Animal Farm – George Orwell Review in English at the end of the post. Title : Animal Farm Author : George Orwell (1945) Translator : J. Fransiska M. Editor : Akiq AW Publisher : Penerbit Sumbu Edition : Cetakan kedua, Juni 2002 Format : Paperback, x + 126 halaman Binatang Inggris, binatang Irlandia, Binatang dari tiap negeri dan iklim, Dengarkan kabar gembiraku Akan masa depan yang gemilang Cepat atau lambat harinya ‘kan tiba, Manusia lalim akan digulingkan, Dan ladang Inggris yang subur Hanya akan diinjak oleh binatang saja. Cincin-cincin ‘kan lenyap dari hidung kita, Dan pelana dari punggung kita, Kekang dan taji akan berkarat selamanya, Cambuk yang kejam tak akan lagi melecut Lebih kaya dari yang dapat akal gambarkan, Gandum dan gandum bir, oat dan rumput kering, Semanggi, buncis dan bit besar manis Akan menjadi milik kita sejenak hari itu Kecermelangan akan menyinari ladang Inggris, Airnya akan menjadi lebih murni, Angin sepoi-sepoi masih ‘kan bertiup lebih manis Di hari yang ‘kan membebaskan kita Untuk hari itu kita semua harus bekerja, Walaupun kita mati sebelum itu berubah; Sapi dan kuda, angsa dan kalkun, Semua harus kerja keras demi kebebasan Binatang Inggris, binatang Irlandia, Binatang dari tiap negeri dan iklim,
Dengar baik-baik dan sebarkan kabarku Akan masa depan yang gemilang (Syair ‘Binatang Inggris’, p.9-10) Pada suatu malam, terjadi sebuah kegemparan di gudang besar Pertanian Manor milik Tuan Jones. Para binatang yang ada di situ berkumpul demi mendengarkan pidato seekor babi yang sangat disegani, yang mereka sebut sebagai Si Mayor Tua, tentang betapa lalimnya manusia yang mengambil hasil kerja para binatang untuk kepentingannya sendiri. Dengan semangatnya, Mayor menyampaikan ide-ide pertanian yang bebas dari manusia, dimana setiap binatang sederajat, setiap hasil kerja keras mereka akan dapat mereka nikmati dengan adil dan semestinya. Tiga malam kemudian, si Mayor tua meninggal. Ide mengenai pemberontakan itu masih terdengar di beberapa binatang, persiapan dijalankan dan diorganisir oleh hewan yang dianggap paling cerdas, yaitu babi. Di antaranya adalah dua ekor yang bernama Snowball dan Napoleon. Meski pada mulanya pemikiran mengenai keraguan tentang ide-ide hidup tanpa manusia, juga bagaimana manusia berjasa terhadap para binatang masih bergulir, lambat laun para babi dan beberapa binatang yang cukup cerdas berhasil meyakinkan pentingnya kehidupan yang bebas dan merdeka. Pemberontakan pun terjadi secara spontan, tanpa perencanaan yang mendetail sebelumnya, Pertanian Manor telah menjadi milik para binatang seutuhnya, dan menjadi Pertanian Binatang. Aturan-aturan dicanangkan, pekerjaan-pekerjaan dilakukan bersama dan hasilnya dinikmati bersama-sama, selagi lagu ‘Binatang Inggris’ terus didengungkan di antara mereka. Pertanian Binatang terus berjalan, melalui penyerbuan dari para manusia untuk mendapatkannya kembali—yang berhasil digagalkan dengan aksi heroik mereka, pengembangan para binatang yang dikoordinasi oleh Snowball dan Napoleon, yang berakhir dengan perselisihan dari dua babi tersebut, serta diusirnya Snowball yang menyandang cap sebagai pengkhianat. “Kawan-kawan,” katanya, “Aku percaya bahwa setiap binatang di sini menghargai pengorbanan yang telah dilakukan oleh Kawan Napoleon, mengambil kerja tambahan ini ke atas pundaknya. Jangan dibayangkan, Kawan-kawan, bahwa kepemimpinan merupakan suatu kesengangan! Kebalikannya, kepemimpinan merupakan suatu tanggung jawab yang berat dan mendalam. Tak ada satupun binatang yang percaya