ERUDIO, Vol. 2, No. 2, Desember 2014
ISSN: 2302-9021
Analisis Wacana Kritis pada Pemberitaan Pasca Tragedi Bintaro 2 Roy Rizki Program Magister Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang *email :
[email protected]
Abstrak
Dalam wacana kritis Norman Fairclough, ada beberapa karakteristik penting yang dijadikan pedoman untuk menentukan adanya hidden meaning, yaitu (1) Melihat teks atau bahasa (language) sebagai diskursus atau praktek sosial yang memiliki kekuasaan (power). (2) Eratnya hubungan antara teks, proses produksi, dan (3) Kondisi sosialnya. Ketiga unsur ini saling mempengaruhi satu sama lain dalam prosesnya. Untuk menganalisa teks, ataupun menganalisa proses produksi dan memahami interaksinya. Teun Van Dijk juga mengungkapkan bagaimana kekuasaan, dominasi dan ketidaksetaraan dipraktikkan, direproduksi atau dilawan oleh teks tertulis maupun perbincangan dalam konteks sosial dan politis. Kata Kunci: teks, interaksi, konteks dan wacana kritis. .
Pendahuluan Menjelang hari jadi PT. KAI yang ke69, banyak catatan sejarah yang tak bisa dipisahkan dengan kemerdekaan bangsa Indonesia. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak melupakan sejarahnya. PT Kereta Api Indonesia (Persero) (disingkat KAI atau PT KAI) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api. Layanan PT Kereta Api Indonesia (Persero) meliputi angkutan penumpang dan barang. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan perusahaan kereta api yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari Jepang. Pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap yang menegaskan bahwa mulai hari itu kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia sehingga Jepang sudah tidak berhak untuk mencampuri urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya tanggal 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI). Nama DKARI kemudian diubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api
(PNKA). Nama itu diubah lagi menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) pada tanggal 15 September 1971. Pada tanggal 2 Januari 1991, nama PJKA secara resmi diubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) dan semenjak tanggal 1 Juni 1999 diubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero) sampai sekarang. Kereta api merupakan transportasi massal dengan berbagai keunggulan: tarifnya yang murah, dapat mengangkut banyak penumpang, kecepatan dan ketepatan waktunya. Sudah seharusnya kereta api menjadi tulang punggung transportasi di Indonesia seperti di beberapa negara yang menjadikan kereta api sebagai transportasi yang utama, seperti Jepang dengan Shinkanshennya. Namun, pada kenyataannya kereta api di Indonesia dengan berbagai permasalahan internal kalah pamor dibanding dengan transportasi yang lain. Terutama dengan transportasi roda karet yang memenuhi jalan-jalan. Berbagai masalah muncul pada transportasi kereta api. Dari kurangnya armada, hingga ketertiban, kenyamanan dan keamanan penumpang. Kereta api kelas ekonomi menjadi primadona karena harga tiketnya yang murah, sehingga banyak masyarakat menggunakan kereta api kelas ini.
