3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
ANALYSIS OF SUSTAINABILITY REPORT ON GOING CONCERN AUDIT OPINION ON MANUFACTURING COMPANY LISTED IN BEI Isa Nur Fitri Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya Made Dudy Satyawan Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya
[email protected] ABSTRACT This study aims to analyze the effect of sustainability report on going concern audit opinion. The shape corporate social responsibility regard to economic, social, and environmental enterprises are reported in the sustainability report was measured using corporate social responsibility disclosure with a proxies of sustainability report disclosure based on the Global Reporting Initiative Guidelines 3.1, profitability with a proxies of return on asset, leverage with a proxies of debt ratio, growth with a proxies of sales growth, and environmental performance with a proxies of PROPER. Company was used as a sample is manufacturing company because do a lot of impact resulting from activities economic, social and environment is manufacturing company The population used in this study is manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) follows the Performance Rating Program (PROPER) in the period 20102013. Hypothesis testing using logistic regression analysis with logit model, process using software Eviews version 6.0. The results of this study indicate that the corporate social responsibility disclosure (CSRD), profitability (ROA), sales growth (GROWTH), environmental performance (PROPER) significant effect on going concern audit opinion. Meanwhile, leverage (LEV) no significant effect on going concern audit opinion. Keywords: Going Concern Audit Opinion, Sustainability Report, GRI 3.1
PENDAHULUAN Salah satu prinsip good corporate governance yang kini mulai diperhatikan oleh shareholder yaitu prinsip responsibility. Berdasarkan prinsip ini, perusahaan harus bertanggungjawab atas aktivitas dan kegiatan operasional yang dilakukan. Pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan ditunjukkan dengan kegiatan perusahaan baik dari segi ekonomi, sosial maupun lingkungan kepada pihak internal maupun eksternal yang dikenal dengan corporate social responsibility. Tanggungjawab sosial atau corporate social responsibility mulai muncul ketika perusahaan tidak dapat mengatasi dampak yang diakibatkan pada kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan. Perusahaan dituntut untuk dapat mengatasi masalah-masalah dan dampak yang ditimbulkan dari adanya kegiatan tersebut. Seperti fenomena sosial yang terjadi pada akhirakhir ini, tuntutan atas kenaikan upah buruh atau pekerja industri. Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) menolak tuntutan karena besarnya tuntutan buruh dapat mengancam keuangan perusahaan sehingga rawan bangkrut dan tidak kuat memberikan hak karyawan (Gatti, 2013).
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1804
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Permasalahan lain adalah masalah dampak lingkungan yang terjadi pada PT. Charoen Pokphand yaitu kegiatan produksi pakan ternak, di industri tersebut menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan sekitarnya. Limbah tersebut terdiri dari limbah cair dan padat, yang dapat menggangu lingkungan sekitar, baik terhadap air, udara, maupun kesehatan penduduk sekitar. PT. Newmount Minahasa dengan polusi airnya yang mengandung bahan-bahan berbahaya seperti merkuri dan arsenic, sehingga mengakibatkan rusaknya lingkungan yang berujung pada tuntutan hukum baik dari pemerintah maupun dari masyarakat (Riyadi, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa, jika perusahaan tidak memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan yang ditimbulkan maka akan menganggu keberlangsungan usaha perusahaan. Sehingga konsep corporate social responsibility perlu diterapkan untuk menjaga keberlangsungan usaha secara terus-menerus. Perusahaan kini mulai mempertimbangkan cara untuk mengatasinya dengan melakukan penerapan CSR (corporate social responsibility). Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk berperan mendukung pembangunan ekonomi, bekerjasama dengan karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan. Penerapan CSR mulai dilakukan oleh perusahaan di Indonesia ketika dikeluarkannya peraturan UU PT No. 40 tahun 2007 yang dituangkan di dalam pasal 74 mengenai tanggungjawab perusahaan baik sosial dan lingkungan. Beberapa laporan yang disajikan tiap tahunnya oleh perusahaan, selain laporan keuangan dan laporan tata kelola perusahaan yang menggambarkan sistem pengelolaan perusahaan, sekarang salah satu laporan yang menjadi penilaian dalam kinerja perusahaan adalah laporan kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan tanggungjawab ekonomi, sosial dan lingkungan kepada masyarakat dalam bentuk laporan keberlanjutan atau lebih dikenal dengan sustainability report. Elkington (1997) menyatakan bahwa apabila suatu korporasi ingin tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan maka korporasi itu harus peduli dan bertanggungjawab terhadap lingkungan (planet), masyarakat (people), dan pertumbuhan keuntungan bisnis itu sendiri (profit). Adhima et al., (2013), menunjukkan bahwa sustainability (keberlanjutan) adalah keseimbangan antara planet, people, profit, yang dikenal dengan konsep Triple Bottom Line. Selain berorientasi finansial, perusahaan juga dituntut untuk berorientasi sosial dan lingkungan, karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable), keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup (Madaniah, 2013). Menurut National Center for Sustainability Reporting (NCSR), perkembangan laporan keberkelanjutan (sustainability reporting) di Indonesia cukup baik. Tandanya, semakin banyak jumlah perusahaan di Tanah Air yang membuat laporan tersebut, di tahun 2012 sebanyak 41 perusahaan go public yang membuat sustainability reporting. Jumlah perusahaan yang membuat laporan keberlanjutan di Indonesia paling tinggi di kawasan Asia Tenggara. Di Malaysia, jumlah pembuat laporan hanya sekitar 10 perusahaan. Sementara itu, di Singapura terdapat 15 perusahaan. Di negara ini, pembuatan laporan keberlanjutan mendapatkan dorongan dari Singapore Stock Exchange yang mengeluarkan pedoman penyusunan laporan keberlanjutan pada tahun 2011 (Meryana, 2013). Sustainability report semakin mendapatkan perhatian di dalam kegiatan perusahaan karena dapat menggambarkan seberapa besar tanggungjawab yang telah dilakukan oleh perusahaan. Sustainability report ini disusun berdasarkan pedoman (standar) Global Reporting Initiative (GRI) yang telah dikembangkan sejak tahun 1990 dan disusun tersendiri atau terpisah Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1805
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
dari laporan keuangan maupun laporan tahunan. Di Indonesia pengungkapan tanggungjawab sosial diatur dalam PSAK No. 01 paragraf 9 (2009), menyatakan bahwa: “perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”. Hal ini juga didukung dari keputusan Bapepam-LK No. 431/BL/2012 yang mengeluarkan peraturan mengenai emiten untuk mengungkapkan tanggungjawab sosial perusahaan dalam bentuk laporan keberlanjutan (sustainability report) atau laporan tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility report) di dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan tersendiri. Laporan dalam bentuk sustainability report akan dapat membantu perusahaan di dalam menyampaikan kinerja dalam aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan. Salah satu bentuk pengungkapan dari sustainability report adalah mengenai tanggungjawab lingkungan, yang berhubungan dengan usaha pelestarian lingkungan hidup oleh perusahaan. Di dalam UU No. 32 Tahun 2009 diatur tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa “Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan”. Hal ini menguatkan bahwa tanggungjawab perusahaan terkait dengan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan harus dilakukan secara berkelanjutan yang dilaporkan melalui sustainability report. Pada tahun 2002 Kementerian Lingkungan Hidup mengadakan PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) untuk meningkatkan peran perusahaan di dalam melakukan tanggungjawab terhadap lingkungan dalam program pelestarian lingkungan hidup. PROPER memiliki kriteria tertentu untuk dapat melakukan peringkat perusahaan atas kinerja lingkungan yang diukur dengan menggunakan urutan terbaik berdasarkan warna yaitu emas, hijau, biru, merah, dan hitam. Dengan adanya PROPER akan mendorong perusahaan agar meningkatkan kinerja lingkungan, sebagai bentuk dari tanggungjawab dari kegiatan operasional perusahaan. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup, PROPER berhasil mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan, pada periode 2009-2010 perusahaan yang taat sebesar 71%, selain itu meningkatnya ketaatan perusahaan dapat terlihat dari 66% pada periode 2010-2011 menjadi 69% pada periode 2011-2012. Tingkat ketaatan pada periode 2012-2013 mencapai 65% mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun kemarin. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan peserta baru sebanyak 38% dibandingkan tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2011-2012 peserta PROPER sebanyak 1.317 perusahaan, sedangkan pada tahun 2012-2013 sebanyak 1.812 perusahaan. Sustainability report diharapkan mampu untuk memberikan informasi tentang kegiatan sosial maupun lingkungan yang dilakukan secara berkelanjutan, agar perusahaan dapat menjaga keberlangsungan hidup (going concern) usaha secara berkesinambungan dan menerima opini audit non going concern dari auditor independen. Saat ini, auditor sebagai pihak eksternal yang independen tidak hanya menilai perusahaan dari kegiatan ekonomi, namun juga dari kegiatan sosial dan lingkungannya dalam memberikan opini auditnya yang dapat menggambarkan kondisi perusahaan. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP Seksi 341, 2001). Opini audit going concern diberikan auditor ketika perusahaan dinilai tidak dapat Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1806
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Para pemakai laporan keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit going concern ini menggambarkan bagaimana suatu keadaan perusahaan saat ini. Auditor harus bertanggung jawab terhadap opini audit going concern yang dikeluarkannya, karena akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan (Setiawan, 2006). Hal ini membuat auditor mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mengeluarkan opini audit going concern yang konsisten dengan keadaan yang sesungguhnya. Sehingga opini audit yang dikeluarkan oleh auditor sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui keberlangsungan kegiatan usahanya. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, sehingga dengan laba yang konsisten perusahaan dapat menjaga keberlangsungan hidup usahanya dan kecil kemungkinan bagi perusahaan untuk menerima opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan Komalasari (2004), menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan mempunyai koefisien negatif, semakin rendah return on asset semakin tinggi pula profitabilitas perusahan untuk mendapatkan opini selain unqualified opinion. Sedangkan leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya. Hani et al., (2003), menunjukkan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pemberian opini audit going concern, sedangkan rasio profitabilitas berhubungan negatif terhadap pemberian opini audit going concern. Berbeda dengan Petronela (2004) mengungkapkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan dalam memberikan opini audit going concern, sedangkan leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya (Rudyawan dan Bandera, 2009). Penelitian dari Setyarno et al., (2006) tidak menemukan bukti yang signifikan antara rasio pertumbuhan penjualan dengan kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al., (2012) menemukan bahwa auditor membebankan biaya yang lebih rendah dan mengurangi kecenderungan untuk mengeluarkan opini going concern dengan perusahaan yang memiliki kinerja corporate social responsibility yang baik. Dalam penelitian ini akan menganalisis pengaruh dari Sustainability Report yang dilaporkan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dampak yang paling banyak diakibatkan dari aktivitas perusahaan terhadap kondisi sosial dan lingkungan adalah perusahaan manufaktur. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan manufaktur memberikan dampak secara langsung terhadap kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan. Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena begitu besarnya pengaruh opini audit going concern atas laporan disajikan oleh perusahaan, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kepercayaan publik terhadap manajemen perusahaan dalam menjaga keberlangsungan usaha. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana auditor dalam memberikan opininya berdasarkan kegiatan ekonomi, sosial dan lingkungan yang dilaporkan pada sustainability report. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah pengungkapan CSR berpengaruh terhadap opini audit going concern? 2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern ? 3. Apakah leverage berpengaruh terhadap opini audit going concern ? Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1807
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
4. Apakah growth berpengaruh terhadap opini audit going concern ? 5. Apakah kinerja lingkungan berpengaruh terhadap opini audit going concern? MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Memberikan referensi tambahan di bidang akuntansi dalam pengembangan penelitian mengenai pemberian opini audit going concern dan memberikan gambaran mengenai pengaruh dari sustainability report terhadap opini audit going concern pada perusahaan Manufaktur. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis dan manfaat bagi pengguna laporan keuangan dan sustainability report dalam pengambilan keputusan, dan bagi seorang auditor.
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Legitimacy Theory Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan disekitarnya baik fisik maupun non fisik (Sari, 2012). Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah tindakan yang diinginkan, tepat atau sesuai dalam sistem sosial yang dibangun berdasarkan norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995). Menurut Ghozali dan Chariri (2007) teori legitimasi merupakan suatu kondisi atau status, yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan sejalan dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana perusahaan merupakan bagiannya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap aktivitas perusahaan dinilai oleh masyarakat, jika terdapat perbedaan signifikan antara keduanya, maka yang terjadi adalah tuntutan terhadap perusahaan oleh masyarakat maupun sebaliknya. Teori legitimasi berfokus pada interaksi antara perusahaan dengan masyarakat, hal tersebut didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan berusaha untuk menciptakan keselarasan antara nilai-nilai sosial yang melekat dalam kegiatannya dengan norma-norma perilaku yang ada dalam sistem sosial masyarakat dimana perusahaan adalah bagian dari sistem tersebut (Dowling dan Pfeffer, 1975). Legitimasi perusahaan akan diperoleh, jika terdapat kesamaan antara hasil dengan yang diharapkan oleh masyarakat dari perusahaan, sehingga tidak ada tuntutan dari masyarakat, (Deegan et al., 2002). Maka perusahaan menjaga kepercayaan masyarakat disetiap aktivitasnya yang merupakan nilai perusahaan, agar sesuai yang diharapkan oleh masyarakat. Dengan demikian, hubungan yang dimiliki antara perusahaan dan masyarakat harus saling berkesinambungan, karena sama-sama memiliki kepentingan, sehingga dapat dikatakan bahwa legitimasi merupakan manfaat yang menguntungkan bagi perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usaha (going concern).
