Analisis Kontrastif Idiom Yang Menggunakan Kata Zunge und Mund Dalam Bahasa Jerman dan Bahasa Indonesia ABSTRAK Salah satu hambatan pembelajar dalam mempelajari bahasa Jerman adalah memahami ungkapan-ungkapan idiomatik, hal itu muncul karena adanya perbedaan bahasa dan budaya. Ungkapan idiomatik merupakan unsur bahasa yang memiliki aturan tersendiri yang ditekankan dari segi makna atau segi semantiknya. Makna itu sendiri telah baku dan telah disepakati oleh pemakai bahasa tersebut. Idiom terkadang menjadi suatu kendala bagi pembelajar bahasa asing karena tidak semua idiom bahasa asing memiliki makna yang sama dengan bahasa ibu. Untuk memahami idiom bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia adalah dengan mencari padanannya, bukan langsung menerjemahkannya. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk menganalisis persamaan dan perbedaan idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari padanan idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia dengan menelaah makna semantiknya. Dalam penelitian ini digunakan metode tertium comparations. Tertium comparations adalah sebuah metode untuk mencari suatu padanan atas dasar hubungan konsep semantik. Metode ini terutama digunakan pada idiom bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung maupun kemiripan konsep semantik dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa antara bahasa Jerman dan bahasa Indonesia terdapat persamaan dan perbedaan dalam idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund. Idiom-idiom tersebut terbagi ke dalam empat kelompok. Kelompok pertama adalah idiom bahasa Jerman yang memiliki padanan langsung dengan idiom dalam bahasa Indonesia. Idiom yang masuk ke dalam kelompok ini berjumlah 4 idiom untuk kata Zunge dan 5 idiom untuk kata Mund. Kelompok kedua adalah idiom yang tidak memiliki padanan langsung tetapi memiliki kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia. Idiom yang termasuk ke dalam kelompok ini sebanyak 15 idiom untuk kata Zunge dan 10 idiom untuk kata Mund. Kelompok ketiga adalah idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang memiliki kemiripan idiom dan kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia. Idiom yang masuk ke dalam kelompok ini sebanyak 2 untuk kata Zunge dan 3 untuk kata Mund. Kelompok keempat adalah idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung dan tidak memiliki kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia. Idiom yang masuk ke dalam kelompok ini sebanyak 11 untuk kata Zunge dan 16 untuk kata Mund. Berkaitan dengan hasil penelitian ini, pembelajar disarankan untuk lebih banyak membaca buku-buku ungkapan dari kedua bahasa tersebut dan menggunakan ungkapan tersebut dalam percakapan sehari-hari, agar ungkapan tersebut tidak lagi menjadi hal yang asing ataupun sulit bagi pemeblajar bahasa Jerman. Kata Kunci: Idiom, Kata Zunge und Mund. Kategori, Fungsi, Semantik
Pendahuluan Seiring dengan berkembangnya hubungan antarnegara saat ini, manusia dituntut untuk dapat ikut bersaing dan berpartisipasi dalam dunia internasional. Salah satu modal utama yang harus dimiliki adalah penguasaan bahasa asing. Pengajaran bahasa asing baik di sekolah maupun perguruan tinggi adalah salah satu upaya untuk menunjang kebutuhan masyarakat masa kini. Salah satu bahasa asing yang dipelajari adalah bahasa Jerman. Dalam mempelajari bahasa Jerman, pembelajar masih mempunyai persoalan dan hambatan. Salah satu hambatan tersebut adalah memahami ungkapan-ungkapan idiomatik, hal itu muncul karena adanya perbedaan bahasa dan budaya. Bahasa berhubungan erat dengan budaya karena bahasa adalah identitas sebuah bangsa. Pembelajar menemukan kesulitan di dalam pembelajaran ungkapan dalam bahasa Jerman dikarenakan mereka terbiasa menerjemahkan langsung bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia. Padahal, hal tersebut dapat mengubah makna yang sebenarnya atau bisa dikatakan makna semantiknya. Kurangnya pengetahuan mengenai contoh-contoh idiom dalam bahasa Jerman, dan kurangnya pengetahuan mengenai arti semantik contoh-contoh idiom tersebut menjadi salah satu faktor pembelajar langsung menerjemahkan idiom-idiom dalam bahasa Jerman, sehingga ketika idiom disisipkan dalam sebuah kalimat, idiom tersebut menjadi berbeda maknanya. Seseorang dapat mengungkapkan perihal atau keadaan dengan idiom dalam bahasa ibunya dengan baik, namun tidak dalam bahasa asing. Ketika seseorang menerjemahkan langsung ke dalam bahasa asing, maka maknanya berubah karena perbedaan budaya dan bahasa sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman. Untuk memberi gambaran jelas bagaimanakah idiom yang menggunakan organ tubuh lidah dan mulut tersebut, di bawah ini dicantumkan berbagai contoh berikut:
•
Akibat berlidah dua, Pak Raden tidak dipercaya lagi oleh warga sebagai ketua desa untuk periode selanjutnya.
