ARGUMEN DALAM BAHASA JERMAN DAN PERAN YANG DISANDANGNYA
Edy Hidayat Jurusan Sastra Jerman Fak. Sastra Universitas Negeri Malang
Abstract: Sentences consist of some constituents. The non predicative constituents of the sentences are called argument. Arguments in German are not only analyzed through their functions (subject, object etc.) but also through their roles, which is known as semantic role. The role of each argument in German sentences is different. It depends on the verbs. This article describes the variety of semantic roles of each argument, which are caused by the inherent meaning of the verb, so that the differences will be seen clearly even though the cases and the functions in the sentences are equal. Keywords: argument, role, verbs, German
Selama ini, kajian kalimat acapkali hanya ditinjau dari fungsi dan kategori. Fungsi sintaksis membahas subjek, objek, predikat dan sebagainya dalam suatu kalimat sedangkan kategori membahas kelas kata seperti verba, nomina, ajektiva, dan sebagainya. Sebuah kasus dalam bahasa Jerman dapat dengan mudah ditentukan fungsinya dalam kalimat dilihat dari bentuk artikelnya. Kasus nominati, misalnya, dapat dipastikan mempunyai fungsi subjek sedangkan kasus accusativ dan dativ berfungsi sebagai objek. Kajian tentang peserta/komponen kalimat apa saja yang harus hadir dalam sebuah kalimat dan hal-hal yang menuntut kehadiran peserta/komponen tersebut sangat jarang dibicarakan. Hal lain yang juga menarik untuk dibahas adalah peran, yaitu kajian semantis dari masing-masing argumen dalam kalimat. Bagaimanakah peran masingmasing argumen dalam bahasa Jerman? Apakah dapat dipastikan apabila kasusnya
sama maka perannya pun sama? Dalam artikel ini, dipaparkan bagaimana perilaku verba dan peran tiap argumen dalam bahasa Jerman. Peran, terjemahan dari role, memang lebih banyak berurusan dengan makna sehingga bahasan mengenai kedua tataran bahasa, yaitu sintaksis dan semantik tidak dipisah dalam tulisan ini. Dalam linguistik, argumen dipahami sebagai bagian kalimat yang mengisi tempat kosong yang terbuka yang disebabkan oleh predikat karena tuntutan valensinya. Argumen tersebut menyandang peran semantik (agens, patiens dan sebagainya). Istilah lain untuk argumen adalah Mitspieler, Aktant, Ergänzung, dan Partizipant (http://de.wikipedia.org/wiki/Argument/online). Sementara itu, menurut Kridalaksana (2001:17), argumen adalah nomina atau frasa nominal yang bersama-sama predikator membentuk proposisi. Dalam Bußmann (2002:93), dikatakan, in der Formalen Logik 31
32 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008
Terminus zur Bezeichnung der Leerstellen eines Prädikats bzw. einer Funktion. Je nachdem, wie viele Argumente ein Prädikat verlangt, bezeichnet man es als ein-, zweioder dreistellig . Argumen merupakan penanda tempat kosong yang disediakan oleh sebuah predikat. VERBA BAHASA JERMAN Verba dalam kalimat bahasa Jerman mempunyai peran yang penting. Komponen-komponen yang hadir dalam sebuah kalimat sangat tergantung pada verbanya. Menurut Gross (1988:84), verba merupakan pusat kalimat dan memerlukan pelengkap agar dapat membentuk sebuah kalimat. Drosdowski (1995:89) juga memberi definisi verba, yaitu kata yang mengungkapkan kegiatan, kejadian atau keadaan, seperti bauen membangun , fallen jatuh , regnen hujan , verblühen menjadi layu dan sebagainya. Sementara itu, Kridalaksana (2001: 76) berpendapat bahwa secara umum verba dapat diidentifikasikan dan dibedakan dari kelas kata lain karena ciri-ciri berikut ini: (1) kata kerja berfungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti dari predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain; (2) kata kerja mengandung makna dasar perbuatan (aksi) proses atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Helbig dan Buscha (2005:68) menggolongkan verba ditinjau dari beberapa aspek, yaitu semantis, sintaktis, dan morfologis. Aspek semantis terdiri atas Tätigkeitsverben, Vorgangsverben, dan Zustandsverben. Tätigkeitsverben (verba yang menyatakan aksi), yaitu verba yang subjek pelakunya (agen) melakukan perbuatan dan tindakan secara aktif, misalnya verba arbeiten bekerja , zerbrechen memecahkan dan sebaginya, Vorgangsverben (verba yang menyatakan proses), yaitu verba yang menunjukkan suatu perubahan, suatu proses yang dialami oleh subjek dan mengubah keadaan atau sifat subjek ter-
