KEPUASAN KERJA KARYAWAN DITINJAU DARI KOMPETENSI KERJA DAN KECERDASAN ADVERSITY (Job Satisfaction in Employee Review fromm Job Competence and Adversity Quotient)
ANGGIT SUSANTO Fakultas Psikologi Universitas Semarang
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kompetensi kerja dan kecerdasan Adversity terhadap kepuasan kerja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan kompetensi kerja dan kecerdasan adversity terhadap kepuasan kerja, ada hubungan positif antara kompetensi kerja dengan kepuasan kerja karyawan CV. Rajawali Perkasa, dan ada hubungan positif antara kecerdasan adversity dengan kepuasan kerja karyawan CV. Rajawali Perkasa. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 100 karyawan CV. Rajawali Perkasa Furniture. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan tiga skala yaitu Skala Kepuasan Kerja, Skala Kompetensi Kerja, dan Skala Kecerdasan Adversity. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Anareg Dua Prediktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kompetensi kerja dan kecerdasan Adversity dengan kepuasan kerja yang ditunjukkan dengan nilai F = 21,038 dengan p < 0,01, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata Kunci : kepuasan kerja, kompetensi kerja dan kecerdasan Adversity
Abstract The purpose of the study was to know a corelation between job competence and adversity quotient with the job satisfaction. The hypothesis of the study, there are a positive corelation between job competence and adversity quotient with the job satisfaction, there are a positive relationship between job competence with the job satisfaction of employee in CV Rajawali Perkasa, and there are a positive relationship between adversity quotient with the job satisfaction of employee in CV Rajawali Perkasa. The respondents of this study were consisted of 100 employee in CV Rajawali Perkasa Furniture. The data of this study was collected by using three scales, the first scale was job satisfaction the second scale was job competence and the third one was adversity quotient. Data analysis was conducted by using regression analysis techniques. The result shows that there are a corelation job competence and adversity quotient with the job satisfaction, indicated by F = 21,038 dengan p < 0,01 so the hypothesis in this study was received. Key words: job satisfaction, job competence, and adversity quotient
262
Pendahuluan Pada hakekatnya bekerja merupakan bentuk
CV. Rajawali Perkasa, diketahui bahwa masih
atau cara manusia untuk mengaktualisasikan
terdapat bentuk-bentuk ketidakpuasan karyawan
dirinya. Bekerja merupakan bentuk nyata dari
dalam bekerja. Ketidakpuasan tersebut terlihat dari
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan yang dianutnya
adanya karyawan yang tidak masuk kerja tanpa
dan dapat menjadi motivasi untuk melahirkan
alasan, datang terlambat ke tempat kerja, pulang
karya yang bermutu dalam pencapaian suatu
sebelum waktunya, serta keterlambatan dalam
tujuan. Sebuah organisasi jika ingin berkembang
pemenuhan deadline pengerjaan. Ketidakpuasan
dengan pesat maka organisasi tersebut harus
dalam diri karyawan CV. Rajawali Perkasa juga
memiliki sumber daya manusia yang mampu
terlihat dari daftar ketidakhadiran yang ditunjukkan
menampilkan kinerja yang baik dan meningkatkan
karyawan dalam bekerja. Berdasarkan data absensi
fungsi organisasi. Oleh karena itu, penting untuk
yang terdapat pada CV. Rajawali Perkasa pada
menjaga agar karyawan dapat merasakan kepuasan
tanggal 11-16 Maret 2011, diketahui bahwa
kerja sehingga karyawan dapat menunjukkan
terdapat 34 absensi yang dilakukan karyawan CV.
produktivitas yang baik dalam bekerja.
Rajawali Perkasa. Kurangnya kepuasan dalam
Kepuasan kerja merupakan fungsi dari tingkat
bekerja pada karyawan CV. Rajawali Perkasa juga
keserasian antara apa yang diharapkan dengan apa
terlihat dari angka turn over yang terjadi. Turn
yang dapat diperoleh atau antara kebutuhan dan
over yang terjadi pada CV. Rajawali Perkasa dapat
penghargaan (Locke, dalam Panggabean, 2004:
dilihat pada tabel 1.
