ANALYSIS OF THE EFFECT OF PRINCIPLES OF PRUDENTIAL BANKING CREDIT DISTRIBUTION IN PROPORTION TO BANK MANDIRI (PERSERO) TBK Johnshyn P., Dr. Masodah Undergraduate Program, Faculty of Economic, 2009 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keyword : Prudential banking, The proportion of lending ABSTRACT The purpose of this study are (1) to determine compliance with Bank Mandiri, the regulations applicable to the banking business, namely prudential banking regulations set by Bank Indonesia (2) to determine the effect Prudential Banking Principles substance represented by the ratio of CAR, RR, NPL , ROA and NPM partially or simultaneously on the allocation of bank funds for lending. Data used to test the hypothesis is secondary data obtained from www.bi.go.id. The data in the form of a monthly publication of financial statements of the period January 2008 to June 2009. The instrument used to test hipotesisi is multiple linear regression to test the effect of independent variables on the dependent variable. The results showed that Bank Mandiri has not complied with regulations stipulated by Bank Indonesia, as seen from some of the substance under study has not fulfilled conditions set by Bank Indonesia. And the regression test results can disimpukan that prudential banking substance that includes CAR and NPL effect simultaneously on the proportion of lending, as evidenced from the results of Test-F, where F Count of 25.692 which is greater than F table 3.68. And CAR and NPL ratio in partial and significant influence on the KDP, with rejection rates significant at 5% significant level.
ANALISIS PENGARUH PRINSIP PRUDENTIAL BANKING TERHADAP PROPORSI PENYALURAN KREDIT PADA BANK MANDIRI (Persero) Tbk Johnshyn P. Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2009 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui kepatuhan Bank Mandiri terhadap peraturan yang berlaku bagi bisnis perbankan, yaitu peraturan prudential banking yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (2) untuk mengetahui pengaruh substansi Prinsip Prudential Banking yang diwakilkan oleh rasio CAR, RR, NPL, ROA dan NPM baik secara parsial maupun secara simultan terhadap pengalokasian dana bank untuk penyaluran kredit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank Mandiri belum mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, hal ini terlihat dari sebagian dari substansi yang diteliti belum memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dan dari hasil uji regresi dapat disimpukan bahwa substansi prudential banking yang meliputi CAR dan NPL berpengaruh secara simultan terhadap proporsi penyaluran kredit, dibuktikan dari hasil Uji-F, dimana F Hitung sebesar 25,692 yang lebih besar dari F Tabel sebesar 3,68. Dan rasio CAR dan NPL berpengaruh secara partial dan signifikan terhadap PPK, dibultikan dengan penolakan tingkat signifikan pada taraf signifikan 5%. Kata Kunci : Prudential banking, Proporsi penyaluran kredit PENDAHULUAN Di tengah tantangan yang tidak ringan sebagai akibat dari krisis keuangan global yang berawal dari kegagalan sistem perbankan di Amerika Serikat. Seperti yang diungkapkan Gandung Troy, Ketua Harian Badan Sertifikasi Manajemen Resiko (BSMR) “bank-bank besar di Amerika Serikat terpuruk akibat dilanggarnya prinsip kehati-hatian bank dalam menjalankan bisnis”. Kendati begitu, Gandung optimistis perbankan nasional tidak akan mengalami hal sama dengan perbankan di ‘Negeri Paman Sam’. Pasalnya, kesadaran dan ketaatan bank dalam melaksanakan manajemen risiko saat ini sudah sangat baik. Bankir sangat peduli dan mau menerapkan kehati-hatian dalam menjalankan bisnis sesuai dengan prinsip dasar manajemen risiko (Media Indonesia, 11 Desember 