sebut, misalnya verba erfrieren membeku , verblühen menjadi layu , fallen jatuh , dan Zustandsverben (verba keadaan), yaitu verba yang menyatakan keadaan, eksistensi, sesuatu yang tetap dan subjeknya tidak berubah, misalnya sich befinden berada , liegen terletak , sein berada dan sebagainya. Aspek sintaktis verba dibedakan berdasarkan peran gramatikal dan hubungan subjek dan objek. Berdasarkan peran gramatikal, dibedakan atas empat hal. Pertama, Vollverben, verba yang dapat berdiri sendiri sebagai predikat, misalnya gehen pergi , machen melakukan dan sebagainya. Kedua, Hilfsverben, (verba bantu), yaitu verba yang membutuhkan verba lain, pada umumnya untuk menentukan kala. Dalam kalimat, verba itu tidak menyandang makna, misalnya verba haben, sein, werden dan sebagainya. Ketiga, Modalverben, yaitu verba yang kehadirannya menuntut kehadiran verba lain dalam bentuk infinitif, misalnya müssen harus , können dapat , dan sebagainya. Keempat, Funktionsverben, yaitu verba yang dalam pembentukannya membutuhkan Verbalsubstantiven, yaitu kata benda yang dibentuk dari kata kerja. Dalam kalimat, makna utama disandang oleh nominanya sedangkan Funktionsverben tidak menyandang makna, misalnya Entscheidung keputusan treffen bertemu menjadi mengambil keputusan . Sementara itu, berdasarkan hubungan subjek dan objek dibedakan atas dua hal. Pertama, Reflexive Verben, yaitu verba yang pronomina refleksifnya (sich, mich dsb.) berhubungan dengan subjek kalimat. Pronomina refleksif bersifat identik dengan subjek kalimat. Kedua, Reziproke Verben, yaitu verba yang menandakan adanya hubungan timbal balik antara subjek dengan objek (biasanya verba ini diikuti oleh pronomina seperti sich, mich dsb.) Aspek hubungan morfologis verba terdiri atas tiga kategori. Pertama, verba asal (ursprüngliche Verben), misalnya verba
Hidayat, Argumen dalam Bahasa Jerman dan Peran yang Disandangnya 33
fallen jatuh , fahren pergi , dan sebagainya. Kedua, verba yang dibentuk melalui proses pengalihan dari kata lain (abgeleitete Verben), misalnya arbeiten (Arbeit), hausen (Haus), dan sebagainya. Ketiga, verba yang dibentuk melalui penambahan kata lain (zusammengesetzte Verben), misalnya teilnehmen, haushalten, radfahren, dan sebagainya. Vollverb dan Kopulaverb menuntut kehadiran komponen-komponen kalimat tertentu. Perilaku verba seperti itu oleh Tesniere (dalam Pittner dan Bergman, 2001: 143) disebut valensi, yaitu verba membuka tempat-tempat kosong yang dapat diisi oleh komponen kalimat tertentu. Komponen-komponen kalimat yang mengisi posisi valensi sebuah verba tersebut mempunyai fungsi sebagai pelengkap (Ergänzung) dari sebuah verba. Pelengkap (Ergänzung) vs Keterangan (Angabe) Sering kali pemahaman tentang istilah pelengkap atau Ergänzung tertukar dengan istilah keterangan Angabe, bahkan ada yang menganggap keduanya sama. Sebenarnya, kedua istilah tersebut merupakan dua hal yang berbeda. Dalam tataran sintaksis, pelengkap berfungsi melengkapi kalimat. Bila dalam suatu kalimat (yang membutuhkan pelengkap) tidak terdapat pelengkap, kalimat tersebut belum lengkap. Oleh karena itu, kalimat tersebut menjadi tidak berterima, sedangkan keterangan merupakan informasi tambahan yang bila dihilangkan tidak menjadikan sebuah kalimat salah secara gramatikal. Kridalaksana (2001:114) Ergänzungen E0 Nominativ-E E1 Akkusativ-E. E2 Genitiv-E E3 Dativ-E E4 Präpositiv-E E5 Situativ-E E6 Direktiv-E
Beispiele Ich schlafe. Ich sehe ihn Ich gedenke seiner. Ich danke ihr. Ich denke an dich. Ich wohne hier. Ich fahre dorthin.