19). Ketidakpuasan dalam kerja akan dapat menimbulkan perilaku agresif, atau sebaliknya
Tabel 1 Turn Over Karyawan CV. Rajawali Perkasa
akan menunjukkan sikap menarik diri dari kontrak dengan lingkungan sosialnya. Misalnya, dengan mengambil sikap berhenti dari perusahaan, suka bolos dan perilaku lain yang cenderung bersifat menghindar dari aktivitas organisasi. Bentuk perilaku agresif sebagai ungkapan ketidakpuasan dalam bekerja, misalnya melakukan sabotase, sengaja
membuat
kesalahan
dalam
kerja,
menentang atasan atau sampai pada aktivitas pemogokan (Sutrisno, 2009: 83). Fenomena yang terjadi pada CV. Rajawali Perkasa berdasarkan keterangan dari pimpinan di
BULAN September 2012 Oktober 2012 November 2012 Desember 2012 Januari 2013 Februari 2013 Total Turn Over
IN
OUT
4 2 6 10 3 5
6 1 5 12 5 9
30
39
Sumber: Data Sekunder CV. Rajawali Perkasa, 2012-2013
Mullin menyatakan
(dalam bahwa
Wijono,
2012:
faktor-faktor
128) yang
memengaruhi kepuasan kerja salah satunya adalah faktor
kemampuan
individu.
Kemampuan
merupakan kompetensi yang dimiliki karyawan 263
dalam bekerja. Fuad dan Ghofur (2009: 23-24)
mengerjakan tugas sesuai dengan spesifikasi
menyatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan
pekerjaan masing-masing.
seseorang dalam melaksanakan suatu aktivitas.
Kepuasan kerja juga erat kaitannya dengan
Kemampuan tersebut merujuk pada beberapa
kecerdasan individu (Wijono, 2012: 130-137).
karakteristik, baik yang bersifat dasar, perilaku
Sejumlah orang yang memiliki IQ tinggi dan aspek
keterampilan maupun pengetahuan dengan tingkat
kecerdasan emosional, namun tragisnya individu
kemampuan (level of proficiency) yang dapat
gagal menunjukkan kemampuannya. AQ menjadi
berubah-ubah. Individu dengan kompetensi kerja
penjawab
yang tinggi mampu mengumpulkan, mengorganisir
(Stoltz, 2005: 16). Lebih lanjut Stoltz (2005: 8)
dan menganalisa informasi, mengkomunikasikan
menyatakan bahwa adversity quotient adalah
ide-ide dan informasi, serta merencanakan dan
kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan,
mengorganisir kerja
dari
terjadinya
kegagalan
tersebut
aktivitas-aktivitas.
Kompetensi
kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan
seperangkat
pengetahuan,
hidup dan tantangan yang dialami. Kecerdasan adversity meramalkan seberapa jauh seseorang
adalah
keterampilan,
dan
nilai-nilai
dasar
direfleksikan
dalam
kebiasaan
berpikir
yang dan
mampu
bertahan
menghadapi
kesulitan
dan
bertindak (Sudarwan, 2008: 171). Kompetensi
kemampuan untuk mengatasinya, meramalkan
kerja yang dimiliki karyawan akan menunjang
siapa yang mampu mengatasi kesulitan dan siapa
penyelesaian pekerjaan yang menjadi tanggung
yang akan hancur, serta meramalkan siapa yang
jawabnya, sehingga karyawan dapat merasakan
akan melampaui harapan atas kinerja dan potensi.
kepuasan dalam bekerja.
Hasil analisis wawancara dengan tiga orang
Hasil analisis wawancara dengan pimpinan
karyawan CV. Rajawali Perkasa pada tanggal 14
CV. Rajawali Perkasa pada tanggal 14 April 2013
April 2013 menunjukkan bahwa karyawan CV.
menunjukkan bahwa, pada dasarnya karyawan CV.
