Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
APLIKASI EDIBLE COATING UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KERUSAKAN JERUK MANIS (Citrus sinensis) (KAJIAN KONSENTRASI KARAGENAN DAN GLISEROL) Arie Febrianto Mulyadi, Sri Kumalaningsih, Deborah Giovanny LG Jl. Veteran Malang 65145 Alamat email :
[email protected]
ABSTRAK
Jeruk manis Pacitan (Citrus sinensis) merupakan salah satu jenis jeruk manis terpopuler di Indonesia dan diantara kelompoknya memiliki rasa paling manis. Jeruk sebagai komoditas hortikultura pada umumnya memiliki sifat mudah rusak sehingga penanganan pascapanen buah jeruk yang tidak tepat dapat mengakibatkan penurunan mutu buah. Edible coating merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan mutu dari buah-buahan pada suhu ruang. Edible coating adalah lapisan tipis yang bertujuan untuk memberikan penahanan yang selektif terhadap perpindahan massa dan atau sebagai pembawa aditif serta untuk meningkatkan penanganan suatu makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi perlakuan yang tepat dari konsentrasi karagenan dan gliserol pada pembuatan edible coating untuk menurunkan tingkat kerusakan sifat fisik dan kimia jeruk manis dan untuk mengetahui besaran biaya pembuatan larutan edible coating. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu konsentrasi karagenan (1% (b/v); 2% (b/v)) dan konsentrasi gliserol (0.5% (v/v); 1% (v/v); 1.5% (v/v)). Analisa menggunakan analisa ragam ANOVA dan pemilihan perlakuan terbaik menggunakan metode multiple attribute berdasarkan hasil analisa fisik dan kimia jeruk manis pada penyimpanan hari ke-21. Hasil perlakuan terbaik formula edible coating yang diaplikasikan pada jeruk manis diperoleh pada konsentrasi karagenan 2%, Gliserol 0,5% dengan hasil analisa fisik dan kimia adalah susut bobot 3,48%, kandungan vitamin C 29,48 mg/100g dan TPT 10,15oBrix. Kata Kunci : Edible Coating, Gliserol, Jeruk Manis, Karagenan
PENDAHULUAN Jeruk manis Pacitan (Citrus sinensis) merupakan salah satu jenis jeruk manis terpopuler di Indonesia. Diantara kelompoknya, jeruk manis Pacitan memiliki rasa paling manis (Sutopo, 2011). Jeruk sebagai komoditas hortikultura pada umumnya memiliki sifat mudah rusak. Penanganan pascapanen buah jeruk yang tidak tepat dapat mengakibatkan penurunan mutu buah (penampakan, susut bobot dan penurunan nilai gizi) yang tinggi (Handoko dkk, 2005). Beberapa cara yang dapat diterapkan antara lain pendinginan dan pada kondisi atmosfir terkendali, pengemasan dengan plastik, pelapisan buah dan penambahan bahan kimia (KMnO4). Namun cara-cara tersebut memiliki kelemahan seperti pendinginan dan 507
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
penyimpanan pada kondisi atmosfir terkendali memerlukan biaya investasi yang cukup mahal, pengemasan dengan plastik yang tidak tepat justru dapat menyebabkan kerusakan pada buah terutama karena plastik tidak tahan panas dan mudah terjadi pengembunan uap air di dalamnya, sedangkan penggunaan bahan kimia seperti KMnO4 harus dengan konsentrasi yang tepat karena setiap buah memiliki laju produksi etilen yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan suatu cara lain yang lebih aman dan potensial. Salah satu cara lain yang cukup potensial untuk menurunkan tingkat kerusakan jeruk manis adalah dengan aplikasi edible coating. Edible coating merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan mutu dari buah-buahan pada suhu ruang (Pantastico, 1997). Edible coating adalah lapisan tipis yang bertujuan untuk memberikan penahanan yang selektif terhadap perpindahan massa. Edible coating dapat dibuat dari tiga jenis bahan yang berbeda yaitu hidrokoloid (protein dan polisakarida), lipida, dan