lebih tegas dari ini, bahwa semua binatang adalah sederajat. Ia sebenarnya akan sangat bahagia untuk membiarkan kalian membuat keputusan-keputusan kalian sendiri. Tapi kadang-kadang kalian mungkin membuat keputusan-keputusan yang salah, Kawan-kawan. Lalu di manakah kita harus menempatkan diri?” (p.50) Napoleon pun mulai mencanangkan dirinya sebagai ‘pemimpin’, sedikit demi sedikit dia melanggar apa yang telah disepakati sebagai prinsip binatangisme, dan bertingkah layaknya manusia. Dengan pendekatan diplomatis, dia mempengaruhi pola pikir para binatang lain bahwa yang dilakukannya memiliki alasan yang baik dan tidak bertentangan dengan cita-cita perjuangan mereka. Kesetiaan yang tinggi ditambah kekurangcerdasan binatang lain, serta ketakutan yang timbul setelahnya membuat mereka tak bisa (dan merasa tak perlu) berbuat apa-
apa. Apa yang benar dan mana yang salah sudah sulit untuk dimengerti, tak ada lagi persamaan, tak ada lagi dengung lagu ‘Binatang Inggris’. Tidak ada pikiran untuk memberontak atau tidak patuh dalam otak Clover. Ia tahu bahwa saat ini mereka jauh lebih baik daripada yang pernah mereka alami di masa Jones dan bahwa di atas semua hal, yang perlu dilakukan adalah mencegah kembalinya manusia. Apapun yang terjadi, ia akan tetap setia, bekerja keras, melaksanakan perintah-perintah yang diberikan kepadanya dan menerima kepemimpinan Napoleon. (p.78-79) Kisah ini dapat dikatakan sebagai sebuah satir dan alegori dari perjuangan revolusi yang digambarkan dengan sangat cerdas. Meski dikatakan bahwa Pertanian Binatang atau Animal Farm melambangkan negara Rusia/Uni Soviet dan Marxisme-nya, saya kira keadaan seperti ini jamak terjadi pada negara mana pun, di masa apa pun. Cita-cita perjuangan yang mulia dapat digeser oleh sebagian kecil orang yang cerdik dan licik. Dengan kepandaian berdiplomasi para pemimpinnya, golongan pekerja yang hanya memiliki loyalitas buta tanpa pemikiran kritis dan kecerdasan akan sangat mudah dipengaruhi. Membaca buku ini seperti membaca kehidupan, kita bisa dikejutkan oleh suatu hal, sekaligus tidak heran dengan hal yang terjadi kemudian. Kenyataan politik yang terkadang dapat menciptakan ‘keajaiban’, membenarkan yang salah, menghalalkan yang haram, memutarbalikkan fakta, bukan hal yang asing sejak dulu hingga sekarang. Penggunaan simbol babi sebagaimana manusia yang cerdas, tapi begitu rakusnya hingga mempergunakan kecerdasannya demi kepentingan diri dan golongannya saja. Clover—sang kuda, sebagai simbol dari golongan pekerja yang setia, namun tak bisa menyuarakan pemikirannya, hanya bisa mengikuti apa kata pemimpinnya, dengan ketakutan akan kembalinya masa lalu yang suram. Tanpa sadar, mereka masuk ke dalam masa yang lebih suram, namun dengan ‘disulap’ sedemikian rupa sehingga tampak cantik dan menjanjikan. Lagipula mereka tidak pernah kehilangan, bahkan untuk sesaat, rasa hormat dan hak istimewa mereka dalam menjadi anggota Pertanian Binatang. Mereka masih tetap satu-satunya pertanian di seluruh negeri, di seluruh Inggris!—yang dimiliki dan dioperasikan oleh binatang-binatang. (p.115) Terjemahan buku ini cukup memuaskan bagi saya. Kata-katanya mengalir dengan nikmat, mudah diterima, tanpa kehilangan rasa dan keindahannya. 5/5 bintang untuk kritik cerdas nan memukau.
Binatangisme adalah judul versi Indonesia dari novel lama Animal Farm yang diterjemahkan oleh mendiang bapak Mahbub Djunaedi. Judul terjemahan versi penerbit lainnya yang muncul belakangan adalah Negara Binatang, Ladang Binatang, juga Peternakan Hewan.