mengemukakan bahwa pelengkap (juga disebut komplemen) adalah kata atau frasa yang secara gramatikal melengkapi kata atau frasa lain dengan menjadi subordinat padanya. Adapun keterangan, masih menurut Kridalaksana (2001:107), adalah kata atau kelompok kata yang dipakai untuk meluaskan atau membatasi makna subjek atau predikat dalam klausa. Untuk lebih jelasnya kita lihat kalimat berikut. Wir wollen dir zum Geburtstag ein Fahrrad schenken. Kami ingin menghadiahimu sebuah sepeda pada hari ulang tahunmu .
Pada kalimat tersebut, dir dan ein Fahrrad merupakan Ergänzung. Untuk mengujinya, bila kedua kata/frasa tersebut dilesapkan menjadi Wir wollen zum Geburtstag schenken, kalimat tersebut menjadi tidak berterima. Sedangkan frasa zum Geburtstag merupakan Angabe, yang bila dilesapkan tidak akan mengaburkan makna kalimat tersebut. Häussermann (1992:194) secara jelas memaparkan perbedaan antara pelengkap dan keterangan. Pelengkap tergantung pada verba, hampir selalu obligatoris, dan maknanya mengacu pada verba. Adapun keterangan kehadirannya tidak tergantung pada verba, selalu fakultatif, dan maknanya mencakup keseluruhan kalimat. Verba menyediakan tempat-tempat kosong yang dapat diisi oleh pelengkap. Gross (1988:90) mengklasifikasi pelengkap ke dalam 10 jenis E(rgänzung), yaitu E0-E9. Keterangan lebih lanjut mengenai E0-E9 adalah sebagai berikut.
Traditionalgram. Sub. (subjek) Akk.obj (objek akusatif) Gen.obj.(objek genitif) Dat.obj. (objek datif) Präp.obj.(objek berpreposisi) Adv. Best. (ket. Situatif) Adv. Best. (ket. Direktif)
34 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008
E7 Subsumtiv-E E8 Qualitativ-E E9 Verbativ-E
Ich bin Lehrer. Ich bin krank. Ich lasse bitten.
Senada dengan pandangan Gross, Helbig dan Buscha (2005:28) menjelaskan bahwa pelengkap yang diperlukan kata kerja untuk dapat membentuk sebuah kalimat yang utuh bermacam-macam. Kata kerja memerlukan sejumlah pelengkap yang berbeda-beda agar kata kerja tersebut dapat merealisasikan maknanya dan sebuah kalimat akan terbentuk dengan utuh. Valensi Sintaksis Verba Bahasa Jerman Menurut Tesniere (1959), Istilah valensi pada awalnya berasal dari istilah kimia yang menggambarkan bagaimana kemungkinan penggabungan bahan-bahan tertentu dengan bahan-bahan lain (dalam Pittner 2001). Salah satu dari inti pemikirannya antara lain adalah bahwa subjek merupakan pelengkap verba. Sementara itu, menurut Bußmann (2002:727), valensi adalah perilaku sebuah leksem (misalnya verba, ajektiva, atau nomina) untuk membentuk lingkungan sintaksisnya dan menyediakan tempat untuk konstituen lain yang dibutuhkan kalimat yang berhubungan dengan ciri gramatikalnya. Valensi menyediakan tempat untuk diisi oleh peserta kalimat. Jumlah dan jenis peserta yang dibutuhkan tergantung pada perilaku verbanya. Peserta-peserta kalimat tersebut disebut Aktanten, Ergänzungen, Mitspieler, atau Argumente. Pittner dan Bergman (2001;44) mengemukakan bahwa verba-verba dapat digolongkan menurut kemungkinan adanya satu, dua, tiga, atau empat peserta nominal, yang dikenal dengan istilah valensi . Untuk lebih jelasnya, kita lihat kalimat berikut, yang penandaan pelengkapnya menggunakan klasifikasi Ergänzung (E0-E9) dari Gross seperti yang telah dipaparkan di atas. Pertama, verba bervalensi nol (0-wertige Verben)
Präd. Nomen (pel. Predikat) Prädikativum (pel. Predikat) Inf. konstr. (konstruksi infinitif) 1) 2)
Es regnet. (hari) hujan Es donnert. petir
Witterungsverben seperti regnen, schneien, donnern, dan sebagainya sebenarnya tidak membutuhkan subjek, dalam hal ini agen, dan oleh karena itu digolongkan ke dalam verba bervalensi 0. Akan tetapi, karena tuntutan gramatikal bahwa sebuah kalimat paling tidak memiliki sebuah subjek dan predikat, muncullah pronomina es yang berfungsi sebagai subjek. Kedua, verba bervalensi satu (1-wertige Verben), 3)
4)
Hans schläft. Hans tidur . Die Blume blüht auf. Bunga itu mekar .