ERUDIO, Vol. 2, No. 2, Desember 2014 ISSN: 2302-9021 Roy Rizki: Analisis Wacana Kritis pada Pemberitaan Pasca Tragedi Bintaro II 2
Banyaknya penumpang tidak diimbangi dengan jumlah armada rangkaian kereta api yang tersedia. Banyaknya penumpang yang tidak terangkut menyebabkan sebagian –(dan sebagian besar) -dari mereka melakukan hal nekat dengan naik di atap gerbong. Ini sangat berbahaya, karena para penumpang nekat ini sering mengganggu perjalanan kereta api itu sendiri. Para penumpang melakukan kenekatannya dengan beragam alasan, karena takut terlambat masuk kerja, sekolah, tidak memperoleh transportasi dan berbagai kepentingan lainnya. PT KAI mulai kehabisan akal dalam mengatasi penumpang yang berada di atap gerbong. Mulai teguran tegas, semprotan cat, bola-bola beton hingga mendatangkan ustad untuk memberi ceramah para penumpang akan bahaya naik di atap gerbong. Tapi nihil hasilnya, penumpang tetap melakukan tindakan yang membahayakan nyawa mereka sendiri. Kereta api kelas ekonomi yang mengangkut 80% dari keseluruhan pengguna jasa kereta api. Seharusnya harga tiket kereta bisa digunakan untuk biaya operasional dan biaya perawatan. Untuk menutupi itu pemerintah mengeluarkan subsidi sebagai kewajiban pelayanan umum. Pada kenyataannya anggaran subsidi yang dikeluarkan pemerintah masih jauh dari cukup, sehingga PT KAI menyiasatinya dengan berbagai cara seperti dengan menunda pembaruan dan perawatan sarana pendukung, selama itu masih bisa dipakai padahal sudah tidak layak pakai. Ketepatan waktu juga menjadi hal yang dipertanyakan. Tidak sesuainya jadwal kedatangan hingga keterlambatan ini akibat dari gangguan persinyalan, mesin lokomotif dan berbagai sarana kereta api. Kereta api yang digunakan merupakan warisan Belanda pada masa penjajahan, sehingga banyak sarana prasarana kereta api telah berusia tua bahkan tidak sedikit yang mulai usang, dari mulai lokomotif, gerbong, sistem persinyalan, rel hingga jembatan. Bila semua sarana pendukungnya bagus perjalanan kereta api akan lancar dan tepat waktu sesuai jadwal. Apabila satu rangkaian kereta api terganggu atau mogok, maka perjalanan rangkaian kereta lainnya juga akan terganggu karena hanya satu rel saja yang bisa dilewati.
Perlintasan kereta api tanpa pintu atau perlintasan kereta api liar yang jumlahnya tidak sedikit. Data PT KAI menunjukkan sedikitnya terdapat seribu lebih perlintasan kereta api tanpa pintu yang berjalan tanpa rambu atau penjaga sehingga sangat berpotensi menimbulkan bahaya bagi pengguna jalan. Perlintasan liar ini, yang dibuka tanpa izin dari kementrian perhubungan dan tak terdaftar di PT KAI. Dan hal ini menjadi ‘bom waktu internal’ PT KAI yang setiap saat dapat mengancam keselamatan masyarakat yang menggunakan kereta api maupun mereka yang melintas di perlintasan liar atau tanpa pengamanan. Perlintasan liar tanpa registrasi ini muncul akibat pengembangan wilayah yang kurang cermat memperhitungkan akses lalu lintas wilayah dan penghuni daerah sekitar. Perlintasan liar seringkali dijaga secara swadaya oleh masyarakat, dengan palang pintu dan rambu seadanya. Karena statusnya tak resmi, jika terjadi kecelakaan KAI yang selalu disalahkan. Seperti gunung yang akan meletus. Permasalahan yang dialami PT KAI ini menemui puncaknya. Pada Senin 9 Desember 2013, terjadi kecelakaan yang melibatkan kereta komuter 1131 rute Serpong-Tanah Abang dengan sebuah kendaraan tangki pengangkut bahan bakar yang memakan korban 7 nyawa. Sementara, lebih dari 70 lainnya terluka di Pondok Betung, Bintaro, Jakarta. Kecelakaan yang diakibatkan oleh tidak adanya pintu pengamanan pada perlintasan kereta, ditambah dengan rendahnya kesadaran berlalu lintas tertib pengguna jalan. Menerobos pintu tanpa lintasan ini walaupun sirine peringatan telah dibunyikan. Kecelakaan ini membuka kembali lembaran hitam tragedi Bintaro 1987, 26 tahun yang lalu. Kecelakaan antar kereta api yang terjadi pada Senin 19 Oktober 1987, kereta dengan jalur pemberangkatan Rangkasbitung bertabrakan dengan kereta yang berangkat dari Stasiun Tanah Abang. Tercatat 156 penumpang tewas dengan tragis, dan sekitar 300 orang luka-luka. Kecelakaan ini tercatat sebagai salah satu musibah paling buruk dalam sejarah transportasi Indonesia,