komposit (Krochta et al, 1994). Luka kecil dan goresan pada permukaan jeruk dapat ditutupi oleh aplikasi edible coating. Keuntungan lain yang jelas dari coating adalah peningkatan kilap (gloss) buah serta memperbaiki penampilan jeruk sehingga lebih dapat diterima oleh konsumen (Shahid and Nadeem, 2011). Edible coating telah diterapkan pada buah seperti jeruk dan apel sebagai pengemas dan ditampilkan di supermarket tanpa kemasan (plastik) (Baldwin, 2005). Edible coating menggunakan bahan dasar polisakarida (karagenan) banyak digunakan terutama pada buah dan sayuran, karena memiliki kemampuan bertindak sebagai membran permeabel yang selektif terhadap pertukaran gas karbondioksida dan oksigen (Budiman, 2011). Gliserol merupakan Plasticizer yang ditambahkan dalam pembuatan edible coating sehingga dapat menghasilkan edible yang lebih fleksibel dan halus. Menurut hasil penelitian Tamaela dan Lewerissa (2007) konsentrasi karagenan dan gliserol berpengaruh terhadap karakteristik edible film. Semakin tinggi konsentrasi karagenan dan gliserol yang digunakan maka ketebalan edible film yang dihasilkan juga semakin tinggi. Edible film terbaik dibuat dengan konsentrasi karagenan 2% dan konsentrasi gliserol 1%. Selain itu, pada pembuatan larutan edible coating karagenan, diperlukan adanya informasi tentang biaya pembuatan untuk mendapatkan gambaran mengenai besarnya biaya yang diperlukan untuk pembuatan larutan edible coating dibandingkan dengan besarnya manfaat yang akan diperoleh setelah diaplikasikan pada buah. Berdasarkan hasil perhitungan
508
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
biaya pembuatan tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan bagi petani, pedagang, distributor, dan pasar-pasar modern dalam meningkatkan penanganan jeruk manis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh kombinasi faktor konsentrasi karagenan dan konsentrasi gliserol yang tepat dari formula edible coating yang diaplikasikan pada jeruk manis dan dapat menurunkan tingkat kerusakan dari sifat fisik dan kimia jeruk manis serta untuk mengetahui besaran biaya pembuatan larutan edible coating karagenan.
METODOLOGI Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jeruk manis Pacitan yang diperoleh dari Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, tepung karagenan, aquades, gliserol, asam stearat, carboxymethylcellulose (CMC) dan kalium sorbat. Bahan yang digunakan untuk analisa antara lain aquades, indikator pati dan Iod 0.01 N. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain timbangan analitik, bekker glass 1000 ml, gelas ukur 10 ml, thermometer, hot plate, magnetic stirrer dan nampan. Alat yang digunakan untuk analisa antara lain timbangan analitik, refraktometer, erlenmeyer, pipet tetes, labu takar, pipet ukur, gelas ukur 25 ml, biuret dan statif. Metode Penelitian Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama terdiri dari 2 level yaitu konsentrasi karagenan yaitu 1% (b/v) dan 2% (b/v). Faktor kedua adalah konsentrasi gliserol yang terdiri dari 3 level yaitu 0,5% (v/v), 1% (v/v) dan 1,5% (v/v). Pelaksanaan Penelitian Persiapan bahan dan alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dipersiapkan dan bahan-bahan ditimbang sesuai dengan kebutuhan. Proses Pembuatan Larutan Edible Coating Aquades dipanaskan dengan hot plate sampai suhu ± 80oC dan suhu dikontrol dengan menggunakan termometer. CMC 0,1 % (b/v) ditambahkan sedikit demi sedikit dan diaduk dengan menggunakan stirrer selama ± 3 menit pada suhu ± 80oC. Tepung karagenan 509
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