2008). Menurut H. Gunawan, Indonesia memang merupakan negara yang terkena dampak krisis keuangan paling ringan. Tapi, itu bukan berarti negeri ini sekarang sudah aman benar. Para bankir misalnya, melihat pemulihan ekonomi yang berlangsung belum menunjukkan hasil yang signifikan. Itu sebabnya, kendati banyak yang “memaksa” mereka harus tetap berhati-hati dalam mengucurkan kreditnya (Trust No 32, Tahun VII/2009). Prudential Banking yaitu prinsip kehati-hatian bank dalam mengoperasikan usahanya agar dalam kondisi kinerja yang baik dan memenuhi kriteria bank yang sehat. Menurut D. Wijaya dalam Ahmad Faizol (2007) Segala penilaian kinerja bank pada dasarnya berpegang pada prinsip prudential banking bagi bank umum yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selaku pengawas dan pembina bank nasional yang menetapkan ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank menetapkan tentang penilaian tingkat kesehatan bank dengan surat edaran BI No. 26/BPPP/1993 tanggal 29 Mei 1993, yang kemudian disempurnakan melalui keputusan Direksi BI No. 31/11/Kep/Dir tanggal 30 April 1997 berdasarkan analisa rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Substansi dari prudential banking meliputi rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Reserve Requirement (RR), Non Performing Loan (NPL), Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), Return On Asset (ROA), dan Net Profit Margin (NPM). Penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana
bank. Penggunaan dana untuk penyaluran kredit ini mencapai 70%-80% dari volume usaha bank. Di dalam rangka penyaluran kredit kepada perusahaan-perusahaan dan masyarakat untuk kepentingan pembiayaan, maka setiap bank diwajibkan untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential principles) dalam menyalurkan kredit-kreditnya. Hal ini didasarkan, karena risiko yang sangat tinggi dalam melakukan pemberian kredit sebagai usaha utama bank. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut digunakan untuk menilai apakah pelaksanaan prinsip Prudential Banking dan substansinya dapat mempengaruhi besarnya proporsi pengalokasian dana dalam bentuk kredit.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kredit Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 disebutkan: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewjibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Tinjauan Umum tentang Prinsip Kehati-hatian Bank (prudential banking) Prinsip kehati-hatian (prudent banking principle) adalah suatu asas atau prinsip yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib bersikap hati-hati (prudent) dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya. (Mulhadi : 2005, 12) Sementara menurut Ahmad Faizol, prinsip prudential Banking, yaitu prinsip kehatihatian bank dalam mengoperasikan usahanya agar tetap dalam kondisi kinerja yang baik dan memenuhi kriteria bank sehat (Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol.3 No.2, Januari 2007). Berkaitan dengan prinsip kehati-hatian dalam penelitiannya Sunarsip dan Suyono menyatakan bahwa prudential regulation adalah seperangkat hukum (laws), ketentuan (rules), dan peraturan (regulations) yang didesain untuk meminimalkan risiko perbankan dan menjamin keamanan (safety) dan soundness baik terhadap institusi individu dan sistem secara keseluruhan. Misalnya: peraturan batas kredit maksimum (legal lending limits), minimum kecukupan modal (minimum capital adequacy ratio/CAR), risiko likuiditas (liquidity ratios), dsb (Jurnal Keuangan Publik Vol.1 No.1, September 2003). Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prinsip kehati-hatian bank (prudential banking) merupakan ketentuan, asas atau prinsip yang wajib dilaksanakan bank dalam melakukan kegiatan usahanya untuk meminimalkan risiko perbankan dalam rangka menjaga dana masyarakat yang dipercayakan dan menjaga kinerja yang baik serta memenuhi kriteria bank yang sehat. Asas Kehati-hatian Menurut Ketut Rindjin (2006:126), “Asas kehati-hatian agar kondisi bank tetap sehat, yang perlu dicermati meliputi antara lain faktor likuiditas, modal kualitas asset, rentabilitas atau efisiensi dan manajemen.” 1. Faktor likuiditas Faktor likuiditas merupakan faktor pertama yang mendapat perhatian. Karena kondisi bank bisa sangat dipengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat. Sehingga posisi
likuiditas sangat perlu dijaga dan dipelihara. Posisi likuiditas dapat melalui rasio-rasio dibawah ini : • Reserve Requirement (RR) merupakan salah satu prinsip yang mengatur mengenai ketentuan giro wajib minimum. Berdasarkan Surat Edaran bank Indonesia Nomor 23/17/BPPP tanggal 28 Februari 1992, besarnya RR adalah 2%. Besarnya RR tersebut mengalami beberapa kali perubahan dan sejak tahun 1997 hingga sekarang bearnya RR menjadi 5%. Nilai RR diperoleh dari hasil pembagian antara total likuid dengan total dana pihak ketiga. • Non Performing Loan (NPL) merupakan alat ukur mengenai tingkat kredit yang bermasalah. Mulhadi (2005:18), BIS (Bassel International Standar) mengatur mengenai aturan NPL, yaitu 5% yang harus dipenuhi bank-bank sebelum tahun 2001. Semakin besar rasio ini, maka semakin besar tingkat kredit bermasalah. Nilai rasio ini diperoleh dari hasil pembagian kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan. • Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) merupakan salah satu prinsip kehatihatian yang mengatur mengenai batas maksimum pemberian kredit baik kepada pemegang saham maupun kepada masyarakat pada umumnya. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) yaitu 10 persen untuk pihak terkait dan 20 persen dari modal untuk pihak tidak terkait. Hal ini termaktub dalam pasal 11 ayat 1, 2, 3 dan 4 UU Nomor 10 tahun 1998 mengenai perbankan. 2. Modal Modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha yang sehat dan dapat menampung resiko kerugian. Secara teknis, kewajiban penyediaan modal minimum diukur dengan CAR. Capital adequency Ratio (CAR) merupakan salah satu prinsip yang mengatur mengenai kecukupan modal yang harus ditaati oleh bank. Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 3/21/2001 tanggal 13 Desember 2001, mewajibkan bank-bank di Indonesia untuk mempertahankan rasio kewajiban penyediaan modal minimum atau CAR sebesar 8%. Nilai CAR diperoleh dari pembagian antara modal bank ddengan aktiva tertimbang menurut resiko. 3. Kualitas Aset Rentabilitas asset memiliki konsekuensi akan adanya kewajiban bank untuk menyediakan cadangan, sehingga tidak membahayakan eksistansinya (Ketut Rindjin:2000, 127). Dalam penelitian Payamta dan Machfoedz dalam symposium Nasional Akuntansi oleh Aryati dan Manao tahun 2002 dalam Liasari (2006) aspek kualitas aset tidak menggunakan pola yang ditetapkan BI tetapi diproksikan dengan RORA (Return On Risk Asset). RORA merupakan rasio antara laba sebelum pajak dengan risk asset. RORA mengukur kemampuan bank dalam memaksimalkan aktiva yang dimilkinya untuk memperoleh laba. 4. Rentabilitas Indikator untuk pencapaian rentabilitas atau efisiensi adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Net Interest Margin (NIM). Menurut Ketut Rindjin (2000,127), “Namun, Bank Indonesia lebih melihat pada ROA, karena ROA mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan melalui pengoptimalkan asset yang dimiliki. “Return On Asset (ROA) merupakan alat ukur mengenai kemampuan dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Pengukuran ini adalah melalui asset yang dananya sebagian besar dari masyarakat. ROA diharapkan selalu besar angka rasionya. Nilai rasio ini diperoleh dari hasil bagi antara laba setelah laba sebelum pajak dengan total aktiva. Laba sebelum pajak yang digunakan merupakan
