PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn.S DENGAN HIPERTENSI DI RUANG MELATI 1 RS Dr MOEWARDI
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH
ANDI PRASTOWO KORNIAWAN NIM.P.11007
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karuia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn.S DENGAN HIPERTENSI DI RUANG MELATI 1 RS Dr MOEWARDI.” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhomat : 1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Sekertaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Maula Mar’atus S, S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing yang
telah
membimbing dengan cermat memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 4. Alfyana Nadya R, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
v
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. S. Dwi Sulistyawati, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 7. Pihak RSUD Dr. Moewardi Surakarta beserta staf keperawatan, khususnya di Ruang Melati 1 yang telah memberikan ijin dan kesempatan bagi penulis untuk pengambilan data guna penyelesaian karya tulis ini. 8. Kedua orang tua saya, Bapak Marwan dan ibu Jumini yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan. 9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin. Surakarta, 08 Mei 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL.....................................................................................
i
PERNYATAAN TINDAK PLAGIATISME ` .............................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................
v
DAFTAR ISI ................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................
4
C. Manfaat Penelitian ................................................................
5
TINJAUAN TEORI A. Hipertensi .............................................................................
6
B. Konsep Asuhan Keperawatan ...............................................
15
C. Teknik Relaksasi Nafas Dalam ............................................
18
vii
BAB III
LAPORAN KASUS A. Identitas Pasien......................................................................
20
B. Pengkajian .............................................................................
20
C. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................
25
D. Perencanaan Keperawatan................................................... .
26
E. Implementasi Keperawatan....................................................
27
F. Evaluasi................................................................................... 29 BAB IV
PEMBAHASAN A. Pengkajian..............................................................................
31
B. Diagnosa Keperawatan........................................................... 33
BAB V
C. Intervensi Keperawatan..........................................................
34
D. Tindakan Keperawatan ........................................................
37
E. Evaluasi Keperawatan ..........................................................
38
F. Analisa Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam .............
40
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................. 42 B. Saran....................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi (Menurut JNC VII, 2013) ..........................
8
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi (Menurut ESC, 2007) .................................
8
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Pathways.....................................................................................
11
Gambar 3.1 Genogram ...................................................................................
21
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2
Asuhan Keperawatan
Lampiran 3
Jurnal
Lampiran 4
Log Book Kegiatan Harian
Lampiran 5
Lembar Pendelegasian Pasien
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami penigkatan tekanan darah diatas normal dalam jangka waktu yang lama. Jika diukur dengan tensimeter hasil pengukuran tekanan darahnya menunjukkan 140/80 mmHg (Sunanto, 2009). Menurut WHO (2012) dalam Porwanto (2012) hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia dan berkaitan erat dengan pola perilaku hidup masyarakat. Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyak pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi berupa kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah yang memperburuk prognosis pasien hipertensi. Menurut WHO (2012) dalam Porwanto (2012) angka kejadian hipetensi di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% ditahun 2.025 dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Prevalensi hipertensi di indonesia
1
2
mencapai 37,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas dimana wanita beresiko lebih tinggi dari pada laki-laki. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% resiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. Peningkatan curah jantung dapat terjadi karena adanya peningkatan denyut jantung, volume sekuncup dan peningkatan curah jantung. Dalam meningkatkan curah jantung, sistem saraf simpatis akan merangsang jantung untuk berdenyut lebih kencang, juga meningkatkan volume sekuncup dengan cara vasokontriksi selektif pada organ perifer, sehingga darah yang kembali ke jantung lebih banyak (Muttaqin, 2009). Apabila hal tersebut terjadi terus menerus maka otot jantung akan menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi terganggu. Jantung akan mengalami dilatasi dan kemampuan kontraksinya berkurang, akibat lebih lanjut adalah terjadinya payah jantung, infark miokardium atau gagal jantung (Muhammadun, 2010). Berbagai faktor dari gaya hidup berpengaruh terhadap hipertensi ternyata gaya hidup yang memperhatikan tekanan darah adalah mengurangi berat badan, mengurangi alkohol, olah raga teratur, berhenti merokok dan mengurangi konsumsi garam. Jumlah garam yang berlebih dalam aliran darah menyebabkan tubuh menarik lebih banyak air dalam darah. Hal ini yang
3
menyebabkan tekanan pada dinding pembuluh darah menjadi naik, akibatnya jantung bekerja lebih keras (Lovastatin, 2005). Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan adalah membantu penderita hipertensi untuk mempertahankan tekanan darah pada tingkat optimal dan meningkatkan kualitas kehidupan secara maksimal dengan cara memberi intervensi asuhan keperawatan sehingga dapat memperbaiki kondisi kesehatan. Salah satu tindakan yang dapat diberikan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi adalah pemberian teknik relaksasi nafas dalam mekanisme relaksasi nafas dalam pada sistem pernafasan berupa suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi pernafasan dengan frekuensi pernafasan menjadi 6-10 kali permenit sehingga terjadi peningkatan rengang kardiopulmonari (Izzo, 2008). Hasil dari sebuah Penelitian terkait terapi nafas dalam untuk menurunkan tekanan darah dapat dilakukan secara mandiri, relatif mudah dilakukan dari pada nonfarmakologis lainnya, tidak membutuhkan waktu lama dan dapat mengurangi dampak buruk dari terapi farmakologis bagi penderita hipertensi. Selain itu ada sebuah penilitian yang menghasilkan ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi sedang-berat (Elrita, 2013). Pemberian teknik relaksasi nafas dalam sampai saat ini menjadi metode yang mudah dalam pelaksanaanya dan pemberian teknik relaksasi pernafasan ini sangat baik untuk dilakukan setiap hari pada penderita hipertensi, agar membantu relaksasi otat pembuluh darah sehingga mempertahankan elastisitas pembuluh darah arteri (Heryanto, 2004).
4
Hasil observasi penulis pada tanggal 10-12 April 2014 pada Tn. S dengan Hipertensi di ruang Melati 1 RS Dr. Moewardi Surakarta, diperoleh data pada Tn. S TD=170/100 mmHg, Nadi 90x/mnt, RR 20x/mnt, Suhu 37ºC maka perlu dilakukan tindakan untuk menurunkan Tekanan Darah klien. Oleh karena itu penulis tertarik memberikan tindakan relaksasi nafas dalam untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini yang diajukan dalam penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Asuhan Keperawatan Pada Tn. S dengan Hipertensi di ruang Melati 1 RS Dr. Moewardi Surakarta”.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Utama Melaporkan pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada Tn. S dengan Hipertensi di ruang Melati 1 RS Dr. Moewardi. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan hipertensi. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan hipertensi. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. S dengan hipertensi. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. S dengan hipertensi. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. S dengan hipertensi.
5
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada Tn. S dengan hipertensi.
C. Manfaat Penulisan 1.
Bagi Penulis Memperoleh wawasan serta pengetahuan tentang pengaruh teknik relaksasi nafas dalam, berserta masalah hipertensi dan konsep keperawatanya sehingga dapat dijadikan sumber ilmu dan wawasan oleh penulis.
2.
Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pemberian pelayanan kesehatan berkaitan dengan masalah keperawatan dengan Hipertensi.
3.
Bagi Perawat Sebagai bahan acuhan dalam pemberian tindakan keperawatan pada pasien hipertensi.