Menjelang akhir hayatnya, Mayor Tua, seekor babi yang berpengaruh di Manor Farm, mengumpulkan seluruh binatang yang ada di sana untuk menyampaikan gagasan besarnya. Selama ini, mereka — kuda, sapi, domba, keledai, anjing, unggas– diharuskan bekerja keras untuk kepentingan manusia. Di bawah ancaman cemeti, tidak ada seekor hewan pun yang berani membangkang. Tapi kembalian dari kerja keras mereka sangat tidak layak. Makanan tidak selalu mencukupi, telur-telur milik ayam, bebek, angsa, dijual tanpa induknya sempat melihat anak-anaknya menetas. Sebagian lagi dikebiri. Tidak jarang tubuh mereka dipajang di meja makan. Maka kesimpulannya, manusialah sumber segala derita. Karenanya, dengan semangat binatangisme, manusia harus disingkirkan. Revolusi adalah jalan pasti. Seluruh penghuni Manor Farm pun menyetujui gagasan Mayor Tua. Mulai saat itu, lagu Beast of England yang menyerukan pembebasan seluruh binatang di Inggris sering mereka kumandangkan. Semangat binatangisme memang dahsyat. Saat tekat bulat dan kesempatan bertemu, revolusi binatang berhasil dengan gemilang. Dengan dipimpin Snowball dan Napoleon, dua babi jantan yang cerdas, mereka bisa mengusir pemilik Manor Farm, Tuan Jones dan para pekerjanya. Mulailah kehidupan baru itu, sebuah peternakan plus pertanian yang dikelola oleh binatang secara penuh. Pertama dan baru satu-satunya di Inggris. Binatang-binatang itu mulai belajar membaca dan menulis. Plat Manor Farm diganti menjadi Animal Farm. Tujuh pasal Undang-Undang Dasar ditetapkan, diantaranya menyatakan bahwa semua binatang adalah sederajat, sesama binatang tidak boleh saling bunuh, tidak boleh tidur di ranjang, dan tidak boleh minum minuman keras. Undang-undang itu dituliskan besar-besar di dinding kandang. Di antara hewan itu, para babilah yang paling cepat menguasai pelajaran. Sebaliknya, sebagian besar hewan lain hanya mampu menghapal abjad, itu pun juga sering terlupa. Snowball dinobatkan menjadi pemimpin Republik Binatang, tapi beberapa waktu kemudian Napoleon berhasil menggulingkannya. Di bawah pemerintahannya, kehidupan para hewan tak ubahnya keadaan sebelum revolusi, bahkan lebih parah. Semua diharuskan bekerja lebih keras, dengan jatah makanan yang minim. Kecuali kaum babi. Kejanggalan demi kejanggalan dalam perilaku babi semakin merajalela.
Setiap kali ada kerusakan misterius, Snowball selalu dijadikan kambing hitam. Setiap kali mereka menemukan penyimpangan undang-undang oleh para babi dan meminta Muriel, si domba yang bisa membaca untuk membacakan bunyinya, bunyi undang-undang itu sudah tidak sesuai dengan apa yang dulu pernah mereka dengar. Misalnya, mereka ingat jika semua hewan tidak boleh berbunuhan. Di dinding kandang, Muriel mendapati tulisan ‘Semua hewan tidak boleh saling membunuh TANPA SEBAB’. Begitu pula tentang minuman keras, kini tulisan di dinding adalah ‘Semua hewan dilarang minum minuman beralkohol BERLEBIHAN’. Sampai tibalah amandemen yang berpuncak pada: ‘Semua binatang adalah sederajat dan beberapa binatang LEBIH SEDERAJAT daripada binatang yang lain’. Napoleon sudah tidak segan-segan bekerjasama dengan manusia, makhluk yang seharusnya mereka singkirkan. Para hewan kerap memergoki para babi berjalan tegak dengan sepasang kaki belakang sambil membawa cemeti. Apa daya, hewan-hewan itu tidak punya bukti tertulis, ingatan mereka akan segera tergantikan eufemisme ala Squealer, juru bicara Kamerad Napoleon. >>>..<<< Animal Farm adalah satir yang diduga kuat sebagai sindiran tajam penulisnya, George Orwell, kepada Uni Soviet pada masa Stalin berkuasa. Novel ini terbit tepat pada hari kemerdekaan negeri kita. Saya rasa, simbolisme kebinatangan yang dipakai sangat kuat untuk menggambarkan beragam sifat manusia. Babi, dalam banyak tradisi adalah simbol dari sifat penuh nafsu, tamak, dan serakah. Babi jantan melambangkan kekuatan fisik, kebebasan, keberanian, kekejaman, dan perang. Kelompok Druid (para pendeta Celtic kuno) menganggap babi jantan sebagai simbol kekuatan spiritual, intelektual, dan kekuasaan karena hewan ini hidup di dalam rimba dan memakan buah dari pohon oak keramat. Sesuai untuk