Idiom berlidah dua dalam kalimat di atas memiliki arti perkataan seseorang yang perkataannya tidak tetap, di satu tempat mengatakan seperti ini, di tempat lain mengatakan hal yang berbeda. Idiom berlidah dua tidak dapat diterjemahkan menjadi zwei Zungen, karena kata tersebut tidak terdapat dalam idiom bahasa Jerman. Salah satu cara untuk menghindari kesulitan itu adalah dengan cara melakukan analisis perbandingan. Permasalahan mengenai idiom yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata Zunge und Mund seperti di atas adalah permasalahan utama yang diangkat sebagai topik dalam penelitian ini.
Landasan Teori Idiom adalah hubungan tetap kata-kata yang maknanya tidak dapat diambil dari makna tiap-tiap unsur kata-kata tersebut, sama halnya seperti yang dikemukakan Brockhaus (1985: 379)“Idiom ist feste Wortererbindung, deren Bedeutung sich nicht aus der Bedeutung ihrer einzelnen Bestandteile ergibt”. Sesuai dengan judul tulisan ini, penulis memilih idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund karena memiliki beberapa alasan : •
Secara kontrastif, idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam
bahasa Jerman dan bahasa Indonesia, memaparkan mengenai dua anggota tubuh yang berbeda dan berbeda pula kegunaannya. Kontrastif sendiri diartikan sebagai perbedaan antara dua hal. Analisis kontrastif dilakukan untuk menguraikan perbedaan atau pertentangan dua hal yang memiliki tujuan untuk memperoleh pengertian berbagai makna scara tepat. Pada penelitian ini ditekankan pada makna semantiknya. •
Secara kuantitatif, jumlah idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah idiom bagian tubuh lainnya. Sehingga, bisa dikaji banding karena terdapat banyak contoh idiom yang tersedia.
Chaer (2002: 74) membagi idiom ke dalam dua bentuk berdasarkan makna yang timbul dari unsur-unsur pembentuknya yaitu, idiom penuh dan idiom sebagian. 1. Idiom penuh Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Setiap unsur kata sudah kehilangan makna leksikalnya dan hanya memiliki makna dari keseluruhan bentuk tersebut. Contoh idiom penuh dalam bahasa Indonesia : a.
Berlidah ular = tak jujur, suka menipu Makna leksikal dari lidah ialah salah satu anggota tubuh yang digunakan
untuk mengecap, menjilat dan berkata-kata, sedangkan ular merupakan binatang melata. b.
Asin mulutnya = Selalu terbukti kebenaran perkataannya. Makna leksikal dari asin ialah berasa garam, sedangkan mulut ialah salah satu
anggota tubuh yang digunakan untuk memasukan makanan dan berbicara. Kata-kata di atas telah hilang makna leksikalnya. Kata berlidah dan ular, asin dan mulutnya frase-frase tersebut memiliki makna baru jika unsur-unsur katanya digabungkan.
