ANALISIS USAHATANI DAN EFISIENSI PEMASARAN KOPI (Coffea sp) DI KECAMATAN PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS
(Skripsi)
OVA LESTARI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRACT
ANALYSIS ON FARMING AND MARKETING EFFICIENCY OF COFFEE (Coffea sp.) IN PULAU PANGGUNG SUBDISTRICT OF TANGGAMUS REGENCY
By
Ova Lestari
This research aims to know the coffee farming, the formation process of coffee prices on the farmer’s level, the coffee marketing channels, and analyzing the marketing coffee in Pulau Panggung sub district of Tanggamus Regency. This research was conducted in Gunung Megang village and Sri Mengantin village by involving 66 farmers of coffee and following the flow of marketing, namely traders and collector large trader. Data analysis methods used in this research are qualitative descriptive analysis. In addition to descriptive quantitative using business analysis farming by calculating R/C ratio and the analysis of the model of the S-C-P (popularly, conduct, and Performances) to analyze the organization of the market. The results of this research showed that R/C ratio>1, it meant that the farming of coffee was worthy to be cultivated and gave benefit. Farmers did not apply hedging system for its products. The coffee marketing channels in Pulau Panggung sub district of Tanggamus regency was as followed: farmers – large trader merchants– collector – exporters. The marketing of coffee in Pulau Panggung sub district of Tanggamus Regency was not efficient, although the producer share reached more than 80%; however the ratio of profit margins (RPM) on every marketing institution did not spread evenly. Keywords: Coffee, efficiency, farming, marketing
ABSTRAK
ANALISIS USAHATANI DAN EFISIENSI PEMASARAN KOPI (Coffea sp.) DI KECAMATAN PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh Ova Lestari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usahatani kopi, proses pembentukan harga kopi pada tingkat petani, dan saluran pemasaran kopi, serta menganalisis efisiensi pemasaran kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Megang dan Desa Sri Mengantin dengan melibatkan 66 petani kopi, serta mengikuti aliran pemasaran yaitu pada pedagang pengumpul dan pedagang besar. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif menggunakan analisis usahatani dengan menghitung R/C ratio dan analisis model S-C-P (Structure, Conduct, dan Perfomance) untuk menganalisis organisasi suatu pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa R/C ratio > 1 artinya usahatani kopi layak untuk diusahakan dan menguntungkan, petani tidak menerapkan sistem hedging untuk produknya. Saluran pemasaran kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus adalah Petani – pedagang pengumpul – pedagang besar – eksportir. Pemasaran kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus belum efisien, walaupun pangsa produsen mencapai lebih dari 80%, tapi Rasio Profit Marjin (RPM) pada setiap lembaga pemasaran tidak menyebar secara merata. Kata Kunci: efisiensi, kopi, pemasaran, usahatani
ANALISIS USAHATANI DAN EFISIENSI PEMASARAN KOPI (Coffea sp) DI KECAMATAN PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh Ova Lestari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 11 Oktober 1991 dari pasangan Bapak Besari dan Ibu Sudarsih, sebagai anak ke empat dari lima bersaudara.
Penulis menyelesaikan studi tingkat Taman Kanak-Kanak di TK Assalam Bandar Lampung pada tahun 1998, Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Harapan Jaya Sukarame Bandar Lampung pada tahun 2004, tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Al-Kautsar pada tahun 2007, tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 12 Bandar Lampung pada tahun 2010.
Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis, pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2013 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Waringinsari Timur, Kabupaten Pringsewu selama 40 hari dan penulis juga melakukan Praktik Umum (PU) di PT Sweet Indo Lampung (SIL) Sugar Group Companies (SGC) di Kecamatan Gedong Meneng Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung dengan judul penelitian “Pembagian Kerja dan Wewenang Karyawan Pada Departemen Administrasi PT Sweet Indo Lampung (SIL) Sugar Group Companies (SGC).
Penulis juga memiliki pengalaman organisasi sebagai anggota Bidang Pengabdian Pada Masyarakat HIMASEPERTA, anggota UKM KSR PMI Unit Unila pada tahun 2012/2013, Sekretaris Divisi Bidang Pendidikan dan Latihan UKM KSR PMI Unit Unila tahun 2013/2014, Wakil Ketua UKM KSR PMI Unit Unila tahun 2014/2015.
