Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014
Aplikasi SWOT pada pengelolaan limbah elektronika: Studi kasus kota Surabaya Adinda Sandra Rosalinda1, Dino Rimantho2, Masriel Djamaloes3 1
Fakultas Teknik Universitas 45 Surabaya
(
[email protected]) 2
Fakultas Teknik Universitas Pancasila Jakarta 3 Program Pasca Sarjana Untag Surabaya ABSTRAK
Pengelolaan limbah elektronika merupakan masalah yang cukup serius di hampir semua kota bahkan negara di dunia ini. Makalah ini merupakan studi kasus dari pengelolaan limbah elektronika di kota Surabaya. Dengan menggunakan desain penelitian kualitatif yang menggunakan metode SWOT dapat diaplikasikan pada studi partisipasi masyarakat di kota Surabaya. Penelitian secara kualitatif ini lebih fokus pada keterbatasan sumber daya pemerintah daerah dalam memberikan fasilitas yang tepat pada pelayanan pengelolaan limbah elektronika. Aplikasi SWOT digunakan guna merumuskan rencana aksi strategis pengelolaan limbah elektronika untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan sumber daya masyarakat serta stakeholder yang terkait. Ini akan mendorong kerjasama yang lebih baik antar stakeholder di kota Surabaya melalui pendekatan partisipatif. Berdasarkan aplikasi SWOT memungkinkan para stakeholder untuk mengeksplorasi berbagai potensi metode dan sarana yang terkait dengan ancaman, peluang dan merubah kelemahan menjadi kekuatan dalam kaitannya dengan pengelolaan limbah elektronika. Melalui makalah ini, rencana implementasi strategis dapat dikembangkan pada setiap stakeholder untuk peningkatan pengelolaan limbah elektronika di kota Surabaya. Kata kunci: SWOT, limbah elektronika, managemen strategi, stakeholder, Surabaya 1.
PENDAHULUAN
Pengelolaan limbah elektronik merupakan salah satu permasalahan di hampir seluruh negara di dunia pada akhir-akhir ini. Perkembangan teknologi digital yang sangat pesat berpotensi menyebabkan seluruh peralatan elektronika menjadi cepat usang dan berakhir di tempat penampungan akhir dan juga dapat memberikan dampak bagi penurunan kesehatan manusia dan kualitas lingkungan. Daur hidup produk-produk elektronika secara signifikan menjadi lebih pendek, ditambah dengan gencarnya pemasaran produk-produk tersebut yang mempengaruhi konsumen untuk memperoleh produk-produk elektronika baru tersebut. Sebagai contoh, studi yang dilakukan oleh Widmer et al., (2005) melaporkan bahwa usia komputer menjadi lebih pendek dimana pada tahun 1992 sekitar 4,5 tahun menurun menjadi 2 tahun pada tahun 2005 sehingga mendorong volume aliran limbah elektronika menjadi lebih besar. Lebih lanjut, di Uni Eropa dilaporkan sekitar terdapat sekitar 8,9 juta ton dan 4,0 juta ton limbah elektronika yang dihasilkan oleh Negara Jepang pada tahun 2010 (Zoeteman et al., 2010). United Nation Environment Programme (UNEP) menyatakan bahwa pada tahun 2020 China akan menghasilkan limbah elektronik lebih besar dibandingkan dengan Amerika Serikat (UNEP, 2007). Yu et al., (2010) menggarisbawahi bahwa negara-negara berkembang akan menghasilkan limbah komputer pribadi sebesar dua kali lipat dibanding dengan negara-negara maju pada sekitar tahun 2030. UNEP (2005) juga telah memperkirakan V-92
bahwa limbah elektronika akan meningkat sekitar 3%-5% tiap tahunnya dan ini merupakan aliran limbah tercepat yang sedang dihadapi oleh semua negara di dunia. Permasalahan yang dihadapi oleh beberapa negara berkembang sepertinya tidak seperti yang dihadapi oleh negara-negara maju. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti jumlah timbulan limbah elektronika yang dihasilkan masih dianggap lebih kecil, usia pakai produk-produk elektronika dapat diperpanjang, masalah ekonomi dalam hal daur ulang baik pada tingkat daerah maupun skala nasional. Permasalahan utama yang dihadapi oleh negara berkembang justru muncul dari adanya limbah elektronika atau produk elektronika yang sudah bukan lagi produk elektronika up to date, kurang ramah lingkungan yang diimpor dari negara-negara industri (Hicks et al., 2005). Masalah yang cukup serius pada kesehatan manusia dan lingkungan yang ditimbulkan oleh impor limbah elektronika dan produk-produk elektronika di negara berkembang disebabkan beberapa hal seperti terbatasnya undang-undang perlindungan, penegakan dan kebijakan mengenai pembuangan yang lebih aman. Beberapa studi yang telah dilakukan oleh para peneliti di China menunjukkan laporan yang sama bahwa dampak pembuangan limbah elektronik pada kesehatan manusia merupakan hal yang sangat serius dan penting (Chan et al, 2007; Huo et al, 2007; Qu et al, 2007). Keprihatinan yang timbul tidak hanya disebabkan karena kuantitas dari volume limbah elektronika yang diimpor, tetapi juga terhadap
Adinda Sandra Rosalinda, Dino Rimantho, Masriel Djamaloes, Aplikasi SWOT pada pengelolaan limbah ...
Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014
kandungan zat kimia yang berpotensi beracun dan berbahaya yang terdapat pada limbah elektronika. Sejumlah peneliti telah membuktikan bahwa kandungan logam berat dan polychlorinated biphenyls (PCB) serta bifenil diphenyl ethers (PBDE) yang terdapat dapat dilepaskan limbah elektronika melalui proses daur ulang sehingga mendorong potensi risiko terhadap kesehatan manusia dan menurunnya kualitas lingkungan (Czuczwa and Hites, 1984; Robinson, 2009). Windmer et al., (2005) menyampaikan bahwa munculnya masalah kesehatan manusia, lingkungan dan sosial yang disebabkan dari pengelolaan impor limbah elektronika mendorong beberapa negara seperti China, India dan beberapa negara di Asia merubah dan memperbaiki perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan limbah elektronika. Disamping itu, pembuangan limbah elektronika secara aman dengan menggunakan teknologi yang lebih canggih mulai dilakukan oleh beberapa produsen produk-produk elektronika di negara maju maupun berkembang (Kiddee et al., 2013,) Limbah elektronika adalah salah satu aliran limbah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, gagasan untuk menghilangkan atau mengurangi limbah elektronika merupakan praktik yang sangat sulit, apa hal yang paling realistis dalam pengelolaan limbah elektronika secara efektif, yang secara ilmiah dibutuhkan dan disepakati dalam pembangunan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dalam pembangunan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan memerlukan strategi pencegahan dan pengurangan sebagai integrasi dari efektifitas pengelolaan limbah elektronika yang lebih ilmiah. Penurunan kualitas lingkungan dan munculnya konflik sosial dapat muncul karena stakeholder dan sumber daya yang tersedia tidak dimasukkan dalam pengelolaan tersebut. Furedy (1991) menyatakan bahwa pendekatan partisipatif dalam pengelolaan lingkungan dapat menjadi promosi strategi yang efektif. Tren masa depan dan strategi manajemen dalam pengelolaan lingkungan dari limbah elektronika sudah seharusnya mempertimbangkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) dalam strategi manajemen. Setiap program, proyek, rencana pengembangan dan pengelolaan biasanya memiliki kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman. Mengingat hal tersebut, maka seorang koordinator proyek dapat menangani secara efektif pada masalah-masalah yang mungkin muncul, dan melihat cara dan sarana untuk mengubah ancaman menjadi peluang, dan pengaturan kelemahan terhadap kekuatan. Analisis ini dapat dilakukan pada setiap ide, organisasi, orang, produk, program atau proyek (Johnson et al., 1989). Dalam makalah ini, metode SWOT diaplikasikan untuk mengembangkan rencana aksi untuk mencapai
keberhasilan pelaksanaan inisiatif baru pengelolaan limbah elektronika. Dengan kata lain, metode SWOT ini dilakukan untuk mengembangkan aksi strategis pengelolaan limbah elektronika di kota Surabaya. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor positif dan negatif, serta faktor-faktor internal dan eksternal, yang mungkin berpotensi pada program pengelolaan limbah elektronika yang diusulkan. Metode SWOT pada program ini dan komponennya (masyarakat dan perusahaan daerah kota) dimaksudkan untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang, meminimalkan ancaman eksternal, mengubah kelemahan yang diidentifikasi menjadi kekuatan dan memanfaatkan peluang serta meminimalkan baik kelemahan internal dan ancaman