ERUDIO, Vol. 2, No. 2, Desember 2014 ISSN: 2302-9021 3. Roy Rizki: Analisis Wacana Kritis pada Pemberitaan Pasca Tragedi Bintaro II
khususnya perkeretaapian. Peristiwa ini juga menyita perhatian publik internasional. Kecelakaan kereta api kembali terjadi meski jumlah korban tidak sebanyak tragedi 26 tahun silam itu, ironisnya peristiwa kecelakaan kereta tragis kembali terjadi di wilayah Bintaro. Peristiwa ini cukup menarik untuk dikritisi dengan menggunakan pendekatan wacana kritis. Tanpa bermaksud menyakiti perasaan korban, mengungkit kembali duka dari tragedi ini. Penulis ingin mengemukakan pendapat menggunakan pendekatan wacana kritis atas asas profesionalisme, kepantasan dan dedikasi mereka yang bertanggung jawab dalam mengelola sistem transportasi roda besi di Indonesia. Karena kereta api adalah transportasi ekonomis massal mampu mengangkut hingga ratusan penumpang. Jika saja para pengguna kendaraan pribadi beralih menggunakan kereta api. Ini akan mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya dan tentu ini akan mengurangi kemacetan. Tambahannya, masalah pencemaran udara akan berkurang. Bandingkan asap knalpot dari 200 motor, dengan asap dari satu rangkaian kereta api, tentunya ini akan memperbaiki kualitas udara terutama di kota-kota besar. Tujuan teori wacana kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan. Karena wacana ini memfokuskan pada abuse of power, dan khususnya pada dominasi, yaitu bahwa adanya discourse control yang digunakan untuk mengkontrol keyakinan dan tindakan seseorang. ‘Abuse’ ini disebut juga norm-violation (pelanggaran norma) dan untuk dominasi didefinisikan sebagai illegitimate exercise of power (penggunaan power yang tak sah/benar). Praktik analisis wacana sering melibatkan berbagai teori dan pendekatan. Memadukan, mereduksi dan memilah teori sehingga bersifat ekletik menjadi sesuatu yang umum dalam kajian linguistik, termasuk kajian wacana. Namun, dalam kesempatan ini,
penulis mencoba menerapkan satu pendekatan linguistik, yakni pendekatan Linguistik Kritis, untuk mengkaji wacana yang ditampilkan pada harian KOMPAS tanggal 13 Desember 2013. Norman Fairclough (1985. 1989. 1992. and 1993) juga melihat nilai dari linguistik kritis sebagai metode yang digunakan bersamaan dalam penelitian di bidang sosial perubahan kebudayaan. Dan sebagai sumber kekuatan melawan eksploitasi dan dominasi (1993: 133-134). Teun Van Dijk tidak menganalisis dari teori klasik hubungan penyebab hipotesanya. Tetapi dari sisi kerangka fenomena sistematis yang terbentuk dari kenyataan sosial (2001: 20-21) Metode Menurut Norman Fairclough dalam mengklasifikasikan sebuah atau banyak makna dalam analisis wacana dapat menggunakan definisi berikut ini: Description, tahap dimana bersinggungan dengan bentuk teks secara formal. Interpretation, hubungan antara teks dengan interaksi. Dengan melihat teks sebagai sebuah produk dari proses produksi. Dan sebagai sumber dari tafsiran. Berpegang pada materi yang ada, kejelasan latar belakang, konteks agar dapat dikemukakan konsep yang lebih jelas. Explanation, bersinggungan dengan hubungan antara interaksi dan konteks sosialnya. Adanya tekanan sosial dari proses produksi dan tafsiran, dan juga efek sosialnya. Dalam wacana kritis Norman Fairclough, ada beberapa karakteristik yang dijadikan pedoman untuk melihat adanya hidden meaning, yaitu (1) Melihat teks atau bahasa (language) sebagai diskursus atau praktek sosial yang memiliki kekuasaan (power). (2) Eratnya hubungan antara teks, proses produksi, dan kondisi sosialnya. Ketiga unsur ini saling mempengaruhi satu sama lain dalam prosesnya. (3) Dalam memahami wacana (naskah/teks) kita tak dapat melepaskan dari konteksnya. Untuk menemukan ”kekuasaan” di balik teks kita memerlukan penelusuran atas konteks proses produksi teks, konsumsi teks, dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pembuatan teks. Dikarenakan dalam sebuah