ditambahkan sesuai dengan perlakuan sedikit demi sedikit dan diaduk selama ± 3 menit pada suhu ± 80oC. Gliserol ditambahkan sesuai dengan perlakuan dan diaduk sampai larut ± 1 menit pada suhu ± 80oC. Kalium sorbat 0.5% (b/v) ditambakan dan diaduk ± 1 menit pada suhu ± 80oC. Asam stearat 0,5 % (b/v) ditambahkan dengan tetap diaduk sampai homogen ± 6 menit pada suhu ± 80oC. Larutan Edible Coating. Aplikasi Edible Coating pada Jeruk Manis Jeruk manis dibersihkan dari kotoran dan di sortasi kemudian dicelupkan pada larutan edible coating hangat suhu ± 50oC selama ± 60 detik, dikontrol dengan menggunakan stopwatch dan diangkat. Jeruk manis ditiriskan dan dikeringkan selama ± 45 menit kemudian disimpan pada suhu kamar ± 25oC selama 21 hari. Analisa Analisa yang dilakukan terhadap jeruk manis adalah analisa fisik dan kimia meliputi susut bobot (AOAC,1995), vitamin C (Sudarmadji dkk, 2007) dan total padatan terlarut (Apriyantono dkk, 1989). Analisa Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan Rancangan Acak Kelompok. Apabila dari hasil uji menunjukkan ada pengaruh maka dilanjutkan dengan uji lanjutan menggunakan BNT 5%. selanjutnya dilakukan pemilihan perlakuan terbaik dengan metode Multiple Attribute (Zeleny, 1982). Perhitungan Biaya Pembuatan Larutan Edible coating Karagenan Perhitungan biaya bertujuan untuk mengetahui kebutuhan biaya yang diperlukan dalam proses pembuatan larutan edible coating karagenan. Perhitungan ini didasarkan pada biaya bahan baku utama dan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan larutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Susut Bobot Secara umum nilai susut bobot jeruk manis selama penyimpanan suhu ruang mengalami peningkatan. Peningkatan susut bobot pada jeruk manis disebabkan oleh adanya transpirasi dan respirasi. Nilai susut bobot jeruk manis pada hari penyimpanan ke-21 berkisar antara 510
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
3,48 – 4,81 %. Grafik nilai susut bobot masing-masing perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 1.
Susut Bobot (%)
6 5 4 3
Karagenan 1% Karagenan 2%
2 1 0 Gliserol 0,5%
Gliserol 1%
Gliserol 1,5%
Kontrol
Gambar 1. Nilai Susut Bobot Hari Penyimpanan ke-21 Tiap Perlakuan Perlakuan K2G1 (Karagenan 2%, Gliserol 0,5%) memiliki nilai persen susut bobot terkecil pada hari penyimpanan ke-21 yaitu 3,48%. Hal ini diduga karena semakin tinggi konsentrasi karagenan yang digunakan maka ketebalan dan kepekatan lapisan juga semakin tinggi sehingga pori-pori kulit jeruk manis semakin kecil dan proses respirasi dan transpirasi dapat ditekan. Ketebalan film akan mempengaruhi permeabilitas gas dan uap air. Semakin tebal edible coating maka permeabilitas gas dan uap air akan semakin kecil dan melindungi produk yang dikemas dengan lebih baik (Rahcmawati, 2009). Perlakuan K1G3 (Karagenan 1%, Gliserol 1,5%) memiliki nilai persen susut bobot terbesar pada hari penyimpanan ke-21 yaitu 2,45%. Hal ini diduga karena pengaruh konsentrasi gliserol yang digunakan, semakin tinggi konsentrasi gliserol yang digunakan maka laju transmisi uap air juga semakin tinggi, hal ini dikarenakan gliserol bersifat hidrofilik sehingga semakin tinggi konsentasi gliserol yang digunakan maka akan meningkatkan permeabilitas uap air (Tamaela dan Lewerissa, 2007). Nilai susut bobot terbesar pada hari penyimpanan ke-21 terjadi pada kontrol dengan nilai susut bobot 4,81%. Tidak adanya edible coating pada kontrol yang berfungsi sebagai barier menyebabkan O2 yang masuk ke dalam jeruk manis tinggi sehingga respirasi meningkat dan kehilangan air tinggi. Hal ini berarti bahwa perlakuan pelapisan edible coating tersebut mampu membentuk lapisan yang cukup baik untuk menekan proses respirasi sehingga transpirasi dan penyusutan bobot jeruk manis juga dapat ditekan.