Verba-verba seperti schlafen, tidur , niesen, bersin aufblühen mekar dan sebagainya membutuhkan satu pelengkap, yaitu subjek. Hans dan die Blume (E0) pada kalimat 3) dan 4) merupakan subjek yang menjadi pelengkap verba schlafen dan aufblühen. Verba-verba tersebut tidak membutuhkan objek dan oleh karena itu digolongkan ke dalam verba bervalensi 1. Ketiga, Verba bervalensi dua (2-wertige Verben) 5)
Er trinkt ein Glas Wein. Ia meminum segelas anggur . 6) Sein Erfolg beruht auf harter Arbeit. Keberhasilannya adalah karena kerja kerasnya
Verba-verba seperti trinken, minum beruhen berlandaskan dan sebagainya seperti pada kalimat 5) dan 6) di atas membutuhkan 2 pelengkap, yaitu subjek er dan sein Erfolg (E0) serta objek ein Glas Wein (E1) dan auf harter Arbeit (E4). Pelengkappelengkap tersebut muncul karena tuntutan verba trinken dan beruhen sehingga digolongkan ke dalam verba bervalensi 2.
Hidayat, Argumen dalam Bahasa Jerman dan Peran yang Disandangnya 35
Keempat, verba bervalensi tiga (3-wertige Verben) 7)
Das Mädchen gibt dem Verkäufer das Geld. Gadis itu memberikan uang kepada pen-jual . 8) Sie sagte ihm die Wahrheit. Ia mengatakan kepadanya yang sebenarnya . 9) Hans stellt das Bier in den Kuhlschrank. Hans menyimpan bir itu di dalam lemari es .
Verba-verba seperti geben, memberi , sagen, mengatakan , dan stellen menyimpan pada kalimat 7), 8), dan 9) di atas membutuhkan 3 pelengkap. Verba geben dan sagen menuntut kehadiran subjek das Mädchen dan sie (E0), objek dem Verkäufer dan ihm (E3), serta das Geld dan die Wahrheit (E1). Sementara verba stellen pada 9) tidak membutuhkan objek (E3). Karena perilakunya yang berbeda, verba tersebut hanya membutuhkan kehadiran subjek Hans (E0), objek das Bier (E1) dan in den Kuhschrank (E6) yang menyatakan arah/direktiv. Kelima, verba bervalensi empat (4-wertige Verben) 10)
Die Mutter bringt dem Jungen das Frühstück ans Bett. Ibu membawakan anaknya sarapan ke tempat tidur . 11) Die Firma lieferte dem Kunden das Paket ins Haus. Firma itu mengirimi pelanggan-nya paket ke rumah .
