Jurnal At-Tajdid
APLIKASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI BERBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN Dwi Rangga Vischa Dewayanie * Abstract: The concept of multicultural education in accordance with the multicultural education movement which seeks to make education as a means of giving the right of every person to obtain equal education regardless of ethnicity, race, culture, gender in acquiring knowledge and skills. Multicultural education is more focused on schools that take part when it gives an understanding of the diversity among learners. Habituation given in schools will bring positive thoughts and behaviors are also on the learner. Multicultural education to form an open mind on the self-learners. It can show how the generation of people to provide solutions to the problems of public life today. Multicultural education provide appropriate learning strategies, where an educator has an open attitude in learning pack, fully observe student attitudes, and motivate students. Learning strategies in multicultural education, among others: contextual learning, inquiry learning, problem-based learning strategies and cooperative learning. Some of the learning strategy indicates the development of students’ ability to learn together and socialize the concept of local cultural values of the area within a learning community with friends. Through the vision of a multicultural approach that is expected to foster a sense of nationhood that one. Keywords: Multicultural education, learning strategies
PENDAHULUAN Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari pulau-pulau, beraneka ragam budaya, suku, etnis, dan agama. Keberanekaragaman yang ada tersebut membutuhkan pemahaman yang besar tentang pentingnya hidup bertoleransi di antaranya. Tetapi pada kenyataannya tidak * Dosen Tetap STIT MuhammadiyahPacitan,
[email protected] 37
Aplikasi Pendidikan Multikultural di Berbagai Lembaga Pendidikan
jarang terjadi perselisihan kecil yang membuahkan akibat yang fatal, di antaranya sudah banyak terjadi perselisihan antar suku, perselisihan seagama yang berbeda pemahaman, perselisihan antar agama dan masih banyak lagi. Lunturnya rasa saling menghormati ini membutuhkan perhatian yang khusus dari semua pihak. Jangan sampai anak-anak generasi penerus bangsa mewarisi sikap yang lemah akan persaudaraan. Dari hal tersebut maka pendidikan multikultural mulai dirintis di sekolah-sekolah baik itu bediri sendiri atau lebih praktisnya dimasukkan dalam pendidikan karakter. Pendidikan tersebut tidak hanya muncul dalam kurikulum saja, tetapi pendidikan tersebut mampu terwujud dalam kegiatan pembelajaran dan mampu menumbuhkan sikap dan rasa toleran. Untuk menumbuhkan sikap tersebut perlu adanya strategi dalam melakukan pembelajaran. Dalam artikel ini akan dibahas tentang: konsep pendidikan multikultural, urgensi pendidikan multikultiral di Indonesia, dan aplikasi pendidikan multikultural dalam pembelajaran. KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL Gerakan pendidikan multikultural adalah gerakan untuk mereformasi lembaga-lembaga pendidikan agar memberikan peluang yang sama kepada setiap orang, tanpa melihat asal-usul etnis, budaya, dan jenis kelaminnya, untuk sama-sama memperoleh pengetahuan, kecakapan (skills), dan sikap yang diperlukan untuk bisa berfungsi secara efektif dalam negara-bangsa dan masyarakat dunia yang beragam etnis dan budaya.1 Gerakan pendidikan multikultural tersebut sangat cocok diterapkan di negara Indonesia yang beranekaragam dari suku, budaya, dan agama. Pendidikan multikultural untuk dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran tentunya mempunyai konsep-konsep di dalamnya. Tujuan pendidikan dengan berbasis multikultural dapat diidentifikasi: 1. Untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam; 38
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Dwi Rangga Vischa Dewayanie
2. untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan; 3. memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya; 4. untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok.2 Tujuan pendidikan multikultural di atas sangat mendukung akan cita-cita yang diharapkan bangsa Indonesia. Untuk menunjukkan identitas bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai keanekaragaman tetapi tetap satu bangsa kesatuan utuh, tidak menjadikan generasi yang egois. Sekolah di sini mengambil peranan ketika memberi pemahaman akan keanekaragaman antar peserta didik yang akan membuahkan hasil bahwa di luar sana masih banyak bentuk keanekaragaman yang lebih komplek. Ketika peserta didik diberikan pembiasaan di sekolah akan lebih menimbulkan rasa hormat saat bersinggungan dengan dunia luar, sehingga dapat meminimalisir bentuk perselisahan misalnya mencegah adanya tawuran antar pelajar. Pembelajaran multikultural akan baik jika pendidik memberikan keteladanan kepada peserta didiknya. Pemikiran ushul fiqih yang dijadikan dasar adalah ajaran diutusnya Nabi Muhammad saw yang tidak lain kecuali untuk membawakan amanat persaudaraan dalam kehidupan yang tertera dalam dam Q.S al-Anbiya ayat 107:3
َ َوَما أَ ْر َسلْن َْ َاك إَِّل َر ح ًة للَْع َالِ َني ِّ
Artinya: Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT telah mengutus umatnya untuk menjadikan umat manusia bersaudara, saling menghormati, dan menghilangkan rasa permusuhan dan itu semua akan mengembalikan fitrah manusia yang diutus untuk menjaga semesta alam.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
39
Aplikasi Pendidikan Multikultural di Berbagai Lembaga Pendidikan
Melalui pembelajaran berbasis multikultural, sikap dan mindset (pemikiran) peserta didik akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman. Hal ini penting sebab dapat menghapuskan diskriminasi. Ada beberapa hal yang bisa didapat dari adanya pembelajaran multikultural, antara lain: 1. Penerapan pendidikan multikultural sangat penting untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui pendidikan berbasis multikultural, sikap dan mindset (pemikiran) siswa akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman. 2. Metodologi dan strategi pembelajaran multikultural dengan menggunakan sarana audio visual telah cukup menarik minat belajar anak serta sangat menyenangkan bagi siswa dan guru. Karena, siswa secara sekaligus dapat mendengar, melihat, dan melakukan praktik selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini menjelaskan bahwa pembelajaran multikultural sangat baik untuk diterapkan dalam rangka meningkatkan minat belajar siswa yang lebih tinggi. 3. Guru-guru dituntut kreatif dan inovatif sehingga mampu mengolah dan menciptakan desain pembelajaran yang sesuai. Termasuk memberikan dan membangkitkan motivasi belajar siswa, serta memperkenalkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap toleransi, solidaritas, empati, musyawarah, dan egaliter kepada sesama. Para siswa pun bisa menjadi lebih memahami kearifan lokal yang menjadi bagian dari budaya bangsa. 4. Pendidikan multikultural membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat. 5. Pendidikan multikultural diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang me-
40
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Dwi Rangga Vischa Dewayanie
reka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis. 6. Dapat membimbing, membentuk dan mengkondisikan siswa agar memiliki mental atau karakteristik terbiasa hidup di tengah-tengah perbedaan yang sangat kompleks, baik perbedaan ideologi, perbedaan sosial, perbedaan ekonomi dan perbedaan agama. Dengan pembelajaran mutikultural para lulusan akan dapat memiliki sikap kemandirian dalam menyadari dan menyelesaikan segala problem kehidupan.4 Pemikiran yang terbuka pada diri peserta didik memberikan suatu bentuk kecerdasan bangsa. Ini dapat menunjukkan bagaimana generasi bangsa memberikan solusi pada permasalahan kehidupan masyarakat saat ini. Banyak permasalahan-permasalahan yang masih di kuasai oleh ego masing-masing, baik itu terkait dengan masalah sosial maupun masalah politik.
URGENSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA Pendidikan multikulturalisme memberikan nilai tawaran yang sangat tinggi ketika membicarakan keadaan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang sangat beraneka ragam membutuhkan pendidikan multikulturalisme sebagai paham dalam mempersatukan bangsa. Urgensi pendidikan multikulturalisme dapat dilihat dari dua tinjauan yaitu tinjauan sosial seperti kasus yang terjadi di masyarakat dan tinjauan politik seperti kebijakan pemerintah sebagaimana termuat dalam UU Sisdiknas. Tinjauan sosial Nashih Nasrullah menulis dalam majalah Republika: “Melalui Ketua Pimpinan Partai yang mengusung ideologi salafi itu, Adil Abdul Maqshud, menegaskan tak akan pernah mengaturkan ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada Barat.” “Komisi Fatwa Lembaga Urusan Islam dan Uni Emirat Arab, memutuskan hukum ucapan natal boleh. Alasannya masih sama, bahwa ini bentuk interaksi sosial antarsesama”.5
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
41
Aplikasi Pendidikan Multikultural di Berbagai Lembaga Pendidikan
Dalam Q.S Maryam ayat 30-34 memberikan kejelasan anjuran mengucapkan selamat natal yang berbunyi:
َّ َ َق ُ ارًكا أَيَْن َما ُك نت َ ال إنِي َعبْ ُد اللِ آتَانَِي الِْكَت َ ) َو َج َعلَِن ُمَب30( اب َو َج َعلَِن نَبًِّيا ِّ َ َ ) َوبًَّرا بَِوالَِدتِي َولَْ يَْ َعلِْن َجَّبا ًرا َشقًِّيا31( َوأ ْو َصانِي بِا َّلصَلةِ َوالزَّكاةِ َما ُدمْ ُت َحًّيا ُ ُ دت َويَْوَم أَم ُّ ِ) َوا َّلسَلُم َعلَ َّي يَْوَم وُل32( يسى ابْ ُن َم ْريََم َ ) َذلِ َك ِع33( ُوت َويَْوَم أبَْع ُث َحًّيا َْ َق ْو َل ُ َالق الَّذِي فِيهِ ي )34( َْتو َن ِّ
Artinya: “Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, dia memberiku al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; Dan berbakti kepada ibuku, dan dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka .Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.”
Ada beberapa kelompok yang menganggap ada yang tidak memperbolehkan menggucapkan “selamat natal” sebagai larangan agama. Terkadang sikap tersebut menimbulkan kontroversi di tengah-tengah masyarakat, karena dua alasan penting. Pertama, ucapan selamat natal menjadi tradisi sudah lama sekali, tidak hanya di tanah air, bahkan di Mesir mempunyai tradisi silaturahmi di antara pemuka agama, karena setiap agama tidak hanya berkembang pada satu tempat saja. Kedua, ucapan selamat natal merupakan simbolik atas hari kebahagiaan umat kristen. Sebagai ucapan kebahagiaan, umat Islam tidak berhak melarang bahkan merupakan salah satu pesan dimuliakan dalam Islam.6 Melihat salah satu contoh permasalahan di atas urgensi pendidikan multikultural di Indonesia penting untuk diketahui adalah pendidikan multikultural berfungsi sebagai sarana pemecah konflik, dari generasi ke generasi dapat mempertahankan akar budaya, dan pendidik42
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Dwi Rangga Vischa Dewayanie