ERUDIO, Vol. 2, No. 2, Desember 2014 ISSN: 2302-9021 Roy Rizki: Analisis Wacana Kritis pada Pemberitaan Pasca Tragedi Bintaro II 4
teks tidak akan lepas dari kepentingan yang bersifat subjektif. Dalam analisisnya beliau menghubungkan teks yang mikro dengan konteks masyarakat yang makro. Beliau berusaha membangun suatu model analisis wacana yang mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya, sehingga beliau mengkombinasikan tradisi analisis tekstual dengan konteks masyarakat yang lebih luas. Titik perhatiannya adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Bahasa secara sosial dan historis adalah bentukan, dalam hubungan dialektik dengan struktur sosial. Analisis harus dipusatkan pada bagaimana bahasa itu terbentuk dan dibentuk dari relasi sosial dan konteks sosial tertentu. Karena tidak dapat kita pungkiri bahwa bahasa sebagai praktik sosial mengandung sejumlah implikasi. Pertama, wacana adalah bentuk tindakan, seseorang menggunakan bahasa sebagai suatu tindakan pada dunia dan khususnya sebagai bentuk representasi ketika melihat dunia atau realitas. Kedua, model mengimplikasikan adanya hubungan timbal balik antara wacana dan struktur sosial. Fungsi analisis wacana kritis bagi masyarakat yaitu memberikan kesadaran nyata (explicit awareness) atas peran mereka. Pemikiran ini bersumber dari bahwa ilmu itu ‘value-free’. Tidak terfokus pada hal-hal yang bersifat akademis atau masalah teoritis. Diawali dengan memunculkan masalahmasalah sosial, ditinjau dari sudut pandang siapa yang paling menderita dan menganalisa dengan kritis siapa yang berkuasa dan siapa yang harus bertanggung jawab dan siapa yang memiliki alat untuk menyelesaikan masalah tersebut. (van Dijk, 1986: 4). Wacana oleh Teun van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Beliau menggabungkan tiga dimensi wacana tersebut kedalam suatu kesatuan analisis. Pertama, dalam teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Kedua, kognisi sosial mempelajari proses induksi teks berita
yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Kognisi sosial juga merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh individu/kelompok pembuat teks. Cara memandang atau melihat suatu realitas sosial itu yang melahirkan teks tertentu. Sedangkan aspek ketiga yaitu konteks sosial yang mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Analisis sosial melihat bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana. Model analisis van Dijk ini bisa digambarkan sebagai berikut:
KONTEKS SOSIAL KOGNISI SOSIAL TEKS
Teun van Dijk menggunakan tiga pendekatan dalam analisis wacana kritis, yakni tingkat mikro, tingkat meso, dan tingkat makro. Pada tingkat mikro, aspek yang dianalisis adalah penggunaan bahasa, wacana, interaksi verbal, dan komunikasi. Pada tingkat meso, dipelajari proses produksi berita yang melibatkan kognisi individu wartawan. Sementara itu aspek yang dianalisis pada tingkat makro adalah kekuasaan, dominasi dan ketidaksetaraan antara kelompok sosial. Jika kita ingin mempelajari pembicara atau penulis mengaplikasikan kekuasaan mereka dalam atau melalui diskursus, maka masuk akal jika kita mempelajari peralatan yang difungsikan sebagai kekuatan sosial. Maka, tekanan dan intonasi, pengaturan kata, gaya leksikal, koherensi, pergerakan makna lokal, (seperti bantahan), pemilihan topik, skema organisasi dan gaya bahasa retorika. Dapat dijadikan bahan untuk menganalisa dengan kritis maksud dan tujuan dari pembicara atau penulis. Pada dasarnya teks media massa bukan realitas yang bebas nilai. Pada titik kesadaran manusia, teks selalu memuat