aturan dari Bank Indonesia sesuai SE/No.6/DPNP/ tanggal 31 mei 2004. 5. Manajemen Indikator manajemen mencakup komponen manajemen likuiditas, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen permodalan. Selain itu berdasarkan ketentuan SK bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia No.52/KMK.017/1999 dan No. 31/11/KEP/GBI tanggal 8 Februari 1999, yang isinya antara lain sebagai berikut. Pertama, ketentuan penilaian pemenuhan fit and proper test dari pemegang saham, dewan komisaris dan direksi BU. Kedua, penilaian terhadap pemegang saham yang memiliki lebih besar dari 25% atau dapat dibuktikan menjadi pemegang saham pengendali berkenaan dengan pemenuhan komitmen tertulis kepada BI, masalah integritas, campur tangan dan dalam operasional bank. (Ketut Rindjin : 2000,128). Dalam penelitian Payamta dan Machfoedz dalam symposium Nasional Akuntansi oleh Aryati dan Manao tahun 2002 dalam Liasari (2006) aspek manajemen tidak menggunakan pola yang ditetapkan BI tetapi diproksikan dengan NPM (Net Profit Margin). NPM merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. METODOLOGI PENELITIAN Objek penelitian pada penulisan skripsi ini adalah Bank Mandiri yang bergerak di bidang investment banking, perbankan syariah serta bank assurance, Bank Mandiri menyediakan solusi keuangan yang menyeluruh bagi perusahaan swasta maupun milik Negara, komersiil, usaha kecil dan mikro serta nasabah konsumer. Data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah data sekunder yang diperoleh dari www.BI.go.id. Data berupa laporan keuangan publikasi bulanan periode januari 2008 sampai dengan juni 2009. Alat yang digunakan untuk menguji hipotesisi adalah uji regresi linear berganda untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan dan Analisis Rasio, Evaluasi kepatuhan terhadap prudential banking Dalam penelitian ini yang pertama dilakukan adalah evaluasi kepatuhan Bank Mandiri terhadap peraturan prudential banking yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia terkait standar penilaian yang diterapkan yang didalam penelitian ini diwakilkan oleh substansi dari prudential banking, yaitu CAR, RR, NPL, BMPK, ROA dan NPM yang juga merupakan perhitungan data / variabel. Namun, dalam variabel BMPK tidak dimasukkan dalam pengujian karena data BMPK bertipe string yang hanya berupa pernyataan dalam laporan keuangan. a. CAR (Capital Adequacy Ratio) Gambar 1 CAR Rasio ini berkaitan jumlah equity yang diklasifikasikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan, yang menunjukkan kemampuan permodalan dan cadangan yang digunakan untuk menunjang operasi perusahaan. Semakin tinggi CAR juga dapat menggambarkan bank tersebut semakin solvabel, karena bank yang mempunyai modal yang cukup untuk melakukan kegiatan usahanya dan cukup pula menanggung resiko, apabila bank tersebut di likuidasi. Secara keseluruhan perhitungan rasio CAR yang ditunjukkan dalam GmbR 4.1 telah mampu memenuhi standar minimal yang ditetapkan BI sebesar 8%, sehingga rasio kecukupan modal Bank Mandiri telah memenuhi kriteria dan masuk dalam bank yang
berkinerja baik dan sehat serta patuh terhadap PBI b. RR (Reserve Requirement)
Gambar 2 RR Secara keseluruhan perhitungan rasio RR yang ditunjukkan dalam pada gambar 4.2 telah mampu memenuhi standar minimal yang ditetapkan BI sebesar 5%, sehingga 0% 5 % 10% 1 5 % 20% 2 5 % Ja n0 8. Fe b 0 8. M a r 0 8. Ap r 0 8. M a y 0 8. Ju n0 8.
Ju l0 8. A u g 0 8. Se p 0 8. Oc t 0 8. No v 0 8. D e c 0 8. Ja n0 9 . Fe b 0 9 . M a r 0 9 .
