perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI DARI SIKAP TERHADAP SOFTWARE BAJAKAN (Studi kasus pada mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta)
SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat Untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : JIMMY ALVONSO NIM : F 02 08 169
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT ANTECENDENT AND CONSEQUENCES FROM ATTITUDE TOWARD SOFTWARE PIRACY (A case studies on student of Sebelas Maret University of Surakarta)
By : JIMMY ALVONSO F 0208 169 Has conducted study about antecedents and consequences of a consumer’s attitude towards software piracy. The purpose of this studyis to determine the effect of personality factors and social factors of someone in making purchasing decision of pirated software. This research uses survey method. Population target of this study is Sebelas Maret University of Surakarta students who intend to buy pirated software. Samples taken as many as 229 peoples. Methods of analysis in this study using Structural Equation modeling (SEM). SEM is a multivariate technique that combines aspects of multiple regression and factor analysis to estimate a series of dependence relationships simultaneously. Hypothesis testing is done by using the Program AMOS version of 6.01 to analyze causal relationships in the proposed structural model. Based on the analysis of structural models, it is known that the Value Consciousness and Collectivism has a positive effect on overall consumer attitudes toward software piracy (Perceptions of Counterfeits and Social Consequences). Novelty Seeking, Integrity, Personal Gratification, and Status Consumption influence on only one part of the attitude towards pirated software (Social Consequences). The findings further Integrity, Status Consumption, and Information susceptibility has a direct influence on purchase intention of pirated software.
Keyword: Piracy, Counterfeiting, Consumer, Social Factor, Personality Factor
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI DARI SIKAP TERHADAP SOFTWARE BAJAKAN (Studi kasus pada mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Oleh : JIMMY ALVONSO F 0208 169 Telah dilakukan penelitian mengenai anteseden dan konsekuensi dari sikap seorang konsumen terhadap software bajakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor kepribadian dan faktor sosial seseorang dalam membuat keputusan pembelian software bajakan. Penelitian ini menggunakan metode survei. Target populasi penelitian adalah mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berniat untuk membeli software bajakan. Sampel yang diambil sebanyak 229 orang. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation modeling (SEM). SEM merupakan teknik multivariate yang mengkombinasikan aspek regresi berganda dan analisis faktor untuk mengestimasi serangkain hubungan ketergantungan secara simultan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Program AMOS versi 6.01 untuk menganalisa hubungan kausalitas dalam model struktural yang diusulkan. Berdasarkan hasil analisis model struktural, dapat diketahui bahwa Value Consciousness dan Collectivism berpengaruh positif pada keseluruhan sikap konsumen terhadap software bajakan (Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences). Novelty Seeking, Integrity, Personal Gratification, dan Status Consumption berpengaruh hanya pada satu bagian dari sikap terhadap software bajakan (Social Consequences). Temuan selanjutnya Integrity, Status Consumption, dan Information Susceptibility memiliki pengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan.
Kata kunci: Piracy, Counterfeiting, Consumer, Social Factor, Personality Factor
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI DARI SIKAP TERHADAP SOFTWARE BAJAKAN (Studi kasus pada mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Surakarta, 15 Juni 2012 Disetujui dan diterima oleh Dosen Pembimbing
Drs. Suseno M.M NIP. 19500510 198603 1 001
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen.
Surakarta, 10 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi: 1.
Soemarjati Tjokroamidjojo, Dra.,M.M Sebagai Ketua NIP. 19510809 198503 2 001
(
)
2.
Drs. Suseno M.M NIP. 19500510 198603 1 001
Sebagai Pembimbing (
)
3.
Amina Sukma Dewi, S.E.,M.Sc NIP. 19771207 200812 2 002
Sebagai Anggota
)
commit to user vii
(
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
Takut Akan Tuhan Adalah Permulaan Pengetahuan Amsal 1:7
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Thank’s to : _jesus christ_ Atas berkat dan rahmat-Nya yang tidak pernah berhenti
My Family Bapa, Mama, Abang Depoy, Adik Ruth, dan Adik ku yang paling bontot Yoan, menjadi sarjana pertama di dalam keluarga semoga bisa membanggakan kalian semua. My Girlfriend Febri Yohana Atas doa dan dukungannya yang tidak pernah berhenti selama ini, mendorong saya untuk dapat menyelesaikan skripsi. Toshiba satelite L510, Asus N43S, Supra X 125, Canon Pixma IP2770 ,Flashdisk, Modem SmartFren Kalian teman yang setia menemani saya menyelesaikan skripsi. Pak Suseno Atas bimbingannya selama satu tahun mengerjakan skripsi. Pak Budi Haryanto Atas kritikannya selama ini, kritikan yang membangun dan memotivasi saya menjadi lebih baik lagi. Bu Siti Khoiriyah dan Bu Yenni Fajaryanti Atas pengertiannya memberikan percepatan nilai buat saya. Bu Sarti dan Bu Tetri Atas kesabarannya menghadapi saya dan mahasiswa lainnya mondar-mandir di pendidikan. commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HMJM
Atas pengalaman yang telah diberikan, banyak ilmu yang saya dapat di bidang P&R. Kos Grasberg Reza, Haris, Adam, Riki, Ilham, dan mas-mas ngeselin, hehe.. kalian telah memberikan sumbangan motivasi yang kadang menjatuhkan saya. Tian
Karena telah mengerjakan skripsi.
menemani
saya
main
fifa
disela-sela
Dhofir Atas pertemanan yang begitu mengesankan. Bagus Selamat menempuh hidup baru ya Gus, semoga kita bisa main-main lagi kaya dulu. Teman-Teman Hilda, Jhon, Inri, Mery, Eng, Ocha, Fidsa, makasih karena sudah menemani saya di Solo, disisa-sisa masa kuliah.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan karunia dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI DARI SIKAP TERHADAP SOFTWARE BAJAKAN (Studi kasus pada mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta)” Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak sekali petunjuk, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Drs. Suseno, MM., selaku Pembimbing Skripsi yang telah sabar memberikan bimbingan dan saran-saran yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. 2. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 3. Dr. Hunik Sri Runing Sawitri selaku Ketua Jurusan Manajemen FE UNS dan 4. Reza Rahardian, SE. M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen FE UNS. 5. Orang tuaku dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan semangat untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan karya sederhana ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, 09 Juli 2012
Penulis
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i ABSTRAK ............................................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ iv HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. v HALAMAN MOTTO ............................................................................................. vi KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8 E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ................................................................................... 11 B. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 26 C. Model Analisis ................................................................................... 29 D. Hipotesis ............................................................................................ 29 BAB III . METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ............................................................................... 32 B. Identifikasi Variabel .......................................................................... 33
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C . Definisi Operasional ........................................................................... 33 D. Penentuan Populasi dan Sample Penelitian ........................................ 43 E. Validitas dan Reabilitas Alat Ukur ..................................................... 45 F. Teknik Analisis ................................................................................. 47 BAB IV. ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif ............................................................................. 53 B. Pengujian Instrumen Penelitian ........................................................... 55 C. Uji Asumsi Model .............................................................................. 59 D. Uji Hipotesis ..................................................................................... 63 E. Pembahasan ...................................................................................... 65 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 83 B. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 88 C. Saran .................................................................................................. 89 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
Halaman
I. 1.
Daftar Negara Pengguna Software Bajakan ................................................ 2
II.1.
Kemunculan Perdagangan Gelap .............................................................. 14
II.2.
Model Analisis ......................................................................................... 29
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL TABEL
Halaman
III.1.
Jenis Distribusi Data Menurut Curran et al ............................................... 48
III.2.
Goodness of fit Indices ............................................................................. 51
IV.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .... ..................................54 IV.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ................................................... 54 IV.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan Per Bulan......................... 55 IV.4. Hasil KMO and Bartlett Test .................................................................... 56 IV.5. Hasil Uji Validitas.................................................................................... 57 IV.6. Hasil Uji Reliabilitas ................................................................................ 58 IV.7. Assessment of Normality .......................................................................... 60 IV.8. Jarak Mahalanobis Data Penelitian ........................................................... 62 IV.9. Hasil Goodness of Fit Model Struktural sebelum modifikasi .................... 63 IV.10. Hasil Goodness of Fit Model Struktural setelah modifikasi ...................... 64 IV.11. Regression Weights Value Consciousness pada sikap ............................... 65 IV.12. Regression Weights Novelty Seeking pada sikap....................................... 67 IV.13. Regression Weights Integrity pada sikap .................................................. 69 IV.14. Regression Weights Personal Gratification pada sikap ............................ 70 IV.15. Regression Weights Status Consumption pada sikap ................................ 71 IV.16. Regression Weights Information Susceptibility pada sikap ....................... 73 IV.17. Regression Weights Normative Susceptibility pada sikap ......................... 74 IV.18. Regression Weights Collectivism pada sikap ............................................ 75 IV.19. Regression Weights Value Consciousness pada niat beli .......................... 76 IV.20. Regression Weights Novelty Seeking pada niat beli .................................. 77 IV.21. Regression Weights Integrity pada niat beli .............................................. 78 IV.22. Regression Weights Personal Gratification pada niat beli ........................ 78 IV.23. Regression Weights Status Consumption pada niat beli ............................ 79
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IV.24. Regression Weights Information Susceptibility pada niat beli ................... 80 IV.25. Regression Weights Normative Susceptibility pada niat beli ..................... 80 IV.26. Regression Weights Collectivism pada niat beli ........................................ 81 IV.27. Regression Weights Sikap konsumen terhadap software bajakan ............. 82
commit to user xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang. Tuntutan globalisasi mendorong perkembangan teknologi yang begitu pesat. Beberapa kelompok masyarakat yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menciptakan produk palsu atau bajakan. Hal ini terjadi dikarenakan selera konsumen yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan daya beli yang kuat untuk membeli produk asli. Pemalsuan (counterfeiting) adalah aktivitas menduplikasikan suatu produk (asli) menjadi produk lain (palsu) yang menyerupai produk aslinya baik dalam segi bentuk, kemasan, dan merek (Wang dkk., 2005). Korban dari tindakan pemalsuan ini yaitu produsen pembuat produk asli. Pemalsuan telah merusak reputasi perusahaan dan penurunan keuntungan. Pemalsuan membawa ancaman yang jauh lebih besar terhadap kesejahteraan sosial, ekonomi, dan budaya dari pada hukum yang umumnya disadari oleh konsumen. Produk bajakan diproduksi tidak untuk menipu konsumennya. Para konsumennya sudah mengetahui sebelumnya bahwa produk tersebut adalah produk bajakan sehingga harga jualnya akan lebih rendah (Lai dan Zaichkowsky, 1998; Mc.Donald dan Robert, 1994; Wee et al, 1995). Pembajakan atau pemalsuan merupakan masalah yang serius karena semua elemen-elemen bisa untuk dibajak, tidak hanya pakaian dan aksesoris tetapi juga perangkat lunak (software), farmasi, dan lain-lain (Wee et al., 1995; Bush et al., 1989; Phau dan Predergast, 1998).
1
commit to user
Produk seperti compact disc audio, video, dan software sangat rentan terhadap pembajakan (Predergast et al., 2002). Dalam studi ini, fokusnya adalah pada pembajakan optical disc yaitu software. Indonesia menempati urutan ke 7 sebagai negara dengan pengguna perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perangkat lunak illegal. Berikut ini daftar terbaru 15 negara utama yang paling banyak melakukan pembajakan di seluruh dunia:
Negara
Seluruhnya ilegal
Hampir seluruhnya ilegal
Pembajakan secara umum
China Nigeria Vietnam Ukraina Malaysia Thailand Indonesia Saudi Arabia Korea Selatan Meksiko Brazil Kolombia Chile Rusia Spanyol
42% 36% 22% 16% 22% 15% 14% 23% 15% 19% 14% 12% 13% 9% 13%
44% 46% 54% 53% 46% 50% 50% 39% 45% 41% 41% 43% 40% 43% 37%
86% 81% 76% 69% 68% 65% 65% 62% 60% 60% 55% 54% 53% 52% 50%
(Vivanews.com, Rabu 7 September 2011) Disebutkan, 65% pengguna komputer pribadi mengaku memperoleh software seringkali atau bahkan selalu mendapatkannya dengan cara ilegal. Dari 32 negara yang dipantau, 9 di antaranya terletak di kawasan Asia-Pasifik. Enam di antaranya yaitu China, Vietnam, Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Korea Selatan – menempati peringkat 10 negara dengan tingkat pembajakan individu paling tinggi dari semua Negara yang diteliti. Ipsos Public Affairs melakukan penelitian untuk
2
commit to user
BSA dengan mensurvei sekitar 15.000 pengguna komputer pribadi di 32 negara. Penelitian dilakukan termasuk dengan wawancara langsung secara perorangan maupun online kepada 400 hingga 500 responden di tiap negara. Penelitian sebelumnya telah dilakukan di Negara-negara seperti Cina, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Singapura, Hong Kong, Shanghai, Amerika Serikat, dan lain-lain telah memberikan banyak pengetahuan untuk memahami sikap konsumen terhadap pembajakan tetapi hasilnya belum tentu sama jika dilakukan di Indonesia. Perbedaan nilai sosial, budaya, peraturan dan lingkungan bisnis dalam konteks Indonesia mungkin akan menemukan dampak lain dalam penelitian. Selanjutnya, untuk merancang strategi perlindungan dari pembajakan yang efektif, menganalisis alasan dan motivasi dibalik pembajakan tersebut (Bloch et al, 1993; McDonald dan Robert, 1994). Menurut Field et al. (2008), niat konsumen untuk membeli produk bajakan dipengaruhi oleh sikap terhadap pemalsuan (attitude towards counterfeiting). Sehingga
de Matos et al. (2007) menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap
produk bajakan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi niat seseorang untuk membeli produk bajakan, dimana niat dianggap sebagai cara yang masuk akal untuk memprediksi perilaku seseorang. Sikap dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences. Perceptions of Counterfeits adalah cara padang yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap produk bajakan dan berusaha membandingkan produk bajakan tersebut dengan produk yang asli, sedangkan Social Consequences adalah persepsi konsumen terhadap resiko sosial yang mungkin terjadi sebagai akibat dari pembelian produk bajakan. Hal ini penting untuk mengetahui sikap konsumen lebih spesifik sebelum mereka berniat melakukan pembelian produk
3
commit to user
bajakan. Lebih lanjut Phau dan Teah (2009) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi
sikap
seseorang
terhadap
pemalsuan
(attitude
towards
counterfeiting), Faktor kepribadian (personality) yang dimaksud adalah value consciousness (kesadaran nilai), novelty seeking (mencari kebaruan), integrity perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (integritas), personal gratification (kepuasan diri), dan status consumption (status mengkonsumsi). Faktor sosial ini meliputi information susceptibility (kerentanan informasi), normative susceptibility (kerentanan normatif), dan collectivism (kolektivisme). Kesadaran nilai dari sebuah produk merupakan bentuk perhatian yang diberikan konsumen pada harga produk yang dikaitkan dengan kualitas dari produk tersebut, sehingga ketika konsumen membayar dengan harga lebih tinggi, maka dia akan mendapatkan kualitas yang lebih baik dan cenderung tidak akan membeli produk imitasi (Ang et al., 2001). Namun, pada novelty seeking, konsumen cenderung membeli produk bajakan dikarenakan keingintahuan konsumen untuk mencoba produk baru. Ketika konsumen cenderung membeli produk bajakan, berarti tingkat kejujurannya rendah, karena dalam hal ini integrity yang dimiliki setiap individu dikaitkan dengan tingkat kepatuhan konsumen terhadap aturan yang berlaku (Wang et al., 2005). Oleh sebab itu, konsumen yang telah mentaati aturan yang berlaku, akan timbul suatu perasaan puas dari dalam diri (personal gratification) karena telah menghargai produk asli. Di samping itu, dengan tidak membeli produk bajakan bagi sebagian orang berarti telah memperlihatkan kepada lingkungan sekitar bahwa dia merupakan orang yang terpandang dan bermartabat (status consumption).