Rajawali Perkasa pada dasarnya telah memiliki
Rajawali Perkasa memiliki kompetensi yang baik
kecerdasan
dalam bekerja. Kompetensi kerja yang dimiliki
menjadikan karyawan CV. Rajawali Perkasa yakin
karyawan CV. Rajawali Perkasa terlihat dari
dapat menghadapi kesulitan yang muncul dalam
adanya
pekerjaan, berusaha menemukan berbagai solusi
keterampilan
yang
dimiliki
dalam
adversity.
dalam
Kecerdasan
menyelesaikan
adversity
menyelesaikan pekerjaan, pengetahuan terhadap
efektif
pekerjaan dan jenis tugas yang menjadi tanggung
mampu bertahan ketika pekerjaan tidak kunjung
jawabnya serta adanya sikap yang positif yang
selesai karena adanya kesulitan yang ditemui.
menganggap bahwa dirinya mampu menyelesaikan
Karyawan
pekerjaan dengan maksimal. Karyawan mampu
menganggap bahwa setiap tugas adalah tanggung
CV.
Rajawali
pekerjaan,
Perkasa
dan
telah
jawab yang harus dikerjakan dan berusaha untuk
264
mencapai
tujuan
organisasi.
Karyawan
CV.
Rajawali Perkasa berusaha agar setiap rencana
Kepuasan Kerja Sutrisno
(2009:
82)
menyatakan
bahwa
kerja yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan
kepuasan kerja karyawan adalah masalah penting
baik, menunjukkan adanya kegairahan dalam
yang diperhatikan dalam hubungannya dengan
mencapai tujuan organisasi, serta adanya keinginan
produktivitas kerja karyawan dan ketidakpuasan
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan maksimal.
sering dikaitkan dengan tingkat tuntutan dan
Karyawan CV. Rajawali Perkasa pada dasarnya
keluhan pekerjaan yang tinggi. Pekerja dengan
mampu mengembangkan ide kreatif yang dimiliki
tingkat ketidakpuasan yang tinggi lebih mungkin
dalam pekerjaan.
untuk melakukan sabotase dan agresi yang pasif.
Hasil penelitian yang dilakukan Wulandari,
Lebih lanjut Locke (dalam Wijono, 2012: 120)
dkk (2009: 57) tentang adversity quotient dan
mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu
intensi sembuh, menunjukkan bahwa adversity
tingkat emosi yang positif dan menyenangkan
quotient menjadikan individu efektif menahan atau
individu. Kepuasan kerja adalah suatu hasil
membatasi jangkauan kesulitan, sehingga akan
perkiraan
merasa semakin berdaya dan perasaan kewalahan
pengalaman
akan
karyawan.
berkurang
dalam
menghadapi
suatu
individu positif
terhadap dan
pekerjaan
atau
menyenangkan
Robbins dan Judge
diri
(2008: 107)
permasalahan. Arti pentingnya adversity quotient
menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu
tersebut kemungkinan akan dapat menunjang
perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang
pekerjaan yang dilakukan karyawan.
merupakan
Kecerdasan
adversity
dapat
menjadikan
hasil
evaluasi
karakteristiknya.
Wibowo (2013: 132) menyatakan bahwa kepuasan
karyawan CV. Rajawali Perkasa menunjukkan
kerja
kemampuan untuk menghadapi berbagai kesulitan
seseorang sebagai
yang dialami dalam bekerja, sehingga dapat
pekerjaannya dan lingkungan tempat pekerjaannya.
merasakan kepuasan dalam bekerja. Kenyataannya,
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa
karyawan dengan kompetensi kerja yang memadai
kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif
untuk menyelesaikan pekerjaan, serta adanya
karyawan terhadap pekerjaan yang merupakan
kemampuan dalam menghadapi tekanan dalam
hasil evaluasi terhadap pekerjaan dan ditandai
bekerja atau kecerdasan adversity yang baik,
dengan terpenuhinya harapan dari karyawan dalam
namun masih saja menunjukkan ketidakpuasan
bekerja.
dalam bekerja. Berdasarkan permasalahan tersebut
merupakan
tingkat
perasaan
penilaian
positif
senang terhadap
Kreitner dan Kinicki (dalam Panggabean,
peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada
2004:
129)
menyatakan
bahwa
aspek-aspek
hubungan antara kompetensi kerja dan kecerdasan
kepuasan kerja, antara lain pekerjaan, gaji,
adversity dengan kepuasan kerja?
promosi, rekan kerja, dan penyelia.