Ap r 0 9 . M a y 0 9 . Ju n0 9 . K e t e n t u a n CAR CAR 0% 5 % 10% 1 5 % Ja n0 8. Fe b 0 8. M a r 0 8. Ap r 0 8. M a
y 0 8. Ju n0 8. Ju l0 8. A u g 0 8. Se p 0 8. Oc t 0 8. No v 0 8. D e c 0 8. Ja n0 9 . Fe b 0 9
. M a r 0 9 . Ap r 0 9 . M a y 0 9 . Ju n0 9 . KetentuanRR R Rketentuan reserve requirement atau giro wajib minimum Bank Mandiri telah memenuhi kriteria yang baik dan terbukti mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh BI c. NPL (Non Performing Loan)
Gambar 3 NPL Rasio ini diharapkan selalu rendah, karena peningkatan rasio ini mengindikasikan semakin tingginya kredit bermasalah. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa Bank Mandiri belum mematuhi peraturan Bank Indonesia, hal tersebut terlihat dari keseluruhan rasio NPL berada diatas standar yang ditetapkan yaitu sebesar 5%. d. ROA (Return On Asset) Gambar 4 ROA Berdasarkan hasil perhitungan dapat terlihat bahwa rasio ROA pada Bank Mandiri rendah pada awal periode dan masuk dalam kriteria yang tidak sehat, namun mulai membaik pada periode berikutnya. Hal ini disebabkan nilai laba sebelum pajak yang diperoleh pada awal periode cenderung rendah. Dan dari hasil perhitungan pada tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa Bank Mandiri belum mematuhi peraturan Bank Indonesia, hal tersebut terlihat dari sebagian besar rasio ROA yang masih berada dibawah standar yang ditetapkan yaitu sebesar > 1,215%.
0% 2% 4% 6% 8% 10% Ja n0 8. Fe b 0 8. M a r 0 8. Ap r 0 8. M a y 0 8. Ju n0 8. Ju l0 8. A u
g 0 8. Se p 0 8. Oc t 0 8. No v 0 8. D e c 0 8. Ja n0 9 . Fe b 0 9 . M a r 0 9 . Ap r 0 9 .
M a y 0 9 . Ju n0 9 . KetentuanNPL NPL 0.000% 0. 5 00% 1.000% 1. 5 00% 2.000% 2. 5 00% Ja n… Fe b … M a r … Ap r … M a y … Ju n… Ju
l0 8. A u g … Se p … Oc t … No v … D e c … Ja n… Fe b … M a r … Ap r … M a y … Ju n… ROA K e t e n t u a n R O Ae. NPM (Net Profit Margin)
Gambar 5 NPM Rasio NPM yang telah mencapai 10% bank mulai dapat mengoptimalkan pendapatan operasionalnya yang berarti kinerja bank sudah mulai membaik. Dari gambar 4.5 terlihat nilai NPM berada diatas 10%, yang menunjukkan Bank Mandiri mampu mengoptimalkan pendapatan operasionalnya. Dan disimpulkan bahwa kemampuan Bank Mandiri dalam menghasilkan laba dari pendapatan operasionalnya telah cukup baik dan masuk dalam kriteria bank yang sehat dan tidak melanggar (patuh) terhadap ketetapan standar BI sebesar 10%. Analisis dan Pembahasan Uji Hipotesis Tabel 1 Uji t Model T Sig. Keterangan 1 (Constant) 33,202 0,000 CAR -4,300 0,001 Signifikan NPL -2,735 0,015 Signifikan Sumber: data diolah 2009 Tabel 2 Uji F Model Sum of squares Df Mean of Squares F Sig Regresion 85.418 2 42.709 25.692 .000 Residual 24.935 15 1.662 Total 110.353 17 R Square (R2 ) = 0,774 Sumber: data diolah 2009 Dari hasil penelitian (dapat dilihat pada lampiran) diketahui nilai koefisien determinasi (r 2 ) sebesar 0,774% artinya 77,4% variabel terikat (Proporsi Penyaluran 0% 10% 20% 30% 40% Ja n0
8. Fe b 0 8. M a r 0 8. Ap r 0 8. M a y 0 8. Ju n0 8. Ju l0 8. A u g 0 8. Se p 0 8. Oc t 0 8. No v
0 8. D e c 0 8. Ja n0 9 . Fe b 0 9 . M a r 0 9 . Ap r 0 9 . M a y 0 9 . Ju n0 9 . KetentuanNPM N P MKredit) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan), sedangkan sisanya (100% - 77,4% = 22,6%) dijelaskan oleh variabel lain.