an multikultural sangat relevan dengan keadaan bangsa Indonesia yang demokratis. Tinjauan politik Prinsip penyelenggaraan pendidikan Indonesia sangat menghargai keberagaman sebagaimana halnya dalam Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 telah diatur dengan jelas; a) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa; b) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna; c) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat; d) Pendidikan diselenggarakan dengan memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.7 Dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut pendidikan telaksanakan dengan menjunjung tinggi rasa demokratis. Demokrasi dalam dunia pendidikan akan membuahkan hasil yang sangat memuaskan ketika bentuk hak asasi manusia terwujud, generasi-generasi semakin berkembang, segala bentuk apresiasi-apresiasi dapat ditampung untuk lebih baik dan itu semua berjalan dengan adanya musyawarah yang dijadikan sarana dalam pembelajaran berkesinambungan. Seperti firman Allah SWT dalam Q.S Ali Imran ayat 159:
ُ َ َُ َ ّ ُ يظ الَْقلْب الَ َنف ُّضواْ مِ ْن َح ْولِ َك َفاع َ ِنت َف ًّظا َغل َْ َفبَِما َر َ ْف ك حةٍ م َن اللِ لِنت ل ْم َول ْو ِ ِّ َّ ّ َ اسَت ْغفِْر َلُ ْم َو َشاوِ ْر ُه ْم ِف األمْرِ َفإَِذا َع َزمْ َت َفَت َوَّك ْل َعلَى اللِ إَِّن الل ُيِ ُّب ْ َعنُْه ْم َو ْالَُت َوكلِ َني ِّ Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan ber-
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
43
Aplikasi Pendidikan Multikultural di Berbagai Lembaga Pendidikan musyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
APLIKASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN Ada beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian dalam mengembangkan pembelajaran berbasis multikultural yaitu melakukan analisis faktor potensial bernuansa multikultural. Analisis faktor yang dipandang penting dijadikan pertimbangan dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis multikultural, yang meliputi: 1. tuntutan kompetensi mata pelajaran yang harus dibekalkan kepada peserta didik berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan etika atau karakter (ethic atau disposition); 2. tuntutan belajar dan pembelajaran, terutama terfokus membuat orang untuk belajar dan menjadikan kegiatan belajar adalah proses kehidupan; 3. kompetensi guru dalam menerapkan pendekatan multikultural. Guru sebaiknya menggunakan metode mengajar yang efektif, dengan memperhatikan referensi latar budaya siswanya. Guru harus bertanya dulu pada diri sendiri, apakah ia sudah menampilkan perilaku dan sikap yang mencerminkan jiwa multikultural; 4. analisis terhadap latar kondisi siswa. Secara alamiah siswa sudah menggambarkan masyarakat belajar yang multikultural. Latar belakang kultur siswa akan mempengaruhi gaya belajarnya. Agama, suku, ras/etnis dan golongan serta latar ekonomi orang tua, bisa menjadi stereotipe siswa ketika merespon stimulus di kelasnya, baik berupa pesan pembelajaran maupun pesan lain yang disampaikan oleh teman di kelasnya. Siswa bisa dipastikan memiliki pilihan menarik terhadap potensi budaya yang ada di daerah masing-masing; 5. karakteristik materi pembelajaran yang bernuansa multikultural. Analisis materi potensial yang relevan dengan pembelajaran berbasis multikultural, antara lain meliputi: (a) menghormati perbedaan antar teman (gaya pakaian, mata pencaharian, suku, agama, etnis 44
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Dwi Rangga Vischa Dewayanie