4
commit to user
Selain fakta internal, faktor sosial bisa menjadi salah satu yang menyebabkan perilaku individual konsumen (Ang et al., 2001). Faktor sosial ini meliputi normative susceptibility
(kerentanan
normatif),
information
susceptibility
(kerentanan
informasi), dan collectivism (kolektivitas). Kerentanan informasi yaitu suatu keadaan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id di mana keputusan pembelian konsumen berdasarkan opini atau pendapat yang diperoleh dari orang lain. Biasanya konsumen yang tidak mempunyai banyak pengetahuan atau informasi tentang suatu produk, cenderung akan menerima dengan baik informasi yang didapat dari teman atau kelompoknya. Bahkan jika teman atau kelompok tersebut memiliki pengetahuan untuk membedakan antara produk asli atau bajakan (termasuk kualitas produk), sehingga dapat mempengaruhi persepsi konsumen atas produk imitasi yang ada dan cenderung tidak akan membeli produk bajakan. Berbeda halnya dengan kerentanan normatif, yaitu keadaan dimana konsumen membeli produk bukan berdasarkan opini atau pendapat orang lain, melainkan didasari oleh keinginan untuk membuat orang lain terkesan. Dalam hal ini citra diri memainkan peranan yang penting, karena pembelian produk bajakan tidak akan memberikan kesan yang baik (Penz dan Stottinger, 2005), sehingga mereka cenderung tidak akan membeli produk bajakan. Sedangkan untuk collectivism (kolektivisme), bergantung pada di mana konsumen itu tinggal. Jika konsumen tersebut tinggal di lingkungan yang tingkat kolektivitasnya tinggi, berarti dia akan lebih condong untuk mengikuti kebudayaan yang ada di wilayah itu. Begitu pula tentang produk bajakan, ketika sebagian besar kelompoknya menerima dan membeli produk bajakan, maka konsumen tersebut akan mengikuti kelompok tersebut.
5
commit to user
Bagi konsumen yang sensitif terhadap harga cenderung memilih software bajakan dengan kualitas yang hampir sama dibandingkan dengan produk originalnya. Studi kali ini bersifat replikasi yang diadopsi dari penelitian Ian Phau dan Min Teah (2009). Perbedaannya penelitian kali ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id objek yang diteliti. Penelitian kali ini memilih software bajakan sebagai objek yang diteliti, sedangkan penelitian sebelumnya memilih fashion bajakan sebagai objek yang diteliti. Selanjutnya, sample yang diambil adalah mahasiswa yang berniat untuk membeli software bajakan. Mahasiswa dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini karena mereka merupakan generasi yang muncul (generasi Y antara 19-26 tahun) dengan agregat pengeluaran yang kuat (Cui et al, 2003), dan pengguna teknologi tinggi (Tapscott, 1998) yang juga teridentifikasi sebagai kelompok pengguna produk palsu/ bajakan (Ceng et al, 1997). Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti ingin mengungkapkan permasalahan yang berhubungan dengan pembajakan software yang diberi judul : “ANTESEDEN
DAN
KONSEKUENSI
DARI
SIKAP
TERHADAP
SOFTWARE BAJAKAN (Studi kasus pada mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta)”
6
commit to user
B. Perumusan Masalah 1. Apakah faktor kepribadian (Value Consciousness, Novelty Seeking, Integrity, Personal Gratification, Status Consumption) berpengaruh pada sikap konsumen terhadap software bajakan? perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Apakah faktor kepribadian (Value Consciousness, Novelty Seeking, Integrity, Personal Gratification, Status Consumption) berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan? 3. Apakah faktor sosial (Information Susceptibility, Normative Susceptibility, Collectivism) berpengaruh pada sikap konsumen terhadap software bajakan? 4. Apakah faktor sosial (Information Susceptibility, Normative Susceptibility, Collectivism) berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan? 5. Apakah sikap terhadap software bajakan berpengaruh pada niat beli konsumen?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji pengaruh faktor kepribadian (Value Consciousness, Novelty Seeking, Integrity, Personal Gratification, Status Consumption) pada sikap konsumen terhadap software bajakan. 2. Untuk menguji pengaruh faktor kepribadian (Value Consciousness, Novelty Seeking, Integrity, Personal Gratification, Status Consumption) secara langsung pada niat beli software bajakan. 3. Untuk menguji pengaruh faktor sosial (Information Susceptibility, Normative Susceptibility, Collectivism) pada sikap konsumen terhadap software bajakan.
7
commit to user
4. Untuk menguji pengaruh faktor sosial (Information Susceptibility, Normative Susceptibility, Collectivism) secara langsung pada niat beli software bajakan. 5. Untuk menguji pengaruh sikap terhadap software bajakan pada niat beli konsumen. perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Perusahaan a. Penelitian ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pengaruh elemen-elemen yang membentuk sikap konsumen. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan perusahaan lebih waspada dalam tindakan pembajakan software bajakan tesebut. c. Penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam menentukan kebijakan strategis dalam melindungi produknya sendiri. 2. Manfaat Penelitian Lanjutan Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi penelitianpenelitian berikutnya dan diharapkan penelitian berikutnya mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini. 3. Manfaat bagi Pemerintah, Birokrat dan Pengambil Kebijakan a. Informasi yang diperoleh dari penelitian akan bermanfaat bagi penentuan kebijakan sehingga daya dukung kebijakan tersebut cukup kuat karena berupa data aktual. Penelitian ini diharapkan sebagai dorongan bagi pemerintah untuk terus melakukan penegakan hukum khususnya di bidang
8
commit to user
hak cipta dan lebih khusus lagi penegakan hukum terhadap pembajakan software.
E. Sistematika Penulisan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penulisan skripsi ini dibagi dalam 5 bab, dimana antara bab yang satu dengan yang lainnya terdapat keterkaitan yang erat. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Bagian ini berisi latar belakang yang secara garis besar menjelaskan tentang kemunculan software bajakan yang ada di Indonesia, rumusan masalah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian, tujuan yang ingin dicapai dan manfaat yang diharapkan dari penelitian serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini berisi tentang konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dirumuskan. Uraian tentang konsep dan teori ini diperoleh melalui studi kepustakaan dari literatur, buku, jurnal, dan penelitian-penelitian terdahulu.
BAB III
: METODE PENELITIAN Bagian ini akan menguraikan tentang pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu pendekatan kuantitatif, batasan pengertian, ruang lingkup analisis, jenis dan sumber data, prosedur
9
commit to user
pengumpulan data dan teknik analisis yang akan digunakan untuk menjawab perumusan masalah. BAB IV
: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini berisi tentang gambaran umum mengenai obyek dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id setting penelitian, kemudian deskripsi hasil penelitian dan interpretasi peneliti mengenai data yang diperoleh dari hasil eksperimen yang dilakukan dan dikaitkan dengan teori yang dijelaskan pada bagian Tinjauan Pustaka. BAB V
: SIMPULAN DAN SARAN Bagian ini memuat simpulan peneliti yang dibuat dengan membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan serta memuat saran-saran yang berkaitan dengan obyek penelitian.
10
commit to user
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori perpustakaan.uns.ac.id 1. Pengertian Dan Konsep Pemasaran
digilib.uns.ac.id
Definisi pemasaran menurut Kotler dan Keller (2006) dibedakan atas definisi sosial dan definisi manajerial. Definisi sosial dari pemasaran adalah suatu proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang mempunyai nilai secara bebas dengan pihak lain. Sedangkan menurut definisi manajerial, pemasaran adalah suatu seni dalam menjual sebuah produk. Namun, penjualan bukanlah hal yang paling penting dalam pemasaran itu sendiri. Peter Drucker dalam Kotler dan Keller (2006) menambahkan bahwa tujuan pemasaran adalah untuk mengetahui dan memahami konsumen dangan baik, sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, yang selanjutnya dapat meningkatkan penjualan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasar harus lebih berfokus terhadap penciptaan nilai yang berujung pada kepuasan konsumen untuk dapat menarik konsumen yang baru dan mempertahankan konsumen yang ada. Kepuasan konsumen bergantung pada performa produk yang diterima oleh konsumen dalam menyampaikan nilai terhadap ekspektasi pembeli (Kotler dan Armstrong, 2001:7). Menurut Kotler dan Armstrong (2001:4), manajemen pemasaran adalah suatu seni dan ilmu dalam pemilihan target pasar dan mendapatkan, mempertahankan,
11
commit to user
meningkatkan pertumbuhan konsumen melalui penciptaan, penyampaian, dan pengkomunikasian superior customer value. Saat ini, sudah banyak perusahaan yang bergeser dari product-centered, yaitu perusahaan yang hanya membuat dan menjual produk, ke customer-centered, yaitu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perusahaan yang berusaha untuk memahami dan merespon apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Tugas dari pemasar sendiri, bukanlah mencari konsumen yang tepat bagi produknya, melainkan membuat produk yang tepat bagi konsumen. Kebutuhan dan keinginan konsumen menjadi fokus utama bagi perusahaan, dan filosofi consumer-oriented inilah yang kemudian dikenal dengan konsep pemasaran (Schiffman dan Kanuk, 2004:10). Dalam buku Marketing Management, ada beberapa konsep yang berkaitan dengan aktivitas pemasaran (Kotler dan Keller, 2006:15-17). Konsep yang pertama adalah production concept, suatu konsep dimana manajer produksi berkonsentrasi dalam pencapaian efisiensi produksi tingkat tinggi, biaya yang rendah, dan distribusi massa. Konsep ini merupakan salah satu konsep tertua dalam bisnis. Sedangkan product concept adalah suatu keadaan dimana konsumen akan memilih produk yang menawarkan kualitas, penampilan, dan fitur yang paling inovatif. Konsep yang kedua adalah selling concept, yaitu konsep yang berpandangan bahwa organisasi harus menjual produk sebanyak-banyaknya. Pada tahun 1950-an, muncul marketing concept yang memberikan porsi lebih besar bagi konsumen dalam proses pemasaran itu sendiri. Bahkan, strategi pemasaran yang dibuat berdasarkan orientasi pasar yang akhirnya akan lebih efektif dalam penciptaan superior customer value. Kotler dan Armstrong (2001:14) menjelaskan bahwa marketing concept adalah strategi yang berorientasi pada pasar
12
commit to user
untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan memaksimalkan fungsi integrated marketing dengan tujuan akhir memaksimumkan keuntungan melalui kepuasan konsumen. Konsep yang ketiga adalah holistic marketing concept, yaitu konsep yang didasari oleh pengembangan, pendesainan, dan pengimplementasian program perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pemasaran, proses, dan aktivitas yang saling berkaitan satu sama lain. Konsep yang terakhir ini bisa dianggap konsep yang paling sempurna diantara konsep-konsep yang lainnya. 2. Pemalsuan ( Counterfeiting/Fake ) Perdagangan gelap menunjukkan berbagai kegiatan illegal dan kegiatan nonkontrak. Perdagangan pada produk-produk terlarang, produk curian, dan produk selundupan termasuk dalam produk-produk yang melanggar Intellectual Property Rights (IPRs) dan untuk produk-produk import juga bisa termasuk didalamnya (Staake et al., 2009). Pelanggaran produk dapat didefinisikan sebagai upaya yang dengan sengaja menipu konsumen dengan menjual produk salinan dan penunjang pemasaran produknya adalah merek-merek mewah (Lynch dan Wood, 2002). Salah satu yang termasuk kategori pelanggaran produk adalah pemalsuan. Pemalsuan (counterfeiting) adalah aktivitas menduplikasikan suatu produk (asli) menjadi produk lain (palsu) yang menyerupai produk aslinya baik dalam segi bentuk, kemasan, dan merek (Wang dkk., 2005). Biasanya menggunakan nama dari merek–merek mewah, sifatnya illegal/melanggar hak cipta dan paten, dan harga jual sangat murah. Sehingga, mutu dari produk itu pun buruk. Counterfeiting juga merupakan masalah yang signifikan dan berkembang di seluruh dunia, baik terjadi di negara yang belum berkembang maupun di negara yang
13
commit to user
sudah berkembang (Matos et al., 2007) dan merupakan ancaman tradisional bagi merek dagang dan hak paten (Benjamin, 2003). Ada 2 jenis transaksi yang terlibat dalam pemalsuan, yaitu: a) Deceptive Counterfeiting, keadaan dimana konsumen tidak sadar/tidak tahu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ketika dia sedang membeli produk palsu. Jadi, konsumen percaya bahwa produk yang dia beli merupakan produk asli. b) Non-deceptive
Counterfeiting,
keadaan
dimana
konsumen
benar-benar
sadar/tahu ketika dia sedang membeli produk palsu. Gambar II.1 Kemunculan Perdagangan Gelap
Sumber: Staake, Thorsten., Thiesse, Frederic., and Fleisch, Elgar., 2009, “The Emergence of Counterfeit Trade : a Literature Review”, European Journal of Marketing, Vol. 43, No. 3/4, pp. 320-349.