Verba-verba seperti bringen membawa , liefern mengirim dan sebagainya membutuhkan dua pelengkap, yaitu subjek die Mutterr dan die Firma (E0), objek dem Jungen dan dem Kunden (E3) serta das Frühstück dan das Paket (E1), dan Adverbial Bestimmung ans Bett dan ins Haus (E6). Pelengkap E6 muncul karena makna inheren verba bringen dan liefern menuntut kehadiran Direktiv Ergänzung. Pada umumnya, setiap verba dapat dipastikan mempunyai valensi tertentu. Namun demikian ada pula verba bahasa Jerman yang mempunyai beberapa valensi
(http://de.wikipedia.org/wiki/Satzsemantik/ online). Verba reden berbicara , misalnya, dapat digolongkan ke dalam verba bervalensi satu, dua, dan tiga. reden1 (einwertig): Sie redet. (E0) ia berbicara reden2 (zweiwertig): Er redet Unsinn. (E0+E1 : Redeinhalt) ia berbicara tanpa arti reden3 (zweiwertig): Sie redete mit Charme. (E0+E4:Redeweise) ia berbicara dengan menawan reden4 (zweiwertig): Er redet mit allen. (E0+E4: Angeredeter) ia berbicara dengan semua orang . reden5 (zweiwertig): Sie redete über Literatur. (E0+E4: Redethema) ia berbicara tentang literatur reden6 (dreiwertig): Er redete mit jedem über Gott und die Welt. (E0+E4+E4) ia berbicara dengan setiap orang tentang ketuhanan dan dunia .
Dari beberapa contoh tersebut, dapat dipa-hami bahwa valensi merupakan kapasitas sebuah verba menuntut kehadiran kom-po-nen tertentu dalam sebuah kalimat. Lebih konkretnya adalah bagaimana verba mem-butuhkan pelengkap-pelengkap tertentu dalam kalimat. Tiap verba menuntut kehadiran pelengkap-pelengkap tertentu agar terben-tuk sebuah kalimat yang utuh. Jenis dan jumlah pelengkapnya tergantung pada peri-laku verbanya. Valensi sintaksis secara umum dapat dipahami bahwa sebuah verba bukan hanya menyediakan sejumlah tempat kosong tertentu, melainkan juga menetapkan argumenargumen dengan peran semantis tertentu. Pada verba seperti essen makan misalnya, peran kedua argumennya jelas berbeda. Subjek yang mengacu pada argumen aktif disebut agens, sementara objek akusatif
36 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008
menunjukkan argumen pasif, yang merupakan objek dari tindakan tersebut disebut patiens. Peran Semantis Verba Bahasa Jerman Sebelum berbicara mengenai peran, ada baiknya kita pahami dulu tentang istilah semantik. Menurut Verhaar (1999:386) semantik berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti. Adapun Kridalaksana (2001:193) mengemukakan bahwa semantik adalah sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu makna. Menurut Kridalaksana (2001: 168), peran adalah hubungan antara predikator dengan sebuah nomina dalam proposisi sedangkan Verhaar (1999,167) berpendapat bahwa pe-ran merupakan segi semantis dari peserta-peserta verba. Sebelum membahas peran masing-masing argumen dalam kalimat, kita lihat lebih dahulu contoh sederhana berikut: (12) Der Kommissar verhaftete den Polizisten. Komisaris menangkap polisi . (Täter (pelaku): der Kommissar, Erleider (penderita): der Polizist) (13) Der Polizist verhaftete den Kommissar. Polisi menangkap komisaris . (Täter (pelaku): der Polizist, Erleider (penderita): der Kommissar)
Dalam tata bahasa tradisional, kita mengenal istilah pelaku dan penderita. Der Kommis-sar pada (12) merupakan pelaku (Täter) karena berfungsi sebagai subjek sementara den Polizisten adalah objek penderita (Erleidiger), sedangkan kalimat (13) merupakan kebalikannya. Pelaku dan penderita seperti pada contoh tersebut adalah yang kita pahami sebagai peran semantis. Berikut kita periksa peran semantis masing-masing argumen dalam kalimat bahasa Jerman.
Agens Agens adalah yang melakukan tindakan atau yang menyebabkan perubahan keadaan/peristiwa (Verursacher eines Gesehens) yang kita kenal dengan istilah pelaku . (14) Hans liest. Hans membaca . (15) Eva arbeitet zu viel. Eva bekerja terlalu keras .