Pembahasan Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap PPK Modal banyak digunakan bank untuk memperbaiki kualitas aktiva produktif yang dimiliki, seperti kredit yang diberikan, penempatan pada bank lain (call money,deposito berjangka, dll) atau surat-surat berharga (SBI,SBPU, dll). Hubungan negatif yang terjadi menunjukkan bahwa penurunan CAR akan meningkatkan proporsi penyaluran kredit, jika kondisi dalam suatu bank terjadi peningkatan penyaluran kredit maka NPL akan meningkat yang tidak diikuti dengan peningkatan perolehan pendapatan. Hal ini menyebabkan modal berkurang maka sumber dana yang akan disalurkan kembali kepada masyarakat akan berkurang. Atau kenaikan CAR akan menyebabkan penurunan pada proporsi penyaluran kredit, hal ini menujukkan kecenderungan bank untuk menempatkan modalnya pada aktiva produktif yang lain seperti call money, SBI, SBPU dll. Pada juni 2009 suku bunga Bank Indonesia berada pada level 7%, seharusnya diikuti dengan penurunan suku bunga kredit yang berada pada level 11-12%. Angka suku bunga kredit dihitung berdasarkan respons sistem perbankan Indonesia terhadap kebijakan moneter Bank Indonesia, dimana pada juni 2009 suku bunga kredit masih bertahan pada level diatas 16% yang mempengaruhi permintaan kredit sehingga untuk memanfaatkan dana yang menganggur bank akan cenderung menempatkan dananya di SBI. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap PPK Semakin tinggi nilai NPL menunjukkan semakin besar tingkat kredit bermasalah. Semakin besar kredit bermasalah yang terjadi akan menyebabkan penurunan tingkat penyaluran kredit atau sebaliknya penurunan tingkat kredit bermasalah akan meningkatkan tingkat kredit yang disalurkan. Namun dari hasil perhitungan rasio selama periode januari 2008 sampai dengan 2009 peningkatan kredit bermasalah diikuti pula dengan peningkatan kredit yang disalurkan. Hal ini disebabkan, seperti yang diungkap D. Retnadi bahwa dampak krisis global akan menimpa industri perbankan, karena ekspansi kredit ke depan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor riil. Yang tidak kalah penting adalah bahwa perbankan akan dihadapkan pada situasi Non Performing Loan (NPL) akan semakin besar karena debitur akan kesulitan membayar kewajibannya (Fokus, Bank & Manajemen Jan/Feb. 2009). Pengaruh RR, ROA dan NPM terhadap PPK RR merupakan rasio antara total alat likuid dengan total dana pihak ketiga. RR menunjukkan simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar dana yang digunakan bank untuk membentuk alat likuid. Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia GWM yang wajib dibentuk adalah sebesar 5% tetapi bank akan mempertahankan cadangan likuiditas lebih besar dari GWM BI untuk mengantisipasi penarikan besar-besaran (rush) oleh nasabah. RR berkaitan dengan pembentukkan cadangan wajib minimum pada Bank Indonesia dalam bentuk alat likuid (kas dan giro pada BI) sehingga RR tidak memiliki pengaruh terhadap kemampuan bank dalam menyalurkan kredit. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak dengan total aktiva. Semakin tinggi tinggi nilai ROA semakin baik kemampuan bank dalam mengoptimalkan asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Tetapi laba yang besar tidak berarti penyaluran kredit akan menjadi besar, karena laba tidak termasuk dalam komponen dana bank yang digunakan untuk melakukan penyaluran kredit. Sehingga dapat disimpulkan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap proporsi penyaluran kredit. NPM merupakan rasio antara laba bersih dengan pendapatan operasional. NPM