Motto Hidup “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri “ (Q.S. Ar-Ra’d: 11)
“Lebih baik merangkak tapi jalan kedepan, dari pada kita berputar saja tapi diam di tempat”
“ Urip Sejatine Gawe Urup”
SAN WACANA
Bismillahirohmanirohiim, Alhamdulillahirobilallamiin puji syukur atas segala limpahan rahmat dan karunia Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik, tak lupa sholawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan teladan untuk kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Usahatani Dan Efisiensi Pemasaran Kopi (Coffea sp.) Di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus”.
Dalam penyelesaian skripsi ini, dari awal hingga akhir, terdapat banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S., selaku Pembimbing Pertama atas bimbingan, nasihat, motivasi, dan kesabaran yang telah diberikan selama membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.
2.
Ir. Eka Kasymir, M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan, nasihat, motivasi, dan kesabaran yang telah diberikan selama membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.
3.
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dosen Penguji Skripsi dan Reviewer Pertama saya byang senantiasa memberikan nasihat, dukungan, dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
4.
Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Ketua Jurusan Agribisnis yang senantiasa memberikan nasihat, dukungan, dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
5.
Ir. Rabiatul Adawiyah, M. Si., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat, motivasi, dan dukungannya selama kuliah dan dalam penulisan skripsi.
6.
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian yang
senantiasa memberikan motivasi dan dukungan dalam penulisan skripsi. 7.
Seluruh Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian atas semua ilmu, saran, dan bimbingan yang telah diberikan selama Penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.
8.
Karyawan-karyawan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Mba Iin, Mba Aie, Mba Fitri, Mas Boim, Pak Margono, Mas Sukardi, dan Mas Bukhari atas semua bantuan dan pengertian yang telah diberikan.
9.
Orang tuaku tercinta Ibunda Sudarsih dan Ayahanda Besari, ketiga Kakakku Mas Marsudin, Yayuk Sri Sulastri, S.E, dan Mas Syaiful Bahri, S.H., serta Adikku Siti Nurjanah, Amd.Keb., atas semua limpahan kasih sayang, dukungan, doa, nasihat, dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.
10. Kepala Desa Gunung Megang Pak Harson, Kepala Desa Sri Menganten Pak Sutrajaya dan Mba Salimah beserta keluarga yang telah memberikan dukungan selama penulisan skripsi ini. 11. Sahabat - sahabatku tersayang Asih Mityas Lestari, S.P., Fitri Kusumawati, S.P., Marcela Yuniati, S.P., Maulina Tunjung Sari, S.P., Tania Oktarisa, S.P., Tri Yunita sari, S.P., Rizky Ramadhan, S.P., Rahmat Akrima, S.P., Dimash Adi Putra Septian, S.P., Dani Pramaditya Trisnata, S.P., Debi Februan, Susi Susanti, S.P., Ayulia Permata, S.P., Meta Kusuma Febriana, S.P., dan Septa Meliana Sari. 12. Sahabat seperjuangan Agribisnis 2010 Dani I, Yoan, Neno, Vega, Vina, Hani, Sinta, Dwi, Aya, Ai, Jenny, Vanessa, Ayas, Meita, Wida, Iqbal, Kinoy, Adel, Ita, Novita, Hasni, Wayan, Jale, Ludi, Reza, Edo, findra, Oci, altri, dan lainlain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang senantiasa memberikan semangat, doa, dan kebersamaan selama ini. 13. Sahabat-sahabat Kepompong ku tersayang Nuraini, Arizki Mihardi, Ferdi Bachrianda, M. Yuda Dwi Putra, Melly Nurma Sari dan Agus Budi Pamungkas yang senantiasa memberikan semangat, kasih sayang, doa dan dukungannya selama ini. 14. Kakak-kakak angkatan 2008 dan 2009 serta adik-adik angkatan 2011, 2012, 2013 dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang senantiasa memberikan semangat, doa dan dukungannya selama ini. 15. Keluarga UKM KSR PMI Unit Unila Angkatan XXI (Ucup, Elisa, Anggun, Nova, Inday, Lailiyah), Angkatan XXII (Nana dan Juanda), XXIII, XXIV (Greg, Wahyu, Wulan, Azwir, dsb.), XXV (Atari, Jeje, Lia,dkk), Kakak-
kakak senior Kak Petrus, Kak Ago, Kak Salman, Kak Pepeng dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang senantiasa memberikan semangat, doa dan dukungan lainnya. 16. Teman-temanku Rahma, Mbul, Rino, Memo, Randy, Wisnu, Clara Sulfi Selviana, dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang senantiasa memberikan semangat, doa dan dukungan lainnya.