14
commit to user
3. Sikap Konsumen 3.1 Pengertian Sikap Definisi dari sikap pertama kali dikemukakan oleh Thurstone (1931), bahwa sikap merupakan perasaan yang dimiliki seseorang untuk menyukai atau menolak perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sebuah objek yang ada, sedangkan kepercayaan dan niat untuk bertindak merupakan konsep yang terpisah dan bukan bagian dari sikap itu sendiri (Setiadi, 2003:88). Peter dan Olson (2003:134) mendefinisikan sikap sebagai evaluasi secara menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu. Peter dan Olson (2003:134) juga menyimpulkan bahwa sikap sebagai evaluasi afektif yang dihasilkan oleh sistem afektif konsumen. Menurut Schiffman dan Kanuk (2004:253), definisi sikap dalam konteks perilaku konsumen adalah sebuah pembelajaran dari kecenderungan seseorang untuk berperilaku dengan cara menyukai atau tidak menyukai secara konsisten terhadap suatu objek. Dalam konteks marketing, sikap konsumen berkaitan dengan produk, perusahaan, toko, dan iklan. Sikap terdiri dari 3 komponen penting, yaitu komponen kognitif (cognitive component), komponen afektif (affective component), dan komponen konatif (conative component), yang disebut tricomponent attitude model (Schiffman dan Kanuk, 2003:256). Komponen pertama adalah kognisi, yaitu pengetahuan dan persepsi yang didapat dari kombinasi antara pengalaman dari sikap terdahulu dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber. Pengetahuan dan pengalaman tersebut diperoleh dari bentuk kepercayaan (beliefs), dimana konsumen percaya bahwa sikap memiliki berbagai atribut dan perilaku tertentu yang akan mengarah pada hasil tertentu pula. Komponen kedua adalah afeksi, yaitu emosi atau perasaan
15
commit to user
dari konsumen tentang produk atau merek. Emosi dan perasaan tersebut seringkali diperlakukan oleh para peneliti sebagai evaluasi dasar, yang artinya adalah sebuah penilaian umum seseorang terhadap sesuatu. Dan komponen ketiga, adalah konatif yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang untuk bertindak secara khusus perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terhadap sesuatu. 3.2 Sikap Terhadap Produk Palsu Attitudes towards counterfeiting merupakan bentuk dari attitude-towardobject model, yang merupakan salah satu tipe dari multiattribute attitude models. Multiattribute attitude models menggambarkan sikap dari konsumen terhadap sesuatu yang merupakan fungsi dari persepsi konsumen dan penilaian atribut-atribut atau kepercayaan pada objek khusus (Schiffman dan Kanuk, 2004:259). Schiffman dan Kanuk (2004:259) juga menambahkan bahwa attitude toward object model merupakan model yang sesuai untuk mengukur sikap terhadap suatu kategori produk/jasa atau merek tertentu. Berdasarkan model tersebut, sikap konsumen terhadap
suatu
produk/jasa
atau
merek
tertentu
merupakan
fungsi
dari
kehadiran/ketidakhadiran serta evaluasi dari kepercayaan dan/atau attribute-attribute yang ada dalam produk tertentu. Dengan kata lain, konsumen secara umum bersikap suka terhadap suatu produk yang mereka percaya mempunyai atribut-atribut yang dinilai positif seperti produk asli, sebaliknya konsumen akan bersikap tidak suka terhadap suatu produk yang mereka anggap tidak mempunyai atribut-atribut yang dapat memberi kepuasan seperti produk palsu (Phau dan Teah, 2009). Dalam perkembangannya, pengujian variabel attitudes towards counterfeiting dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences.
16
commit to user
Perceptions of Counterfeits adalah cara padang yang berasal dari dalam diri seseorang
terhadap
produk
bajakan.
konsumen
dalam
hal
ini
berusaha
membandingkan produk bajakan dengan produk asli. Perbandingan dilihat dari berbagai faktor seperti harga, kualitas, dan risk awareness. Semakin kuat hubungan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id antara harga dan kualitas bagi seorang konsumen, maka akan semakin rendah perception of quality dari konsumen tersebut terhadap produk bajakan (Huang dkk., 2004). Social Consequences adalah persepsi konsumen terhadap resiko sosial yang mungkin terjadi sebagai akibat dari pembelian produk bajakan. Social Consequences merupakan evaluasi konsumen terhadap konsekuensi dari barang tiruan bagi masyarakat sosial (Wang dkk., 2005) Menurut Phau dan Teah (2009), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi attitudes towards counterfeiting, yaitu: 1. Faktor kepribadian, meliputi value consciousness (kesadaran nilai), novelty seeking (mencari kebaruan), integrity (integritas), personal gratification (kepuasan diri), dan status consumption (status mengkonsumsi). 2. Faktor sosial, meliputi informational susceptibility (kerentanan informasi), normative
susceptibility
(kerentanan
normatif),
dan
collectivism
(kolektivisme). 3.2.1 Faktor Kepribadian Faktor kepribadian merupakan salah satu segi dari faktor psikologi konsumen yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen (Setiadi, 2003:130). Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (2004:120), “Personality be defined as those inner psychological characteristic that both determine and reflect how a person respond to
17
commit to user
his/her environment”. Namun, personality menurut Mowen dan Minor (2001:255) adalah sebuah pola perilaku khusus, termasuk pikiran dan emosi, yang mengkarakteristikkan setiap adaptasi individu terhadap situasi kehidupannya. Kepribadian dapat didefinisikan sebagai karakteristik psikologis orang-orang dalam perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang merespon terhadap lingkungan.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kepribadian
adalah
value
consciousness, personal gratification, dan novelty seeking. a. Value Consciousness (Kesadaran Nilai) Lichtenstein dkk., (1990), mendefinisikan value consciousness sebagai suatu kesadaran untuk membayar suatu barang dengan harga yang rendah, walaupun terdapat quality constraint didalamnya. Konsumen yang memiliki kesadaran tinggi akan value consciousness, biasanya memiliki sikap yang positif terhadap barang tiruan. Hal ini disebabkan konsumen menganggap harga yang lebih murah pada barang tiruan, merupakan value bagi mereka jika membeli barang tiruan tersebut dibandingkan membeli barang yang asli. Dalam perspektif ekonomi, ketika harga turun, permintaan akan naik. Produk bajakan menyediakan biaya penghematan yang besar kepada konsumen, meskipun terdapat beberapa kompromi dalam kualitas, tetapi nilai yang dirasakan tinggi. b. Novelty Seeking (Mencari Kebaruan) Novelty seeking adalah derajat atau tingkat seseorang menerima sebuah ide baru dan membuat keputusan yang inovatif secara bebas (independently) dari pengaruh orang lain (Midlgey dkk,. 1978). Mencari sesuatu yang baru
18
commit to user
(novelty seeking) adalah rasa ingin tahu individu untuk mencari variasi atau perbedaan (Hawkins et al., 1980). Cheng, Sims, dan Teegen (dalam Wang dkk., 2005), Novelty seeking merupakan alasan kedua setelah faktor harga yang memicu konsumen untuk membeli barang tiruan. Novelty seeking perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memiliki pengaruh atau dampak yang positif terhadap sikap konsumen pada barang tiruan (Huang, dan Fen, 2006) c. Integrity (Integritas)
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kepribadian/personality berasal dari perjuangan dinamis antara dorongan fisiologis dalam diri dan tekanan sosial untuk menaati hukum, aturan, dan kode moral (Mowen dan Minor, 2001). Tekanan sosial untuk menaati hukum, aturan, dan kode moral timbul dari sistem superego seseorang. Superego adalah suatu sifat idealisme yang ada dalam diri manusia serta dapat menjadi motivasi untuk bertindak secara bermoral dan menaati hukum (Setiadi, 2003:140). Pernyataan diatas didukung oleh moral competence theory yang menyatakan bahwa perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh perasaan terhadap hukum (personal sense of justice) dari konsumen itu sendiri (Phau dan Teah, 2009). Integrity berkaitan dengan standar etika dan kepatuhan konsumen terhadap aturan/etika (Wang et al., 2005:342). Menurut Steenhaut dan van Kenhove (2006) dalam Phau dan Teah (2009) menyatakan bahwa pengaruh nilai dasar seperti integrity dapat mempengaruhi keputusan untuk bertindak etis. Konsumen yang lawful-minded, cenderung untuk tidak berhubungan dengan produk imitasi, dan sebaliknya konsumen yang mempunyai standar etika
19
commit to user
yang rendah cenderung untuk membenarkan tindakannya dengan membeli produk imitasi (Cordell et al., 1996). d. Personal Gratification (Kepuasan Diri) Dalam penelitian ini, sebuah rasa keberhasilan, pengakuan sosial dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengejar hal-hal yang lebih baik dalam hidup dirangkum oleh konsep kepuasan pribadi. Bloch, et al, (1993) mengamati bahwa orang yang membeli produk asli relatif lebih percaya diri, lebih sukses dan memiliki status yang dirasakan lebih tinggi. Karakteristik sering dikaitkan dengan individu yang mencari prestasi, gaya hidup nyaman dan pengakuan sosial. Konsumen yang memiliki personal gratification tinggi mempunyai kecenderungan yang rendah untuk dapat menerima produk dengan kualitas sedikit rendah (Wang et al., 2005). e. Status consumption (Status Mengkonsumsi) Status consumption adalah suatu proses motivasi dimana seorang individu berusaha untuk meningkatkan status sosialnya dengan menggunakan produk mewah secara berlebihan (Eastman et al., 1999). Hal ini dikarenakan mereka sedang mencari kepuasan diri, ingin menampilkan gengsi/prestige, dan juga kedudukan yang dimilikinya pada lingkungan sekitar, selalu ingin terlihat berbeda dari yang lain. Status consumers yang dimiliki sebuah merek akan menampilkan simbol merek tersebut, supaya dapat mencerminkan identitas diri mereka (Hoe et al., 2003), dan status consumers lebih mengedepankan penampilan fisik dan fashion. Dengan menggunakan social brand image sebagai simbol, mereka lebih suka berkomunikasi dengan kelompok mereka
20
commit to user
yang mempunyai status sosial yang sama (Bushman,1993). Karena menurut mereka, orang yang memiliki produk mewah asli akan lebih bergengsi dibandingkan dengan orang yang memiliki produk mewah imitasi (Nia dan Zaichkowsky, 2000). perpustakaan.uns.ac.id 3.2.2 Faktor Sosial
digilib.uns.ac.id
Pengaruh sosial memiliki pengaruh besar pada pengambilan keputusan konsumen. Sikap konsumen dapat dipengaruhi oleh tekanan sosial tergantung pada tingkat kerentanan mereka. Kerentanan konsumen adalah kebutuhan untuk mengidentifikasi dengan atau meningkatkan citra seseorang menurut pendapat orang lain yang signifikan melalui akuisisi dan menggunakan produk dan merek, kesediaan untuk mematuhi aturan pada ekspektasi orang lain tentang keputusan pembelian, dan kecenderungan untuk belajar tentang produk dengan mengamati orang lain atau mencari informasi dari orang lain. Terdapat dua macam kerentanan yaitu kerentanan normatif dan kerentanan informasional. a. Informational Susceptibility Informational
susceptibility
(kerentanan
informasional)
menyangkut
keputusan pembelian yang berdasarkan pendapat orang lain. Kepastian akan pendapat orang lain memainkan peranan penting sebagai titik acuan, terutama apabila konsumen hanya memiliki sedikit pengetahuan dari kategori produk yang bersangkutan tersebut (Ang et al., 2001), sehingga ketika konsumen terpengaruh oleh isi dari informasi baru, maka konsumen tidak akan kekurangan informasi (Wilkie, 1986:155). Pertanyaan tentang keputusan pembelian yang bijaksana tergantung pada pandangan orang lain mengenai
21
commit to user
kualitas. Hal ini sering terjadi ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan terhadap produk yang ingin dibeli. Orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang keunggulan diferensial produk asli dapat mempengaruhi konsumen terhadap produk bajakan. Kerentanan informasi memiliki efek negatif perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terhadap sikap konsumen terhadap pembelian optical disc bajakan. b. Normative Susceptibility Normative susceptibility (kerentanan normatif) adalah suatu keadaan dimana konsumen dalam membeli produk bukan berdasarkan opini atau pendapat orang lain, namun didasari oleh keinginan untuk membuat orang lain terkesan (Wang et al., 2005). Dalam hal ini, citra diri memainkan peranan yang sangat besar, karena pembelian produk palsu tidak menggambarkan kesan yang baik (Penz dan Stottinger, 2005). Konsumen dalam membeli produk tertentu berharap untuk mengesankan orang lain. Dalam studi ini, kerentanan normatif diperkirakan memiliki hubungan negatif dengan sikap terhadap pembelian produk palsu. Hal ini didasarkan pada premis bahwa jika membeli produk palsu tidak membuat kesan yang baik pada orang lain sementara memproyeksikan citra yang baik merupakan hal penting, dan sikap untuk membeli barang bajakan kurang baik c. Collectivism Budaya kolektif telah digunakan secara luas untuk menjelaskan perbedaan tingkat pemalsuan produk dan etika pengambilan keputusan konsumen antara negara-negara timur dan barat (Wang et al., 2005), sehingga hasil dari keputusan yang mereka ambil pun akan bermacam-macam. Individu yang
22
commit to user
tinggal di daerah tertentu akan mengikuti kebudayaan dan perilaku dari kelompok tersebut (Hui et al., 1991). Hofstede (1991) menambahkan bahwa negara yang kental akan kebudayaan, cenderung memiliki perkembangan ekonomi yang lambat, sehingga mereka akan cenderung membeli produk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id imitasi dari pada membeli produk asli. Maka dari itu, collectivism menjadi salah satu faktor yang ada pada masyarakat Asia, khususnya Indonesia yang mana mereka menerima dengan adanya produk bajakan dan produk imitasi (Phau dan Teah, 2009). 4. Niat pembelian Niat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek. Niat beli adalah kesadaran seseorang untuk merencanakan usaha membeli sebuah produk (Rodriguez, 2008). Sedangkan Blackwell et al. (2001:283) menyatakan bahwa niat pembelian merupakan sebuah repersentasi dari apa yang kita pikirkan mengenai sesuatu yang akan kita beli. Niat beli juga merupakan niat pembelian ulang yang menunjukkan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang (Assael 1998:65) Perilaku seseorang ditentukan oleh adanya niat atau keinginan untuk melakukan sesuatu atau yang bersifat behavioral intention (Peter dan Olson, 2003). Artinya apabila niat yang dimiliki oleh konsumen tersebut kuat, maka dia akan berupaya untuk menempuh berbagai cara untuk menunjukkan perilakunya demi mencapai tujuan dalam memenuhi niatnya. Sebaliknya, apabila niat yang dimiliki oleh konsumen tersebut lemah, maka dia akan membatalkan dan menggagalkan usahanya sebagai bentuk perilaku demi memenuhi niatnya.
23
commit to user
Theory of planned behavior (TPB) yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1977) menyatakan bahwa perilaku pembelian ditentukan oleh niat pembelian, yang terbentuk oleh sikap (Phau dan Teah, 2009). Theory of planned behavior juga menyatakan bahwa kesempatan dan sumber daya, seperti aksesibilitas produk palsu, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id harus hadir sebelum perilaku pembelian dapat dilakukan. Tanpa keadaan seperti itu, akan sulit untuk melakukan pembelian (Chang, 1998). 5. Hubungan Antar Variabel 5.1 Hubungan Antara Faktor Kepribadian Pada Sikap Konsumen Terhadap Produk Palsu Faktor kepribadian terdiri atas value consciousness, personal gratification , dan novelty seeking. Untuk value consciousness dan novelty seeking diperkirakan mempunyai pengaruh positif terhadap attitude towards conterfeining. Karena persepsi konsumen yang menganggap produk palsu atau bajakan mempunyai manfaat fungsional yang sama dengan produk asli, dengan harga yang lebih murah (Wang et al., 2005:342). Dan juga karena hanya ingin memuaskan rasa ingin tahu dengan sesuatu yang baru, maka mereka lebih memilih produk dengan resiko beli rendah, yang berupa produk dengan harga lebih murah. Sedangkan untuk personal gratification diperkirakan mempunyai pengaruh negatif terhadap attitude towards conterfeining. Pada personal gratification berhubungan dengan kebutuhan konsumen untuk mendapatkan pemenuhan atas apa yang diinginkan, mendapatkan pengakuan sosial, serta menikmati kenyamanan dalam hidup (Ang et al., 2001; Eastman et al., 1999).