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1808
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Signaling Theory Teori sinyal merupakan teori yang menjelaskan tentang bagaimana perusahaan memberikan sinyal-sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Spence (1973), menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki kualitas baik dapat membedakan dirinya dengan perusahaan yang berkualitas buruk melalui sinyal yang ditunjukkan ke pasar modal tentang kualitas kinerjanya. Sinyal atau informasi yang diberikan oleh seorang manajer menggambarkan kondisi perusahaan yang dapat berbentuk positif maupun negatif. Teori sinyal menjelaskan bahwa singalling yang dilakukan oleh manajer kepada investor untuk mengurangi asymmetric information (Spence, 2002). Pemberian sinyal yang dilakukan oleh manajer untuk mengurangi terjadinya asimetri informasi, yang merupakan kondisi dimana manajer lebih mengetahui informasi lebih banyak dibandingkan dengan pemilik (pemegang saham). Menurut Ross (1977) menyatakan bahwa manajer mengetahui distribusi yang sebenarnya dari tingkat pengembalian laba perusahaan, tetapi investor tidak mengatahuinya. Hal ini yang menyebabkan terjadinya asimetri informasi, dimana terdapat perbedaan informasi yang diterima oleh manajer dan investor, maka pemberian sinyal kepada pihak eksternal sangat penting sebagai upaya mengurangi terjadinya asimetri informasi. Karena menurut Wolk et al., (2010: 82), teori sinyal memberikan informasi keuangan yang handal. Manajer sebagai pihak yang mengelola perusahaan seharusnya memberikan informasi yang benar dan dapat dipercaya, karena dengan adanya sinyal tersebut akan digunakan sebagai pengambilan suatu keputusan. Corporate Social Responsibility Menurut WBCSD (World Business Council for Sustainable Development) mendefinisikan CSR sebagai suatu komitmen bisnis yang berkelanjutan dalam berprilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dengan meningkatkan kualitas kehidupan kerja karyawan dan kerja mereka dan komunitas lokal dan masyarakat luas. Corporate Social Responsibility dipandang sebagai bentuk kegiatan yang dilakukan peusahaan dalam mewujudkan komitmen tanggungjawabnya kepada masyarakat untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial dan untuk mewujudkan pembangunan sosial agar perusahaan berjalan secara berkelanjutan. Corporate Social Responsibility Disclosure Pengungkapan adalah bentuk informasi yang disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Gray et al., (2001) CSR Disclosure merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dirancang untuk mengemukakan masalah seputar social accountability, yang mana secara khas tindakan ini dapat dipertanggungjawabkan dalam media-media seperti laporan tahunan maupun dalam bentuk iklan-iklan yang berorientasi sosial. Corporate social responsibility discosure merupakan pengungkapan informasi mengenai aspek ekonomi, sosial, maupun
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1809
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
lingkungan yang menggambarkan kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban. Berdasarkan peraturan BAPEPAM No. SE-02/PM/2002, terdapat dua jenis pengungkapan yaitu pertama, pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu pegungkapan minimum yang harus diungkapkan atau disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku (kewajiban perusahaan). Kedua, pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan yang tidak diwajibkan peraturan, dimana perusahaan bebas memilih jenis informasi yang akan diungkapkan yang dapat mendukung dalam pengambilan keputusan. Di Indonesia kegiatan corporate social responsibility sudah tidak lagi bersifat sukarela (voluntary) tetapi sudah menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan kegiatan corporate social responsibility sebagai bentuk pertanggungjawaban dan harus melaporkannya didalam laporan tahunan maupun dalam laporan sendiri yang sering disebut sustainability report. Corporate social responsibility disclosure menjadi hal yang penting bagi masyarakat untuk mengetahui kegiatan yang telah dilakukan perusahaan maupun bagi investor untuk mengetahui seberapa besar tanggungjawab sosial dilaksanakan. Opini Audit Going Concern Opini audit going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2011). Opini audit going concern diberikan oleh auditor jika terdapat keraguan pada perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Menurut SA Seksi 341, SPAP (2011), memberikan pedoman kepada auditor tentang pertimbangan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut: 1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang, secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit). Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor. 2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit), ia harus: a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan, b. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1810
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
3. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Secara umum, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor di dalam memberikan opini audit going concern (SA Seksi 341, SPAP 2011) paragraf 6 sebagai berikut:
1. Trend negatif sebagai contoh, kerugian operasi yang berulangkali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio keuangan penting yang jelek. 2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan perusahaan, sebagai contoh: kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva. 3. Masalah intern sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. 4. Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh: pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kehilangan pemasok atau pelanggan, kehilanagan franchise, lisensi atau paten penting, kerugian akibat bencana alam besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) Program ini bertujuan meningkatkan penataan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan, meningkatkan komitmen para stakeholder dalam upaya pelaksanaan lingkungan, meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan, meningkatkan kesadaran para pelaku usaha untuk menaati peraturan perundangundangan di bidang lingkungan hidup, mendorong penerapan prinsip Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery (4R) dalam pengelolaan limbah. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan PROPER adalah sebagai berikut: 1. Menciptakan lingkungan hidup yang baik. 2. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan. 3. Menciptakan ketahanan sumber daya alam. 4. Mewujudkan iklim dunia usaha yang kondusif dan ramah lingkungan, yang mengedepankan prinsip produksi bersih atau eco-efficiency. Kinerja penataan yang dinilai dalam program ini mencakup penataan terhadap pengendalian pencemaran air, udara, pengelolaan limbah B3, dan penerapan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Sedangkan penilaian untuk aspek upaya lebih dari taat, meliputi penerapan sistem manajemen lingkungan, pemanfaatan limbah Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1811
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
dan konservasi sumber daya, dan pelaksanaan kegiatan pengembangan masyarakat, penilaian PROPER ini dapat mengukur penerapan dari Corporate Social Responsibillity. Kriteria penilaian PROPER diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengembangan Hipotesis Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Opini Audit Going Concern Pengungkapan CSR menunjukkan bahwa terdapat informasi yang berupa ekonomi, sosial dan lingkungan yang merupakan informasi tambahan bagi para investor untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. Menurut Chen et al., (2012), menunjukkan bahwa auditor menggunakan informasi tanggungjawab sosial perusahaan selama proses perencanaan audit dalam menilai suatu risiko audit klien dan cenderung untuk menurunkan opini audit going concern pada perusahaan yang melaporkan tanggungjawab sosial perusahaan dengan baik. Hal ini menunjukkan auditor menggunakan sustainability report yang mengandung informasi tambahan perusahaan yang merupakan pengungkapan dari CSR sebagai penilaian auditor dalam memberikan opininya. H1: Pengungkapan CSR berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern Profitabilitas menunjukkan keuntungan atau tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman & Haire, 1976 dan Preston, 1978, Hackston & Milne, 1996 dalam Anggraini, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurlela dan Islahudin (2008), yang menunjukkan bahwa secara teoritis semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan maka semakin tinggi pula pengungkapan sosial yang dilakukan. Berdasarkan penelitian dari Pertonela (2004), menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan dipertimbangkan oleh auditor dalam memberikan opini audit atas laporan keuangan perusahaan yang diaudit. Hal ini mencerminkan bahwa profitabilitas yang diukur dengan return on asset, jika memiliki nilai yang rendah maka auditor cenderung memberikan opini audit going concern. Namun di dalam penelitian Setyarno (2006), menunjukkan bahwa profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset tidak berpengaruh signifikan. H2: Profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Pengaruh Leverage Terhadap Opini Audit Going Concern Leverage merupakan salah satu sumber dari pembiayaan perusahaan, kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya dalam menjaga keberlangsungan perusahaan. Perusahaan yang memiliki pembiayaan aktiva yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan (Chen dan Church, 1992). Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1812
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Sehingga, besar kecilnya hutang yang dimiliki oleh perusahaan, dengan besarnya nilai dari total aset secara tidak langsung akan mempengaruhi keberlangsungan usaha (going concern). Rasio leverage yang diproksikan dengan debt ratio akan mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya dengan nilai total asetnya Penelitian yang dilakukan oleh Cahyonowati (2013) menunjukkan bahwa leverage secara signifikan berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Maka dengan adanya pengaruh yang signifikan pada opini audit going concern, secara tidak langsung dapat memberikan informasi tambahan bagi seorang auditor dalam memberikan opininya. Namun penelitian Januarti (2008), menunjukkan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern, yang disebabkan oleh meningkatnya rasio leverage yang tidak diikuti dengan menurunnya rasio aktivitas dan rasio pertumbuhan penjualan pada perusahaan Manufaktur. H3: Leverage berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Pengaruh Growth Terhadap Opini Audit Going Concern Dari penelitian yang dilakukan Arma (2013), menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern. Sedangkan Setyarno (2006) menunjukkan bahwa rasio pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa menjamin auditee untuk tidak merima opini audit going concern. Menurut Juandini (2009) pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan penjualan perusahaan tidak memili pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, hal ini disebabkan peningkatan penjualan yang tidak seimbang dengan peningkatan beban operasional akan mengakibatkan laba bersih setelah pajak menjadi negatif dan berdampak pada berkurangnya saldo laba ditahan. H4: Growth berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Opini Audit Going Concern Tanggung jawab perusahaan manufaktur yang dampaknya paling besar adalah terhadap lingkungan, karena jika limbah tidak ditangani dengan benar akan berdampak langsung terhadap kelestarian lingkungan yang dan dapat mengganggu masyarakat. Dalam penelitian ini kinerja lingkungan yang termasuk di dalam kegiatan tanggungjawab sosial perusahaan di ukur dengan menggunakan PROPER (Program Penilaian Peringkat Kerja Perusahaan) yang menilai kinerja perusahaan di bidang lingkungan dan dinilai dalam bentuk peringkat. Sehingga dengan melakukan kinerja lingkungan yang baik yang dilihat dari peringkat PROPER, menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi auditor dalam memberikan opininya. Menurut Chen et al., (2012), auditor menggunakan informasi tanggungjawab sosial perusahaan selama proses perencanaan audit dan cenderung untuk menurunkan opini audit going concern pada perusahaan yang melaporkan tanggungjawab sosial perusahaan dengan baik. Dengan demikian, salah satu aspek dari kegiatan tanggungjawab sosial adalah lingkungan, menjadi aspek yang menerima dampak Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1813
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
langsung dari kegiatan operasional perusahaan. Jika perusahaan tidak dapat mengatasi dampak lingkungan yang disebabkan, maka yang akan terjadi dilingkungan perusahaan adalah tuntutan dari masyarakat sekitar yang dapat menganggu keberlangsungan usaha (going concern). H5: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap opini audit going concern
METODE PENELITIAN
Sumber Data dan Data Penelitian Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yaitu berupa laporan tahunan (annual report) dan sustainability report perusahaan yang diakses melalui (www.idx.co.id). Selain itu juga menggunakan laporan hasil penilaian PROPER yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup melalui www.proper.menlh.go.id. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) pada periode 20102013. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini berupa purposive sampling. Dalam penelitian ini, sampel yang diperoleh akan dijelaskan dalam prosedur pengambilan sampel yang ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 1 Prosedur Pengambilan Sampel No.
