Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Studi Kasus Pada Beberapa Universitas Serta Beberapa Kantor Akuntan Publik di Semarang) Anton Fakultas Ekonomi, Universitas AKI
Abstract
This study is a research survey that aims to determine the perceptions of public accountants and accounting students at several universities in Semarang about the Indonesian Accountant Association (Ikatan Akuntan Indonesia/IAI) ethical code. This research was conducted at several public accounting firms. Those were UNAKI, UNIKA and UDINUS. This study used a survey design with the basic data of the population sample that were collected by using a questionnaire of an instrument in the real environmental field research. The population of this research was the auditors who worked on 16 public accounting firms in Semarang and several students from three universities. The samples taken were 100 respondents of all population with the purposive sampling technique. The sample of public accountant respondents were selected from those who have had at least 1 year working experience or have no experience but with one requirement that they have been graduated from Accounting Profession Education, whereas the sample of students were taken from those who have taken Auditing and Theory of Economic Subject. To test the reliability of data the research used Cronbach's Alpha, whereas to test the normality of the data, it used Kolmogorov-Smirnov. In order to examine the differences of homogeneity of data variance, it used Independent Sample T-Test that
is
aimed
public accountants of the
to know
the
perception
differences of
students
and
Indonesian Accountant Association code of ethics. The
independent testing of test samples used the computer program SPSS v. 13. The results of the research are firstly, the result of the testing significance test rate is 5% of the coverage of Professional Responsibility at 0.175. The significance value which is larger than 0.05 indicates that the variance of those two samples is homogeneous. Secondly, the coverage of Public Interest with a significance of 0.005, a significance value that is smaller than -1-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
0.05,
indicates that
the variances
of those
two
samples are not homogeneous.
Thirdly,
the coverage confidentiality, with a significance of 0.002, a significance value that is smaller than 0.05, indicates that the variance of those two samples are not homogeneous.
Key words : Perception, Public Accountant, Accounting Student, The Indonesian Institute of Accountant Ethical Code
dilakukan oleh sebagian besar anggota
1. Pendahuluan
masyarakat. Kelangsungan hidup profesi
1.1. Latar Belakang Masalah Seiring
meningkatnya
kepada kepercayaan masyarakat terutama
kompetensi dan perubahan global, setiap
para pengguna jasa auditor terhadap kualitas
profesi akuntan pada saat ini dan masa
jasa yang dihasilkan profesi. Apabila para
mendatang menghadapi tantangan yang
pemakai
semakin
menjalankan
kepercayaan terhadap profesi akuntan, maka
aktivitasnya, seorang akuntan dituntut untuk
pelayanan jasa profesi tersebut menjadi tidak
selalu meningkatkan profesionalismenya.
efektif.
berat.
dengan
akuntan di Indonesia sangat tergantung
Dalam
Seseorang yang berprofesi sebagai akuntan perlu bertanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya serta lebih dari sekedar memenuhi UndangUndang
dan
peraturan
masyarakat.
(Khomsiyah dan Indriantoro dalam Ninuk Retnowati,2003). Seorang profesional diharapkan dapat mengarahkan dirinya pada suatu tingkat tindakan di atas tingkat tindakan yang -2-
jasa
Seorang
akuntan
tidak
memiliki
professional
memiliki
keharusan untuk memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam suatu profesi agar profesi tersebut mampu bersaing dalam dunia
usaha
sekarang
ini
dan
masa
mendatang dalam menghadapi tantangan yang semakin berat. Selain keahlian dan kemampuan khusus yang dimiliki suatu profesi, dalam menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
Etik
Ikatan
Akuntan
Indonesia
mengamanatkan bahwa setiap anggota harus mempertahankan integritas dan objektivitas Etika profesional juga berkaitan dengan
dalam
melaksanakan
pekerjaanya
perilaku moral yang meliputi kekhasan pola
(Mulyadi,2002). Dengan mempertahankan
etis yang diharapkan untuk profesi tertentu
integritas, seorang akuntan akan bertindak
(Sihwahjoeni dan
jujur, tegas dan tanpa pretensi.
Gudono,2000).
Oleh
karena konsensus, maka etika tersebut dinyatakan secara tertulis atau formal dan selanjutnya disebut “Kode Etik”. Kode Etik
Kode etik profesi juga merupakan salah satu upaya dari suatu asosiasi profesi untuk menjaga integritas profesi tersebut agar
Profesi merupakan salah
mampu menghadapi berbagai tekanan yang
satu upaya dari suatu asosiasi profesi untuk
dapat muncul dari dirinya sendiri maupun
menjaga
pihak eksternal (lingkungan) yang salah
integritas profesi tersebut agar
mampu menghadapi berbagai tekanan yang
satunya
dapat muncul dari dirinya sendiri maupun
(Murtanto dan Marini,2003). Kode etik
pihak eksternal. Akuntan sebagai suatu
secara umum berfungsi sebagai jaminan
profesi telah memiliki seperangkat kode etik
bahwa akuntan akan berperilaku secara
tersendiri dalam menjalankan profesinya.
benar dalam arti tidak akan melakukan
Kode etik merupakan norma atau aturan
perbuatan yang melanggar aturan moral.
yang mengatur hubungan antara akuntan
Arti pentingnya kode etik dalam profesi
dengan kliennya, antara akuntan dengan
akuntan
sejawatnya, serta antara profesi dengan
kepercayaan masyarakat terhadap akuntan
masyarakat. Di dalam kode etik terdapat
(Bambang Subroto,2000).
muatan-muatan etika, yang dalam bahasa yunani terdiri dari dua kata yaitu ethos yang berarti kebiasaan atau adat, dan ethikos yang berarti perasaan batin atau kecenderungan batin yang mendorong manusia dalam bertingkah
laku
(Sihwahjoeni
dan
Gudono,2000). Dalam pasal 1 ayat (2) Kode
ialah
lingkungan
adalah
untuk
pendidikan
memelihara
Alasan yang mendasari adanya Kode Etik
adalah
masyarakat
perlunya
dalam
kualitas
kepercayaan jasa
yang
diberikan suatu profess tanpa memandang siapa (individu) yang melakukan pemberian jasa tersebut (Hartadi,1987). Oleh karena -3-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
itu, kode etik akuntan telah menjadi issue
akuntan
yang menarik, di Indonesia issue ini
khususnya perusahaan yang akan masuk
berkembang
pasar bursa efek wajib diaudit oleh akuntan
seiring
dengan
terjadinya
beberapa pelanggaran etika yang terjadi baik
terjadi bila setiap akuntan mempunyai pemahaman, pengetahuan dan menerapkan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaan
profesionalnya,
sepenuhnya
melandaskan
dengan
pada
standar
moral dan etika tertentu. Perilaku akuntan, baik akuntan manajemen maupun akuntan publik, sangat menentukan hasil kerjanya (Bambang bertindak
Subroto, sesuai
2000).
dengan
Apabila
etika,
maka
oleh
perusahaan,
publik.
oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Ini seharusnya tidak
diperlukan
Untuk
mendukung
profesionalisme
akuntan, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sejak tahun 1975 telah mengesahkan “Kode Etik
Akuntan
Indonesia”
yang
telah
mengalami revisi pada tahun 1986, tahun 1994 dan terakhir pada tahun 1998 Dalam Mukadimah Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1998 ditekankan pentingnya prinsip etika bagi akuntan: Dengan menjadi anggota, seorang akuntan
mempunyai
kewajiban
untuk
kepercayaan masyarakat terhadap profesi
menjaga disiplin diri di atas dan melebihi
akuntan akan meningkat, dan sebaliknya,
yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan.
apabila masih ada terjadi pelanggaran, maka
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik
jelas
pada
Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan
masyarakat
profesi akan tanggung jawabnya kepada
terhadap profesi akuntan. Agar kepercayaan
publik, pemakai jasa akuntan dan rekan.
masyarakat
Prinsip
hal
tersebut
menurunnya
berdampak
kepercayaan
khususnya
pengguna
jasa
ini
memandu
anggota
dalam
meningkat, maka seharusnya etika yang
memenuhi tanggung jawab profesionalnya
mengatur
dini
dan merupakan landasan dasar perilaku etika
dipahami dan dilaksanakan secara disiplin
dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini
yaitu semenjak di bangku kuliah, sehingga
meminta
Kode Etik Akuntan yang ada benar-benar
terhormat, bahkan dengan pengorbanan
dipahami untuk melaksanakan pada praktek
keuntungan
kerja nantinya. Terlebih saat ini profesi
Haryono,2001).