menggambarkan pemimpin diktator yang gila hormat dan berbuat sewenang-wenang. Manusia tidak diciptakan untuk membabi. Kuda melambangkan pekerja keras yang setia, merpati sebagai penyampai pesan, kucing yang bekerja semaunya, dan seterusnya. Apabila anda hendak maju dalam pemilihan kepala daerah, atau apa pun itu namanya, buku ini cocok sebagai salah satu bahan renungan. Jangan sampai terjadi, setelah kekuasaan digenggam lantas memperkuda rakyat sendiri, rekan seperjuangan dihabisi. Rakyat juga jangan mau dibohongi oleh pemimpin macam ini. Agar tidak sampai terjadi (lagi), seperti ungkapan seorang penulis di masa orde lama, bertanah air tapi tidak bertanah. Seorang dua orang penguasa otoriter tidak lebih kuat dari rakyatnya yang berjumlah ribuan. Saya sendiri lebih mengartikan kepemimpinan dalam lingkup yang lebih luas. Dari pemimpin negara, kepala daerah, pejabat teras, pemimpin keluarga, sampai pemimpin diri sendiri. Sikap tidak adil dan sewenang-wenang sekuat mungkin harus dijauhi. >>>..<<< Hingga pada suatu hari bertahun-tahun kemudian, para hewan menyaksikan keributan antara Napoleon beserta kroni-kroninya dan manusia. Saat itulah, sudah mustahil untuk bisa membedakan, ini manusia atau babi, babi atau manusia?
Kriteria Epic 1. Epic biasanya bercerita tentang negara, dunia atau alam semesta. 2. Kisah epic beralur cepat dan mencakup area geografis yang luas. 3. Gaya penulisan epic biasanya in medias res (dari bahasa Latin = into the middle of things) yang artinya cerita di mulai di tengah-tengah aksi lalu baru disusul flashback ke belakang lewat narasi atau dialog tokohnya, untuk menjelaskan runtutan kejadian hingga ke cerita yang menjadi awal epic tadi. 4. Kehadiran dewa-dewi atau kekuatan supernatural lain biasanya menghiasi kisah epic dengan mengintervensi kehidupan manusia. 5. Biasanya penggambaran tokoh dipenuhi dengan ephitet (dari bahasa Yunani = descriptive term), artinya uraian yang menjelaskan suatu tokoh. Misalnya dari Odyssey of Homer: “Cronides ayah kami, penguasa alam semesta” 6. Epic biasanya dilengkapi dengan catalog lengkap mengenai para tokoh yang terlibat, nama, keturunan dsb.
What are some of Animal Farm's s key morals?
a moral teaches a lesson
Asked by aubtiger 5 years ago 10/14/2011 4:25 PM Last updated by oger o #460191 7 months ago 9/7/2015 1:02 AM
(=enumeratio)
Answers 5 Add Yours Answered by Aslan 5 years ago 10/14/2011 7:31 PM
Animal Farm deals with themes rather than morals. The themes deal with the nature of autocratic and communist states. I suppose if we look for a moral, we can say that "power corrupts and absolute power corrupts absolutely". I suppose Napoleon initially had the well being of the farm in mind but once he got a taste of power, the philosophy behind the farm changes.
Answered by judy t #197809 5 years ago 10/14/2011 7:33 PM
The concepts of animalism which read very much like a Ten Commandments reflect the morals (themes) that we take from this book. Two themes that we learn rather quickly is that it is easy to take advantage of those around us who are weak, or less intelligent. Napoleon uses his power to high pressure the sheep, who follow along with the rest of the crowd, and manipulate characters like Boxer who simply wants to help. The other moral is the Lord Acton belief: Power corrupts, absolute power corrupts absolutely. Napoleon (the representation of Stalin), certainly becomes corrupt when he rules by fear.