265
Wijono (2012: 123) mengemukakan tingkat
kerja
berkorelasi
positif
dengan
kecerdasan
kepuasan kerja dapat dilihat dari aspek-aspek
adversity. Kecerdasan adversity merupakan faktor
kepuasan kerja, antara lain:
penentu kepuasan kerja.
a. Upah/Gaji
Mullin
(dalam
2012:
Berkaitan dengan penghasilan yang memadai
menyatakan
untuk memenuhi pengeluaran pribadi, tingkat
memengaruhi kepuasan kerja, antara lain:
upah/gaji
a. Faktor
yang
memuaskan,
berkurangnya
bahwa
Wijono,
pribadi,
faktor-faktor
diantarana
128) yang
kepribadian,
upah/gaji dari yang diterima, gaji yang dibayar
pendidikan, inteligensi dan kemampuan, usia,
kurang memadai, serta penghasilan dapat
status perkawinan, dan orientasi kerja.
membeli barang mewah.
b. Faktor sosial, diantaranya hubungan dengan
b. Pekerjaan itu sendiri
rekan kerja, kelompok kerja dan norma-norma,
Berkaitan dengan pekerjaan yang dianggap
kesempatan untuk berinteraksi, dan organisasi
sangat
informal.
menarik,
membosankan,
rutin,
menantang, serta tidak ada akhirnya.
c. Faktor budaya, diantaranya sikap-sikap yang
c. Supervisi
mendasari, kepercayaan dan nilai-nilai.
Berkaitan dengan tegas tapi menyenangkan,
d. Faktor organisasi, diantaranya sifat dan ukuran,
saran yang dipertanyakan, menghambat, lekas
struktur formal, kebijakan-kebijakan personalia
marah, serta keras kepala.
dan prosedur-prosedur, relasi karyawan, sifat
d. Teman kerja
pekerjaan, teknologi dan organisasi kerja,
Teman kerja yang dianggap lamat dalam
supervisor dan gaya kepemimpinan, sistem
bekerja, banyak bicara, tidak menyenangkan,
manajemen, dan kondisi-kondisi kerja.
ataupun loyal dan cerdas berkaitan dengan kepuasan dalam pekerjaan.
e. Faktor lingkungan, diantaranya ekonomi, sosial, teknik dan pengaruh-pengaruh pemerintah.
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa
Faktor yang ingin digali lebih mendalam
aspek-aspek kepuasan kerja meliputi pekerjaan,
kaitannya dengan kepuasan kerja karyawan adalah
gaji, promosi, rekan kerja, dan penyelia.
faktor karakteristik individu yang berkaitan dengan
Faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan
kecerdasan adversity dan faktor kompetensi atau
kerja
kemampuan karyawan.
Spreitzer, et al (dalam Wang dan Lee, 2009:
Kompetensi Kerja
275) menyatakan bahwa kompetensi berkaitan
Kompetensi kerja merupakan karakteristik
secara positif dengan kepuasan kerja antara
yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan
bawahan.
dan
efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya
Shwetha (2013: 35) menyatakan bahwa kepuasan
(Spenser dan Spenser, dalam Sutrisno, 2009: 221).
Lebih
lanjut
Paramanandam
266
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun
c. Kemampuan (skill)
2003 tentang ketenagakerjaan Bab I Pasal I,
Sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
menyatakan bahwa
melaksanakan
kompetensi
kerja
adalah
tugas
atau
pekerjaan
yang
kemampuan kerja setiap individu. Boyatzis (dalam
dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan
Hutapea dan Nurianna, 2008: 4) mendefinisikan
karyawan dalam memilih metode kerja yang
kompetensi sebagai kapasitas yang ada pada
dianggap lebih efektif dan efisien.
seseorang yang bisa membuat orang tersebut
d. Nilai (value)
mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh
Suatu standar perilaku yang telah diyakini dan
pekerjaan
sehingga
secara psikologis tlah menyatu dalam diri
organisasi mampu mencapai hasil yang diharapkan.
seseorang. Misalnya standar perilaku para
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
karyawan dalam melaksanakan tugas (kejujuran,
dalam
suatu
organisasi,
kompetensi kerja adalah efektivitas individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadikan
keterbukaan, demokratis, dan lain-lain). e. Sikap (attitude)
individu mampu mengumpulkan, mengorganisir
Perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka)
dan menganalisa informasi, mengkomunikasikan
atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang
ide-ide dan informasi, serta merencanakan dan
datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis
mengorganisir aktivitas-aktivitas.
ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dan
Gordon (dalam Sutrisno, 2009: 223-224) menyatakan bahwa aspek-aspek kompetensi kerja
sebagainya. f. Minat (interest)
adalah:
Kecenderungan seseorang untuk melakukan
a. Pengetahuan (knowledge)
sesuatu perbuatan. Misalnya melakukan sesuatu
Kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya
aktivitas kerja.
seorang karyawan mengetahui cara melakukan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13
identifikasi belajar, dan bagaimana melakukan
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Bab I Pasal I
pembelajaran
menyatakan bahwa kompetensi kerja mencakup
yang
baik
sesuai
dengan
kebutuhan yang ada di perusahaan. b. Pemahaman (understanding)
tiga aspek, yaitu: a. Pengetahuan
Merupakan kedalaman kognitif, dan afektif
Berkaitan
yang dimiliki oleh individu. Misalnya seseorang
terhadap kebutuhan di dalam suatu organisasi.
karyawan dalam melaksanakan pembelajaran
dengan
kemampuan
identifikasi
b. Keterampilan
harus memiliki pemahaman yang baik tentang
Keterampilan berkaitan dengan kecakapan yang
karakteristik dan kondisi kerja secara efektif dan
dimiliki individu dalam menyelesaikan suatu
efisien.
pekerjaan.
267
c. Sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
kecerdasan
adversity
adalah
kecerdasan
ditetapkan
menghadapi kesulitan atau hambatan, kemampuan
Sikap kerja berkaitan dengan pengertian dan
bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan
keyakinan akan makna dan fungsi pekerjaan.
tantangan yang dialami.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat diketahui bahwa aspek-aspek
Dimensi-dimensi kecerdasan adversity Adversity quotient terdiri atas empat dimensi
kompetensi kerja adalah pengetahuan (knowledge),
CO2RE (Stoltz, 2005: 140-162) yaitu:
pemahaman (understanding), kemampuan (skill),
a. C = Control (kendali)
nilai (value), sikap (attitude), serta minat (interest).
Individu dengan adversity quotient akan dapat
Kecerdasan Adversity
mengendalikan setiap tingkah laku yang akan
Binet dan Simon (dalam Sternberg, dkk, 2011)
dimunculkannya. Setiap tindakan yang akan
menyatakan bahwa kecerdasan disusun dari tiga
dilakukan individu adalah keputusan individu
unsur yang berbeda, yaitu arahan, adaptasi, dan
dan individu bertanggung jawab sepenuhnya
kritik. Arahan (direction) terdiri atas mengetahui
terhadap tingkah lakunya.
apa yang seharunya dikerjakan dan bagaimana
b. O2 = Origin dan Ownership (asal-usul dan
melakukannya. Adaptasi (adaptation) mengacu
pengakuan)
kepada penyeleksian dan pemonitoran strategi
Individu
selama arah performa. Kritik (criticism) atau
pengakuan terhadap kemalangan yang dihadapi.
kontrol adalah kemampuan individu mengkritik
Individu bersedia mengakui kesulitan yang
pikiran dan tindakan. Keberhasilan manusia tidak
dialami dan berusaha untuk menerimanya.
hanya ditentukan oleh IQ saja, melainkan paduan
berusaha
untuk
menunjukkan
c. R = Reach (jangkauan)
antara EQ dan IQ, dan AQ yang dapat membuat
Individu
perbedaan dalam meraih keberhasilan di segala
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
aspek kehidupan (Goleman, 2001: 44).
