APLIKASI JERAMI PADI UNTUK PERBAIKAN SIFAT TANAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH
TESIS Oleh SITI MARYAM HARAHAP 067002006/TNH
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
APLIKASI JERAMI PADI UNTUK PERBAIKAN SIFAT TANAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian dalam Program Studi Ilmu Tanah pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SITI MARYAM HARAHAP 067002006/TNH
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Judul Tesis Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: APLIKASI JERAMI PADI UNTUK PERBAIKAN SIFAT TANAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH : Siti Maryam Harahap : 067002006 : Ilmu Tanah
Menyetujui : Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Abdul Rauf, MP) Ketua
(Dr. Deni Elfiati, SP. MP) Anggota
Ketua Program Studi,
Direktur
(Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik MSc)
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc)
Tanggal lulus : 25 Agustus 2008
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Telah Diuji Pada Tanggal : 25 Agustus 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Dr. Ir. Abdul Rauf, MP
Anggota
: 1. Dr. Deni Elfiati, SP, MP 2. Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik, MSc 3. Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP 4. Dr. Ir. Rosmayati, MP
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
ABSTRAK
Aplikasi Jerami Padi untuk Perbaikan Sifat Tanah dan Produksi Padi Sawah dibawah bimbingan Dr. Ir. A. Rauf, MP selaku ketua pembimbing dan Dr. Deni Elfiati, SP, MP selaku anggota pembimbing. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasar Miring, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada Bulan Oktober 2007 hingga April 2008, dengan ketinggian tempat 400 m dari permukaan laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknologi aplikasi jerami padi untuk perbaikan sifat tanah dan produksi padi sawah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan . Faktor pertama adalah lama inkubasi jerami terdiri dari 4 taraf yaitu : tanpa inkubasi, inkubasi 10 hari, inkubasi 20 hari, inkubasi 30 hari. Faktor kedua adalah pemberian dosis jerami yaitu : dosis 2,5 t/ha, 5,0 t/ha dan 7,5 t/ha. Kombinasi perlakuan terdiri atas 3 x 4 = 12 kombinasi dan setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali, sehingga seluruhnya ada 12 x 3 = 36 plot percobaan. Setiap plot percobaan berukuran 4 x 3 meter dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama inkubasi jerami berpengaruh nyata terhadap parameter : C-organik, bulk density, tinggi tanaman, jumlah anakan dan serapan hara K pada umur 25 HST, jumlah anakan umur 35 HST, tinggi tanaman, jumlah anakan dan serapan hara K pada umur 45 HST, tinggi tanaman umur panen (112 HST), jumlah anakan produktis saat panen (112 HST), berat 1000 biji, produksi t/ha, persen gabah isi per rumpun. Interaksi antara perlakuan lama inkubasi dengan dosis jerami berpengaruh nyata terhadap parameter : Ratio C/N, P-total, K-total, tinggi tanaman umur 35 HST, serapan hara K pada saat panen, kadar air gabah. Perlakuan dosis jerami berpengaruh nyata pada parameter N-total, jumlah anakan umur 45 HST dan berat 1000 biji. Pertumbuhan dan produksi yang terbaik terdapat pada perlakuan dengan masa inkubasi 30 hari dengan dosis 7,5 t/ha. Kata kunci : inkubasi, jerami, produksi padi
iv
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
ABSTRACT
The application of rice straw to improve soil properties characterized soil and yield land rice, guidance Dr. Ir. Abdul Rauf, MP and Dr. Deni Elfiati, SP, MP. The study was conducted at pasar miring experimental garden, Deli Serdang District, North Sumatra from October 2007 through April 2008. The aim of the study was to find out the application of rice straw to repair of characterized soil and yield land rice. A Factorial Randomized Block Design with three replications was applied. The first factor was the level of incubation of rice straw (without of incubation, 10 days incubation, 20 days incubation, 30 days incubation) and the second factor was dose of straw ( 2.5 t/ha, 5.0 t/ha, 7,5 t/ha). Results of this experiment showed that incubation of dried rice stalks significant differences in C-organic, bulk density, plant height and total shoots and absorption of K (25 days after plant), total shoots productive (112 days after plant), heavy of 1000 seeds, production t/ha. There were significant differences in interaction of long time incubation straw and dose straw. The treatment of dose straw were significant differences in : N-total, total of shoots 45 days after planting. The highest growth and production was obtained at treatment long time incubation 30 days and dose of straw 7,5 t/ha.
Key words : incubation, straw, production paddy
v
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis panjatkan syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmad dan KaruniaNya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Penelitian ini
dilakukan di Kebun Percobaan BPTP Sumatera Utara Pasar Miring dalam upaya mengkaji dan memanfaatkan jerami padi untuk perbaikan sifat tanah dan produksi padi sawah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia khususnya unsur K dan meningkatkan kadar bahan organik di dalam tanah. Dengan selesainya tesis ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Bapak Prof. Chairuddin Lubis, DTM&SpA(K) selaku Rektor USU Medan atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.
2.
Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur SPs-USU atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3.
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Abdul Rauf., MP, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
vi
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
4.
Ibu Dr. Deni Elfiati, SP, MP, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis selama ini untuk menyelesaikan tesis ini.
5.
Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc, Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP dan Ibu Dr. Ir. Rosmayati, MP selaku dosen penguji yang memberikan arahan dan masukan untuk melengkapi isi dari tesis ini.
6.
Para dosen di SPs-USU yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas ilmu dan nasehat yang diberikan mulai dari awal perkuliahan hingga selesainya penelitian ini.
7.
Bapak Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara (Dr. M. Prama Yufdy, MSc), Bapak Ir. John Khaidir Kepala Bagian Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian, Bapak Dr. Ir. Ali Jamil, MP Kepala BPTP Pekanbaru dan
Bapak Ir. Musfal Kepala Laboratorium BPTP Sumut,
yang telah
memberikan kesempatan, arahan serta bimbingan kepada penulis selama perkuliahan dan pelaksanaan tesis. 8.
Bapak Ir. Timbul Marbun, MP, Kepala KP. Pasar Miring beserta staf yang memberikan bantuan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian ini.
9.
Teman seangkatan di SPs-USU angkatan 2006 yaitu : Darwin Harahap, Musfal, Novia Chairuman, Ebsan dan Samudra Tarigan atas kerjasama dan kekompakan yang terjalin selama ini
10. Teman-teman di KPP (Ir. Siti Suryani, Med dan Setia Sari Girsang, SP, MP) yang sudah memberikan saran dan masukan kepada penulis selama ini. vii
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
11. Teman-teman di KP. Pasar miring yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu sudah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di lapangan 12. Ibu mertua
saya Amiesah serta keponakan yang sudah banyak membantu
saya selama ini. 13. Keluarga Besar saya (Ir. Sonja Agustina Harahap, Adelina Harahap, Rosita Iriani Harahap, Rosminta Ito Harahap, Mogarohana Harahap, SE, Akhmad Rivai Harahap dan Dra. Mariana Hazni Harahap) 14. Kedua orang tua saya H. Solahuddin Nur Harahap (Alm) dan Hj. Dermila Siregar yang sudah mendidik dan membesarkan saya selama ini. 15. Kedua anak saya tercinta Muhammad Rizki Septian dan Amelia Luthfiyah yang telah banyak membantu dan sebagai sumber semangat bagi saya dalam hal menyelesaikan pendidikan ini tanpa pengertian dari mereka penulis belum tentu dapat menyelesaikan pendidikan ini. 16. Terima kasih yang tak terhingga kepada Suamiku tercinta Ir. Umar yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan. Tanpa bantuannya penulis belum tentu bisa menyelesaikan semua ini dengan baik.
Medan, September 2008
Penulis
viii
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala Puji Bagi Allah SWT atas Berkat dan Rahmad-NYa berupa kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tulisan tesis ini. Penulisan ini merupakan persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Tesis ini berjudul “Aplikasi Jerami padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah dan Produksi Padi Sawah” dengan lokasi penelitian di Kebun Percobaan Pasar Miring Kabupaten Deli Serdang. Tulisan ini merupakan persyaratan dalam menyelesaikan studi pada sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan terutama bagi para petani, peneliti untuk mendapatkan produksi padi sawah yang lebih baik serta keuntungan memanfaatkan bahan organik yang ada khususnya jerami padi. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak untuk penyempurnaannya. Akhir kata penulis berharap, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, September 2008 Penulis
ix
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
RIWAYAT HIDUP
Siti Maryam Harahap, dilahirkan pada tanggal 12 April 1970 di Gunung Tua, Padang Bolak, Tapanuli Selatan, merupakan anak ke enam dari delapan bersaudara Bapak H. Solahuddin Nur Harahap (Alm) dan Ibu Hj. Dermila Siregar. Pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah : 1. Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri No 1 Gunung Tua 2. Pendidikan Sekolah Lanjutan Pertama (SMP) Negeri No. 1 Gunung Tua 3. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Gunung Tua 4. Pada Tahun 1989 terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Medan Area (UMA) Medan dan memilih jurusan Budidaya Pertanian. Lulus sebagai Sarjana Pertanian pada Maret 1996 5. Penulis bekerja sebagai Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara dari Tahun 1996 sampai dengan sekarang 6. Pada Tahun 2006 penulis mendapat kesempatan melanjutkan sekolah pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara pada Program Studi Ilmu Tanah.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
DAFTAR ISI Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................
iv
ABSTRACT ..................................................................................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................
ix
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
x
DAFTAR ISI .................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xvi
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
Latar Belakang ....................................................................................
1
Perumusan Masalah .............................................................................
4
Tujuan Penelitian .................................................................................
5
Hipotesis ..............................................................................................
6
Kegunaan Penelitian ............................................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
7
Kondisi Lingkungan Padi : Dulu, Kini dan Masa Depan ...................
7
Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia ...........................................
7
Peranan Bahan Organik Terhadap Sifat Fisika Tanah ........................
9
Peranan Bahan Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah ........................
10
Peranan Bahan Organik Terhadap Sifat Biologi Tanah ......................
12
xi
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah .........................
13
Pengelolaan Bahan Organik/Pupuk Organik pada Lahan Sawah ...............................................................................
17
Potensi Produksi pupuk organik di Indonesia (jerami padi) .......................................................................................
20
BAHAN DAN METODE ………………………….…………………….
21
Tempat dan Waktu ..............................................................................
21
Bahan dan Alat ....................................................................................
21
Metodologi Penelitian .........................................................................
22
Pelaksanaan Penelitian ..……………………………………………..
23
Analisis Tanah Awal (Sebelum Aplikasi Jerami) ........................
23
Analisis Kandungan N, P, K dan C/N pada Jerami .......................
23
Analisis Tanah Akhir (Setelah Aplikasi Jerami) .........................
24
Peubah Amatan ……………………………………….…………….
24
Sifat Tanah ...........................................................................
24
Cara Pengambilan Sampel Tanah ........................................
24
Data Pertumbuhan ………………………………………….
26
Data Produksi …………………….………………………...
26
Cara Pengukuran Sampel Tanaman …….…………………….......
26
Tinggi Tanaman …………………………………………….. Jumlah Anakan ……………………………………………… Serapan Hara ………………………………………………... Persen Gabah Isi Per Rumpun …………………………….... Produksi Per Hektar ................................................................ Berat 1000 Biji ........................................................................
26 26 27 27 28 28
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………….
29
xii
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Hasil ……………………………………………………………..
29
Analisis Tanah Awal (Sebelum Aplikasi Jerami) ………….
29
Hasil Analisis Jerami ……………………………………….
29
Hasil Analisis Tanah Akhir (Setelah Aplikasi Jerami) …….
30
Analisis Sifat kimia Tanah …………….………….. Analisis Sifat Biologi Tanah ..…….………………. Analisis Sifat Fisika Tanah ….…………………….. Pertumbuhan Tanaman ……………………………………..
30 36 37 38
Produksi Tanaman (Hasil Panen) …………………………..
49
Pembahasan ……………………………………………………..
54
Sifat Kimia Tanah ………………………..……………….
54
Sifat Biologi Tanah ………………………………………...
59
Sifat Fisika Tanah ………………………………………….
61
Data Pertumbuhan Tanaman ……..………………………..
62
Pengamatan Panen ………………………………………….
64
KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………….
65
Kesimpulan ..................................................................................
65
Saran .............................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
67
xiii
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
DAFTAR TABEL Halaman
No
Judul
1
Pengaruh jerami terhadap kesuburan kimia dan fisika tanah sawah Latosol di Jawa Barat setelah 4 musim tanam ...................
18
Hasil padi IR-36 pada beberapa perlakuan pupuk organik dan anorganik pada tanah Ultisol Sukamandi MH 1981/82 ………......
19
Pengaruh pemberian sisa tanaman dari rotasi kedelai padi terhadap hasil gabah kering padi sawah (ton/ha) di tanah Latosol Jawa Barat ....................................................................
20
4
Hasil analisis tanah awal yang diambil dari lokasi penelitian.................
29
5
Hasil analisis jerami yang digunakan sebagai bahan organik pada penelitian aplikasi jerami padi......................................................
30
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap N-total dalam tanah..............................................................................................
31
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap total C-organik dalam tanah ................................................................
32
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap nilai C/N Ratio dalam tanah .........................................................................
33
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan nilai P-total dalam tanah ......................................................................
34
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap rata-rata nilai K-total dalam tanah .......................................................................
35
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap peningkatan nilai pH ...............................................................................
36
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap total mikroba dilokasi penelitian (spk/g tanah) .........................................................
37
2
3
6
7
8
9
10
11
12
xiv
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap nilai kerapatan lindak (bulk density) pada lokasi penelitian (g/cm3 ) ............................
38
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman (cm) umur 25 HST .................................................................................
39
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap rata-rata jumlah anakan (helai) umur 25 HST .......................................
40
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap rata-rata nilai serapan K pada umur 25 HST (g/tanaman) ........................................
41
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman (cm) umur 35 HST .........................................................
42
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap rata-rata jumlah anakan (helai) umur 35 HST .......................................
43
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman (cm) umur 45 setelah tanam .........................................
44
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap rata-rata jumlah anakan (helai) umur 45 HST .......................................
45
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap serapan hara K pada saat pertumbuhan vegetatif maksimum (umur 45 HST) .....................................................................
46
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman umur produktif /pada saat tanaman dipanen (cm) ............................................................................
47
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap rata-rata jumlah malai produktif (saat panen umur 112 HST) (helai) ............................
48
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap nilai serapan hara K (g/tan) pada saat tanaman panen umur 112 HST .......................................................................................
49
xv
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
25
26
27
28
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap berat 1000 biji (g) ...................................................................................
50
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kadar air gabah (%) .................................................................................
51
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap produksi (t/ha) .........................................................................................
52
Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap Persen gabah isi per rumpun ..................................................................
53
xvi
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
No
Judul
1
Bagan Percobaan ...................................................................................
72
2
Prosedur Kerja Analisis N-total Dengan Memakai Kjeldahl ................
73
3
Prosedur Kerja Analisis C-organik Tanah Dengan Memakai Metode Curmis ...................................................................................
74
Prosedur Kerja Analisis K-total dan P total Dengan Memakai Metode HCl 25% ...................................................................................
75
5
Pengukuran Nilai pH Pada Tanah Setelah Dilakukan Perlakuan ..........
76
6
Prosedur Kerja Pengamatan Nilai Kerapatan Lindak/ Bulk Density (BD) .................................................................................
78
Data Pengamatan di lapangan Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan N-Total .....................................
79
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan N-Total ................................................................
79
Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan C-organik .................................................
80
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan C-organik .............................................................
80
Data Pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan C/N .........................................................
81
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap Kandungan C/N .....................................................................
81
Data Pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan P-Total ......................................................
82
4
7
8
9
10
11
12
13
xvii
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan P-Total ..................................................................
82
Data Pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan K-Total .....................................................
83
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan K-Total dalam tanah ............................................
83
Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap Bulk Density ...............................................................
84
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap pengamatan Bulk Density ......................................................
84
Data Pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman umur 25 HST (cm) .............................
85
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman umur 25 HST (cm) .........................................
85
Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan umur 25 HST (helai) ..........................
86
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan umur 25 HST (helai) ......................................
86
Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap serapan hara K umur 25 HST ……………...............
87
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap serapan hara K pada umur 25 HST ........................................
87
Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman Umur 35 HST (cm) .............................
88
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman umur 35 HST (cm) .........................................
88
xviii
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Data Pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan umur 35 HST (helai) .........................
89
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan umur 35 HST (helai) ......................................
89
Data pengamatan di Lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman umur 45 HST (cm) ............................
90
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman umur 45 HST (cm) .........................................
90
Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan umur 45 HST (helai) ......……….......
91
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan umur 45 HST (helai) .....................................
91
Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap serapan hara K pada saat panen ................................
92
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap serapan K umur 45 HST .......................................................
92
Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman pada saat panen/Produktif (cm) ..........
93
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman produktif (cm) ………………………………
93
Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan produktif (panen) ..............................
94
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan produktif (panen) ..........................................
94
Data Hasil Pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap serapan K saat panen ..........................................
95
xix
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap serapan K pada tanaman saat panen .......................................
95
Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap berat 1000 biji ( gram ) ...............................................
96
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap berat 1000 biji ( gram ) ...........................................................
96
Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kadar air ………………………………......................
97
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kadar air ( gram ) ……………………………………………
97
Data hasil pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap produksi t/ha ………...…....................………
98
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap produksi (t/ha) ……............................………………………
98
Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap persen gabah isi per rumpun (persen) ……………....
99
Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap persen gabah isi per rumpun (%) …..........……......................
99
Kriteria hasil analisis penilaian sifat kimia tanah ..................................
100
xx
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produktivitas beberapa komoditas pangan dan hortikultura misalnya tanaman padi mengalami pelandaian beberapa tahun terakhir ini. Akibatnya Indonesia kini menjadi pengimpor beras terbesar di dunia. ( Gunarto et al., 2002). Usaha untuk meningkatkan produksi pangan terutama beras banyak dihadapkan pada berbagai kendala, antara
lain : semakin menciutnya lahan pertanian subur, penurunan
produktivitas (leveling off) di sentra-sentra produksi. Gejala ini terlihat di beberapa wilayah sentra produksi padi, yang mengalami pelandaian produktivitas, bahkan di beberapa tempat secara nasional produksi padi cenderung menurun. Pelandaian produksi ini disebabkan oleh berbagai faktor, terutama penggunaan pupuk yang sudah melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis (Sri Adiningsih dan Soepartini, 1995).