Keterangan
Jumlah
1
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013
139
2
Perusahaan manufaktur yang tidak ikut serta mengikuti PROPER periode 2010-2013
(105)
3
Perusahaan manufaktur dengan laporan yang tidak lengkap
(24)
4
Jumlah sampel
10
Periode penelitian
4
Jumlah sampel selama periode penelitian
40
Sumber: Data diolah Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel dependen dan variabel independen. Opini audit going concern sebagai variabel dependen, sedangkan untuk variabel independen yaitu pengungkapan corporate social responsibility, profitabilitas, leverage, growth, dan kinerja lingkungan. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1814
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Definisi Operasional Definisi operasinal dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Opini Audit Going Concern Opini audit going concern merupakan yaitu opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan bahwa perusahaan yang diaudit dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Variabel di ukur dengan menggunakan variabel dummy. Perusahaan yang menerima opini audit going concern diberi kode 1, sedangkan untuk perusahaan yang menerima opini audit non going concern diberi kode 0. Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pengungkapan Corporate Social Responsibility dinilai dengan cara melakukan perbandingan antara pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dengan indikator pengungkapan yang telah disyaratkan oleh GRI 3.1. Adapun jumlah item pengungkapan menurut GRI 3.1 adalah 82 yang terdiri dari: ekonomi (9 item), lingkungan (30 item), praktek tenaga kerja dan pekerjaan yang layak (15 item), hak asasi manusia (11 item), masyarakat (8 item), tanggungjawab produk (9 item). Penelitian ini menghitung indeks pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan menggunakan rumus sebagai berikut: CSRIj =
∑ 𝑋𝑖𝑗 𝑛
Dimana: CSRIj
= Corporate Sosial Responsibility Index perusaahaan j
𝑛
= jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 82
X𝑖𝑗
= dummy variabel : 1 = jika item I diungkapkan; 0 = jika item I tidak diungkapkan, dengan demikian 0 < CSRIj < 1
Profitabilitas Menurut Horne dan Wachowicz (2005: 235) ROA (return on asset) mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aset yang tersedia, daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan. Dalam penelitian ini menghitung besarnya ROA (return on asset) menggunakan rumus sebagai berikut: ROA =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 (𝐸𝐴𝑇) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Leverage Penelitian ini menggunakan debt ratio, karena dapat menunjukkan besarnya hutang perusahaan, jika semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi pula risiko ketidakmampuan perusahaan dalam melunasi seluruh kewajibannya. Menghitung debt ratio dengan menggunakan rumus: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1815
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Growth Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus: 𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡 − 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑡−1 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑡−1
Kinerja Lingkungan. Peringkat dari kinerja PROPER terdapat lima warna yang mengindikasikan kinerja lingkungan perusahaan. Dalam mengukur kinerja lingkungan yang diukur dengan menggunakan PROPER adalah sebagai berikut: Emas
= Sangat sangat baik
skor
=5
Hijau
= Sangat baik
skor
=4
Biru
= Baik
skor
=3
Merah
= Buruk
skor
=2
Hitam
= Sangat buruk
skor
=1
Teknik Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik. Data diolah dengan menggunakan alat bantu berupa perangkat lunak Eviews versi 6.0. Sebelum melakukan analisis regresi logistik perlu untuk melakukan analisis statistik deskriptif yang dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel dalam menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis dengan uji hipotesis, menilai keseluruhan data (overall model fit), koefisien determinasi dengan melihat nilai McFadden R Square, uji signifikansi parsial (uji z-statistik). Uji Hipotesis Penelitian ini yang menggunakan variabel dummy yaitu opini audit going concern. Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut: 𝑙𝑛 =
𝐺𝐶 = 0 1CSRD 2 ROA 3 LEV + 1 − 𝐺𝐶
4GROWTH
+ 5 PROPER
Keterangan: Y
= Dummy variabel opini audit (kategori 1 untuk audit dengan opini audit going concern dan 0 untuk audit dengan opini non going concern.
β0
= konstanta
β1 CSRD
= Corporate Social Responsibility Disclosure yang diukur dengan menggunakan index Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1816
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
β 2 ROA
= Profitabilitas diukur dengan menggunakan return on asset
β 3 LEV
= Leverage yang diproksikan dengan total hutang / total asset.
β 4 GROWTH = pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan hasil penjualan β 5 PROPER
= program penilaian peringkat kinerja perusahaan
= error
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengikuti PROPER. Berdasarkan dari beberapa kriteria sampel, maka data yang diperoleh terdapat 40 amatan perusahaan yang mengikuti PROPER pada periode 2010-2013. Adapun perusahaan yang dijadikan sampel penelitian akan disajikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 2 Daftar Sampel Perusahaan NO
KODE
NAMA PERUSAHAAN
1 INTP
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
2 SMCB
Holcim Indonesia Tbk
3 SMGR
Semen Indonesia (Persero) Tbk
4 AMFG
Asahimas Flat Glass Tbk
5 FASW
Fajar Surya Wisesa Tbk
6 ASII
Astra International Tbk
7 UNVR
Unilever Indonesia Tbk
8 CPIN
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
9 AUTO
Astra Otoparts Tbk
10 HMSP
HM Sampoerna Tbk
Sumber: Data diolah.