-4-
profesi
akuntan
sejak
komitmen
untuk
pribadi
berperilaku
(Jusup,Al
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
Persepsi perlu diteliti karena sebagai Namun kenyataannya, dalam praktek sehari-hari masih banyak terjadi pelanggaran terhadap
kode
etik
tersebut.
Berbagai
pelanggaran untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan terjadi baik di luar negeri maupun di Indonesia. Di Indonesia sendiri pelanggaran kode etik sering dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Untuk kasus akuntan publik, beberapa
pelanggaran
kemauan yang lebih untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dapat mengurangi berbagai pelanggaran etika (Ludigdo, 1999). Untuk mempersempit ruang
lingkup
penelitian,
peneliti
memfokuskan penelitian pada 3 prinsip etika yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik, dan kerahasiaan. Adanya hasil penelitian yang belum
ditelusuri dari laporan Dewan Kehormatan
konsisten, maka dalam penelitian ini ingin
Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam laporan
menguji kembali persepsi akuntan publik
pertanggungjawaban pengurus IAI periode
sebagai praktisi dan mahasiswa akuntansi
1990-1994 menyebutkan adanya 21 kasus
sebagai calon akuntan Indonesia terhadap
pelanggaran yang melibatkan 53 KAP
kode etik. Perbedaan dalam penelitian ini
(Ludigdo dan Machfoed, 1996 dalam Jaka
dengan penelitian tedahulu adalah dari segi
dan Ninuk,2003). Dari hasil BPKP terhadap
responden,
82 KAP dapat diketahui selama tahun 1994
responden para akuntan publik di Semarang
sampai dengan tahun 1997 terdapat 91,81%
dan mahasiswa akuntansi di beberapa
KAP tidak memenuhi Standar Profesional
universitas
Akuntan Publik, 82,39% tidak menerapkan
mendapatkan mata kuliah Auditing dan
Sistem Pengendalian Mutu, 9,93% tidak
Teori Akuntansi, karena mahasiswa tersebut
mematuhi Kode Etik Akuntan, dan 5,26%
telah mengetahui dan memahami apa yang
tidak
dimaksud Prinsip-prinsip dalam Kode Etik
perturan
ini
profesi. Dengan pengetahuan, pemahaman,
dapat
mematuhi
etika
gambaran pemahaman terhadap kode etik
perundang-
penelitian
di
ini
Semarang
undangan. Dan dari data terakhir (Media
Ikatan
Akuntan
Akuntansi Edisi 27:2002) terdapat 10 KAP
diharapkan
yang melakukan pelanggaran saat mengaudit
kegunaannya dengan tepat.
menggunakan
yang
Indonesia
dapat
telah
sehingga
mempersepsikan
bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998. -5-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
Berdasarkan permasalahan yang ada
1. Bagaimana persepsi akuntan publik
tersebut maka menjadi latar belakang untuk
terhadap prinsip-prinsip Kode Etik
menyusun penelitian
Ikatan Akuntan Indonesia?
ini dengan judul
“Analisis Persepsi Akuntan Publik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.”
2. Bagaimana
persepsi
mahasiswa
akuntansi terhadap prinsip-prinsip Kode
Etik
Ikatan
Akuntan
perbedaan
persepsi
Indonesia? 3. Apakah
1.2. Perumusan Masalah Dengan mencermati kondisi saat ini, peran akuntan di mata masyarakat seringkali dipandang negatif. Hal tersebut dikarenakan banyak kasus yang merugikan masyarakat
ada
antara akuntan publik dan mahasiswa akuntansi akuntansi
pendidikan terhadap
profesi
Kode
Etik
Akuntan?
secara luas. Padahal apabila Kode Etik Akuntan
yang
mengatur
mengenai
pelaksanaan profesi akuntan dilaksanakan
1.3. Tujuan Penelitian
dengan tulus dan niat yang baik maka hal
Adapun tujuan – tujuan yang ingin
tersebut tidak seharusnya terjadi. Penegakan
dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
etika
berikut :
profesi
pemahaman
harus dan
dimulai
melalui
penghayatan
dengan
kesadaran penuh sedini mungkin, yaitu sejak bangku kuliah. Apabila pemahaman akan Kode
Etik
Akuntan
tersebut
tidak
dipersepsikan dengan baik maka dalam
1. Untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai perilaku dan persepsi
mahasiswa
akuntansi
terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.
melakukan praktek kerja di masyarakat akan mengurangi kualitas audit report (Ludigdo,
2. Untuk menguji dan mendapatkan
1999). Berdasarkan hal tersebut maka dalam
bukti empiris mengenai perilaku dan
penelitian ini masalah yang diangkat adalah:
persepsi akuntan publik terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.
-6-
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
3. Untuk persepsi
mengetahui
perbedaan
itu dibuat. Sedangkan karakteristik pribadi
mahasiswa
pendidikan
yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap,
profesi akuntansi dan akuntan publik
kepribadian,
motif,
terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan
pengalaman
Indonesia.
(Robbins, Stephen, 2002)
masa
kepentingan,
lalu
dan
harapan.
2.2. Pengertian Akuntan dan Akuntan 2.
Publik
Tinjauan Pustaka
Akuntan
2.1. Pengertian Persepsi Persepsi diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang melakukan pemilihan, penerimaan,
pengorganisasian,
penginterpretasian
atas
informasi
dan yang
diterimanya dari lingkungan yang juga merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya. Jadi dalam konteks
penelitian
diartikan
ini
sebagai
persepsi
dapat
penerimaan
atau
pandangan seseorang melalui suatu proses yang
didapat
dari
pengalaman
dan
pembelajaran sehingga seorang individu mampu untuk memutuskan mengenai suatu hal.
Persepsi
sendiri
dipengaruhi oleh
sejumlah faktor yang dapat membentuk persepsi dan kadang kala membiaskan persepsi. terletak
Faktor-faktor pada
mempersepsikannya,
tersebut
dapat
orang
yang
obyek/sasaran
yang
dipersepsikan, atau konteks dimana persepsi
adalah
seseorang
yang
melakukan pelayanan akuntansi. Akuntan menyiapkan
laporan
mengembangkan
keuangan
rencana
dan
keuangan,
mengerjakan pembukuan pribadi (untuk perusahaan),
pembukuan
umum
(untuk
perusahaan akuntan), dan akuntan yang tidak mencari keuntungan (untuk perwakilan pemerintah)
(Bambang
Subroto,
2001)
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
17/PMK.01/2008, mengakui IAI sebagai organisasi profesi akuntan publik yang berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan penerbitan standar profesional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia. Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh ijin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan ini. -7-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
Akuntan telah
publik adalah akuntan yang
memperoleh
izin
dari menteri
akan
di Indonesia. Ketentuan mengenai
akuntan publik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Jasa Akuntan Publik. Setiap akuntan publik
wajib
menjadi
anggota Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui oleh Pemerintah.
sesamanya.
Istilah Etika dilihat dalam kamus besar Bahasa Indonesia(2007), memiliki tiga arti yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Adapun pengertian dari etika adalah merupakan seperangkat prinsip moral atau nilai (Arens&Loebbecke,1991) atau aturan perilaku yang diterapkan oleh
Akuntan publik juga dapat diartikan
organisasi
profesi
sebagai seorang akuntan yang menjual jasa
kepentingan
profesionalnya
pemakai
kepada
terhadap
(Boynton, Johnson dan Kell, 2002)
keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik
berperilaku
masyarakat/klien
untuk
melindungi
dan
masyarakat
anggota
jasanya
(Yani,1998).
Aturan
terutama umtuk jenis pemeriksaan laporan
tersebut berisi hal-hal yang boleh dilakukan
keuangan. Untuk dapat berpraktek sebagai
dan harus ditaati oleh anggota organisasi.
akuntan publik Indonesia, seseorang harus
(Jaka
telah lulus dari fakultas ekonomi jurusan
menyatakan bahwa maksud dari etika adalah
akuntansi dan memperoleh gelar akuntan
merupakan seperangkat aturan atau norma
serta
atau pedoman yang mengatur perilaku
memperoleh
ijin
praktek
dari
Departemen Keuangan.