Banyak faktor yang memicu terjadinya pelandaian produksi di daerah sentra. Salah satunya adalah karena adanya upaya meningkatkan produktivitas tanaman dengan menggalakkan penggunaan pupuk an-organik. Selama hampir empat dekade petani telah menggunakan pupuk an-organik (Urea, TSP, dan KCl) yang melampaui dosis anjuran.
Adanya peningkatan pemakaian pupuk kimia telah menyebabkan
terjadinya pencemaran lingkungan (Suhartatik dan Sismiyati, 2000).
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Sehubungan dengan itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah memberikan anjuran teknologi yang dapat menekan penggunaan pupuk N, P dan K seefisien mungkin sehingga mengurangi biaya produksi namun tetap memberikan produksi yang tinggi.
Anjuran teknologi efisiensi penggunaan pupuk NPK ini
sederhana dalam aplikasinya namun perlu dikaji lagi di tingkat lapangan agar memberikan pilihan penggunaan pupuk yang paling efisien.
Penurunan efisiensi pupuk berkaitan erat dengan faktor tanah yang telah mengalami kemunduran kesehatan tanah baik secara kimia maupun biologi sebagai akibat pengelolaan tanah yang kurang tepat. Peningkatan mutu intensifikasi dengan menambah takaran dan jenis pupuk yang dikenal dengan pemupukan berimbang tidak mampu menghilangkan gejala kejenuhan produksi karena tanah sebagai media tumbuh telah kehilangan daya sanggahnya akibat menurunnya kadar bahan organik tanah. Keadaan seperti ini banyak terjadi di lahan-lahan sawah maupun di lahan kering yang diusahakan secara intensif dan pengelolaannya
tidak tepat karena
seluruh panen diangkut termasuk serasah/sisa panen. Padahal sisa panen tersebut merupakan salah satu sumber bahan organik tanah (A. Rauf, 2007).
Sebagian besar lahan pertanian di Indonesia mempunyai kadar bahan organik <2% karena perannya sebagai penunjang kesuburan tanah makin diabaikan. (Pramono et al., 2002 dan Pramono , 2004). Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan (A. Rauf,
2007) , bahwa kadar bahan organik tanah
pertanian lahan kering di beberapa wilayah di Sumatera Utara seperti di daerah
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Medan Senemba, Tanjung Morawa Deli Serdang pada lahan sawah memiliki kadar C-organik 0.79% dan bahan organik 1,36% . Berdasarkan data tersebut maka penambahan bahan organik ke dalam tanah sudah perlu dilaksanakan.
Penambahan pupuk organik melalui pendekatan pengelolaan hara secara terpadu (Integreted Plant Nutrient Management) dengan mengkombinasikan pemberian pupuk kimia dan pupuk organik.
Di
Pulau Jawa pengelolaan hara ini sudah
dilaksanakan melalui pemanfaatan limbah jerami padi untuk mensuplai kebutuhan K pada lahan sawah.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Hardjowigeno (1993) dan Zaini et al., (1996) dalam Arafah dan Sirappa, 2003, bahwa arah penelitian ke depan adalah pertanian terlanjutkan dalam jangka panjang (Suistainable agriculture) dengan masukkan bahan kimia rendah (low chemical input) yang dikenal dengan LISA dan LEISA, yaitu suatu bentuk pertanian yang menggunakan sumberdaya lokal yang tersedia secara optimal dan meminimumkan penggunaan masukan dari luar (Arafah dan Sirappa, 2003). Selanjutnya usaha dalam meningkatkan produksi padi perlu dilakukan pelestarian lingkungan produksi, termasuk di dalamnya mempertahankan kandungan bahan organik tanah dengan memanfaatkan jerami padi. Jerami padi mengandung + 12 kg K2O/ton yang dapat digunakan untuk mengurangi kebutuhan pupuk K. Oleh karena itu, jerami padi yang banyak tersedia setelah panen dapat secara langsung dimanfaatkan melalui pembenaman jerami ke dalam tanah sewaktu pengolahan tanah pertama (Edrizal dan Bobihoe, 2004).
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Di Sumatera Utara sendiri salah satu alasan mengapa petani enggan memberikan jerami padi pada areal persawahan karena beberapa alasan antara lain jerami padi tersebut dapat mengganggu pelaksanaan pengolahan lahan dan sulit melapuk. Oleh sebab itu maka telah dilakukan penelitian untuk mengevaluasi pengaruh aplikasi jerami padi dengan teknik pencincangan dan inkubasi.
Perumusan Masalah
Pengusahaan lahan yang dilakukan secara terus menerus dengan pemakaian pupuk kimia yang tidak mengikuti dosis anjuran serta kurangnya usaha untuk mengembalikan unsur hara terbawa saat panen menyebabkan terganggunya keseimbangan hara tanah yang berakibat terhadap penurunan kualitas sumberdaya lahan itu sendiri (Pramono, 2004).
Disamping itu kesuburan tanah yang mempunyai kontribusi sebesar 55%
terhadap keberhasilan produksi juga terganggu karena tingginya pemakaian pupuk kimia tanpa diimbangi masukan yang lain sehingga kadar bahan organik tanah yang mengendalikan kesuburan biologis menurun drastis ( Gunarto et al., 2002).
Tingginya harga pupuk kimia yang tidak seimbang dengan harga jual produksi pertanian, juga menjadi kendala utama. Ketidak mampuan petani menyediakan saprodi sesuai anjuran tersebut berakibat menurunkan hasil. Sementara potensi bahan organik yang tersedia berupa jerami padi dari hasil sisa panen tidak dikembalikan lagi pada lahan bahkan jerami padi tersebut ada yang dibakar atau dibuang. Diketahui bahwa
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
jerami padi mengandung Si (4-7%), K (1,2 -1,7%), N (0,5-0,8%) dan P(0,07-0,12) (Dobermann dan Fairhurst, 2000). Selama ini petani enggan memberikan jerami padi dari sisa pertanamannya karena beberapa hal antara lain : 1.
Petani lebih suka melihat lahan sawahnya bersih dari serabutan jerami
2.
Jerami mengganggu terhadap pelaksanaan pengolahan tanah
3.
Kurangnya pengetahuan petani mengenai manfaat dari jerami tersebut.
Berdasarkan alasan ini maka penelitian ini dilakukan agar jerami padi yang selama ini dibuang oleh petani supaya dapat dikembalikan lagi ke dalam tanah dengan cara : jerami dicincang terlebih dahulu sebelum diberikan pada lahan sawah yang bertujuan untuk mempercepat proses dekomposisi. Selain itu mensosialisasikan kepada petani manfaat dari jerami tersebut bahwa jerami padi diketahui mengandung + 12 kg K2O/ton yang dapat digunakan untuk mengurangi kebutuhan pupuk K. Oleh karena itu, jerami padi yang banyak tersedia setelah panen dapat secara langsung dimanfaatkan dengan cara mencincang terlebih dahulu baru diberikan pada lahan sawah sewaktu mengolah lahan pertama.
Tujuan Penelitian
Untuk mengevaluasi perubahan sifat tanah sawah serta hasil tanaman padi akibat pemberian jerami padi dengan teknik pencincangan dan inkubasi
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Hipotesis
1.
Masa inkubasi pemberian jerami padi berpengaruh nyata terhadap perbaikan sifat tanah dan produksi padi sawah .
2.
Dosis pemberian jerami padi berpengaruh nyata terhadap perbaikan sifat tanah dan produksi padi sawah
3.
Interaksi antara masa inkubasi dan dosis pemberian jerami padi berpengaruh nyata terhadap perbaikan sifat tanah dan produksi padi sawah.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan dosis dan lama inkubasi jerami padi untuk memperbaiki dan meningkatkan produksi padi sawah.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Lingkungan Padi: Dulu, Kini, dan Masa Depan
Pada periode sebelum tahun 1960-an, pertanian di Indonesia terutama padi sawah, sedikit sekali menggunakan pupuk kimia dan lebih mengandalkan kesuburan tanah secara alami dengan pengelolaan bahan organik yang tersedia secara in situ (di lokasi setempat). Ciri sistem budi daya padi waktu itu adalah: (1) produktivitas masih rendah (2,3 t GKG/ha), (2) umur panen sekitar 6 bulan; (3) air cukup untuk mengairi lahan sawah sehingga tanaman padi sehat; (4) lingkungan pertanian masih didominasi oleh vegetasi alami (tanaman, pepohonan, dsb.) yang merupakan sumber makanan dan tempat berlindung predator hama, sehingga tingkat serangan hama pada tanaman padi masih
rendah dan pestisida tidak digunakan; (5) bertanam padi terutama
ditujukan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi keluarga, (6) produksi beras nasional masih rendah (8,8 juta ton beras atau 16,9 juta ton GKG). (A. Karim Makarim dan Endang S, 2005).
Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia
Permasalahan tanah sawah di Indonesia
dapat dikelompokkan menjadi 2
masalah yaitu : (1) adanya penyusutan luas lahan sawah akibat terjadinya konversi
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
lahan sawah menjadi lahan non-pertanian seperti daerah industri, pemukiman, lapangan golf dan lain-lain, terutama terjadi di pulau Jawa dan Bali; dan (2) adanya pelandaian produktivitas (levelling off) dalam produksi padi. Adiningsih (1999) Profesor Go Ban Hong dari Institut Pertanian Bogor dan beberapa ahli kesuburan tanah menyampaikan fenomena kelelahan tanah (soil fatigue). Kondisi iklim tropika basah, seperti Indonesia, telah memfasilitasi terjadinya proses pengurasan hara yang intensif, khususnya bahan organik tanah (BOT). Bahan ini sering kali diabaikan dengan tidak disiplinnya petani mengembalikan biomassa sisa panen ke dalam tanah.
Upaya pemberian kompos pun masih menghadapi banyak kendala sehingga makin lama kandungan BOT makin menurun. Penurunan ini makin intensif ketika petani mengusahakan lahannya secara terus-menerus.
Padahal, fungsi BOT ini
sangatlah vital bagi kesehatan tanaman sehingga dapat berproduksi secara ekonomis dan berkelanjutan. BOT tidak saja menjamin proses fisika-kimia-biologi berlangsung optimal, tetapi juga menyediakan lingkungan pertumbuhan tanaman yang produktif. Kegagalan mempertahankan kadar BOT minimal 2% berakibat kebutuhan tanaman akan pupuk kimia yang makin hari makin meningkat.
Salah satu faktor yang
memegang kunci akan hal ini adalah menurunnya aktivitas biologi tanah yang secara aktif berperan dalam menjaga efisiensi penggunaan pupuk kimia. Mikroba yang berperan penting dalam penyediaan nutrisi dan perbaikan sifat tanah di dalam tanah, antara lain adalah penambat N, pelarut fosfat, dan pemantapan agregat (Gunadi, 2004).
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Menurut Kustiawan (1997), dalam kurun waktu 1983 – 1994 lahan sawah di pulau Jawa mengalami penyusutan luas sebesar 104561 ha. Walaupun dilakukan pencetakan sawah baru, tetapi konversi lahan sawah ke penggunaan non-pertanian ternyata lebih besar dibandingkan perluasan lahan sawah baru. Menurut IRRI-CIAT (1997) kendala produksi padi di Indonesia terutama pada sawah irigasi, sawah tadah hujan atau padi gogo adalah masalah iklim, topografi dan miskinnya tanah.
Adanya pelandaian
produksi padi ditunjukkan oleh data dimana kenaikan produksi rata-rata tanaman padi per tahun dalam pelita III ( 1978-1983) adalah 6%, turun menjadi 1,3% dalam Pelita IV (1989-1991) menjadi sekitar 1,0% (Adiningsih, 1992).
Peranan Bahan Organik Terhadap Sifat Fisika Tanah
Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah. Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik dalam pembentukan agregat yang stabil terjadi karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan organik. Hal ini berlangsung melalui mekanisme: Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Miselia atau hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan agregat.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan actinomycetes. Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi dalam tanah. Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada senyawa organik yang berbentuk rantai panjang. Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif liat dengan bagian negatif (karboksil) dari senyawa organik dengan perantara basa dan ikatan hidrogen. Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif liat dan bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer (Stevenson, 1994).
Peranan Bahan Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah
Salah satu peranan bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kation yang mudah dipertukarkan dan pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus. Bahan organik dapat menjaga keberlangsungan suplai dan ketersediaan hara dengan adanya kation yang mudah dipertukarkan. Nitrogen, fosfor dan belerang diikat dalam bentuk organik dan asam humus hasil dekomposisi bahan organik akan mengekstraksi unsur hara dari batuan mineral.
Mempengaruhi kemasaman atau pH. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan atau malah menurunkan pH tanah, hal ini bergantung pada jenis tanah dan bahan organik yang ditambahkan. Penurunan pH tanah akibat penambahan bahan organik dapat terjadi karena dekomposisi bahan organik yang banyak menghasilkan
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
asam-asam dominan. Sedangkan kenaikan pH akibat penambahan bahan organik yang terjadi pada tanah masam dimana kandungan aluminium tanah tinggi , terjadi karena bahan organik mengikat Al sebagai senyawa kompleks sehingga tidak terhidrolisis lagi (Novizan, 2005).
Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi yaitu perombakan sisa tanaman atau hewan oleh mikrorganisme tanah atau enzim-enzim lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan akhir. Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah antara lain terdiri dari karbohidrat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin, senyawa N, pigmen dan mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur hara dalam tanah (Stevenson, 1994)
Fungsi bahan organik dalam meningkatkan kesuburan kimiawi adalah pengikatan atau penyerapan ion lebih besar, meningkatkan kapasitas pertukaran kation. Humus merupakan kompleks koloidal dengan modifikasi lignin poliuronida, lempung, protein dan senyawa lain berfungsi sebagai misel yang kompleks. Misel mengandung muatan negatif dari gugus –COOH dan –OH yang memungkinkan pertukaran kation meningkat. Fungsi bahan organik dalam meningkatkan kesuburan
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
kimiawi juga akibat penurunan hilangnya unsur hara karena pelindian sebab bahan organik mengikat ion dan immobilisasi N, P, dan S, pelarutan sejumlah unsur hara terutama fosfat dan mineral oleh asam-asam organik sehingga membantu pelapukan kimia mineral dan sebagai gudang unsur hara (Stevenson, 1992, Schnitzer, 1991).
Peranan Bahan Organik Terhadap Sifat Biologi Tanah
Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat. Secara umum, pemberian bahan organik dapat
meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas
mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh (Stevenson, 1994).
Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus. Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah (Brady, 19990).
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada koloid mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga jerap suatu tanah mineral. Peningkatan KTK akibat penambahan bahan organik dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan di dalam tanah. Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara (Buckman (1882) dan Brady; Sanchez, (1976)
Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah
Bahan organik tanah merupakan timbunan dari sisa tanaman dan hewan yang sebahagian besar telah mengalami pelapukan, dan merupakan makanan utama bagi jasad mikro tanah. Bahan organik akan mengalami perubahan terus menerus oleh aktivitas jasad mikro tanah oleh karena itu harus selalu diperbaharui dengan menambah sisa-sisa tanaman atau hewan.
Kadar bahan organik tanah mineral
umumnya tidak melebihi 5 %, namun walaupun kadarnya rendah, pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat dan kesuburan tanah sangat besar. Pupuk organik yang asalnya dari pelapukan bahan organik oleh jasad mikro merupakan pupuk yang mampu menunjang peningkatan produktivitas tanah. Selain itu penambahan bahan organik kedalam tanah merupakan tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi pupuk (Sri Adiningsih dan Rochyati, 1988 dalam Arafah dan Sirappa, 2003).
Salah satu alasan mengapa bahan organik dan pupuk kandang diperlukan untuk memperbaiki produktivitas tanah adalah karena pupuk kandang dan sumber organik lainnya digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kadar bahan organik tanah dan juga menyediakan hara mikro serta faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang biasanya tidak disediakan oleh pupuk kimia (an-organik). Penggunaan bahan-bahan ini juga dapat meningkatkan pertumbuhan mikroba dan perputaran hara dalam tanah. Oleh karena itu pemberian dan pengelolaan bahan organik/pupuk organik secara tepat adalah merupakan tindakan yang terlebih dahulu dilakukan untuk memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman sehingga produktivitasnya tidak merosot. Sebelum tahun limapuluhan penggunaan pupuk organik relatif tinggi dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia. Sejak tahun 1960-an produksi pupuk kimia sangat meningkat dan harganya makin murah. Dengan dipergunakannya varietas padi yang responsif terhadap pemupukan, penggunaan pupuk kimia makin meningkat dan penggunaan pupuk organik makin menurun. Hal ini dapat dimengerti karena kandungan hara pupuk organik lebih rendah dari pada pupuk kimia. Tanah yang miskin bahan organik akan berkurang daya menyangga hara dan keefisienan pupuk menurun karena sebahagian besar hara hilang dari lingkungan perakaran. Sebahagian besar lahan pertanian di Indonesia berkadar bahan organik rendah, terutama bila sisa panen diangkut keluar. Dari 30 lokasi tanah sawah di
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Indonesia yang contoh tanahnya diambil secara acak, sekitar 68% mempunyai kandungan C-organik < 1% dan hanya 9% dengan kadar C-organik > 2%. Terdapat korelasi positif antara kadar C-organik tanah dengan produktivitas padi sawah, dimana makin tinggi C-organik tanah produktivitas padi makin tinggi (Karama et al., 1990). Menurut Karama et al., (1990) dalam Suhartatik dan Sismiyati (2000) mengemukakan bahwa bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah yaitu fungsi fisika yang dapat memeprbaiki sifat fisika tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah, fungsi kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya sangga tanah dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan P, dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas jasad renik tanah. Mengingat begitu penting peranan bahan organik, maka penggunaannya pada lahanlahan yang kesuburannya mulai menurun menjadi amat penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut. Berikut ini beberapa manfaat dari pupuk organik : 1.
Mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro yang relatif kecil jika dibandingkan dengan pupuk kimia
2.
Mampu memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah, dan mudah ditembus akar
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
3.
Dapat meningkatkan daya menahan air (water holding capacity),
sehingga
kemampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak. Kelengasan air tanah lebih terjaga. 4.
Dapat memperbaiki kehidupan biologi tanah
5.
Mengandung mikrobia dalam jumlah cukup yang berperan dalam proses dekomposisi bahan organik.
6.
Aman bagi lingkungan
7.
Dapat membantu peningkatan pH tanah
(Novizan, 2005). Sedikitnya ada dua penyebab utama berkurangnya/hilangnya bahan organik dari dalam tanah-tanah pertanian yaitu (1) melaui erosi dan (2) dibuang lewat panen. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bahan organik yang terbuang akibat erosi berkisar antara 5,38 – 17,06 kg/ha dengan erosi berkisar antara 66,5 – 96,1 t/ha. Selain itu erosi dapat pula kehilangan hara terutama hara N, P dan K (A. Rauf, 2007). Bahan organik banyak terbuang dari lahan pertanian karena terbawa panen, pembuangan bahan organik semakin tinggi dengan adanya kebiasaan petani membakar bahan organik sisa tanaman sebelumnya (jerami atau serasah) pada saat akan dilakukan pengolahan tanah untuk persiapan tanam berikutnya. Pembakaran bahan organik sisa tanaman sebelumnya justru meningkatkan pengurasan bahan organik secara berlebihan dari dalam tanah (A. Rauf, 2007).