dan budaya); (b) menampilkan perilaku yang didasari oleh keyakinan ajaran agama masing-masing; (c) kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; (d) membangun kehidupan atas dasar kerjasama umat beragama untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan; (e) mengembangkan sikap kekeluargaan antar suku bangsa dan antar bangsa-bangsa; (f) tanggung jawab daerah (lokal) dan nasional; (g) menjaga kehormatan diri dan bangsa; (h) mengembangkan sikap disiplin diri, sosial dan nasional; (i) mengembangkan kesadaran budaya daerah dan nasional; (j) mengembangkan perilaku adil dalam kehidupan; (k) membangun kerukunan hidup; (l) menyelenggarakan ‘proyek budaya’ dengan cara pemahaman dan sosialisasi terhadap simbol-simbol identitas nasional, seperti bahasa Indonesia, lagu Indonesia Raya, bendera Merah Putih, Lambang negara Garuda Pancasila, bahkan budaya nasional yang menggambarkan puncak-puncak budaya di daerah; dan sebagainya.8 Untuk mengembangkan model pendidikan mulltikultural memerlukan pembinaan proses ketiga komponen moral yang meliputi dimensi-dimensi sebagai berikut: 1. Moral knowing meliputi 6 dimensi; a. Awareness (kesadaran tentang baik dan buruk) b. Knowing values (pengetahuan tentang nilai) c. Perspective-taking (menggunakan pandangan moral) d. Destion making (membuat keputusan berdasarkan moral) e. Self-knowledge (pengetahuan tentang diri) 2. Moral feeling meliputi 6 dimensi: a. Conscience (nurani) b. Self-esteem (percaya diri) c. Empaty (merasakan penderitaan orang lain) d. Loving the good (mencintai kebenaran) e. Self control (pengendalian diri) f. Humality (kerendahan hati) 3. Moral action meliputi 3 dimensi: a. Competence (kompeten dalam menjalankan moral) Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
45
Aplikasi Pendidikan Multikultural di Berbagai Lembaga Pendidikan
b. Will (kemauan berbuat baik) c. Habit (kebiasaan berbuat baik).9 Melalui tiga tahapan tersebut, peserta didik harus mengembangkan pengetahuan tentang moral sehingga dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Saat pengetahuan itu tertanam pada diri pastinya akan mencintai kebenaran yang membuat dirinya menjadi percaya diri serta dapat mengontrol segala tindakan. Kontrol yang dimiliki akan terwujud melalui pembiasaan dan kemauan menjalankan moral yang ada. Misalnya: ketika ada seorang anak belajar bahwa saling menghargai teman merupakan wujud kedamaian, anak tersebut merasa jika melakukan perkelahian akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan ketika berdamai akan nyaman. Dari hal tersebut anak akan selalu berusaha menanamkan perdamaian antar sesama. Penanaman-penanaman tersebut tidak terlepas usaha dari seorang pendidik. Pembelajaran akan diserap oleh siswa ketika siswa tersebut merasa bergairah, senang, dan tertarik serta dapat termotivasi secara penuh. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu dijadikan sikap oleh pendidik, yaitu: 1. Terbuka dan berupaya mencari berbagai kemungkinan dari berbagai sumber. 2. Utuh dan fleksibel dalam mengemas pembelajaran. Metode dan media pembelajaran yang bervariasi. 3. Terlibat secara penuh dalam mengamati, menganalisis, serta memahami gaya belajar siswa. 4. Memotivasi siswa untuk berkeinginan belajar terus-menerus dan memberi peluang belajar sesuai dengan kemampuannya.10 Upaya yang dilakukan pendidik tersebut dapat merangsang minat peserta didik terhadap apa yang disampaikan oleh pendidik. Pendidik yang tebuka akan membuat peserta didik lebih nyaman. Misalnya: pendidik selalu menanyakan tentang kabar, keluhan yang dihadapi siswa, keinginan siswa seperti apa, dan memberikan kalimat-kalimat motivasi minimal satu kali dalam sehari.