Semoga Allah melimpahkan balasan atas kebaikan dan perhatian yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, namun ada sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat. Amiinyarobbalallamiin.
Bandar Lampung, Penulis
Ova Lestari
ii
DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah B. Tujuan Penelitian C. Kegunaan Penelitian
iv vii 1 9 9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Karakteristik Kopi 2. Budidaya Kopi 3. Teori Usahatani 4. Teori Pemasaran B. Penelitian Terdahulu C. Kerangka Pemikiran
10 10 12 16 18 27 36
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional B. Lokasi Responden dan Waktu Penelitian C. Metode Pengumpulan Data D. Metode Analisis Data
37 41 43 44
IV. GAMBARAN UMUM A. Kabupaten Tanggamus B. Kecamatan Pulau Panggung
52 54
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Petani 2. Pedagang Pengumpul 3. Pedagang Besar 4. Eksportir B. Analisis Usahatani 1. Penggunaan Sarana Produksi dan Biaya Usahatani 2. Pendapatan Usahatani kopi C. Analisis Efisiensi Pemasaran 1. Struktur Pasar
61 61 65 66 66 67 67 70 72 72
iii
2. Perilaku Pasar 3. Keragaan Pasar 4. Analisis Elastisitas Transmisi Harga VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
74 76 82
84 85
iv
DAFTAR TABEL Tabel
Hal
1.
Volume eksport kopi di dunia
1
2.
Kontribusi rata-rata sentra produksi kopi terhadap total produksi kopi nasional beserta produktivitas di Pulau Sumatera tahun 2014
2
3.
Luas areal tanaman perkebunan di Provinsi Lampung
3
4.
Luas areal dan produksi kopi robusta di Provinsi Lampung
4
5.
Luas areal, produksi dan produktivitas kopi di Kabupaten Tanggamus Tahun 2015
5
6.
Harga kopi di tingkat Kabupaten Tanggamus
7
7.
Luas wilayah menurut pekon di Kecamatan Pulau Panggung
54
8.
Jarak tempuh ke pusat Kecamatan Pulau Panggung
55
9.
Jumlah penduduk per Januari 2015
56
10. Lahan sawah dan bukan sawah Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015
57
11. Luas panen dan produksi tanaman perkebunan di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015
58
12. Sebaran responden berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015
62
13. Sebaran petani kopi berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015
63
14. Sebaran petani kopi berdasarkan pekerjaan sampingan petani di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, tahun 2015
64
v
15. Sebaran responden berdasarkan pengalaman berusahatani Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015
65
16. Rata-rata biaya dan pendapatan petani kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015
71
17. Marjin pemasaran kopi dan share di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015
80
18. Identitas responden petani kopi Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015
89
19. Identitas responden pedagang pengumpul Kopi Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, Tahun 2015
92
20. Identitas responden Pedagang Besar Kopi Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015
92
21. Identitas responden Eksportir Kopi Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015
92
22. Produksi kopi Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, tahun 2015
93
23. Biaya-biaya usahatani petani kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015
95
24. Biaya pemasaran petani ke pedagang pempul kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015
131
25. Volume dan harga kopi tingkat pedagang pengumpul, Tahun 2015
134
26. Biaya pemasaran kopi tingkat pedagang pengumpul, Tahun 2015
135
27. Volume dan harga kopi tingkat pedagang besar, Tahun 2015
136
28. Biaya pemasaran kopi tingkat pedagang besar, Tahun 2015
136
29. Volume dan harga kopi tingkat eksportir, Tahun 2015
137
30. Biaya pemasaran kopi tingkat eksportir, Tahun 2015
137
31. Harga Kopi Petani Kabupaten Tanggamus dan harga kopi tingkat eksportir di Bandar Lampung
138
32. Tabel summary
139
33. Tabel Anova
139
34. Tabel Koefesien
139
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Efisiensi Pemasaran Kopi (Coffea sp.) di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus 2. Saluran Pemasaran kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus
Hal
36 77
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Kopi merupakan komoditi penting dalam sub sektor perkebunan, karena berperan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber devisa negara. Hal ini bisa dilihat dari komoditi ini yang mampu menembus pasar internasional sebagai komoditi ekspor. Ekspor kopi Indonesia menduduki posisi ke 3 di dunia setelah Negara Brazil dan Negara Vietnam dengan volume ekspor 10.627.654 kantung. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Volume eksport kopi di dunia No. Negara 1 Brazil 2 Vietnam 3 Indonesia 4 Columbia * satu kantung setara 60 kilogram
Volume Ekspor (*kantung) 28.265.729 25.475.000 10.627.654 7.168.913
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013
Subsektor perkebunan ini berperan penting dalam mencukupi kebutuhan penduduk, penyediaan bahan baku industri, memberi peluang usaha serta kesempatan kerja, dan meningkatkan pendapatan petani.
