keluarga didalamnya. Bahwa proses desain pada EBD tidak hanya berasal dari riset, tetapi juga dari evaluasi projek terkait rumah sakit dan bukti dari kasus-kasus yang banyak terjadi di rumah sakit tersebut, sehingga hasil keputusan desain yang dirancang menjadi lebih spesifik dan berbeda dari tipologi rumah sakit yang ada pada umumnya. Di Indonesia, metode EBD ini belum banyak dikenal dan belum banyak dipelajari namun bagi dunia perumah sakitan dunia, EBD merupakan salah satu solusi dalam merancang rumah sakit yang ideal karena mencakup sistem pelayanan, manajemen rumah sakit, optimalisasi kerja staf dan tenaga medis rumah sakit serta memperhatikan keamanan dan kenyamanan pasien dari segi kesehatan dan kesembuhan pasien. Sehingga faktor Hospitality
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014
(keramahan) dan Healing environment pada rumah sakit dapat dicapai melalui metode EBD tersebut (Hamilton, 2009). Pokok bahasan masalah yang akan ditinjau pada skripsi ini ialah bagaimana metode evidence-based design (EBD) ini dapat menciptakan kualitas ruang interior yang juga menjadi alat terapi bagi kesembuhan dan kesehatan pasien (healing environment) di rumah sakit, guna mewujudkan rumah sakit yang lebih baik dari segi fisik maupun pelayanannya. Secara umum tujuan penulisan dari skripsi ini ialah mengetahui tentang evidencebased design (EBD) sebagai solusi dalam menghadirkan kualitas ruang yang dapat memaksimalkan fungsi Rumah Sakit sebagai alat terapi dan penciptaan lingkungan untuk kesembuhan dan kesehatan pasien (healing environment). Untuk melengkapi skripsi ini, penulis juga akan melakukan studi kasus dan menganalisa sejauh mana penerapan konsep EBD dilakukan pada Rumah Sakit di Indonesia.
Tinjauan Teoritis Sekarang ini, Rumah Sakit sebagai salah satu dari fasilitas kesehatan memiliki fungsi sebagai tempat penyelenggaraan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Untuk melaksanakan tugasnya, rumah sakit memiliki berbagai fungsi spesifik, yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pengembangan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta administrasi umum keuangan. (Charles, 2003). Riset yang dilakukan oleh British Medical Association menunjukkan bahwa melalui desain rumah sakit yang baik seharusnya dapat berdampak pada kecepatan tingkat kesembuhan (total recovery) saat pasien dirawat di rumah sakit. Terhubung dengan alam terbuka dan cahaya matahari alami dapat membantu mengurangi tingkat stress pasien, staff juga tenaga medis di rumah sakit, lalu adanya taman yang dapat dilihat melalui jendela dapat meningkatkan mood dan berdampak dalam mengurangi tekanan darah pasien, meminimalkan adanya koridor yang panjang di rumah sakit untuk mengurangi lelah para tenaga medis seperti perawat dan dokter yang harus berpindah dari unit satu ke unit yang lain (Newson, 2011). Rumah sakit saat ini lebih berfokus dalam menciptakan lingkungan yang menyembuhkan bagi pasien dan juga tenaga medis (healing environment) dengan pendekatan
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014
visual seperti dari skema warna yang berdampak positif bagi pasien dan juga pelayanan kesehatan yang lebih privat bagi pasien (Adams, 2008). Salah satu yang menjawab kebutuhan konsep rumah sakit saat ini ialah dengan metode evidence-based design (EBD) yang dipelopori oleh The Central for Health Design, asosiasi kesehatan dunia (2008) yang mengungkapkan bahwa metode EBD ini merupakan adaptasi dari inovasi pengobatan suatu penyakit yang dalam dunia medis dikenal dengan metode evidence-based medicine (EBM). Kirk Hamilton dan David Watkins, pakar desain fasilitas kesehatan (2009), menjelaskan definisi sederhana dari evidence-based design, yaitu sebagai hasil penerapan dari berbagai informasi terbaik untuk meningkatkan dan