BAB II TINJAUAN TEORI A. HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka diastolic (bagian bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (Sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Herlambang, 2013). Pada usia muda, rata-rata tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg tekanan darah orang tua sedikit lebih tinggi dibandingkan anak muda, karena perbedaan kelompok usia tersebut maka seseorang dikatakan mengidap hipertensi apabila tekanan darahnya melebihi 140/90 mmHg. Beberapa faktor yang menjadi penyebab naiknya tekanan darah pada usiamtua antara lain pada pembulu darah orang tua terbentuk endapan kotoran, misalnya kolesterol, dan fungsi beberapa organ tubuh yang berhubungan dengan tekanan darah mulai menurun (Soeryoko, 2010). Tekanan darah adalah keadaan dimana tekanan yang dikenalkan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Tekanan darah dapat dilihat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya ditunjukkan dengan angka seperti berikut 120/80 mmHg.
6
7
Angka 120 menunjukkan tekanan pada pembulu arteri ketika jantung berkontraksi disebut dengan tekanan sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang berlelaksasi disebut dengan tekanan diastolik. Sikap yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah dalam keadaan duduk atau berbaring (Herlambang, 2013). 2. Etiologi a. Hipertensi primer/ esensial : kurang lebih sebilan puluh persen hipertensi yang ada di masyarakat termasuk golongan hipertensi ini, dan belum diketahui penyebabnya, klien tidak menunjukkan keluhan, b. Hipertensi sekunder : Jenis hipertensi ini diketahui penyebabnya dan penanganannya lebih mudah. Kien menunjukkan gejala atau keluhan dari penyakit yang mendasarinya misalnya Kelainnan ginjal : GNA/GGA , Hormon : Diabetes Militus, Neurologi : Tumor otak, Lain-lain : Preeklamsi (Herlambang, 2013). Penyebab hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu : a). Secara garis keturunan menyebabkan klainan berupa : Gangguan fungsi barostat renal, Sensitifitas terhadap konsumsi garam, Abnormalitas transportasi natrium kalium, Respon SSP (Sistem Saraf Pusat) terhadaap stimulasi psiko-sosial, Gangguan metabolisme (glikosa, lipid, dan resistensi insulin, b). Faktor lingkungan : .Faktor psikososial yaitu kebiasaan hidup, stress mental, keturunan dan kegemukan, Faktor konsumsi garam, dan Pengobatan obatobatan seperti golongan ankortikosteroid, c). Adaptasi dan struktual jantung serta pembuluh darah : pada jantung terjadi hypertropi dan
8
hyperplasia monosit, pada pembulu darah : terjadi vaskuler hypertropi (Pudiastuti, 2013). 3. Klasifikasi a. Berdasarkan JNC VII : Drajat
Tekanan sistolik
Tekanan diastolik
(mmHg)
(mmHg)
Normal
< 120
dan < 80
Pre-hipertensi
120 – 139
atau 80 – 89
Hipertensi drajat I
140 – 159
atau 90 – 99
Hipertensi drajat II
≥ 160
atau ≥ 100
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi (Sumber : JNC VII, 2013) b. Menurut European Society of Cardiology : Kategori Optimal
Tekanan sistolik (mmHg) < 120
Tekanan diastolik (mmHg) Dan < 80
Normal
120 – 129
Dan/atau 80 – 84
Normal tinggi
130 – 139
Dan/atau 85 – 89
Hipertensi drajat I
140 – 159
Dan/atau 90 – 99
Hipertensi drajat II
160 – 179
Dan/atau 100 – 109
Hipertensi drajat II
≥ 180
≥ 110
Hipertensi sistolik terisolasi
≥ 190
< 90
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi (sumber: ESC, 2007)
9
The Sevent Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) membuat klasifikasi tekanan darah normal pada orang dewasa adalah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg. prehipertensi diberi batasan tekanan darah sistolik 120 sampai 139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80-89 mmHg. Hipertensi stadium 1 adalah tekanan darah sistolik 140 sampai 159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 sampai 99 mmHg. Hipertensi stadium 2 adalah tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >100 mmHg. Hipertensi maligna adalah keadaan yang mengancam jiwa yang sekunder terhadap tekanan darah yang meninggi. Kedauratan hipertensi adalah keadaan yang memerlukan penurunan tekanan darah segera (dalam 1 jam) untuk mencegah kerusakan target organ. Hypertensive urgencies adalah kenaikan darah secara signifikan yang sebaiknya dikoreksi dalam 24 jam setelah diketahui (Dr.Lyndon saputra, 2010). 4. Manifestasi Klinik Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
10
divaskulerisasi oleh pembulu darah besangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (Peningkatan urinasi pada malam hari) dan ezetoma (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan strokeatau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan) (Brunner & Suddarth, 2005) 5. Patways Perjalanan dari penyakit hipertensi
1 1 Faktor predisposisi, usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang olah raga, genetic, alcohol, konsentrasi garam, obesitas
Tekanan sistemik darah Beban kerja jantung Aliran darah makin cepat keseluruhan tubuh sedangkan nutrisi dalam sel sudah mencakupi kebutuhan
Hipertensi
Ansietas
Kerusakan vaskuler pembulu darah
Perubahan situasi
Krisis situasional
Perubahan struktur Penyumbatan pembulu darah
Metode koping tidak efektif
vasokontriksi
Ketidak efaktifan koping
Gangguan sirkulasi Informasi yang minim Ginjal
Vasokontriksi pemb darah ginjal Blood flow darah
Otak
Suplai O2 ke
Resitensi pembulu darah Nyeri kepala
Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak
Respon RAA Merangsang aldosteron
Suplai O2 ke otak
Retensi Na
Edema
Defisiensi pengetahuan
Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otah
Kelebihan volume cairan
Pembulu darah darah sisremik vasokonsrtriksi
Resiko cedera Spasme arteroid
Retina
koroner Iskemia miokard
Afterload Nyeri Dada
(Nanda, 2013) Gambar 2.1
fatigue Interolerai aktivitas
Penurunan curah jantung
12
6. Komplikasi Ada beberapa faktor dari Komplikasi hipertensi (Soeryoko, 2010) : a. Stroke Stroke adalah penyakit otak yang disebabkan berhentinya suplai darah ke otak, stroke merupakan salah satu penyakit komplikasi akibat darah tinggi. Penyakit stroke sangat ditakuti masyarakat karena dapat mengakibatkan berhentinya aktivitas hidup, baik pada sebagian anggota badan maupun total (meninggal). b. Serangan jantung Ketika seseorang menderita
tekanan darah tinggi
kronis
(bertahun-tahun), ada dua orang yang paling rawan mengalami gangguan, yaitu ginjal dan jantung. Ginjal merupakan penghasilan hormon pengatur tekanan darah, pada kondisi tekanan darah tinggi ginjal harus bekerja ekstra keras dan dalam kondisi tidak nyaman. Sedangkan jantung dalam kondisi tekanan darah tinggi terus-menerus memompa darah lebih keras dibandingkan dalam kondisi normal. Pemompaan ini bertujuan untuk mengalirkan darah merata ke semua organ tubuh namun bila pemompaan ini terus terjadi dalam kondisi berat atau tidak nyaman maka kondisi ini menyebabkan LVH (Left Ventrikel Hypertropi) atau pembengkakan ventrikel kiri. Akibat yang menimbulkan LVH tersebut adalah penderita hipertensi merasakan nyeri dada, sesak nafas, dan mudah lelah ketika beraktivitas.