46
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Dwi Rangga Vischa Dewayanie
Terdapat beberapa macam untuk mewujudkan strategi pembelajaran multikultural di antaranya dengan pembelajaran kontekstual, pembelajaran inkuiri, strategi pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif. 1. Strategi pembelajaran kontekstual a. Peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran. b. Peserta didik belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi. c. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/atau masalah yang disimulasikan. d. Perilaku dibangun atas kesadaran diri. e. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman. f. Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri. g. Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan. h. Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni peserta didik menggunakan bahasa dalam konteks nyata. i. Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri peserta didik. j. Pemahaman rumus itu relatif berbeda dengan peserta didik yang satu dengan lainnya, sesuai dengan skemata peserta didik. k. Peserta didik mampu menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran. l. Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya. m. Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu tidak pernah stabil, selalu berkembang. Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
47
Aplikasi Pendidikan Multikultural di Berbagai Lembaga Pendidikan
n. Peserta didik diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing. o. Penghargaan terhadap pengalaman peserta didik sangat diutamakan. p. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dan lain-lain. q. Pembelajaran diberbagai tempat, konteks, dan seting. r. Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek. s. Perilaku baik berdasar motivasi intrinsik. t. Seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat.11 Pembelajaran kontekstual ini model pembelajaran dengan mencari pengetahuan dalam kelompok untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk. Pengetahuan tersebut diperoleh melihat dari berbagai pengalaman untuk dikoreksi. Peserta didik akan mempraktekkan dengan ketika pemahaman tersebut masuk dalam kontrol. 2. Strategi Pembelajaran Inquiri
Strategi pembelajaran ini lebih melatih cara berfikir dan menyelesaikan masalah. Strategi yang digunakan guru lebih kepada melihat kondisi sosial kelas atau sekitar dalam melihat permasalahan dan berusaha dengan menyelesaikan permasalahan yang ada. Misalnya: peserta didik wajib piket membersihkan ruang kelas bukan hanya sekedar mengikuti jadwal piket yang ada, tetapi piket agar ruang kelas menjadi bersih dan nyaman saat belajar. 3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi ini memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mecari dan menyelesaikan suatu masalah, dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Guru membimbing peserta didik untuk menyadari bahwa banyak masalah dalam masyarakat. b. Peserta didik mampu menggolongkan permasalahan serta menentukan sebab akibat dari permasalahan tersebut. 48
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Dwi Rangga Vischa Dewayanie
c. Peserta didik menentukan sebab akibat yang masuk permasalahan atau tidak. d. Dari hal tersebut peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. 4. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi ini selain mampu meningkatkan prestasi peserta didik, juga mampu meningkatkan hubungan sosial, meningkatkan toleransi dan meningkatkan harga diri, selain itu untuk peserta didik belajar berfikir, memecahkan masalah, mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan.12 Langkah strategi ini yaitu dengan penjelasan meteri oleh pendidik sebelum kerja kelompok, membuat kelompok yang heterogen sehingga bisa saling mengajar dan berinteraksi, melakukan penilaian dengan tes atau kuis melalui kelompok dan memberikan penghargaan pada kelompok yang menonjol. Dari beberapa strategi pembelajaran di atas menandai adanya perkembangan kemampuan siswa dalam belajar bersama-sama mensosialisasikan konsep dan nilai budaya lokal dari daerahnya dalam komunitas belajar bersama teman. Melalui pendekatan yang berwawasan multikultural diharapkan dapat menumbuhkan rasa kebangsaan yang satu. Persatuan dan rasa toleran yang ada dapat menjadikan fondasi dalam hidup kebersamaan. PENUTUP Gerakan pendidikan multikultural itu adalah gerakan untuk mereformasi lembaga-lembaga pendidikan agar memberikan peluang yang sama kepada setiap orang, tanpa melihat asal-usul etnis, budaya, dan jenis kelaminnya,untuk sama-sama memperoleh pengetahuan, kecakapan (skills), dan sikap yang diperlukan untuk bisa berfungsi secara efektif dalam negara-bangsa dan masyarakat dunia yang beragam etnis dan budaya. Sedangkan pendidikan multikultural bertujuan akan kesadaran keanekaragaman peserta didik, menjadikan berperilaku positif dan dan berinteraksi sosial, dan menghormati lintas budaya. Dari tujuan tersebut setidaknya akan meminimalisir terjadinya kon Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