2. Idiom sebagian Idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya sendiri. Contoh idiom sebagian dalam bahasa Indonesia: a.
Memeliharakan lidah = Menjaga kata-kata yang akan diucapkan. Makna leksikal dari memelihara adalah menjaga dan merawat baik-baik,
sedangkan lidah ialah salah satu anggota tubuh yang digunakan untuk mengecap, menjilat dan berkata-kata. b.
Pembasuh mulut = Buah- buahan. Makna leksikal dari pembasuh adalah alat untuk membasuh, sedangkan mulut
ialah salah satu anggota tubuh yang digunakan untuk memasukan makanan dan
berbicara. Dilihat dari kategorinya, Soedjito ( dalam Hayati, 2010: 10) idiom bahasa Indonesia dibagi ke dalam tujuh jenis, yaitu: 1.
Idiom dengan bagian tubuh Idiom dengan bagian tubuh adalah bentuk-bentuk idiom yang salah satu unsur
atau kata pembentuknya memakai kata-kata yang menunjukkan bagian-bagian tubuh manusia, seperti kata “hati” pada idiom hati kecil, kata “darah” pada idiom menghisap darah, kata “tangan” pada idiom panjang tangan, dan kata “kepala” pada idiom kepala batu.
2.
Idiom dengan kata indera Idiom dengan kata indera menunjukan jenis idiom yang salah satu kata
pembentuknya merupakan kata-kata yang dapat dirasakan oleh pancaindera, seperti kata “dingin” pada idiom bertangan dingin, dan “panas” pada idiom uang panas. 3.
Idiom dengan nama warna Idiom dengan nama warna adalah jenis idiom yang salah satu unsurnya
menggunakan kata yang menunjukkan warna, seperti kata “merah”, pada idiom merah telinga, dan kata “putih” pada idiom hitam di atas putih. 4.
Idiom dengan nama benda-benda alam Idiom dengan nama benda-benda alam, yaitu jenis idiom yang salah satu
unsurnya memakai nama benda-benda alam, seperti kata”bumi” pada idiom bumi langit, dan dibumihanguskan. 5.
Idiom dengan nama binatang Idiom dengan nama binatang menunjukkan jenis-jenis idiom yang salah satu
unsurnya memakai nama binatang, seperti kata “kambing” pada idiom kambing hitam dan kelas kambing. 6.
Idiom dengan bagian tumbuh-tumbuhan Idiom dengan bagian tumbuh-tumbuhan, yaitu jenis idiom yang salah satu
unsurnya menggunakan kata yang menunjukkan bagian tumbuhan, seperti kata
“daun” pada idiom daun muka,dan kata “bunga” pada idiom bunga rampai.
7.
Idiom dengan kata bilangan Idiom dengan kata bilangan berarti jenis idiom yang salah satu unsurnya
menggunakan kata bilangan, seperti idiom berbadan dua, dan idiom mendua hati.
Sayangnya referensi pembagian idiom dalam bahasa Jerman sangat minim, sehingga tidak diperoleh referensi yang cukup memadai, namun dalam kamus idiom karya Friedrich yaitu Moderne Deutsche Idiomatik, telah diklasifikasikan idiom idiom dalam berbagai jenis. Jenis-jenis idiom yang telah diklasifikasikan tersebut adalah: 1.
Antike
16. Personen und Vӧlkernamen
2.
Buchstaben
17. Pflanzen
3.
Erde, Elemente, Natur
18.Rechtsprechung und Gerichtswesen
4.
Familie
19. Reise und Verkehr
5.
Farben
20. Religion
6.
Fischerei und Jagd
21. Ritter, Soldaten, Krieg
7.
Gesundheit, Krankenheit, Tod
22. Schiffahrt
8.
Handwerk
23. Schule und Wissenschaft
9.
Haus und Wohnungseinrichtung
24. Spiel und Sport
10.