Analisis Data Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran umum dari objek penelitian yang dijadikan sebagai sampel. Statistik deskriptif menunjukkan nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Nilai minimum menunjukkan nilai terkecil yang terdapat pada setiap variabel, dan nilai maksimum menunjukkan nilai terbesar yang terdapat pada setiap variabel. Nilai rata-rata (mean) merupakan nilai yang menggambarkan secara umum atas kumpulan data dari variabel, sedangkan standar deviasi merupakan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1817
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
cerminan dari nilai-nilai data yang tersebar, menggambarkan seberapa jauh bervariasinya data. Standar deviasi adalah ukuran dispersi atau penyebaran data (Winarno, 2011: 3.9). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari opini audit going concern sebagai variabel dependen. Pengungkapan corporate social responsibility, profitabilitas, leverage, growth, dan kinerja lingkungan sebagai variabel independen. Dari hasil pengujian statistik deskriptif, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
X1 Mean 0.581250 Median 0.540000 Maximum 1.000000 Minimum 0.000000 Std. Dev. 0.263801 Observations 40 Sumber: Data Diolah
Tabel 3 Statistik Deskriptif X2 X3 X4 0.190800 0.385625 0.190175 0.167500 0.342000 0.191500 0.417000 0.726000 0.893000 -0.044000 0.133000 -0.003000 0.122392 0.167579 0.141472 40 40 40
X5 3.875000 4.000000 5.000000 2.000000 0.852974 40
Y 0.325000 0.000000 1.000000 0.000000 0.474342 40
Berdasarkan tabel 3, opini audit going concern (Y) diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu perusahaan yang menerima opini audit going concern diberi kode 1, sedangkan untuk perusahaan yang menerima opini audit non going concern diberi kode 0. Dari statistik deskriptif menunjukkan bahwa opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 yang menunjukkan bahwa perusahaan sampel menerima opini audit non going concern, dan nilai maksimum sebesar 1,000000, yang mengindikasikan perusahaan sampel menerima opini audit going concern. Nilai rata-rata (mean) sebesar 0,325000. Sedangkan nilai standar deviasinya adalah sebesar 0,474342 yang menunjukkan nilai yang lebih besar dari pada nilai ratarata (mean) yang berarti bahwa opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang mengikuti PROPER memiliki variasi atau perbedaan data yang relatif lebih besar dari nilai rata-ratanya (mean), sehingga nilai rata-rata (mean) pada variabel ini merupakan representasi yang tidak begitu baik dari keseluruhan data. Variabel pengungkapan corporate social responsibility (X1) dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy untuk perusahaan yang melakukan kegiatan corporate social responsibility dan melaporkannya diberi kode 1, sedangkan perusahaan yang tidak melakukan dan melaporkannya diberi kode 0. Berdasarkan statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan nilai minimum dan nilai maksimum sebesar 0,000000 dan 1,000000, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,581250 sedangkan nilai standar deviasinya sebesar 0,263801. Hal ini menunjukkan bahwa nilai standar deviasi memiliki nilai yang lebih kecil dari pada nilai rata-rata (mean), yang berarti pengungkapan corporate social responsibility yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur mencerminkan terjadinya variasi atau perbedaan data lebih kecil dari nilai rata-ratanya (mean), sehingga nilai rata-rata (mean) dapat digunakan sebagai representasi dari keseluruhan data. Variabel profitabilitas (X2) pada tabel 4.2 yang diukur dengan menggunakan return on asset memiliki nilai minimum sebesar -0,044000, dan nilai maksimum Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1818
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
sebesar 0,417000 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,190800 sedangkan untuk nilai standar deviasinya sebesar 0,122392. Nilai standar deviasi menunjukkan nilai yang lebih kecil dari pada nilai rata-rata (mean) yang menunjukkan bahwa return on asset pada perusahaan manufaktur memiliki variasi atau perbedaan data yang relatif lebih kecil dari nilai rata-ratanya (mean), sehingga nilai rata-rata (mean) pada variabel ini dapat digunakan sebagai representasi dari keseluruhan data. Variabel leverage (X3) merupakan salah satu rasio dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola hutang, dimana dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt ratio. Pada tabel 4.2 besarnya nilai minimum adalah sebesar 0,133000, dan nilai maksimumnya sebesar 0,726000. Sedangkan untuk nilai rata-rata (mean) sebesar 0,385625 dan nilai standar deviasi sebesar 0,167579. Nilai standar deviasi memiliki nilai yang lebih kecil dari pada nilai rata-rata (mean), yang menunjukkan bahwa debt ratio pada perusahaan manufaktur memiliki variasi atau perbedaan data lebih kecil dari nilai rata-ratanya (mean), sehingga nilai rata-rata (mean) dapat digunakan sebagai representasi dari keseluruhan data. Variabel growth (X4) diukur dengan menggunakan besarnya penjualan yang telah dilakukan oleh perusahaan pada tiap tahunnya. Pada tabel 4.2 growth memiliki nilai minimum sebesar -0,003000, nilai maksimum sebesar 0,893000 dengan nilai ratarata (mean) sebesar 0,190175. Sedangkan nilai standar deviasinya sebesar 0,141472 yang menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai rata-rata (mean) yang berarti bahwa growth yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur mencerminkan terjadinya variasi atau perbedaan data yang lebih kecil dari nilai rata-ratanya (mean), sehingga nilai ratarata (mean) pada variabel ini dapat digunakan sebagai representasi dari keseluruhan data. Variabel Kinerja Lingkungan (X5) yang diukur dengan menggunakan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) diklasifikasikan dengan menggunakan skor peringkat mulai dari 5 (emas), 4 (hijau), 3 (biru), 2 (merah) dan 1 (hitam). Pada tabel 4.2 nilai minimum sebesar 2,000000 dan nilai maksimum sebesar 5,000000, untuk nilai rata-rata (mean) sebesar 3,875000. Sedangkan nilai standar deviasinya sebesar 0,852974 yang memiliki nilai yang lebih kecil dari pada nilai ratarata (mean), hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mengikuti kegiatan PROPER sebagai wujud dari kinerja lingkungan memiliki variasi atau perbedaan data lebih kecil dari nilai rata-ratanya (mean), sehingga nilai rata-rata (mean) dapat digunakan sebagai representasi dari keseluruhan data.
Analisis Regresi Logistik Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Menilai keseluruhan model (Overall Model Fit) dilakukan untuk menentukan jika variabel independen ditambahkan ke dalam model apakah secara signifikan memperbaiki model fit. Pengujian ini dilakukan dengan menganalisis nilai Likelihood Ratio (LR) statistic, untuk melihat bagaimana variabel independen yang terdiri dari pengungkapan corporate social Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1819
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
responsibility, profitabilitas, leverage, growth, dan kinerja lingkungan secara bersama-sama mempengaruhi opini audit going concern sebagai variabel dependen. Tabel 4 Uji Signifikansi Bersama LR statistic
26.75160
Prob(LR statistic)
0.000064
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan dari tabel 4 nilai LR statistic 26,75160 dengan nilai probabilitas (LR statistic) sebesar 0,000064. Hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima (model fit dengan data) karena probabilitas (LR statistic) lebih kecil dari nilai alpha (α = 0,05). Variabel pengungkapan corporate social responsibility, profitabilitas, leverage, growth, dan kinerja lingkungan secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap opini audit going concern, yang ditunjukkan oleh nilai LR statistic sebesar 26,75160 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000064. Hal ini menunjukkan bahwa 0,000064 lebih kecil dari nilai signifikansinya yaitu sebesar 0,05 yang berarti secara statistik model adalah signifikan, dimana mampu untuk memprediksi nilai observasinya, karena nilai signifikansinya dibawah 0,05, yang berarti model fit dengan data. Koefisien Determinasi Nilai koefisien determinasi pada model logit ditunjukkan dengan nilai McFadden R Square. Nilai McFadden R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R square pada multiple regression. Nilai McFadden R Square digunakan untuk mengukur seberapa besar variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Tabel 5 Koefisien Determinasi McFadden R-squared
0.530297
Sumber: Data Diolah Berdasarkan pada tabel 5 nilai McFadden R Square sebesar 0,530297 yang menunjukkan kesesuaian atau kecocokan terhadap model karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu menjelaskan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen sebesar 53,02% sedangkan sisanya sebesar 46,98% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar dari model penelitian.
Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi mencerminkan kekuatan prediksi suatu model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyataan dalam bentuk persentase.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1820
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Tabel 6 Hasil Klasifikasi
Dep. Value
Count
Percent
0
27
67.00
1
13
32.00
Sumber: Data Diolah Berdasarkan hasil klasifikasi pada tabel 4.5, menunjukkan bahwa variabel dependen yang diukur dengan opini audit going concern, sebanyak 13 perusahaan yang menerima opini audit going concern, sedangkan sisanya sebesar 27 perusahaan menerima opini audit non going concern dari 40 perusahaan manufaktur yang mengikuti PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan).
Estimasi Parameter Model regresi logistik yang dibentuk dengan melihat pada nilai estimasi parameter dalam representation yang dilakukan berdasarkan pengolahan data dengan Eviews versi 6.0. Model regresi yang terbentuk berdasarkan nilai estimasi parameter dalam representation adalah sebagai berikut: Y = 1 - @CLOGISTIC ( - (6.34213418276 + 11.0957153852*X1 + 15.8535123363*X2 1.12344460823*X3 + 24.257047535*X4 - 5.67113189157*X5))
Uji Hipotesis Uji Signifikansi Parsial (Uji Z-Statistik) Pengujian signifikansi parsial dalam model logit menggunakan nilai statitik z (zstatistic). Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Tabel 7 Uji Model Regresi Logit Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
6.342134
4.321801
1.467475
0.1422
X1
11.09572
4.680639
2.370556
0.0178
X2
15.85351
7.741198
2.047940
0.0406
X3
-1.123445
3.138966
-0.357903
0.7204
X4
24.25705
12.16044
1.994751
0.0461
X5
-5.671132
2.252797
-2.517374
0.0118
Sumber: Data Diolah
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1821
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Opini Audit Going Concern Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik, menunjukkan bahwa pengungkapan corporate social responsibility memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern, dengan nilai signifikansinya sebesar 0,0178 yang mencerminkan nilai yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditentukan yaitu sebesar 0,05. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan tanggung jawab sosial dan mengungkapkannya dalam sustainability report berdasarkan dari item-item pengungkapan sesuai dengan standar GRI 3.1, kemungkinan kecil akan memperoleh opini audit going concern. Karena nilai dari sebagian sampel menunjukkan rata-rata perusahaan yang melakukan pengungkapan corporate social responsibility cukup tinggi dengan menerima opini audit non going concern. Sehingga, pengungkapan corporate social responsibility dapat dijadikan auditor sebagai pertimbangan dalam menilai keberlangsungan usaha dan mengeluarkan opini auditnya. Hasil penelitian ini mendukung teori yang manyatakan bahwa auditor membebankan biaya yang lebih rendah dan cenderung mengurangi untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan klien dengan kinerja corporate social responsibility yang baik (Chen et al., 2012). Hal ini mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kegiatan corporate social responsibility yang dilakukan dan diungkapkan dalam sustainability report sesuai dengan standar GRI 3.1. Semakin banyak item-item pengungkapan yang dilakukan perusahaan maka akan mempengaruhi seorang auditor dalam memberikan opininya, selain itu dengan perusahaan melakukan pengungkapan corporate social responsibility berarti perusahaan berkomitmen untuk melaksanakan peraturan sesuai dengan undang-undang yang berlaku berdasarkan aturan dari Bapepam-LK No.431/BL/2012 dan mengurangi masalah dari luar yang terjadi atau litigasi. Karena jika perusahaan tidak melaksanakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, maka Bapepam-LK yang berwenang dapat mengenakan sanksi terhadap setiap pihak yang melanggar ketentuan peraturan, termasuk pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut. Dengan demikian berarti bahwa semakin banyak item-item yang diungkapkan dalam pengungkapan corporate social responsibility, maka akan menjadi salah satu pertimbangan auditor dalam menilai keberlangsungan usaha dan memberikan opini audit going concern.
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik, menunjukkan bahwa profitabilitas yang diukur menggunakan return on asset memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern, dengan nilai signifikansinya sebesar 0,0406 yang mencerminkan nilai yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditentukan yaitu sebesar 0,05. Hal ini terjadi karena jika semakin tinggi profitabilitas yang diukur dengan menggunakan return on asset, berarti perusahaan akan semakin efisien dalam memperoleh laba dengan perputaran total aset yang dimiliki. Berdasarkan dari sampel yang diperoleh, rata-rata dari nilai total aset dan laba bersih tiap tahunnya mengalami peningkatan. Sehingga dapat menjaga keberlangsungan usaha dan kemungkinan kecil mendapatkan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1822
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
opini audit going concern. Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Susanto (2009), yang menunjukkan bahwa salah satu kondisi keuangan yaitu rasio profitabilitas yang diukur menggunanakan return on asset memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern. Juandini (2009) menjelaskan teori tentang hubungan return on asset dengan opini audit adalah semakin kecil return on asset maka kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba semakin menurun sehingga ada keraguan mengenai going concern perusahaan. Hal ini mencerminkan bahwa jika perusahaan memiliki tingkat perputaran total aset yang baik, dimana laba yang diperoleh naik atau tidak mengalami kerugian, maka akan kecil akan mendapatkan opini audit going concern. Sehingga besar kecilnya profitabilitas yang diukur menggunakan return on asset akan mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern. Pengaruh Leverage Terhadap Opini Audit Going Concern Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik, menunjukkan bahwa leverage yang diukur menggunakan debt ratio tidak memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern, dengan nilai signifikansinya sebesar 0,7204 yang mencerminkan nilai yang lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditentukan yaitu sebesar 0,05. Hal ini disebabkan karena kemampuan perusahaan dalam membayar hutang cukup baik, dengan nilai total aset menunjukkan nilai yang lebih besar dari pada total hutangnya. Januarti dan Fitrianasari (2008) mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki aset lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Maka agar perusahaan aman, nilai hutang harus lebih kecil dari aset yang dimiliki perusahaan (Susanto, 2009). Sedangkan untuk liabilitas jangka panjang, berdasarkan sampel perusahaan yang digunakan rata-rata memperoleh peringkat kredit (likuid) dari berbagai institusi, yang mencerminkan kekuatan kredit perusahaan cukup baik karena profil kinerja operasional yang semakin kuat dan bisnis yang stabil. Hal tersebut menunjukkan perusahaan berkomitmen untuk meningkatkan hubungan kerja yang semakin baik dan berkualitas dengan para pemasok dan kreditur. Hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang menyatakan bahwa salah satu indikator dalam memutuskan untuk memberikan opini audit going concern pada auditee adalah dengan memperhatikan tingkat rasio hutang auditee, tingkat rasio hutang yang tinggi dan kesulitan dalam melunasi hutang tersebut dapat menurunkan kinerja keuangan perusahaan (Cahyonowati, 2013). Hal ini mendorong manajemen perusahaan untuk lebih memperhatikan hutang yang dimiliki perusahaan dan mengelola hutang jangka pendek maupun jangka panjangnya. Karena besar kecilnya hutang perusahaan akan berdampak kepada kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini didukung dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menyatakan bahwa leverage kurang menjadi pertimbangan oleh auditor dalam memberikan opini audit going concern. Berdasarkan Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 30 seksi 341 Paragraf 6 menyatakan bahwa auditor akan memberikan opini audit going concern apabila terjadi kerugian operasi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1823
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
yang berulangkali terjadi. Sehingga dapat menimbulkan keraguan substansial atas keberlangsungan hidup perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kerugian operasi yang terus-menerus maka dapat mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern. Namun, dalam sampel yang digunakan dalam penelitian ini, besarnya nilai rata-rata total aset pada tiap tahunnya lebih besar dari nilai total hutangnya, yang berarti bahwa perusahaan dapat membayar hutang jangka pendek maupun jangka panjangnya, karena aset dapat digunakan untuk menjamin hutang pada seorang kreditur. Kreditur sebagai pihak yang memberikan kredit akan melihat nilai total aset dan laba yang diperoleh perusahaan untuk memastikan bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya dengan menghindari risiko yang besar seperti hutang yang tidak tertagih. Dengan demikian, nilai total aset yang lebih besar dari nilai total hutangnya menunjukkan perusahaan dapat menjaga keberlangsungan usaha, dengan tidak mengalami kerugian operasional yang berulangkali terjadi. Sehingga leverage yang diukur dengan menggunakan debt ratio tidak mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern. Pengaruh Growth Terhadap Opini Audit Going Concern Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik, menunjukkan bahwa growth yang diukur menggunakan pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern, dengan nilai signifikansinya sebesar 0,0461 yang mencerminkan nilai yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditentukan yaitu sebesar 0,05. Hal ini mencerminkan tinggi rendahnya pertumbuhan penjualan perusahaan akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh, ditunjukkan dengan semakin meningkat penjualan pada tahun berikutnya, laba usaha juga mengalami peningkatan. Selain itu juga disebabkan karena kegiatan operasional perusahaan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur, perusahaan yang memproduksi barang untuk dijual kembali dari memproduksi bahan baku menjadi barang setengah jadi hingga barang jadi. Sehingga pertumbuhan penjualan yang tinggi mengindikasikan perusahaan memproduksi secara terus-menerus. Penelitian ini konsisten dengan penelitian dari Arma (2013), yang menyatakan bahwa pertubuhan perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern. Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee, auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kalangsungan hidupnya (going concern) (Setyarno, et al., 2006). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang konsisten ataupun mengalami kenaikan dari tiap tahunnya akan menambah saldo labanya sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat menjaga keberlangsungan usaha suatu perusahaan serta menurunkan auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern. Sehingga pertumbuhan penjualan perusahaan akan mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1824