24
commit to user
5.2 Hubungan Antara Faktor Sosial Pada Sikap Konsumen Terhadap Produk Palsu Pada faktor sosial, Ang et al. (2001:222) mengatakan bahwa “Social pressure can influence individuals to follow as well as break rules”, maka pengaruh atau perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tekanan dari faktor sosial dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap sesuatu. Phau dan Teah (2009) menyatakan bahwa faktor sosial terdiri atas informative susceptibility dan normative susceptibility diperkirakan mempunyai pengaruh negatif terhadap attitude towards conterfeining. Karena pembelian produk palsu tidak menggambarkan kesan yang baik (Penz dan Stottinger, 2005) (normative susceptibility). Orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang keunggulan diferensial produk asli dapat mempengaruhi konsumen terhadap produk palsu atau bajakan (informative susceptibility). 5.3 Hubungan Antara Faktor Kepribadian terhadap Niat Beli Secara Langsung Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda, sehingga dapat mempengaruhi niat dan daya beli yang ada dalam diri setiap orang, seperti belajar dari penglaman dan memori, kepribadian dan konsep diri, sikap serta gaya hidup (Amirullah, 2002:36). Sedangkan menurut Miniard dan Cohen (1983), faktor kepribadian telah lama dibuat untuk memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan konsumen terhadap niat beli suatu produk. Dalam pengambilan keputusan pembelian suatu produk, benar-benar memikirkan apakah produk tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
25
commit to user
5.4 Hubungan Antara Faktor Sosial terhadap Niat Beli Konsumen Secara Langsung Faktor sosial mengacu pada pengaruh yang dimiliki orang lain terhadap perilaku masing-masing individu dan juga tekanan dari lingkungan sosial dapat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mempengaruhi sikap baik maupun buruk dari seseorang (Ang et al., 2001). Pengaruh sosial terjadi pada setiap fase dari perilaku konsumen, sehingga perlu dipahami siapa konsumen tersebut karena dalam suatu lingkungan yang berbeda akan memiliki kebutuhan, pendapat, sikap, dan selera yang berbeda. Dalam pengambilan keputusan pembelian suatu produk, konsumen selalu mencari informasi tentang produk tersebut. Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber, yaitu keluarga dan lingkungan tempat tinggal (Kotler, 2003). 5.5 Hubungan Antara Sikap Konsumen Terhadap Produk Palsu Pada Niat Beli Ajzen dan Fishbein (1977) dalam Wang et al. (2005:342) mengemukakan bahwa banyak literatur pemasaran telah menetapkan bahwa sikap mempengaruhi keinginan berperilaku (behavioral intention). Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ang et all (2001) dan Wang et all (2005) bahwa attitude towards piracy mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap niat pembelian pada produk bajakan.
B. Penelitian Terdahulu 1. Phau, Ian and Teah Min (2009) “Devil wears (counterfeit) Prada: a study of antecedents and outcomes of attitudes towards counterfeits of luxury brands”, Journal of Consumer Marketing, Vol. 26 Iss: 1, pp.15 – 27. Penelitian ini
26
commit to user
berusaha menguji faktor sosial etika (normative susceptibility, informational susceptibility, dan collectivism) dan faktor kepribadian (value consciousness, novelty seeking, integrity, personal gratification, dan status consumption) pada sikap dan niat beli fashion bajakan. Studi yang dilakukan di Cina ini menemukan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bahwa integrity dan status consumption memiliki pengaruh yang paling signifikan dalam menentukan sikap mereka terhadap fashion bajakan. 2. Thurasamy, Ramayah., Mohamad, Osman., Jantan, Muhamad., Chow, S. L. W., Nasirin. Syed. “Counterfeit Music Cds: Social And Personality Influences, Demographics, Attitudes And Purchase Intention: Some Insights From Malaysia” Journal. Penelitian berusaha mengungkapkan hubungan antara variabel sosial dan pengaruh kepribadian, demografi, sikap dan niat untuk membeli. Studi yang dilakukan di Malaysia ini menunjukkan secara detail pengaruh signifikan kerentanan normatif , integritas, jenis kelamin, dan pendapatan pribadi pada niat membeli produk bajakan, dalam hal ini adalah CD. 3. Ayupp, Kartinah and Ismail, Roseniza (2011) “Analysis of Malaysian Young Adults’ Attitude towards Pirated Products”, International Journal of Information, Business and Management, Vol. 3, No.1. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa variabel Novelty seeking yaitu tingkat seorang membuat sebuah ide baru dan membuat keputusan yang inovatif secara bebas (independently) dari pengaruh orang lain, menjadi faktor penting ketika seorang membeli CD bajakan. Mereka yang membeli CD bajakan cendrung untuk dipergunakan
secara
pribadi,
membeli
merekomendasikan kepada orang lain.
27
commit to user
untuk
orang
lain,
dan
untuk
4. Haque, Ahasanul., Khatibi, Ali and Rahman, Sabbir (2009) “Factors Influencing Buying Behavior of Piracy Products and its Impact to Malaysian Market”, International Review of Business Research Papers, Vol.5 No. 2, Pp. 383-401. Penelitian ini menemukan berbagai faktor yang mempengaruhi persepsi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id konsumen terhadap niat untuk membeli produk bajakan. Variabel harga dan variabel ekonomi menunjukkan signifikansinya pada niat seseorang untuk membeli produk bajakan.
28
commit to user
C. Model Analisis
PERSONALITY FACTOR Value Consciousness perpustakaan.uns.ac.id Novelty Seeking
digilib.uns.ac.id
Integrity Personal Gratification Status Consumption
Attitude Towards software piracy
Purchase Intention
SOSIAL FACTOR Informative Susceptibility Normative Susceptibility Collectivism Sumber : Phau, Ian and Teah Min (2009) "Devil wears (counterfeit) Prada: a study of antecedents and outcomes of attitudes towards counterfeits of luxury brands", Journal of Consumer Marketing, Vol. 26 Iss: 1, pp.15 – 27
D. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, hipotesis-hipotesis yang dibentuk dalam penelitian ini sebagian besar bersumber pada beberapa penelitian terdahulu, sehingga diharapkan hipotesis tersebut cukup valid untuk diuji.
29
commit to user
H1 : Faktor kepribadian mempunyai pengaruh pada sikap konsumen terhadap software bajakan. Karena pengaruhnya dalam bentuk dimensi maka hipotesisnya dibagi menjadi : H1a : Value Consciousness mempunyai pengaruh positif pada sikap konsumen perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terhadap software bajakan. H1b : Novelty Seeking mempunyai pengaruh positif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. H1c : Integrity mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. H1d : Personal Gratification mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. H1e : Status Consumption mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. H2 : Faktor sosial mempunyai pengaruh secara langsung pada sikap konsumen terhadap software bajakan. Karena pengaruhnya dalam bentuk dimensi maka hipotesisnya dibagi menjadi : H2a : Information Susceptibility mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. H2b : Normative Susceptibility mempunyai pengaruh
negatif pada sikap
konsumen terhadap software bajakan. H2c : Collectivism mempunyai pengaruh positif pada sikap konsumen terhadap software bajakan.
30
commit to user
H3 : Faktor kepribadian mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli konsumen. Karena pengaruhnya dalam bentuk dimensi maka hipotesisnya dibagi menjadi : H3a : Value Consciousness berpengaruh secara langsung pada niat beli software perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bajakan. H3b : Novelty Seeking berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. H3c : Integrity berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. H3d : Personal Gratification berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. H3e : Status Consumption berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. H4 : Faktor sosial mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli konsumen. Karena pengaruhnya dalam bentuk dimensi maka hipotesisnya dibagi menjadi : H4a : Information Susceptibility berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. H4b : Normative Susceptibility berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. H4c : Collectivism berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. H5 : Sikap konsumen terhadap software bajakan berpengaruh pada niat beli.
31
commit to user
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
perpustakaan.uns.ac.id A. Desain Penelitian
digilib.uns.ac.id
Mengacu pada rumusan masalah, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menitik beratkan pada pengujian hipotesa dan menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasi. Pendekatan kuantitatif digunakan karena melalui pendekatan ini sangat cocok untuk menjelaskan hubungan sebab akibat atau kausalitas yang dimulai dengan hipotesis-hipotesis dan teori-teori. Dalam penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan dengan cara survei melalui penyebaran kuesioner. Penelitian survey ialah penelitian yang dilakukan pada populasi besa rmaupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut (Sugiyono, 2007:7), sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel. Pada penelitian
ini
digunakan
analisis
kausal,
yaitu
bagaimana
satu
variabel
mempengaruhi, atau “bertanggungjawab atas” perubahan-perubahan dalam variabel lainnya (Cooper dan Emory, 1996:136).
32
commit to user
B. Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terkepribadian atas variabel bebas, variabel tergantung dan variabel intervening. Ketiga variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Variabel independen, yaitu variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain dalam model (Ferdinand, 2002:41). Dalam penelitian ini variabel independen adalah Faktor kepribadian (X1) dan Faktor sosial (X2). 2. Variabel dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh satu atau beberapa variabel yang lain dalam model (Ferdinand, 2002:43). Dalam penelitian ini variabel dependen adalah niat beli konsumen (Y). 3. Variabel intervening (Z) adalah sikap terhadap pembajakan (attitude towards piracy).
C. Definisi Operasional Definisi operasional dinyatakan oleh Singarimbun (1995:46), sebagai semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Nasir (1999:152), juga menambahkan bahwa definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberi arti, atau menspesifikasi kegiatan ataupun memberi suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk tersebut atau variabel-variabel yang ada pada penelitian. Nilai dari masing-masing variabel dalam penelitian ini diperoleh dari pengukuran indikator dari variabel yang dikembangkan dari beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masing-masing variabel.
33
commit to user
Variabel-variabel yang ada pada penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Likert dengan empat skala pengukuran. Alasan menggunakan skala Likert dengan 4 skala pengukuran ini, dijelaskan oleh Hadi (1991:19-20) sebagai berikut: 1. Kategori undecided memiliki arti ganda, yaitu belum dapat memberikan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jawaban dan bisa juga ragu-ragu/netral. Kategori jawaban ganda seperti ini tidak diharapkan dalam suatu instrument. 2. Tersedianya jawaban di tengah-tengah akan menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effects) terutama bagi yang ragu. 3. Untuk mengetahui kecenderungan jawaban partisipan atas positif atau kearah negatif. Skala Likert dalam penelitian ini ditujukkan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (ST), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk keperluan kuantitatif, maka penelitian terhadap partisipan diberikan dengan bobot sebagai berikut: 1. Sangat tidak setuju
skor 1
2. Tidak setuju
skor 2
3. Setuju
skor 3
4. Sangat Setuju
skor 4
1. Faktor Kepribadian (X1) a. Value Consciousness (Kesadaran Nilai) Kesadaran nilai dalam penelitian ini didefinisikan sebagai perhatian dari konsumen untuk membayar nilai (harga) dari suatu produk yang berhubungan dengan kualitas produk tersebut. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel
34
commit to user
ini diadaptasi dari Lichtenstein et al.(1990:64) dan Wang et al. (2005) , yang terdiri dari : 1.
Saya sangat memperhatikan harga dan kualitas suatu produk.
2. Saya membandingkan harga untuk mendapatkan nilai terbaik atas uang. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Saya ingin meyakinkan bahwa uang yang saya keluarkan bermanfaat. 4. Saya mencoba memaksimalkan kualitas produk dengan uang yang telah saya keluarkan. Alternatif jawaban
yang diberikan untuk mengukur variabel ini antara lain
adalah 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = setuju; 4 = sangat setuju. Jawaban yang semakin mengarah ke angka 4, maka konsumen sadar akan nilai atas uang dari suatu produk, sedangkan semakin mengarah ke angka 1, konsumen tidak sadar akan nilai atas uang dari suatu produk. b. Novelty Seeking (Mencari kebaruan) Variabel indikator ini didefinisikan sebagai rasa keingintahuan konsumen untuk mencari produk baru dan berbeda (Hawkins et al., 1980; Wang et al., 2005). Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini diadaptasi dari Wang et al., (2005:343), yang terdiri dari : 1. Saya selalu menjadi orang pertama yang mencoba produk baru. 2. Saya selalu bersemangat membeli produk yang menarik. 3. Saya memiliki banyak produk yang terkenal. 4. Saya selalu mengikuti trend. Alternatif jawaban
yang diberikan untuk mengukur variabel ini antara lain
adalah 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = setuju; 4 = sangat setuju. Jika
35
commit to user
pada variabel indikator ini, jawaban yang didapat semakin mengarah ke angka 4, maka konsumen adalah orang yang dalam pengambilan keputusannya tidak suka sesuatu yang baru, sebaliknya jika jawabannya semakin mengarah ke angka 1, menunjukkan bahwa konsumen tersebut dalam pengambilan keputusannya menyukai perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sesuatu yang baru. Untuk indikator variabel ini, harus mereverse (pembalikan) pada beberapa indikator. Hal ini dilakukan untuk konsistensi jawaban dalam pengukuran. c. Integrity (Integritas) Pada variabel indikator ini didefinisikan sebagai etika dan kepatuhan konsumen terhadap aturan. Ang et al. (2001) mengukur integritas dengan Rokeach Value Survey sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Vinson et al. (1977), yaitu ada 10 faktor yang dapat dianalisis. Adapun beberapa faktor yang digunakan pada integrity adalah honesty (kejujuran), politeness (kesopanan/etika), responsibility (tanggung jawab), dan self-control (pengendalian kepribadian). Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini, yaitu : 1. Honesty (kejujuran), saya menghargai kejujuran. 2. Politeness (kesopanan/etika), saya menghargai kesopanan/etika. 3. Responsibility (tanggung jawab), saya menghargai tanggung jawab. 4. Self-control (pengendalian kepribadian), saya menghargai pengendalian kepribadian. Alternatif jawaban yang diberikan untuk mengukur variabel ini antara lain adalah 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = setuju; 4 = sangat setuju. Jawaban yang semakin mengarah ke angka 4 berarti tingkat integritas konsumen itu tinggi,
36
commit to user
sebaliknya jika jawaban semakin mengarah ke angka 1 berarti tingkat integritas konsumen itu rendah. d. Personal gratification (Kepuasan diri) Pada penelitian ini, kepuasan diri didefinisikan sebagai keinginan konsumen perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk memperoleh pemenuhan atas apa yang diinginkan, mendapatkan pengakuan sosial, serta menikmati kenyamanan dalam hidup. Indikator yang digunakan dalam variabel ini diadaptasi dari Ang et al.(2001:227), yang terdiri dari: 1. Penting bagi saya untuk mendapatkan hidup yang nyaman. 2. Penting bagi saya untuk mendapatkan hidup yang menyenangkan. 3. Penting bagi saya untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. 4. Saya adalah orang yang menghargai kesenangan diri. 5. Saya adalah orang yang menghargai pengakuan sosial. Alternatif jawaban
yang diberikan untuk mengukur variabel ini antara lain
adalah 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = setuju; 4 = sangat setuju. Jawaban yang semakin mengarah ke angka 4, tingkat kepuasan diri konsumen itu tinggi, sebaliknya jika jawaban semakin mengarah ke angka 1 berarti tingkat kepuasan diri konsumen itu rendah. e. Status consumption (Status Mengkonsumsi) Status mengkonsumsi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai cara konsumen menunjukkan statusnya dengan membeli produk tertentu. Supaya terlihat berbeda dari orang lain dan dapat meningkatkan status sosialnya. Indikator yang digunakan dalam variabel ini diadaptasi dari Eastman et al.(1999), yang terdiri dari : 1.