Individu berusaha menempuh langkah-langkah
Stoltz (2005: 8) menyatakan bahwa adversity quotient adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau
hambatan,
kemampuan
bertahan
dalam
berupaya
memperluas
jangkauan
tertentu untuk mengatasi permasalahannya. d. E = Endurance (daya tahan) Dalam
mengatasi
setiap
persoalan
hidup
berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang
individu berusaha untuk tidak berputus asa.
dialami. Syahmuharnis dan Harry (2006: 16)
Ketika individu dihadapkan pada situasi yang
menyatakan bahwa individu dengan adversity
menekan, maka individu mampu bertahan dan
quotient
menghindarkan diri dari adanya keterpurukan.
yang
tinggi
mampu
menghadapi
penderitaan yang semakin berat. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa
268
Sutomo (2007: 71) menyatakan dimensi dari
Penelitian ini menggunakan semua subyek
adversity quotient, yaitu:
yang sesuai dengan karakteristik pada populasi.
a. Control
Penelitian yang meneliti semua elemen yang ada
Dimensi yang mempertanyakan tentang berapa
dalam wilayah penelitian, maka penelitian disebut
banyak kendali yang dirasakan seseorang
penelitian populasi atau disebut juga sampling
terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan
jenuh atau sensus (Sugiyono, 2010: 85).
kesulitan.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan
b. Origin dan Ownership
data penelitian adalah Skala Kepuasan Kerja, Skala
Dimensi ini mempertanyakan dua hal siapa atau
Kompetensi
apa yang menjadi asal-usul kesulitan dan
Adversity.
sampai sejauhmanakah seseorang mengakui akibat-akibat dari kesulitan itu.
dan
Skala
Kecerdasan
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji
c. Reach
Kerja,
hubungan
kompetensi
antara
kepuasan
kerja, dan kecerdasan
kerja,
adversity,
Dimensi ini mempertanyakan sejauhmanakah
dengan menggunakan teknik analisis regresi ganda.
kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain
Hasil dan Pembahasan
dari kehidupan seseorang.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh
d. Endurance
diketahui bahwa nilai F = 21,038 dengan p < 0,01
Dimensi yang mempertanyakan berapa lamakah
sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.
kesulitan akan berlangsung dan berapa lamakah
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
penyebab kesulitan akan berlangsung.
sangat signifikan antara kompetensi kerja dan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa
terdapat
empat
dimensi
kecerdasan adversity dengan kepuasan kerja. Hasil penelitian
ini
mendukung
pendapat
yang
adversity quotient yaitu C = Control (mengetahui
diutarakan Mullin (dalam Wijono, 2012: 128) dan
kendali
Ash
yang
dirasakan
seseorang
terhadap
(dalam
Wijono,
2012:
133)
bahwa yang
peristiwa yang menimbulkan kesulitan), O2 =
menyatakan
bahwa
faktor-faktor
Origin (asal-usul) dan Ownership (dan pengakuan),
memengaruhi
kepuasan
kerja
R = Reach (jangkauan), dan E = Endurance (daya
kemampuan dan kecerdasan individu. Kecerdasan
tahan).
adversity dan kompetensi kerja yang dimiliki
Metode Penelitian
karyawan akan dapat menunjang tercapainya
Populasi dalam penelitian ini adalah Karyawan bagian produksi CV. Rajawali Perkasa yang berjumlah 100 orang.
adalah
faktor
kepuasan kerja dalam diri karyawan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Dhermawan, dkk (2012: 179)
yang
menunjukkan
bahwa
kompetensi
269
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja
harapan atas kinerja dan potensi. Kecerdasan
pegawai. Kompetensi adalah karakteristik dasar
adversity yang dimiliki karyawan akan dapat
seseorang (individu) yang memengaruhi cara
membantu karyawan dalam mengatasi setiap
berpikir dan bertindak, membuat generalisasi
tuntutan dan tekanan yang muncul dalam pekerjaan
terhadap segala situasi yang dihadapi, serta
sehingga karyawan dapat semakin merasakan
bertahan
kepuasan dalam bekerja.
cukup
lama
dalam
diri
individu.