ERUDIO, Vol. 2, No. 2, Desember 2014 ISSN: 2302-9021 5. Roy Rizki: Analisis Wacana Kritis pada Pemberitaan Pasca Tragedi Bintaro II
kepentingan. Teks pada prinsipnya telah diambil sebagai realitas yang memihak. Tentu saja teks dimanfaatkan untuk memenangkan pertarungan ide-ide, kepentingan atau ideologi tertentu kelas tertentu. Sedangkan sebagai seorang peneliti memulainya dengan membuat sampel yang sistematis dari isi media dalam berbagai kategori berdasarkan tujuan penelitian. Pembahasan, Kesimpulan dan Saran Analisis Norman Fairclough, pada artikel yang dimuat di harian KOMPAS tanggal 13 Desember 2013. Dengan judul “Direksi PT KAI Rekrut Keluarga Korban Jadi Karyawan”: ”Kereta Api Indonesia memenuhi janji memberi kesempatan bekerja bagi anggota keluarga tiga awak commuter line 1311 yang gugur dalam tugas pasca-kecelakaan pada 9 Desember. Direksi merekrut keluarga korban menjadi karyawan tetap PT KAI dengan pengangkatan khusus. Direksi KAI merekrut Riza Lestiana, istri almarhum masinis Darman Prasetyo, sebagai Pelaksana Sumber Daya Manusia Area Daerah Operasi (Daop) VI Yogyakarta. Sudharsono, kakak kandung almarhum asisten masinis Agus Suroto, diangkat menjadi Pelaksana Administrasi Unit Kesehatan Area Daop IV Semarang Sementara Hoerunisah, kakak kandung teknisi Sopyan Hadi, diangkat sebagai Pelaksana Keuangan Area Daop I Jakarta.” a) Description, secara formal atau teks. Anggota keluarga korban dijelaskan beserta dengan identitas mereka. Langkah PT KAI dalam menyikapi kejadian pascakecelakaan. b) Interpretation, pembaca diarahkan untuk menerjemahkan bahwa adanya itikad baik dari PT KAI bertanggung jawab atas kecelakaan atau musibah yang terjadi pada bawahannya. c) Explanation, Secara detil identitas keluarga korban dijelaskan. Serta jabatan yang akan diberikan PT KAI pada keluarga yang ditinggalkan. Penggunaan bahasa serta pemilihan kata yang dianggap cukup menggambarkan peranan PT KAI sebagai institusi pemilik kekuasaan tunggal dalam mengkaryakan kembali
keluarga korban tanpa proses birokrasi berbelit. d) Interaksi/Proses, adanya representasi, relasi dan identitas yang jelas. Diwakili oleh keluarga pegawai PT KAI dan direksi PT KAI. Melakukan kontak langsung pada keluarga korban dengan melakukan pengangkatan atau perekrutan langsung pada korban sebagai pegawai PT KAI. e) Konteks/Kondisi sosial, pasca kejadian 9 Desember 2013, PT KAI menyatakan akan merekrut keluarga korban sebagai bentuk tanggung jawab moril dan materiil dari 3 pegawai KAI yang gugur dalam melaksanakan tugas. Tindakan yang dilakukan PT KAI merefleksikan besarnya tanggung jawab dan kekuasaan dari suatu institusi pada bawahannya. Kuasa istimewa yang dimiliki oleh PT KAI (sebagai institusi) memungkinkan proses ini terjadi. Analisis Teun Van Dijk: a) Teks, pemilihan kata memenuhi janji dibandingkan menepati janji. Karena tema besar yang ditekankan pada pemenuhan janji. b) Kognisi sosial, penekanan kata pada memenuhi berisi muatan yang lebih besar maknanya dari menepati. Kata memenuhi berarti membuat sesuatu penuh. Sedangkan menepati membuat sesuatu jadi tepat. c) Kondisi sosial, kata memenuhi janji, PT KAI tidak ingin disebut sebagai pihak yang dipersalahkan atas musibah yang terjadi. Memberi kesempatan kerja dan merekrut dan pengangkatan khusus. Tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan tanggung jawab PT KAI atas musibah kecelakaan yang terjadi pada pegawai PT KAI. Karena dengan meninggal 3 pegawai KAI, maka secara finansial kemampuan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dari korban kepada keluarga telah hilang. Penghargaan PT KAI pada pegawainya dengan memilih kata gugur daripada tewas. Sehingga almarhum disandingkan dengan prajurit yang gugur dalam membela negara.