1 3
c. Edema paru Edema paru adalah pembengkakan yang terjadi di dalam paru. Edema paru menunjukkan adanya akumulasi cairan di dalam paru, paru dapat mengalami pembengkakan akibat tekanan darah tinggi. Seperti kita ketahui dalam kaitannya dengan tekanan darah, terdapat dua hal yang harus di ukur yaitu sistolik dan diastolik. Bila terjadi beban yang berlebihan pada ventrikel kiri pada saat sistolik maka resiko terjadinya pembengkakan paru semakin besar, demikian pula bila terjadi beban yang berat pada saat diastolik, volume paru akan membesar. Paru yang mengalami pembengkakan menyebabkan penderita kekurangan oksigen karena ruang untuk
oksigen telah
tertutupi oleh cairan, akibat yang lebih parah adalah penderita merasa seperti tercekik, tidak bisa bernafas, dan timbul ketakutan yang luar biasa. Ketakutan dan kesulitan bernafas ini akan menambah beban jantung dan menurunkan fungsi jantung karena kekurangan oksigen. Bila kejadian ini tidak segera ditangani penderita akan meninggal. d. Gagal ginjal Gagal ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak dapat melakukan
fungsinya
lebih
baik.
mempertahankan metaboolisme
Ginjal
tidak
dan keseimbangan
mampu
lagi
cairan dan
elektrolit. Keadaan semacam ini menyebabkan penumpukan urea dan sampah nitrogen di dalam darah. seseorang yang mengalami gagal ginjal dan tidak melakukan cuci darah secara teratur sering ditandi
14
dengan rasa sakit luar biasa pada sekujur tubuh maupun tidak bisa tidur. Selain itu, gejala tersebut sering kali diikuti keinginan untuk muntah terus-menerus, hal ini terjadi karena darah telah bercampur dengan berbagai racun atau sampah darah e. Kebutaan Tidak sedikit penderita hipertensi berakhir dengan kebutaan permanen. Kebutaan ini muncul akibat hipertensi yang berlangsungan selama bertahun-tahun atau yang disebut dengan hipertensi kronis. Pada penderita tekanan darah tinggi, tekanan pada bola mata dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah mata. Akibatnya mata tidak mendapat pasokan nutrisi yang dibawa oleh darah tersebut, pada kasus tertentu tekanan darah pada bola mata ini diikuti dengan keluarnya bola mata sehingga penderita seperti melotot. f. Pendengaran menurun Komplikasinya yang paling sering terjadi pada penderita hipertensi adalah menurunnya fungsi pendengaran. Selain itu, telinga sering berdenging sepanjang hari namun hal tersebut terjadi pada penderita hipertensi menahun. Hipertensi akut atau hipertensi baru belum memberi dampak yang hebat, pendengaran yang tidak mendapat penanganan yang memadai bisa mengurangi kualitas hidup karena akan mengganggu komunikasi dengan orang lain.
1 5
B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Data biografi : Nama, alamat, umur, tanggal masuk rumah sakit, diagnose medis, penanggung jawab, catatan kedatangan. Riwayat kesehatan Keluhan utama biasanya klien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan kepala terasa pusing, bagian kuduk terasa berat, tidak bisa tidur. Riwayat kesehatan sekarang biasanya pada saat dilakukan pengkajian klien masih mengeluh kepala masih terasa sakit dan berat, penglihatan berkunang-kunan, dan tidak bisa tidur. Riwayat kesehatan dahulu biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh klien, biasanya klien mengkonsumsi obat seperti captropil. Riwayat kesehatan keluarga biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit keturunan. Data dasar pengkajian yaitu Aktivitas / istirahat Gejala kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton, tanda frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea. Sirkulasi Gejala riwayat hipertensi, ateosklerosis, penyakit jantung coroner, penyakit serebra, tanda kenaikan Tekanan Darah, hipotensi postural, takhikardi. Integritas Ego Gejala riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multiple tanda letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhartian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. Eliminasi Gejala gangguan ginjal saat ini atau yang lalu. Makanan / cairan Gejala makanan yang disukai yang dapat dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
16
dan kolesterol, tanda Berat badan normal atau obesitas, adanya edema. Neurosensory Gejala keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, gangguan penglihatan, episode epitaksis, tanda perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggam, perubahan retinal optic. Nyeri / ketidaknyamanan Gejala angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen. Pernafasan Gejala dyspnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dyspnea, nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sekutum, riwayat merokok, tanda distress respires / penggunaan otot aksesoris pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis. Keamanan Gejala gangguan koordinasi, cara jalan, tanda episode
paresthesia unilateral
transien, hipotensi postural.
Pembelajaran / penyuluhan Gejala faktor resiko keluarga hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, Diabetus Melitus, penyakit ginjal, factor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone. 2. Diagnosa keperawatan a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular b. Nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan vaskuler serebral c. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung b.d gangguan sirkulasi d. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri
1 7
3. Rencana Asuhan Keperatan a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular Tujuan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan afterload tidak meningkat, tidak terjadi iskemia miokard. Hasil yang di harapkan Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Tekanan Darah, mempertahankan Tekanan Darah, dalam rentang yang dapat diterima, mempertahankan irama dan frekuensi jantung stabil. Intervensi keperawatan meliputi : Pantau Tekanan Darah, berikan lingkung tenang dan nyaman, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi b. Nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan vaskuler serebral Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang. Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman Intervensi keperawatan adalah Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan, batasi aktivitas, beri obat analgetik c. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung b.d gangguan sirkulasi Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 jam diharapkan sirkulasi tubuh tidak terganggu. Hasil yang diharapkan : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditujukan dengan :Tekanan Darah dalam batas yang dapat
18
diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, Tanda-tanda vital dalam batas normal Intervensi keperawatan : Pertahankan tirah baring ; tinggikan kepala tempat tidur, kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan ; lengan, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia, pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan, amati adanya hipotensi mendadak d.
Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi. Hasil yang diharapkan : Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan, Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter, Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan, Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium (Wijaya, 2013).