2
Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi robusta dengan pangsa sebesar 20 % dari ekspor kopi robusta dunia. Areal kopi robusta tersebar di hampir seluruh kepulauan Indonesia dengan urutan dan persentasi areal sebagai berikut Sumatera (66%), Jawa (12%), Bali dan Nusa Tenggara (8%), Sulawesi (7%), Kalimantan (4%), serta Maluku dan Papua (1%) (Ditjen Perkebunan, 2013). Sumatera memiliki persentase areal kopi yang besar pada tingkat nasional, dibandingkan dengan pulau-pulau yang lain.
Kawasan segitiga kopi Indonesia meliputi provinsi-provinsi di Pulau Sumatera yaitu Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu merupakan daerah penghasil kopi robusta utama di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kontribusi rata-rata sentra produksi kopi terhadap total produksi kopi nasional beserta produktivitas di Pulau Sumatera tahun 2015 No.
Provinsi
Produksi (%)
Produktifitas (Kg/Ha/Th)
1.
Lampung
26,00
1.001
2. 3. 4. 5. 6.
Sumatera Selatan Bengkulu Sumatera Utara NAD Sulawesi Selatan
21,03 8,49 8,38 7,26 5,40
652 746 1.022 1.156 734
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015.
Lampung merupakan sentra komoditi kopi, hal ini dapat dilihat dari persentase produksi Provinsi Lampung yang berkontribusi sebesar 26 %, angka ini terbesar dibandingkan dengan provinsi di Pulau Sumatera lainnya. Kopi merupakan komoditi unggulan Lampung diantara komoditi-komoditi lainnya seperti kelapa, karet, lada, kakao dan tebu, ini dapat dilihat pada Tabel 3.
3
Tabel 3. Luas areal tanaman perkebunan di Propinsi Lampung No.
Komoditi
Luas Areal (Ha) 2008 162.830 127.747
2009 162.954 128.096
2010 163.123 128.021
2011 161.532 126.628
2012 161.677 126.458
2013 161.162 124.538
2014 173.670 2.204
2015 173.690 89.140
1. 2.
Kopi Kelapa
3.
Karet
68.802
69.662
75.450
85.075
94.619
127.198
158.999
238.495
4.
Lada
63.700
64.703
63.620
63.679
63.640
61.778
60.480
45.712
5.
Kakao
35.457
36.378
42.427
46.897
50.328
58.781
68.152
76.508
Sumber: Lampung Dalam Angka Tahun 2012, 2015 dan 2016
Jenis kopi yang dibudidayakan ada empat jenis yaitu kopi arabika, kopi liberika, kopi Canephora (robusta), dan kopi hibrida. Petani di Provinsi Lampung menanam jenis kopi robusta atau Canephora dan kopi arabika, namun mayoritas para petani menanam kopi jenis robusta. Nama robusta digunakan untuk tujuan perdagangan, jenis kopi ini memiliki kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi dibandingkan jenis kopi arabika dan liberika.
Kopi robusta bisa ditanam pada ketinggian lahan yang lebih tinggi dari kopi arabika agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Penanaman kopi robusta pada lahan dataran rendah akan menurunkan produksi dan lebih rentan terhadap penyakit karat daun, di daerah Lampung penanaman robusta cocok ditanam pada ketinggian antara 300 – 600 mdpl.