Retnowati)
juga
manusia, baik yang harus dilakukan maupun
2.3. Pengertian Etika dan Etika Profesi Etika
Winarna&Ninuk
dari
ditinggalkan
sekolompok
yang atau
dianut
oleh
segolongan
bahasa
manusia/masyarakat/profesi. Di Indonesia
Yunani ethos, yang berarti “karakter”. Kata
etika diterjemahkan menjadi kesusilaan
lain untuk etika adalah moralitas (morality),
karena sila berarti dasar, kaidah atau aturan,
yang berasal dari bahasa latin mores yang
sedangkan su berarti baik, benar, dan bagus.
berarti “kebiasaan”.
Moralitas berpusat
Etika profesi diperlukan, agar apa yang
pada “benar” dan “salah” dalam perilaku
dilakukan oleh suatu profesi tidak melanggar
manusia. Oleh karena itu, etika berkaitan
batas-batas yang dapat merugikan suatu
dengan pertanyaan tentang bagaimana orang
pribadi atau masyarakat.
-8-
(ethics) berasal
harus
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
Perilaku beretika wajib hukumnya
Etika profesi merupakan karakteristik
supaya masyarakat dapat berjalan secara
suatu profesi yang membedakannya dengan
teratur. Kita dapat beragumentasi bahwa
profesi lain dan berfungsi mengatur tingkah
etika adalah sejenis perekat yang dapat
laku para anggotanya. Kepribadian akuntan
mengikat erat masyarakat (Arens, Elder dan
yang profesional akan selalu dihubungkan
Abeasley, 2003). Permasalahan Etika timbul
dengan sikap dan tindakan etis yang pada
bilamana seseorang membuat suatu pilihan
akhirnya merupakan penentu posisi akuntan
dari berbagai alternatif dan pilihan yang
dalam masyarakat sebagai pemakai jasa
benar tidak jelas secara nyata. Masalah yang
profesionalnya. (Boynton,Johnson dan Kell,
tersulit timbul yaitu bila ada konflik dua atau
2002).
lebih aturan atau bila ada konflik antara aturan dan kriteria dari hal yang terbaik.
Dengan adanya etika profesi, maka tiap profesi memiliki aturan-aturan khusus
Menurut Arens, Elder dan Beasley
yang
harus
ditaati
oleh
pihak
yang
(2003) Etika secara garis besar dapat
menjalankan profesi tersebut. Etika profesi
didefinisikan sebagai serangkaian prinsip
diperlukan, agar apa yang dilakukan oleh
atau nilai-nilai moral. Setiap orang memiliki
suatu profesi tidak melanggar batas-batas
rangkaian nilai tersebut, walaupun kita
tertentu yang dapat merugikan suatu pribadi
memperhatikan
atau masyarakat luas. Etika tersebut akan
atau
tidak
memperhatikannya secara eksplisit.
memberi batasan-batasan mengenai apa
Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi
untuk
mengatur
perilaku
anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya
bagi
professional
bagi
masyarakat. praktek
Etika
akuntan
di
Indonesia disebut dengan istilah kode etik dan
dikeluarkan
Indonesia akuntan.
oleh
sebagai
Ikatan
Akuntan
organisasi
profesi
yang harus dilakukan, dan apa yang harus dihindari oleh suatu profesi. Etika profesi juga berkaitan perilaku moral yang meliputi kekhasan pola etis yang diharapkan untuk profesi tertentu (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Setiap
profesi
yang
menyediakan
jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dilayaninya.
dari
masyarakat
Masyarakat
akan
yang sangat -9-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
menghargai
profesi
menerapkan
Manusia senantiasa dihadapkan pada
standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan
kebutuhan untuk membuat keputusan yang
pekerjaan
memiliki
anggota
yang
profesinya,
karena
konsekuensi
bagi
dengan demikian masyarakat akan terjamin
merekasendiri
untuk
dapat
Seringkali dilema etika timbul sebagai
diandalkan dari profesi yang bersangkutan
akibat dari pemilihan tersebut yang baik
(Mulyadi,
untuk satu pihak tetapi tidak baik untuk
memperoleh
2001).
jasa
yang
Apabila etika suatu
maupun
baik
pihak
yang tegas terhadap pelanggaran yang
menangani pertanyaan-pertanyaan apa yang
dilakukan oleh profesi tersebut. Jika tidak,
baik untuk individu dan masyarakat, dengan
maka akan mengakibatkan kepercayaan
mencoba menetapkan sifat dari kewajiban
masyarakat terhadap profesi tersebut akan
atau tugas yangharus dilakukan sehingga
berkurang. Sedangkan apabila suatu profesi
individu-individu
dijalankan berdasarkan etika profesi yang
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
ada, maka hasilnya tidak akan merugikan
pihak lain (Boynton,Johnson dan Kell,
kepentingan umum dan akan meningkatkan
2002).
tersebut.
Etika
lainnya.
profesi dilanggar, maka harus ada sangsi
kepercayaan masyarakat terhadap profesi
lainnya.
pihak
umum
memiliki
Etika professional
berusaha
kewajiban
harus lebih luas
dari sekedar prinsip-prinsip moral. Etika tersebut mencakup prinsip perilaku untuk
2.4. Kode Etik Akuntansi 2.4.1.Profesi dan Peran Kode Etik Istilah profesional berarti tanggung jawab untuk berperilaku yang lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dan lebih daripada memenuhi undang-undang dan peraturan masyarakat (Arens dan Loebbecke, 1998)
orang-orang profesional yang dirancang untuk tujuan praktis dan idealistik. Etika profesional meliputi standar sikap para anggota profesi yang dirancang agar praktis dan
realistis,
idealistis.Tuntutan
sedapat
etika
mungkin
profesi
yang
dirancang harus di atas hukum tetapi di bawah standar ideal (absolut) agar etika tersebut mempunyai arti dan berfungsi sebagaimana profesional
-10-
tetapi
mestinya. perlu
Kode
dirancang
etik untuk
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
mendorong perilaku ideal, maka kode etik harus realistis sehingga dapat dilaksanakan. Kode Etik Akuntan adalah norma yang
a.
Tanggung Jawab profesi Dalam
jawabnya
melaksanakan sebaga
tanggung
iprofesional,
setiap
mengatur hubungan antara akuntan dengan
anggota harus senantiasa menggunakan
kliennya, antara akuntan dengan sejawatnya,
pertimbangan moral dan profesional dalam
dan antara profesi dengan masyarakat
semua
(Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Kode Etik
(Mulyadi, 2001)
Akuntan sebagaimana ditetapkan dalam kongres X Ikatan Akuntansi Indonesia di Jakarta pada tahun 2007 terdiri dari : 1) Prinsip Etika
kegiatan
Sebagai
yang
dilakukannya.
profesional,
anggota
mempunyai peran pentingdalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota
2) Aturan Etika
juga harus selalu bertanggungjawab untuk
3) Interprestasi Aturan Etika
bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan
profesi
akuntansi,
memelihara kepercayaan masyarakat dan 2.4.2. Prinsip-prinsip Etika
menjalankan tanggung jawab profesi dalam
Prinsip etika merupakan kerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip etika bukan merupakan standar
yang
bisa
dipaksakan
pelaksanaannya, sedangkan aturan etika merupakan standart minimum yang telah
mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi. Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. b. Kepentingan Publik
diterima dan bisa dipaksakan pelaksanaanya. Dalam
Kode
Etik
Akuntan
Indonesia
terdapat delapan prinsip etika sebagai berikut :
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa
bertindak
dalam
kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan
publik,
dan
menunjukan -11-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
komitmen atas profesionalisme. (Mulyadi,
menghormati
kepercayaan
2001)
kepercayaan
yang
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik.