menghasilkan keputusan desain. Dalam pengertian yang lebih kompleks, Kirk Hamilton, juga menjelaskan bahwa Evidence-based design merupakan sebuah proses mendesain dalam penggunaan bukti (evidence) terbaru dan yang terbaik dari berbagai penelitian (researches) dan praktik yang ada, secara menyeluruh, eksplisit dan dilakukan dengan penilaian yang baik bersama dengan klien yang penuh informasi tentang desain proyek yang unik dan memilik ciri khas tersendiri (Hamilton & Watkins, 2009, p.9). Kata kunci dari evidence-based design (EBD) terletak pada proses pembuktian (evidence), proses design decisions dengan EBD dilakukan dengan cara membandingkan berbagai informasi seperti penelitian (researches) yang teruji kredibilitasnya dan juga praktik desain di lapangan, lalu desainer melakukan penelitian kembali untuk mencari bukti dengan melakukan analisa, dan penilaian sesuai guidelines, kesimpulan dari hasil penelitian kembali itulah yang menghasilkan bukti-bukti ilmiah (evidences) yang berkaitan dengan design outcomes yang diharapkan, dimana bukti-bukti (evidences) tersebut dijadikan dasar dalam mendesain. Yang spesifik dari evidence-based design ialah desainer melakukan penelitian dengan guidelines khusus/secara formal, lalu dibuktikan apakah bukti (evidence) yang didapat menunjang design outcomes yang diharapkan atau tidak, sehingga aplikasi ke dalam desain menjadi lebih tepat (Malkin, 2008). Pada proses EBD praktisi desain melakukan literatur review, menguji kembali suatu penelitian untuk mendapatkan bukti ilmiah, berbeda dengan book review, literature review bukanlah susunan daftar pustaka, dimana disusun berdasarkan abjad dan penulis membuat suatu kesimpulan dari isi buku atau artikel (Booth, Colomb, and Williams, 2008) melainkan memberikan penjelasan dan analisis dari apa yang dikerjakan atau isu yang dihadapi, tujuannya ialah untuk menyediakan kesimpulan dari suatu penelitian (pengetahuan yang
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014
sudah ada) terkait subjek tertentu untuk dilakukan investigasi lebih lanjut, mencari pembuktian (evidence). Tabel 1. Panduan Metode Evidence-based Design
Sumber : The Central for Health Design, EBD Guide 3. Telah diolah kembali oleh penulis
Lalu bagaimana peran EBD dalam menciptakan healing environment dalam rumah sakit ? Secara umum healing environment merupakan lingkungan untuk penyembuhan pikiran, jasmani dan rohani, dimana respect dan dignity menjadi satu kesatuan didalamnya. (Huelat, 2007). Tujuan dari healing environment pada lingkungan rumah sakit ialah untuk mengurangi tingkat stress dan masalah-masalah yang timbul akibat stress misalnya pada tenaga medis dan staf rumah sakit seperti tindakan medical errors, hilangnya konsentrasi dan kelelahan dalam bekerja (McCullogh, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya healing environment menurut J.Malkin, pakar fasilitas kesehatan, (1992, p.10) ialah kualitas udara, kontrol suara/akustik, suhu ruangan yang nyaman, privasi, pencahayaan, view of natures, visual serenity, dan visual stimulation. Dengan metode EBD ini kita sebagai arsitek maupun desainer dapat mengartikan faktor-faktor yang mendukung terbentuknya healing environment sebagai upaya untuk
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014