ERUDIO, Vol. 2, No. 2, Desember 2014 ISSN: 2302-9021 Roy Rizki: Analisis Wacana Kritis pada Pemberitaan Pasca Tragedi Bintaro II 6
d) Pada tingkat mikro, kata-kata yang digunakan untuk mengidentifikasi keluarga korban. e) Pada tingkat meso, wartawan yang menuliskan artikel ini cukup memahami kondisi yang dialami oleh keluarga korban. Berhubungan dengan tanggung jawab profesi yang diembannya. Karena masinis dan wartawan adalah profesi yang dekat dengan resiko nyawa. f) Pada tingkat makro, PT KAI adalah agen tunggal dalam transportasi kereta api di Indonesia yang tidak memiliki kompetitor di bidangnya. Monopoli dipraktekkan oleh PT KAI akan kekuasaan dan dominasi adalah hal yang ditentang oleh Karl Marx dan aliran Frankfurt. Pemilik kapital terbesar mengeksploitasi kekuasaannya sehingga terjadi ketidakefisienan dalam operasi kerja. Pemikiran Karl Marx juga menjadi dasar pemikiran Norman Fairclough dan Teun Van Dijk. Analisis Norman Fairclough, pada artikel yang dimuat di harian KOMPAS tanggal 13 Desember 2013. Dengan judul “Direksi PT KAI Rekrut Keluarga Korban Jadi Karyawan”: ”Sebelumnya, tiga awak commuter line 1311 jurusan Tanah Abang-Serpong gugur saat kecelakaan di pelintasan sebidang Bintaro, Pesanggarahan. Jakarta Selatan. Commuter line itu menabrak truk pengangkut bahan bakar minyak PT Pertamina yang melintang di rel kereta. Sebelumnya, direksi PT KAI telah mengabadikan nama ketiga almarhum sebagai nama balai pelatihan dan pendidikan di Bandung, Yogyakarta, dan Bekasi. Ketiganya juga diberikan kenaikan pangkat dua tingkat dan akan dibuatkan prasasti di Stasiun Tanah Abang. “Prasasti itu akan kami bangun pertengahan Januari 2014,” ujar Jonan.” a) Description, secara formal atau teks. Langkah PT KAI dalam menyikapi kejadian pasca-kecelakaan. Dengan memberikan penghargaan pada korban. b) Interpretation, pembaca sekali lagi diarahkan untuk menerjemahkan bahwa adanya itikad baik dari PT KAI
bertanggung jawab atas kecelakaan atau musibah yang terjadi pada bawahannya. c) Explanation, Penghargaan khusus diberikan kepada korban atas dedikasi mereka pada pekerjaan. Sehingga korban akan dibangunkan secara khusus prasasti, pemberian nama pada balai latihan dan kenaikan pangkat dua tingkat. Prosesi yang dianggap menggambarkan peranan PT KAI sebagai institusi pemilik kekuasaan tunggal dalam mewujudkan penghargaan luar biasa. d) Interaksi/Proses, Adanya representasi, relasi dan identitas yang jelas. Nama korban akan diabadikan sebagai balai pelatihan dan pendidikan. e) Konteks/Kondisi sosial, penggunaan kata gugur digunakan sebanyak dua kali dalam wacana. Penekanan kata gugur pada ketiga almarhum, merefleksikan jiwa pahlawan yang merepresentasikan semangat PT KAI (sebagai institusi) yang ingin memberikan terbaik bahkan sampai titik darah penghabisan. Pemberian kenaikan pangkat dua tingkat juga diberikan sebagai bentuk penghargaan tertinggi. Analisis Teun Van Dijk: a) Teks, pemilihan kata mengabadikan nama, kenaikan pangkat dua tingkat dan dibuatkan prasasti menjadi kata khusus yang dapat ditelaah. b) Kognisi sosial, penekanan kata pada mengabadikan berisi muatan membuat sesuatu menjadi abadi dan layak dikenang karena unsur kebaikan. Kata kenaikan pangkat dua tingkat mengandung makna lompatan pangkat karena kejadian luar biasa. Sedangkan dibuatkan prasasti adalah implementasi dari mengabadikan sesuatu menjadi bentuk piagam tertulis yang akan menjadi informasi bagi siapapun. c) Kondisi sosial, kata mengabadikan nama, kenaikan pangkat dua tingkat dan dibuatkan prasasti, PT KAI ingin memberikan contoh pada pegawai lain agar memiliki dedikasi seperti ketiga korban kru kereta komuter. Dapat juga diartikan bagi masyarakat luas bahwa PT KAI memberikan penghargaan yang