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Opini Audit Going Concern Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik, menunjukkan bahwa kinerja lingkungan yang diukur menggunakan peringkat PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern, dengan nilai signifikansinya sebesar 0,0118 yang mencerminkan nilai yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditentukan yaitu sebesar 0,05. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kinerja lingkungan dengan kinerja ekonomi (Almilia dan Wijayanto, 2007). Kinerja lingkungan dapat dijadikan salah satu aspek yang penting bagi perusahaan, karena sebagai wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat maupun pemerintah. Suryani (2013), menyatakan bahwa jika perusahaan hanya mementingkan mengumpulan laba tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkannya atas lingkungan, maka yang terjadi adalah timbulnya biaya ganti rugi atas kerusakan lingkungan bahkan ancaman pemboikotan oleh masyarakat dan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tanpa memperhatikan kinerja lingkungannya akan mendapatkan masalah dari luar yang terjadi atau litigasi, dan kemungkinan besar mendapatkan opini audit going concern. Karena masalah dari luar yang terjadi menjadi salah satu hal yang mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern, berdasarkan Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 30 seksi 341 Paragraf 6. Hasil penelitian ini mendukung teori yang menyatakan bahwa lingkungan merupakan tempat dimana perusahaan beraktivitas, hal yang sangat penting bagi keberlangsungan perusahaan, jika perusahaan hanya mementingkan bagaimana mengumpulan laba sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkannya atas lingkungan, dalam jangka pendek mungkin perusahaan akan mengalami profit, tapi dalam jangka panjang akan banyak terjadi kerugian (Suryani, 2013). Hal ini mencerminkan bahwa kinerja lingkungan penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggungjawaban atas segala aktivitas kegiatan produksi perusahaan. Sedangkan PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) sebagai bentuk penilaian oleh Kementrian Lingkungan Hidup untuk memudahkan perusahaan lebih memperhatikan aspek lingkungan, dan dampak yang ditimbulkan terhadap kondisi lingkungan yang terjadi disekitarnya. Dengan demikian, kinerja lingkungan yang diukur dengan menggunakan PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) akan mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concert. Kesimpulan Penelitian ini menguji analisis pengaruh sustainability report terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Opini audit going concern sebagai variabel dependen, sedangkan pengungkapan corporate social responsibility, profitabilitas, leverage, growth, kinerja lingkungan sebagai variabel Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1825
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
independen. Hasil dari pengujian regresi logistik dengan menggunakan software Eviews versi 6.0 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengungkapan corporate social responsibility memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern, hal ini disebabkan karena semakin banyak item-item pengungkapan yang diungkapkan dalam sustainability report sesuai dengan standar GRI 3.1. maka akan mempengaruhi seorang auditor dalam memberikan opininya, selain itu dengan perusahaan melakukan pengungkapan corporate social responsibility berarti perusahaan berkomitmen untuk melaksanakan peraturan sesuai dengan undang-undang yang berlaku berdasarkan aturan dari Bapepam-LK No.431/BL/2012 dan mengurangi masalah dari luar yang terjadi atau litigasi. 2. Profitabilitas yang diukur menggunakan return on asset memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern, hal ini terjadi karena jika semakin tinggi profitabilitas yang diukur dengan menggunakan return on asset, berarti perusahaan akan semakin efisien dalam memperoleh laba dengan perputaran total aset yang dimiliki, dan berdasarkan dari sampel yang diperoleh, rata-rata dari nilai total aset dan laba bersih tiap tahunnya mengalami peningkatan. Sehingga dapat menjaga keberlangsungan usaha dan kemungkinan kecil mendapatkan opini audit going concern. 3. Leverage yang diukur menggunakan debt ratio tidak memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern, hal ini terjadi karena kemampuan perusahaan dalam membayar hutang cukup baik. Selain itu total aset menunjukkan nilai yang lebih besar dari pada total utangnya. Berdasarkan sampel yang digunakan, besarnya nilai rata-rata total aset pada tiap tahunnya lebih besar dari nilai total hutangnya, yang berarti bahwa perusahaan dapat membayar hutang jangka pendek maupun jangka panjangnya. Nilai total aset yang lebih besar dari nilai total hutangnya menunjukkan perusahaan dapat menjaga keberlangsungan usaha, dengan tidak mengalami kerugian operasional yang berulangkali terjadi, sehingga leverage tidak mempengaruhi opini audit going concern. 4. Growth yang diukur menggunakan pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern, hal ini terjadi karena tinggi rendahnya pertumbuhan penjualan perusahaan akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh, ditunjukkan dengan semakin meningkat penjualan pada tahun berikutnya, laba usaha juga mengalami peningkatan dan karena kegiatan operasional perusahaan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur, maka lebih banyak memproduksi barang. Sehingga pertumbuhan penjualan akan dapat menjaga keberlangsungan usaha serta menurunkan auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern. 5. Kinerja lingkungan yang diukur menggunakan peringkat PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern, hal ini terjadi karena kinerja lingkungan dapat dijadikan salah satu aspek yang penting bagi perusahaan, karena sebagai wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat maupun pemerintah. Jika perusahaan tidak memperhatikan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1826
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
kinerja lingkungannya, maka yang akan terjadi adalah ancaman dari luar yang menyebabkan litigasi, dan kemunkinan besar mendapatkan opini audit going concern. Karena masalah dari luar yang terjadi menjadi salah satu hal yang mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern, berdasarkan Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 30 seksi 341 Paragraf 6. Hal ini mencerminkan bahwa kinerja lingkungan penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas segala aktivitas kegiatan produksi perusahaan. Saran Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan publik seharusnya lebih peduli untuk membuat sustainability report berdasarkan pedoman pada Global Reporting Initiative (GRI) 3.1 yang sudah diakui secara internasional dan banyak digunakan di berbagai negara, karena sustainability report menjadi salah satu laporan yang digunakan oleh pihak stakeholder dalam pengambilan keputusan. 2. Peneliti selanjutnya dapat memperluas sampel penelitian dengan memasukkan seluruh jenis industri, baik industri manufaktur, dagang, jasa maupun keuangan yang membuat sustainability report sebagai objek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana. S Spica., dan Wijayanto, Dwi. 2007. Pengaruh Environmental Performance dan Environmental Disclosure Terhadap Economic Performance. In Proceedings The 1st Accounting Conference. Depok (November, Hal: 7-9). Anggraini, Fr Reni Retno. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. 23-26 Agustus. Arma, Endra Ulkri. 2013. “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal Akuntansi, Vol.1 No.3, Hal: 1-15. Cahyonowati, M., Nur. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Opini Audit Going Concern oleh Auditor Pada Auditee. Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 2 No. 2. Hal 1-13. Chen, L., Srinidhi, B., Tsang, A., & Yu, W. 2012. “Corporate Social Responsibility, Audit Fees, And Audit Opinions”. SSRN: http://www.ssrn.com Deegan, Craig, Michaela Rankin, and John Tobin. 2002. “An examination of the corporate social and environmental disclosures of BHP from 1983-1997: a test of legitimacy theory”. Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 15 No. 3 Hal: 312-343. Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2012. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1827
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Keuangan Nomor Kep-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik, (online), (http://www.bapepam.go.id, diakses 9 Februari 2014). Epstein, M. J., & Freedman, M. 1994. Social Disclosure and the Individual Investor. Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol.7 No. 4, Hal: 94-109. Elkington, John. 1997. Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st Century Business. Capstone: Oxford. Gatti.