Profesi
akuntan
memegang
publik.
diberikan
Atas publik
kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
peranyang penting di masyarakat, dimana
Untuk
memenuhi tanggung jawab
publik dari profesi akuntan yang terdiri dari
profesionalnya,
klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi
menghadapi
kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan
berbenturan
keuangan, dan pihak lainnya bergantung
berkepentingan. Dalam mengatasi hal ini,
kepada obyektivitas dan integritas akuntan
anggota harus bertindak dengan penuh
dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis
integritas, dengan suatu keyakinan bahwa
secara
ini
apabila anggota memenuhi kewajibannya
akuntan
kepada publik, maka kepentingan penerima
tertib.Ketergantungan
menimbulkan
tanggung
jawab
anggota tekanan
dengan
yang
saling
pihak-pihak
yang
terhadap kepentingan publik. Kepentingan
jasa
publik didefinisikan sebagai kepentingan
Mereka yang memperoleh pelayanan dari
masyarakat dan institusi yang dilayani
anggota
anggota secara keseluruhan. Ketergantungan
memenuhi
ini menyebabkan sikap dan tingkah laku
integritas,
akuntan
profesional, dan kepentingan untuk melayani
dalam
mempengaruhi
menyediakan kesejahteraan
jasanya ekonomi
masyarakat dan negara.
adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan bahwa
jasa
publik.
dengan
sebaik-baiknya.
mengharapkan tanggung
anggota
jawabnya
obyektivitas,
Anggota
akuntan
dilakukan
dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan
dengan
keseksamaan
diharapkan
untuk
imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat
profesionalisme
yang
konsisten
dengan Prinsip Etika Profesi ini. Semua anggota mengikat dirinya utuk
untuk mencapai tingkat prestasi tersebut dan
menghormati
kepercayaan
semua anggota mengikat dirinya untuk
kepercayaan
yang
-12-
untuk
memberikan jasa berkualitas, mengenakan
Kepentingan utama profesi akuntan
paham
terlayani
mungkin
publik.
diberikan
Atas publik
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
kepadanya, anggota harus secara terus
Untuk memelihara dan meningkatkan
menerus menunjukkan dedikasi mereka
kepercayaan publik, setiap anggota harus
untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
memenuhi tanggung jawab profesionalnya
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang
dengan
akuntan harus mengikuti standar profesi
(Mulyadi, 2001)
yang
dititikberatkan
publik,
misalnya:
membantu efisiensi
pada
kepentingan
auditor
independen
memelihara dari
laporan
integritas
dan
keuangan
yang
disajikan kepada lembaga keuangan untuk mendukung pemberi pinjaman dan kepada pemegang saham untuk memperoleh modal, eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang
akuntansi
organisasi
dan
manajemen
memberikan
dalam
kontribusi
efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya organisasi, auditor intern memberikan
keyakinan
tentang
sistem
pengendalian internal yang baik untuk meningkatkan
keandalan
informasi
keuangan dari pemberi kerja kepada pihak luar, ahli pajak membantu membangun
integritas
setinggi
mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang
mendasari
timbulnya
pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan
patokan
(benchmark)
bagi
anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Integritas
mengharuskan
seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan
rahasia
penerima
jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang
jujur,
tetapi
tidak
menerima
kecurangan atau peniadaan prinsip.
kepercayaan dan efisiensi serta penerapan
Integritas diukur dalam bentuk apa
yang adil dari sistem pajak dan konsultan
yang benar dan adil. Dalam hal tidak
manajemen mempunyai tanggung jawab
terdapat aturan, standar, panduan khusus
terhadap
atau dalam menghadapi pendapat yang
kepentingan
umum
dalam
membantu pembuatan keputusan manajemen
bertentangan,
yang baik.
keputusan
c.
Integritas
anggota
atau
harus
perbuatannya
menguji dengan
bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang akan dilakukan seseorang yang -13-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
memiliki integritas dan apakah anggota telah
seorang bawahan, melakukan jasa audit
menjaga
internal
integritas
dirinya.
Integritas
dan
bekerja
dalam
kapasitas
mengharuskan anggota untuk menaati baik
keuangan dan manajemennya di industri,
bentuk maupun jiwa standar teknis dan
pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga
etika. Integritas juga mengharuskan anggota
mendidik dan melatih orang orang yang
untuk mengikuti prinsip obyektivitas dan
ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa
kehati-hatian profesional.
dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara
d. Objektivitas Setiap
obyektivitas.
anggota
harus
menjaga
obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. (Mulyadi, 2001)
Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan
etika
obyektivitas,
sehubungan
pertimbangan
dengan
yang cukup
harus diberikan terhadap faktor berikut : Obyektivitas adalah suatu kualitas
1. Ada kalanya anggota dihadapkan
yang memberikan nilai atas jasa yang
pada situasi yang memungkinkan
diberikan
obyektivitas
mereka menerima tekanan-tekanan
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
yang diberikan kepadanya. Tekanan
memihak, jujur secara intelektual, tidak
ini
berprasangka atau bias, serta bebas dari
obyektivitasnya.
benturan
anggota.
Prinsip
kepentingan
atau
dibawah
pengaruh pihak lain. Anggota kapasitas
mengganggu
2. Tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi di
bekerja
yang
dapat
dalam
berbeda
dan
berbagai harus
mana
tekanan-tekanan
mungkin
Ukuran
kewajaran
terjadi.
menunjukkan obyektivitas mereka dalam
(reasonable) harus digunakan dalam
berbagai situasi. Anggota dalam praktek
menentukan
publik memberikan jasa atestasi, perpajakan,
mengidentifikasi
hubungan
yang
serta konsultasi manajemen. Anggota yang
mungkin
kelihatan
dapat
lain menyiapkan laporan keuangan sebagai
merusak obyektivitas anggota.
-14-
atau
standar
untuk
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
3. Hubungan-hubungan
yang
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memungkinkan prasangka, bias atau
memperoleh manfaat dari jasa profesional
pengaruh lainnya untuk melanggar
dan teknik yang paling mutakhir. (Mulyadi,
obyektivitas harus dihindari.
2001)
4. Anggota memiliki kewajiban untuk
Hal ini mengandung arti bahwa
memastikan bahwa orang-orang yang
anggota
terlibat
melaksanakan
dalam
profesional
pemberian
mematuhi
jasa prinsip
obyektivitas.
jasa
sebaik-baiknya kemampuannya,
5. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan
hadiah
atau
entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas
mempunyai
terhadapm
petimbangan
profesional mereka terhadap orangorang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.
pengguna
jasa
kewajiban profesional
dengan
sesuai
dengan
demi dan
untuk
kepentingan
konsisten
dengan
tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki. Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung jawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkat profesionalisme yang tinggi seperti
e. Kompetensi
dan
Kehati-hatian
disyaratkan oleh Prinsip Etika. Kompetensi Profesional dapat dibagi menjadi dua fase
Profesional
yang terpisah: Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
1. Pencapaian Kompetensi Profesional
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai
Pencapaian Kompetensi Profesional
kewajiban
pada awalnya memerlukan standar
untuk
mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional
pendidikan
pada
diikuti
tingkat
yang
diperlukan
untuk
oleh
umum
yang
pendidikan
tinggi, khusus, -15-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
pelatihan dan ujian profesionalnya
professional melebihi kompetensi anggota
dalam subyek-subyek yang relevan,
atau perusahaan, anggota wajib melakukan
dan pengalaman kerja. Hal ini harus
konsultasi atau menyerahkan klien kepada
menjadi pola pengembangan yang
pihak lain yang lebih kompeten. Setiap
normal untuk anggota.
anggota
2. Pemeliharaan
Kompetensi
Profesional
menilai apakah pendidikan, pedoman dan
untuk
dijaga
dipenuhinya.
melalui
komitmen
untuk
profesional anggota. Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti profesi
termasuk diantaranya
akuntansi, pernyataan-
pernyataan akuntansi, auditing, dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan. Anggota
harus
menerapkan
suatu
program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan nasional
Kompetensi
untuk
menentukan kompetensi masing masing atau
Kompetensi harus dipelihara dan
perkembangan
jawab
pertimbangan yang diperlukan memadai
belajar dan melakukan peningkatan
standar
bertanggung
dan
internasional.
menunjukkan
terdapatnya
bertanggung
jawab
yang
harus
Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan
tanggung
jawab
untuk
memberikan jasa dengan segera dan berhatihati, sempurna, dan mematuhi standar teknis, dan etika yang berlaku. Kehati-hatian professional mengharuskan anggota untuk merencanakan
dan
mengawasi
secara
seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya. f. Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan
informasi
yang
diperoleh
pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat
selama melakukan jasa profesional dan
pemahaman
tidak boleh memakai atau mengungkapkan
memungkinkan
dan
pengetahuan
seorang
anggota
yang untuk
memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. -16-
Dalam
hal
penugasan
informasi
tersebut
tanpa
persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
profesional
atau
hukum
untuk
mengungkapkannya. (Mulyadi, 2001) Kepentingan menuntut
bahwa
berhubungan didefinisikan
umum
dan
standar
profesi
dengan bahwa
profesi yang
panduan
mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan
serta
mengenai
jasa
professional
tidak
menggunakan atau terlibat menggunakan
kerahasiaan
terdapat
melakukan
berbagai
keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang
penerima
jasa
tidak
boleh
mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh membuat pengungkapan yang
tidak
disetujui
(unauthorized
disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku
untuk
pengungkapan
informasi
dengan tujuan memenuhi tanggung jawab
Anggota mempunyai kewajiban untuk
anggota berdasarkan standar profesional.