Kleidung
25. Tiere
11.
Der menscliche Kӧrper
26. Wetter
12.
Kunst, Musik, Theater
27. Wirtschaft und Handel
13.
Landwirtschaft
28. Zahlen und Mathematik
14.
Nahrung und Gerichte
29. Zeit
15.
Orts- und Ländernamen
30. Allgemeine Ausdrücke
Analisis Kontrastif Moeliono (dalam Trifani, 2011: 14) memaparkan pengertian analisis kontrastif secara lebih lengkap yaitu, “analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan, sedangkan kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau pertentangan dua hal. Dalam penelitia ini perbedaan atau pertentangan yang akan dianalisis adalah bahasa Indonesia dan bahasa Jerman. Adapun cara untuk melakukan perbandingan kedua bahasa tersebut yang dikemukakan oleh Hufesein dan Neuner (2007: 28), yaitu: Um zwei Sprachen miteinander vergleichen zu können, muss man sie auf ihre Ähnlichkeit (Äquivalenz) hin überprüfen, und zwar geht es nicht um die oberflächliche Ähnlichkeit, sondern um die semantische Gleichheit. Menurut pendapat tersebut, cara untuk melakukan perbandingan dua bahasa harus terlebih dahulu menguji kemiripan bahasa tersebut, tidak hanya kemiripan sepintas saja melainkan juga kemiripan semantik (makna). Analisis Kontrastif muncul karena adanya kesulitan pembelajar dalam mempelajari bahasa kedua (B2). Analisis Kontrastif hanya menganalisis dua bahasa dengan cara membandingkan bahasa kedua dengan bahasa pertama. Hasil perbandingan unsur kebahasaan yang berbeda tersebut membantu pengajar bahasa untuk memperkirakan kealahan yang mungkin dilakukan pembelajar sehingga dapat membantu dalam pembelajaran bahasa kedua (B2). Selain memiliki objek, analisi kontrastif juga memiliki tujuan. Pateda (1989: 20) mengemukakan tujuan analisis kontrastif, diantaranya adalah: •
Menganalisis perbedaan antara B1 (bahasa ibu) dengan B2 (bahasa asing yang sedang dipelajari) agar pengajaran bahasa berhasil baik.
•
Menganalisis perbedaan antara B1 dengan B2 agar kesalahan berbahasa siswa dapat diramalkan dan pengaruh B1 itu dapat diperbaiki.
•
Hasil analisis digunakan untuk mengetahui keterampilan berbahasa siswa.
•
Membantu siswa untuk menyadari kesalahannya dalan berbahasa sehingga siswa dapat menguasai bahasa yang sedang dipelajarinya dalam waktu yang tidak terlalu lama. •
Langkah-Langkah Analisis Kontrastif
Terdapat empat langkah prosedur kerja dalam analisis kontrastif, yakni membandingkan kesulitan belajar B1 dan B2, kesalahan berbahasa, menyusun bahan, dan memilih cara penyajian. Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut diharapkan pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing lebih efektif dan kesulitan yang dihadapi dapat teratasi. Keempat langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Langkah pertama, guru membandingkan struktur bahasa pertama dan kedua yang akan dipelajari oleh siswa. Melalui perbandingan itu dapat diidentifikasikan perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Langkah Kedua, adalah memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa. Perkiraan diperoleh dari hasil perbandingan struktur kedua bahasa tersebut. Perbedaan struktur bahasa pertama dan kedua beserta kesulitan belajar yang ditimbulkannya diyakini sebagai sumber dan penyebab kesalahan berbahasa yang sering dibuat oleh siswa dalam mempelajari bahasa. Langkah ketiga, perbedaan struktur beserta kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa ini dipakai sebagai dasar untuk menentukan pemilihan, pengurutan, dan penekanan bahan pengajaran bahasa kedua. Langkah keempat, berkaitan dengan pemilihan cara-cara penyajian bahan pengajaran. Siswa yang mempelajari bahasa kedua sudah mempunyai kebiasaan tertentu dalam menggunakan bahasa ibunya. Kebiasaan tersebut harus diatasi agar tidak mengintervensi dalam penggunaan bahasa kedua. Semantik Semantik merupakan cabang linguistik yang mempelajari arti atau makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan
makna yang satu dengan yang lain. Chaer (2002: 59), membagi makna kata dalam enam jenis, yaitu: a.