2013. “Apindo: Tuntutan Buruh Bisa Membuat Perusahaan Bangkrut”. http://beritamoneter.com/apindo-tuntutan-buruh-bisa-membuat-perusahaan-bangkrut/. Diakses tanggal 6 Maret 2014.
Gray, Iain dan Stuart Manson. 2000. The Audit Process, Principles, Practice and Cases. Second Edition. Thomson Learning. Gray, Rob, Muhammad Javad, David M. Power dan C. Donald Sinclair. 2001. “Social And Environmental Disclosure and Corporare Characteristics : A Research Note and Extension”. Journal of Business Finance and Accounting, Vol.28, No.4, Hal: 327-356. Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika Buku 1 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Hani, Clearly, Mukhlasin. 2003. “Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi pada Perusahaan Perbankan di BEJ”. Simposium Nasional Akuntansi VI, Hal: 1221-1233. Hansen, Don R. Dan Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial Buku 1 Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat. Hartono, Jogiyanto. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Horne, V. James C., dan John M. Wachowicz, Jr. 2009. Prinsip Fundamental of Financial Management (Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan) Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. 2008. “Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ tahun 20002005)”. Jurnal Manajemen Akuntansi dan Sistem Informasi, Vol.8 No.01 Januari 2008, Hal: 43-58. Jensen, Michael C., dan Meckling William H. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics, Vol. 3 No.4, Hal 305-360. Juandini, Wulandari. 2009. “Factors That Influence The Acceptance of A Going Concern Audit Opinion Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange (BEI)”. Jurnal Akuntansi, Vol. 1 No. 1 Hal: 20-35. Komalasari, Agrianti. 2004. “Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxi Going Concern terhadap Opini Auditor”. Jurnal Akuntansi dan keuangan , Vol. 9. No. 2. Hal: 1-15. Kotler, Philip., and Lee Nancy. 2005. “Corporate social responsibility: doing the most good for your company and your cause”. Resource Policy 27 Hal: 61-75. Madaniah, Siti. 2013. “Studi Komparatif Tentang Nilai Perusahaan Dan Profitabilitas Berdasarkan Kinerja Sosial”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol. 1 No. 2, Hal:1-25.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1828
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Meryana, Ester. 2013. “Perusahaan Pembuat Laporan Keberlanjutan Kian Banyak di Indonesia”. http://swa.co.id/business-research/perusahaan-pembuat-laporankeberlanjutan-kian-banyak-di-indonesia. Diakses tanggal 23 Maret 2014. Mulyadi, Martin Surya, dan Yunita Anwar. 2011. “Investor’s perception on corporate responsibility of Indonesian listed companies”. African Journal of Business Management , Vol. 5 No. 9, Hal: 3630-3634. Mulyadi. 2002. Auditing Buku Satu Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat. Nurlela dan Islahudin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pemerintah Indonesia, 2007. Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pemerintah Indonesia, 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Petkoski, D., & Twose, N. 2003. “Public Policy for Corporate Social Responsibility”. WBI Series on Corporate Responsibility In E- Conference Proceedings, Hal: 7-25. Petronela, Thio Anastasia. 2004. Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam pemberian Opini Audit. Jurnal Balance, 1 Maret, Vol. 1 No. 1, Hal . 46-55. Rakhiemah, Aldilla Noor, dan Dian Agustia. 2009. “Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure dan Kinerja Finansial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi XII. Riyadi, M. Agung. 2009. “Oh Buyat Riwayatmu Kini”. www. siej.or.id. Diakses tanggal 19 Maret 2014. Ross, Stephen A. 1977. The Determination of Financial Structure: The Incentive-Signalling Approach. The Bell Journal of Economics, Vol. 8, No.1, Hal: 23-40. Rudyawan, Pratama A. R. R. Y., Dan I. Dewa Nyoman Badera. 2009. “Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, Dan Reputasi Auditor”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4 No. 2, Hal: 8-15. Santosa, A.S., dan L.K. Wedari. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol.11 No.2, Hal: 141-158. Universitas Soegijapranata: Semarang. Sari, Rizkia Anggita. 2012. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Nominal: Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen, Vol. 1 No. 2, Hal: 124-140. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat. Setiawan, Santi. 2006. “Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan Perusahaan”. Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol. 5 No.1, Hal: 59-67. Setyarno, E. Budi, Januarti, dan Faisal. 2006. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi Padang IX. Spence, Michael. 1973. Job Market Signaling. The Quarterly Journal of Economics, Vol. 87, No. 3, Hal: 355-374.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1829
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Spence, Michael. 2002. Signaling in Retrospect and the Informational Structure of Market. American Economic review, Vol. 9 No. 2, Hal: 434-459. Suchman, Mark C. 1995. “Managing Legitimacy: Strategic and Institutional Approaches”. Academy of Management Journal, Vol.20 No.3 Hal: 571-610. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: ALFABETA. Suratno, Ignatius Bondan, dkk. 2006. “Pengaruh Environmental Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004)”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang, (23-26 Agustus). Suryani, Tri Elda. 2013. “Pengaruh Kinerja Lingkungan Dan CSR Disclosure Terhadap Kinerja Finansial Perusahaan Manufaktur Peserta Proper Yang Terdaftar Di Bei Tahun 20092011”. Hal 1-15. Susanto, Yulius Kurnia. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11, No. 3 Hal: 155-173. Uyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS Edisi 3. Yogyakarta: Graha Ilmu. Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews Edisi 3. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Wolk, H. I., Tearney, M. G., and Dodd, J. L. 2001. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach Fifth Edition. South-Western Collage Publising.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1830