meminimalkan tingkat stress dan menciptakan kualitas ruang yang menyembuhkan. Terdapat 5 prinsip EBD dalam pembentukan kualitas ruang yang mendukung healing environment yaitu : 1. Menciptakan lingkungan yang berorientasi pada pasien dan family-care 2. Meningkatkan kualitas dan keamanan sebuah fasilitas kesehatan 3. Mendukung perawatan secara whole person dengan pendekatan kepada nature dan positive distraction (sesuatu yang mengalihkan pikiran pasien kearah yang lebih positif) 4. Menciptakan lingkungan kerja yang positif 5. Mendesain untuk kemungkinan pertumbuhan dan perubahan di masa depan (flexible design) (Malone, 2007) Selanjutnya ilustrasi lebih jelas ada pada salah satu riset ilmiah; A Review of the Research Literature on Evidence-Based Healthcare Design mengenai healing architecture (Ulrich, et al., 2008, p.53), dimana terdapat beberapa outcomes yang dibutuhkan oleh rumah sakit sekarang ini, sebagai berikut : 1. Mengurangi tingkat penyebaran infeksi dalam rumah sakit 2. Meminimalkan rasa sakit pada pasien 3. Meningkatkan kualitas tidur pasien 4. Mengurangi tingkat stres pada pasien 5. Mengurangi tingkat depresi pada pasien 6. Meningkatkan keamanan dalam privasi pasien 7. Meningkatkan tingkat komunikasi antar pasien dan keluarganya 8. Meningkatkan tingkat kepuasan pasien 9. Mengurangi tingkat cedera pasien 10. Mengurangi tingkat medical error 11. Mengurangi tingkat jatuh pasien 12. Mengurangi waktu inap pasien 13. Meningkatkan dukungan social 14. Mengurangi stres pada staf 15. Meningkatkan keefektifan kerja staf 16. Meningkatkan kepuasan staf
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014
Acuity-adaptbale Room
Desentralisasi
Zona Perawat
Kontrol Akustik
Zona Keluarga
Akses Pemandangan
Penchayaan Cukup
Akses Cahaya Alami
Strategi Desain & Faktor Healing Environment
Single-bed Room
Tabel 2. Kesimpulan dari hubungan faktor desain dan Healing Environment dengan healthcare outcomes
Ceiling Lifts
Carpeting
Kebutuhan Rumah Sakit Mengurangi tingkat penyebaran infeksi ** Mengurangi tingkat medical error * * * * Mengurangi tingkat jatuh pasien * * * * * * Meminimalkan rasa sakit * * ** * Meningkatkan kualitas tidur pasien ** * * * Mengurangi tingkat stres * * * ** * ** Mengurangi tingkat depresi ** ** * * Mengurangi waktu inap pasien * * * * Meningkatkan privasi pasien ** * * Meningkatkan tingkat komunikasi ** * * Meningkatkan dukungan sosial * * * Meningkatkan tingkat kepuasan pasien ** * * * * * * Mengurangi tingkat cedera staf ** * Mengurangi stres pada staf * * * * * Meningkatkan keefektifan kerja staf * * * * * * Meningkatkan kepuasan staf * * * * * * Menandakan terdapat hubungan antara strategi desain yang dilakukan dengan kebutuhan RS (Langsung maupun tidak langsung) menurut studi ilmiah yang ada ** Menandakan terdapat bukti yang kuat (strong evidence) antara strategi desain yang dilakukan akan berdampak pada peningkatan healthcare outcomes yang dibutuhkan RS Sumber :. Table 1 : Summary of the relationship between design factors and healthcare outcomes (Ulrich. Et al,. 2008, p.53) . Telah diolah kembali oleh penulis.
Roger Ulrich, professor pada bidang arsitektur fasilitas kesehatan dari Chalmers University of Technology yang juga merupakan pakar evidence-based design, telah melakukan sebuah research review atas keterkaitan antara 16 poin healthcare outcomes dari rumah sakit yang mendukung healing environment dengan beberapa stategi desain yang didapat dari berbagai studi bukti (evidence-based design), sebagai berikut : •
Single-bed room (memenuhi 12 dari 16 poin)
•
Akses pada cahaya alami (8 dari 16 poin)
•
Pencahayaan yang cukup (11 dari 16 poin)
•
Akses alam terbuka (7 dari 16 poin)
•
Kontrol akustik (10 dari 16 poin)
•
Zona keluarga (7 dari 16 poin)
•
Carpeting (3 dari 16 poin)
•
Ceiling lifts (1 dari 16 poin)
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014
•
Layout zona perawat (2 dari 16 poin)
•
Konsep desentaralisasi (1 dari 16 poin)
•
Acuity-adaptable room (5 dari 16 poin)
Metode Penelitian Pada skripsi ini penulis melakukan metode deskriptif, dimana penggunaan data sekunder yaitu berupa kajian literatur untuk landasan teori dan data primer yaitu melalui studi kasus pada bangunan fisik rumah sakit. Setelah itu penulis menganalisis data primer dikaitkan dengan data sekunder yang ada lalu ditarik sebuah kesimpulan.