Kompetensi berkaitan dengan kriteria minimal
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
yang harus bisa dipenuhi pemegang jabatan agar
variabel kepuasan kerja diperoleh Mean Empirik
dapat bekerja dengan efektif.
sebesar 92,05,20, Mean Hipotetiknya sebesar 67,5
Kompetensi kerja merupakan karakteristik
dan Standar Deviasi Hipotetiknya sebesar 13,5.
yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan
Mean Empiriknya variabel kepuasan kerja pada
efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya
area (+)2SD. Hal ini mengindikasikan bahwa
(Spenser dan Spenser, dalam Sutrisno, 2009: 221).
kepuasan kerja tergolong tinggi. Kepuasan kerja
Individu dengan kompetensi kerja yang tinggi
yang tergolong tinggi berarti karyawan CV.
mampu
dan
Rajawali Perkasa Furniture memiliki kepuasan
menganalisa informasi, mengkomunikasikan ide-
kerja. Hasil tersebut bertolak belakang dengan
ide dan informasi, serta merencanakan dan
hasil pengambilan data awal penelitian, dimana
mengorganisir
karyawan
kerja
mengumpulkan,
yang
mengorganisir
aktivitas-aktivitas. dimiliki
karyawan
Kompetensi akan
merasakan
ketidakpuasan.
Peneliti
dapat
kemudian menindaklanjuti dengan melakukan
digunakan dalam penyelesaian setiap tanggung
wawancara pasca penelitian, dan diketahui bahwa
jawab dalam pekerjaan secara maksimla, sehingga
perubahan nama dari CV. Garuda menjadi CV.
karyawan dapat lebih merasakan kepuasan dalam
Rajawali yang diikuti dengan perubahan manajerial
bekerja.
di
Paramanandam dan Shwetha (2013: 35)
perusahaan
menjadikan
karyawan
dapat
merasakan kepuasan kerja.
menyatakan bahwa kepuasan kerja berkorelasi
Pada variabel kompetensi kerja diperoleh
positif dengan kecerdasan adversity. Kecerdasan
Mean Empirik sebesar 108,75, Mean Hipotetiknya
adversity merupakan faktor penentu kepuasan
sebesar 82 dan Standar Deviasi Hipotetiknya
kerja. Kecerdasan adversity meramalkan seberapa
sebesar 16,55. Mean Empirik variabel kompetensi
jauh seseorang mampu bertahan menghadapi
kerja pada area (+)2SD dari Mean Hipotetiknya.
kesulitan dan kemampuan untuk mengatasinya,
Hal ini mengindikasikan bahwa kompetensi kerja
meramalkan
mengatasi
tergolong pada kategori tinggi. Kompetensi kerja
kesulitan dan siapa yang akan hancur, serta
yang tergolong tinggi berarti bahwa karyawan CV.
meramalkan siapa yang akan melampaui harapan-
Rajawali Perkasa Furniture memiliki kemampuan
siapa
yang
mampu
270
yang
dapat
merencanakan
digunakan dan
untuk
mengorganisir
melaksanakan
Perkasa. Semakin tinggi kompetensi kerja, maka
pekerjaan,
semakin tinggi pula kepuasan kerja karyawan
sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan
CV. Rajawali Perkasa, dan sebaliknya, sehingga
baik.
hipotesis diterima.
Pada variabel kecerdasan adversity diperoleh
3. Ada
hubungan
positif
antara
kecerdasan
Mean Empirik sebesar 102,86. Mean Hipotetiknya
adversity dengan kepuasan kerja karyawan CV.
sebesar 77,5 dan Standar Deviasi Hipotetiknya
Rajawali Perkasa. Semakin tinggi kecerdasan
sebesar 15,5. Mean Empiriknya pada area (+)2SD.
adversity, maka semakin tinggi pula kepuasan
Hal
kerja karyawan CV. Rajawali Perkasa, dan
ini
mengindikasikan
bahwa
kecerdasan
adversity tergolong tinggi. Kecerdasan adversity yang tergolong tinggi berarti karyawan CV. Rajawali Perkasa Furniture memiliki daya tahan yang baik dalam menghadapi kesulitan yang muncul dalam bekerja.
sebaliknya, sehingga hipotesis diterima. Saran 1. Bagi
Karyawan
bagian
produksi
CV.