menghormati kerahasiaan informasi tentang
Kepentingan umum dan profesi menuntut
klien atau pemberi kerja yang diperoleh
bahwa standar profesi yang berhubungan
melalui jasa profesional yang diberikannya.
dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa
Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan
terdapat panduan mengenai sifat dan luas
setelah hubungan antar anggota dan klien
kewajiban
atau pemberi jasa berakhir. Kerahasiaan
berbagai keadaan dimana informasi yang
harus dijaga oleh anggota kecuali jika
diperoleh selama melakukan jasa profesional
persetujuan khusus telah diberikan atau
dapat atau perlu diungkapkan. Berikut ini
terdapat kewajiban legal atau professional
adalah
untuk mengungkapkan informasi. Anggota
dipertimbangkan dalam menentukan sejauh
mempunyai kewajiban untuk memastikan
mana informasi rahasia dapat diungkapkan :
bahwa staf di bawah pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya
menghormati
prinsip
kerahasiaan. Kerahasiaan
kerahasiaan
contoh
hal-hal
semata-mata
masalah pengungkapan informasi selama
mengenai
yang
harus
1. Apabila pengungkapan diijinkan Jika
persetujuan
mengungkapkan tidaklah
serta
diberikan
untuk oleh
penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak ketiga yang -17-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
kepentingannya dapat terpengaruh harus dipertimbangkan. 2. Pengungkapan
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
diharuskan
oleh
hukum
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf,
Beberapa contoh dimana anggota diharuskan
oleh
hukum
untuk
mengungkapkan informasi rahasia
pemberi kerja dan masyarakat umum. h. Standar Teknis
adalah untuk menghasilkan dokumen
Setiap anggota harus melaksanakan
atau memberikan bukti dalam proses
jasa profesionalnya sesuai dengan standar
hukum dan untuk mengungkapkan
teknis dan standar profesional yang relevan.
adanya pelanggaran hukum oleh
Sesuai dengan keahliannya dan dengan
klien.
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban
3. Ketika
kewajiban
atau
hak
profesional untuk mengungkapkan, mematuhi standar teknis dan aturan etika, untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam sidang pengadilan
untuk
untuk
melaksanakan
penugasan
dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan
dengan
prinsip
integritas
dan
obyektivitas. (Mulyadi, 2001) Standar teknis dan standar professional
menaati
yang harus ditaati anggota adalah standar
penelahaan mutu/penelahaan sejawat
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
IAI atau badan profesional lainnya
Indonesia.
dan untuk menanggapi permintaan
Accountants, badan pengatur dan pengaturan
investigasi oleh IAI atau badan
perundang-undangan yang relevan. Prinsip
pengatur.
Etika memberikan kerangka dasar bagi
Internasional
Federation
of
Aturan Etika yang mengatur pelaksanaan
g. Perilaku Profesional
pemberian jasa profesional oleh anggota. Setiap anggota harus berperilaku yang
Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan
konsisten dengan reputasi profesi yang baik
berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan
dan
Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota
menjauhi
tindakan
yang
dapat
mendiskreditkan profesi. (Mulyadi, 2001) -18-
Himpunan dan hanya mengikat anggota
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
Himpunan yang bersangkutan. Interprestasi
atau tidak perbedaan persepsi tersebut
Aturan Etika merupakan interprestasi yang
dengan menguji hipotesis berikut ini :
dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan
setelah
memperhatikan
tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam
penerapan
Aturan
Etika,
Ha1 : Terdapat perbedaan persepsi antara Akuntan Publik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan.
tanpa
dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
3. Metodologi Penelitian
penerapannya. 3.1 Jenis Dan Sumber Data Data primer yaitu data yang didapat 2.5. Hipotesis
dari sumber asli dan tidak melalui media
Tujuan dari pengujian hipotesis berikut
perantara (Nur Indriantoro dan Bambang
diantaranya adalah untuk membandingkan
Supomo,
2002).
Data
kedua variable yaitu Akuntan Publik dan
penelitian ini diperoleh melalui kuisioner
Mahasiswa Akuntansi untuk mengetahui
(personally
perbedaan mengenai persepsi mengenai
yang
Kode Etik Akuntan. Apabila hasil penelitian
responden.
administered
ditujukan
kepada
primer
dalam
quistionnaries) masing-masing
menunjukkan adanya perbedaan persepsi maka hasil penelitian tersebut dianggap wajar
karena
Akuntan
Publik
telah
menerapkan Kode Etik Akuntan dalam pekerjaannya, sedangkan bagi Mahasiswa Akuntansi dianggap sedang dalam proses mempersiapkan
diri
untuk
berprofesi
sebagai Akuntan Publik. Berdasarkan
pada
3.2 Definisi Operasional Indrianto menyatakan penentuan
dan
definisi construk
Supomo
(2001)
operasional
adalah
sehingga
menjadi
variabel yang dapat diukur. Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut :
beberapa
uraian
a. Persepsi
diatas, maka penelitian ini bermaksud untuk menguji lebih lanjut apakah memang ada -19-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
Adapun persepsi dalam hal ini diukur sebagai berikut :
lainnya yang bukan atau belum menjadi anggota IAI (Murtanto dan Marini, 2003).
1. Persepsi mahasiswa Persepsi
Mahasiswa
Akuntansi
merupakan penilaian terhadap Kode Etik Akuntan jika dilihat dari kacamata novice accountant (mahasiswa) pada beberapa
universitas
di
Semarang,
diantaranya adalah UNAKI, UNIKA dan UDINUS. Responden mahasiswa yang dipilih
adalah
mengambil
mahasiswa
Fakultas
yang
Ekonomi
Akuntansi yang telah menempuh mata kuliah Auditing dan Teori Akuntansi.
Persepsi Akuntan Publik merupakan penilaian terhadap kode etik akuntan jika dilihat dari kacamata kelompok akuntan yang bekerja pada Kantor Akuntan
Kode Etik Akuntan merupakan norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan para klien, antara akuntan
akuntan
dengan
dan
masyarakat
profesi
(Mulyadi,
1999). Kode etik ini mengikat para anggota
-20-
1.
Tanggung Jawab Profesi
Tanggung Jawab Profesi merupakan tanggung jawab seorang akuntan terhadap asosiasi profesi yang berdasarkan standar profesi
yang
dikeluarkan
oleh
Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI). 2.
Kepentingan Publik
Kepentingan publik merupakan suatu
akuntan publik dalam memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme yang tinggi, untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi. Kerahasiaan
Kerahasiaan
b. Kode Etik Akuntan
sejawatnya
yang akan dibahas yaitu:
3.
Publik di Semarang.
rekan
Ada 3 macam Kode Etik Akuntan
orientasi yang harus dimiliki oleh seorang
2. Persepsi Akuntan publik
dengan
IAI dan dapat dipergunakan oleh akuntan
kemampuan
merupakan
seorang
profesional
sebuah dalam
memelihara, menyeleksi dan menyimpan hal-hal yang bisa diinformasikan kepada umum dengan bersikap hati-hati dalam memberikan
informasi
untuk
menjaga
reputasi sebuah perusahaan dan profesi yang dijabatnya.
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
2. 3.3
Mahasiswa Akuntansi yang telah menempuh mata kuliah Auditing dan
Populasi dan Sampel
Teori Akuntansi di UNAKI, UNIKA
Populasi adalah wilayah generalisasi
dan UDINUS.
yang mempunyai kuantitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2000). Populasi penelitian ini adalah Akuntan Publik dan Mahasiswa Akuntansi yang telah menempuh mata kuliah Auditing dan Teori Akuntansi yang ada di kota Semarang, sedangkan sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi, sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki
Alasan
pemilihan
sampel
Akuntan
publik dan Mahasiswa Akuntansi karena Akuntan Publik merupakan pihak yang secara langsung diatur dalam Kode Etik Akuntan
dan
Mahasiswa
Akuntansi
merupakan cikal bakal akuntan yang sedang dipersiapkan agar dapat memahami Kode Etik Akuntan sejak dini, sehingga nantinya Kode Etik tersebut dapat diterapkan dalam pekerjaannya sebagai akuntan kelak.
oleh sampel (Indriantoro dan B. Supomo, 1999).