49
Aplikasi Pendidikan Multikultural di Berbagai Lembaga Pendidikan
flik. Untuk mewujudkan itu semua perlu adanya stratergi pembelajaran yang efektif. Sebelum memilih strategi pembelajaran yang tepat, seorang pendidik harus memiliki sikap terbuka dan mencari beberapa kemungkinan, utuh dan fleksibel dalam mengemas pembelajaran, mengamati secara penuh sikap siswa, dan memotivasi siswa. Sehingga dapat ditemukan strategi pembelajaran dalam pendidikan multikultural antara lain: pembelajaran kontekstual, pembelajaran inkuiri, strategi pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif. Beberapa strategi pembelajaran tersebut menandai adanya perkembangan kemampuan siswa dalam belajar bersama-sama mensosialisasikan konsep dan nilai budaya lokal dari daerahnya dalam komunitas belajar bersama teman. Melalui pendekatan yang berwawasan multikultural diharapkan dapat menumbuhkan rasa kebangsaan yang satu. [ ]
ENDNOTES 1
2
3
4 5 6
7
8
9
50
Tatang M. Amirin, “Implementasi Pendidikan Multikultural Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Di Indonesia”, journal.uny.ac.id/index. php/jppfa/article/.../848 ,hlm ,4-3 .akses 15 November 2013 pukul 11.00 WIB. Imam Nasruddin, Menggagas Pendidikan Multikultural (Opsi Legal Pendidikan Kearif/menggagaspendidikanmultik, hlm.3, akses 15 November 2013 pukul 11.05 WIB.an Lokal), sumsel.kemenag.go.id/... Moh. Dahlan, Paradigma Ushul Fiqh Multikultural Gus Dur, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara), hlm. 43. Ibid, hlm. 4-5. Nashih Nasrullah, Republika, Selasa 24 Desember 2013 Zuhairi Misrawi, Al-Quran Kitab Toleransi (Inklusivisme, Pluralisme dan Multikulturalisme), ( Jakarta: Fitrah, 2007), hlm. 350. Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif (Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi), (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm.41 http://safnowandi.wordpress.com/2012/11/15/pembelajaran-berbasis-multikultural/, akses 15 November 2013 pukul 11.10 WIB. Sulalah, Pendidikan Multikultural (Didaktika Nilai-Nilai Universal Kebangsaan), (Malang: UIN Maliki Pers, 2011), hlm. 105.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
Dwi Rangga Vischa Dewayanie 10
11
12
Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural (Konsep dan Aplikasi), (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hlm. 222. R. Sutarjo J. Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter (Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif ), ( Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.99-101. Ibid, hlm. 113.
DAFTAR PUSTAKA Adisusilo, R. Sutarjo J., Pembelajaran Nilai-Karakter (Kontruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif). Jakarta: Rajawali Pers, 2013. Amirin, Tatang M., Implementasi Pendidikan Multikultural Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Di Indonesia, Journal.uny. ac.id/index.php/jppfa/article/.../848 akses 15 November 2013 pukul 11.00 WIB. Coward, Harold, Pluralisme Tantangan bagi Agama-agama. Yogyakarta: Kanisius, 1989. Dahlan, Moh., Paradigma Ushul Fiqh Multikultural Gus Dur. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013. Hasan, S. Hamid, Multikultural Untuk Penyempurnaan Kurikulum Nasional (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan). Lickona, Thomas, Educating for Character (Mendidik untuk Membentuk Karakter). Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Misrawi, Zuhairi, Al-Quran Kitab Toleransi (Inklusivisme, Pluralisme dan Multikulturalisme). Jakarta: Fitrah, 2007. Nasruddin, Imam, Menggagas Pendidikan Multikultural (Opsi Legal Pendidikan Kearifan Lokal),Sumsel.kemenag.go.id/.../menggagaspendidikanmultik, akses 15 November 2013 pukul 11.05 WIB. Rembangy, Musthofa, Pendidikan Transformatif (Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi). Yogyakarta: Teras, 2008. Sauqi, Ngainun Naim dan Achmad, Pendidikan Multikultural(Konsep dan Aplikasi). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008. Sulalah, Pendidikan Multikultural (Didaktika Nilai-Nilai Universal Kebangsaan). Malang: UIN Maliki Pers, 2011. Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014
51