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Pengelolaan Bahan Organik/Pupuk Organik pada Lahan Sawah
Penggunaan pupuk organik seperti pupuk hijau, pupuk kandang, jerami telah lama dilakukan petani, namun dengan adanya pupuk kimia berkadar hara tinggi seperti Urea, SP-36, dan KCl maka perhatian terhadap peranan pupuk organik tersebut sebagai penyubur tanah makin berkurang. Sebagian besar jerami diangkut ke luar untuk makanan ternak, pembuatan kertas atau budidaya jamur. Penggunaan jerami untuk pakan ternak sebenarnya tidak merupakan masalah, asalkan dilakukan daur ulang secara tepat dimana pupuk kandang dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah. Hasil penelitian penggunaan jerami pada lahan sawah yang akhir-akhir ini giat dilakukan oleh beberapa negara menunjukkan bahwa jerami memberikan pengaruh positif terhadap kesuburan biologi, kimia dan fisika tanah sawah. Jerami merupakan sumber utama kalium (K) dan silica (Si), karena sekitar 80% K yang diserap tanaman berada dalam jerami. Pengembalian jerami ke tanah dapat memperlambat pemiskinan K dan Si tanah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adiningsih (1984) dengan membenamkan jerami 5 ton/ha/musim selama 4 musim pada tanah yang kekurangan K menunjukkan bahwa disamping dapat mensubstitusi keperluan pupuk K, jerami dapat meningkatkan produksi serta kesuburan kimia dan fisika tanah. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa setelah 4 musim tanam, jerami dapat meningkatkan kadar C-organik 1,5%, K-dapat ditukar 0,22 me, Mg-dapat ditukar 0,25 me/100 g, kapasitas tukar kation tanah 2 me/100 g tanah, serta Si tersedia dan
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
stabilitas agregat tanah. Apabila dihitung dalam hektar, sumbangan hara dari jerami tersebut adalah 170 kg K,
160 kg Mg, 200 kg Si dan 1,7 ton C-organik/ha yang
sangat diperlukan bagi kegiatan jasad mikro tanah. Peningkatan stabilitas agregat tanah dapat memperbaiki struktur tanah sawah yang memadat akibat penggenangan dan pelumpuran terus menerus. Tanah lebih mudah diolah dan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan akar tanaman palawija seperti jagung, kedelai yang ditanam setelah padi (Adiningsih, 1984). Tabel 1. Pengaruh jerami terhadap kesuburan kimia dan fisika tanah sawah Latosol di Jawa Barat setelah 4 musim tanam Perlakuan Tanpa Jerami
C-org N ...... % ..... 2,40
0,28
Jerami 3,90 0,33 (5t/ha/musim) Sumber : Adiningsih (1984)
P K Mg KTK ............ me/100g ............
Si ppm
Stabilitas Agregat
17
0,13
0,50
18
50
60
18
0,35
0,75
20
150
80
Hasil penelitian pengaruh jerami selama 6 musim (MT. 1982/83 s/d 1985 pada tanah Latosol Cicurug Sukabumi yang mempunyai tingkat kesuburan tanah cukup baik menunjukkan bahwa pemberian jerami dapat meningkatkan hasil dan efisiensi pupuk N dan P. Pada tingkat pemupukan 2 ku urea dan 1,5 ku TSP/ha, penambahan 5 ton jerami dapat menghasilkan sekitar 7 ton gabah kering/ha. Pemupukan NPK (2 ku urea + 1,5 ku TSP + 5 ku KCl hanya menghasilkan sekitar 6 ton gabah/ha (Adiningsih, 1986). Hasil penelitian pada tanah sawah di Ngawi Jawa Timur yang kekurangan hara P dan K menunjukkan bahwa penambahan jerami 5 ton jerami/ha
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan pemupukan N, P, K
dengan
dosis 135-45-60 (Adiningsih, 1986).
Hasil-hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jerami tidak sekedar mengganti pupuk K pada takaran tertentu, tetapi mempunyai peranan lebih penting yaitu memperbaiki produktivitas tanah sawah sehingga efisiensi pupuk meningkat serta menjamin kemantapan produksi.
Penambahan 5 ton pupuk kandang per ha dan
jerami padi yang dibakar disertai pemupukan NPK, dapat meningkatkan hasil padi 1,0 ton lebih tinggi daripada pemupukan NPK saja. Penambahan pupuk kandang sebanyak 5 ton per ha meningkatkan hasil 0,5 ton per ha seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil padi IR-36 pada beberapa perlakuan pupuk organik dan anorganik pada tanah Ultisol Sukamandi MH 1981/82 Perlakuan N 0 90 90 90
P 0 45 45 45
K 0 50 50 50
+ 5 t/ha PK + 5 t/ha PK + 5 t/ha JP
Hasil t/ha 2,7 4,2 4,7 5,2
PK = Pupuk Kandang; JP = Jerami Padi
Hasil penelitian pada rotasi tanaman kedelai padi dimana serasah/sisa panen kedelai digunakan sebagai pupuk organik menunjukkan bahwa serasah kedelai meningkatkan hasil gabah. Peningkatan hasil pada tingkat pemupukan NPK (120-6060) adalah 0,5 ton/ha dan pada NPK (180-60-60) adalah 0,7 ton/ha seperti terlihat pada Tabel 3 (Partohartdjono et al., 1981).
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Tabel 3. Pengaruh pemberian sisa tanaman dari rotasi kedelai padi terhadap hasil gabah kering padi sawah (ton/ha) di tanah Latosol Jawa Barat Takaran N (kg/ha) 0 60 120 180 Takaran P = 60kg/P2O5/ha
Pola Tanam / Rotasi tanaman Padi-padi Kedelai padi 3,5 3,8 5,5 6,1 6,9 7,4 7,8 8,5 Takaran K = 60 kg K2O/ha
Potensi Produksi Pupuk Organik di Indonesia (Jerami Padi)
Hasil penelitian mununjukkan bahwa pemberian jerami 5 t/ha secara nyata dapat meningkatkan produksi padi dan mampu mensubstitusi pupuk KCl 50 kg/ha. Apabila jerami dikomposkan terlebih dahulu, takaran anjuran kompos jerami adalah 2 t/ha. Penyusutan dari jerami segar menjadi kompos berkisar antara 40 – 50%. (Ponnamperuma, 1985).
Berdasarkan data luas panen padi sawah tahun 2002 sekitar 10,4 juta hektar dengan produksi jerami 5 t/ha, maka jerami segar yang tersedia sebesar 52,36 juta ton. Namun demikian tidak semua jerami dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik, karena jerami juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, media jamur, bahan baku kertas dan sebagainya.
Apabila jerami dikomposkan, sebagai
konsekuensinya akan memerlukan waktu yang lama, membutuhkan tempat pengomposan dan menambah biaya produksi (Wihardjaka, et al., 2002).
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasar Miring,
Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara pada Bulan Oktober 2007 hingga April 2008, dengan ketinggian tempat 400 m dari permukaan laut. Tanah paa lokasi penelitian tersebut termasuk kedalam ordo tanah Inceptisol. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di laboratorium
Balai
Pengkajian
Teknologi
Pertanian
Sumatera
Utara
dan
Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jerami padi yang dicincang dengan dosis 2,5 t/ha, 5,0 t/ha dan 7,5 t/ha. Kebutuhan jerami padi per plot adalah
3 kg, 6 kg dan 9 kg/plot. Benih padi yang digunakan adalah Benih
padi varietas Mekongga, pupuk dasar (Urea, TSP, KCl), pestisida dan insektisida. Alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, timbangan, ember plastik, Plastik kaca, alat penyemprot hama, ring sampel dan beberapa alat yang digunakan waktu analisis di laboratorium.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Metodologi Penelitian
Penelitian disusun menurut Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 3 kelompok dengan model RAK : Yijk = µ + Ti + Bj + ρk + + (TB)ij + ∈ijk Yijk = respon atau nilai pengamatan dari pelakuan ke-i dan kelompok ke-j µ
= nilai tengah umum
Ti
= pengaruh perlakuan ke-i
Bj
= pengaruh perlakuan ke-j
Ρk
= pengaruh kelompok ke-k
(TB)ij = Pengaruh interaksi antara perlakuan A ke faktor B ∈ij
= pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Hipotesis yang diuji : H0
: T1 = T2 = T3 = ..... = Ti = 0
H1
: paling sedikit ada sepasang Ti yang tidak sama atau
H0
: µ1 = µ2 = µ3 = ..... = µj
H1
: paling sedikit ada sepasang µ1 yang tidak sama atau µi ≠ µi
Faktor pertama : Lama inkubasi jerami padi dengan perlakuan sebagai berikut : I0
= Jerami tanpa diinkubasi
I1
= Jerami diinkubasi selama 10 hari
I2
= Jerami diinkubasi selama 20 hari
I3
= Jerami diinkubasi selama 30 hari
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Faktor kedua adalah Dosis Pemberian Jerami dengan perlakuan sebagai berikut : J1
= Diberikan jerami dengan kebutuhan 2,5 t/ha
J2
= Diberikan jerami dengan kebutuhan 5,0 t/ha
J3
= Diberikan jerami dengan kebutuhan 7,5 t/ha
Pelaksanaan Penelitian
Analisis Tanah Awal (Sebelum Aplikasi Jerami)
Analisis yang dilakukan terhadap sifat kimia tanah pada awal penelitian adalah: N,
C-organik, C/N Ratio, P-total, K-total dan pH.
Analisis sifat físika adalah
kerapatan lindak/bulk density. Analisis sifat biologi di lakukan menghitung total mikraba di dalam tanah.
Analisis Kandungan N, P, K dan C/N pada Jerami
Analisis terhadap kandungan N, P, K dan C/N pada jerami dilakukan dengan sampel jerami yang akan digunakan sebagai bahan organik. Banyaknya sampel jerami yang diambil adalah sebanyak 500 gram jerami kemudian digrindel setelah itu diambil 10 gram untuk masing-masing unsur yang akan diamati. Pengamatan ini dilakukan di Laboratorium Tanah dan Tanaman BPTP Sumatera Utara Medan yang dilakukan pada awal penelitian.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Analisis Tanah Akhir (Setelah Aplikasi Perlakuan) Unsur-unsur yang dianalisis terhadap sifat-sifat kimia, fisika dan biologi tanah setelah perlakuan sama dengan unsur yang diamati pada awal sebelum penelitian. Seluruh pengambilan sampel tanah diambil sebelum tanam tetapi setelah dilakukan perlakuan masa inkubasi.
Cara pengambilan sampel adalah dengan metode
sistematik caranya sama dengan pengambilan pada awal penelitia dan dilakukan tiaptiap kelompok pada masing-masing plot perlakuan. Pada parameter pengukuran nilai pH juga tetap dilakukan dengan memakai alat PUTS yaitu perangkat uji tanah sawah.
Peubah Amatan Sifat Tanah
Sifat Kimia (N-total, C-organik, C/N, P-total, K-total dan nilai pH) Sifat Fisika (nilai bulk density) Sifat Biologi (total mikroba dalam tanah)
Cara Pengambilan Sampel Tanah
Cara pengambilan sampel tanah untuk analisis sifat kimia dan biologi pada dasarnya sama yaitu : pertama sekali ditentukan lahan yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian, kemudian dibuat kelompok sebanyak 3 kelompok. Setelah itu sampel tanah diambil dari masing-masing kelompok.
Cara pengambilan sampel
tanah untuk masing-masing kelompok adalah dengan metode sistematik yaitu ambil
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
dari masing-masing sudut, kemudian ambil juga dari antara masing-masing sudut. Titik sampel yang diambil sebanyak 9 titik dengan kedalaman 20 cm. pengambilan sampel ini dilakukan terhadap masing-masing kelompok.
Cara
Kondisis
lahan pada saat pengambilan sampel tanah awal penelitian ini dalam keadaan kering. Prosedur kerja dari masing-masing parameter dapat dilihat pada lampiran 3, 4, 5, 6 dan 7 masing-masing pada halaman 72 - 78 .
Khusus parameter pengukuran nilai
pH tanah dilakukan dengan memakai alat PUTS yaitu perangkat uji tanah sawah. Pengukuran dengan memakai alat ini sangat mudah dan praktis dilakukan. Cara kerja dan pengambilan sampel tanah untuk pengukuran ini dapat dilihat pada lampiran 5.
Cara pengambilan sampel tanah untuk pengamatan sifat fisika yaitu pada analisis kerapatan lindak/bulk density adalah sebagai berikut : Lokasi yang sudah ditentukan plot dan kelompok, kemudian ratakan dan bersihkan lapisan atas tanah yang akan diambil, kemudian letakkan tabung tegak pada lapisan tanah tersebut. Setelah itu gali tanah di sekeliling tabung dengan memakai cangkul atau pisau. Kemudian tanah diiris dengan pisau sampai hampir mendekati tabung. Tekan tabung sampai tiga perempat bagiannya masuk ke dalam tanah. Letakkan tabung lain tepat di atas tabung pertama, kemudian tekan lagi sampai bagian bawah dari tabung kedua masuk ke dalam tanah kira-kira satu centimeter. Pisahkan kedua tabung dengan hati-hati, kemudian dipotong tanah kelebihan yang ada pada bagian atas dan bawah tabung sampai rata. Kemudian tabung ditutup dengan tutup plastik.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Data Pertumbuhan
Data pertumbuhan terdiri dari : Tinggi tanaman (cm), Jumlah anakan (helai) dan Serapan hara (%)
Data Produksi
Data Produksi terdiri dari : Berat 1000 biji (gram), Persen gabah isi per rumpun (%) dan Kadar air gabah dan produksi t/ha (%)
Cara Pengukuran Sampel Tanaman
Tinggi Tanaman
Mulai dari atas permukaan tanah sampai pada tanaman tertinggi. Ini dilakukan mulai dari umur 25 HST dilakukan selama 4 kali pengukuran (25 HST, 35 HST , 45 HST dan pada saat panen umur 112 HST). Jumlah sampel yang di ambil sebanyak 10 sampel per plot. Cara pengambilan sampel yaitu dengan cara acak dengan catatan tanaman pinggir tidak dijadikan sebagai tanaman sampel.
Jumlah Anakan
Cara menghitung jumlah anakan adalah dihitung berapa jumlah anakan yang terdapat pada setiap rumpun tanaman. Dilakukan pada tanaman mulai umur 25 HST
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
dilakukan selama 4 kali pengukuran (tanaman berumur 25 HST, 35 HST , 45 HST dan pada saat panen umur 112 HST). Jumlah sampel yang di ambil dalam setiap plot sebanyak 10 sample secara acak.
Serapan Hara
Dihitung dengan cara mengalikan % kadar hara (hasil analisis lab) dengan berat kering kemudian dikonversi ke dalam g/m2. Pengukuran terhadap parameter serapan hara K ini dilakukan 3 kali pengukuran (umur 25 hari, 45 hari dan saat panen umur 112 hari). Setiap plot perlakuan diambil 2 tanaman sebagai tanaman sampel dan dilakukan pada setiap ulangan. Tanaman yang di jadikan sampel dicabut kemudian dipotong pada pangkal akar dan akarnya di buang. Kemudian dikering ovenkan 2 x 24 jam dengan 750C. Setelah itu dianalisis di laboratorium.
Persen Gabah Isi Per Rumpun
Dihitung dengan cara mengambil sampel sebanyak 5 sampel. Masing-masing rumpun dihitung berapa jumlah gabah isi dan berapa jumlah gabah hampa dalam satu rumpun. Kemudian dihitung berapa persen gabah yang berisi.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Produksi Per Hektar Dihitung saat panen berapa yang diperoleh pada saat pengubinan ukuran 1m2 kemudian dikonversikan ke dalam satu hektar. Pengukuran ini dilakukan satu kali.
Berat 1000 Biji Gabah dikering oven selama 480C. Berat ditimbang setelah diovenkan selama 2 hari (48 jam). Dari sampel masing-masing rumpun diambil sebanyak 1000 biji, setelah itu ditimbang berapa beratnya.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Tanah Awal (Sebelum Aplikasi Jerami)
Analisis terhadap kandungan hara tanah awal (sebelum inkubasi) sebagaimana disajikan pada Tabel 4, berdasarkan kriteria kandungan hara tanah oleh Hardjowigeno (1995), menunjukkan bahwa kandungan hara N-total tergolong sangat rendah, Corganik tergolong sangat rendah, P-total tergolong tinggi dan kandungan K-total tergolong sangat tinggi dari kandungan hara tanah normal untuk kebutuhan tanaman. Nilai pH tanah tergolong sangat masam Tabel 4. Hasil analisis tanah awal yang diambil dari lokasi penelitian No Jenis Analisis 01 N-Total (%) 02 C-Organik (%) 03 C/N Ratio 04 P2O5 HCl 25% (mg/100g) 05 K2O HCl 25% (mg/100g) 06 pH (H2O) *) Hardjowigeno (1995)
Nilai 0.10 0.73 7,30 40.31 215.89 4,22
Keterangan*) Sangat Rendah Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi Sangat masam
Hasil Analisis Jerami
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap jerami yang dijadikan sebagai bahan organik diperoleh hasil bahwa kandungan N (1,13), P (0,10) , K (1,90) C (41,68) data lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Tabel 5. Hasil analisis jerami yang digunakan sebagai bahan organik pada penelitian aplikasi jerami padi No 01 02 03 04 05
Jenis Analisis
Nilai 1.13 0.10 1.90 41.68 36,88
N (%) P (%) K (%) C (%) C/N
Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada jerami diperoleh nilai C/N dari jerami 36,88, nilai C/N dari jerami ini masih tergolong tinggi, sedangkan jerami yang sudah dapat menyumbangkan unsur hara bagi tanaman harus mempunyai nilai C/N kurang dari 20, artinya jika bahan organik yang diberikan mempunyai nilai C/N lebih dari 20 maka masih diperlukan waktu untuk proses dekomposisi.