menunjukkan keoptimalan pendapatan operasional dalam membentuk laba bersih bank. Semakin besar nilai NPM semakin optimal bank dalam membentuk laba bersih. Laba yang besar menunjukkan berhasilnya operasional bank yaitu melalui pendapatan, baik yang berasal dari kredit maupun dari kegiatan yang lain. Sehingga indikator NPM ini tidak memiliki pengaruh terhadap proporsi penyaluran kredit. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan antara lain : 1. Pada evaluasi kepatuhan Bank Mandiri terhadap peraturan prudential banking yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia terkait standar penilaian yang diterapkan, dimana dalam penelitian ini prudential banking diwakilkan oleh substansinya yang meliputi rasio CAR, RR, NPL, ROA dan NPM. Dari hasil penelitian rasio CAR, RR, dan NPM telah memenuhi standar yang ada sedangkan rasio NPL dan ROA belum memenuhi standar yang ditetapkan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan Bank Mandiri belum mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 2. Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa data penelitian meliputi nilai rasio CAR dan NPL berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Proporsi Penyaluran Kredit. Hal ini dibuktikan dari hasil Uji-F, dimana F Hitung sebesar 25,692 yang lebih besar dari F Tabel sebesar 3,68. Dan secara partial rasio CAR yang mewakili faktor permodalan dan NPL yang mewakili faktor likuiditas berpengaruh terhadap proporsi penyaluran kredit pada Bank Mandiri dibuktikan dengan penolakan tingkat signifikan pada taraf signifikan 5%. Saran Peneliti menyarankan beberapa hal yang berkaitan dengan kelemahan yang terdapat dalam hasil perhitungan dan pembahasan, antara lain : 1. Sebaiknya Bank Mandiri terus berusaha memperbaiki kinerja dan mematuhi peraturan perbankan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu tetap menjaga angka rasiorasio yang menjadi indikator dalam substansi prinsip prudential banking terutama berkaitan dengan Return On Asset dan Non Performing Loan. 2. Sebaiknya Bank Mandiri selalu memperhatikan hal-hal yang menentukan keputusan untuk menaikkan volume kredit. Hal-hal tersebut seperti rasio CAR dan NPL yang telah terbukti memilki pengaruh baik secara parsial maupun secara simultan dan signifikan terhadap Proporsi Penyaluran Kredit. 3. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan terhadap variabel yang lebih luas mengingat variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini hanya terfokus kepada rasio CAMEL/Prudential saja. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Faizol, “ Analisis Keuangan Bank Pada Bank Muamalat Indonesia Tbk”, Jurnal Bisnis & Manajemen, Vol.3 No.2, Januari.2007 D. Gujarati. 1995. Ekonometrika Dasar, Cetakan 6. Erlangga. Jakarta Dahlan Siamat. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan Perbankan. Lembaga Penerbit FE UI. Jakarta Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan, Ed-1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Ketut Rindjin. 2000. Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Kuncoro, M dan Suhardjono. 2002 Manajemen Perbankan ; Teori dan Aplikasi, Lembaga Penerbit FE UGM. Yogyakarta Lukman Dendawijaya. 2003. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta Mulhadi, “Prinsip kehati-hatian (Prudent Banking Principle) dalam Kerangka UU Perbankan Indonesia”, Universitas Sumatera Utara, 2005 Ni Ketut Lely A. M., “Evaluasi Pengaruh CAMEL Terhadap kinerja Perusahaan”, Buletin Studi Ekonomi, ISSN : 1410-4628, Vol.1 No.12, Denpasar, 2007 R. Gunawan Sudarmanto. 2003. Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS. Jakarta Sunarsip dan Suyono S., “Analisis atas Deregulasi, Krisis, dan Restrukturisasi Perbankan di Indonesia”, Jurnal Keuangan Publik, Vol.1 No.1:99-126, September,2003 Siti Hartati, “Analisis Pengaruh Prinsip Prudential Banking Terhadap Proporsi Penyaluran Kredit pada Bank DKI”, Universitas Gunadarma Jakarta, 2008 Umi Liasari, “Analisis CAMEL Untuk Mengukur Tingkat Kesehatan Bank Go Publik yang Ikut Program Rekapitalisasi”, Universitsas Muhamadiyah Malang, 2006 www.bankmandiri.co.id/corporate01/news-detail.asp?id=HAVK30188168 www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Keuangan+Publikasi+Bank/Bank/Bank+ Umum+Konvensional/ www.mediaindonesia.com/read/2009/04/04/72239/20/2/NPL-Meningkat-Bank-MandiriTambah-Provisi-Rp137-triliun