Hans dan Eva pada kalimat (14) dan (15) merupakan argumen yang berperan sebagai Agens karena melakukan tindakan. Patiens (atau theme ) Patiens adalah peran argumen yang dikenai perlakuan atau yang digerakkan atau yang mengalami perubahan keadaan, yang dikenal dengan penderita . (16) Peter öffnet die Tür. ka pintu (17) Karla näht ein Kleid. sebuah baju
Peter membuKarla menjahit
Pada kalimat (16) dan (17) yang mempunyai peran Patiens adalah die Tür pintu dan ein Kleid sebuah baju karena dikenai perlakuan yang dilakukan Agens, yaitu Peter dan Karla. Rezipient Rezipient adalah menerima tindakan.
sesuatu
yang
(18) Eva schickt dem Otto eine Mail. Eva mengirimi Otto sepucuk surat . (19) Peter schenkte seiner Freundin ein Auto. Peter menghadiahi pacarnya sebuah mobil .
Dem Otto dan seiner Freundin pada pada kalimat (18) dan (19) mempunyai peran Rezipient kerena menerima tindakan Eva dan Peter yang disebabkan oleh verba schicken mengirim dan schenken menghadiahi .
Hidayat, Argumen dalam Bahasa Jerman dan Peran yang Disandangnya 37
Experiencer Experiencer atau pengalaman adalah yang mengalami proses mental atau emosional dari suatu tindakan (Träger eines mentalen oder emotionalen Prozesses).
(24) Suppe isst man mit dem Löffel. Sup dimakan dengan menggunakan sendok .
Dalam kalimat (24) dem Löffel sendok jelas menyatakan alat yang digunakan untuk makan.
(20) Eva hasst Spinnen. Eva membenci labalaba . (21) Dem Theaterbesucher gefällt die Aufführung. Pengunjung teater menyukai pertunjukan itu .
Benefaktiv (Benefizient).
Eva dan dem Theaterbesucher pada kalimat (20) dan (21) merupakan Experiencer. Verba hassen membenci membuat Eva melibatkan emosinya sehingga Eva menyandang peran Experiencer, begitu pula dengan dem Theaterbesucher yang disebabkan oleh verba gefallen menyukai . Sesuatu yang memengaruhinya menyandang peran Stimulus. Karena verba hassen dan gefallen, subjek pada kedua kalimat tersebut bukan merupakan agens.
(25) Sie öffnet ihm die Tür. Ia (pr) membukakan pintu untuknya (lk) .
Stimulus
(26) Toba See liegt in Nord-Sumatra. Danau Toba terletak di Sumatera Utara . (27) Frau Weber wohnt in Hamburg. Nyonya Weber tinggal di Hamburg .
Stimulus merupakan penyebab timbulnya perasaan mental dan emosional yang dirasakan oleh Experiencer/pengalam (Auslöser eines solchen Prozesses). (22) Klatschgeschichten interessieren Katrin. Gosip menarik perhatian Katrin (23) Den Zuschauern gefiel die Aufführung. Penonton menyukai pertunjukan itu .
Klatschgeschichten dan die Aufführung pada (22) dan (23) merupakan stimulus. Kedua argumen tersebut merangsang timbulnya perasaan emosi Katrin dan den Zuschauern karena pengaruh verba interessieren menarik (perhatian) dan gefallen menyukai . Instrument Instrument adalah peran yang menyatakan alat yang digunakan untuk melakukan suatu tindakan (das Mittel, mit dem eine Aktivität ausgeführt wird).
Benefaktiv adalah orang yang menikmati hasil perbuatan (Nutznießer einer Handlung), seperti pada kalimat berikut.
Pada kalimat (25) ihm merupakan benefizient karena karena ia menikmati perlakuan verba öffnen membuka yang dilakukan orang (sie) untuknya. Lokation (Position eines Dinges). Lokation adalah peran yang menyatakan letak sesuatu, seperti yang ditunjukkan oleh kalimat berikut.
Frasa in Nord-Sumatra dan in Hamburg pada kalimat (24) dan (25) merupakan lokation karena menyatakan makna tempat. Lokation sangat erat hubungannya dengan makna yang dikandung oleh verba seperti liegen terletak dan wohnen tinggal yang menuntut kehadiran argumen yang menyatakan tempat. Source Source adalah peran yang menyatakan sumber dari mana sesuatu berasal. (Ausgangpunkt). (28) Valentino Rossi kommt aus Italien. Valentino Rossi berasal dari Italia
Argumen aus Italien pada kalimat (28) merupakan source yang menyatakan tempat asal subjek, dalam hal ini Valentino Rossi.