Provinsi Lampung memiliki luas areal tanaman kopi robusta seluas 173.690 hektar yang tersebar luas di seluruh wilayah kabupaten maupun kota. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu sentra produksi kopi robusta di Provinsi Lampung, karena memiliki luas areal dan produksi kopi yang cukup tinggi setelah Kabupaten Lampung Barat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
4
Tabel 4. Luas areal tanaman dan produksi kopi robusta di Provinsi Lampung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Kabupaten Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Pesawaran Pringsewu Mesuji Tulang Bawang Barat Pesisir Barat Bandar Lampung Kota Metro Lampung
Luas Areal (hektar) 65.010 43.897 1.239 966 1.549 18.482 22.563 133 4.649 7.630 249 170 6.934 217 2 173.690
Produksi (Ton) 52.543 30.671 923 492 778 12.230 17.410 63 3.542 7.919 84 35 4.711 99 1 131.501
Sumber: Lampung Dalam Angka Tahun 2015
Kabupaten Tanggamus memiliki 20 kecamatan yang berpotensi untuk memproduksi kopi robusta. Luas areal Kabupaten Tanggamus adalah 43.897 hektar yang terbagi di berbagai wilayah kecamatan. Luas areal, produksi dan produktivitas kopi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 menunjukkan luas areal kecamaterbesar adalah Kecamatan Pulau Panggung. Luas areal yang besar tidak menjadi jaminan bahwa produksi juga akan besar, ini terlihat dari hasil produksi yang dihasilkan oleh kecamatan ini. Produksi kopi Kecamatan Pulau Panggung lebih kecil dari pada produksi di kecamatan lain, untuk kecamatan yang memiliki luas sebesar ini harusnya produksi yang dihasilkan dapat lebih tinggi dari kecamatan lain.
5
Tabel 5. Luas areal, produksi dan produktivitas kopi di Kabupaten Tanggamus Tahun 2015 No
Kecamatan
Luas (Ha) 2.223
Produksi (Ton) 1.400
Produktivitas (Kg/Ha) 753,09
1
Wonosobo
2
Semaka
340
442
1.300
3
Bandar Negeri Semuoang
805
400
623,05
4
Kota Agung
5
Pematang Sawa
6
327
234
893,13
1.154
500
764,53
Kota Agung Barat
216
160
952,38
7
Kota Agung Timur
354
155
767,33
8 9
Pulau Panggung Ulu Belu
7.339 7.549
5.250 4.970
879,25 838,11
10
Air Naningan
6.984
4.585
786,85
11
Talang Padang
304
80
444,44
12
Sumber Rejo
2.147
1.559,32
805,85
13
Gisting
1.281
680,81
602,49
14
Gunung Alip
1.180
897
901,51
15
Pugung
6.567
4.180,50
764,68
16
Bulok
1.660
600
648,65
17
Cukuh Balak
1.599
843
633,83
18
Kelumbayan
251
289,20
1.279,65
19
Limau
1.191
19,6
21,08
20
Kelumbayan Barat
445
336
1.200
43.916
27.581,43
782,39
Jumlah
Sumber : Tanggamus Dalam Angka Tahun 2015
Usahatani kopi menjadi salah satu mata pencaharian penduduk Kecamatan Pulau Panggung untuk memenuhi kebutuhan petani. Produksi kopi dihasilkan akan dijual oleh petani kepada pengumpul ataupun lembaga pemasar lainnya, sehingga menimbulkan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani dan petani akan memperoleh penerimaan dari harga output yang diperoleh melalui penjualan kopi. Tinggi atau rendahnya produksi kopi yang dihasilkan oleh petani merupakan hal yang mempengaruhi pendapatan petani.
6
Sistem pemasaran di Indonesia masih harus diperhatikan karena merupakan bagian yang terlemah dalam mata rantai perekonomian atau dalam aliran barang-barang khususnya produk pertanian. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mempertinggi efisiensi pemasaran adalah adanya pasar yang menampung hasil-hasil pertanian dengan harga yang menguntungkan pada setiap lembaga pemasaran.
Pasar komoditi yang terorganisir dengan baik dan terjamin pelaksanaannya atau yang biasa disebut sebagai bursa komoditi, kehadiran dan bentuknya perlu disesuaikan bukan saja dipergunakan oleh pengusaha termasuk di dalamnya ekportir dan petani sebagai wadah untuk mengadakan hedging dalam melindungi serta mengamankan usahanya menjangkau kontrak dengan jangka waktu penyerahan yang lebih jauh ke depan, tetapi juga dapat menyempurnakan sistem pembentukan harga yang transparan, sehingga benar-benar dapat menunjang kelangsungan dan pengembangan sektor produksi dengan memberinya bagian harga pasar yang wajar sebagai harga panutan.