eksternal (Saaty, 1987). SWOT adalah suatu metode yang dirancang untuk diaplikasikan pada tahap awal pengambilan keputusan di satu sisi dan sebagai pendahulu untuk perencanaan manajemen strategis di sisi lain. Ini harus dilakukan oleh pengguna individu dan juga dalam kelompok. Analisis kelompok-bijaksana sangat efektif dalam memberikan informasi faktor, tujuan utama, kejelasan. Oleh karena itu, fokus ke semua diskusi mengenai formulasi strategi mengenai program pengelolaan limbah elektronika yang diusulkan (Johnson et al., 1989). Dalam SWOT, sumber daya yang tersedia dan pemanfaatan potensi mereka dipelajari dari sudut pandang keberlanjutan ekonomi, ekologi dan sosial. Namun, tujuan utamanya dalam proses perencanaan adalah untuk mendapatkan dukungan keputusan yang akan digunakan dalam pemilihan strategi yang akan ditindaklanjuti. Dalam studi-teori keputusan, keputusan dianggap sebagai pilihan antara dua atau lebih langkah-langkah alternatif. Secara umum, pengambil keputusan secara rasional akan memilih alternatif yang memaksimalkan utilitas, penentuannya didasarkan pada informasi yang tersedia pada alternatif keputusan. Untuk mendukung keputusan, maka diperlukan beberapa faktor seperti informasi yang dihasilkan pada situasi keputusan, pada pilihan alternatif tindakan dan konsekuensinya dan lain-lain. Sebuah model keputusan yang lengkap merupakan dasar untuk pendukung keputusan. Bradshaw dan Boose, (1990) menyatakan bahwa tiga kriteria keputusan terdiri dari alternative yang ada, informasi tentang konsekuensi yang terkait dengan alternative dan preferensi antara konsekuensi. Setiap aspek informasi harus merupakan yang akurat sehingga alternatif terbaik dapat dipilih. Dengan demikian, SWOT digunakan untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal untuk mencapai pendekatan yang sistematis dan dukungan untuk situasi yang menentukan. Jika digunakan dengan benar, dapat memberikan dasar yang baik bagi perumusan strategi yang berhasil. Schmoldt and Peterson, (2000) menggaris bawahi bahwa analisis SWOT dapat memberikan
Adinda Sandra Rosalinda, Dino Rimantho, Masriel Djamaloes, Aplikasi SWOT pada pengelolaan limbah ...
V-93
Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014
kerangka kerja untuk menganalisis situasi dan mengembangkan strategi serta taktik yang sesuai; sebagai dasar untuk menilai kemampuan dan kompetensi inti; sebagai bukti, dan kunci, perubahan dan keberhasilan dan juga menyediakan stimulus untuk berpartisipasi dalam kelompok pengalaman. Lebih lanjut, Anselin et al., (1989) menyampaikan bahwa pemanfaatan lebih lanjut dari SWOT biasanya didasarkan pada analisis kualitatif dan kuantitatif dari faktor internal dan eksternal, serta pada kemampuan dan keahlian orang-orang yang terlibat dalam proses perencanaan. Sebuah analisis SWOT harus dapat bersifat fleksibel. Situasi berubah terhadap waktu dan analisis diperbarui harus dibuat secara berkala. Selanjutnya, kita dapat menyimpulkan bahwa SWOT adalah metode yang sederhana atau memakan waktu tetapi efektif karena kesederhanaannya (Schmoldt et al., 1994). Makalah ini mencoba untuk menjelaskan kekuatan dan kelemahan dari stakeholder, serta peluang dan ancaman dalam lingkungan eksternal untuk pengelolaan limbah elektronika. Tujuannya adalah untuk mengembangkan rencana aksi untuk meningkatkan strategi perencanaan pengelolaan limbah elektronika melalui pemangku kepentingan yang didasarkan pada analisis SWOT dengan tujuan agar kota Surabaya menjadi lebih bersih dan sehat. 2.