Saya akan membeli suatu produk hanya karena status. 37
commit to user
2.
Saya tertarik pada produk baru dengan status.
3.
Saya akan membayar lebih untuk suatu produk, jika memiliki status.
4.
Status produk tidak relevan dengan saya.
5. Suatu produk akan lebih berharga bagi saya, jika produk itu memiliki daya perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tarik lebih sombong. Alternatif jawaban yang diberikan untuk mengukur variabel ini antara lain adalah 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = setuju; 4 = sangat setuju. Jika jawaban yang didapatkan semakin mengarah ke angka 4, maka konsumen tersebut merupakan orang yang ingin dihargai (atas status sosialnya) oleh lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, jika jawaban yang didapatkan semakin mengarah ke angka 1, maka konsumen bukan termasuk orang yang ingin dihargai (atas status sosialnya) oleh lingkungan sekitarnya. 2. Faktor Sosial (X2) a. Informative Susceptibility (Kerentanan informasi) Dalam penelitian ini, kelemahan informasi didefinisikan sebagai keputusan pembelian konsumen yang didasarkan pada pendapat atau informasi yang diperoleh dari orang lain. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini Wang et al. (2005:349), terdiri dari : 1. Untuk meyakinkan bahwa saya membeli produk atau merek yang benar, seringkali saya melakukan observasi mengenai produk apa yang biasa dibeli dan digunakan orang lain. 2. Apabila saya memiliki informasi yang sedikit mengenai suatu produk, saya akan bertanya kepada teman atau keluarga tentang produk tersebut.
38
commit to user
3. Saya seringkali berkonsultasi dengan orang lain untuk membantu saya memilih alternatif produk yang ada. 4. Saya seringkali mengumpulkan informasi dari teman atau keluarga tentang suatu produk sebelum saya membelinya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Alternatif jawaban yang diberikan untuk mengukur variabel ini antara lain adalah 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = setuju; 4 = sangat setuju. Jawaban yang semakin mengarah ke angka 4 menunjukkan bahwa keputusan pembelian konsumen berdasarkan informasi orang lain, sedangkan semakin mengarah ke angka 1, keputusan pembelian konsumen tidak berdasarkan informasi yang diberikan orang lain, melainkan berdasarkan diri sendiri. b. Normative Susceptibility (Kerentanan normatif) Dalam penelitian ini, kelemahan norma didefinisikan sebagai keputusan pembelian konsumen yang didasari oleh keinginan untuk membuat orang lain terkesan. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini diadaptasi dari Wang et al. (2005:349), terdiri dari : 1. Penting bagi saya agar orang lain menyukai produk atau merek yang saya beli. 2. Saya ingin mengetahui produk atau merek apa yang bisa berkesan baik kepada orang lain. 3. Saya ingin membeli produk dan merek yang dapat membuat orang lain terkesan pada saya. 4. Apabila saya ingin terlihat seperti seseorang (idola), saya seringkali berusaha membeli merek yang sama dengan yang dia beli.
39
commit to user
Alternatif jawaban yang diberikan untuk mengukur variabel ini antara lain adalah 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = setuju; 4 = sangat setuju. Jawaban yang semakin mengarah ke angka 4 menunjukkan bahwa keputusan pembelian konsumen didasari untuk membuat orang lain terkesan, sedangkan jika perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jawaban semakin mengarah ke angka 1, keputusan pembelian konsumen tidak didasari untuk membuat orang lain terkesan. c.
Collectivism (Kolektivisme)
Dalam penelitian ini, kolektivitas didefinisikan sebagai tingkat kebersamaan (kolektif) tiap individu dengan kelompoknya. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini diadaptasi dari Wang et al. (2005:343), yang terkepribadian dari : 1. Jika saya membagi informasi tentang suatu produk pada orang lain, saya akan
dihargai. Sebaliknya, jika saya tidak membaginya, saya akan dijauhi. 2. Saya suka berbagi informasi tentang suatu produk kepada orang lain. 3. Saya berharap orang lain dapat berbagi informasi tentang suatu produk pada
saya. 4. Jika semakin banyak orang berbagi informasi tentang suatu produk, maka
akan semakin berharga produk itu. Alternatif jawaban
yang diberikan untuk mengukur variabel ini antara lain
adalah 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = setuju; 4 = sangat setuju. Jawaban yang semakin mengarah ke angka 4, menunjukkan bahwa semakin kolektifnya konsumen tersebut, sedangkan jika jawaban semakin mengarah ke angka 1 maka semakin individualis konsumen tersebut.
40
commit to user
3. Sikap Terhadap Produk Bajakan (Z) Attitude towards counterfeiting, didefinisikan sebagai sikap suka dan tidak suka konsumen atas adanya produk bajakan (Phau dan Teah, 2009). Ada 8 item variabel yang digunakan untuk mengukur sikap konsumen atas perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id produk imitasi. Phau dan Teah (2009) membaginya ke dalam 2 bagian, yaitu perceptions of counterfeits dan social consequences. Variabel yang termasuk dalam persepsi konsumen terhadap produk imitasi yaitu collectivism, novelty seeking, normative susceptibility, dan information susceptibility. Sedangkan yang termasuk dalam konsekuensi sosial yaitu integrity, personal gratification, status consumption, dan value consciousness. ·
Persepsi konsumen terhadap software bajakan 1. Menurut saya, software bajakan memiliki kualitas yang sama dengan produk aslinya. 2. Menurut saya, software bajakan memberikan fungsi yang sama dengan produk aslinya. 3. Menurut saya, produk bajakan diandalkan sebagai software asli.
·
Konsekuensi sosial 1. Jika saya membeli produk bajakan, berarti termasuk melanggar kekayaan intelektual. 2. Kerusakan software bajakan kepentingan dan hak produsen software. 3. Jika saya membeli software bajakan, berarti akan merugikan industri produk asli. 4. Tanpa software bajakan, banyak orang tidak akan dapat menikmati musik
41
commit to user
Alternatif jawaban
yang diberikan untuk mengukur variabel ini antara lain
adalah 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = setuju; 4 = sangat setuju. Jawaban yang semakin mengarah ke angka 4 menunjukkan bahwa konsumen memiliki sikap positif, sedangkan jika jawaban yang didapatkan semakin mengarah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ke 1, menunjukkan bahwa konsumen memiliki sikap negatif. 4. Niat Beli Konsumen (Y) Niat pembelian dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kesadaran seseorang untuk merencanakan usaha untuk membeli sebuah produk (Rodriguez, 2008). Variabel endogen dinilai dengan menggunakan pernyataan skala Likert 4 skala pengukuran dengan menggunakan item pernyataan yang diadaptasi dari Gupta dan Dang (2009), yaitu : 1. Saya akan merekomendasikan software bajakan kepada teman saya. 2. Atas permintaan, saya akan mempertimbangkan untuk membelikan teman saya software bajakan. 3. Saya berniat membeli software bajakan 4. Saya berniat membeli software bajakan dari pedagang asongan. Alternatif jawaban yang diberikan untuk mengukur niat pembelian antara lain adalah 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = setuju; dan 4 = sangat setuju. Jawaban yang semakin mengarah ke angka 4 menunjukkan bahwa adanya niat konsumen untuk membeli produk imitasi tersebut. Sedangkan jika jawaban yang didapat semakin mengarah ke angka 1 menunjukkan bahwa tidak adanya niat konsumen untuk membeli produk imitasi tersebut.
42
commit to user
D. Penentuan Populasi dan Sample Penelitian. 1. Penentuan Populasi Penelitian Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau suatu hal yang ingin diinvestigasi oleh peneliti (Sekaran, 2006:121). Populasi yang digunakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam penelitian ini adalah konsumen yang mengetahui dan berniat untuk membeli software bajakan. Dalam hal ini, mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dijadikan populasi. 2. Penentuan Sampel Penelitian. Sampel adalah sebagian dari populasi. Dalam penelitian ini, sampel responden adalah sampel yang bersifat non probability sampling. Sedangkan untuk metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling (Sekaran, 2006:136). Metode purposive sampling adalah pemilihan sekelompok subyek sebagai sampel yang memenuhi persyaratan tertentu dan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Kemudian dilakukan dengan memberikan kuisioner secara langsung kepada konsumen yang secara kebetulan memenuhi kriteria yang ditentukan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa karena mereka merupakan generasi yang muncul (generasi Y antara 19-26 tahun) dengan agregat pengeluaran yang kuat (Cui et al, 2003), pengguna teknologi tinggi (Tapscott, 1998) yang juga teridentifikasi sebagai kelompok pengguna produk bajakan (Ceng et al, 1997). Studi ini dilakukan pada mahasiswa Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Mengenai asumsi kecukupan sampel, sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini berjumlah 100 hingga 200 sampel atau 5 kali parameter variabel laten 43
commit to user
yang digunakan (Hair et al, 1998) dalam Jamal dan Anastasiadou (2009). Maximum Likehood (ML) akan menghasilkan estimasi parameter yang valid, efisien dan reliable apabila data yang digunakan adalah multivariate normaly dan akan robust (tidak terpengaruh) terhadap penyimpangan multivariate normaly yang sedang / perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id moderate (Ghozali dan Fuad, 2005:35). Jadi setidaknya peneliti harus mengumpulkan sample sebanyak 225. 3. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. 1. Data Primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer berupa opini subyek secara individu atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda, kejadian atau kegiatan (Indriantoro dan Supomo, 1999:88). Dalam penelitian ini, data primer didapat dari hasil wawancara melalui penyebaran kuesioner kepada para responden secara langsung. 2. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan tidak hanya untuk keperluan suatu riset saja. Data-data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari studi pustaka buku teks dan jurnal ilmiah, serta pencarian data yang berasal dari penelusuran melalui media internet. 4. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data kuantitatif. Prosedur pengumpulan data memiliki fungsi teknis untuk memungkinkan para peneliti melakukan pengumpulan data sedemikian rupa, 44
commit to user
sehingga angka-angka dapat diberikan pada obyek yang diteliti. Pada penelitian ini, data dikumpulkan melalui survey lapangan .Dalam survey ini, peneliti terlibat langsung dengan obyek penelitian serta melakukan penyebaran kuisioner, dimana memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan tertulis berbentuk skala dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id model terstruktur pada responden yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian dengan harapan mendapatkan respon dari daftar pertanyaan tersebut.
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Pengujian instrumen penelitian diawali dengan pengujian validitas dan reliabilitas data penelitian. Hal ini bertujan untuk memberikan jaminan bahwa data yang diperoleh telah memenuhi kriteria kelayakan untuk diuji dengan menggunakan metode statistik jenis apapun. 1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk menentukan valid atau tidak validnya kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005). Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata dan benar, serta sebaliknya alat ukur yang tidak valid adalah yang memberikan hasil ukuran menyimpang dari tujuannya (Malhotra, 1996). Confirmatory factor analysis (CFA) akan dilakukan peneliti terhadap tujuh faktor atau konstruk dalam penelitian ini dengan bantuan program SPSS for windows versi 15.0. Menurut Hair et al. (1998) dalam Jamal dan Anastasiadou (2009) , factor loading lebih besar
45
commit to user
± 0.30 dianggap memenuhi level minimal, factor loading ± 0.40 dianggap lebih baik dan sesuai dengan rules of thumb yang dipakai para peneliti, dan factor loading ³
0.50 dianggap signifikan. Jadi semakin besar nilai
absolut factor loading, semakin penting loading tersebut perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menginterpretasikan konstruknya. Pada penelitian ini menggunakan pedoman factor loading ³ 0,5. 2. Uji Reliabilitas Uji reabilitas juga merupakan prosedur pengujian statistik yang dianggap relevan untuk mengukur sejauh mana konsistensi dari data penelitian yang dihasilkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 17.0. Menurut Sekaran (2000) klasifikasi nilai Cronbach’s Alpha, sebagai berikut : 1. Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,80 - 1,0 dikategorikan reliabilitas baik. 2. Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,60 – 0,79 dikategorikan reliabilitas dapat diterima 3. Nilai Cronbach’s Alpha ≤ 0,60 dikategorikan reliabilitas buruk.
46
commit to user
F. Teknik Analisis 1. Langkah-langkah dalam pemodelan SEM adalah sebagai berikut: a. Pengembangan Model Berdasar Teori Model persamaan structural didasarkan pada hubungan kausalitas, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dimana perubahan satu variable diasumsikan akan berakibat pada perubahan variable lainnya. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua variable yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis yang dipilih, tetapi terletak pada justifikasi (pembenaran) secara teoritis untuk mendukung analisis (Ghozali, 2005:19). b. Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural Setelah teori atau model teoritis dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram alur, peneliti dapat mulai mengkonversi spesifikasi model tersebut kedalam rangkaian persamaan. c. Estimasi dan Pengujian Model Struktural Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengujian model struktural dengan pendekatan SEM, yaitu : 1) Asumsi Kecukupan Sampel Sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini berjumlah 100 hingga 200 sampel atau 5 kali parameter variabel laten yang digunakan (Ferdinand, 2002: 52; Hair et.al. 1998:605). Maximum Likehood (ML) akan menghasilkan estimasi parameter yang valid, efisien dan reliable apabila data yang digunakan adalah multivariate normaly (normalitas multivariat) dan akan robust (tidak terpengaruh)
47
commit to user
terhadap penyimpangan multivariate normaly yang sedang (moderate) (Ghozali dan Fuad, 2005:35). 2) Asumsi Normalitas Asumsi normalitas adalah bentuk suatu distribusi data pada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id suatu variabel dalam menghasilkan distribusi normal (Ghozali dan Fuad, 2005:36). Normalitas dibagi menjadi 2, yaitu: a) univariate normality (normalitas univariat) b) multivariate normality (normalitas multivariat) Apabila data memiliki
multivariate normality, maka data
tersebut pasti juga memiliki univariate normality. Sebaliknya, apabila data univariate normality belum tentu data juga memiliki multivariate normality. Curran et al (Ghozali dan fuad, 2005:37) membagi jenis distribusi data menjadi tiga bagian, yaitu: Tabel III.1 Jenis Distribusi Data Menurut Curran et al (a) Normal
Nilai skewness kurang dari 2 dan nilai kurtosis kurang dari 7
(b) Moderately non- Nilai skewness antara 2 sampai 3 dan nilai normal
kurtosis antara 7 sampai 21
(c) Extremely non- Nilai skewness diatas 3 dan nilai kurtosis normal
diatas 21
Sumber : Ghozali dan fuad, 2005:37 Menggunakan SEM terutama bila diestimasi dengan teknik Maximum Likehood (ML) mensyaratkan sebaiknya asumsi normalitas pada data terpenuhi.