511
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
Vitamin C Nilai kandungan vitamin C jeruk manis mengalami penurunan selama penyimpanan. Nilai vitamin C jeruk manis pada hari penyimpapanan ke-21 berkisar antara 24,98 – 29,48 mg/100 gr. Grafik nilai Vitamin C masing-masing perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 2. Vitamin C (mg/100 g)
30 29 28 27 26
Karagenan 1%
25
Karagenan 2%
24 23 22 Gliserol 0,5%
Gliserol 1%
Gliserol 1,5%
Kontrol
Gambar 2. Nilai Vitamin C Hari Penyimpanan ke- 21 Tiap Perlakuan Nilai vitamin C tertinggi pada hari penyimpanan ke-21 terjadi pada perlakuan K2G1 (konsentasi karagenan 2%, gliserol 0,5%) yaitu sebesar 29,48 mg/100 g. Hal ini diduga karena pengaruh konsentrasi karagenan yang digunakan, lapisan yang terbentuk dari konsentrasi karagenan 2% lebih tebal dari pada konsentrasi karagenan 1% sehingga permeabilitas terhadap gas semakin kecil. Menurut pendapat Donhowe dan Fennema (1994) bahan dasar edible Coating yang bersifat hidrofilik (seperti karagenan) memiliki sifat penghalang yang baik terhadap oksigen, karbondioksida dan lipida. Adanya lapisan edible coating dapat menghambat masuknya oksigen ke dalam buah yang menjadi penyebab rusaknya vitamin C lewat reaksi oksidasi. Vitamin C yang ada di dalam daging buah mudah mengalami kerusakan akibat O2 karena teroksidasi (Pujimulyani, 2009). Diantara semua perlakuan edible coating, perlakuan K1G3 (konsentrasi karagenan 1%, gliserol 1,5%) memiliki nilai vitamin C terendah pada hari penyimpanan ke-21 yaitu 25,36 mg/ 100 g. Hal ini diduga karena pengaruh konsentrasi gliserol yang digunakan, semakin tinggi konsentrasi gliserol yang digunakan maka laju transmisi uap air juga semakin tinggi dan menyebabkan penurunan kandungan vitamin C semikin tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gunawan (2009) yang menyatakan penambahan gliserol akan menyebabkan 512
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
kerapatan molekul berkurang sehingga terbentuk ruang bebas pada matriks film yang memudahkan difusi air dan gas. Penurunan kandungan vitamin C disebabkan karena adanya penguapan atau difusi air tersebut. Penurunan vitamin C disebabkan karena sifat vitamin C yang mudah larut dalam air Nilai vitamin C terendah pada hari penyimpanan ke-21 terjadi pada kontrol yaitu sebesar 24,98 mg/100 g. Vitamin C merupakan vitamin yang mudah rusak, mudah larut dan mudah teroksidasi. Tidak adanya edible coating pada kontrol yang berfungsi sebagai barier terhadap O2 yang masuk ke dalam jeruk manis menyebabkan rusaknya kandungan vitamin C di dalam jeruk karena proses oksidasi. Selain itu, tidaknya adanya barier terhadap proses transpirasi sehingga penguapan air tinggi dan menyebabkan berkurangnya kandungan vitamin C. Hal ini berarti bahwa perlakuan edible coating tersebut mampu membentuk lapisan yang cukup baik untuk menghambat proses respirasi dan trasnpirasi sehingga penurunan kandungan vitamin C jeruk manis dapat dihambat. Total Padatan Terlarut (TPT) Nilai TPT selama penyimpanan cenderung mengalami kenaikan. Nilai TPT jeruk manis pada hari penyimpanan ke-21 berkisar antara 10,05 – 10,63 oBrix. Grafik nilai TPT masingmasing perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 3. TPT (oBrix)