Fluktuasi harga yang terjadi, menjadi salah satu masalah petani kopi untuk menjual hasil panen kopi para petani, hal ini yang menjadi penyebab terhadap kestabilan pendapatan produsen dan tingkat konsumsi sehingga hal ini akan memperbesar risiko pemasaran. Pada kondisi yang menyebabkan harga kopi naik dari harga sebelumnya kebanyakan para petani akan menjual kopi mereka kepada pengepul atau lembaga pemasar lainnya. Namun ketika harga kopi sedang mengalami penurunan para petani kebanyakan akan menyimpan
7
kopi mereka untuk dijual ketika harga kembali stabil dan tinggi sehingga petani tidak mengalami kerugian. Tabel 6 menunjukkan fluktuasi harga kopi di tingkat petani pada bulan April sampai bulan Desember 2014.
Tabel 6. Harga kopi pada tingkat produsen di Kabupaten Tanggamus No. 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bulan April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Minggu Ke1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5
Harga (Rp) 19.500,00 19.375,00 19.500,00 19.650,00 20.100,00 20.200,00 20.700,00 22.250,00 18.800,00 19.250,00 19.150,00 18.800,00 19.200,00 19.500,00 19.550,00 19.700,00 19.600,00 18.350,00 19.100,00 19.100,00 18.800,00 19.000,00 19.000,00 18.950,00 19.050,00 19.150,00 19.150,00 19.250,00 18.450,00 19.400,00 19.450,00 19.750,00 20.750,00 20.800,00 20.9 50,00 20.500,00 19.550,00 19.200,00 20.000,00
Harga Rata-rata
Rp 19.510,00
Rp 20.300,00
Rp 19.000,00
Rp 19.500,00
Rp 19.050,00
Rp 18.950,00
Rp 19.300,00
Rp 20.200,00
Rp 20.050,00
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2014
Petani kopi perlu mengetahui bagaimana risiko terhadap keputusan yang diambil oleh mereka untuk menjual produk mereka agar terhindar dari kerugian dan terlindungi akibat fluktuasi harga yang terjadi dapat merugikan
8
posisi petani kopi. Pengetahuan mengenai risiko harga penting dimiliki oleh petani, dimana fluktuasi harga menjadi salah satu masalah di dalamnya, para petani dapat memanfaatkan sarana perdagangan berjangka untuk melindungi usahanya dari fluktuasi harga sehingga efisiensi dapat tercapai.
Salah satu aspek pemasaran yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan arus barang dari produsen ke konsumen adalah efisiensi pemasaran, karena melalui efisiensi pemasaran selain terlihat perbedaan harga yang diterima petani sampai barang tersebut dibayar oleh konsumen akhir. Saluran pemasaran juga menentukan marjin keuntungan yang diterima oleh para petani, semakin panjang alur pemasaran semakin banyak lembaga, pemasaran yang menikmati marjin keuntungan petani dengan ekportir.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana usahatani petani kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus? 2. Bagaimana proses pembentukan harga kopi pada tingkat petani kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus? 3. Bagaimana saluran pemasaran kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus? 4. Apakah pemasaran kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus sudah efisien?
9
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana usahatani kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. 2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan harga kopi pada tingkat petani di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. 3. Untuk mengetahui saluran pemasaran di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. 4. Untuk menganalisis efisiensi pemasaran tanaman kebun kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.
Petani kopi, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam memasarkan hasil kebun kopi para petani.
2.
Dinas atau instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan harga yang diambil dalam rangka meningkatkan produksi dan mengembangkan tanaman kopi di Lampung.
3.
Peneliti lain, sebagai referensi dalam penelitian yang sejenis.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka 1. Karakteristik Kopi Kopi (Coffea sp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam family Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh mencapai 12 meter. Daunnya bulat dengan ujung agak meruncing, daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya.
Kopi dapat tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan, tetapi untuk mencapai hasil yang optimal memerlukan persyaratan tertentu. Zona terbaik pertumbuhan kopi adalah antara 20° LU dan 20° LS. Indonesia yang terletak pada 5°LU dan 10° LS secara potensial merupakan daerah kopi yang baik. Sebagian besar daerah kopi di Indonesia terletak antara 0-10° LS yaitu Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan dan sebagian kecil antara 0-5° LU yaitu Aceh dan Sumatera Utara.