Makna Leksikal dan Makna Gramatikal Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Misalnya kata tikus makna leksikalnya adalah binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, reduplikasi dan kompisisi. Proses afiksasi awalan terpada kata angkat dalam kalimat ‘batu seberat itu terangkat juga oleh adik’ memiliki makna ‘dapat’ dan dalam kalimat ‘ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas’ memiliki makna gramatikal ‘tidak sengaja’.
b.
Makna Referensial dan Makna Nonreferensial Perbedaan makna referensial dan nonreferensial dilihat dari ada atau tidaknya referen dari kata-kata itu. Jika kata-kata itu memiliki referen, yakni sesuatu diluar bahasa yang menjadi acuan kata tersebut, maka kata tersebut memiliki makna referensial. Jika kata tersebut tidak memiliki referen, maka kata itu disebut kata yang bermakna nonreferensial. Kata meja dan kursi termasuk kata yang memiliki makna referensial karena memiliki referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga.sebaliknya kata karena dan tetapi tidak memiliki referen. Jadi kata karena dan tetapi termasuk kata yang memiliki makna nonreferensial.
c.
Makna Denotatif dan Makna Konotatif Perbedaan makna Denotatif dan Konotatif didasarkan pada ada atau tidaknya nilai rasa pada sebuah kata. Sebuah kata disebut memiliki makna konotatif apabila kata tersebut memiliki nilai rasa, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa, maka dikatakan tidak memliki konotasi atau disebut juga konotasi netral.
Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial karena makna denotatif ini sering didefinisikan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. d.
Makna Kata dan Makna Istilah Makna kata akan menjadi jelas jika digunakan dalam suatu kalimat. Jika lepas dari konteks kalimat makna kata tersebut akan menjadi umum. Misalnya kata air. Apa yang dimaksud dengan air itu? Apakah air yang berada di sumur, di gelas atau di bak mandi? Kemungkinan-kemungkinan itu bisa terjadi karena kata air itu lepas dari konteks kalimatnya. Berbeda dengan makna kata, makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Tanpa konteks kalimatnya pun makna istilah itu sudah pasti. Misalnya kata tahanan. Sebagai kata, makna kata tahanan masih bersifat umum, tetapi sebagai istilah, misalnya dalam bidang hukum makna tahanan itu sudah pasti, yaitu orang yang ditahan karena suatu perkara.
e.
Makna Konseptual dan Makna Asosiatif Perbedaan Makna Konseptual dan Makna Asosiatif dapat dilihat dari ada atau tidaknya hubungan makna sebuah kata dengan makna kata lain. Makna Konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsep dan referennya. Sedangkan makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata yang berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan makna ‘suci’; kata merah berasosiasi dengan makna ‘berani’. Karena makna asosiasi berhubungan dengan nilai rasa bahasa, maka makna asosiatif termasuk juga ke dalam makna konotatif.
f.