11 10,5 10 9,5
Karagenan 1% Karagenan 2%
9 8,5 8 Gliserol 0,5% Gliserol 1% Gliserol 1,5%
Kontrol
Gambar 3. Nilai TPT Hari Penyimpanan ke-21 Tiap Perlakuan Kandungan TPT terendah pada hari penyimpanan ke-21 terjadi pada perlakuan K1G3 (karagenan 1%, gliserol 1,5%) sebesar 8,91 oBrix. Hal ini diduga karena adanya edible coating sehingga proses respirasi berjalan lebih lambat dan fase kematangan jeruk manis dapat ditekan. Kenaikan total padatan terlarut pada buah-buahan terjadi akibat terbentuknya gula-gula sederhana hasil degradasi pada fase kematangan. Dengan terhambatnya fase kematangan maka kualitas dari jeruk manis dapat dipertahankan. Kandungan TPT tertinggi 513
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
pada hari penyimpanan ke-21 terjadi pada perlakuan K2G2 (Karagenan 2%, Gliserol 1%) dan K2G3 (Karagenan 2%, Gliserol 1,5%), sebesar 10,25 oBrix. Pada hari penyimpanan ke-21, nilai TPT tertinggi terjadi pada kontrol yaitu sebesar 10,63 oBrix. Matto et al (1993) dalam Latifah (2000) menyatakan bahwa selama proses pemasakan buah, TPT akan mengalami peningkatan akibat meningkatnya konsentrasi senyawa-senyawa terlarut dalam buah terutama gula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pujimulyani, 2009 yang menyatakan buah yang mengalami pematangan, maka zat padat terlarutnya akan meningkat. Peningkatan ini akan semakin tajam jika terjadi transpirasi yang sangat cepat. Hal ini berarti bahwa perlakuan edible coating tersebut mampu membentuk lapisan yang cukup baik untuk menurunkan laju proses respirasi dan transpirasi sehingga dapat menghambat peningkatan kandungan TPT. Pemilihan Perlakuan Terbaik Pemilihan perlakuan terbaik ditentukan dengan memberikan nilai ideal pada parameterparameter yang diuji berdasarkan analisa Multiple Attribute (Zeleny, 1982). Pemilihan perlakuan terbaik ditentukan berdasarkan hasil analisa sifat fisik dan kimia jeruk manis pada hari penyimpanan ke-21. Hasil pemilihan menunjukkan bahwa perlakuan K2G1 (Karagenan 2%, Gliserol 0,5%) memiliki nilai tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Nilai hasil uji fisik dan kimia terbaik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sifat Fisik dan Kimia Jeruk Manis Perlakuan Terbaik Parameter Nilai Susut bobot 3,48 % Vitamin C 29,48 mg/100 gr TPT 10,15oBrix
Perhitungan Biaya Pembuatan Larutan Edible Coating Karagenan Perhitungan biaya pembuatan diperlukan untuk mengetahui kebutuhan biaya yang diperlukan dalam proses pembuatan larutan edible coating karagenan. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan bagi petani, pedagang, distributor, dan pasar-pasar modern dalam meningkatkan penanganan jeruk manis dengan menggunakan metode edible coating. Perhitungan biaya pembuatan larutan edible coating karagenan didasarkan pada biaya bahan baku utama dan tambahan yang diperlukan dalam proses pembuatan. Perincian biaya untuk larutan edible coating karagenan. Tepung Karagenan 2% (20 gr)
Rp. 3.500,514
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA)
Aquadest 1000 ml
Rp. 1.200,-
Gliserol 0,5% (5 ml)
Rp.