38 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008
Argumen tersebut muncul karena tuntutan verba kommen berasal . Verba lain yang menuntut kehadiran argumen yang menyatakan asal seperti ini antara lain adalah stammen berasal . Path dan Goal Dalam kalimat (29) berikut terlihat perbedaan antara peran Path (Weg) dan Goal (Ziel einer Bewegung). (29) Er geht zum Markt durch den Park. Ia pergi ke pasar melalui taman .
Path adalah peran yang menyatakan jalan atau jejak seperti durch den Park melalui taman pada kalimat (29). Sedangkan zum Markt pasar merupakan goal, yang menunjukkan tujuan (arah) dari suatu gerakan/tindakan. Possessor Possessor adalah peran yang menyatakan pemilik (Der Besitzer einer Entität) seperti terlihat pada kalimat berikut. (30) Hans hat einen Hund. `Hans mempunyai seekor anjing .
Hans pada (30) merupakan subjek kalimat dan menyandang peran possessor. Argumen lain yang harus hadir karena adanya verba haben adalah einen Hund. Peran itu tidak terlepas dari verba yang mempunyai makna milik seperti haben dan gehören. Extent Extent adalah peran yang menyatakan jangka waktu seperti viele Jahrzehnte atau luasnya tempat/jarak, seperti sieben Kilometer. (31) Er lief zwei Kilometer. Ia berjalan sejauh dua kilo meter . (32) Das Seminar dauerte vier Stunden. Seminar itu berlangsung selama empat jam .
Zwei Kilometer dua kilometer pada (31) menunjukkan jarak dan vier Stunden empat
jam pada (32) menyatakan jangka waktu yang disebabkan oleh verba laufen berjalan dan dauern berlangsung . Oleh karena itu kedua argumen tersebut menyandang peran Extent. Dari paparan tersebut, dapat dipahami bahwa peran semantis adalah makna argumen yang ditimbulkan oleh verba sehingga makna itu berakar pada verba. Agar lebih jelas, berikut dipaparkan beberapa contoh kalimat yang mengandung berbagai argumen dengan peran-peran yang telah dibahas, yaitu Agens (AG), Patiens (PAT), Instrument (INST), Experiencer (EXP), Recipient (REC), Benefaktiv (BEN), Lokation (LOC), Source (SOURCE), Path (PATH), Goal (GOAL), Possesor (POSS), dan Extent (EXT). (33) Die Hitze (AG) schmolz das Wachs (PAT). Panas melelehkan lilin itu . (34) Die Leute (AG) lachten. Orang-orang tertawa . (35) Das Wachs (PAT) schmolz. Lilin meleleh .
Kalimat (33), dan (34), subjeknya jelas mempunyai peran AG karena subjeknya melakukan sebuah tindakan dan objeknya adalah PAT karena dikenai perlakuan AG. Bandingkan (33) dan (35), das Wachs tetap mempunyai peran yang sama, yakni PAT meskipun fungsinya berbeda. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh der Baum pada (36) dan (37). (36) Der Baum (PAT) fiel. Pohon itu tumbang . (37) Er (AG) fällte den Baum (PAT) mit diesem Schweizer Offiziersmesser (INST). ia memotong pohon itu dengan pisau Swiss (38) Karl (EXP) liebt Kautabak. (STIM) Karl menyukai tembakau kunyah . (39) Karl (AG) beobachtete Eva. (PAT) Karl mengamati Eva .
Kalimat (38) dan (39) sama-sama terdiri atas kasus nominatif dan akusatif, tetapi menggunakan verba yang berbeda sehingga argumennya menyandang peran yang berbeda. Subjek pada (38) bukan AG,
Hidayat, Argumen dalam Bahasa Jerman dan Peran yang Disandangnya 39
melainkan EXP karena verba lieben melibatkan perasaan emosi subjek sehingga objeknya mempunyai peran STIM, sedangkan Karl pada (39) merupakan AG karena verba beobachten.
(49) Der Baum (PAT) wurde von dem Förster (AG) gefällt. pohon itu ditebang oleh penjaga hutan .