C. TEKNIK RELAKSASI DAFAS DALAM 1. Definisi Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada pada cara kerja sistem syaraf simpatis dan parasimpatis. Teknik relaksasi semakin sering dilakukan karena terbukti efektif mengurangi ketegangan dan kecemasan, dan dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Pernafasan diafragma sampai saat ini menjadi metode relaksasi yang mudah dalam pelaksanaannya.terapi teknik
1 9
relaksasi nafas dalam sangat baik untuk dilakukan setiap hari
oleh
penderita hipertensi, agar membantu tubuh terutama otot pembulu darah sehingga mempertahankan elastisitas pembuluh darah elastis (Ramdhani, 2014) 2. Prosedur tenik relaksasi nafas dalam Menurut National Safety Counncil (2013) langkah dari teknik relaksasi nafas dalam terdiri dari empat fase : a. Fase I : Inspirasi dengan menarik udara masuk ke dalam paru melalui hidung, memposisikan tubuh serileks mungkin, konsentrasi, dan perhatikan penuh b. Fase II : Beri jeda sebelum mengeluarkan dari paru c. Fase III : Ekhalasi, mengeluarkan udara dari paru melalui saluran masuknya udara tersebut d. Fese IV : Beri jeda kembali setelah, mengeluakan udara sebelum mulai menghirup udara lagi e. Menggunakan visualisasi dengan imajinasi. Pemberian teknik relaksasi nafs dalam dilakukan 15 menit
BAB III LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan tentang laporan studi kasus Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. S dengan diagnose medis Hipertensi, dilakukan pada tanggal 10-12 April 2013. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. A. Identitas Pasien Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 47 tahun dengan inisial Tn. S beragama islam dan bertempat tinggal di Rejosari, karangjati berpendidikan tamatan SD, dengan diagnose medis Hipertensi, klien masuk ke rumah sakit tanggal 7 April 2014. Selama dirumah sakit yang bertanggung jawab atas nama Tn. S adalah Ny. W berusia 55 tahun pekerjaan ibu rumah tangga bertempat tinggal Rejosari, Karangjati hubungan dengan klien adalah istri. B. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 April 2014 jam 08.00 WIB dengan metode pengkajian autoanamnesa dan alloanamnesa. Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah kepala terasa pusing, dengan riwayat kesehatan sekarang Tn. S dua hari yang lalu mengalami pusing dan lemas, pada tanggal 7 April 2014 jam 08.00 WIB pasien dibawa ke RS Dr. Moewardi. Setelah dilakukan pemeriksaan di IGD pasien disarankan untuk
20
21
dirawat inap, kemudian pasien dibawa ke bangsal Melati 1 untuk dilakukan pemeriksaan dan di dapat hasil Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah 170/100 mmHg, Nadi 80x/mnt, RR 20x/mnt, Suhu 37ºC. Riwayat penyakit dahulu klien mengatakan belum pernah masuk Rumah Sakit dan Pasien juga belum pernah operasi. Riwayat kesehatan keluarga klien mengatakan bapak dari Tn. S menderita hipertensi dan faktor keturunan lain tidak ada seperti Diabetes Mellitus. Genogram Tn. S
Ht
47 thn
Gambar 3.1
Keterangan : : meninggal
Ht
47 thn
: klien
: laki-laki
: tinggal serumah
: perempuan
: garis keturunan
: riwayat hipertensi
22
Pengkajian pola kesehatan fungsional menurut Gordon, pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan klien mengatakan saat sakit klien hanya membeli obat di warung dan jarang periksa ke dokter, klien berharap setelah dilakukan perawatan di RS klien berharap cepat sembuh dan ingin segera pulang. Pola nutrisi dan metabolisme sebelum sakit klien makan 3x sehari, jenis nasi, lauk, dan sayur porsi 1 porsi habis keluhan tidak ada. Selama sakit klien makan 3x sehari, jenis BBRG porsi ¾ porsi keluhan tidak ada. Pola eliminasi sebelum sakit Buang Air Kecil frekuensi 2-5/hari, jumlah urin ± 300 ml/hari warna kekuningan keluhan tidak ada. Selama sakit Buang Air Kecil frekuensi 5-6x/hari, jumlah urin ± 400 ml/hari warna kekuningan keluhan tidak ada. Buang Air Besar sebelum sakit frekuensi 2x/hari, dengan konsistensi lunak dan berwarna kuning, Buang Air Besar selama sakit frekuensi 1x/hari, dengan konsistensi lunak dan berwarna kuning. Pola aktivitas dan latihan sebelum sakit makan/minum mandiri, toileting mandiri, berpakaian mandiri, mobilitas di tempat tidur mandiri, berpindah mandiri, ambulasi/ROM mandiri. Selama sakit makan makan/minum di bantu orang lain, toileting di bantu orang lain, berpakaian di bantu orang lain, mobilitas di tempat tidur mandiri, berpindah di bantu orang lain, ambulasi/ROM di bantu orang lain.
23
Pola istirahat tidur sebelum sakit klien mengatakan bisa tidur jam 22.00-05.00 WIB dan tidak ada keluhan. Selama sakit klien mengatakan sulit tidur dan hanya bisa tidur dari jam 03.00-05.00 WIB. Pola kognitif perseptual sebelum sakit klien mengatakan tidak ada keluhan/pendengaran , penglihatan dan bicara dengan baik. Selama sakit klien mengatan nyeri kepala seperti di tusuk di bagian kepala sebelah kanan dengan skala 6 dan timbul saat duduk hilang saat tiduran. Pola persepsi konsep diri Body image selama sakit klien mengatakan saat ini sedang sakit dan yakin penyakitnya cepat sembuh. Ideal diri klien mengatakan bisa menerima keadaan sakit saat ini. Harga diri klien, walaupun sakit klien tidak merasa minder atau takut. Peran klien mengatakan perannya sebagai kepala rumah tangga dan keluarga menerima keadaannya saat ini. Identitas klien mengatakan bahwa klien seorang suami dan seorang ayah bagi anaknya. Pola peran dan hubungan klien mengatakan hubungannya dengan keluarga sangat dekat satu sama lain dan selalu kooperatif. Pola seksual dan reproduksi klien mengatakan tidak mempunyai gangguan dalam seksualitas, klien mempunyai dua anak. Pola mekanisme koping klien mengatakan apabila dalam keluarga
mempunyai
masalah segera
diselesaikan dan klien selalu cerita dengan istrinya setiap kali ada masalah. Pola nilai dan keyakinan klien mengatakan sebelum sakit rajin pergi ke masjid dan sholat lima waktu. Selama sakit klien hanya bisa berdoa agar penyakitnya cepat sembuh.
24
Hasil Pemeriksaan Fisik Keadaan fisik/penampilan kesadaran composmentis tanda-tanda vital 170/100 mmHg, Nadi 80x/menit, Respirasi 20x/menit, suhu 37ºC. Kepala bentuk kepala messocepal, kulit kepala bersih, rambut pendek dan sedikit beruban. Mata konjungtiva tidak anemis, palpebra hitam, sclera tidak ikterik, pupil isokor, diameter kanan dan kiri sama mata klien tampak kemerahan. Hidung tidak ada polip. Mulut simetris, mukosa bibir lembab. Leher tidak ada pembesaran tyroid. Dada inspeksi pengembangan paru kanan dan kiri sama, tidak ada jejas, palpasi vokal premitus kanan dan kiri sama, perkusi sonor seluruh lapang paru, auskultasi vesikuler. Jantung Inspeksi tidak ada jejas, iktus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di SIC V, perkusi pekak, auskultasi Bunyi Jantung 1 dan Bunyi Jantung II reguler, tidak ada suara tambahan. Abdomen inspeksi tidak ada jejas, auskultasi bising usus 16 kali per menit, perkusi tympani, palpasi tidak ada nyeri tekan. Genetalia tidak terpasang kateter/Dower Cateter. Ekstermitas tangan kanan lima terpasang infus, tangan kiri lima, kaki kanan lima, kaki kiri lima. Hasil pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan tanggal 7 April 2014 didapatkan hasil Hemoglobin 13,1 g/dL (nilai normal 12,1-17,6), Hematokrit 39.0 % (nilai normal 35-45), Eritrosit 4,71 juta/mm³ (nilai normal 4,5-5,9 juta/mm³), Leukosit 10.600 / mm³ (nilai normal 4.400-11.300 / mm³), Trombosit 186.000 uL normal (150300), GDS 98 mg/dL (nilai normal 76-120), Basofil 0.1 % (nilai normal 02), Neutrofil 77.1 % (nilai normal 55-80), Limfosit 30% (nilai normal (22-
25
44), Monosit 6.7 % (nilai normal 0-7), Berat jenis 1.008 (nilai normal 1.015-1.025), PH 6.5 (nilai normal 4.5-8.0). Terapi yang diperoleh klien selama dibangsal pada tanggal 10 April 2014 antara lain infus NaCl 20 tetes per menit untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi, Amlodipin 3x1 gr untuk menurunkan tekanan darah, Capropil 2x1 gr menurunkan tekanan darah, Ijeksi Ranitidine 50 mg per 12 jam untuk tungkak lambung, Injeksi Furosemid 20 mg per 24 jam untuk penyakit ginjal termasuk sindrom nefrotik ; hipertensi ringan sampai sedang. C. Perumusan Masalah Keperawatan Setelah dilakukan analisa terhadap data pengkajian diperoleh data subjektif antara lain klien mengatakan nyeri P (Provocate) kepala pusing, Q (Quality) seperti ditusuk, R (Regio) bagian sebelah kanan, S (Skala) nyeri 6, T (Time) hilang saat tiduran timbul saat duduk. Data obyektif yang diperoleh klien tampak menahan sakit, tekanan darah 170/100 mmHg, Nadi 80 kali per menit, respirasi 80 kali per menit, suhu 37ºC. Berdasarkan analisa menunjukkan bahwa nyeri merupakan prioritas utama sehingga ditegakkan menjadi diagnosa keperawatan yang pertama yaitu gangguan rasa nyaman ; nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis ; peningkatan tekanan vaskulerisasi cerebral. Data yang selanjutnya diperoleh data subyektif pasien mengatakan sulit untuk tidur karena lingkungan terlalu ramai. Data obyektif yang diperoleh klien tampak tiduran, mata klien terlihat merah, tampak kantung