200,-
CMC 0,2% (2 gr)
Rp.
600,-
Asam strearat 0,5% (5 gr)
Rp.
175,-
Kalium Sorbat 0,5% (5 gr)
Rp.
900,-
Jumlah
Rp. 6.575,-
Larutan edible coating karagenan yang terbentuk adalah 971 ml dengan biaya sebesar Rp 6.575,-. Larutan edible coating karagenan 971 ml dapat digunakan untuk melapisi ± 15 kg jeruk manis.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa: Konsentrasi formula edible coating terbaik pada aplikasi ke jeruk manis adalah konsentrasi karagenan 2%, gliserol 0,5% dengan hasil analisa fisik dan kimia adalah susut bobot 3,48%, kandungan vitamin C 29,48 mg/100g dan TPT 10,15 oBrix. Hasil perhitungan biaya pembuatan 971 ml larutan edible coating karagenan adalah sebesar Rp. 6.575,- dan dapat digunakan untuk melapisi ± 15 kg jeruk manis. Saran Dalam penelitian ini, proses pelapisan yaitu pencelupan dan pengeringan kurang tepat sehingga lapisan yang terbentuk kurang merata. Untuk itu, perlu dicari metode pelapisan yang lebih tepat sehingga lapisan yang terbentuk lebih baik dan merata.
DAFTAR PUSTAKA AOAC. 1995. Methods of Analysis. Association of official Analytical Chemist. Washington D. C. Apriyantono, A., D. Fardiaz, dan N. L. Puspitasari, Sedarnawati, S. Budiyanto. 1989. Analisa Pangan. Penerbit IPB Press. Bogor. Baldwin, Elizabeth. 2005. Edible Coating. Taylor & Francis Group, LLC.
515
Prosiding Seminar Nasional, Program Studi Teknologi Industri Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA) Budiman. 2011. Skripsi : Aplikasi Pati Singkong sebagai Bahan Baku Edible Coating untuk Memperpanjang Umur simpan Pisang Cavendish (Musa cavendishii). Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gunawan, Veronica. 2009. Skripsi : Formulasi dan Aplikasi Edible Coating Berbasis Pati Sagu dengan Penambahan Vitamin C pada Paprika (Capsicum annuum varietas Athena). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Handoko, Dody D., Besman Napitupulu., dan Hasil Sembiring. 2005. Penanganan Pascapanen Buah Jeruk. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Krochta, J. M., E. A. Baldwin, dan M. O. Nisperos-Carriedo. 1994. Edible Coating and Film to Improve food Quality. Technomic Publ. Co. Inc. Pennsylvania, USA. Latifah, Tita S. 2000. Skripsi : Pengaruh Umur Panen dan Periode Simpan Terhadap Kualitas Buah Jeruk Besar (Citrus grandis L. Osbeck). Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pujimulyani, Dwiyati. 2009. Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Rahcmawati, Arinda K. 2009. Skripsi : Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin Cincau Hijau (Premna oblongifolia. Merr) untuk Pembuatan Edible Film. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Shahid, Muhammad Nasir dan Nadeem Akhtar Abbasi. 2011. Effect of Bee Wax Coatings on Physiological Changes in Fruits of Sweet Orange CV.”Blood Red”. Sarhad J. Agric. Vol. 27, No.3, 2011. Sudarmadji, S. B, Haryono dan Suhardi. 2007. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty. Jakarta. Sutopo. 2011. Panduan Budidaya Jeruk Manis Pacitan. http://kpricitrus.wordpress.com/2011/02/13/penanganan-panen-dan-paska-panen-jeruk/. Diakses pada tanggal 7 Mei Februari 2011. Tamaela, Pieter dan Sherly Lewerissa. 2007. Karakteristik Edible Film dari Karagenan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura. Ambon. Zeleny, M. 1982. Multiple Criteria Decision Making. Mc Graw Hill. New York.
516