Makna idiomatikal dan Makna Perbiahasa Idiom adalah satuan-satuan bahasa yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Sedangkan makna idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa
yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Analisis Semantik Analisis semantik adalah proses setelah melewati proses scanning dan parsing. Pada tahap ini dilakukan pengecekan pada struktur akhir yang telah diperoleh dan diperiksa kesesuaiannya dengan komponen program yang ada. Fungsi dari analisis semantik adalah untuk menentukan makna dari serangkaian instruksi yang terdapat dalam program sumber. Analisis semantik berperan dalam memeriksa kesalahan-kesalahan yang bersifat semantik.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Idiom bahasa Jerman yang akan dianalisis diambil dari Moderne Deutsche Idiomatik
karya Wolf Friedrich yang diterbikan oleh Hueber dan Buku
Redewendungen, Wӧrterbuch der Deutschen Idiomatik Duden karya Günther Drosdowski. Dalam buku Moderne Deutsche Idiomatik terdapat 54 buah idiom yang menggunakan kata Zunge dan terdapat 48 buah idiom yang menggunakan kata Mund. Idiom bahasa Indonesia diambil dari buku Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Dalam buku Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia terdapat 46 idiom menggunakan kata lidah dan 42 idiom menggunakan kata mulut. Idiom-idiom bahasa Jerman yang telah terkumpul dikelompokkan ke dalam empat kategori menurut tingkat kesebandingannya kemudian disisipkan dalam sebuah kalimat. Idiom-idiom bahasa Jerman yang memiliki padanan langsung dalam idiom Bahasa Indonesia dimasukkan ke dalam tabel I. Idiom-idiom bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung tetapi memiliki kesamaan makna semantik dengan bahasa Indonesia terdapat pada tabel II. Idiom bahasa Jerman yang terdapat pada tabel II ini kemudian akan dicari padanan dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan metode Tertium Comparations. Idiom-idiom bahasa Jerman yang mirip dan mempunyai kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia dimasukkan ke dalam tabel III. Idiom-idiom bahasa Jerman yang menggunakan kata lidah dan mulut yang tidak memiliki padanan langsung dan tidak memiliki kesamaan semantik dengan idiom bahasa Indonesia tergolong ke dalam tabel IV. Idiom-idiom bahasa Jerman tersebut kemudian akan disisipkan dalam sebuah kalimat agar jelas dalam penggunaannya. Tabel idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang memiliki padanan langsung dalam bahasa Indonesia Zunge No.
Idiom Bahasa Jerman
Idiom Bahasa Indonesia
Makna Semantik
1
Zunge hüten
Pandai-pandailah memeliharakan lidah jika kita berbicara dengan orang.
Menjaga kata-kata yang akan diucapkan.
Sangat berat lidahku menyampaikan hal itu kepada orang tuaku.
Sukar berbicara
Du redest gern und viel. Ich rate dir! Hüte die Zunge! 2
schwere Zunge haben Er meint es durchaus ehrlich, er hat nur eine schwere Zunge.
3
4
mit zwei Zungen Sie verrät bestimmt nichts. Sie spricht mit zwei Zungen.
Ibu tidak tahu kabar mana Perkataannya tidak yang benar, karena si tetap( di sini penyampai pesan berlidah dua. mengatakan begini, di tempat lain mengatakan lain pula).
Beredte Zunge haben
Walaupun masih kecil, sangat
Fasih, lancar
Sie ist 5 Jahre alt aber schon hat beredte Zunge.
petah lidah anak itu.
berbicara
Mund No.
Idiom Bahasa Jerman
1.
Ein ungewaschener Mund -Sehr schade, sie ist hübsch aber hat ein ungewaschener Mund.
2.
Den Mund aufreiβen - Ich kann nicht Paula vertrauen, sie hat den mund aufreiβen.
3.
Reinen Mund halten -Sie ist zuverlässig, sie wird über alls reinen Mund halten.
4.
Von Mund zu Mund gehen - Die saftgisten Witze warden wohl kaum je gedruckt, sondern gehen von Mund zu Mund. Den Mund aufmachen -Er weiβ eine ganze Menge, aber er macht im Unterricht fast nie den Mund auf.
5.
Idiom Bahasa Indonesia Pak Rudi seorang guru, namun ia bermulut kotor, pantas saja tidak ada murid yang mematuhinya. Aku muak mendengar perkataan Om Rio karena ia besar mulut. Ibu bilang padaku bahwa aku harus dapat menjadi seorang yang menahan mulut. Berita hilangnya anak itu cepat menyebar dari mulut ke mulut. Dia tidak dapat buka mulut lagi setelah diberi nasihat oleh ibunya.