26
mata hitam dan klien hanya bisa tidur dari jam 03.00-05.00 WIB. Berdasarkan analisa data gangguan pola tidur adalah prioritas masalah ke dua. Diagnosa keperawatannya yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan keadaan lingkungan ; bising. D. Perencanaan Keperawatan Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 10 April 2014 penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu gangguan rasa nyaman ; nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis ; peningkatan tekanan vaskulerisasi cerebral. Tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dengan tujuan kriteria hasil mampu mengontrol nyeri, melaporkan bahwa nyeri berkurang menjadi 3. Intervensi yang dilakukan yaitu observasi tanda-tanda vital (TTV) dengan rasional mengetahui keadaan klien. Kaji nyeri dengan rasional untuk mengetahui karakteristik dan skala nyeri, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam rasional untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman (rileks) untuk menurunkan tekanan darah. Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa yang kedua yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan keadaan lingkungan ; bising tujuan dan kriteria hasil jumlah tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari, perasaan segar sesudah tidur atau istirahat intervensi yang dilakukan observasi/catat kebutuhan tidur klien setiap hari rasional untuk mengetahui
27
seberapa lama klien tidur, instruksikan untuk memonitor tidur pasien rasional agar klien cepat untuk tidur, fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur rasional mempertahankan kenyamanan agar klien dapat istirahat. E. Implementasi Keperawatan Tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama berdasarkan rencana tindakan tersebut maka dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 10 April 2014 sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S Implementasi yaitu jam 09:00 WIB mengkaji karakteristik nyeri (PQRST), respon subyektif klien mengatakan nyeri seperti ditusuk, nyeri di kepala sebelah kanan, skala 6, hilang saat tiduran dan timbul saat duduk. Respon obyektif klien tampak meringis kesakitan. Jam 10.30 WIB mengukur vital sign respon subyektif klien bersedia untuk di lakukan pemeriksaan Tanda-tanda vital. Respon obyektif didapat tekanan darah 170/100 mmHg, respirasi 20 kali per menit, Nadi 80 kali per menit dan suhu 37oC.
Jam 11:00 WIB
Memberikan teknik relaksasi nafas dalam. Respon subyektif klien mengatakan mau untuk diajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Respon obyektif klien mencoba teknik relaksasi nafas dalam. Jam 11.30 megukur Tanda-tanda vital didapatkan data subyektif klien mengatakan bersedia untuk di lakukan pemeriksaan Tanda-tanda vital. Respon obyektif didapat hasil Tekanan Darah 150/100 mmHg, Nadi 80 kali per menit, respirasi 20 kali per menit.
28
Jumat, 11 April 2014 penulis mengobservasi keadaan umum didapat respon subyektif klien mengatakan badan lemas respon obyektif klien tampak badan masih lemas. Jam 10:00 WIB memberi injeksi ranitidin respon subyektif klien mengatakan bersedia untuk di injeksi respon obyektif obat masuk lewat selang intra vena, dan tidak ada tandatanda alergi jam 13:00 WIB memberitahu kepada keluarga klien untuk membatasi pengunjung
didapat respon
subyektif
keluarga
klien
mengatakan bersedia untuk diberi membatasi pengunjung respon obyektif tampak pengunjung bergantian masuk. Sabtu, 12 April 2014 jam 08:00 WIB Tindakan yang dilakukan adalah memberi obat captopil didapat respon subyektif klien mengatakan mau minum obat respon obyektif klien tampak sedang minum obat. Jam 10.00 WIB dilakukan pemeriksaan vital sign didapatkan respon subyektif klien mengatakan mau untuk di lakukan pemeriksaan Tanda-tanda vital respon obyektif didapat hasil Tekanan Darah 160/90 mmHg, nadi 80 kali per menit, respirasi 20 kali per menit. Jam 10:30 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk menurun tekanan darah respon subyektif klien mengatakan mau untuk diajarkan teknik relaksasi nafas dalam respon obyektif klien mencoba untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam 11:00 WIB memonitor ulang Tanda-tanda vital klien mau untuk di lakukan pemeriksaan Tanda-tanda vital Tekanan Darah didapat repon subyektif klien mengatakan mau untuk dilakukan pemeriksaan respon obyektif
29
Tanda-tanda vital 140/90 mmHg, Nadi 80 kali per menit, respirasi 20 kali permenit, suhu 37ºC.
F. Evaluasi Keperawatan Evaluasi hari pertama Diagnosa pertama Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 10 April 2014 jam 11.30 WIB, dilakukan evaluasi keperawat dengan
menggunakan metode SOAP
(Subyektif, Obyektif, Analyse, Planing) dengan hasil evaluasi data subjektif yaitu P (Provoking) klien mengatakan nyeri kepala, Q (Quality) nyeri seperti ditusuk, R (Region) kepala sebelah kanan, S (Severity) skala nyeri 6, T (Time) hilang saat tiduran timbul saat duduk, obyektif klien tampak meringis kesakitan dan klien tampak memegangi kepala, Analyse masalah nyeri belum teratasi, Planning intervensi dilanjutkan yaitu kaji nyeri, pantau tekanan darah, kolaborasi obat oral capropil tiga kali satu gram, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam. Diagnosa ke dua setelah dilakukan tindakan keperawatan tanggal 10 april 2014 jam 13.00 WIB dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif klien mengatakan tidak dapat tidur karena suasana lingkungan yang ramai, obyektif tampak lingkar hitam dibawah mata dan mata klien tampak merah, analyse masalah belum teratasi, planning intervensi dilanjutkan yaitu berikan lingkungan yang nyaman. Evaluasi hari kedua dilakukan pada tanggal 11 April 2014 jam 11.30 WIB didapatkan hasil evaluasi secara data subjektif P (Provoking)
30
klien mengatakan nyeri kepala,
Q (Quality) nyeri seperti ditusuk, R
(Region) kepala sebelah kanan, S (Severity) skala nyeri 6, T (Time) hilang saat tiduran timbul saat duduk, obyektif klien tampak meringis kesakitan dan klien tampak memegangi kepala, analysa masalah belum teratasi, planning lanjutkan intervensi yaitu kaji nyeri, pantau tekanan darah, memberikan posisi yang nyaman, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam. Diagnosa ke dua setelah dilakukan tindakan keperawatan tanggal 11 april 2014 jam 13.00 WIB dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif klien mengatakan belum bisa tidur karena suasana lingkungan yang ramai, maka dapat disimpulkan masalah gangguan tidur belum teratasi dan intervensi dilanjutkan yaitu berikan lingkungan yang nyaman. Evaluasi hari ketiga pada tanggal 12 April 2014 jam 11.30 WIB dengan evaluasi data subjektif yaitu P (Provoking) klien mengatakan nyeri kepala, Q (Quality) nyeri seperti ditusuk, R (Region) kepala sebelah kanan, S (Severity) skala nyeri 3, T (Time) hilang saat tiduran timbul saat duduk, respon obyektif klien sudah tidak tampak meringis kesakitan dan klien tampak tiduran ditempat tidur, analyse masalah teratasi, plannning intervensi dipertahankan yaitu kaji nyeri, pantau tekanan darah, memberikan posisi yang nyaman, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi obat captropil tiga kali satu gram. Diagnosa ke dua setelah dilakukan tindakan keperawatan tanggal 12 april 2014 jam 13.00 WIB dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif klien mengatakan sudah dapat tidur, obyektif mata klien sudah tidak tampak merah, dan
31
klien tidur kurang lebih delapan jam, analyse masalah teratasi, planning intervensi dipertahankan yaitu berikan lingkungan yang nyaman.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Tn. S Dengan pemberian “Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah di Bangsal Mawar 1 RS Dr. Moewardi”. Asuhan keperawatan meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Penulis akan membahas adanya kesesuaian atau kesenjangan antara teori dan hasil penelitian. 1. Pengkajian Tahap pengkajian adalah tahap proses mengumpulkan data yang relevan dan kontinue tentang respon manusia, status kesehatan, kekuatan, dan masalah klien. Tujuan dari pengkajian adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien, menilai keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah – langkah berikutnya (Dermawan, 2012 ; 36). Pengkajian terhadap Tn. S yang dilakukan dengan metode yang digunakan adalah autoanamnesa dan alloanamnesa, dimulai dari biodata pasien, riwayat kesehatan, pola gordon, pengkajian fisik, dan di dukung dengan hasil laboratorium dan hasil pemeriksaan penunjang (Darmawan, 2012 ; 3).