LIMBAH ELEKTRONIKA DAN DAMPAKNYA
Limbah elektronik dapat didefinisikan sebagai semua jenis produk elektrik dan elektronika yang telah tidak digunakan lagi oleh pemiliknya (Khetriwal et al., 2006). Sebuah studi oleh Widmer et al. (2005) menganggap bahwa limbah elektronik merupakan produk yang mempunyai nilai ekonomis dan produk yang tahan lama yang biasanya dapat ditemui pada produkproduk pengolahan data, telekomunikasi atau hiburan di rumah tangga dan bisnis. Sementara Luther (2009) mendefinisikan limbah elektronik sebagai istilah yang digunakan secara umum pada perangkat elektronik yang usang, rusak atau tidak dapat diperbaiki. Menurut Direktif Uni Eropa (yang dikutip dalam UNEP, 2007), limbah elektronik terdiri dari sepuluh kategori besar seperti (i) peralatan rumah tangga besar, (ii) peralatan rumah tangga kecil, (iii) peralatan IT dan telekomunikasi, (iv) peralatan konsumen, (v) peralatan pencahayaan, (vi) mainan dan olahraga, (vii) peralatan medis, (viii) instrumen monitoring dan kontrol, (ix) dispenser otomatis dan (x) alat-alat listrik dan elektronik. Joseph (2007) menyatakan bahwa limbah elektronik berpotensi menghasilkan bahan beracun dan berbahaya serta tidak berbahaya kemungkinan dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai contoh, timbal yang merupakan
V-94
salah satu jenis logam berat yang tergolong komponen sangat beracun dan berbahaya yang terdapat pada monitor komputer dan tabung sinar katoda televisi yang terbukti dapat membuat kerusakan pada sistem saraf pusat dan perifer, sistem kardiovaskular dan ginjal dan logam kadmium yang menyebabkan kanker, ginjal, penyakit tulang serta kerusakan saraf (Ramachandra dan Varghese, 2004). Oleh karena itu, banyak peneliti menyadari bahwa perhatian yang lebih besar harus dititikberatkan pada pengelolaan limbah elektronika (Khetriwal et al, 2006;. Nnorom dan Osibanjo, 2007). 3.
METODOLOGI
Makalah ini menggunakan metode wawancara (Fryer et.al., 2012) dan analisis SWOT (Weihrich, 1982) untuk mengevaluasi strategi pengelolaan limbah elektronika di kota Surabaya. Wawancara adalah salah satu metode yang menggunakan pertanyaan secara tidak terstruktur, dilaksanakan secara langsung, dan akses ke masingmasing personal responden yang dianggap mampu memberikan informasi guna dapat mengungkapkan masalah yang didasarkan pada keyakinan, pengetahuan, dan sikap (Fryer et.al., 2012). Diskusi kelompok dan wawancara dapat digunakan untuk mendapatkan pemahaman tentang isu dalam studi eksplorasi. Wawancara sebagai diskusi kelompok jarang digunakan (Marry and Defrance, 2012). Sebagai contoh, eksplorasi dari wawancara pada target pelanggan pada sebuah produk dapat menggunakan interview. Dalam beberapa proses, para peniliti akan mengeliminasi responden yang bersifat membela diri dari suatu pertanyaan, dengan menggunakan berbagai metode yang terkait dengan variasi kalimat, pernyataan dan ketrampilan memainkan peranan. Analisis SWOT lebih umum digunakan pada analisis organisasi atau individu, di mana status quo dari keuntungan dan kerugian memberikan situasi terbaru bagi para manajer sebagai arah strategis untuk dalam dasar pengambilan bagi perusahaan pada masa mendatang (Susan et al., 2003). Proses ini akan dibagi menjadi empat bagian, yaitu : 1. Kekuatan: organisasi dan individu yang memiliki keahlian dan pengalaman. 2. Kelemahan: lemahnya organisasi dan individu. 3. Peluang: peluang dan pengembangan dari lingkungan eksternal. 4. Ancaman: tekanan operasional masa depan dari lingkungan eksternal. Pertimbangan terutama dari pemikiran internal yang kondusif bagi kekuatan dan kelemahan program. Persaingan, peluang dan ancaman eksternal untuk lingkungan bagi program untuk mengeksplorasi pengembangan strategi manajemen akan digunakan untuk mengeksplorasi situasi masa depan program.