Menurut Aak (1980), terdapat empat jenis kopi yang telah dibudidayakan, yakni:
11
a.
Kopi Arabika Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak dikembangkan di dunia maupun di Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 meter dari permukaan laut (mdpl) dan di Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 1000-1750 mdpl. Jenis kopi cenderung tidak tahan Hemilia Vastatrix namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat.
b.
Kopi Liberika Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika.Pohon kopi liberika tumbuh dengan subur di daerah yang memilki tingkat kelembapan yang tinggi dan panas. Kopi liberika penyebarannya sangat cepat. Kopi ini memiliki kualitas yang lebih buruk dari kopi Arabika baik dari segi buah dan tingkat rendemennya rendah.
c.
Kopi Canephora (Robusta) Kopi Canephora juga disebut kopi Robusta. Nama Robusta dipergunakan untuk tujuan perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama botanis. Jenis kopi ini berasal dari Afrika, dari pantai barat sampai Uganda. Kopi robusta memiliki kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi di bandingkan jenis kopi Arabika dan Liberika.
12
d.
Kopi Hibrida Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua spesies atau varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari kedua induknya. Namun, keturunan dari golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai sifat yang sama dengan induk hibridanya. Oleh karena itu, pembiakannya hanya dengan cara vegetatif seperti stek atau sambungan.
2. Budidaya Kopi Pembudidayaan kopi membutuhkan persyaratan dan teknik-teknik tertentu sehingga dapat menghasilkan kopi yang optimal. Kopi robusta memiliki syarat tumbuh ketinggian 400-800 mdpl, rata-rata temperatur harian 2124°, untuk curah hujan rata-rata membutuhkan 2000-3000 mm/tahun dan pH atau keasaman 5,5-6,5.
Iklim sangat berpengaruh besar sekali terhadap produktivitas tanaman kopi. Pengaruh iklim mulai nampak sejak cabang-cabang primer menjelang berbunga. Penyinaran merupakan stimulant bagi besar kecilnya persiapan pembungaan, semakin banyaknya penyinaran maka persiapan pembentukan bunga akan semakin cepat.
Pada tahap penanaman kopi diperlukan beberapa persiapan areal. Persiapan bahan tanam meiputi penyediaan benih, penyemaian benih dan persemaian lapangan.
13
a.
Persemaian Pada tahap ini untuk mendapatkan bahan tanaman diperlukan benih dan entres untuk sambungan dan stek. Setelah itu, benih dianginanginkan selama kurang lebih dua sampai tiga hari.Benih yang tersedia kemudian disemaikan pada media yang telah disiapkan. Tanah persemaian harus dipacul kira-kira 30 cm dan bersih dari sisasisa akar dan batu-batu lain. Pada bagian atas bedengan diberi lapisan kira-kira 5 cm.Setelah benih berusia tiga bulam harus dipindahkan kepersemaian lapangan.
b.
Penanaman Penanaman dilakukan pada musim hujan, untuk itu tiga sampai enam bulam sebelumnya harus dibuat dengan ukuran 0,4 x 0,4 x 0,4 m. Makin berat struktur tanah makin lama lubang yang harus dibuat, makin besar dan luas. Setelah itu, baru dilakukan dengan penanaman serta diberi serasah, untuk memperoleh produksi yang optimal jarak kopi perlu diperhatikan. Jarak tanam harus dipilih sesuai dengan jenis kopi, kesuburan tanah dan tipe iklim.
c.
Pemeliharaan Tanaman Langkah yang diperlukan untuk pemeliharaan budidaya kopi adalah penyulaman, pemupukan, pemangkasan, dan penyiangan. Berikut penjelasannya:
14
1.
Penyulaman Setelah bibit ditanam di areal kebun, periksa pertumbuhan bibit tersebut setidaknya seminggu dua kali. Setelah bibit berumur 1-6 bulan periksa sedikitnya satu bulan sekali.
2.
Pemupukan Pemberian pupuk untuk budidaya kopi bisa menggunakan pupuk organik atau pupuk buatan.Kebutuhan pupuk untuk setiap tanaman sekitar 20 kg dan diberikan sekitar 1-2 tahun sekali. Tanah yang asam dengan pH di bawah 4,5 pemberian pupuk dicampur dengan setengah kilogram kapur, pemberian kapur dilakukan 2-4 tahun sekali.
3.