31
32
Metode dalam mengumpulkan data adalah observasi yaitu, dengan mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang masalah – masalah yang dialami klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan untuk mengatasi masalah – masalah klien ( Darmawan, 2012 ; 5) Hasil pengkajian pada tanggal 10 April 2014 pada kasus di dapat keluhan utama adalah klien mengatakan kepala terasa pusing. Nyeri akibat peningkatan tekanan darah (Nanda, 2011). Riwayat penyakit dahulu klien mengatakan belum pernah masuk Rumah Sakit dan klien belum pernah operasi. Riwayat kesehatan keluarga klien mengatakan bapak dari Tn. S menderita hipertensi, pola istirahat tidur selama sakit klien mengatakan sulit tidur dan hanya bisa tidur dari jam 03.00-05.00 WIB, Pola kognitif perseptual selama sakit klien mengatakan nyeri kepala seperti di tusuk di bagian kepala sebelah kanan dengan skala 6 dan timbul saat duduk hilang saat tiduran. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda vital tekanan darah 170/100 mmHg, Nadi 90x per menit, Respirasi 21x per menit, Suhu 37°C, pemeriksaan mata konjungtiva tidak anemis, palpebral hitam, sclera tidak ikterik, pupil isokor, diameter kanan dan kiri sama.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
persamaan antara data kasus dan teori yaitu manifestasi klinis dari Hipertensi. Manifestasi dari Hipertensi adalah perubahan pada retina seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembulu darah, edema pupil (edema pada diskus optikus). Gejala bila ada
33
menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskulerisasi oleh pembuluh darah (Brunner & Suddarth dalam wijaya, 2013). 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial atau proses kehidupan. Tujuannya adalah mengarahkan rencana asuhan keperawatan untuk membantu klien dan keluarga beradaptasi terhadap penyakit dan menghilangkan masalah keperawatan kesehatan (Dermawan, 2012 ; 62) Perumusan diagnose keperawatan didasarkan oleh hasil pengkajian yang didapat keluhan utama yaitu gangguan rasa nyaman ; nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ; peningkatan tekanan vaskulerisasi cerebra berdasarkan data subyektif klien mengatakan nyeri kepala seperti di tusuk di bagian kepala sebelah kanan dengan skala 6 hilang saat tiduran timbul saat duduk. Data objektif klien tampak meringis kesakitan, klien tampak memegangi kepala. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual, potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (Internasional Association for the study of pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi dan berlangsung < 6 bulan. Batasan karakteristik perubahan
34
selera makan, perubahan Tekanan Darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, mengekspresikan prilaku (misslnya gelisah, merengek, menangis), gangguan tidur (Nanda, 2013) Perumusan masalah untuk diagnose yang kedua yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan keadaan lingkugan ; bising berdasarkan data subjektif klien mengatakan sulit tidur karena lingkungan terlalu ramai. Data objektif mata klien tampak merah, dan tampak kantung mata hitam. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal. Batasan karakteristik perubahan pola tidur normal, penurunan kemampuan berfungsi, menyatakan tidak mengalami sulit tidur (Nanda, 2013) 3. Intervensi Keperawatan Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan akan dilakukan, dan siapa yang akan melakukan dari semua tindakan keperawatan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok, untuk membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lain, untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan, untuk menyediakan kriteria dan klasifikasi pasien (Dermawan, 2012 ;84).
35
Dalam kasus ini penulis melakukan intervensi selama 3 kali 24 jam dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik nyeri klien. Tujuan dari intervensi adalah suatu sasaran atau maksud yang menggambarkan perubahan yang diinginkan pada setiap kondisi atau perilaku klien dengan kriteria hasil yang diharapkan perawat. Kriteria hasil merupakan sasaran spesifik, langkah demi langkah pada pencapaian tujuan dan menghilangkan penyebab untuk diagnosa keperawatan. Suatu hasil merupakan perubahan status klien yang dapat diukur dalam berespon terhadap asuhan keperawatan. Hasil adalah respon yang diinginkan dari respon kondisi klien dalam dimensi fisiologis, sosial, emosional, perkembangan atau
spiritual.
Pedoman
penulisan
kriteria
hasil
berdasarkan SMART (Spesific, Measurable, Achieveble, Reasonable, dan Time). Spesific adalah berfokus pada klien, measurable dapat diukur, dilihat, diraba, dirasakan, dan dibau. Achieveble adalah tujuan yang harus dicapai, sedangkan Reasonable merupakan tujuan yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Time adalah batasan pencapaian dalam rentang waktu tertentu, harus jelas batasan waktunya (Dermawan, 2012 ; 99 – 100). Intervensi yang dilakukan pada diagnose yang pertama sesuai dengan teori yaitu Pantau karakteristik nyeri dan ketidaknyamanan. Pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri menggunakan metode PQRST : P (Paliatif/provokatif = yang menyebabkan timbulnya masalah) apakah yang menyebabkan gejala, apa saja yang dapat mengurangi dan
36
memperberatnya, Q (Quality dan Quantity = kualitas dan kuantitas nyeri yang dirasakan) bagaimana gejala nyeri dirasakan/sejauh mana klien merasakannya sekarang, R (Region = lokasi nyeri) dimana gejala terasa, S (Saverity = keparahan) seberapa keparahan dirasakan (nyeri dengan skala berapa), T (Time = waktu) kapan gejala mulai timbul, seberapa sering gejala terasa (Andarmoyo, 2013). Rencana tindakan yang disusun antara lain observasi karakteristik nyeri PQRST Untuk mengidentifikasi karakteristik nyeri, observasi Tanda-tanda vital untuk mengetahui Tandatanda vital klien, observasi reaksi teknik non farmakologi mengetahui reaksi/respon
wajah
klien,
Ajarkan
tentang
teknik
non
farkakologi/relaksasi nafas dalam untuk menurunkan Tekanan Darah dan mengurangi nyeri yang dirasakan klien. Menurut beberapa penelitian, telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan Nyeri dan Tekanan Darah dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri (Smeltzer dan Bare, 2003). Kolaborasi pemberian obat Analgetik Intervensi keperawatan yang kedua penulis merencanakan diagnosa Gangguan pola tidur berhubungan dengan keadaan lingkungan ; Bising diharapkan jumlah tidur dalam batas normal 6-8 jam per hari, perasaan segar sesudah tidur atau istirahat rencana tindakan yang disusun antara lain observasi / catat kebutuhan tidur klien untuk mengetahui kebutuhan tidur klien, instruksikan untuk memonitor tidur klien untuk mengetahui seberapa cepat tidur klien, fasilitas untuk mempertahankan aktifitas
37
sebelum tidur agar kondisi tenang dan konduktif, kolaborasi pemberian obat tidur (Nanda, 2013). Intervensi atau rencana keperawatan yang penulis susun mengacu kepada Nursing Intervention Clasification (NIC) dan penetapan tujuan dan kriteria hasil mengacu kepada Nursing Outcome Classification (NOC) yang disesuaikan dengan kondisi dan respon klien (Dermawan ;101). 4.