DATA SEKUNDER
DATA PRIMER
Evidencebased design (EBD)
STUDI KASUS
Studi fisik: RSCM KENCANA JAKARTA
Definisi &Penerapan EBD ANALISIS
Metode EBD
EBD pada rumah sakit yang mendukung healing environment
Fasilitas medis Fasilitas non-medis Elemen healing environment
Penerapan EBD pada rumah sakit Unsur healing environment
KESIMPULAN
Dalam studi kasus ini, penulis akan melakukan pengamatan untuk menganalisa seberapa jauh konsep EBD yang diterapkan pada RSCM Kencana, meliputi aspek seperti aktivitas pengguna (user), program ruang serta elemen interior yang mendukung healing environment sesuai prinsip EBD pada RSCM Kencana.
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014
Hasil Penelitian Dalam studi kasus ini, penulis akan melakukan pengamatan untuk menganalisis seberapa jauh konsep EBD yang diterapkan pada RSCM Kencana, meliputi aspek seperti aktivitas pengguna (user), program ruang serta elemen interior yang mendukung healing environment sesuai prinsip EBD pada fasilitas medis dan fasilitas non-medis di RSCM Kencana.
FASILITAS MEDIS
Gambar 1.
Studi Kasus RSCM Kencana : Cluster Rawat Jalan
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014
Gambar 2.
Studi Kasus RSCM Kencana : Cluster Rawat Inap
FASILITAS NON-MEDIS
Gambar 3.
Studi Kasus RSCM Kencana : Fasilitas Penunjang
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014
ELEMEN HEALING ENVIRONMENT
Gambar 4.
Studi Kasus RSCM Kencana : elemen healing environment
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014
Pembahasan Pada studi kasus di RSCM Kencana, terdapat beberapa kasus yang menerapkan prinsip evidence-based design (EBD). Jika dihubungkan dengan alasan yang dikemukakan oleh McCullogh (2009, p.1) mengenai mengapa rumah sakit mulai menerapkan EBD dalam perancangannya untuk fasilitas kesehatan yang lebih baik, terdapat korelasinya, seperti anara lain : kebutuhan untuk memperbaharui fasilitas kesehatan, dimana RSCM berupaya membangun cluster yang dikhususkan untuk memperbaharui fasilitas dengan standar internasional yaitu dengan dibangunnya RSCM Kencana, menjawab pasar pelayanan kesehatan yang kompetitif dalam hal ini, RSCM Kencana berusaha unggul dalam persaingan dengan rumah sakit kelas dunia lainnya. Lalu permintaan konsumen atas privasi dengan pendekatan family-care, serta kebutuhan untuk meminimalkan pencegahan terhadap cedera dan penyebaran infeksi, sehingga lingkungan aman dan nyaman (Healing environment) terlihat dari rawat inap RSCM Kencana yang sangat eksklusif dengan one-patient room serta disediakan adanya family room bagi keluarga yang menjaga pasien, lalu meningkatkan kualitas udara dengan sistem ventilasi yang baik dimana pada RSCM Kencana menggunakan hepafilter pada AC sentral, untuk mencegah penyebaran infeksi, meningkatkan kerja staff dan tenaga medis serta pasien dapat mendapat akses kepada alam, cahaya alami maupun pemandangan alam untuk mengurangi stres pasien ketika dirawat serta menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi pengunjung rumah sakit, Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa RSCM Kencana sudah sedikit banyak melakukan prinsip evidence-based design dalam perancangannya.