Apa arti kemerdekaan bila pada akhirnya hanya melahirkan penjajah baru? Apa arti revolusi, bila pembebas di hari ini akhirnya hanya akan menjadi penindas baru di kemudian hari?. Apa arti reformasi, bila penguasa saat ini tak beda bahkan lebih jelak dari rezim sebelumnya. Satu kisah tentang kesia-siaan. Begitulah kira-kira cerita dalam novel Animal Farm karya George Orwell. Awalnya semua binatang - babi, sapi, ayam, burung, kuda, keledai, dll - merasa senasib dan sependeritaan di bawah musuh yang sama, manusia pemilik peternakan Manor, Tuan Jones. Namun pada akhirnya, setelah berhasil merdeka dari "penjajahan" Tuan Jones, perlahan-lahan, jenis binatang tertentu merasa mempunyai privilese dan memiliki hak yang lebih dari binatang lain dan bisa membuat aturan semaunya. Si Babi Napoleon menjadikan dirinya sebagai pemimpin yang tidak ubahnya seperti "penjajah" bagi binatang lain - bahkan tega menyingkirkan teman seperjuangan sendiri, si Babi Snowball. "Penjajah" baru ini ironisnya adalah dari jenis mereka sendiri....SEEKOR BINATANG, bukan lagi si manusia, si Tuan Manor. Tindakantindakan manusia yang dulunya dianggap manifestasi bentuk penjajahan, perlahan-lahan mulai ditiru oleh para babi.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/farid_mardin/animal-farm-versiindonesia_54ff161aa33311f04350f8c2
Dalam Animal Farm, yang merupakan kritik terhadap totalitarian Stalin, Napoleon (representasi Stalin) dan babi-babi lain di akhir cerita menjadi manusia, dengan kutipan: “The creatures outside looked from pig to man, and from man to pig, and from pig to man again; but already it was impossible to say which was which.” Singkatnya, di akhir cerita, di ujung semua keputusasaan rezim Napoleon, pembaca dapat melihat bahwa para babi tersebut pada akhirnya tidak jauh berbeda dari manusia yang pernah menjadi manusia. Dalam peristiwa tersebut, terjadi proses mimesis/mimikri. Mimesis sendiri dalam tiruan perilaku, dan jika dikaitkan dengan istilah mimikri sendiri, maka tujuan dari proses tiruan perilaku (babi ke manusia) merupakan tindakan yang protektif, sehingga terhindar dari ‘seleksi alam’. Seleksi alam ini sendiri bermakna terhindar dari masalah yang ditimbulkan manusia. Dalam Animal Farm, para babi ternak tersebut mengambil keuntungan dari sesama mereka, tapi sendirinya tampil sebagai musuh (manusia) dengan berjalan dengan dua kaki, belajar baca-tulis, dan memakai sepatu/atribut manusia lainnya (tidur di kasur, dan sejenisnya). Para babi itu menjadi manusia yang menindas mereka. Pada akhirnya, ‘revolusi’ para binatang itu adalah sebuah faal yang sia-sia dan menghasilkan halhal yang semu pula. Dalam teori Freire terhadap proses liberasi, revolusi tidak menjamin terciptanya sebuah keadaan bebas. Nilai-nilai fear of freedom yang ditransmisikan si penindas terhadap objeknya (yang tertindas), membuat perubahan-perubahan berakhir semu. Freire menamakan proses tersebut dengan istilah prescription (ketentuan), yang akan saya alih bahasakan menjadi preskripsi. Setiap preskripsi merepresentasikan posisi pilihan seseorang, yang nantinya akan mengubah kesadaran orang yang diberikan preskripsi, sesuai dengan yang memberi. Analoginya, jika kita datang ke dokter untuk mengeluhkan rasa sakit dan meminta obat, maka sang dokter akan memberikan resep (prescription) kepada kita, yang menentukan obat, yang nantinya akan kita minum. Di akhir, tubuh akan menerima obat yang telah diresepkan si dokter. Kita menurut saja terhadap sebuah usaha konstruksi ‘sehat’ yang diberikan dokter, begitu pula kaum tertindas. Pada kasus kaum tertindas, perilaku kaum tersebut adalah perilaku yang terpreskripsikan, yang mengikuti arahan si penindasnya (Freire, 2000: 47) Teori Freire itu cukup menerangkan mengapa revolusi sosialis kaum proletar kerap menemui kegagalan, terlebih di Uni Soviet. Jauh sebelum mengenal masyarakat Soviet yang ada dalam pemahaman kita tangkap sekarang (menderita, tertindas, dan sebagainya), ketika masih berbentuk imperium, masyarakat Rusia (belum Soviet) sudah mengalami penindasan, sebagai
efek autokrasi dan otoritas kaum bangsawan (khususnya dari pihak Istana). Bahkan Lenin menyaksikan saudaranya mati dibunuh oleh salah satu prajurit Tsar, begitupun hidup Stalin yang sulit di Georgia waktu itu. Jadi, pelaku revolusi, dalam hal ini Lenin dan nantinya Stalin, adalah eks-kaum tertindas.