Makna Semantik Kata yang keluar dari mulutnya tak sedap didengar.
Sombong, pembual.
Menjaga rahasia
Buah mulut, pembicaraan yang cepat menyebar. Berbicara, mengatak sesuatu.
Tabel di atas menunjukkan adanya suatu persamaan antara idiom bahasa Jerman dengan idiom bahasa Indonesia. Tidak hanya dari idiomnya saja, tetapi juga dari makna semntiknya. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa meskipun bahasa Indoneisa dan bahasa Jerman bukan bahasa serumpun, namun tidak menutup kemungkinan adanya kesamaan dari segi bahasa apabila diterjemahkan secara langsung.
Tabel idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung tetapi memiliki kesamaan makna semantik dalam bahasa Indonesia Zunge No. 1
2 3 4
Idiom Bahasa Jerman Eine lose Zunge besitzen
Idiom Bahasa Indonesia
Makna Semantik
Panjang lidah
Sich nicht an der Zunge ziehen lassen falsche Zunge haben freche Zunge haben
Berlidah ular
Suka menyampaikan rahasia orang kepada orang lain Suka menipu
Memutar lidah Kata-katanya pedas
Berdusta, berbohong Apa yang dikatakannya sangat menyakiti hati
Mund No. 1
2 3 4
Idiom Bahasa Jerman j-m nach dem Munde reden
Idiom Bahasa Indonesia
Makna Semantik
Mulutnya yang manis
Der Mund steht ihr nicht still In aller Leute Munde sein ihr Mundwerk steht nicht still
Si bacar mulut
Bujukannya, perkataany yang orang ingin dengar, manis perkataan Orang yang banyak cakap Pembicaraan, pergunjingan Banyak cakap
Buah mulut Banyak mulut
Berdasarkan tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa antara idiom bahasa Jerman dengan idiom bahasa Indonesia memiliki kesamaan makna semantik meskipun idiomnya berbeda.
Tabel idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang memiliki kemiripan dan kesamaan makna semantik dalam bahasa Indonesia Zunge No. 1 2
Idiom Bahasa Jerman auf der Zunge haben j-m die Zunge lähmen
Idiom Bahasa Indonesia
Makna Semantik
Ujung lidahku Terkalang lidah
Hampir terucapkan Tidak dapat berkata apa-apa
Mund No. 1 2 3
Idiom Bahasa Jerman Ein freches Mundwerk haben Den Mund zu voll nehmen ein grobes Mundwerk haben
Idiom Bahasa Indonesia
Makna Semantik
Mulutnya tajam
Perkataan yang kasar Sombong, pembual
Besar mulut Bermulut bisa
Suka mengatakan kata-kata yang menyakitkan, katakatanya pedas
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hanya terdapat beberapa idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund yang memiliki kemiripan dan kesamaan makna semantik dengan bahasa Indonesia.
Tabel idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung dan tidak memiliki kesamaan makna semantik dalam idiom bahasa Indonesia
Zunge No.
Idiom Bahasa Jerman
Makna Semantik
1
die Zunge (ab-) brechen (bei e-m Wort)
ein Wort ist unaussprechbar schwierig ( so daβ man sich fast die Zunge verletzt)
2
die Zunge verbrennen
den Mund verbrennen
3
. j-m die Zunge lähmen
es j-m unmӧglich machen zu sprechen
Mund No.