Hasil Analisis Tanah Akhir (Setelah Aplikasi Jerami)
Analisis Sifat Kimia Tanah N-Total Tanah
Data hasil analisis tanah terhadap kadar N-total tanah dari masing-masing perlakuan disajikan pada Lampiran 7 dan hasil analisis sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 8. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan dosis jerami berpengaruh nyata terhadap kadar N-total tanah,
sementara masa inkubasi dan
interaksinya dengan dosis jerami tidak berpengaruh nyata. Hasil uji beda rataan
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
menggunakan uji jarak Duncan terhadap kadar N-total tanah akibat dosis jerami yang berbeda disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap N-total dalam tanah Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 0.11 0.10 0.10 0.10 a 10 0.08 0.07 0.09 0.08 b 20 0.10 0.07 0.09 0.08 b 30 0.11 0.07 0.10 0.09 b Rata-Rata 0.10 a 0.08 b 0.09 b Keterangan : Angka yang diikut i dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Perlakuan dengan dosis jerami 5,0 t/ha berbeda nyata dengan perlakuan dosis 2,5 t/h dan 7,5 t/ha. Antara perlakuan dosis 2,5 t/ha dengan 7,5 t/ha terdapat perbedaan yang nyata. N-total yang paling tinggi adalah pada perlakuan dosis jerami 2,5 t/ha dan masa inkubasi 30 hari. Perlakuan jerami yang diiinkubasi berbeda nyata dengan dengan jerami yang tanpa diinkubasi. Pada perlakuan masa inkubasi antara 10 hari, 20 hari dan 30 hari tidak terdapat perbedaan.
C-organik Tanah
Data hasil analisis tanah terhadap kadar C-organik tanah dari masing-masing perlakuan disajikan pada Lampiran 9 dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 10.
Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan masa
inkubasi jerami berpengaruh nyata terhadap kadar C-organik tanah, sementara dosis
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
jerami dan interaksinya tidak berpengaruh nyata. Hasil uji beda rataan menggunakan uji jarak Duncan terhadap kadar C-organik disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap total C-organik dalam tanah Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 0.74 0.71 0.73 0.73 a 10 1.03 1.01 1.09 1.04 b 20 1.08 1.13 1.10 1.10 b 30 1.14 0.95 1.02 1.04 b Rata-Rata 1.00 0.95 0.98 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Pengaruh perlakuan tanpa diinkubasi berbeda nyata dengan perlakuan dengan masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari. Pada ketiga taraf inkubasi (10 hari, 20 hari dan 30 hari) tidak terdapat perbedaan yang nyata. Peningkatan C-organik yang paling tinggi terdapat masa inkubasi 30 hari dengan dosis jerami 2,5 t/ha.
Ratio C/N Tanah
Data hasil analisis tanah terhadap C/N ratio dalam tanah dari masing-masing perlakuan disajikan pada Lampiran 11 dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 12.
Dari hasil analisis sidik ragam
diketahui bahwa interaksi antara
perlakuan masa inkubasi jerami dengan dosis berpengaruh nyata terhadap C/N ratio dalam tanah.
Hasil uji beda rataan menggunakan Uji Jarak Duncan terhadap C/N
ratio dalam tanah disajikan pada Tabel 8.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Tabel 8. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap nilai C/N Ratio dalam tanah Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 6.98 7.11 7.33 7.14 a 10 12.57 15.19 12.59 13.45 b 20 11.38 16.59 12.52 13.50 b 30 10.27 15.11 10.27 11.89 b Rata-Rata 10.30 a 13.50 b 10.68 a Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Nilai C/N ratio setelah perlakuan terjadi perbedaan pada dosis 2,5 t/ha antara masa inkubasi 20 hari dan 30 hari terdapat perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan masa inkubasi 10 hari. Pada masa inkubasi 20 hari terdapat perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan tanpa diinkubasi. Pemberian dosis jerami 5,0 t/ha dan 7,5 t/ha terdapat perbedaan yang nyata antara tanpa diinkubasi dengan diinkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari. Tetapi tidak berbeda nyata antara ketiga masa inkubasi. Peningkatan nilai C/N tertinggi terdapat pada perlakuan masa inkubasi 10 hari dengan dosis jerami 7,5 t/ha.
P-total Tanah
Hasil analisis tanah terhadap P-total dari masing-masing perlakuan disajikan pada Lampiran 13 dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 14. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara perlakuan masa inkubasi jerami dengan dosis berpengaruh nyata terhadap P - total dalam tanah. Hasil uji beda
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
rataan menggunakan uji jarak Duncan terhadap P-total dalam tanah disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan nilai P-total dalam tanah Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 40.31 a 40.31 a 40.31 a 40.31 10 47.27 b 51.98 b 47.57 b 48.94 20 45.57 b 56.77 b 45.97 b 49.44 30 53.58 b 60.09 c 58.51 b 57.39 Rata-Rata 46.68 52.29 48.09 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Pemberian dosis jerami 2,5 t/ha dan 7,5 t/ha terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan jerami tanpa diinkubasi dengan diinkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari,
sedangkan antara masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 tidak terdapat
perbedaan yang nyata. Perlakuan dengan pemberian dosis 5,0 t/ha terdapat perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan tanpa diinkubasi dengan diinkubasi 30 hari dan berbeda nyata terhadap masa inkubasi 10 hari dan 20 hari.
K-total Tanah
Data hasil analisis tanah terhadap K-total dalam tanah dari masing-masing perlakuan disajikan pada Lampiran 15 dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 16.
Dari hasil analisis sidik ragam
diketahui bahwa interaksi antara
perlakuan masa inkubasi dengan dosis jerami berpengaruh nyata terhadap K - total
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
dalam tanah. Hasil uji beda rataan menggunakan uji jarak Duncan terhadap K-total dalam tanah disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap rata-rata nilai K-total dalam tanah Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 215.44 a 216.44 a 215.78 a 215.89 10 243.18 a 271.01 b 263.14 b 259.11 20 278.21 b 257.02 b 254.40 b 263.21 30 263.14 b 267.80 b 276.76 b 269.12 Rata-Rata 249.99 253.07 252.44 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Pada perlakuan dosis jerami 2,5 t/ha terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan tanpa diinkubasi dan diinkubasi 10 hari jika dibandingkan dengan masa inkubasi 20 hari dan 30 hari. Dosis 5,0 t/ha dan 7,5 t/ha terdapat perbedaan yang nyata antara tanpa diinkubasi dengan yang diinkubasi.
Sedangkan antara masa
inkubasi tidak terdapat perbedaan yang nyata, tetapi jika dibandingkan dengan ratarata nilai terdapat perbedaan. Semakin lama masa inkubasi penambahan K-total semakin tinggi.
Nilai pH Tanah
Pengamatan terhadap nilai pH dalam tanah ini setelah perlakuan disajikan pada lampiran 5 halaman 78. Pemberian jerami setelah diinkubasi selama 10 hari terjadi peningkatan dari nilai awal pH 4,22 menjadi antara 4 - 5 (dari sangat masam menjadi
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
masam). Pada masa inkubasi 20 hari dan 30 hari perubahan nilai pH menjadi nilai antara 5 – 6 yaitu antara kategori agak masam dan hampir mendekati netral . Pengukuran dengan memakai alat PUTS terhadap pameter nilai pH dilakukan pada saat tanam dengan kondisi tanah pada saat itu dalam keadaan macak-macak. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap peningkatan nilai pH
Inkubasi (hari) 0 10 20 30
2,5 Sangat masam (<4) Masam (4-5) Agak masam (5-6) Agak masam (5-6)
Dosis Jerami (t/ha) 5,0 Sangat masam (<4) Masam (4-5) Masam (4-5) Agak masam (5-6)
7,5 Sangat masam (<4) Masam (4-5) Masam (4-5) Agak masam (5-6)
Analisis Sifat Biologi Tanah
Pengamatan Total Mikroba dalam Tanah.
Data hasil analisis tanah terhadap total mikroba dalam tanah dari masingmasing perlakuan setelah dilakukan perlakuan diperoleh hasil tertinggi terdapat pada perlakuan inkubasi 10 hari dengan dosis jerami 2,5 t/h yaitu 2,5 x 104 (spk/g tanah). Hasil ini masih tergolong kepada tanah yang kurang subur. Menurut Winarso (2005) menyebutkan jumlah populasi mikrobia pada tanah-tanah subur sebesar 108 sampai 109/g tanah. Hasil analisis tanah tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Tabel 12. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap total mikroba dilokasi penelitian (spk/g tanah) Lama inkubasi (hari)
Dosis Jerami (t/ha)
Rata-rata
2,5 5,0 7,5 4 3 10 2,5 x 10 2,5 x 10 2,5 x 103 2,5 x 103 20 2,5 x 103 2,5 x 103 4,5 x 103 3,12 x 103 3 3 30 9,5 x 10 9,5 x 10 4,5 x 103 7,8 x 103 Rata-rata 4,8 x 103 4,8 x 103 3,8 x 103 Dari hasil analisis yang dilakukan di laboratorium terhadap total mikroba yang ada di dalam tanah diperoleh bahwa total mikroba yang paling tinggi terdapat pada perlakuan dosis jerami 2,5 t/ha dengan masa inkubasi 10 hari. Pada dosis jerami 5,0 t/ha dan 7,5 t/ha total mikroba di dalam tanah tidak terlalu berbeda
Analisis Sifat Fisika Tanah
Kerapatan Lindak/Bulk Density (BD)
Data hasil analisis tanah terhadap kerapatan lindak/bulk density dalam tanah dari masing-masing perlakuan disajikan pada Lampiran 17 dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 18. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa masa inkubasi jerami berpengaruh nyata terhadap nilai kerapatan lindak/bulk density dalam tanah.
Hasil uji beda rataan menggunakan uji jarak Duncan terhadap nilai
kerapatan lindak/bulk density
disajikan pada Tabel 13.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Tabel 13. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap nilai kerapatan lindak (bulk density) pada lokasi penelitian (g/cm3) Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 0.97 0.95 0.99 0.97 a 10 0.89 0.89 0.88 0.88 b 20 0.86 0.87 0.86 0.86 b 30 0.85 0.84 0.83 0.84 b Rata-Rata 0.89 0.89 0.89 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Perlakuan masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari terdapat perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa diinkubasi walaupun dari segi nilai rata-rata terdapat penurunan nilai bulk density. Semakin lama masa inkubasi nilai bulk density semakin kecil.
Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman Umur 25 HST
Data hasil analisis tanah terhadap tinggi tanaman umur 25 HST dari masingmasing perlakuan disajikan pada Lampiran 19 dan hasil analisis sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 20. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa masa inkubasi jerami berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 25 HST. Hasil uji beda rataan menggunakan uji jarak Duncan terhadap tinggi tanaman umur 25 HST disajikan pada Tabel 14.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Tabel 14. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman (cm) umur 25 HST Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 40.54 43.33 41.38 41.75 a 10 44.71 44.25 47.04 45.33 b 20 44.42 45.34 44.84 44.86 b 30 47.13 46.09 46.59 46.60 b Rata-Rata 44.20 44.75 44.96 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Pada parameter tinggi tanaman perlakuan dengan masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa diinkubasi. Antara masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari tidak terdapat perbedaan yang nyata. Jika dilihat dari nilai rata-rata terdapa peningkatan, semakin lama masa inkubasi peningkatan tinggi tanaman semakin tinggi.
Jumlah Anakan pada Umur 25 HST
Data hasil analisis tanah terhadap jumlah anakan umur 25 HST dari masingmasing perlakuan disajikan pada Lampiran 21 dan hasil analisis sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 22. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa masa inkubasi jerami berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur 25 HST. Hasil uji beda rataan menggunakan uji jarak Duncan terhadap jumlah anakan umur 25 HST disajikan pada Tabel 15.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Tabel 15. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap rata-rata jumlah anakan (helai) umur 25 HST Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (I) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata (hari) 0 11.27 13.07 11.48 11.94 a 10 13.63 12.94 15.99 14.19 a 20 15.51 15.48 14.15 15.05 b 30 16.56 15.39 16.04 16.00 b Rata-Rata 14.24 14.22 14.42 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Pada parameter Jumlah anakan umur 25 HST tidak terdapat interaksi antara perlakuan dosis jerami dengan masa inkubasi. Tetapi terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan tanpa diinkubasi, diinkubasi 10 hst dengan perlakuan 20 hari dan 30 hari. Antara perlakuan dengan masa inkubasi 20 hari dan 30 hari tidak terdapat perbedaan yang nyata. Tetapi dari segi nilai rata-rata diperoleh hasil semakin lama masa inkubasi tinggi tanaman juga semakin tinggi.
Serapan K pada Saat Tanaman Umur 25 HST
Data hasil analisis tanah terhadap serapan hara K pada saat tanaman berumur 25 HST
dari masing-masing perlakuan disajikan pada Lampiran 23 dan hasil analisis
sidik ragam disajikan pada Lampiran 24. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa masa inkubasi jerami maupun dosis jerami tidak berpengaruh nyata terhadap serapan hara K pada saat tanaman umur 25 HST. Hasil uji beda rataan menggunakan
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
uji jarak Duncan terhadap serapan hara K pada saat tanaman berumur 25 HST disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap rata-rata nilai serapan K pada umur 25 HST (g/tanaman) Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 0.15 0.27 0.36 0.26 a 10 0.53 0.51 0.55 0.53 b 20 0.51 0.58 0.55 0.55 b 30 0.57 0.57 0.58 0.57 b Rata-Rata 0.44 0.48 0.51 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Pada parameter serapan hara K terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan tanpa diinkubasi dengan diinkubasi (10 hari, 20 hari dan 30 hari). Antara perlakuan dengan masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari tidak terdapat perbedaan yang nyata. Tetapi dari segi nilai rata-rata diperoleh hasil semakin lama masa inkubasi jumlah serapan hara K juga semakin tinggi. Pemberian dosis jerami tidak terdapat perbedaan yang nyata.
Tinggi Tanaman Umur 35 HST
Data hasil analisis tanah terhadap tinggi tanaman umur 35 HST dari masingmasing perlakuan disajikan pada Lampiran 25 dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 26. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara masa inkubasi jerami dengan pemberian dosis jerami berpengaruh nyata terhadap
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
tinggi tanaman umur 35 HST. Hasil uji beda rataan menggunakan uji jarak Duncan terhadap tinggi tanaman umur 35 HST disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman (cm) umur 35 HST Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 62.00 a 62.50 a 63.13 a 62.54 10 64.83 a 63.92 a 69.59 b 66.11 20 64.67 a 68.66 b 66.55 b 66.63 30 68.59 b 70.23 b 69.67 b 69.49 Rata-Rata 65.02 66.33 67.23 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf pada baris dan kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Pada perlakuan dosis jerami 2,5 t/ha yang paling tinggi terdapat pada perlakuan masa inkubasi 30 hari, terdapat perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan masa inkubasi 20 hari, 10 hari dan tanpa diinkubasi. Pada perlakuan dosis jerami 5,0 t/ha antara perlakuan tanpa diinkubasi dengan diinkubasi 20 hari dan 30 hari terdapat perbedaan yang nyata. Sama halnya dengan pemberian dosis jerami 7,5 t/ha antara tanpa diinkubasi dengan diinkubasi terdapat perbedaan yang nyata. Antara perlakuan dengan masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari tidak terdapat perbedaan yang nyata.
Tetapi dari segi nilai rata-rata diperoleh hasil semakin lama masa
inkubasi tinggi tanaman juga semakin tinggi.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Jumlah Anakan pada Umur 35 HST
Data hasil analisis tanah terhadap jumlah anakan umur 35 hari setelah tanam dari masing-masing perlakuan disajikan pada Lampiran 27 dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 28. Hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa masa inkubasi jerami berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur 35 HST. Hasil uji beda rataan menggunakan uji jarak Duncan disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap rata-rata jumlah anakan (helai) umur 35 HST Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 15.417 17.170 17.667 16,751 a 10 18.287 18.910 20.050 19,082 ab 20 20.270 20.053 20.660 20,328 b 30 20.103 20.770 20.553 20,476 b Rata-Rata 18,519 19,226 19,733 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Dari hasil analisis jumlah anakan umur 35 HST terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan tanpa diinkubasi dan 10 hari dengan diinkubasi 20 hari dan 30 hari. Sedangkan antara perlakuan masa inkubasi 20 hari dan 30 tidak terdapat perbedaan yang nyata. Jumlah anakan yang paling tinggi terdapat pada perlakuan masa inkubasi 30 hari dengan dosis jerami 5,0 t/ha (20,770).
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Tinggi Tanaman Umur 45 HST
Data hasil analisis terhadap tinggi tanaman pada umur 45 HST dari masingmasing perlakuan dan data hasil amatan disajikan pada lampiran 29 dan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 30. Dari hasil analisis sidik ragam tersebut diketahui bahwa perlakuan masa inkubasi jerami berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 45 HST. Hasil uji beda rataan disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman (cm) umur 45 HST Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 70.79 70.96 69.29 70.35 a 10 74.25 72.67 78.46 75.13 b 20 74.96 76.96 76.13 76.02 b 30 78.63 80.55 79.54 79.57 b Rata-Rata 74.66 75.28 75.86 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Pada parameter tinggi tanaman umur 45 hst terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan tanpa diinkubasi dengan diinkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari. Antara perlakuan dengan masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari tidak berbeda nyata. Tetapi dari segi nilai rata-rata diperoleh hasil semakin lama masa inkubasi tinggi tanaman juga semakin tinggi.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Jumlah Anakan Pada Umur 45 HST
Data hasil analisis tanah terhadap jumlah anakan umur 45 HST dari masingmasing perlakuan disajikan pada Lampiran 31 dan hasil analisis sidik ragam disajikan pada Lampiran 32. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan masa inkubasi dengan dosis jerami jerami berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan umur 45 HST. Hasil uji beda rataan menggunakan uji jarak Duncan terhadap jumlah anakan umur 45 hst disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap rata-rata jumlah anakan (helai) umur 45 HST Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 17.23 20.00 20.51 19,25 c 10 20.26 20.49 22.67 21,14 b 20 22.67 23.18 24.00 23,28 a 30 22.67 22.96 24.02 23,21 a Rata-Rata 20,70 b 21,66 b 22,80 a Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Perlakuan masa inkubasi 20 hari dan 30 hari terdapat perbedaan yang nyata jika dibandingkan masa inkubasi 10 hari. Masa inkubasi 10 hari berbeda nyata dengan tanpa diinkubasi. Dosis pemberian 2,5 t/ha dan 5,0 t/ha berbeda nyata dengan dosis 7,5 t/ha. Jumlah anakan umur 45 hari setelah tanam paling tinggi terdapat pada perlakuan 7,5 t/ha dengan masa inkubasi 30 hari.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Serapan Hara K Pada Umur 45 HST
Data hasil analisis terhadap serapan hara K pada umur 45 HST dari masingmasing perlakuan disajikan pada Lampiran 33 dan hasil analisis sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 34.