Rajawali Perkasa Furniture Karyawan bagian produksi CV. Rajawali
Sumbangan efektif variabel kompetensi kerja
Perkasa diharapkan tetap dapat mempertahankan
dan kecerdasan adversity terhadap kepuasan kerja
kemampuan menghadapi tekanan yang muncul
diketahui dari nilai R Square sebesar 0,303 atau
dalam pekerjaan serta menjaga kemampuan dan
30,3%, sisanya sebesar 69,7% dari faktor lain,
pengetahuan dalam pekerjaan, sehingga ketika ada
seperti faktor psikologis, faktor sosial, serta faktor
kesulitan yang muncul dalam pekerjaan maka
finansial.
karyawan tetap dapat bertahan demi pencapaian
Hambatan dalam penelitian ini adalah dalam
tujuan
organisasi.
Kompetensi
kerja
dan
pelaksanaan penelitian, dimana pengambilan data
kecerdasan adversity yang dimiliki karyawan dapat
dilakukan pada saat subjek pulang kerja. Hal ini
digunakan dalam bertahan dalam menghadapi
dikhawatirkan respon yang diberikan subjek belum
kesulitan, serta menemukan solusi tepat untuk
tentu respon yang sesungguhnya yang disebabkan
penyelesaian pekerjaan, sehingga karyawan tetap
karena kurangnya pengawasan terhadap subjek
dapat merasakan kepuasan kerja.
ketika mengisi skala penelitian.
2. Bagi peneliti lain
Simpulan 1. Ada hubungan kompetensi kerja dan kecerdasan adversity terhadap kepuasan kerja, sehingga hipotesis diterima. 2. Ada hubungan positif antara kompetensi kerja
Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian dengan melihat memengaruhi
kepuasan
faktor lain
kerja,
seperti
yang faktor
psikologis, faktor sosial, serta faktor finansial.
dengan kepuasan kerja karyawan CV. Rajawali
271
Daftar Pustaka Dherman, A.A.N.B., Sudibya, I.G.A., Utama, I.W.M. 2012. Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja, Kompetensi, dan Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Kewirausahaan. Vol. 6. No. 2. Hal. 173-184. Bali: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Fuad, N., dan Ghofur, A. 2009. Integrated HRD. Jakarta: Kompas Gramedia. Goleman, D. 2001. Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional Mengapa EI Lebih Penting dari pada IQ. Alih Bahasa: T. Hermayu. Jakarta: Gramedia. Panggabean, M. S. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia. Paramanandam dan Shwetha. 2013 Adversity Quotient (AQ) as a Predictor of Job Satisfaction. International Journal on Global Business Management and Research. Vol. 1. Issue. 2. Pp. 27-37. India: NPT Offset Press. Robbins, S. P., dan Judge, T. A. 2008. Perilaku Organisasi. Alih Bahasa: Diana Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid. Jakarta: Salemba Empat.
Sutomo, D. 2007. Menjadi Entrepreneur Jempolan, Jakarta: Penerbit Republika. Sutrisno, E. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenada Media Group. Syahmuharnis dan Harry, S. 2006. TQ: Transcendental Quotient: Kecerdasan Diri Terbaik. Jakarta: Penerbit Republika. Undang-Undang Republik Indonesia. No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Wang, G., dan Lee, P. D. 2009. Psychological Empowerment and Job Satisfaction: An Analysis of Interactive Effects. Group & Organization Management. Vol. 34 No. 3. Hal. 271-296. http://www.sagepub.com/gill/gom%20271.full. pdf. Diakses pada tanggal 23 Mei 2013. Wibowo. 2013. Perilaku Jakarta: Rajawali Press.
dalam
Organisasi.
Wijono, S. 2012. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Prenada Media Group. Wulandari, A. S., Liftiah., Tri, E. B. 2009. Kecerdasan Adversity dan Intensi Sembuh pada Pengguna Narkoba di Panti Rehabilitasi. Jurnal Psikologi. Vol. 3. No. 1. Hal. 55-59. Semarang: Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Stenberg, R. J., James, C. K., Elena, L. G. 2011. Applied Intelligence: Kecerdasan Terapan. Alih Bahasa: Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Stoltz, P. G. 2005. Adversity Quotient, Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Alih Bahasa: T. Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia. Sudarwan, D. 2008. Kinerja Staf dan Organisasi. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA.
272