48
commit to user
3) Asumsi Outliers Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair et al. dalam Ferdinand, 2002:97). Dalam analisis multivariate adanya outliers dapat diuji dengan statistik Chi Square
terhadap nilai
mahalanobis distance square pada tingkat signifikansi 0,001 dengan degree of freedom sejumlah variabel yang digunakan dalam penelitian (Ferdinand, 2002: 103), dalam hal ini variabel yang dimaksud adalah jumlah item pengukuran pada model, bila terdapat observasi yang mempunyai nilai mahalanobis distance square yang lebih besar dari Chi Square maka observasi tersebut dikeluarkan dari analisis. Umumnya perlakuan terhadap outliers adalah dengan mengeluarkannya dari data dan tidak diikutsertakan dalam perhitungan berikutnya. Bila tidak terdapat alasan khusus untuk mengeluarkan outliers, maka observasi dapat diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. d. Pengujian Hipotesis Langkah selanjutnya setelah model dinyatakan fit, atau diterima secara statistik adalah melakukan pengujian hipotesis dengan menganalisis hubungan diantara variabel-variabel laten. SEM juga dapat mengestimasi nilai-nilai path dari setiap hubungan variabel. Dengan menggunakan analisis
49
commit to user
SEM maka semua hipotesis dalam studi ini dapat diuji dengan melihat nilai probability yang ditunjukkan oleh output AMOS 6.01.
Pengujian yang
dilakukan meliputi : 1) Analisis kesesuaian model (Goodness-of-fit) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Model struktural dikategorikan sebagai “good fit”, bila memenuhi beberapa persyaratan berikut ini : a) Memiliki degree of freedom (df) positif b) Nilai level probabilitas minimum yang disyaratkan adalah 0,1 atau 0,2, tetapi untuk level probabilitas sebesar 0,05 masih diperbolehkan (Hair et al, 1998:613) c) Mengukur chi-square
statistic untuk memastikan bahwa
tidak ada perbedaan antara matriks kovarian data sampel dan matriks kovarian populasi yang diestimasi. Nilai chi-square sangat sensitif terhadap besarnya sampel dan hanya sesuai untuk ukuran sampel antara 100 – 200. Model yang diuji akan dipandang baik bila nilai c 2 -nya rendah dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0,05 atau p > 0,01, sehingga perbedaan matriks aktual dan yang diperkirakan adalah tidak signifikan (Hair et al; Hulland et al dalam Ferdinand, 2002:55). d) CMIN/DF, adalah statistik chi-square dibagi DF-nya, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Nilai
50
commit to user
yang diterima adalah kurang dari 2 atau bahkan kurang dari 3 (Arbuckle dalam Ferdinand, 2002:58). e) Menguji kesesuaian model dengan beberapa indeks tambahan, seperti : Goodness of Fit Index (GFI), Adjusted Goodness of digilib.uns.ac.id Fit Index (AGFI), Tucker-Lewis Index (TLI), Comparative Fit
perpustakaan.uns.ac.id
Index (CFI), dan Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA). Indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model dapat diringkas dalam tabel berikut ini: Tabel III.2 Goodness-of-fit Indices Goodness-of-fit Indices
Cut-off Value
chi-square ( c 2 )
Diharapkan kecil
Significance Probability (p)
³ 0,05
CMIN/DF
£ 2,00
RMR GFI
< 0,03
AGFI
³ 0,90
TLI
³ 0,95
CFI
³ 0,95
RMSEA
£ 0,08
³ 0,90
Sumber : Ferdinand (2002:61) 2) Analisis koefisien jalur Analisis ini dilihat dari signifikansi besaran regression weight model. Kriteria bahwa jalur yang dianalisis signifikan adalah apabila memiliki nilai C.R ³ nilai t tabel. Pedoman umum nilai t
51
commit to user
tabel untuk sampel lebih besar dari 150 dengan level signifikasi 5% adalah + 1,96 (Ghozali dan Fuad, 2005:40). Analisis ini juga menunjukkan besaran dari efek total, efek langsung, serta efek tidak langsung dari satu variabel terhadap variabel lainnya. Efek perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id langsung adalah koefisien dari semua garis koefisien dengan anak panah satu ujung. Efek tidak langsung adalah efek yang muncul melalui sebuah variabel antara (mediasi), dan efek total adalah efek dari berbagai hubungan.
52
commit to user
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Deskriptif perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik dan tanggapan responden terhadap item-item pernyataan dalam kuesioner. Responden yang dipakai dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pada penelitian ini kuesioner yang disebarkan adalah sebanyak 250 kuesioner. Penyebaran kuesioner dan pengumpulan data penelitian dilaksanakan mulai tanggai 1 April – 30 April 2011. Jumlah kuesioner yang bisa dikumpulkan kembali oleh peneliti adalah sejumlah 250 kuesioner dan ada 21 kuesioner yang rusak sehingga data yang dapat diolah sebanyak 229 kuesioner. Jumlah sampel data yang terkumpul telah memenuhi ukuran sampel minimum yang disyaratkan. Karakteristik Responden Gambaran tentang karakteristik responden diperoleh dari data diri yang terdapat pada bagian depan kuesioner yaitu identitas responden yang meliputi jenis kelamin, usia, dan pendapatan per bulan yang disajikan pada Tabel IV.1, IV.2, dan IV.3 berikut ini:
53
commit to user
Tabel IV.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Pria
104
45,4
125
54,6
229
100
Wanita perpustakaan.uns.ac.id TOTAL
digilib.uns.ac.id
Sumber: Data primer yang diolah, 2012. Berdasarkan Tabel IV.1 dapat diketahui bahwa dari 229 responden, 45,4% atau 104 responden berjenis kelamin pria dan 54,6% atau 125 responden berjenis kelamin wanita. Sehingga jumlah sampel terbanyak adalah wanita. Tabel IV.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Usia (tahun)
Frekuensi
Persentase (%)
19
36
15
20
47
20
21
64
30
22
82
35
TOTAL
229
100
Sumber : Data primer yang diolah, 2012. Berdasarkan Tabel IV.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 22 tahun yaitu sejumlah 82 orang (35%).
54
commit to user
Tabel IV.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan per Bulan Pendapatan
Frekuensi
Persentase (%)
Rp 100.000 – Rp 1.000.000
32
14
Rp 1.100.000 – Rp 2.000.000 perpustakaan.uns.ac.id Rp 2.100.000 – Rp 3.000.000
84 95
36,5 digilib.uns.ac.id 41,5
> Rp 3.000.000
18
8
TOTAL
229
100
Sumber : Data primer yang diolah, 2012. Tabel IV.3 menunjukkan bahwa pendapatan per bulan responden didominasi pada kisaran Rp 1.100.000 – Rp 2.000.000 yaitu 84 orang (36,5%) dan Rp 2.100.000 – 3.000.000 yaitu 95 orang (41,5%). B. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Uji Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur (Jogiyanto, 2004). Untuk menguji validitas dalam penelitian ini menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA), dengan bantuan paket perangkat lunak program SPSS 11.5 for Windows.
55
commit to user
Tabel IV.4
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
perpustakaan.uns.ac.id
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
.829 7797.020 990 .000
digilib.uns.ac.id
Sumber : Data primer yang diolah, 2012. Tabel IV.4, menunjukkan nilai KMO Measure of Sampling Adequacy (MSA) dalam penelitian ini sebesar 0,829. Karena nilai MSA di atas 0,5 serta nilai Barlett test signifikan pada 0,000 dapat disimpulkan bahwa uji analisis faktor dapat dilanjutkan. Berdasarkan Tabel IV.5 hasil uji validitas dengan jumlah 229 responden, terlihat rotated component matriks telah tereksrak sempurna semua (loading factor > 0,50).
56
commit to user
Tabel IV.5 Hasil Uji Validitas a Rotated Component Matrix
1 NS1 NS2 NS3 NS4 IS1 IS2 IS3 IS4 C1 C2 C3 C4 VC1 VC2 VC3 VC4 I1 I2 I3 I4 PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 NSE1 NSE2 NSE3 NSE4 SC1 SC2 SC3 SC4 SC5 SP1 SP2 SP3 SK1 SK2 SK3 SK4 NB1 NB2 NB3 NB4
2
3
4
perpustakaan.uns.ac.id
5 .925 .830 .822 .947
Component 6
7
8
9
10
11
digilib.uns.ac.id
.865 .893 .854 .914 .854 .826 .853 .902 .766 .690 .825 .862 .908 .894 .876 .874 .834 .903 .819 .854 .814 .777 .707 .765 .705 .913 .866 .858 .836 .817 .715 .726 .661 .758 .810 .783 .856 .793 .776 .734 .782
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 6 iterations.
Su
mber : Data primer yang diolah, 2012.
57
commit to user
2. Uji Reliabilitas Setelah pengujian validitas, maka tahap selanjutnya adalah pengujian reliabilitas yang perpustakaan.uns.ac.id
bertujuan
untuk
mengetahui
konsistensi item-item digilib.uns.ac.id
pertanyaan yang digunakan. Untuk mengukur reliabilitas dari instrument penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Dari hasil pengujian reliabilitas variabel dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.5 for Windows didapatkan nilai Cronbach Alpha masingmasing variabel sebagai berikut: Tabel IV.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Cronbach's Alpha
Normative Susceptibility
0,9203
Informational Susceptibility
0,9265
Collectivism
0,9224
Value Consciousness
0,8910
Integrity
0,9231
Personal Gratification
0,9100
Novelty Seeking
0,7717
Status consumption
0,9166
Perceptions of Counterfeits
0,9209
Social Consequences
0,8226
Niat Beli
0,8537
Sumber: Data primer yang diolah, 2012.
58
commit to user
Dari Tabel IV.6 dapat dilihat bahwa semua instrumen dinyatakan reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha > 0,60.
C. Uji Asumsi Model perpustakaan.uns.ac.id 1. Normalitas Data
digilib.uns.ac.id
Normalitas univariate dan multivariate terhadap data yang digunakan dalam analisis ini diuji dengan menggunakan AMOS 6.01. Tabel IV.6 menunjukkan hasil pengujian normalitas data. Evaluasi normalitas diidentifikasi baik secara univariate maupun multivariate. Secara univariate untuk nilai-nilai dalam C.r skewness, sebagian besar item pernyataan menunjukkan nilai > 2. Sedangkan untuk nilai-nilai dalam C.r kurtosis, semua item pertanyaan menunjukkan nilai < 7. Dengan demikian secara univariate tidak terdistribusi secara normal secara skewness. Nilai yang tertera di pojok kanan bawah pada Tabel IV.6 menandakan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal secara multivariate dengan nilai C.r kurtosis 0,411. Analisis terhadap data tidak normal dapat mengakibatkan pembiasan interpretasi karena nilai chi-square hasil analisis cenderung meningkat sehingga nilai probability level akan mengecil. Menurut Hair et al. (1998) ukuran sampel yang besar cenderung untuk mengurangi efek yang merugikan dari non-normalitas data yang akan dianalisis. Disamping itu, teknik Maximum Likelihood Estimates (MLE) yang digunakan dalam penelitian ini tidak terlalu terpengaruh (robust) terhadap data yang tidak normal (Ghozali dan Fuad, 2005) sehingga analisis selanjutnya dilakukan.
59
commit to user
Table IV.7 Assessment of Normality Variable
min
max
skew
c.r.
kurtosis
c.r.
2.000
4.000
-.529
-3.265
-.753
-2.326
2.000
4.000
-.343
-2.119
-.959
digilib.uns.ac.id -2.964
nb4
2.000
4.000
-.300
-1.856
-.677
-2.092
nb3
2.000
4.000
-.312
-1.928
-.684
-2.113
nb2
2.000
4.000
-.411
-2.539
-.779
-2.407
nb1
2.000
4.000
-.414
-2.555
-.703
-2.172
sk1
2.000
4.000
-.463
-2.858
-.678
-2.094
sk2
2.000
4.000
-.504
-3.113
-.759
-2.345
sk3
2.000
4.000
-.627
-3.873
-.670
-2.069
sk4
2.000
4.000
-.511
-3.156
-.723
-2.232
sp3
2.000
4.000
-.617
-3.813
-.733
-2.265
sp2
2.000
4.000
-.616
-3.808
-.626
-1.932
sp1
2.000
4.000
-.664
-4.103
-.526
-1.625
c1
2.000
4.000
-.764
-4.719
-.461
-1.424
c2
2.000
4.000
-.746
-4.610
-.430
-1.330
c3
2.000
4.000
-.735
-4.540
-.465
-1.435
c4
2.000
4.000
-.794
-4.906
-.426
-1.315
is1
2.000
4.000
-.440
-2.716
-1.028
-3.176
is2
2.000
4.000
-.583
-3.603
-.874
-2.699
is3
2.000
4.000
-.457
-2.825
-.902
-2.786
is4
2.000
4.000
-.497
-3.073
-1.004
-3.101
ns1
2.000
4.000
-.461
-2.845
-.655
-2.022
ns2
2.000
4.000
-.463
-2.858
-.678
-2.094
ns3
2.000
4.000
-.515
-3.182
-.637
-1.969
ns4
2.000
4.000
-.502
-3.102
-.668
-2.064
sc5 perpustakaan.uns.ac.id pg5
60
commit to user
Variable
min
max
skew
c.r.
kurtosis
c.r.
sc1
2.000
4.000
-.567
-3.502
-.758
-2.342
sc2
2.000
4.000
-.579
-3.580
-.773
-2.386
sc3
2.000
4.000
-.604
-3.728
-.781
-2.413
2.000
4.000
-.460
-2.842
-.821
2.000
4.000
-.501
-3.094
-.720
-2.535 digilib.uns.ac.id -2.224
nse2
2.000
4.000
-.592
-3.656
-.582
-1.797
nse3
2.000
4.000
-.592
-3.655
-.582
-1.799
nse4
2.000
4.000
-.730
-4.512
-.449
-1.387
pg1
2.000
4.000
-.331
-2.045
-1.428
-4.412
pg2
2.000
4.000
-.341
-2.108
-1.358
-4.194
pg3
2.000
4.000
-.305
-1.883
-1.005
-3.103
pg4
2.000
4.000
-.378
-2.335
-1.229
-3.796
i1
2.000
4.000
-.538
-3.323
-1.057
-3.264
i2
2.000
4.000
-.461
-2.850
-1.250
-3.862
i3
2.000
4.000
-.308
-1.903
-1.309
-4.045
i4
2.000
4.000
-.512
-3.165
-.980
-3.028
vc4
2.000
4.000
-.672
-4.151
-.584
-1.804
vc3
2.000
4.000
-.630
-3.890
-.706
-2.181
vc2
2.000
4.000
-.556
-3.434
-.647
-1.997
vc1
2.000
4.000
-.729
-4.502
-.532
-1.644
34.077
3.964
sc4 perpustakaan.uns.ac.id nse1
Multivariate
2. Evaluasi Outliers Uji terhadap multivariate outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan c2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel indikator yang
61
commit to user
digunakan dalam penelitian (Ferdinand, 2002). Jika dalam penelitian ini digunakan 32 variabel indikator, semua kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari c2 (32, 0.001) = 80,07673 adalah multivariate outlier. Tabel IV.8 berikut menyajikan hasil evaluasi Jarak Mahalanobis. perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV.8 Jarak Mahalanobis Data Penelitian Nomor
Jarak Mahalanobis
Observasi
Jarak Mahalanobis Kritis (32, 0.001)
26
76.024
101
71.643
194
69.703
.