Dari hasil analisis sidik ragam
diketahui bahwa
perlakuan masa inkubasi dengan dosis jerami jerami berpengaruh nyata terhadap parameter terhadap serapan hara K pada umur 45 HST.
Hasil uji beda rataan
menggunakan uji jarak Duncan disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap nilai serapan hara K (g/tan) pada saat pertumbuhan vegetatif maksimum (umur 45 HST) Lama Inkubasi
Dosis Jerami (t/ha) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 0.53 0.62 1.11 0.75 b 10 0.66 0.69 0.91 0.76 b 20 0.78 0.51 0.63 0.64 a 30 0.72 0.46 0.86 0.68 a Rata-Rata 0.67 0.57 0.88 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Pada parameter serapan hara K pada umur 45 HST (pertumbuhan vegetatif maksimum) tidak terdapat interaksi antara perlakuan dosis jerami dengan masa inkubasi. Tetapi terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan tanpa diinkubasi dengan diinkubasi 10 hari jika dibandingkan dengan 20 hari dan 30 hari. Antara perlakuan dengan masa inkubasi 20 hari dan 30 hari tidak terdapat perbedaan yang nyata. Tetapi dari segi nilai rata-rata diperoleh hasil semakin lama masa inkubasi jumlah serapan hara K semakin rendah.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Tinggi Tanaman Umur Produktif (saat panen umur 112 hari)
Data hasil analisis terhadap tinggi tanaman pada umur produktif (saat panen) dari masing-masing perlakuan dan data hasil amatan disajikan pada Lampiran 35 dan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 36. Dari hasil analisis sidik ragam tersebut diketahui bahwa perlakuan masa inkubasi jerami berpengaruh nyata terhadap umur produktif (saat panen). Hasil uji beda rataan terhadap tinggi tanaman umur produktif (saat panen) disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman umur produktif /pada saat tanaman dipanen (cm) Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 96.63 96.46 95.00 96.03 a 10 99.71 98.75 101.50 99.99 b 20 99.13 101.17 101.92 100.74 b 30 100.58 102.38 101.29 101.42 b Rata-Rata 99.01 99.69 99.93 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Masa inkubasi (10 hari, 20 hari dan 30 hari) berbeda nyata dengan perlakuan tanpa inkubasi. Tetapi masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari tidak berbeda nyata walaupun dari segi nilai rata-rata terdapat perbedaan.
Jumlah Malai Produktif (saat panen)
Data hasil analisis terhadap jumlah malai pada umur produktif (saat panen) dari masing-masing perlakuan dan data hasil amatan disajikan pada Lampiran 37
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
dan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 38.
Hasil analisis sidik ragam
diketahui bahwa perlakuan masa inkubasi jerami berpengaruh nyata terhadap jumlah malai umur produktif (saat panen). Hasil uji beda rataan terhadap jumlah malai (saat panen) disajikan pada Tabel 23. Tabel 23. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap rata-rata jumlah malai produktif (saat panen umur 112 HST) (helai) Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi (hari) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 9.46 9.96 9.92 9.78 a 10 11.04 10.84 11.67 11.18 b 20 12.54 11.79 11.75 12.03 b 30 12.50 13.71 13.84 13.35 c Rata-Rata 11.39 11.58 11.79 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Masa inkubasi 10 hari, 20 dan 30 hari berbeda nyata dengan perlakuan tanpa diinkubasi. Jumlah malai yang tertinggi terdapat pada perlakuan masa inkubasi 30 hari dengan dosis 7,5 t/ha .
Serapan Hara K pada Saat Panen (diukur pada brankasan)
Hasil analisis terhadap serapan hara K
pada saat panen masing-masing
perlakuan dan data hasil amatan disajikan pada Lampiran 39. Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 40. Hasil tersebut diketahui bahwa perlakuan interaksi antara masa inkubasi dengan dosis jerami berpengaruh nyata terhadap serapan hara K pada saat panen. Hasil uji beda rataannya disajikan pada Tabel 24.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Tabel 24. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap nilai serapan hara K (g/tan) pada saat tanaman panen umur 112 HST Lama Inkubasi
Dosis Jerami (J) (ton) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 0.96 b 1.20 b 0.60 a 0.92 10 1.02 b 0.79 a 0.85 b 0.89 20 0.81 a 0.89 b 0.73 a 0.81 30 0.80 a 0.87 b 0.72 a 0.80 Rata-Rata 0.90 0.93 0.72 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Tabel 24 terlihat serapan hara K pada perlakuan dengan dosis 2,5 t/ha pada masa inkubasi 10 hari dan tanpa diinkubasi berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan masa inkubasi 20 hari dan 30 hari. Dosis perlakuan 5,0 t/ha masa inkubasi 10 hari berbeda nyata jika dibandingkan dengan tanpa diinkubasi dan diinkubasi 20 hari dan 30 hari. Dosis jerami 7,5 t/ha perlakuan dengan masa 10 hari berbeda nyata jika dibandingkan dengan masa inkubasi 20 hari, 30 hari dan perlakuan tanpa diinkubasi. Nilai serapan hara yang paling tinggi terdapat pada perlakuan tanpa inkubasi dengan dosis 5,0 t.ha (1,20 g/tan).
Produksi Tanaman (Hasil Panen)
Berat 1000 biji (gram)
Data hasil analisis terhadap berat 1000 biji dari masing-masing perlakuan dan data hasil amatan disajikan pada lampiran 41 dan hasil analisis sidik ragam pada
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Lampiran 42. Dari hasil analisis sidik ragam tersebut diketahui bahwa perlakuan antara masa inkubasi jerami dengan dosis jerami berpengaruh nyata terhadap berat 1000 biji. Hasil uji beda rataan terhadap berat 1000 biji disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap berat 1000 biji (g) Lama Inkubasi
Dosis Jerami (t/ha) 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 24.77 24.76 22.73 23,76 a 10 27.52 27.10 28.80 28,50 b 20 28.89 28.11 29.32 30,70 b 30 28.23 28.52 29.70 30,22 b Rata-Rata 27,11 b 28,37 b 29,41 a 28,30 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Tabel 25 terlihat bahwa perlakuan dengan masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari berbeda nyata jika dibandingkan dengan tanpa diinkubasi. Masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari tidak terdapat perbedaan yang nyata, walupun dari segi ratarata nilai terdapat perbedaan. Semakin lama masa inkubasi maka berat 1000 biji semakin tinggi. Perlakuan dengan dosis 2,5 t/ha dan 5,0 t/ha berbeda nyata jika dibandingkan dengan dosis 7,5 t/ha. Berat 1000 biji yang paling tinggi terdapat perlakuan masa inkubasi 30 hari dengan dosis 7,5 t/ha.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Kadar Air Gabah
Data hasil analisis terhadap kadar air gabah dari masing-masing perlakuan dan data hasil amatan disajikan pada Lampiran 43 dan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 44. Dari hasil analisis sidik ragam tersebut diketahui bahwa interaksi perlakuan
antara masa inkubasi jerami dengan dosis jerami berpengaruh nyata
terhadap kadar air gabah. Hasil uji beda rataan terhadap kadar air gabah disajikan pada Tabel 26. Tabel 26. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kadar air gabah (%) Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 20.18 a 20.29 a 20.82 a 20,43 10 19.18 ab 19.67 ab 20.38 a 19,74 20 20.07 a 19.70 ab 19.15 b 19,64 30 18.73 b 19.02 b 18.02 c 18,59 Rata-Rata 19,54 19,67 19,59 19,60 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Tabel 26 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan dosis 2,5 t/ha antara perlakuan masa inkubasi 20 hari dan tanpa diinkubasi terdapat perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan masa inkubasi 30 hari. Pemberian dosis jerami 5,0 t/ha terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan masa inkubasi 30 hari dengan tanpa diinkubasi. Dosis jerami 7,5 t/ha terdapat perbedaan yang nyata antara masa inkubasi 10 dan tanpa diinkubasi jika dibandingkan dengan masa inkubasi 20 hari dan 30 hari.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Produksi t/ha
Data hasil analisis terhadap produksi t/ha dari masing-masing perlakuan dan data hasil amatan disajikan pada Lampiran 45 dan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 46. Hasil analisis sidik ragam tersebut diketahui bahwa perlakuan antara masa inkubasi dengan dosis jerami berpengaruh nyata terhadap berat 1000 biji. Hasil uji beda rataan terhadap produksi t/ha disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap produksi (t/ha) Lama Inkubasi
Dosis Jerami t/ha 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 4.48 4.52 4.29 4.43 a 10 5.41 5.70 5.94 5.68 b 20 6.12 6.14 6.46 6.24 b 30 6.70 6.85 7.21 6.92 b Rata-Rata 5.68 a 5.80 b 5.98 b 6,00 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan
Dari Tabel 27 dapat dilihat bahwa perlakuan jerami tanpa diinkubasi berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari. Pada ketiga taraf masa inkubasi (10 hari, 20 hari dan 30 hari) tidak terdapat perbedaan yang nyata. Jika dilihat dari nilai rata-rata terdapat perbedaan. Semakin lama masa inkubasi maka produksi hasil semakin tinggi. Produksi yang paling tinggi terdapat pada perlakuan masa inkubasi 30 hari dengan dosis 7,5 t/ha.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Persen Gabah Isi per Rumpun
Data hasil analisis terhadap persen gabah isi per rumpun dari masing-masing perlakuan dan data hasil amatan disajikan pada Lampiran 47 dan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 48. Dari hasil analisis sidik ragam tersebut diketahui bahwa perlakuan
antara masa inkubasi jerami dengan dosis jerami berpengaruh nyata
terhadap berat 1000 biji. Hasil uji beda rataan terhadap produksi t/ha disajikan pada Tabel 28. Tabel 28. Pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap persen gabah isi per rumpun Dosis Jerami (t/ha) Lama Inkubasi 2,5 5,0 7,5 Rata-Rata 0 88.23 86.62 83.13 85.99 a 10 86.79 90.22 90.34 89.12 a 20 94.62 95.78 94.38 94.92 b 30 94.02 94.90 96.64 95.19 b Rata-Rata 90.92 91.88 91.12 Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Tabel 28 dapat dilihat bahwa persen gabah isi per rumpun pada perlakuan tanpa diinkubasi dan diinkubasi 10 hari terdapat perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan masa inkubasi 20 hari dan 30 hari. Pada perlakuan dosis jerami 2,5 t/ha, 5,0 t/ha dan 7,5 t/ha tidak terdapat perbedaan yang nyata.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Pembahasan Sifat Kimia Tanah N-total Tanah Nilai N-total tanah setelah perlakuan terjadi peningkatan tetapi masih dalam kategori rendah (Hardjowigeno, 1995). Dosis jerami yang diberikan antara 2,5 t/ha dan 7,5 t/ha tidak terdapat perbedaan yang nyata tetapi berbeda nyata jika dibandingkan dengan pemberian dosis jerami 5,0 t/ha lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 6 halaman 31. Diduga yang menyebabkan terjadinya hal seperti ini karena perubahan unsur hara dari anorganik menjadi unsur hara organik (proses immobilisasi). Karenna kandungan C-organik di dalam tanah sangat rendah sehingga mikroorganisme memanfaatkan jerami tersebut sebagai sumber energinya. Nitrogen dapat kembali ke tanah yang berasal dari bahan organik dengan melibatkan aktivitas mikroorganisme tanah melalui tiga reaksi yaitu : penguraian protein yang terdapat pada bahan organik menjadi asam amino (reaksi aminisasi), Perubahan asam amino menjadi senyawa-senyawa amonia (NH3) dan amonium (NH4+) (reaksi amonifikasi) dan perubahan senyawa amonia menjadi nitrat yang disebabkan oleh bakteri nitrosomonas dan nitrosococcus (nitrifikasi), Novizan (2005). Masa inkubasi jerami tidak berpengaruh nyata dalam peningkatan nilai Ntotal tanah tetapi jika dilihat dari rata-rata nilai N-total tanah terdapat perbedaan semakin lama masa inkubasi maka peningkatan terhadap nilai N-total tanah semakin meningkat. Hasil akhir dari proses dekomposisi adalah proses mineralisasi
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Menurut Nuryani, dkk., (2003) dan Tisdale, Nelson dan Beaton, (1990) . Dilihat dari interaksi antara pemberian jerami kedalam tanah dengan masa inkubasi yang berbeda tidak berpengaruh nyata. Pemberian jerami yang berbeda kedalam tanah dapat meningkatkan nilai N-total tanah, sedangkan dengan adanya masa inkubasi yang dilakukan tidak terdapat perbedaan yang nyata.
C-Organik
Nilai C-organik dalam tanah setelah inkubasi terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan nilai C-organik pada saat analisis awal. Nilai C-organik tanpa diinkubasi berbeda nyata dengan jerami yang diinkubasi, sedangkan antara inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari tidak terdapat perbedaan yang nyata. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 7 halaman 32. Kadar C-organik dalam tanah dapat meningkat dengan adanya masa inkubasi seperti yang disampaikan oleh Nuryani dan Handayani (2002) bahan organik yang diberikan kedalam tanah setelah mengalami dekomposisi, dapat meningkatkan kandungan karbon tanah juga kandungan asam-asam H2SO4 dan HNO3 yang berasal dari pelapukan bahan organik. Adanya respon positif pemberian jerami ke dalam tanah adalah karena kandungan C-organik sebelumnya di dalam tanah sangat rendah.
Pemberian dosis jerami antara 2,5 t/ha, 5,0 t/ha dan 7,5 t/ha tidak terdapat perbedaan yang nyata, walupun dari segi rata-rata tetap terjadi perbedaan. Karbon merupakan komponen paling besar dalam bahan organik sehingga pemberian bahan
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
organik akan dapat meningkatkan kandungan karbon dalam tanah.
Dengan
meningkatnya nilai karbon dalam tanah sifat fisika menjadi lebih baik seperti tanah menjadi lebih remah dan bulk density menjadi lebih rendah. Dari segi sifat biologi tanah adalah karena karbon merupakan sumber bahan makanan bagi mikroorganisme tanah sehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akan memacu dan meningkatkan proses
dekomposisi
dan
juga
reaksi-reaksi
yang
memerlukan
bantuan
mikroorganisme, sehingga diperkirakan total mikroba di dalam tanah meningkat.
P-total dalam Tanah
Nilai P-total dalam tanah setelah dilakukan perlakuan mengalami peningkatan. Masa inkubasi antara 10 hari dan 20 hari tidak terdapat perbedaan yang nyata tetapi berbeda nyata jika dibandingkan dengan masa inkubasi 30 hari. P-total dalam tanah pada awal penelitian (tanpa melalui masa inkubasi) berbeda nyata jika dibandingkan dengan pemberian jerami dengan terlebih dahulu diinkubasi, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9 halaman 34. Peningkatan P-total yang paling tinggi terjadi pada masa inkubasi 30 hari . Terjadinya peningkatan nilai P-total dalam tanah setelah penambahan bahan organik melalui masa inkubasi diduga berasal dari proses mineralisasi dari bahan organik sehingga meningkatkan kandungan P-total tanah. Pemberian dosis jerami 2,5 t/ha,
5,0 t/ha dan 7,5 t/ha jerami tidak terdapat
perbedaan yang nyata hal ini diduga karena P yang berasal dari perombakan bahan organik sebagian besar P yang mudah larut diambil oleh mikroorganisme untuk
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
pertumbuhannya
yang kemudian fosfor ini akhirnya diubah menjadi humus
(Novizan, 2005). Ketersediaan fosfor dalam tanah dipengaruhi juga oleh pH tanah. Pada tanah yang mempunyai pH rendah (masam), fosfor akan bereaksi dengan ion besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman dan menyebabkan P-total di dalam tanah menjadi tinggi.
Naiknya pH
dapat
meningkatkan ketersediaan P (Hardjowigeno dan Rayes, 2001)
Interaksi antara masa inkubasi dengan dosis jerami terdapat perbedaan yang nyata. Pada dosis 2,5 t/ha jerami dengan masa inkubasi berpengaruh nyata terhadap jerami tanpa diinkubasi. Sedangkan antara masa inkubasi 10, 20 dan 30 hari tidak terdapat perbedaan yang nyata. Begitu juga dengan pemberian dosis jerami 5,0 t/ha dan 7,5 t/ha. Diduga yang menyebabkan terjadi seperti ini karena pertambahan P ke dalam tanah yang berasal dari bahan organik kecil dari hasil analisis laboratorium yang dilakukan yaitu 0,01%, juga proses pelapukan mineral yang mengandung P juga dalam waktu yang relatif lama (Nyakpa., 1998).
K-total dalam Tanah
Nilai K-total dalam tanah terjadi peningkatan setelah perlakuan jika dibandingkan dengan hasil analisis awal. Pada perlakuan interaksi antara perlakuan masa inkubasi dengan dosis jerami terdapat perbedaan yang nyata. Pada dosis 2,5 t/ha dan 7,5 t/ha jerami yang diberikan dengan masa inkubasi 10, 20 dan 30 hari
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
berpengaruh nyata jika dibandingkan dengan tanpa diinkubasi. Dosis 5,0 t/ha pada perlakuan inkubasi 10 dan 20 hari berpengaruh nyata terhadap perlakuan jerami diinkubasi 30 hari.
Hasil lengkap dapat dilihat pada Tabel 10 halaman 35.
Terjadinya peningkatan nilai K-total dalam tanah dengan pemberian jerami salah satunya adalah disebabkan karena unsur yang paling tinggi yang terdapat dalam jerami selain Si adalah K yaitu Si (4-7%), kalium (1,90%) hasil yang dilakukan di laboratorium tanah dan tanaman (BPTP) Sumatera Utara.
Menurut Adiningsih, (1984) pemberian jerami 5 t/ha selama 4 musim dapat menyumbang hara K sebanyak 170 kg, karena hampir 80% kalium yang diserap tanaman berada dalam jerami. Disamping itu dengan adanya inkubasi terhadap bahan organik maka proses dekomposisi dari bahan organik tersebut sudah berlangsung. Pelapukan mineral akan
membebaskan kalium ke dalam bentuk yang dapat
dipertukarkan. Semakin intensif proses pelapukan maka semakin banyak kalium yang dibebaskan.
Keberadaan kalium di dalam tanah juga sangat dipengaruhi oleh
tipe koloid tanah, suhu, pembasaan , pH dan pelapukan (Nyakpa dkk, 1988).
pH tanah
Nilai pH yang diperoleh setelah perlakuan masa inkubasi terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan nilai pH awal sebelum dilakukan perlakuan. Pada awal penelitian nilai pH sangat masam (<4) pada saat itu keadaan tanah adalah kering. Setelah diberikan jerami dengan masa inkubasi yang berbeda dan kondisi tanah
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
adalah dalam keadaan tergenang sehingga dapat meningkatkan nilai pH tanah, dari awalnya dalam kategori sangat masam setelah diinkubasi selama 10 hari terjadi peningkatan nilai pH yaitu menjadi dengan kategori agak masam (4 – 5). Inkubasi 20 hari dan 30 hari terjadi peningkatan yaitu kategori agak masam (nilai pH 5 – 6).