Tabel 3. Kesimpulan hasil analisis konsep EBD pada RSCM Kencana
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014
Kesimpulan Rumah sakit hakikatnya ialah sebuah tempat penyelanggaraan upaya kesehatan, pasien memeriksakan kesehatannya berharap agar sembuh ketika sudah keluar dari rumah sakit. Namun kenyataannya banyak lingkungan rumah sakit justru tidak mendukung hal tersebut. Rumah sakit dapat menimbulkan efek negatif seperti stres, tidak hanya pada pasien namun juga keluarga pasien, dan juga staf yang bekerja. Efek negatif yang ditimbulkan anatara lain, dari sisi efek psikologis yaitu timbulnya rasa cemas, depresi, dan tidak nyaman, khususnya karena lingkungan yang tidak menyembuhkan yang berdampak lamanya waktu sembuh pasien, dan ketika staf dan tenaga medis yang letih dan stres akan berakibat pada medical eror terhadap pasien. Untuk desain lingkungan rumah sakit yang lebih baik, rumah sakit perlu meningkatkan kualitasnya dari segi physical design dan juga manajemen pelayanannya. Salah satu pendekatan desain untuk pembangunan rumah sakit yang lebih baik ialah dengan metode evidence-based design (EBD). Rumah sakit dengan EBD dapat meningkatkan keamanan pasien dengan mengurangi tingkat infeksi, cedera jatuh dan juga medical eror, meminimalkan faktor lingkungan yang membuat stress, mengurangi tingkat dperesi dan stres dengan menciptakan rumah sakit yang mendukung lingkungan yang menyembuhkan (healing environment) bagi pengguna rumah sakit. Dengan metode evidence-based design, kita sebagai seorang arsitek/desainer dapat merancang sebuah fasilitas kesehatan terutama rumah sakit dengan lebih baik dan teruji karena kita mendesain berdasarkan bukti terbaik (ilmiah) yang didapat dari berbagai penelitian yang memiliki kredibilitas tinggi, sehingga hasil keputusan desain yang dihasilkan baik bagi pengguna (user). Saran Tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan diskusi tentang evidencebased design (EBD) dan bagaimana EBD dapat dijadikan solusi untuk mewujudkan rumah sakit yang memiliki pendekatan keramahan dan penciptaan healing environment. Pada tulisan ini, terutama pada bahasan studi kasus, didasarkan pada pengamatan penulis berdasarkan data sekunder yang berasal dari kajian literatur dilengkapi dengan data primer yang didapat dari lapangan.
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014
Daftar Referensi Adams, A. (2008). Medicine by Design: The Architect and The Modern Hospital, 18931943. Minneapolis: University of Minnesota Press. Huelat, B. (2007). Healing Environments: What's the Proof ? VA: Medezyn Publishing. Hamilton, D., & Watkins, D. (2009). Evidence-based Design for Multiple Building Types. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Lawson, B., & Phiri, M. (2000, Januari). Room for Improvement. Health Service Journal (HJS) , 24-26. Malkin, J. (2008). A Visual Reference for Evidence-based design. CA: Center for Health Design. Malkin, J. (1992). Hospital Interior Architecture: Creating healing environment for special patient populations. New York: John Wiley. Malone, E. (2007). Implementing healthcare excellence: The vital role of the CEO in evidence-based design. HERD 2(3), pp. 7-21. McCullogh, C. (2009). Evidence-based Design for Healthcare Facilities. Indianapolis: Sigma Theta Tau International. Newson, W. (2011, Januari). The Psychological and Social Needs of Patients. Diakses Tanggal 10 April, 2014, from British Medical Association: http://www.willisnewson.co.uk/assets/files/Newsletters/BMA%20summary% 20report_short_final% 20version.pdf Siregar, C. (2003). Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC. The Center for Health Design. (2008). An Introduction to Evidence-based Design. EDAC Study Guide 1 . Ulrich, R., & et al. (2008). A Review of The Research Literature on Evidence-Based Design. Diakses Tanggal 10 April, 2014, from Health Design: http://www.healthdesign.org/chd/reasearch/review-research-literature-evidence-basedhealthcare-design
Arsitektur interior…, Siti Fitriyanti Wulandari Pakaya, FT UI, 2014