Adinda Sandra Rosalinda, Dino Rimantho, Masriel Djamaloes, Aplikasi SWOT pada pengelolaan limbah ...
Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014
Analisis ini harus mencoba untuk menentukan kondisi yang dapat memfasilitasi analisis. Weihrich mengusulkan matriks SWOT untuk mengembangkan strategi akomodasi pemikiran (Weihrich, 1982). Keuntungan dalam dengan mempertimbangkan kompetensi inti program akan dapat dianggap sebagai kerugian atau kelemahan pada program tersebut atau, pada lingkungan eksternal. Kesempatan dapat mengasumsikan produk atau program strategi yang terbaru; sementara ancaman merupakan asumsi untuk mempertimbangkan arah strategi dari para pesaing. Secara singkat, strategi pengelolaan program sebagaimana diatur dalam lingkungan program sangat terkait erat dengan dampak dari tata kelola program yang baik, dimana memungkinkan program untuk lebih berkonsentrasi pada keuntungan dan menemukan kesempatan yang tepat untuk mendapatkan profitabilitas program. Analisis SWOT pada kekuatan dan kelemahan dari lingkungan internal, lingkungan eksternal, peluang dan ancaman, lingkungan internal perusahaan merupakan program pengelolaan lingkungan mengacu pada organisasi merupakan faktor yang berpengaruh. Susan et al., (2003) menyatakan bahwa proses manajemen strategi
adalah analisis strategis, perusahaan dalam analisis dan perencanaan SWOT perusahaan lebih memahami peluang sekarang atau masa depan, ancaman, kekuatan dan kelemahan, mampu memahami dan memelihara pengelolaan keuntungan perusahaan. 4.
HASIL DAN DISKUSI
Makalah ini menggunakan diskusi literatur mengenai managemen strategi, mempelajari sumber daya internal seperti kekuatan, kelemahan dan peluang di dimensi eksternal lingkungan. Ancaman dan pengelolaan keuntungan mempunyai hubungan yang cukup signifikan dimana hubungan lebih jauh dari analisis SWOT dapat membantu upaya interprestasi (Weihrich, 1982). Pemahaman dasar teoritis utama pada analisis SWOT adalah untuk menguji pengelolaan strategi internal untuk menjawab sumber daya internal dan variabel lingkungan eksternal. Model kuantitatif yang dibuat oleh para stakeholder sebagai referensi dalam menggali informasi melalui interview. Adapun kerangka pemikiran dalam makalah ini ditunjukkan dalam gambar 1 di bawah ini:
Kekuatan
Pengelolaan limbah elektronika
Analisa SWOT
Kelemah an Peluang
Analisis dan penemuan managemen strategi
Ancaman
Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis SWOT Setiap dimensi dalam analisis SWOT menggunakan variabel operasional untuk diteliti dan dianalisis guna mengindentifikasikan faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal dari strategi keuntungan manajemen. Faktor-faktor yang diteliti sebagai kekuatan program antara lain: 1. Beberapa kelompok dan organisasi masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan pembangunan baik yang menggunakan metode formal maupun informal. 2. Generasi muda sebagai sumber daya manusia yang energik, antusias dan produktif yang terdapat dalam masyarakat melalui partisipasi aktif masyarakat. 3. Keterlibatan ibu rumah tangga, pelajar dan mahasiswa untuk dapat mendukung program ini. 4. Laju timbulan limbah elektronika yang dihasilkan oleh masyarakat.
5.
6. 7. 8.
Pemerintah masih merupakan sumber utama finansial dan memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tata kelola administrasi Perencanaan top-down yang kuat (jika bekerja pada lingkungan yang positif) Kekuatan untuk membuat regulasi dan perundang-undangan yang baru Terdapatnya hirarki pemerintahan, birokrasi dan infrastruktur organisasi
Sementara untuk faktor-faktor kelemahan diperoleh: 1. Lemahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah di sumber 2. Lemahnya kesediaan masyarakat untuk bekerjasama dan berpartisipasi dalam pengelolaan limbah elektronika 3. Masyarakat cenderung menunggu aksi atau tindakan dari pemerintah daerah dalam hal pengelolaan limbah elektronika 4. Belum tersedianya pola pengumpulan dan sarana transportasi limbah elektronika di kota Surabaya
Adinda Sandra Rosalinda, Dino Rimantho, Masriel Djamaloes, Aplikasi SWOT pada pengelolaan limbah ...