3.4
Sampel penelitian ini adalah Akuntan Publik dan Mahasiswa Akuntansi dengan kriteria sampel sebagai berikut :
Teknik Pemilihan Sampel Teknik
pemilihan
sampel
yang
digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak
1. Akuntan Publik, merupakan akuntan
acak, dimana sampel dipilih berdasarkan
yang bekerja pada Kantor Akuntan
pertimbangan-pertimbangan
Publik (KAP) di Semarang yang
(Singarimbun,Masri,1995).
telah memiliki pengalaman audit
pertimbangan tersebut diantaranya, bagi
minimal satu tahun maupun yang
sample mahasiswa akuntansi dipilih yang
telah bekerja kurang dari 1 tahun
telah menempuh mata kuliah Auditing dan
namun
Teori Akuntansi pada beberapa universitas
merupakan
lulusan
Pendidikan Profesi Akuntan
dari
tertentu Pertimbangan–
di Semarang, yaitu UNAKI, UNIKA dan UDINUS, sedangkan bagi sample akuntan -21-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
publik dipilih yang telah menempuh masa
Setelah data dikumpulkan, dilakukan
kerja minimal 1 tahun maupun yang telah
pengujian asumsi yang berhubungan dengan
bekerja
model
kurang
dari
1
tahun
namun
yang
akan
digunakan
dalam
merupakan lulusan dari Pendidikan Profesi
pengujian hipotesis. Pengujian ini dilakukan
Akuntan pada beberapa Kantor Akuntan
sesuai dengan model analisis yang akan
Publik di Semarang. Data dalam penelitian
digunakan dalam pengujian hipotesis yaitu
ini dikumpulkan melalui survei dengan
Independent
mengisi kuesioner yang dikirimkan kepada
mensyaratkan data terdistibusi normal dan
responden.
varian kelompok homogen.
Sample
T-test
yang
Karena keterbatasan waktu dan biaya, serta banyaknya jumlah populasi akuntan publik dan mahasiswa akuntansi, maka peneliti mengambil sampel berdasarkan jumlah sampel besar (n > 30). Dari
4. Analisa Data Dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Pada
dasarnya
penelitian
ini
keseluruhan kuesioner yang kembali, tidak
menganalisis mengenai persepsi terhadap
semuanya
analisis.
Kode Etik Ikatan Akuntansi Indonesia oleh
Kuesioner yang tidak memenuhi kriteria
akuntan publik dan mahasiswa akuntansi.
pengisian secara lengkap dianggap gugur
Responden dalam penelitian ini yang
dan jumlah kuisioner kembali yang lengkap
dijadikan sebagai sampel penelitian adalah
(valid) yaitu sejumlah 100 responden dari
Mahasiswa akuntansi yang sedang/sudah
akuntan publik dan 100 responden dari
mengambil mata kuliah Auditing dan Teori
mahasiswa akuntansi. Untuk akuntan publik,
Akuntansi
berdasarkan sumber yang diperoleh penulis
UDINUS, serta beberapa karyawan pada
dapat diketahui bahwa terdapat 16 Kantor
Kantor
Akuntan Publik yang sampai saat ini masih
Semarang. Dalam penelitian ini hanya 16
aktif.
KAP
digunakan
dalam
di UNAKI, UNIKA dan
Akuntan
yang
akan
Publik
(KAP)
dijadikan
di
obyek
pemeriksaan. Metode 3.5. Pengujian Asumsi
-22-
digunakan
pengumpulan dalam
data
yang
penelitian
ini
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
menggunakan penelitian
metode
kuesioner.
dikumpulkan
dengan
Data berupa
Penelitian
berhasil
mendapatkan
kuota
sampel dari hasil pengembalian kuesoner.
mendapatkan 100 kuesioner kepada Akuntan Publik dan 100 kuesioner pada mahasiswa. Tabel 4.1 Distribusi dan Tingkat Pengembalian Kuesioner Keterangan 1. Kuesioner dikirim 2. Kuesioner kembali 3. Tingkat pengembalian 4. Kuesioner gugur 5 Kuesioner diolah
Akuntan Publik 130 111 85.38% 11 100
Mahasiswa 130 121 93.31% 21 100
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan tabel 4.1
dapat diketahui
responden tersebut diharapkan nantinya
jumlah kuesioner yang layak untuk diolah
tidak menimbulkan adanya bias penelitian
selanjutnya akan dibahas terlebih dahulu
yang diakibatkan oleh sampel penelitian.
mengenai identitas responden. Dari identitas
Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Mahasiswa Akuntansi Akuntan Publik (n = 100) (n = 100) JENIS KELAMIN Laki-laki Perempuan UMUR ≤ 25 tahun 26 – 30 tahun 31 – 35 tahun Lebih dari 35 tahun PENDIDIKAN SMU D3 S1 Pendidikan Profesi
62 (72,0%) 38 (38,0%)
71 (71,0%) 29 (29,0%)
35 (35,0%) 40 (40,0%) 22 (22,0%) 3 (3,0%)
12 (12,0%) 45 (45,0%) 26 (26,0%) 17 (17,0%)
91 (91,0%) -
14 (14,0%) 60 (60,0%) 17 (17,0%) -23-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
S2 MASA KERJA Kurang dari 1 tahun 1 – 5 tahun 6 – 10 tahun Lebih dari 10 tahun
9 (9,0%) -
9 (9,0$) -
-
16 (16,0%) 56 (56,0%) 23 (23,0%) 5 (5,0%)
SEMESTER Semester 3 12 (42,0%) Semester 5 58 (58,9%) Semester 7 30 (30,0%) Sumber : Data Primer yang diolah, 2009
-
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui
muda yang sudah mendalami pekerjaan
bahwa dari 100 orang mahasiswa akuntansi,
sebagai akuntan secara praktis maupun calon
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 62
akuntan.
orang (62,0%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 38 orang (38,0%), sedangkan dari 100 orang akuntan publik, 71 orang (71,0%) berjenis kelamin laki-laki dan 29 orang lainnya (19,0%) berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak berminat pada profesi praktisi akuntan. Berdasarkan Mahasiswa
yang menjadi responden dalam penelitian ini paling banyak adalah dari tingkatan S1 baik pada
kelompok
maupun
pada
Mahasiwa kelompok
Akuntansi KAP,
yaitu
sebanyak 91 orang (91,0%) pada sampel Mahasiswa
Akuntansi,
sedangkan
pada
kelompok Akuntan Publik sebanyak 60 umur,
Akuntansi
kelompok
sebagian
besar
berumur 26 – 30 tahun yaitu sebanyak 40 orang (40,0%) diikuti kelompok umur kurang dari 25 tahun, sedangkan pada kelompok Akuntan Publik sebagian besar berumur 26 – 30 tahun yaitu sebanyak 45 orang (45,0%). Hal ini menunjukkan bahwa banyak dari kalangan yang relatif masih -24-
Latar belakang pendidikan responden
orang (28,8%). 1. Masa kerja responden berlaku hanya pada Akuntan Publik, menunjukkan masa kerja responden paling banyak adalah 1 – 5 tahun yaitu sebanyak 56 orang atau 56,0% diikuti dengan masa kerja selama 6 – 10 tahun yaitu sebanyak 23 orang atau 23,0%.