.
.
.
.
.
118
47.183
80,07673
Sumber: Data primer yang diolah, 2012. Tabel IV.8 menunjukkan bahwa tidak ada outlier, karena semua observasi memiliki jarak mahalanobis < 80,07673.
62
commit to user
D. Uji Hipotesis Teknik pengujian hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis dan menghasilkan suatu model yang baik. Untuk mengujinya digunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan program AMOS 6.01. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Analisis Kesesuaian Model (Goodness-of-Fit) Evaluasi nilai goodness-of-fit dari model penelitian yang diajukan dapat dilihat pada Tabel IV.9 berikut ini: Tabel IV.9 Hasil Goodness-of-Fit Model Goodness-of-fit Indices Chi-Square (c2)
Cut-off Value Diharapkan kecil ³ 0,05
Significance Probability (p)
Hasil
Evaluasi Model
1311.169 ----0,000 Belum memenuhi
CMIN/DF
£ 2,0
1.472 Baik
GFI
³ 0,9
0,810 Belum memenuhi
AGFI
³ 0,9
0,779 Belum memenuhi
TLI
³ 0,9
0,937 Baik
CFI
³ 0,9
0,943 Baik
£ 0,08
0,045 Baik
RMSEA
Sumber: Data primer yang diolah, 2012. Tabel IV.9 menjelaskan hasil goodness of fit dari model penelitian yang dilakukan. Dalam pengujian ini nilai Chi-Square dengan p<0,05, GFI dan AGFI masih belum memenuhi, maka peneliti mempertimbangkan untuk melakukan modifikasi eror untuk membentuk model alternatif yang mempunyai goodness of fit yang lebih baik. Melalui nilai modification indices
63
commit to user
dapat diketahui ada tidaknya kemungkinan modifikasi terhadap model yang dapat diusulkan. Modification indices yang dapat diketahui dari output amos akan menunjukkan hubungan-hubungan yang perlu diestimasi yang sebelumnya tidak ada dalam model untuk mendapatkan model penelitian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang lebih baik. Peneliti mengestimasi hubungan korelasi antar error term yang memiliki nilai modification indices lebih besar atau sama dengan 4.0 (Ferdinand, 2005). Tabel IV.9 merupakan hasil goodness of fit model yang telah dimodifikasi. Tabel IV.10 Hasil Goodness-of-Fit Model Goodness-of-fit Indices Chi-Square (c2)
Cut-off Value Diharapkan kecil
Hasil
Evaluasi Model
935.092 -----
³ 0,05
0,062 Baik
CMIN/DF
£ 2,0
1,075 Baik
GFI
³ 0,9
0,857 Belum memenuhi
AGFI
³ 0,9
0,830 Belum memenuhi
TLI
³ 0,9
0,971 Baik
CFI
³ 0,9
0,990 Baik
£ 0,08
0,018 Baik
Significance Probability (p)
RMSEA
Sumber: Data primer yang diolah, 2012 Berdasarkan pada Tabel IV.10 hasil modifikasi model diperoleh peningkatan goodness of fit model. Nilai Chi-Square dengan p>0,05 sehingga mengindikasikan model telah fit. Sedangkan indeks GFI dan AGFI mengalami peningkatan tapi belum
64
commit to user
memenuhi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan model dapat diterima. E. Pembahasan perpustakaan.uns.ac.id Berikut adalah pembahasan untuk setiap hipotesis:
digilib.uns.ac.id
1. Hasil Penemuan Faktor Kepribadian Tabel IV.11 Regression Weights Value Consciousness pada Sikap
Perceptions of Counterfeits Social Consequences
Estimate S.E.
C.R.
P
<--- Value Consciousness
.458 .068
6.753
***
<--- Value Consciousness
.311 .080
3.863
***
Hipotesis merumuskan bahwa Value Consciousness mempunyai pengaruh positif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. Sikap dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.11 dimana nilai C.r Value Consciousness pada Perceptions of Counterfeits sebesar 6,753 signifikan pada p<0,05, dan nilai C.r Value Consciousness pada Social Consequences sebesar 3,863 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis didukung. Artinya, secara statistik dapat
65
commit to user
ditunjukkan bahwa Value Consciousness memang mempunyai pengaruh positif pada sikap seorang terhadap software bajakan. Signifikan pada Perceptions of Counterfeits mengindikasikan bahwa sikap mereka terhadap software bajakan didasari oleh pandangan mereka mengenai baik atau buruknya produk tersebut. Signifikan pada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Social Consequences mengindikasikan bahwa sikap mereka terhadap software bajakan didasari oleh konsekuensi sosial yang mungkin muncul sebagai akibat dari tindakan mereka. Konsumen yang memiliki value consciousness yang tinggi akan memiliki sikap yang positif terhadap software bajakan. Konsumen dalam hal ini lebih memilih software bajakan karena memiliki keunggulan dari sisi harga jika dibandingkan dengan software asli. Perbedaan harga ini yang dianggap value bagi mereka. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009), perbedaan setting tempat dan objek penelitian menjadi faktor yang memungkinkan hal ini terjadi. Penelitian sebelumnya dilakukan di Cina dengan objek penelitian fashion bajakan, sedangkan penelitian kali ini dilakukan di Indonesia dengan objek penelitian software bajakan.
66
commit to user
Tabel IV.12 Regression Weights Novelty Seeking pada Sikap Estimate S.E. Perceptions of perpustakaan.uns.ac.id <--- Novelty Seeking Counterfeits Social Consequences
<--- Novelty Seeking
C.R.
P
.060 .081
digilib.uns.ac.id .745 .456
.280 .113
2.473 .013
Hipotesis merumuskan bahwa Novelty Seeking mempunyai pengaruh positif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. Sikap dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.12 dimana nilai C.r Novelty Seeking pada Perceptions of Counterfeits sebesar 0,745 tidak signifikan pada p<0,05, dan nilai C.r Novelty Seeking pada Social Consequences sebesar 2,473 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis didukung sebagian. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Novelty Seeking mempunyai pengaruh positif secara parsial pada sikap seorang terhadap software
bajakan (hanya pada Social Consequences).
Signifikan pada Social Consequences mengindikasikan bahwa sikap mereka terhadap software bajakan didasari oleh konsekuensi sosial yang mungkin muncul sebagai akibat dari tindakan mereka. Konsumen yang memiliki sifat Novelty Seeking cendrung memiliki sikap yang positif terhadap barang tiruan. Generasi Y adalah generasi yang selalu ingin mencoba hal baru dalam hidup, dan mereka akan menemukan cara untuk memenuhi rasa ingin tahu dan kebutuhan mereka tentang hal-
67
commit to user
hal tertentu (Cui et al, 2003.). Dengan demikian, anggota generasi Y akan selalu mencari cara alternatif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Motivasi untuk mengeksplorasi hal-hal baru dalam hidup yang pada akhirnya mengarah pada keputusan pembelian mereka. Sebagian besar konsumen ingin tahu hal tentang suatu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id produk sebelum melakukan pembelian, sehingga solusinya adalah dengan membeli versi bajakan sebelum membeli hal yang nyata. Oleh karena itu, produsen harus mempertimbangkan situasi ini dimana konsumen sebenarnya ingin mencoba produk sebelum melakukan pembelian. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009), perbedaan setting tempat dan objek penelitian menjadi faktor yang memungkinkan hal ini terjadi. Penelitian sebelumnya dilakukan di Cina dengan objek penelitian fashion bajakan, sedangkan penelitian kali ini dilakukan di Indonesia dengan objek penelitian software bajakan.
68
commit to user
Tabel IV.13 Regression Weights Integrity pada Sikap
Perceptions of perpustakaan.uns.ac.id <--Counterfeits Social Consequences
<---
Estimate
S.E.
C.R.
P
Integrity
-.043
.044
digilib.uns.ac.id -.977 .329
Integrity
-.133
.060
-2.206 .027
Hipotesis merumuskan bahwa Integrity mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. Sikap dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.13 dimana nilai C.r Integrity pada Perceptions of Counterfeits sebesar -0,977 tidak signifikan pada p<0,05, dan nilai C.r Value Consciousness pada Social Consequences sebesar 0,027 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis didukung sebagian. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Integrity mempunyai pengaruh negatif secara parsial pada sikap seorang terhadap software
bajakan. Signifikan pada Social
Consequences mengindikasikan bahwa sikap mereka terhadap software bajakan didasari oleh konsekuensi sosial yang mungkin muncul sebagai akibat dari tindakan mereka. Konsumen yang memiliki Integrity tinggi cendrung memiliki sikap yang negatif terhadap software bajakan. Integrity berkaitan dengan standar etika dan kepatuhan konsumen terhadap aturan/etika (Wang et al., 2005:342). Konsumen yang lawful-minded, cenderung untuk tidak berhubungan dengan produk imitasi, dan
69
commit to user
sebaliknya konsumen yang mempunyai standar etika yang rendah cenderung untuk membenarkan tindakannya dengan membeli produk imitasi (Cordell et al., 1996). Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009). perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Tabel IV.14 Regression Weights Personal Gratification pada Sikap Estimate S.E.
Perceptions of Counterfeits Social Consequences
C.R.
P
<--- Personal Gratification
-.004 .037
-.120 .904
<--- Personal Gratification
-.131 .051 -2.562 .010
Hipotesis merumuskan bahwa Personal Gratification mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. Sikap dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.14 dimana nilai C.r Personal Gratification pada Perceptions of Counterfeits sebesar -0,120 tidak signifikan pada p<0,05, dan nilai C.r Personal Gratification pada Social Consequences sebesar -2,562 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis didukung sebagian. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Personal Gratification
mempunyai
pengaruh negatif secara parsial pada sikap seorang terhadap software
bajakan.
Signifikan pada Social Consequences mengindikasikan bahwa sikap mereka terhadap software bajakan didasari oleh konsekuensi sosial yang mungkin muncul sebagai
70
commit to user
akibat dari tindakan mereka. Konsumen yang memiliki personal gratification tinggi mempunyai kecenderungan yang rendah untuk dapat menerima produk dengan kualitas sedikit rendah (Wang et al., 2005). Hasil di atas menunjukkan bahwa mereka sebagai konsumen akan merasa puas bila dapat membeli produk yang lebih perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berkualitas untuk menunjukkan status sosial di masyarakat, sebaliknya mereka akan merasa tidak puas jika hanya dapat membeli produk bajakan. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009). Tabel IV.15 Regression Weights Status Consumption pada Sikap Estimate S.E. Perceptions of Counterfeits Social Consequences
C.R.
P
<--- Status Consumption
-.069 .043
-1.619 .106
<--- Status Consumption
-.141 .059
-2.414 .016
Hipotesis merumuskan bahwa Status Consumption mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. Sikap dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.15 dimana nilai C.r Status Consumption pada Perceptions of Counterfeits sebesar -1,619 tidak signifikan pada p<0,05, dan nilai C.r Personal Gratification pada Social Consequences sebesar -2,414 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis didukung sebagian. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Status Consumption mempunyai pengaruh
71
commit to user
negatif secara parsial pada sikap seorang terhadap software bajakan. Signifikan pada Social Consequences mengindikasikan bahwa sikap mereka terhadap software bajakan didasari oleh konsekuensi sosial yang mungkin muncul sebagai akibat dari tindakan mereka. Konsumen yang memiliki Status Consumption tinggi cendrung perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memiliki sikap yang negatif terhadap software bajakan. Hal ini mendukung mereka yang mencari kepuasan diri, ingin menampilkan gengsi/prestige, dan juga kedudukan yang dimilikinya pada lingkungan sekitar, selalu ingin terlihat berbeda dari yang lain. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009).
72
commit to user
Faktor sosial Tabel IV.16 Regression Weights Information Susceptibility pada Sikap perpustakaan.uns.ac.id Perceptions of
Estimate S.E.digilib.uns.ac.id C.R. P <---
Counterfeits Social Consequences
<---
Information Susceptibility Information Susceptibility
-.153 .040 -3.807
***
-.097 .053 -1.829 .067
Hipotesis merumuskan bahwa Information Susceptibility mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. Sikap dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.16 dimana nilai C.r Information Susceptibility pada Perceptions of Counterfeits sebesar -3,807 signifikan pada p<0,05, dan nilai C.r Information Susceptibility pada Social Consequences sebesar 1,829 tidak signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis didukung sebagian. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Information Susceptibility
mempunyai pengaruh negatif secara parsial pada sikap seorang
terhadap software
bajakan. Signifikan pada Perceptions of Counterfeits
mengindikasikan bahwa sikap mereka terhadap software bajakan didasari oleh pandangan mereka mengenai baik atau buruknya produk tersebut. Konsumen yang memiliki Information Susceptibility tinggi cendrung memiliki sikap yang negatif terhadap software bajakan. Konsumen tergantung pada nasihat ahli atau tergantung
73
commit to user
pada pendapat orang lain sebelum membeli software bajakan. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009). Tabel IV.17 Regression Weights
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Normative Susceptibility pada Sikap Estimate S.E. Perceptions of Counterfeits <---
Social Consequences
<---
Normative Susceptibility Normative Susceptibility
C.R.
P
-.060 .045 -1.335 .182
-.099 .061 -1.621 .105
Hipotesis merumuskan bahwa Normative Susceptibility mempunyai pengaruh positif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. Sikap dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.17 dimana nilai C.r Normative Susceptibility pada Perceptions of Counterfeits sebesar -1,335 tidak signifikan pada p<0,05, dan nilai C.r Normative Susceptibility pada Social Consequences sebesar 1,621 tidak signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tidak didukung.
Artinya,
secara
statistik
dapat
ditunjukkan
bahwa
Normative
Susceptibility tidak mempunyai pengaruh positif pada sikap seorang terhadap software
bajakan. Konsumen yang memiliki Normative Susceptibility tinggi
memiliki sikap yang positif terhadap software bajakan. Kerentanan normatif tidak dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi sikap konsumen terhadap pembajakan cakram optik. Hal ini menunjukkan bahwa ketika membuat keputusan pembelian,
74
commit to user
pelanggan tidak peduli tentang harapan orang lain atau kesan orang lain pada mereka. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009). Tabel IV.18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Regression Weights Collectivism pada Sikap
Perceptions of Counterfeits Social Consequences
Estimate
S.E.
C.R.
P
<---
Collectivism
.146
.052
2.811 .005
<---
Collectivism
.259
.070
3.718
***
Hipotesis merumuskan bahwa Collectivism mempunyai pengaruh positif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. Sikap dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.18 dimana nilai C.r Collectivism pada Perceptions of Counterfeits sebesar 2,811 signifikan pada p<0,05, dan nilai C.r Collectivism pada Social Consequences sebesar 3,718 tidak signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Collectivism memang mempunyai pengaruh positif pada sikap seorang terhadap software
bajakan. Signifikan pada Perceptions of Counterfeits
mengindikasikan bahwa sikap mereka terhadap software bajakan didasari oleh pandangan mereka mengenai baik atau buruknya produk tersebut. Signifikan pada Social Consequences mengindikasikan bahwa sikap mereka terhadap software
75
commit to user
bajakan didasari oleh konsekuensi sosial yang mungkin muncul sebagai akibat dari tindakan mereka. Konsumen yang memiliki Collectivism tinggi memiliki sikap yang positif terhadap software bajakan. Hasil di atas mengindikasikan bahwa budaya kolektif masih sangat kental, Individu yang tinggal di daerah tertentu akan mengikuti perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kebudayaan dan perilaku dari kelompok tersebut (Hui et al., 1991). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009), perbedaan setting tempat dan objek penelitian menjadi faktor yang memungkinkan hal ini terjadi. Penelitian sebelumnya dilakukan di Cina dengan objek penelitian fashion bajakan, sedangkan penelitian kali ini dilakukan di Indonesia dengan objek penelitian software bajakan. Tabel IV.19 Regression Weights Value Consciousness pada Niat Beli Estimate S.E. Purchase Intention <--- Value Consciousness
.213 .091
C.R.