(40) Hans (AG) schenkte dem Hund (REC) einen Knochen (PAT). Hans menghadiahi anjing itu sepotong tulang . (41) Hans (AG) schoß dem Hund (BEN) eine Wildgans (PAT). Hans menembak seekor angsa liar untuk anjing itu . (42) Anna (AG) vermachte ihr Geld (PAT) dem Institut für Sprachwissenschaft (REC). Anna mewariskan uangnya kepada Institut Ilmu Bahasa .
Dari paparan tersebut terlihat jelas bahwa argumen hadir karena tuntutan verba. Tiap verba menuntut kehadiran argumen tertentu agar terbentuk sebuah kalimat yang utuh. Jenis dan jumlah argumennya tergantung pada perilaku verbanya. Valensi sintaksis secara umum dapat dipahami bahwa sebuah verba tidak hanya menyediakan sejumlah tempat kosong tertentu, melainkan juga menetapkan argumen-argumen dengan peran semantis tertentu. Tidak semua subjek menyandang peran sebagai agens, begitu pula dengan objek, tidak selalu menyandang peran patiens. Meskipun sama-sama mem-punyai fungsi sebagai objek datif atau aku-satif, perannya sangat mungkin berbeda. Nomina atau frasa nominal yang menya-takan tempat tidak selalu berperan lokatif, tetapi juga dapat berperan sebagai goal, source atau path. Subjek pada konstruksi kalimat pasif mempunyai peran patiens karena dikenai perlakuan dan frasa nomina dengan von mempunyai peran agens (als der Täter). Perbedaan peran tersebut, meskipun mempunyai fungsi dan kasus yang sama, dipengaruhi oleh makna inheren verba.
(43) Sie (AG) tat es für Peter (BEN).
Objek datif pada (40) adalah REC karena menerima perlakuan AG, tetapi datif pada (41) bukan merupakan REC, melainkan BEN karena diuntungkan oleh perlakuan AG. Adapun BEN pada (43) cukup jelas . (44) Madagaskar (AG) liegt im indischen Ozean (LOC). Madagaskar terletak di Lautan India . (45) Vasco da Gama (AG) fuhr von Portugal (SOURCE) um die afrikanische Küste (PATH) nach Indien (GOAL). Vasco da Gama berangkat dari Portugal mengelilingi pesisir Afrika menuju ke India .
Nomina dan frasa nominal Madagaskar, im indischen Ozean, von Portugal, um die afrikanische Küste dan nach Indien samasama menyatakan tempat, tetapi perannya dapat berupa AG, LOC, SOURCE, PATH atau GOAL. Hal ini juga disebabkan oleh verba dan preposisi yang diikuti oleh nomina tersebut. Bandingkan juga peran argumen dalam kalimat berikut, yang cukup jelas perbedaannya. (46) Bernhard (POSS) hat einen Hund (PAT). Bernhard mempunyai seekor anjing . (47) Das Buch (PAT) gehört mir. (POSS) Buku itu milik saya . (48) Lola (AG) rannte sieben Kilometer (EXT). Lola berlari sejauh tujuh kilo meter .
PENUTUP
DAFTAR RUJUKAN Bußmann, Hadumod. 2002. Lexikon der Sprachwissenschaft. Stuttgart: Kröner Verlag. Droswdowski, Günter. 1995. Grammatik der deutschen Gegenwartsprache.Duden Band 4. Mannheim: Duden Verlag. Gross, Harro. 1988. Einführung in die germanistische Linguistik. München: Iudicium Verlag.
40 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008
Häussermann, Ulrich. 1992. Grundgrammatik Deutsch. Frankfurt am Main: Verlag Moritz Diesterweg. Helbig, Gerald & Joachim Buscha. 2005. Deutsche Grammatik. Berlin: Langenscheidt. http://de.wikipedia.org/wiki/Satzsemantik/o n line. (diakses tanggal 27.11.2007) http://de.wikipedia.org/wiki/Argument/on line. (diakses tanggal 2.12.2007)
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Pittner, Karin & Judith Bergman. 2001 Deutsche Syntax, Tübingen: Gunter Narr Verlag. Verhaar, J.W.M. 1999. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.