V-95
Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014
5.
6.
7.
Masih lemahnya kesadaran, pengetahuan dan sikap peduli lingkungan terkait pengelolaan limbah elektronika Kurangnya informasi, komunikasi, pendidikan terhadap potensi risiko yang dapat ditimbulkan oleh limbah elektronika Belum adanya pendekatan dan sistem yang terpadu pada pengelolaan limbah elektronika
Mengenai peluang, faktor-faktor yang diamati adalah: 1. Mobilisasi dan peningkatan kapasitas gengerasi muda dari kelompok perguruan tinggi sebagai motor kunci untuk pengelolaan limbah elektronika. 2. Tersedianya lapangan pekerjaan alternatif berupa daur ulang limbah elektronika yang merupakan usaha mikro pada organisasi yang berbasis masyarakat sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan dan pengembangan pengelolaan limbah elektronika. 3. Promosi pembagian kegiatan yang mengadopsi strategi pengelolaan limbah elektronika sehingga kelompok-kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dapat memberikan dukungan dan memperkuat basis program menjadi lebih baik. 4. Peraturan perundang-undangan yang dapat diberlakukan agar dapat mempromosikan pengelolaan limbah elektronika yang lebih tepat. 5. Memaksimalkan kemandirian dan swadaya bersama antara para pemangku kepentingan. 6. Mendorong pertumbuhan usaha kecil dan organisasi berbasis masyarakat sebagai pendukung utama untuk memperkuat standar ekonomi pekerja pengelolaan limbah elektronika. 7. Pembentukan kemitraan masyarakat-swastapemerintah dalam pengelolaan limbah elektronika 8. Mengadopsi perencanaan bottom-up pengelolaan limbah elektronika untuk kota Surabaya Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebagai ancaman untuk program pengelolaan limbah elektronika antara lain: 1. Lemahnya koordinasi lintas sektoral antara masyarakat, para pemangku kepentingan dan stakeholder lainnya. 2. Kurangnya kemitraan masyarakat-swastapemerintah. 3. Pemerintah belum memberikan fasilitas yang cukup bagi masyarakat. 4. Pemerintah, masyarakat dan sektor swasta secara umum memiliki ide dan ideologi yang berbeda
V-96
Sebagai langkah berikutnya agar dapat digunakan sebagai efektifitas pengelolaan limbah elektronika dengan masih memperhatikan secara keseluruhan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, antara lain: 1. Pemerintah menyediakan sumber daya finansial untuk mendukung inisiatif pengelolaan limbah elektronika berbasis organisasi kemasyarakatan. 2. Kerjasama antara semua stakeholder dalam perencanaan dan implementasi pengelolaan limbah elektronika 3. Desentralisasi pelayanan pengelolaan limbah elektronika. 4. Meningkatkan komunikasi yang baik dan membangun kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan stakeholder lainnya pada pengelolaan limbah elektronika. 5. Peningkatan dukungan terhadap usaha mikro daur ulang limbah elektronika berbasis organisasi kemasyarakatan 6. Meningkatkan respon pemerintah terhadap isuisu yang terkait pengelolaan limbah elektronika 7. Mencari konsensus yang terbaik mengenai solusi untuk adopsi pengelolaan limbah elektronika yang lebih baik. Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya bahwa analisis SWOT merupakan prosedur yang tepat untuk mengeksplorasi beberapa kemungkinan dan cara-cara untuk memulai dan meraih keberhasilan dalam pelaksanaan program pengelolaan limbah elektronika. Dalam makalah ini, melalui sudut pandang yang berbeda, analisis SWOT melihat keberhasilan skenario yang berbeda dengan penerapan pendekatan intropeksi yang sistematis baik positif maupun negatif mengenai kekuatiran pengelolaan limbah elektronika melalui partisipasi masyarakat. Apapun hasil keputusan yang diambil, seyogyanya dalam pengambilan keputusan tetap mengandung beberapa unsur-unsur penting untuk membuat strategi perencanaan pengelolaan yang baik seperti membangun kekuatan, meminimalkan kelemahan, menjajaki peluang dan mencegah datangnya ancaman. Strategi yang telah diindentifikasikan dan dirumuskan dalam matrik SWOT terkait dengan peningkatan partisipasi masyarakat, pemerintah dan stakeholder lainnya pada pengelolaan limbah elektronika di kota Surabaya. Strategi peningkatan partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan limbah elektronika digunakan untuk meningkatkan partisipasi pemuda termasuk ide-ide, pemahaman dasar, ketrampilan dan pengalaman dalam mengadopsi program pengelolaan limbah elektronika yang tepat; meningkatkan pengetahuan lingkungan yang terdiri dari pelatihan pada masyarakat mengenai pengelolaan limbah elektronika, kampanye kesadaran dan pengembangan materi pengetahuan lingkungan yang sesuai; pengembangan sumber
Adinda Sandra Rosalinda, Dino Rimantho, Masriel Djamaloes, Aplikasi SWOT pada pengelolaan limbah ...
Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014
daya manusia yang berbasis program pendidikan lingkungan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, dimana hal ini terkait dengan adanya kebutuhan partisipasi yang lebih baik dalam pengelolaan limbah elektronika dan mempromosikan pemilahan dari sumbernya di rumah tangga dan penguatan lembaga swadaya masyarakat serta usaha mikro daur ulang limbah elektronika terhadap kemandirian masyarakat. Sedangkan strategi yang dapat dilakukan oleh kewenangan pemerintah antara lain: membangun kerjasama antar stakeholder dan organisasi pendukung; desentralisasi pengelolaan daur ulang limbah elektronika; peningkatan proses demokrasi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan perumusan strategi pengelolaan limbah elektronika; penguatan perencanaan bottom-up dengan inisiatif berbasis masyarakat; peningkatan responsif pemerintah; peningkatan komunikasi yang tepat dan logis antara pemerintah dan stakeholder; mendorong pertumbuhan organisasi berbasis masyarakat dan usaha daur ulang limbah elektronika mikro menengah. 5.
KESIMPULAN
Limbah elektronika merupakan salah satu masalah dalam pengelolaan limbah di hampir semua kota di dunia ini. Gagasan untuk menghilangkan atau mengurangi limbah elektronika merupakan praktik yang sangat sulit, apa hal yang paling realistis dalam pengelolaan limbah elektronika secara efektif, yang secara ilmiah dibutuhkan dan disepakati dalam pembangunan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan menggunakan analisis SWOT, sumber daya yang tersedia dan pemanfaatan potensi mereka dipelajari dari sudut pandang keberlanjutan ekonomi, ekologi dan sosial. Berdasarkan analisis yang telah didiskusikan maka pengetahuan, kesadaran dan partisipasi seluruh stakeholder perlu ditingkatkan melalui implementasi beberapa strategi pengelolaan yang dapat dilakukan oleh seluruh stakeholder dalam rangka mengurangi potensi kerusakan lingkungan dan meningkatkan pembangunan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dan rincian mengenai karakteristik limbah elektronika dan penggunaannya serta dampak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA [1] Anselin, A., Meire, P., Anselin, L., 1989. Multicriteria techniques in ecological evaluation: an example using the analytical hierarchy process. Biological Conservation 49, 215–229.