P
2.335 .020
Hipotesis merumuskan Value Consciousness berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.19 dimana nilai C.r Value Consciousness pada niat beli sebesar 2,335 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Value Consciousness memang mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009).
76
commit to user
Tabel IV.20 Regression Weights Novelty Seeking pada Niat Beli Estimate S.E. Purchase Intention <--- Novelty Seeking perpustakaan.uns.ac.id
C.R.
P
.106 .101 digilib.uns.ac.id 1.048 .295
Hipotesis merumuskan Novelty Seeking berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.20 dimana nilai C.r Novelty Seeking pada niat beli sebesar 1,048 tidak signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tidak didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Novelty Seeking tidak mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009), perbedaan setting tempat dan objek penelitian menjadi faktor yang memungkinkan hal ini terjadi. Penelitian sebelumnya dilakukan di Cina dengan objek penelitian fashion bajakan, sedangkan penelitian kali ini dilakukan di Indonesia dengan objek penelitian software bajakan.
77
commit to user
Tabel IV.21 Regression Weights Integrity pada Niat Beli
Purchase Intention <--perpustakaan.uns.ac.id
Estimate
S.E.
-.109
.055
Integrity
C.R.
P
-1.995 .046 digilib.uns.ac.id
Hipotesis merumuskan Integrity berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.21 dimana nilai C.r Integrity pada niat beli sebesar -1,995
signifikan pada p<0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Integrity mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009). Tabel IV.22 Regression Weights Personal Gratification pada Niat Beli Estimate S.E. Purchase Intention <--- Personal Gratification
C.R.
P
.071 .046 1.528 .127
Hipotesis merumuskan Personal Gratification berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.22 dimana nilai C.r Personal Gratification pada niat beli sebesar 1,528 tidak signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tidak didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Personal Gratification tidak mempunyai
78
commit to user
pengaruh secara langsung pada niat beli. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009), perbedaan setting tempat dan objek penelitian menjadi faktor yang memungkinkan hal ini terjadi. Penelitian sebelumnya dilakukan di Cina dengan objek penelitian fashion bajakan, sedangkan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penelitian kali ini dilakukan di Indonesia dengan objek penelitian software bajakan. Tabel IV.23 Regression Weights Status Consumption pada Niat Beli Estimate S.E. Purchase Intention <--- Status Consumption
.122 .053
C.R.
P
2.279 .023
Hipotesis merumuskan Status Consumption berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.23 dimana nilai C.r Status Consumption pada niat beli sebesar 2,279 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Status Consumption memang mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009), perbedaan setting tempat dan objek penelitian menjadi faktor yang memungkinkan hal ini terjadi. Penelitian sebelumnya dilakukan di Cina dengan objek penelitian fashion bajakan, sedangkan penelitian kali ini dilakukan di Indonesia dengan objek penelitian software bajakan.
79
commit to user
Tabel IV.24 Regression Weights Information Susceptibility pada Niat Beli Estimate S.E. perpustakaan.uns.ac.id Purchase Intention <--- Information Susceptibility
C.R. P digilib.uns.ac.id
-.127 .051 -2.493 .013
Hipotesis merumuskan Information Susceptibility berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.24 dimana nilai C.r Information Susceptibility pada niat beli sebesar -2,493 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Information Susceptibility memang mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009). Tabel IV.25 Regression Weights Normative Susceptibility pada Niat Beli Estimate S.E. Purchase Intention
<--- Normative Susceptibility
C.R.
P
.107 .055 1.946 .052
Hipotesis merumuskan Normative Susceptibility berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.25 dimana nilai C.r Normative Susceptibility pada niat beli sebesar 1,946 tidak 80
commit to user
signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tidak didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Normative Susceptibility tidak mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009), perbedaan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id setting tempat dan objek penelitian menjadi faktor yang memungkinkan hal ini terjadi. Penelitian sebelumnya dilakukan di Cina dengan objek penelitian fashion bajakan, sedangkan penelitian kali ini dilakukan di Indonesia dengan objek penelitian software bajakan. Tabel IV.26 Regression Weights Collectivism pada Niat Beli
Purchase Intention <---
Collectivism
Estimate
S.E.
C.R.
P
.040
.065
.623 .533
Hipotesis merumuskan Collectivism berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.26 dimana nilai C.r Collectivism pada niat beli sebesar 0,623 tidak signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tidak didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa Normative Susceptibility tidak mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ian Phau dan Min Teah (2009), perbedaan setting tempat dan objek penelitian menjadi faktor yang memungkinkan hal ini terjadi. Penelitian sebelumnya dilakukan di Cina dengan objek penelitian fashion bajakan, sedangkan penelitian kali ini dilakukan di Indonesia dengan objek penelitian software bajakan.
81
commit to user
Tabel IV.27 Regression Weights Sikap konsumen terhadap software bajakan Estimate S.E. C.R. Purchase Intention <--- Perceptions of Counterfeits perpustakaan.uns.ac.id Purchase Intention <--- Social Consequences
P
.316 .137digilib.uns.ac.id 2.304 .021 .085 .073 1.163 .245
Hipotesis merumuskan Sikap konsumen terhadap software bajakan berpengaruh pada niat beli. Sikap dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel IV.27 dimana nilai C.r Perceptions of Counterfeits pada niat beli sebesar 2,304 signifikan pada p<0,05, dan nilai C.r
Social Consequences pada niat beli sebesar 1,163 tidak
signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis didukung sebagian. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap software bajakan secara parsial mempunyai pengaruh pada niat beli. Sikap terdefinisi sebagai Perceptions of Counterfeits yaitu cara padang yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap produk bajakan dan berusaha membandingkan produk bajakan tersebut dengan produk yang asli. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika sikap seorang konsumen positif terhadap suatu produk dalam hal ini software bajakan, tentu mereka akan melakukan pembelian walaupun tindakan tersebut merupakan tindakan yang tidak terpuji.
82
commit to user
BAB V PENUTUP
Pada bab ini diuraikan tentang hal-hal yang terkait dengan kesimpulan hasil perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penelitian, keterbatasan penelitian dan saran peneliti untuk perusahaan dan penelitian kedepan. A. Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai anteseden dan konsekuensi dari sikap terhadap sotware bajakan, dipaparkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan metode analisis Structural Equation Modelling (SEM), dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Value Consciousness mempunyai pengaruh positif pada sikap konsumen terhadap software bajakan Value Consciousness mempunyai pengaruh positif pada sikap yang dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences terdukung secara empiris, dengan nilai CR positif untuk Perceptions of Counterfeits sebesar 6.753 signifikan pada p<0,05 dan nilai CR positif untuk Social Consequences sebesar 3.863 signifikan pada p<0,05. 2. Novelty Seeking mempunyai pengaruh positif pada sikap konsumen terhadap software bajakan Novelty Seeking mempunyai pengaruh positif pada sikap yang dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social
83
commit to user
Consequences, dimana hanya Social Consequences terdukung secara empiris, dengan nilai CR positif sebesar 2.473 signifikan pada p<0,05. 3. Integrity mempunyai pengaruh
negatif pada sikap konsumen terhadap
software bajakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Integrity mempunyai pengaruh negatif pada sikap yang dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences, dimana hanya Social Consequences terdukung secara empiris, dengan nilai CR negatif sebesar -2.206 signifikan pada p<0,05. 4. Personal Gratification mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. Personal Gratification mempunyai pengaruh negatif pada sikap yang dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences, dimana hanya Social Consequences terdukung secara empiris, dengan nilai CR negatif sebesar -2.562 signifikan pada p<0,05. 5. Status Consumption mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan Status Consumption mempunyai pengaruh negatif pada sikap yang dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences, dimana hanya Social Consequences terdukung secara empiris, dengan nilai CR negatif sebesar -2.414 signifikan pada p<0,05.
84
commit to user
6. Information Susceptibility mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan Information Susceptibility mempunyai pengaruh negatif pada sikap yang dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Social Consequences, dimana hanya Perceptions of Counterfeits terdukung secara empiris, dengan nilai CR negatif sebesar -3.807 signifikan pada p<0,05. 7. Normative Susceptibility mempunyai pengaruh positif pada sikap konsumen terhadap software bajakan Normative Susceptibility mempunyai pengaruh positif pada sikap yang dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences tidak terdukung secara empiris, hasil pengujian tidak signifikan pada p<0,05. 8. Collectivism mempunyai pengaruh positif pada sikap konsumen terhadap software bajakan Collectivism mempunyai pengaruh positif pada sikap yang dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences terdukung secara empiris, dengan nilai CR positif untuk Perceptions of Counterfeits sebesar 2.811 signifikan pada p<0,05 dan nilai CR positif untuk Social Consequences sebesar 3.718 signifikan pada p<0,05.
85
commit to user
9. Value Consciousness berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Value Consciousness mempunyai pengaruh secara pada langsung pada niat beli software bajakan terdukung secara empiris, dengan nilai CR perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sebesar 2,335 signifikan pada p<0,05. 10. Novelty Seeking berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Novelty Seeking mempunyai pengaruh pada langsung pada niat beli software bajakan tidak terdukung secara empiris, hasil pengujian tidak signifikan pada p<0,05. 11. Integrity berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan Integrity mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli software terdukung secara empiris, dengan nilai CR sebesar -1.995 signifikan pada p<0,05. 12. Personal Gratification berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Personal Gratification mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli software tidak terdukung secara empiris, hasil pengujian tidak signifikan pada p<0,05.
86
commit to user
13. Status Consumption berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Status Consumption mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli software terdukung secara empiris, dengan nilai CR sebesar 2,279 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id signifikan pada p<0,05. 14. Information Susceptibility berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Information Susceptibility mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli software terdukung secara empiris, dengan nilai CR sebesar 2,493 signifikan pada p<0,05. 15. Normative Susceptibility berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Normative Susceptibility mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan tidak terdukung secara empiris, hasil pengujian tidak signifikan pada p<0,05. 16. Collectivism berpengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan. Collectivism mempunyai pengaruh secara langsung pada niat beli software bajakan tidak terdukung secara empiris, hasil pengujian tidak signifikan pada p<0,05. 17. Sikap konsumen terhadap software bajakan berpengaruh pada niat beli. Sikap konsumen terhadap software bajakan berpengaruh pada niat beli, sikap yang dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences, dimana hanya Perceptions of
87
commit to user
Counterfeits terdukung secara empiris, dengan nilai CR positif sebesar 2.304 signifikan pada p<0,05.
B. Keterbatasan Penelitian perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kekurangan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini, tidak semua variable dapat memberikan kontribusi bagi para produsen software. Hal ini disebabkan karena faktor – faktor yang diteliti lebih kepada sifat konsumen dan budaya, dan para pemasar tidak dapat mengubah sifat dan budaya dari konsumen. Variable tersebut antara lain Personal Gratification, Status consumption, Normative Susceptibility dan Collectivism. 2. Sulitnya mencari sample yang bukan pembeli sotware bajakan membuat peneliti tidak dapat membandingkan sikap responden pembeli sotware bajakan dan bukan pembeli sotware bajakan. 3. Penggunaan sampel yang kecil sehingga cakupannya dapat dikatakan terbatas. Mahasiswa hanya merupakan sebagian dari generasi Y (umur 19 – 26), Untuk kedepannya perlu menggunakan sampel yang lebih luas agar responden generasi Y dapat terjangkau semua. 4. Penelitian ini mengambil sample mahasiswa universitas sebelas maret Surakarta, karena keterbatasan waktu peneliti hanya bisa mengumpulkan 229 kuisionair yang dapat diolah.
88
commit to user
C. Saran 1. Untuk penelitian kedepan, diharapkan dapat membandingkan sikap responden pembeli software bajakan dan bukan pembeli sotware bajakan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan antara keduanya secara jelas. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Berdasarkan hasil pengujian hubungan antar variabel dalam model penelitian ini yang dikombinasikan dengan hasil tanggapan responden, maka saran untuk para produsen software : a) Value Consciousness mempunyai pengaruh
positif pada sikap
konsumen terhadap software bajakan (Perceptions of Counterfeits dan Social Consequences). Mengacu pada tanggapan responden menunjukkan bahwa para konsumen sangat sensitif dengan harga. Perbedaan harga yang cukup jauh antara software asli dengan software bajakan membuat value yang sangat tinggi bagi para konsumen. Tidak adanya perbedaan yang signifikan antara produk asli dengan produk bajakan, membuat konsumen
lebih
memilih
produk
bajakan.
Produsen
perlu
mensosialisasikan fitur – fitur apa saja yang didapat jika konsumen membeli software asli. disarankan juga untuk selalu menyediakan aplikasi update otomatis untuk software tersebut, agar dapat mendeteksi konsumen pengguna software bajakan, efeknya software tidak dapat digunakan lagi.
89
commit to user
b) Novelty Seeking mempunyai pengaruh positif pada sikap konsumen terhadap software bajakan (Social Consequences). Mengacu pada tanggapan responden menunjukkan Novelty Seeking berpengaruh positif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Rasa ingin tahu konsumen mempengaruhi sikap mereka untuk berniat membeli software bajakan. Para produsen dapat membuat versi trial untuk setiap software yang diporduksi. Software tersebut hanya dapat digunakan selama masa trial yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu konsumen terhadap software tersebut. c) Information Susceptibility mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan (Perceptions of Counterfeits). Mengacu pada tanggapan responden menunjukkan Information Susceptibility mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. Semakin seorang mengetahui informasi mengenai perbedaan produk asli dan bajakan, maka sikap konsumen semakin
negatif
terhadap
pembajakan.
Produsen
perlu
mensosialisasikan keunggulan produknya dalam hal ini software, jika dibandingkan dengan produk bajakan. d) Integrity mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan (Social Consequences). Mengacu
pada
tanggapan
responden
menunjukkan
Integrity
mempunyai pengaruh negatif pada sikap konsumen terhadap software bajakan. Dengan demikian, dari sudut kebijakan sosial melihat bahwa
90
commit to user
penekanan untuk mengajarkan konsumen tentang etika dan moral tidak bisa dianggap remeh. Dari perspektif manajerial, seperti yang disarankan oleh penelitian lain (Wee dkk, 1995; Tom dkk, 1998; Ang et al, 2001;. Wang et al, 2005), dengan cara menampilkan iklan yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memperlihatkan dampak negatif ekonomi dan potensi pengangguran jangka panjang dari kegiatan pemalsuan akan mendapatkan empati dari konsumen.
91
commit to user