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
Semester
kuliah
dari
responden
peryataan
tersebut
menyatakan
bahwa
Mahasiswa Akuntansi, menunjukkan
adanya perbedaan yang bermakna dari
bahwa
adalah
persepsi Mahasiswa Akuntansi dan Akuntan
semester 5 yaitu sebanyak 58 orang
Publik mengenai Kode Etik IAI. Tiga sub
atau 58,0%.
variabel dikembangkan dalam penelitian ini
sebagian
besar
yaitu Tanggung Jawab Profesi, Kepentingan Publik dan Kerahasiaan. 4.2. Pengujian Hipotesis
4.2.1 Tanggung Jawab Profesi
Untuk menguji perbedaan dari variabel Pengujian
penelitian berdasarkan kelompok sampel
perbedaan
persepsi
mengenai Kode Etik Profesi Akuntan sub
Mahasiswa Akuntansi dan Akuntan Publik
variabel Tanggung Jawab Profesi dilakukan
akan diuji dengan menggunakan uji beda
dengan independent sample t test dan
(independent sample t-test). Berikut adalah
diperoleh sebagai berikut :
hasil pengujian perbedaan tersebut Hipotesis
Tabel 4.3 Perbedaan Persepsi Tanggung Jawab Profesi Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
Mean Std. Error F Tanggung Jawab
Profesi
Equal variances
1.850
Sig. .175
t -4.361
df
Sig. (2-tailed)DifferenceDifference Lower 198
assumed Equal variances not assumed
-4.361
95% Interval of the Confidence Difference
192.321
Upper
.000
-1.250
.287
-1.815
-.685
.000
-1.250
.287
-1.815
-.685
Hasil pengujian homogenitas varians
F sebesar 1,850 dengan signifikansi sebesar
dari kedua kelompok sampel diperoleh nilai
0,175. Nilai signifikansi yang lebih besar -25-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
dari 0,05 menunjukkan bahwa varians kedua
4.2.2 Kepentingan Publik
sampel tersebut adalah homogen. Dengan
Pengujian
nilai signifikansi F yang lebih besar dari
perbedaan
persepsi
mengenai Kode Etik Profesi Akuntan sub
0,05 maka berarti bahwa tidak terdapat
variabel
perbedaan persepsi Mahasiswa Akuntansi
Kepentingan
Publik
dilakukan
dengan independent sample t test dan
dan Auditor Publik mengenai tanggung
diperoleh sebagai berikut :
jawab profesi Akuntan Publik.
Tabel 4.4 Perbedaan Persepsi Kepentingan Publik Independent Samples Test Levene's Test Equality for of Variances
Equal variances Kepentingan Publik
assume d Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
Mea Std. n Error Difference Differenc e
95% Interval of Confidence the Differenc e Lowe Uppe r r
F
Sig .
t
8.09 3
.005
2.866
19 8
.00 5
890
.31 1
1.502
.278
2.866
191.02 3
.00 5
890
.31 1
1.503
.277
d f
Hasil pengujian homogenitas varians dari kedua kelompok sampel diperoleh nilai F sebesar 8,093 dengan signifikansi sebesar 0,005. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa varians kedua
Sig. (2tailed)
dan Akuntan Publik mengenai kepentingan publik Akuntan Publik. 4.2.3 Kerahasiaan Pengujian
perbedaan
persepsi
sampel tersebut adalah tidak homogen.
mengenai Kode Etik Profesi Akuntan sub
Dengan nilai signifikansi yang lebih kecil
variabel
dari 0,05 maka berarti bahwa terdapat
independent sample t test dan diperoleh
perbedaan persepsi Mahasiswa Akuntansi
sebagai berikut :
-26-
Kerahasiaan
dilakukan
dengan
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
Tabel 4.5 Perbedaan Persepsi Kerahasiaan Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
Equal variances Kerahasiaan
assume d Equal
t-test for Equality of Means
Mea Std. n Error Difference Differenc e
95% Interval of Confidence the Differenc e Lowe Uppe r r
F
Sig .
t
20.09 1
.000
3.199
19 8
.00 2
920
.28 8
1.487
.353
3.199
175.12 6
.00 2
920
.28 8
1.488
.352
variances not assumed
Hasil pengujian homogenitas varians
d f
Sig. (2tailed)
IAI, meskipun secara deskriptif
kedua
dari kedua kelompok sampel diperoleh nilai
kelompok mempunyai persepsi yang baik
F sebesar 20,000 dengan signifikansi sebesar
terhadap Kode Etik Profesi Akuntan. Hal ini
0,002. Nilai signifikansi yang lebih kecil
menunjukkan
dari 0,05 menunjukkan bahwa varians kedua
dimana di tengah badai yang menerpa
sampel tersebut adalah tidak homogen.
profesi Akuntan Publik, IAI mengeluarkan
Dengan nilai signifikansi yang lebih kecil
Kode Etik Profesi Akuntan yang dapat
dari 0,05 maka berarti bahwa terdapat
memulihkan nama baik dan kredibilitasnya
perbedaan persepsi Mahasiswa Akuntansi
yang telah dipersepsikan dengan baik oleh
dan Akuntan Publik mengenai kerahasiaan.
Mahasiswa Akuntansi maupun Akuntan
satu
langkah
yang
baik
Publik. Dari pengujian hipotesis diperoleh
4.3. Pembahasan Hasil
penelitian
bahwa terdapat perbedaan persepsi antara ini
menunjukkan
Mahasiswa
Akuntansi
dengan
Akuntan
bahwa Mahasiswa Akuntansi dan Akuntan
Publik, dalam penerapan persepsi Kode Etik
Publik memiliki persepsi yang berbeda
mengenai
terhadap Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Kerahasiaan, dimana Mahasiswa Akuntansi
Kepentingan
Publik
dan
Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam -27-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
memiliki
persepsi
yang
lebih
besar
sebagai
pelaksana
praktis
merupakan
sebagaimana
mengharapkan sedikit kelonggaran dalam
dalam
IAI.
mereka
juga
mengenai penerapan Kode Etik Akuntan dituangkan
bisnis
yang
Perbedaan persepsi tersebut kemungkinan
penerapan teknis
disebabkan oleh faktor lingkungan sekitar,
khususnya yang dinilai menghambat usaha
bagi
mahasiswa
pernah
mereka
kerja
sebagai
Sebaliknya Mahasiswa Akuntansi sebagai
seorang Akuntan Publik merasa bahwa
akademisi, tentu memiliki pemikiran yang
semua cakupan Kode Etik Akuntan wajib
bersifat harapan besar bahwa Kode Etik IAI
dijalankan secara professional, sedangkan
tersebut dapat mengubah pandangan profesi
jika dilihat dari sisi Akuntan Publik yang
akuntan sebagai profesi yang lebih baik
telah terbiasa bekerja di lingkungan audit
yang
berpikir bahwa mereka telah menjalankan
kesepakatan yang akan menguntungkan bagi
semua cakupan Kode Etik Akuntansi dengan
semua pihak yang terkait dengan proses
sebagaimana mestinya. Dengan demikian
akuntansi.
lingkungan
persepsi Mahasiswa Akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan pada IAI menunjukkan lebih tinggi dibanding Akuntan Publik itu sendiri.
Sebaliknya,
dalam
penerapan
persepsi Kode Etik Akuntan mengenai Tanggung Jawab Profesi diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara Mahasiswa
Akuntansi
dengan
Akuntan
Publik yang ditunjukkan dengan kedua varians sampel tersebut adalah homogen. Adanya
perbedaan
tersebut
lebih
mengenai pelaksanaan Kode Etik dalam penerapannya di lapangan. Akuntan Publik -28-
mendapatkan
dibatasi
oleh
klien.
norma-norma
Kepentingan Akuntan Publik terhadap kelangsungan
hidup
perusahaan
dan
profesinya lebih besar daripada Mahasiswa Akuntansi. Salah satu yang mempengaruhi kelangsungan
hidup
perusahaan
adalah
adanya klien. Dalam hal ini persaingan antara KAP tidak dapat dipungkiri akan memungkinkan
memunculkan
satu
pelanggaran terhadap kode etik, karena masing-masing KAP akan mencoba untuk menjadi yang terbaik.
banyak dipengaruhi karena faktor perbedaan pandangan antara praktisi dan akademisi
dalam
Akuntan,
belum
menempati
yang
Kode Etik
tentunya
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi bahan pertimbangan pihak IAI agar dapat
memberikan
kelonggaran
dalam
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
menetapkan Kode Etik Akuntan agar pihak
Publik, dalam penerapan persepsi Kode
Akuntan
Etik mengenai Kepentingan Publik.
Publik
tidak
melakukan
pelanggaran Kode Etik untuk mendapatkan
Berdasarkan
hasil
klien. Hal ini akan memperkecil persepsi
homogenitas
varians
Akuntan Publik terhadap Kode Etik IAI.
kelompok sampel diperoleh nilai F sebesar
8,093
pengujian dari
dengan
kedua
signifikansi
sebesar 0,005, nilai signifikansi yang 5.
Penutup
lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa varians kedua sampel tersebut
5.1. Kesimpulan
adalah tidak homogen. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan,
dengan
menggunakan
alat
analisis statistik Independent Sample T-Test, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
Mahasiswa Akuntansi dengan Akuntan Publik, dalam penerapan persepsi Kode Etik
berikut : 1. Tidak
3. Terdapat perbedaan persepsi antara
terdapat
perbedaan
persepsi
mengenai
Berdasarkan
hasil
homogenitas
varians
Kerahasiaan. pengujian dari
kedua
antara Mahasiswa Akuntansi dengan
kelompok sampel diperoleh nilai F
Akuntan
sebesar 20,000
Publik
dalam
penerapan
dengan signifikansi
persepsi Kode Etik mengenai Tanggung
sebesar 0,002. Nilai signifikansi yang
Jawab
hasil
lebih kecil dari 0,05 menunjukkan
pengujian homogenitas varians dari
bahwa varians kedua sampel tersebut
kedua kelompok sampel diperoleh nilai
adalah tidak homogen.