[2] Bradshaw, J.M., Boose, J.H., 1990. Decision analysis techniques for knowledge acquisition: combining information and preferences using Aquinas and Axotl SWOT. International Journal of Man-Machine Studies 32, 121–186. [3] Chan, J.K.Y., Xing, G.H., Xu, Y., Liang, Y., Chen, L.X., Wu, S.C., Wong, C.K.C., Leung, C.K.M., Wong, M.H., 2007. Body loadings and health risk assessment ofpolychlorinated dibenzo-p-dioxins and dibenzofurans at an intensive electronic waste recycling site in China. Environmental Science & Technology 41, 7668–7674. [4] Czuczwa, J.M., Hites, R.A., 1984. Environmental fate of combustion-generated polychlorinated dioxins and furans. Environmental Science & Technology 18, 444– 450. [5] Fryer C., Mackintosh S., Stanley M., and Crichton J., 2012, "Qualitative studies using indepth interviews with older people from multiple language groups: methodological systematic review," Journal of Advanced Nursing, vol. 68, no. 1, pp. 22–35. [6] Furedy, C., 1991. Emerging concepts of citizen participation, cooperation and education for responsive solid waste management in Asian cities. Resource Paper UNCRD Conference in Bandung, Indonesia. [7] Hicks, C., Dietmar, R., Eugster, M., 2005. The recycling and disposal of electrical and [8] electronic waste in China-legislative and market responses. Environmental Impact Assessment Review 25, 459–471. [9] Huo, X., Peng, L., Xu, X., Zheng, L., Qui, B., Qi, Z., Zhang, B., Han, D., Piao, Z., 2007. Elevated blood lead levels of children in Guiyu, an electronic waste recycling town in China. Environmental Health Perspectives 115, 1113– 1117. [10] Johnson, G., Scholes, K., Sexty, R.W., 1989. Exploring Strategic Management. Scarborough, Prentice-Hall, Ontario, p. 345 [11] Joseph K. 2007, Electronic waste management in India—issues and strategies. In: Sardinia, editor. 11th international waste management and landfill symposium;. [12] Khetriwal DS, Widmer R, Schluep M, Eugster M, Wang X, Lombard R, et al., 2006, Legislating e-waste management: progress from various countries. Environmental Law Network International ;1(2). [13] Kiddee P., Naidu R., Wong MH., 2013, Review-Electronic waste management approaches: An overview, Waste Management 33; 1237–1250 [14] Luther L., 2009, Managing electronic waste: issues with exporting e-waste. CRS Report for Congress.
Adinda Sandra Rosalinda, Dino Rimantho, Masriel Djamaloes, Aplikasi SWOT pada pengelolaan limbah ...
V-97
Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014
[15] Marry S., and Defrance, J., 2012, "Analysis of the perception and representation of sonic public spaces through on site survey, acoustic indicators and in-depth interviews," Applied Acoustics, February 2012. [16] Nnorom IC, Osibanjo O., 2007, Electronic waste (e-waste): material flows and management practices in Nigeria. Waste Management;28:1472–9. [17] Qu, W., Bi, X., Sheng, G., Lu, S., Fu, J., Yuan, J., Li, L., 2007. Exposure to polybrominated diphenyl ethers among workers at an electronic waste dismantling region in Guangdong, China. Environment International 33, 1029–1034. [18] Ramachandra TV, Varghese SK., 2004, Environmentally sound options for e-wastes management. Journal of Human Settlements. [19] Saaty, R.W., 1987. The analytic hierarchy process and SWOT analysis– what it is and how it is used. Mathematical Modeling 9, 161–178. [20] Schmoldt, D.L., Peterson, D., Silsbee, D.G., 1994. Developing inventory and monitoring programmes based on multiple objectives.Environmental Management 28, 707–727. [21] Susan, E., Jackson, A.J., and Niclas, L.E., 2003, Recent Research on Team and Organizational Diversity: SWOT Analysis and Implications, Journal of Management, vol. 29, no. 6, pp. 801– 830, 2003. [22] UNEP, 2005.E-waste, the hidden side of IT equipment’s manufacturing and use.In:Chapter 5 - Early warning on emerging environmental threats. www.grid.unep.ch. [23] UNEP. E-waste volume II: e-waste management manual. Osaka: Division of Technology, Industry and Economics, International Environmental Technology Centre; 2007. United Nations Environment Programme (UNEP). [24] Weihrich H., 1982, The SWOT Matrix-A Tool for Situational Analysis, Long Range Planning, vol. 15, no. 2, pp. 54-66. [25] Widmer, R., Oswald-Krapf, H., SinhaKhetriwal, D., Schnellmann, M., Boni, H., 2005.Global perspectives on e-waste. Environmental Impact Assessment Review 25,436–458. [26] Yu J, Williams E, Ju M, Yang Y. Forecasting global generation of obsolete personal computers. Environ SciTechnol 2010;44:3232– 7. [27] Zoeteman BCJ, Krikke HR, Venselaar J. Handling WEEE waste flows: on the effectiveness of producer responsibility in a globalizing world. Int J AdvManufTechnol 2010;47:415–36.
V-98
Adinda Sandra Rosalinda, Dino Rimantho, Masriel Djamaloes, Aplikasi SWOT pada pengelolaan limbah ...