Terjadinya peningkatan nilai pH ini disebabkan karena : 1) Proses penggenangan yang dilakukan pada tanah yang mempunyai pH rendah (masam) dapat meningkatkan nilai pH. Naiknya pH tanah akibat digenangi adalah karena reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ dimana terjadi pembebasan OH- dan konsumsi H+. Selain itu juga ditentukan oleh nisbah konsumsi H+/konsumsi elektron yaitu sebagai akibat dari reduksi Fe3+ menjadi Fe2+.
2)
Proses dekomposisi dari bahan organik yang dilakukan oleh
mikroorganisme yang menghasilkan CO2 yang bereaksi dengan air
membentuk
H2CO3 yang selanjutnya yang selanjutnya terdisosiasi menjadi ion H+ dan HCO3. Akibat dari masa inkubasi yang diberikan maka proses ini dapat berlangsung (Hardjowigeno dan Rayes, 2001).
Sifat Biologi Tanah Pengamatan Total Mikroba dalam Tanah
Sifat biologi tanah yang diamati adalah total mikroba yang terdapat di dalam tanah. Sekedar mengetahui total mikroba di dalam tanah sebelum penelitian dimulai dilakukan analisis tanah awal. Diperoleh bahwa total mikroba yang terdapat di lokasi
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
penelitian sangat rendah. Setelah dilakukan perlakuan dengan menambahkan jerami ke dalam tanah terjadi peningkatan ini diduga disebabkan oleh aktivitas mikrobia di dalam tanah meningkat seiiring dengan pemberian bahan jerami. Pada perlakuan dosis jerami 2,5 t/ha total mikroba tertinggi terdapat pada perlakuan dengan masa inkubasi 10 kemudian pada perlakuan dengan masa inkubasi 30 hari dan terakhir pada perlakuan 20 hari.
Perlakuan dengan dosis jerami sebanyak 5,0 t/ha total
mikroba tertinggi terdapat pada perlakuan dengan masa inkubasi 30 hari, kemudian masa inkubasi 20 dan 10 hari. Dosis jerami yang diberikan sebanyak 7,5 t/ha total mikroba tertinggi terdapat pada perlakuan dengan masa inkubasi 30 dan 20 hari, kemudian disusul perlakuan dengan masa inkubasi 10 hari. Lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 12 halaman 37.
Menurut Buckman dan Brady, (1982) bahan organik berpengaruh bagi kesuburan biologi tanah untuk membentuk jaringan tubuh mikroorganisme dan sumber energi baginya dengan demikian populasi mikroorganisme di dalam tanah meningkat dan ketersediaan unsur hara juga meningkat, karena salah satu dari manfaat bahan organik diberikan ke dalam tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam tanah. Menurut Novizan (2005), pada tahap ini karbohidrat, protein dengan nilai C/N yang tinggi akan diurai menjadi senyawa sederhana, seperti NH3, CO2, H2 dan H2O. Mikroorganisme pada tahap ini menyerap unsur hara dari lingkungan sekitarnya untuk perkembangannya. Hal ini diduga yang terjadi pada
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
lokasi penelitian dengan pemberian
jerami sebagai bahan organik dapat
meningkatkan total mikroba di dalam tanah.
Sifat Fisika Tanah
Kerapatan Lindak/Bulk Density (BD)
Kerapatan lindak/bulk density (BD) pada lokasi penelitian sebelum dilakukan perlakuan
(0,97),
setelah dilakukan perlakuan terjadi penurunan bulk density.
Perlakuan dengan masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari terdapat perbedaan yang nyata sedangkan antara ketiga taraf masa inkubasi tidak terdapat perbedaan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13 halaman 38. Terjadinya penurunan BD pada perlakuan masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari ini disebabkan karena peranan bahan organik sebagai hasil akhir dekomposisi berupa humus yang dapat memperbaiki sifat tanah secara kimia yaitu dengan terbentuknya humus maka kemampuan tanah untuk mengikat air lebih tinggi dan dapat meningkatkan granulasi (pembutiran) agregat sehingga agregat tanah lebih mantap dengan agregasi tanah yang baik secara tidak langsung dapat memperbaiki ketersediaan unsur hara dan tata udara dan air akan baik pula sehingga aktivitas mikroorganisme dapat berlangsung dengan baik. (Buckman dan Brady, 1982).
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Data Pertumbuhan Tanaman
Pengamatan Pertumbuhan Tanaman (tinggi tanaman, jumlah anakan dan serapan hara K) pada umur 25 hst diperoleh hasil bahwa pada perlakuan pemberian jerami padi dengan masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari berbeda nyata dengan pemberian jerami tanpa diinkubasi. Antara perlakuan masa inkubasi 10 hari, 20 hari dan 30 hari tidak terdapat perbedaan yang nyata, meskipun demikian jika dilihat dari rata-rata nilai masih ada terdapat perbedaan, lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14 halaman 39, Tabel 15 halaman 40 dan Tabel 16 halaman 41. Terjadinya perbedaan ini diduga disebabkan karena bahan organik yang diberikan sudah mulai terdekomposisi dengan adanya masa inkubasi. Sebagian unsur hara yang terkandung di dalam bahan organik sudah mulai tersedia bagi tanaman. Jika dilihat dari rata-rata nilai serapan hara K pada umur 25 hst terlihat bahwa nilai serapannya juga lebih rendah pada perlakuan tanpa diinkubasi. seiring dengan meningkatnya
Serapan hara K cenderung meningkat
masa inkubasi pada jerami,
begitu juga dengan
komponen jumlah anakan dan tinggi tanaman. Selain itu pemberian bahan organik dengan mempunyai C/N yang cukup tinggi menyebabkan aktivitas mikroorganisme meningkat dan mengambil unsur hara untuk perkembangan dirinya sendiri. Kemungkinan bahan organik yang diberikan tanpa terlebih dahulu diinkubasi belum tersedia bagi tanaman.
Parameter jumlah anakan, serapan hara pada pertumbuhan vegetatif maksimum (45 HST), jumlah anakan produktif dan jumlah malai produktif terdapat perbedaan
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
yang nyata antara ketiga taraf inkubasi dengan perlakuan tanpa diinkubasi. Serapan hara K umur 45 HST terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan tanpa diinkubasi dengan perlakuan diinkubasi. Pada umur 45 HST serapan hara K tertinggi terdapat pada perlakuan jerami yang tanpa diinkubasi, sebaliknya pada perlakuan dengan masa inkubasi lebih rendah (data lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 17 halaman 42, Tabel 18 halaman 43, Tabel 20 halaman 45, Tabel 21 halaman 46 Tabel 22 halaman 47, Tabel 23 halaman 48. Hal ini terjadi diduga karena jerami yang diberikan tanpa diinkubasi baru mengalami proses dekomposisi setelah tanaman berumur 45 hari. Mengingat nilai C/N dari jerami tersebut yang cukup tinggi (36,88) sehingga membutuhkan waktu untuk proses terjadinya dekomposisi. Seperti yang dikemukakan oleh Sirappa (2002)
bahwa jerami yang diberikan kedalam tanah
sawah sebaiknya mempunyai nilai C/N <20 dan baru akan tersedia bagi tanaman setelah tanaman berumur lebih dari 30 hari. Tersedianya unsur hara K bagi tanaman yang berasal dari jerami yang diinkubasi karena unsur hara yang terikat dalam bahan organik akan dilepaskan melalui proses mineralisasi sehingga dapat digunakan oleh tanaman. Seperti yang disebutkan oleh Wihardjaka, dkk. (2002) bahwa serapan K pada perlakuan yang diberi jerami segar pada pertumbuhan vegetatif maksimum relatif lebih tinggi dari pada yang diberi jerami lapuk.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Pengamatan Panen
Pengamatan setelah panen (berat 1000 biji, kadar air gabah, produksi t/ha dan persen ganah isi) terjadi perbedaan yang nyata antara perlakuan tanpa diinkubasi dengan diinkubasi 30 hari, 20 hari dan 10 hari. Dosis jerami yang diberikan 2,5 t/ha , 5,0 t/ha dan 7,5 t/ha pada parameter berat 1000 biji terdapat perbedaan yang nyata lebih lengkap dapat dililah pada Tabel 25 halaman 50, Tabel 26 halaman 51, Tabel 27 halaman 52 dan Tabel 28 halaman 53. Terjadinya hal seperti ini diduga terjadi karena pada masa pertumbuhan vegetatif sampai masa pertumbuhan generatif perlakuan yang diberi bahan organik dengan masa inkubasi lebih cepat pertumbuhannya dan memasuki masa keluar primordia juga lebih cepat. Karena bahan organik yang diberikan sudah mengalami dekomposisi sehingga unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia bagi tanaman.
Kadar air gabah saat panen terdapat perbedaan yang nyata antara interaksi pemberian dosis jerami dengan masa inkubasi . Hal ini dapat dilihat pada perlakuan tanpa diinkubasi lebih lambat menguning jika dibandingkan dengan perlakuan jerami yang diinkubasi. Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan masa inkubasi 30 hari dengan dosis 7,5 t/ha (7,21 t/ha)
berbeda nyata dengan perlakuan yang tanpa
diinkubasi (4,69 t/ha).
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Perlakuan masa inkubasi berpengaruh nyata terhadap peningkatkan nilai Ntotal, C-organik, C/N, P-total, K-total, tinggi tanaman umur 25 HST, jumlah anakan umur 25 HST, serapan hara umur 25 HST, tinggi tanaman umur 35 HST, jumlah anakan umur 35 HST, tinggi tanaman umur 45 HST, jumlah anakan umur 45 HST, serapan hara K umur 45 HST, tinggi tanaman produktif (saat panen umur 112 HST), jumlah anakan (saat panen umur 112 HST), produksi (t/ha), persen gabah isi, berat 1000 biji dan dapat menurunkan nilai bulk density, sedangkan terhadap serapan hara K pada saat panen tidak berpengaruh nyata.
2.
Perlakuan pemberian dosis jerami yang berbeda berpengaruh nyata terhadap nilai N-total, C/N, P-total, K-total, tinggi tanaman umur 35 HST, jumlah anakan umur 45 HST, serapan hara K umur 45 HST, serapan hara K pada saat panen, produksi (t/ha), berat 1000 biji dan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 25 HST, jumlah anakan umur 25 HST, serapan hara umur 25 HST, jumlah anakan umur 35 HST, tinggi tanaman umur 45 HST, tinggi tanaman produktif (saat panen umur 112 HST), persen kadar air, persen gabah isi per rumpun
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
•
Interaksi antara perlakuan masa inkubasi dan pemberian dosis jerami yang berbeda berpengaruh nyata terhadap P-total, K-total, tinggi tanaman umur 25 HST, serapan hara K umur 45 HST, serapan hara K umur produktif (saat panen umur 112 HST) dan persen kadar air.
Tetapi tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata terhadap N-total, C-organik, C/N, tinggi tanaman umur 25 HST, jumlah anakan umur 25 HST, serapan hara umur 25 HST, jumlah anakan umur 35 HST, tinggi tanaman umur 45 HST, jumlah anakan umur 45 HST, tinggi tanaman produktif (saat panen umur 112 HST), jumlah anakan produktif (saat panen umur 112 HST), produksi (t/ha),
berat 1000 biji,
produksi t/ha dan nilai bulk density.
Saran
1.
Untuk meningkatkan produksi padi sawah 7,21 t/ha perlu dilakukan masa inkubasi terhadap jerami selama 30 hari sebelum dilakukan penanaman dengan dosis 7,5 t/ha jerami
2.
Perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui efek residu dari jerami yang diberikan ke dalam tanah terhadap produksi padi dan perbaikan sifat tanah sawah pada musim berikutnya.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman, S., Z. Susanti, dan Suhana. 2000. Dinamika Unasur NPK pada Lahan Sawah dalam Jangka Panjang. Laporan Akhir PAATP Balitpa. Sukamandi Abdulrachman, S. 2002. Pengembangan Metode Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi pada Padi Sawah dalam Prosiding Pengelolaan Hara P dan K pada Padi Sawah. Puliitanak. Bogor. P 39-58 Abdul Rauf. 2007. Wacana Medan Bisnis. Terbit Senin 22 Januari 2007. hal 10. Adiningsih, S. J. 1984. Pengaruh Beberapa Faktor terhadap Penyediaan Kalium Tanah Sawah Daerah Sukabumi dan Bogor. Disertasi Fakultas Pasca Sarjanan IPB, Bogor Adiningsih, S. dan Sri Rochayati. 1998. Peranan Bahan Organik dalam Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Produktivitas Tanah. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk. Cipayung 16-17 Nop. 1987 : 161-182. Adiningsih, S. 2004. Dinamika Hara dalam Tanah dan Mekanisme Serapan Hara dalam Kaitannya dengan Sifat-Sifat Tanah dan Aplikasi Pupuk. LPI dan APPI, Jakarta. Arafah dan M.P. Sirappa. 2003. Kajian Penggunaan Jerami dan Pupuk N, P dan K pada Lahan Sawah Irigasi dalam Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Volume 4 (1) pp15-24. Ardiwinata, A. N., S. Y. Jatmiko, dan E. S. Harsanti. 1999. Monitoring Residu Insektisida di Jawa Barat. Dalam Risalah Seminar Hasil Penelitian Emisi Gas Rumah Kaca dan Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Sawah Menuju Sistem Produksi Padi Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Tanggal 24 April 1999. p. 91-105. Arifin, M. dan Pancadewi. 1998 . Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Kelengasan Tanah Terhadap Ketersediaan N,P,Kdan KTK pada Tanah Vertisol. Dalam Sudaryono et al (Eds). Prosiding Seminar Nasional dan Pertemuan Tahunan Komisariat Daerah Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. HITI. Komda Jawa Timur. Malang Arsyad. S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor 17p.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
BPS. 2001. Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik. Indonesia Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Sampali-Medan. 2008. Prakiraan Musim Kemarau di Sumatera Utara Tahun 2008\. Stasiun Klimatologi Sampali-Medan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1992. Lima Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian (1987-1992). Sumbangan dalam Menyongsong Era Tinggal Landas Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Bekti, E. dan Y. Surdianto. 2001. Pupuk Kompos Untuk Meningkatkan Produksi Padi Sawah. Departemen Pertanian. Lembar Informasi Pertanian No. 005 Seri Tanaman Pangan/PAATP/2001/ehb. Agdex : 113/546. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Buckman, H.O, dan Brady, 1982. Ilmu Tanah. Penerjemah: Soegiman, Bharata Karya Aksara, Jakarta. Hal 131-191. De Datta, S.K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. John Wiley and Sons. New York. 618p. Dobermann, A. dan T. Fairhurst. 2000. Rice : Nutrient Disorders & Nutrient Management. Potash & Potash Institute/Potash & Potash Intitute of Canada. Edrizal dan J. Bobihoe. 2004. Efisiensi Penggunaan Pupuk Nitrogen dengan Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Padi sawah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 7, No. 2. Juli 2004 : 118-124. Erfandi, D., U. Kurnia, dan O. Sopandi, 2002. Pengendalian Erosi dan Perubahan Sifat Fisik Tanah pada Lahan Sayuran Berlereng. hlm. 277-286 dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Pupuk, Cisarua-Bogor, 30-31 Oktober 2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan. FP-Institut Pertanian Bogor., 1997. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PS. Pertanian IPB. Bogor. Gunadi, D. H. 2004. Teknologi konsumsi Pupuk yang minimal. http://kompas.com/kompas-cetak/0405/15/ilpeng/1026259.htm Gunarto L, P. Lestari, H. Supadmo dan A.R. Marzuki, 2002 Haryanto dan Idawati. 1990. Pengaruh Pemberian Jerami PAdi pada Serapan N dan Pertumbuhan Padi. Majalah BATAN, Vol. XXIII:32-41.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Hardjowigeno, S., 1995. Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta. 126p Hardjowigeno dan M. L. Rayes, 2001. Tanah Sawah. Program Pasca Sarana Institut Pertanian Bogor. Hal 73 – 75. Haryanto dan Idawati. 1990. Pengaruh Pemberian Jerami Padi pada Serapan N dan Pertumbuhan Padi. Majalah BATAN, Vol. XXIII:32-41 Henry D. Foth. 1995. Dasar-Dasar Ilmu tanah Diterjemahkan oleh Endang Dwi Purbayanti, Dwi Retno Lukiwati, Rahayuning Trimulatsih, Penerbit Gajag Mada University Press. IRRI. 1986. Annual Report for 1985. In:IRRI-CIAT Rice Almanac.2nd ed. International Rice Research Institute. The Philippines. IRRI. 1997. Indonesia. In:IRRI-CIAT Rice Almanac.2nd ed. International Rice Research Institute. The Philippines. P. 82-84. Karama, A.S., J. Sri Adiningsih, M. Supartini, M. Dan T. Prihatini, 1992. Peranan Pupuk Kalium dalam Peningkatan Produktivitas Lahan Pertanian dalam Peranan Kalium dalam Pemupukan dalam Mempercepat Swasembada Pangan. Prosiding Seminar Nasional Kalium, Jakarta, 4 Agustus 1992. Kustiawan, I. 1997. Permasalahan Konservasi Lahan Pertanian dan Implikasinya Terhadap Penataan Ruang Wilayah. Studi Kasus Wilayah Pantura Jawa Barat. Jurnal PWK. 8(1): 49-60. Makarim A.K. dan Endang S. 2005. Budidaya Padi Masa Depan. Iptek Tanaman Pangan No. I. Manna, M.C., T.K. Ganguly and B.N. Ghosh. 2000. Evaluation of Compost Maturity and Mineral Enrichment Quality Trough Sample Chemical Parameters. Journal of the Indian Society of Soil Science. 2000.781-786. Mitra, G.N., S.K. Sahu, and G. Dev. 1990. Potassium Rice Yield and Reduces Symptons of Iron. Inter. 6(2):14-15 Munandar, S. 1995. Kebijakan Pengelolaan Pertanian Lahan Kering dalam Menunjang Agribisnis. hlm. 43-54 dalam Prosiding Pertemuan Pembahasan Daomunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Buku I. 26-28 September 1995. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Neue, H.U. and P.A. Roger. 1993. Rice Agriculture: Factor Controlling Emision. In: M.A.K. Khalil and M. Shearer (Eds). Global Atmospheric Methane. NATOASI/ARW Series. Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis . Cetakan ke 5. Agromedia Pustaka. Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis . Cetakan ke 5. Agromedia Pustaka. Nuryani Sri dan Handayani, 2003. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian Organik. Ilmu Pertanian. Vol 10. No. 2, 2003. 63-69. Nyakpa. M. AM. Lubis, Mamat A.P, A. Ghaffar Amrah, Ali Munawar, Go Ban Hong, Nurhajati Hakim. 1998. Keseburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Odjak, M.1992. Effect of Potassium Fertilizer in Quantity of Crop Yield. P 94-104 Dalam Proses Pemupukan Berimbang untuk Mempercepat Produksi Tanaman Pangan. Prosiding Seminar Naisional Kalimantan. 1992. Ponnamperuma, F.N., 1985. Chemical Kinetics of Wetland Rice Soil Relative to Soil Fertility. In: Wetlands Soils: Characterization, Clasification and Utillization. The International Rice Research Institute. Los Banos, Laguna, Philipines. P. 71-90. Pramono. J. 2004. Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi Sawah. Agrosains 6 (1): 11-14. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1987. Statistik Sumberdaya Lahan Tanah Indonesia. Puslittanak-Badan Litbangn Pertanian Jakarta. Sharma, A.R. and B.N. Mittra. 1991. Effect of different rates of application of Organic and Nitrogen fertilizers in a Rice Based Cropping System. The Journal of Agr. Sci. 117 : 313-318. Suharsih, P. Setyanto dan A.K. Makarim. 2002. Emisi Gas Metan pada Lahan Sawah Irigasi Inceptisol Akibat Pemupukan Nitrogen pada Tanaman Padi. Dalam Bulletin Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Volume 21 Nomor 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Stevenson, F.J., 1992. Humus Chemistry. John Wiley and Sons. New York.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
nd
Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition,Reactio. 2 ed. John Wiley and Sons, Inc. New York. Xiii + 496 p. Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizers. 4th Edition. Macmillan Pub. Co., New York. Wihardjaka, A. K. Idris, A. Rachim dan S. Partohardjono. 2002. Pengelolaan Jerami dan Pupuk Kalium pada Tanaman Padi di Lahan Sawah Tadah Hujan Kahat K dalam Bulletin Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Volume. 21 Nomor I. Winarso, 2005. Kesuburan Tanah Dasar-Dasar Kesehatan dan Kulitas Tanah Gava Media Yogyakarta. Hal 2 – 50. Yoshida, S. 1981. Fundamental of Rice Crop Science. IRRI, Los Banos, Laguna, Philippines.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Lampiran 1. Bagan Perobaan
Jumlah Ulangan
: 3 ulangan
Jumlah plot
: 36 plot
Ukuran Plot
: Lebar 4 m dan Panjang 3 m
Jarak antar plot
: 30 cm
Jarak antar Ulangan
: 50 cm
Jarak tanam
: 20 x 20 cm
Jumlah tanaman per plot
: 266 tanaman
Jumlah tanaman seluruh
: 9576 tanaman
ULANGAN I
I1J2 I2J1
I0J3 I3J1
ULANGAN II
I1J1 I3J3 I0J2 I2J3
ULANGAN III
I1J1 I3J2 I1J1 I0J1
I3J3 I0J2
I2J3 I1J1
I2J1 I1J2 I0J3 I3J2
I2J2 I0J2 I1J2 I3J1
I1J3 I2J2
I3J2 I0J1
I2J2 I0J1 I3J1 I1J3
I1J3 I3J3 I0J3 I2J3
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Lampiran 2. Prosedur Kerja Analisis N-total Dengan Memakai Kjeldahl
Pertama-tama timbang 0,5 g contoh tanah lolos ukuran 0,5 mm dan pindahkan kedalam labu Kjeldahl. Tambahkan lebih kurang 0,5 g katalisator serta 3 ml Asam Sulfat pekat. Destruksi selama 3 sampai 4 jam pada suhu leih kurang 3500C. Selesai destruksi biarkan hingga dingin kemudian tambahkan 25 ml aquades dan kocok. Pindahkan cairan destruksi kedalam labu destilasi dan pasang labu destilasi dan hidupkan alat sesuai instruksi kerja alat. Secara otomatis alat akan menambah 40 ml NaOH 40% dan mengisis erlenmeyer penampung dengan Asam Borat 1% yang sudah dicampur dengan indikator conaway. Destilasi dilakukan selama 4 menit dan setelah 4 menit secara otomatis alat akan mati. Titrasi cairan destilat dengan Asam Sulfat 0.05 N hingga titik akhir (A) ml. Cara yang sama dilakukan terhadap blanko (B) ml.