Idiom Bahasa Jerman
Makna Semantik
1
J-m den Mund stopfen
j-m das Maul stopfen
2
J-m den Mund verbieten
j-m verbieten zu sprechen
3
Ich kann mir den Mund wischen
ich gehe leer aus, bekomme nichts
Hasil dari 55 buah idiom yang menggunakan kata Zunge, 49 buah idiom yang menggunakan kata Mund dan terdapat 47 idiom menggunakan kata lidah juga 42 idiom menggunakan kata mulut, ternyata tidak semua idiom dapat diklasifikasikan ke dalam kategori yang telah dijelaskan sebelumnya. Hanya sebagian kecil saja yang dapat diklasifikasikan ke dalam kategori- kategori tersebut.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, idiom dibagi menjadi empat kelompok
idiom yang membedakan tingkat perbandingannya. Kelompok
pertama adalah idiom bahasa Jerman yang memiliki padanan langsung dengan idiom dalam bahasa Indonesia. Idiom yang masuk ke dalam kelompok ini berjumlah 4 idiom untuk kata Zunge dan 5 idiom untuk kata Mund, di antaranya
yaitu untuk Zunge ialah Zunge hüten (memeliharakan lidah) , schwere Zunge haben(berat lidahku),
mit zwei Zungen reden (berlidah dua), beredte Zunge
haben(petah lidah). Untuk idiom Mund, di antaranya yaitu ein ungewaschener Mund (bermulut kotor) , Den Mund aufreiβen (besar mulut), Reinen Mund halten (menahan mulut) ,Von Mund zu Mund gehen(mulut ke mulut) ,Den Mund aufmachen (buka mulut). Kelompok kedua adalah idiom yang tidak memiliki padanan langsung tetapi memiliki kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia. Idiom yang termasuk ke dalam kelompok ini sebanyak 15 idiom untuk kata 10 idiom untuk kata Mund, beberapa di antaranya yaitu
die
Zunge dan Zunge
lӧsen
(lancang), bӧse Zunge behaupten (suka mengeluarkan kata-kata keji), in aller Leute Munde sein (buah bibir), über den Mund fahren (kata-katanya pedas). Kelompok ketiga adalah idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund dalam bahasa Jerman yang memiliki kemiripan idiom dan kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia. Idiom yang masuk ke dalam kelompok
ini
sebanyak 2 untuk kata Zunge dan 3 untuk kata Mund , di antaranya yaitu die Zunge lähmen (tidak dapat brkata ap-apa), auf der Zunge haben (hampir terucapkan), freches Mundwerk haben (mengatakan kata-kata yang
ein
menyakitkan), den Mund
zu voll nehmen (sombong, pembual), ein grobes Mundwerk haben (perkataan kasar) .
Kelompok keempat adalah idiom yang menggunakan kata Zunge und Mund
dalam bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung dan tidak
memiliki
kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia. Idiom yang masuk ke dalam kelompok ini terdapat 11 untuk kata Zunge dan 16 untuk kata Mund. Beberapa diantaranya yaitu feine Zunge haben, die Zunge herausstrecken , boshafte Zunge haben, den Mund stopfen, den Mund verbieten, den Mund fusselig reden. Tidak terdapatnya padanan dan kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia dikarenakan oleh adanya perbedaan budaya, kebiasaan, tradisi, dan lain sebagainya. Keempat kelompok ini dibagi ke dalam tabel beserta makna semantiknya. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa antara idiom bahasa Jerman dan bahasa
Indonesia yang menggunakan kata Zunge und Mund terdapat beberapa persamaan, yaitu kata Zunge und Mund yang digunakan dalam idiom bahasa Jerman digunakan pula dalam idiom bahasa Indonesia. Selain terdapat persamaan,
terdapat
perbedaan, yaitu dalam bahasa Jerman yang tidak terdapat padanannya terdapat kesamaan makna semantiknya dalam bahasa
dan
pula tidak
Indonesia. Perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan budaya, kebiasaan, tradisi, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap negara memiliki ciri
khas
masing-masing
melalui
bahasa. Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, berikut ini penulis mengemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian sebagai berikut: pembelajar disarankan membaca buku-buku ungkapan bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Selain itu, untuk memudahkan pembelajar dan pengajar dalam mempelajari ungkapan-ungkapan idiomatis, diharapkan pihak pengelola perpustakaan, khususnya Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung menambah koleksi buku yang berhubungan dengan idiom bahasa Jerman maupun bahasa Indonesia.