Profesi.
Berdasarkan
F sebesar 1,850 dengan signifikansi sebesar 0,175, nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan
5.2. Keterbatasan Penelitian Penelitian
ini
memiliki
beberapa
bahwa varians kedua sampel tersebut
kelemahan yang membatasi kesempurnaan
adalah homogen.
hasil penelitian ini. Untuk itu keterbatasan
2. Terdapat perbedaan persepsi antara Mahasiswa Akuntansi dengan Akuntan
ini semoga dapat disempurnakan pada penelitian-penelitian selanjutnya
-29-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
1. Obyek penelitian ini adalah Mahasiswa
menyangkut prinsip etika akuntan saja
Akuntansi dan Akuntan Publik.
tetapi
aturan
etika
dan
interpretasi aturan etika.
Dalam hal ini keterbatasan terletak pada beberapa profesi akuntan lain yang
2. Bagi Akademik yang merupakan salah
belum dapat diperoleh persepsi mereka,
satu sumber informasi utama bagi
sehingga akan memungkinkan penilaian
mahasiswa akuntansi untuk mengetahui
persepsi yang berbeda pada kelompok
tentang
akuntan lain tersebut.
hendaknya lebih dapat memberikan
menggunakan
metode
akan
sehingga
lewat persepsi
kerjanya kelak. 3.
Bagi
praktisi
memberikan kelemahan apabila dijawab
meningkatkan
dengan tidak jujur.
dengan
hendaknya
lebih
profesionalitasnya
menerapkan
prinsip
yang
terkandung dalam Kode Etik Akuntan
5.3. Saran
IAI dalam lingkup kinerjanya sehingga
Saran-saran
yang
dapat
diberikan
berkaitan dengan hasil penelitian serta keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut :
dapat
mengurangi
adanya
fraud/kesalahan dalam hal pengauditan. 4. Bagi pemakai jasa profesi diharapkan dapat menjalin kerjasama yang baik
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah obyek penelitian dengan secara khusus pada profesi Akuntan Perusahaan dan Akuntan Pemerintah. Penelitian selanjutnya hendaknya juga memperluas instrumen penelitian karena Kode
mungkin
dapat dicerminkan dalam lingkungan
Selain itu metode kuesioner yang report
Akuntansi,
mahasiswa akan Kode Etik Akuntansi
langsung dengan subyek penelitian.
self
Etik
seakurat
perkuliahan
kuesioner,
menyebabkan kurangnya komunikasi
mengandalkan
Kode
informasi
2. Metode pengumpulan data yang hanya
-30-
meliputi
Etik
Akuntan
tidak
hanya
sesuai berlaku.
dengan
standar
etika
yang
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
Daftar Pustaka Arens and Loebbecke, 1991. Auditing.
Hendarto, Alex, 2003, Persepsi Akuntan
Terjemahan oleh Amir Abadi Yusuf,
Publik terhadap Kode Etik Ikatan
1995. Salemba Empat. Jakarta.
Akuntan
Indonesia,
Program
Sarjana,
Skripsi
S-1,
Universitas
Diponegoro, Semarang. Azwar, Saifudin, 1997, Reliabilitas dan Validitas, ed. 3, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Indrianto, Nur dan Bambang Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
Desriani, Rahmi, 1993, Persepsi Akuntan terhadap
Kode
Etik
dan
Manajemen,
Yogyakarta : BPEE
Akuntan
Indonesia, Thesis S-2, Program Pasca Sarjana,
Universitas
Gajah
Mada,
Yogyakarta.
Jusup,
Al
Haryono,
2001,
Auditing
(Pengauditan), Yogyakarta : STIE YKPN
Ekayana, Ni Nengah Seri dan Made Pradana Adi Putra, 2003, Persepsi Akuntan dan
Kristanto, Bambang, 1994, Statistika untuk
Mahasiswa Bali terhadap Etika Bisnis.
Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta :
Simposium Nasional Akuntansi (SNA)
BPEE
VI, Surabaya : 16-17 Oktober. Koumbiadis, Nicholas dan John S Okpara, Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis
2008,
Ethics
and
Accounting
Multivariate dengan program SPSS,
Profession : An Exploratory Study of
Edisi
Accounting Students in Post Secondary
kedua,
Badan
Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Institutions, International Review of
-31-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
Business Research Papers Vol.4.No5.
Surakarta,
October- November Pp. 147-156.
Akuntansi IX IAI-KAPd Agustus.
Levin .I, Richard dan David S. Rubin, 1998,
Simposium
Nasional
Media Akuntansi, Edisi 27, 2002.
Statistic for Management, 7th Edition, Prentice Hall. Mulyadi, 1992, Pemeriksaan Akuntan, ed. 4, Yogyakarta : STIE YKPN. Ludigdo, Unti, dan M. Machfoedz, 1999. Persepsi Akuntan dan Mahasiswa Bisnis.
Purnamasari, Indri, Dian, 2002. Persepsi
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia vol.
Akuntan dan Mahasiswa Akuntansi
1. Jan: 13-28.
terhadap Kode Etik Akuntan. Assets
Akuntansi
terhadap
Etika
Vol. 4. No. 1 :29-37.
Ludigdo, Machfoedz, 1999, Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Etika Bisnis : Studi Terhadap Mahasiswa Nasional
Persepsi
Akuntan
Akuntansi, Akuntansi
II
dan
Simposium
Robbins, Stephen P, 2002, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, ed 5, Jakarta : Erlangga.
IAI-KAPd
September. Salim, Peter dan Yenny Salim, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Martadi, Indiana Farid dan Sri Suranta,
Modern English Press.
2006, Persepsi Akuntan, Mahasiswa Akuntansi, dan Karyawan Bagian Akuntansi
-32-
Dipandang
dari
Segi
Santosa,
Kanto,
2002,
Dampak
Gender Terhadap Etika Bisnis dan
Kebangkrutan Enron terhadap Citra
Etika Profesi : Studi di Wilayah
ProfesiAkuntan
Publik,
Media
Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Anton)
Akuntansi, Edisi 25/April/Th.IX/2002,
Sugiyono, 2000,
Metodologi Penelitian
Jakarta.
Bisnis, ed. 2, Bandung : CV. Alfa Beta.
Sihwahjoeni dan M. Gudono, 1999. Persepsi
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembina dan
Akuntan terhadap Kode Etik Akuntan.
Pengembangan Bahasa, 1995, Kamus
SNA II. Surabaya.
Besar
Bahasa
Departemen
Indonesia,
ed.
Pendidikan
2, dan
Kebudayaan, Balai Pustaka. Singarimbun, M. Dan Sofyan E., 1995, Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES.
Umar, Husein. 2002. Metodologi Penelitian, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Stevens, Robert E., O.J. Harris dan S. Williamson, 1993, A Comparation of
Walgito, Bimo, 1997, Pengantar Psikologi
Ethical Evaluations of Business School
Umum, Yogyakarta : Andi Offset.
Faculty and Students : A Pilot Study, Journal of Business Ethics 12 : 611Ward, Suzanne Dinac, D.R. Ward dan A.B.
619.
Deck,
1993,
Certified
Publics
Accountans ; Ethical Perception Skill Subroto,
Bambang,
Akuntan
dan
2001,
Kode
Kepatuhan
Etik
and Attitudes on Ethics Education,
Akuntan
Journal of Business Ethics 12 : 600-
terhadap Kode Etik, Jurnal Ekonomi dan
Manajemen,
Vol.2,
610.
No.2,
Desember 2001 : 155-166. Winarna , Jaka dan Ninuk Retnowati, 2003. Persepsi Akuntan Publik, Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi
-33-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 2, Mei 2012
Terhadap
Kode
Etik
Akuntan
Indonesia. SNA VI. Surabaya.
Wulandari, Retno dan Sri Sularso, 2002. Persepsi
Akuntan
Pendidik
dan
Mahasiswa Akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia. Perspektif. Vol 7, no. 2 : 71 87.
-34-