Perhitungan : (%) N
=
(A – B) x 0,05 x 14 mg contoh
x 100 x fk
Perhitungan Kadar N (%)
=
isi HCl (contoh-blanko) x N HCl x 14 x 100 bobot tanah (mg)
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Lampiran 3. Prosedur Kerja Analisis C-organik Tanah Dengan Memakai Metode Curmis Cara kerja
Timbang 0,50 g contoh tanah ukuran lolos 0,5 mm kedalam labu ukur 100 ml. Tambahkan 5 ml kalium Dicronat 1 N dan aduk perlahan, tambahkan secara hati-hati sebanyak 7,5 ml asam sulfat pekat. Aduk secara perlahan dan diamkan selama 2 jam selang waktu 30 menit dikocok.
Kemudian encerkan hingga 100 ml dengan
penambahan aquadest. Biarkan selama satu malam dan esoknya diukur absorbannya dengan alat Spectrophotometer pada panjang gelombang 561 nm.
Sebagai
pembanding pada saat yang sama dilakukan pengerjaan standard. (Penuntun Praktikum FP-IPB. Bogor, 1997) Pipet masing-masing sebanyak 0, 0,5, 1, 2, 3 dan 5 ml larutan standard 5000 ppm C kedalam labu ukur 100 ml. Tambahkan 5 ml Kalium Dicromat dan 7,5 ml Asam Sulfat pekat, aduk perlahan dan diamkan selama 2 jam. Setelah 2 jam encerkan hingga 100 ml dengan aquadest, diamkan semalam dan esoknya dibaca Absorbancenya pada panjang gelombang 561 nm. Perhitungan : Ac – Ab (%) C-organik
x ppm Std x 0,02 x fk
= A std
(%) Bahan organik
= % C-organik x 1,724
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Lampiran 4. Prosedur Kerja Analisis K-total dan P total Dengan Memakai Metode HCl 25% Pada dasarnya cara kerja penetapan analisis P dan K total sama hanya yang berbeda pada perhitungan dan alatnya. P-total dengan memakai spectrofotometer dan K-total dengan AAS dengan memakai alat dan bahan sebagai berikut : Botol kocok plastik 100 ml, timbangan analitik, mesin kocok, corong, pipet, tabung reaksi, spectrophotometry (analisis P-total) dan AAS (analisis K-total), mixer tube. Bahanbahan adalah : Asam chlorida (HCl) 25% (encerkan 675,68 ml Asam Chlorida pekat dengan aquadest hingga 1 liter. Pereaksi fosfat encer , larutan standard 0, 1, 2, 3, 5 dan 10 ppm P (Penuntun Praktikum FP-IPB. 1997)
Cara Kerja Timbang 1 g contoh tanah, kemudian masukkan ke dalam botol kocok. Tambahkan 10 ml larutan HCl 25%, kocok selama 5 jam kemudian saring disaring. Untuk penetapan P-potensial pipet 0,2 ml hasil saringan kedalam tabung reaksi, tambahkan 1,8 ml aquadest dan 10 ml pereaksi fosfat encer, kocok dan diamkan selama 30 menit. Baca Absorbancenya dengan alat spectrophotometer pada panjang gelombang 693 nm. Penetapan K-potensial, pipet 1 ml hasil saringan tambahkan 9 ml aquadest, kocok dan baca konsentrasinya dengan alat AAS Perhitungan : (mg/100g) P2O5
(mg/100g) K2O
=
=
Ac – Ab A std
x ppm Std x 10 x 2,29 x fk
ppm pembacaan x 10 x 1,21 x fk
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Lampiran 5. Pengukuran Nilai pH Pada Tanah Setelah Dilakukan Perlakuan
Penetapan nilai pH ini dilakukan dengan memakai alat PUTS (perangkat uji tanah sawah). Pengukuran ini dilakukan setelah perlakuan
Cara kerja adalah sebagai berikut
1. 0,5 sendok spatula contoh tanah uji atau 0,5 cm tanah yang diambil
dengan
syringe atau 0,5 ml tanah sesuai dengan garis tabung reaksi (dimasukkan dalam tabung reaksi) + 4 ml Pereaksi pH-1 Aduk sampai merata dengan pengaduk kaca 2. + 1-2 tetes indikator warna Pereaksi pH-2 Diamkan 10 menit hingga suspensi mengendap dan terbentuk warna pada cairan jernih di bagian atas 3. Amati warna yang timbul dengan bagan warna pH tanah. Jika warna yang timbul meragukan dalam penetapannya, tanah dikocok perlahan sampai cairan jernih teraduk merata. Lalu didiamkan sampai mengendap kembali. Selanjutnya bandingkan kembali warna dengan bagan warna pH
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Rekomendasi Sangat Masam
<4
4-5
Sangat masam
Masam -
Sistem drainase terputus Kapur 1-2 t/ha Pupuk N dalam bentuk Urea
Masam 5-6
Agak masam
- Sistem drainase konvensional - Pupuk N dalam bentuk Urea
Agak masam 6-7
Netral
7-8
Agak basa
>8
Basa
Netral
Agak basa
-
Sistem drainase konvensional Pupuk N dalam bentuk ZA -
Basa -
Pupuk N dalam bentuk ZA Pencucian garam
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Lampiran 6 . Prosedur Kerja Pengamatan Nilai Kerapatan Lindak/ Bulk Density (BD)
Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan contoh tanah dari lapangan dilakukan dengan ring sampel 2. Timbang contoh tanah dengan tabungnya (x gram) 3. Bobot tabung sebelumnya sudah diketahui (y gram) 4. Bobot tanah basah (BB) = x – y gram 5. Berat kering tanah (BKM)
=
100 100 + KA
x BB gram
KA ditetapkan dengan mengambil sebagian contoh tanah dari ring, yaitu : KA
=
B - BK BK
x 100%
B = bobot contoh tanah BK = bobot contoh kering KA = Kadar air
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Lampiran 7. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan N-Total Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 0.110 0.090 0.090 0.080 0.090 0.090 0.095 0.080 0.095 0.100 0.050 0.100 1.070
Blok II 0.110 0.110 0.110 0.100 0.070 0.080 0.100 0.060 0.090 0.130 0.060 0.090 1.110
III 0.100 0.100 0.100 0.070 0.050 0.090 0.090 0.070 0.080 0.110 0.090 0.110 1.060
Total
Rataan
0.32 0.30 0.30 0.25 0.21 0.26 0.29 0.21 0.27 0.34 0.20 0.30 3.240
0.11 0.10 0.10 0.08 0.07 0.09 0.10 0.07 0.09 0.11 0.07 0.10 0.090
Lampiran 8. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan N-Total SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) IxJ Galat Total Keterangan kk tn *
DB JK KT 2 0.0001 0.0001 11 0.0076 0.0007 3 0.0026 0.0009 2 0.0034 0.0017 6 0.0016 0.0003 22 0.0036 0.0002 35 0.01 = 14.18% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
Fhitung 0.3581 4.2698 5.3664 10.4500 1.6614 1.0000
tn ** ** ** tn
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
F5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 9. Data pengamatan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan C-organik Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 0.850 0.600 0.750 1.020 1.030 1.200 1.010 0.970 1.090 1.190 0.920 1.050 11.680
Blok II 0.650 0.700 0.700 1.110 1.030 1.040 1.140 1.350 1.100 1.030 0.990 1.010 11.850
III 0.730 0.830 0.730 0.970 0.970 1.030 1.090 1.060 1.110 1.210 0.940 1.000 11.670
Total
Rataan
2.23 2.13 2.18 3.10 3.03 3.27 3.24 3.38 3.30 3.43 2.85 3.06 35.200
0.74 0.71 0.73 1.03 1.01 1.09 1.08 1.13 1.10 1.14 0.95 1.02 0.978
Lampiran 10. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan C-organik
SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) IxJ Galat Total Keterangan : kk tn *
DB JK KT FHit 2 0.0017 0.0009 0.0997 11 0.8519 0.0774 9.0517 3 0.7793 0.2598 30.3610 2 0.0162 0.0081 0.9490 6 0.0564 0.0094 1.0979 22 0.1882 0.0086 1.0000 35 1.04 = 9,46 % = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
tn ** ** tn tn
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
FTab 5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 11. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan C/N Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 7.727 6.667 8.333 12.750 11.444 13.333 10.632 12.125 11.474 11.900 18.400 10.500 135.285
Blok II 5.909 6.364 6.364 11.100 14.714 13.000 11.400 22.500 12.222 7.923 16.500 11.222 139.218
III 7.300 8.300 7.300 13.857 19.400 11.444 12.111 15.143 13.875 11.000 10.444 9.091 139.266
Total
Rataan
20.94 21.33 22.00 37.71 45.56 37.78 34.14 49.77 37.57 30.82 45.34 30.81 413.769
6.98 7.11 7.33 12.57 15.19 12.59 11.38 16.59 12.52 10.27 15.11 10.27 11.494
Lampiran 12. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan C/N SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) IxJ Galat Total Keterangan kk tn *
DB JK KT 2 0.8699 0.4349 11 348.1466 31.6497 3 242.5229 80.8410 2 73.3324 36.6662 6 32.2913 5.3819 22 149.5557 6.7980 35 498.57 = 22,68% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
Fhitung 0.0640 4.6557 11.8919 5.3937 0.7917 1.0000
tn ** ** * tn
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
F5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 13. Data pengamatan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan P-Total Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 39.960 39.960 39.960 45.300 51.860 44.570 42.970 56.700 45.000 50.570 60.970 56.980 574.800
Blok II 39.940 39.940 39.940 48.390 53.090 50.520 49.420 54.510 48.210 55.180 62.980 60.020 602.140
III 41.040 41.040 41.040 48.120 50.980 47.620 44.320 59.110 44.690 54.980 56.320 58.520 587.780
Total
Rataan
120.94 120.94 120.94 141.81 155.93 142.71 136.71 170.32 137.90 160.73 180.27 175.52 1764.720
40.31 40.31 40.31 47.27 51.98 47.57 45.57 56.77 45.97 53.58 60.09 58.51 49.020
Lampiran 14. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan P-Total SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) IxJ Galat Total Keterangan kk tn *
DB JK KT 2 31.1713 15.5856 11 1,667.9085 151.6280 3 1,314.5556 438.1852 2 204.1483 102.0742 6 149.2045 24.8674 22 79.8853 3.6311 35 1,778.97 = 3,89% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
Fhitung 4.2922 41.7576 120.6740 28.1107 6.8484 1.0000
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
* ** ** ** **
F5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 15. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan K-Total Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 270.970 270.970 270.970 243.000 283.490 269.720 286.330 256.300 246.310 252.040 367.800 241.760 3259.660
Blok II 273.670 273.670 273.670 242.210 267.820 257.490 279.320 257.840 240.330 272.460 366.630 248.350 3253.460
III 271.690 271.690 271.690 244.340 261.720 262.220 268.970 256.920 276.560 264.920 368.980 241.180 3260.880
Total
Rataan
816.33 816.33 816.33 729.55 813.03 789.43 834.62 771.06 763.20 789.42 1103.41 731.29 9774.000
272.11 272.11 272.11 243.18 271.01 263.14 278.21 257.02 254.40 263.14 367.80 243.76 271.500
Lampiran 16. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kandungan K-Total dalam tanah SK Kelompok
DB
JK KT 2 2.6385 1.3192 11 34,600.8839 3,145.5349 Perlakuan 5,627.9877 1,875.9959 Inkubasi (I) 3 2 7,756.2948 3,878.1474 Jerami (J) IxJ 6 21,216.6014 3,536.1002 Galat 22 1,495.6551 67.9843 Total 35 36,099.18 Keterangan kk = 3,04% tn = Tidak nyata * = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
Fhitung 0.0194 tn * 46.2685 * 27.5945 * 57.0447 * 52.0135 1.0000
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
F5% 3.44 2.26 3.05 3.44 4.30 2.55
Lampiran 17. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap Bulk Density Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 0.99 0.93 0.99 0.87 0.89 0.86 0.86 0.87 0.87 0.85 0.84 0.84 10.660
Blok II 0.97 0.94 0.98 0.83 0.86 0.87 0.83 0.89 0.84 0.82 0.87 0.80 10.500
III 0.95 0.98 0.99 0.97 0.91 0.90 0.88 0.84 0.87 0.88 0.82 0.86 10.850
Total
Rataan
2.91 2.85 2.96 2.67 2.66 2.63 2.57 2.60 2.58 2.55 2.53 2.50 32.010
0.97 0.95 0.99 0.89 0.89 0.88 0.86 0.87 0.86 0.85 0.84 0.83 0.889
Lampiran 18. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap pengamatan Bulk Density SK Kelompok
DB JK KT Fhitung 2 0.0051 0.0026 3.1709 tn 11 0.0872 0.0079 9.8263 ** Perlakuan 3 0.0843 0.0281 34.8362 ** Inkubasi (I) 2 0.0001 0.0001 0.0930 tn Jerami (J) IxJ 6 0.0027 0.0005 0.5658 tn Galat 22 0.0178 0.0008 1.0000 Total 35 0.11 Keterangan kk = 3.19 % tn = Tidak nyata * = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
F5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 19. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman umur 25 HST (cm) Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 41.63 42.50 42.63 48.00 44.75 47.13 44.63 47.50 43.63 46.50 45.00 46.13 540.030
Blok II 36.00 43.00 42.13 41.13 41.75 47.00 43.63 43.13 43.63 45.13 46.13 45.25 517.910
III 44.00 44.50 39.38 45.00 46.25 47.00 45.00 45.38 47.25 49.75 47.13 48.38 549.020
Total
Rataan
121.63 130.00 124.14 134.13 132.75 141.13 133.26 136.01 134.51 141.38 138.26 139.76 1606.960
40.54 43.33 41.38 44.71 44.25 47.04 44.42 45.34 44.84 47.13 46.09 46.59 44.638
Lampiran 20. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman umur 25 HST (cm) SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) JxI Galat Total Keterangan : kk tn *
DB JK KT 2 45 22 11 143 13 2 3 1 3 116 39 6 25 4 22 71 3 35 259 = 4.0% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
FHit 6.96* 4.06* <1 12.01* 1.28ns
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
FTab 5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 21. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan umur 25 HST (helai) Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 41.63 42.50 42.63 48.00 44.75 47.13 44.63 47.50 43.63 46.50 45.00 46.13 540.030
Blok II 36.00 43.00 42.13 41.13 41.75 47.00 43.63 43.13 43.63 45.13 46.13 45.25 517.910
III 44.00 44.50 39.38 45.00 46.25 47.00 45.00 45.38 47.25 49.75 47.13 48.38 549.020
Total
Rataan
121.63 130.00 124.14 134.13 132.75 141.13 133.26 136.01 134.51 141.38 138.26 139.76 1606.960
40.54 43.33 41.38 44.71 44.25 47.04 44.42 45.34 44.84 47.13 46.09 46.59 44.638
Lampiran 22. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan umur 25 HST (helai)
SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) JxI Galat Total Keterangan : kk tn *
DB JK KT 2 2.0416500 1.0208250 11 110.5325333 10.1484121 2 0.1806167 0.0903083 3 84. 7175556 28.2391852 6 25.6343611 4.2723935 22 60.2478167 2.7385371 35 172.8220000 = 11.6 % = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
FHit <1 3.67 * <1 10.31 * 1.56 ns
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
FTab 5% 3.44 2.26 3.05 3.44 4.30
Lampiran 23. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap serapan hara K umur 25 HST Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 0.219 0.300 0.400 0.660 0.515 0.600 0.505 0.585 0.545 0.595 0.595 0.575 6.094
Blok II 0.120 0.200 0.350 0.705 0.515 0.520 0.570 0.625 0.550 0.515 0.495 0.605 5.770
III 0.119 0.315 0.315 0.235 0.485 0.515 0.445 0.530 0.555 0.605 0.620 0.560 5.299
Total
Rataan
0.46 0.82 1.07 1.60 1.52 1.64 1.52 1.74 1.65 1.72 1.71 1.74 17.163
0.15 0.27 0.36 0.53 0.51 0.55 0.51 0.58 0.55 0.57 0.57 0.58 0.477
Lampiran 24. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap serapan hara K pada umur 25 HST SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) IxJ Galat Total Keterangan kk tn *