Tindakan Keperawatan Implementasi adalah serangkaian pelaksanaan rencana tindakan keperawatan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria
hasil
dalam
rentang
yang diharapkan
(Dermawan, 2012 ; 118). Penulis melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi yang telah disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang normal yang diinginkan. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis pada tanggal 10 yaitu adalah mengkaji karakteristik nyeri dengan rasional untuk mengetahui karakteristik
nyeri yang dirasakan klien. Data mengenai nyeri klien
digunakan untuk mengetahui factor yang mempengaruhi nyeri, kualitas nyeri, daerah perjalanan nyeri, keparahan atau intensitas nyeri dan lama atau waktu serangan nyeri sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan yang dilakukan selanjutnya (Alimul, 2012). Mengobservasi
38
keadaan umum dan memantau Tanda-tanda vital. Hal ini dilakukan dengan rasional untuk mengetahui status kesehatan klien dan untuk mengetahui respon klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sebelumnya (Deswani, 2009) memberikan teknik relaksasi nafas dalam setelah dilakukan uji
teknik relaksasi nafas dalam kepada klien.
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas dalam abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi (“hirup, dua, tiga”) dan ekhalasi(“hembuskan, dua, tiga”). Pada saat perawat mengajarkan ini, akan sangat membantu bila menghitung dengan dengan keras bersama klien pada awalnya. Nafas yang lambat berirama juga dapat digunakan sebagai teknik distraksi. Hampir semua orang dengan nyeri akut mendapat manfaat dari metodemetode relaksasi. Preriode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri akut dan yang meningkatkan nyeri (Smeltzer & Bare, 2002). Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada pada cara kerja sistem syaraf simpatis dan parasimpatis. Teknik relaksasi semakin sering dilakukan karena terbukti efektif mengurangi ketegangan dan kecemasan, dan dapat menurunkan tekanan
39
darah pada penderita hipertensi. Pernafasan diafragma sampai saat ini menjadi metode relaksasi yang mudah dalam pelaksanaannya.terapi teknik relaksasi nafas dalam sangat baik untuk dilakukan setiap hari
oleh
penderita hipertensi, agar membantu tubuh terutama otot pembulu darah sehingga mempertahankan elastisitas pembuluh darah elastis (Ramdhani, 2014). Implementasi hari kedua yaitu mengobservasi/catat kebutuhan tidur, menginstruksikan untuk memonitor tidur klien, kolaborasi pemberian obat tidur (Nanda, 2013)
5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain untuk menentukan perkembangan kesehatan klien, menilai efektifitas dan efisiensi tindakan keperawatan, mendapatkan umpan balik dari respon klien, dan sebagai tanggungjawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan (Dermawan, 2012 ; 128). Evaluasi terhadap Tn. S dilakukan dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Analysis, and Planning) untuk mengetahui keefektifan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan dengan memerhatikan pada tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan sesuai dengan rentang normal.
40
Pada tanggal 10 April 2014, jam 13.00 WIB diperoleh hasil sebagai berikut subyektif klien mengatakan nyeri kepala, seperti ditusuk, dibagian kepala sebelah kanan, skala nyeri 6, hilang saat tiduran timbul saat duduk objektif klien tampak meringis kesakitani, analisis masalah keperawatan belum teratasi. Intervensi di lanjutkan yaitu Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Evaluasi pada diagnose kedua diperoleh hasil sebagai berikut subyektif klien mengatakan tidak dapat tidur, objekyif tampak mata klien merah dan tampak lingkar hitam dibawah mata, analisis masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi beri lingkungan yang nyaman. Pada tanggal 11 april 2014 jam 12.30 WIB diperoleh hasil sebagai berikut subyektif klien mengatakan masih nyeri kepala, seperti ditusuk, dibagian kepala sebelah kanan, skala nyeri 6, hilang saat tiduran timbul saat duduk, objektif klien tampak meringis kesakitani, analisis masalah keperawatan teratasi. Intervensi di lanjutkan yaitu Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Evaluasi pada diagnose kedua diperoleh hasil sebagai berikut subyektif klien mengatakan tidak dapat tidur, objekyif tampak mata klien merah dan tampak lingkar hitam dibawah mata, analisis masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi beri lingkungan yang nyaman. Pada tanggal 12 April 2014 jam 13.00 diperoleh hasil sebagai berikut subyektif klien mengatakan masih nyeri kepala, seperti ditusuk, dibagian kepala sebelah kanan, skala nyeri 3 , objektif klien tampak sudah tidak meringis
kesakitan,
analisis masalah keperawatan
teratasi,
pertahankan Intervensi yaitu Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
41
Evaluasi pada diagnose kedua diperoleh hasil sebagai berikut subyektif klien mengatakan sudah bisa tidur, objekyif tampak mata klien sudah tidak tampak merah dank lien tidur kurang lebih 8 jam, analisis masalah teratasi, pertahankan Intervensi beri lingkungan yang nyaman. 6. Analisa Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Evaluasi pertama Sebelum dilakukan pemberian teknik relaksasi nafas dalam diperoleh data subyektif klien mengatakan nyeri kepala, seperti ditusuk, nyeri kepala sebelah kanan, skala 6, hilang saat tiduran timbul saat duduk. Data objektif klien tampak meringis kesakitan didapat Tanda-tanda vital Tekanan Darah 170/100 mmHg, Nadi 90x per menit, Respirasi 20x per menit, Suhu 37°C. Setelah dilakukan pemberian teknik relaksasi nafas dalam diperoleh data subyektif klien mengatakan nyeri kepala, seperti ditusuk, nyeri kepala sebelah kanan, skala 3, hilang saat tiduran timbul saat duduk. Data objektif klien tampak meringis kesakitan didapat Tanda-tanda vital Tekanan Darah 140/90 mmHg, Nadi 90x per menit, Respirasi 20x per menit,, Suhu 37°C. Berdasarkan hasil penelitian ini menyatakan ada penurunan tekanan darah yang segnifikan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam, ini membuktikan bahwa teknik relaksasi nafas dalam terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Evaluasi
kedua
sebelum
dilakukan
tindakan
membatasi
pengunjung data diperoleh subyektif klien mengatakan tidak bias tidur karena suasana lingkungan yang ramai. Data objektif mata klien tampak
42
merah dan kantung mata tampak hitam, setelah dilakukan tindakan membatasi pengunjung data diperoleh subyektif klien mengatakan sudah bias tidur. Data objektif mata klien sudah tidak tampak merah dank lien tidur kurang lebih 8 jam.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah
penulis
melakukan
pengkajian,
penentuan
diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang Asuhan keperawatan Tn. S dengan Hipertensi
di ruang Mawar 1
RS Dr
Moewardi dengan
mengaplikasikan Pemberian Teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah, maka dapat ditarik kesimpulan : 1. Pengkajian Hasil pengkajian pada Tn. S yaitu data subyektif klien mengatakan nyeri kepala, seperti ditusuk, dibagian kepala sebelah kanan, skala nyeri 6, hilang saat tiduran timbul saat duduk. Data objektif klien tampak meringis kesakitan dan memegangi kepala. 2. Diagnosa Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Tn. S adalah Gangguan rasa nyaman ; Nyeri kepala berhubungan dengan Agen cidera biologis ; peningkatan tekanan vaskulerisasi serebra dan Gangguan pola tidur berhubungan dengan keadaan lingkungan ; Bising. 3. Intervensi Intervensi yang di buat oleh penulis untuk diagnosa pertama Gangguan rasa nyaman ; Nyeri kepala berhubungan dengan Agen cidera biologis ; peningkatan vaskulerisasi serebra adalah observasi karakteristik nyeri
42
43
P,Q,R,S,T observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan, Ajarkan tentang teknik non farmakologi, observasi Tanda-tanda vital klien. Intervensi kedua dengan diagnosa Gangguan pola tidur berhubungan dengan keadaan lingkungan ; Bising adalah observasi / catat kebutuhan tidur setiap hari klien, instruksikan untuk memonitor tidur klien, fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur, kolaborasi pemberian obat tidur. 4. Implementasi Implementasi yang dilakukan penulis pada diagnosa pertama Gangguan rasa nyaman ; Nyeri kepala berhubungan dengan Agen cidera biologis ; peningkatan vaskulerisasi serebra adalah meliputi mengobservasi nyeri, mengobservasi Tanda-tanda vital, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam mengobservasi ulang Tanda-tanda vital. Implementasi pada diagnosa kedua Gangguan pola tidur berhubungan dengan keadaan lingkungan ; Bising adalah meliputi mengobservasi / catat kebutuhan tidur klien setiap hari, menginstuksikan untuk memonitor tidur klien. 5. Evaluasi Hasil evaluasi masalah keperawatan pertama Gangguan rasa nyaman ; Nyeri kepala berhubungan dengan Agen cidera biologis ; peningkatan vaskulerisasi serebra, di dapatkan hasil sebagai berikut subyektif pasien mengatakan nyeri kepala sudah berkurang, objektif klien tampak sudah tidak meringis kesakitan, klien tampak tiduran di tempat tidur, Analise masalah teratasi. Planning pertahankan intervensiIntervensi yaitu Ajarkan
44
teknik relaksasi nafas dalam. Gangguan pola tidur berhubungan dengan keadaan lingkungan ; Bising di dapat hasil sebagai berikut subyektif klien mengatakan sudah bias tidur. Obyektif mata klien sudah tidak tampak merah dan klien tidur kurang lebih 8 jam. Analisis masalah teratasi. Planning intervensi dipertahankan yaitu beri lingkungan yang nyaman. 6. Analisa Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Sebelum dilakukan pemberian teknik relaksasi nafas dalam diperoleh data subyektif klien mengatakan nyeri kepala, seperti ditusuk, nyeri kepala sebelah kanan, skala 6, hilang saat tiduran timbul saat duduk. Data objektif klien tampak merringis kesakitan didapat Tanda-tanda vital Tekanan Darah 170/100 mmHg, Nadi 90x per menit, Respirasi 20x per menit,, Suhu 37°C. Setelah dilakukan pemberian teknik relaksasi nafas dalam diperoleh data subyektif klien mengatakan nyeri kepala, seperti ditusuk, nyeri kepala sebelah kanan, skala 3, hilang saat tiduran timbul saat duduk. Data objektif klien tampak merringis kesakitan didapat Tanda-tanda vital Tekanan Darah 140/90 mmHg, Nadi 90x per menit, Respirasi 20x per menit,, Suhu 37°C. Berdasarkan hasil penelitian ini menyatakan ada penurunan tekanan darah yang segnifikan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam, ini membuktikan bahwa teknik relaksasi nafas dalam terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
45
B. Saran Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Asma Bronkhial penulis memberikan masukan yang positif terutama dalam bidang kesehatan antara lain: 1. Penulis Setelah melakukan diharapkan
tindakan keperawatan
pada pasien
Hipertensi
penulis dapat lebih mengetahui dan menambah wawasan
tentang cara pemberian teknik relaksasi nafas dalam. 2. Rumah Sakit Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerja sama baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umunya yaitu dengan memberikan Teknik relaksasi nafas dalam pada pada Pasien Hipertensi. 3. Bagi Perawat perawat Hendaknya para perawat mempunyai tanggung jawab dan keterampilan yang baik dalam memberi asuhan keperawatan serta mampu menjalin kerja sama dengan tim kesehatan lain maupun keluarga klien.
DAFTAR PUSTAKA
Alimun, A.Aziz. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Selemba Medika. Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogjakarta : AR-RUZZ MEDIA. Dermawan, deden. 2012. Proses Keperawatan (Penerapan Konsep Dan Krangka Kerja). Yogyakarta : Gosyen Publishing. Erlita,dkk.2013.http://Scholar.Google.com/Scholar?q=Pengaruh+Teknik+Relaksa si+Nafas+Dalam+Terhadap+Penurunan+Tekanan+Darah+Pada+Pasien+H ipertensi+Sedang-Berat+di Ruang+Irina C+Blu Prof. DR. R. D.+Kandou Manado & btng=jd&as sdt=0%2cs diakes tanggal 14 April 2014. Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta Selatan : Salemba Medika. Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan (Maternitas, Anak, Bedah, Dan Penyakit Dalam). Yogyakarta : Nuha Medika. Gunawan, Lany. 2013. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi). Yogyakarta : Kanisius. Herlambang. 2013. Menaklukkan Hipertensi Dan Diabetes. Jakarta Selatan : PT. Suka Buku. ISO. 2013. Informasi Spesialite Obat. Jakarta Barat : Penerbit PT. ISFI. Nanda. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran : EGC. Pudiastuti, Ratna Dewi. 2013. Penyakit-penyakit Mematikan. Nuha Medika : Yogyakarta. Purwanto, bambang. 2012. Hipertensi (Patogenesis,Kerusakan Targer Organ,dan Penatalaksanaan) Edisi. Surakarta : UNS Press. Putri, yessie Mariza & Andra Wijaya. 2013. KMB Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan dewasa). Jogyakarta : Nuha Medika. Saputra, Lyndon. 2010. Intisari Penyakit Dalam. Tangerang : Binarupa Askara.
Soeryoko, hery. (2010). 20 Tanaman Obat Terpopuler penurunan Hipertensi. Yogyakarta : C.V ANDI. Sudarta, wawan. 2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Cardiovaskuler. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Suwardianto,Heru.2011.http://Scholar.Google.com/Scholar?q=Pengaruh+Teknik+ Relaksasi+Nafas+Dalam+Terhadap+Perubahan+Tekanan+Darah+Pada+P enderita+Hipertensi+Hipertansi+di+Puskesmas+Kota+Wilayah+Selatan+ Kota+Kediri & btng=jd&as sdt=0%2cs diakes tanggal 14 April 2014. Triyono, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu . Yogyakarta : Graha Ilmu.