ERUDIO, Vol. 2, No. 2, Desember 2014 ISSN: 2302-9021 7. Roy Rizki: Analisis Wacana Kritis pada Pemberitaan Pasca Tragedi Bintaro II
sebesar-besarnya atas pengorbanan yang dilakukan oleh pegawainya. d) Pada tingkat mikro, kata-kata yang digunakan untuk menghargai korban layaknya pahlawan. e) Pada tingkat meso, wartawan yang menuliskan artikel ini memahami kondisi ekonomi ataupun sosial yang dialami oleh keluarga korban karena kehilangan kepala keluarga sebagai pecari nafkah. Dan juga berhubungan dengan tanggung jawab profesi yang diembannya. f) Pada tingkat makro, kereta komuter PT KAI yang menabrak truk PERTAMINA dapat dijadikan argumen baru akan pertemuan dua institusi besar di Indonesia yang memiliki kepentingan. Truk PERTAMINA melintang di rel kereta api. Betapa kondisi perlintasan tanpa pintu pengamanan sudah cukup mengerikan ditambah lagi jumlahnya yang hampir seribu. Sedangkan rendahnya disiplin pengemudi kendaraan roda karet juga dapat dikaji lebih lanjut. Analisis teks dengan pendekatan linguistik kritis pada artikel “Direksi KAI Rekrut Keluarga Korban Jadi Karyawan” menghasilkan beberapa kesimpulan analisis. Pertama, penghalusan kata. Menggunakan kata “gugur” sebagai bentuk eufimisme dibandingkan dengan kata “tewas”. Kedua, dengan menggunakan kata gugur. Pegawai KAI di sejajarkan dengan prajurit yang gugur di medan perang. Ketiga, teks komunikasi yang bersifat hidden (tersembunyi). Perlakuan PT KAI dalam hal ini juga dapat berfungsi sebagai synthetic personalisation yang disinggung oleh Norman Fairclough. Adanya upaya untuk memulihkan, menjaga good image dari PT KAI yang mungkin semakin tercoreng dengan tragedi kecelakaan ini. Keempat, artikel ini juga dapat difungsikan sebagai hidden advertisement dari PT KAI. Jika anda menjadi pegawai PT KAI maka kami akan memperhatikan nasib keluarga anda jika terrjadi musibah yang tak diinginkan Kelima, institusi PT KAI di Indonesia adalah penyelenggara transportasi kereta api yang tidak memiliki kompetitor. Penulis menganggap apa yang telah dilakukan PT KAI
pada konsumen adalah sebuah bentuk abuse of power. Karena institusi ini tidak mengembangkan sumber daya yang ada secara maksimal. Kereta api yang sudah tua, jadwal yang tidak sesuai, jumlah armada yang tidak seimbang dan terutama banyaknya perlintasan tanpa pintu pengamanan. Keenam, Kondisi sosial masyarakat Indonesia yang masih secara mudah dipengaruhi oleh opini media massa. Hal ini memudahkan media massa membentuk atau menghimpun opini sesuai yang dikehendaki. Yang dikhawatirkan opini ini nantinya mewakili kepentingan golongan tertentu. Ketujuh, teori kritis pada akhirnya selalu mengajarkan kecurigaan dan cenderung selalu mempertanyakan realitas yang ditemui, termasuk di dalamnya teks media itu sendiri. Karena sesuai dengan namanya wacana kritis maka kita harus selalu berpikiran atau memiliki tendensi yang baik tidak selamanya baik. Kedelapan, dengan semangat menjelang hari jadi PT. KAI yang ke-69. Penulis berharap PT. KAI dapat meningkatkan pelayanan publik lebih baik lagi. Sehingga perkeretaapian saat ini yang dipimpin bapak Jonan Ignatius mampu memunculkan inovasi-inovasi baru. Sebagaimana inovasi e-ticketing, larangan penjual dalam kereta api dan tiket murah. Daftar Pustaka [1] Fairclough, Norman. 1989. Language and Power. England: Longman Limited. [2] Fairclough, Norman. 2003. Analyzing Discourse. London: Routledge. [3] Leeuwen, Theo van. 2008. Discourse and Practice: New Tools for Critical Discourse Analysis. New York:Oxford [4]
Fairclough, Norman. 1995. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. London: Longman.
[5] Holtgraves, Thomas M. 2008. Language as Social Action:Social Psychology and Language Use. Lawrence Erlbaum Associates, Publishers:New Jersey.