DB JK KT 2 0.0266 0.0133 11 0.6476 0.0589 3 0.5747 0.1916 2 0.0269 0.0135 6 0.0460 0.0077 22 0.1582 0.0072 35 0.83 = 17,79% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
Fhitung 1.8522 tn 8.1876 * 26.6411 * 1.8708 tn 1.0665 tn 1.0000
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
F5% 3.44 2.26 3.05 3.44 4.30
Lampiran 25. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman umur 35 HST (cm) Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 64.250 63.000 60.880 68.000 64.250 69.000 64.750 69.250 65.880 66.880 68.630 67.250 792.020
Blok II 60.880 62.250 63.250 63.750 63.750 69.880 64.630 68.380 66.880 68.250 68.170 68.250 788.320
III 60.880 62.250 65.250 62.750 63.750 69.880 64.630 68.360 66.880 70.630 73.880 73.500 802.640
Total
Rataan
186.01 187.50 189.38 194.50 191.75 208.76 194.01 205.99 199.64 205.76 210.68 209.00 2382.980
62.00 62.50 63.13 64.83 63.92 69.59 64.67 68.66 66.55 68.59 70.23 69.67 66.194
Lampiran 26. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman umur 35 HST (cm)
SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) JxI Galat Total Keterangan : kk tn *
DB JK KT 2 9 5 11 305 28 2 30 15 3 219 73 6 56 9 22 76 3 35 390 = 2.8% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
FHit 1.35tn 8.06* 4.30* 21.26* 2.72*
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
FTab 5% 3.44 2.26 3.05 3.44 4.30
Lampiran 27. Data pengamatan di Lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap Jumlah Anakan umur 35 HST (helai) Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 64.250 63.000 60.880 68.000 64.250 69.000 64.750 69.250 65.880 66.880 68.630 67.250 792.020
Blok II 60.880 62.250 63.250 63.750 63.750 69.880 64.630 68.380 66.880 68.250 68.170 68.250 788.320
III 60.880 62.250 65.250 62.750 63.750 69.880 64.630 68.360 66.880 70.630 73.880 73.500 802.640
Total
Rataan
186.01 187.50 189.38 194.50 191.75 208.76 194.01 205.99 199.64 205.76 210.68 209.00 2382.980
62.00 62.50 63.13 64.83 63.92 69.59 64.67 68.66 66.55 68.59 70.23 69.67 66.194
Lampiran 28. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan umur 35 HST (helai)
SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) JxI Galat Total Keterangan : kk tn *
DB JK KT 2 5 3 11 95 9 2 9 4 3 80 27 6 6 1 22 35 2 35 135 = 6.6 % = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
FHit 1.63 ns 5.40 * 2.80 ns 16.76 * <1
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
FTab 5% 3.44 2.26 3.05 3.44 4.30
Lampiran 29. Data pengamatan di Lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman umur 45 HST (cm) Perlakuan
I 73.500 73.500 72.000 79.250 74.500 82.130 74.630 79.380 76.630 77.250 81.130 77.000 920.900
I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
Blok II 69.380 68.750 64.750 72.380 70.630 73.630 74.750 73.250 73.750 77.500 77.380 78.500 874.650
III 69.500 70.630 71.130 71.130 72.880 79.630 75.500 78.250 78.000 81.130 83.130 83.130 914.040
Total
Rataan
212.38 212.88 207.88 222.76 218.01 235.39 224.88 230.88 228.38 235.88 241.64 238.63 2709.590
70.79 70.96 69.29 74.25 72.67 78.46 74.96 76.96 76.13 78.63 80.55 79.54 75.266
Lampiran 30. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman umur 45 HST (cm) SK Blok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) IxJ Galat Total Keterangan
kk tn *
DB 2 11 3 2 6 22 35
JK
KT
103.8248 460.1577 389.7195 8.6217 61.8165 111.9445 675.93
51.9124 41.8325 129.9065 4.3109 10.3028 5.0884
Fhitung 10.2021 8.2212 25.5300 0.8472 2.0248 1.0000
* * * tn tn
= 3,00% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
F5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 31. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan umur 45 HST (helai) Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I
Blok II
III
18.38 19.38 18.38 22.5 21.75 24.63 25.38 24.13 23.75 23.38 19.38 24 241.04
18.8 19 20.9 20.4 21.1 22 24.6 23.3 24.5 22.5 23 24.3 240.1
14.5 21.62 22.25 17.87 18.62 21.37 18 22.12 23.75 22.12 21.62 23.75 223.84
Total
Rataan
51.68 60.00 61.53 60.77 61.47 68.00 67.98 69.55 72.00 68.00 64.00 72.05 704.98
17.23 20.00 20.51 20.26 20.49 22.67 22.66 23.18 24.00 22.67 21.33 24.02
Lampiran 32. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan umur 45 HST (helai)
SK Kelompok Perlakuan Jerami (J) Inkubasi (I) JxI Galat Total Keterangan : kk tn *
DB JK KT 2 25 12 11 135 12 2 26 13 3 100 33 6 9 1 22 64 3 35 = 7.9 % = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
FHit 4.28 * 4.22 * 4.54 * 11.47 * <1
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
FTab 5% 3.44 2.26 3.05 3.44 4.30
Lampiran 33. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap serapan hara K pada saat panen Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 0.498 0.672 1.247 0.739 0.633 0.783 0.911 0.585 0.633 0.699 0.419 0.947 8.766
Blok II 0.528 0.591 1.104 0.652 0.701 0.914 0.782 0.527 0.633 0.725 0.455 0.875 8.485
III 0.559 0.591 0.985 0.589 0.747 1.043 0.650 0.419 0.633 0.750 0.516 0.767 8.247
Total
Rataan
1.58 1.85 3.34 1.98 2.08 2.74 2.34 1.53 1.90 2.17 1.39 2.59 25.498
0.53 0.62 1.11 0.66 0.69 0.91 0.78 0.51 0.63 0.72 0.46 0.86 0.708
Lampiran 34. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap serapan hara K pada saat panen SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) IxJ Galat Total Keterangan kk tn *
DB JK KT Fhitung 2 0.0112 0.0056 0.8162 11 1.1467 0.1042 15.1267 3 0.0835 0.0278 4.0396 2 0.5945 0.2972 43.1319 6 0.4687 0.0781 11.3352 22 0.1516 0.0069 1.0000 35 1.31 = 11,72% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
tn ** * ** **
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
F5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 35. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman pada saat panen/produktif (cm) Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I
Blok II
III
97.88 96.25 96.25 100.25 99.88 101.75
92.88 96.25 97.25 96.75 94.63 101.63
99.13 96.88 91.50 102.13 101.75 101.13
96.75 101.25 100.63
98.88 102.88 99.63 100.00 103.50 100.88 1185.160
101.75 99.38 105.50
99 102.00 98.00 1189.890
102.75 101.63 105.00 1208.530
Total
Rataan
289.89 289.38 285.00 299.13 296.26 304.51 297.38 303.51 305.76 301.75 307.13 303.88 3583.580
96.63 96.46 95.00 99.71 98.75 101.50 99.13 101.17 101.92 100.58 102.38 101.29 99.544
Lampiran 36. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap tinggi tanaman produktif (cm)
SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) JxI Galat Total Keterangan : kk tn *
DB JK KT 2 25 13 11 194 18 2 6 3 3 159 53 6 29 5 22 131 6 35 349 = 2.4% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
FHit 2.12tn 2.96* <1 8.91* <1
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
FTab 5% 3.44 2.26 3.05 3.44 4.30
Lampiran 37. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan produktif (panen) Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 9.000 10.000 11.750 10.880 11.130 11.250 12.630 10.000 11.750 11.250 15.880 14.130 139.650
Blok II 9.000 10.500 9.380 11.500 9.380 11.630 11.250 14.130 11.500 15.000 12.000 12.130 137.400
III 10.380 9.380 8.630 10.750 12.000 12.130 13.750 11.250 12.000 11.250 13.250 15.250 140.020
Total
Rataan
28.38 29.88 29.76 33.13 32.51 35.01 37.63 35.38 35.25 37.50 41.13 41.51 417.070
9.46 9.96 9.92 11.04 10.84 11.67 12.54 11.79 11.75 12.50 13.71 13.84 11.585
Lampiran 38. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap jumlah anakan produktif (panen)
SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) IxJ Galat Total Keterangtan kk tn *
DB JK KT 2 0.3351 0.1676 11 66.6030 6.0548 3 60.5493 20.1831 2 0.9982 0.4991 6 5.0554 0.8426 22 45.5892 2.0722 35 112.53 =12,43% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
Fhitung 0.0809 2.9219 9.7398 0.2409 0.4066 1.0000
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
tn * ** tn tn
F5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 39. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap serapan K saat panen Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 0.811 1.244 0.672 1.050 0.906 0.945 0.780 0.892 0.978 0.853 0.853 0.570 10.552
Blok II 0.959 1.188 0.597 1.003 0.789 0.850 0.823 0.892 0.728 0.803 0.849 0.720 10.201
III 1.118 1.162 0.522 1.004 0.674 0.754 0.822 0.874 0.480 0.749 0.895 0.870 9.922
Total
Rataan
2.89 3.59 1.79 3.06 2.37 2.55 2.42 2.66 2.19 2.40 2.60 2.16 30.674
0.96 1.20 0.60 1.02 0.79 0.85 0.81 0.89 0.73 0.80 0.87 0.72 0.852
Lampiran 40. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap serapan K pada tanaman saat panen
SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) IxJ Galat Total Keterangan kk tn *
DB JK KT 2 0.0166 0.0083 11 0.8020 0.0729 3 0.0974 0.0325 2 0.3050 0.1525 6 0.3996 0.0666 22 0.2690 0.0122 35 1.09 = 12,98% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
Fhitung 0.6777 5.9638 2.6566 12.4751 5.4469 1.0000
tn ** tn ** **
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
F5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 41. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap berat 1000 biji ( gram ) Perlakuan
Blok II
I
I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
24.48 23.63 20.56 29.34 29.53 30.14 29.5 31.76 34.59 28.63 29.7 33.57 345.43
21.7 24.23 25.21 23.58 29.63 29.38 27.12 29.9 34.54 29.85 29.44 32.12 336.70
III 25.13 26.43 22.43 29.64 28.14 27.12 30.07 29.9 28.96 26.23 28.19 34.28 336.52
Total
Rataan
71.31 74.29 68.20 82.56 87.30 86.64 86.69 91.56 98.09 84.71 87.33 99.97 1018.65
23.77 24.76 22.73 27.52 29.10 28.88 28.90 30.52 32.70 28.24 29.11 33.32 28.30
Lampiran 42. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap berat 1000 biji ( gram )
SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) IxJ Galat Total Keterangan
kk tn *
DB 2 11 3 2 6 22
JK 4.3231 348.3311 271.5522 31.9171 44.8617 85.9251
KT 2.1616 31.6665 90.5174 15.9586 7.4769 3.9057
Fhitung 0.5534 8.1078 23.1758 4.0860 1.9144 1.0000
35 438.58 = 6,98% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
tn ** ** * tn
F5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 43. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kadar air Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
I 9.000 10.000 11.750 10.880 11.130 11.250 12.630 10.000 11.750 11.250 15.880 14.130 139.650
Blok II 9.000 10.500 9.380 11.500 9.380 11.630 11.250 14.130 11.500 15.000 12.000 12.130 137.400
III 10.380 9.380 8.630 10.750 12.000 12.130 13.750 11.250 12.000 11.250 13.250 15.250 140.020
Total
Rataan
28.38 29.88 29.76 33.13 32.51 35.01 37.63 35.38 35.25 37.50 41.13 41.51 417.070
9.46 9.96 9.92 11.04 10.84 11.67 12.54 11.79 11.75 12.50 13.71 13.84 11.585
Lampiran 44. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap kadar air ( gram ) SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) JxI Galat Total Keterangan : kk tn *
DB JK KT FHit 2 2 1 2.23 ns 11 21 2 5.50 * 2 0 0 <1 3 16 5 14.73 * 6 6 1 2.67 * 22 8 0 35 31 = 3.0 % = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
FTab 5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 45. Data hasil pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap produksi t/ha
I
Blok II
III
4.28 4.44 4.01 5.01 5.57 5.87 5.4 6.31 6.29 6.25 6.67 7.01 67.110
4.96 4.88 4.04 5.16 5.54 6.01 5.96 6.11 6.87 6.98 7.12 7.11 70.740
4.21 4.23 4.83 6.07 5.99 5.94 6.03 5.99 6.22 6.86 6.75 7.52 70.640
Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
Total
Rataan
13.45 13.55 12.88 16.24 17.10 17.82 17.39 18.41 19.38 20.09 20.54 21.64 208.490
4.48 4.52 4.29 5.41 5.70 5.94 5.80 6.14 6.46 6.70 6.85 7.21 5.791
Lampiran 46. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap produksi (t/ha) SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) IxJ Galat Total Keterangan kk tn *
DB JK KT 2 0.7124 0.3562 11 30.8244 2.8022 3 29.2361 9.7454 2 0.8639 0.4320 6 0.7244 0.1207 22 2.1910 0.0996 35 33.73 = 5,45% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
Fhitung 3.5769 28.1378 97.8559 4.3375 1.2122 1.0000
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
* ** ** * tn
F5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 47. Data pengamatan di lapangan pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap persen gabah isi per rumpun (persen) Perlakuan I0 J1 I0 J2 I0 J3 I1J1 I1J2 I1J3 I2 J1 I2 J2 I2 J3 I3 J1 I3 J2 I3 J3 Total
Blok I II 89.02 88.81 90.12 91.00 81.27 88.26 90.29 90.37 89.39 91.15 94.00 90.79 95.41 94.75 95.30 95.87 96.03 92.18 96.41 91.89 95.27 94.20 97.15 95.34 1109.660 1104.610
III 86.87 78.73 79.85 79.72 90.11 86.22 93.69 96.16 94.93 93.75 95.24 97.43 1072.700
Total
Rataan
264.70 259.85 249.38 260.38 270.65 271.01 283.85 287.33 283.14 282.05 284.71 289.92 3286.970
88.23 86.62 83.13 86.79 90.22 90.34 94.62 95.78 94.38 94.02 94.90 96.64 91.305
Lampiran 48. Analisis sidik ragam pengaruh masa inkubasi dan dosis jerami terhadap persen gabah isi per rumpun SK Kelompok Perlakuan Inkubasi (I) Jerami (J) IxJ Galat Total Keterangan kk tn *
DB JK KT 2 66.9387 33.4693 11 629.8798 57.2618 3 550.6829 183.5610 2 6.1767 3.0884 6 73.0202 12.1700 22 200.6746 9.1216 35 897.49 = 3,31% = Tidak nyata = Berbeda nyata pada taraf uji 5%
Fhitung 3.6693 6.2776 20.1238 0.3386 1.3342 1.0000
* ** ** tn tn
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
F5% 3.44 2.26 3.05 3.44 2.55
Lampiran 49. Kriteria hasil analisis penilaian sifat kimia tanah
Sifat Tanah C-Organik (%) Nitrogen (%) C/N P2O5 HCl (mg/100g) P2O5Bray-II (ppm) P2O5 Olsen-II (ppm) K2O HCl 25% (mg/100g) KTK (me/100g) Susunan Kation : K (me/100g) Na (me/100g) Mg (me/100g) Ca (me/100g) Kejenuhan Basa (%) Aluminium (%)
Sangat Rendah < 1,00 <0,10 <5 <10
Rendah
Sedang
Tinggi
1,00-2,00 0,10-0,20 5-10 10-20
2,01-2,00 0,21-0,50 11-15 21-40
3,01-5,00 0,51-0,75 16-25 41-60
Sangat Tinggi >5,00 >0,75 >25 >60
<10 <10
10-15 10-25
16-25 26-45
26-35 46-60
>35 >60
<10
10-20
21-40
41-60
>60
<5
5-16
17-24
25-40
>40
< 0,1 < 0,1 < 0,4 < 0,2 < 20
0,1-0,2 0,1-0,3 0,4-1,0 2-5 20-35
0,3-0,5 0,4-0,7 1,1-2,0 6-10 36-50
0,6-1,0 0,8-1,0 2,1-8,0 11-20 51-70
>1,0 >1,0 >8,0 >20 >70
< 10
10-20
21-30
31-60
>60
Sangat masam
Masam
Agak Asam
Netral
Agak Alkalis
Alkalis
pH H2O
4,5-5,5
5,6-6,5
6,6 – 7,5
7,6 – 8,5
> 8,5
< 4,5
Sumber : Hardjowigeno (1995)
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.
Siti Maryam Harahap : Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah Dan Produksi Padi Sawah, 2008.