Pemangkasan pohon Pemangkasan dalam budidaya kopi terdapat dua tipe, yaitu pemangkasan berbatang tunggal dan berbatang ganda. Berdasarkan tujuannya, pemangkasan dalam budidaya kopi dibagi menjadi tiga macam yaitu: a.
Pemangkasan pembentukan, bertujuan membentuk kerangka tanaman seperti bentuk tajuk, tinggi tanaman dan tipe percabangan.
b.
Pemangkasan produksi, bertujuan memangkas cabang-cabang yang tidak produktif atau cabang tua. Hal ini dilakukan agar tanaman lebih fokus menumbuhkan cabang yang produktif. Selain itu, pemangkasan ini juga untuk membuang cabangcabang yang terkena penyakit atau hama.
15
c.
Pemangkasan peremajaan, dilakukan pada tanaman yang telah mengalami penurunan produksi, hasil kurang dari 400 kg/ha/tahun atau bentuk tajuk yang sudah tak beraturan. Pemangkasan dilakukan setelah pemupukan untuk menjaga ketersediaan nutrisi.
4.
Hama dan penyakit Beberapa hama dan penyakit yang umum menyerang tanaman kopi adalah sebagai berikut: a.
Hama penggerek buah kopi Hama ini menyerang tanaman muda maupun tua, akibat serangan buah akan berguguran atau perkembangan buah tidak normal dan membusuk. Pengendalian bisa hama ini adalah dengan meningkatkan sanitasi kebun, pemapasan pohon naungan, pemanenan buah yang terserang, dan penyemprotan kimia.
b.
Penyakit Karat Daun Penyakit Karat Daun biasanya menyerang tanaman arabika, gejala serangannya bisa dilihat dari permukaan daun yang mengalami bercak kuning, semakin lama menjadi kuning tua. Gejala ini bisa dihindari dengan menanam kopi arabika di atas ketinggian 1000 meter dpl. Pengendalian lainnya bisa dilakukan dengan penyemprotan kimia, memilih varietas unggul, dan kultur teknis.
16
c.
Penyakit serangan nematoda Penyakit serangan nematoda banyak ditemui di sentra-sentra perkebunan kopi robusta, serangan ini bisa menurunkan produksi hingga 78%. Pengendalian penyakit ini bisa dilakukan dengan menyambung tanaman dengan batang bawah yang tahan nematoda.
d.
Panen dan pasca panen Tanaman yang dibudidayakan secara intensif sudah bisa berbuah pada umur 2,5 - 3 tahun untuk jenis robusta dan 3-4 tahun untuk arabika. Hasil panen pertama biasanya tidak terlalu banyak, produktivitas tanaman kopi akan mencapai puncaknya pada umur 7-9 tahun. Panen budidaya kopi dilakukan secara bertahap, panen raya bisa terjadi dalam 4-5 bulan dengan interval waktu pemetikan setiap 10-14 hari. Pemanenan dan pengolahan pasca panen akan menentukan mutu produk akhir.
3. Teori Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (Soekartawi, 2002).
Ilmu usahatani merupakan proses menentukan dan mengkoordinasi penggunaan faktor-faktor produksi untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan yang maksimal (Suratiyah, 2006).
17
Usahatani memiliki empat unsur pokok, yaitu: a. Lahan, berperan sebagai faktor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, luas lahan, lokasi, intensifikasi, dan fasilitas. b. Tenaga Kerja yang berasal dari orang lain atau dari anggota keluarga sendiri. c. Modal yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kekayaan usahatani. d. Pengelolaan dalam menentukan, mengkoordinasi, dan mengorganisasikan faktor-faktor produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan (Hermanto, 1996).
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksiyang diperoleh dengan harga produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode (Suratiyah, 2006).
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Rahim, 2007).
Menurut Sukirno (2002), pendapatan total usahatani (pendapatan bersih) adalah selisih penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dalam proses produksi, dimana semua input miliki keluarga diperhitungkan sebagai biaya produksi. Total Revenue (TR) adalah jumlah produksi yang dihasilkan, dikalikan dengan harga produksi dan pendapatan merupakan
18
selisih antara penerimaan dan total biaya. Secara sistematis dapat dijelaskan sebagai berikut: π = TR − TC
Keterangan : π = Pendapatan TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya
Pendapatan petani dari usahataninya seperti padi, jagung, ketela, kopi, tebu, dan lainnya dapat diperhitungkan total penerimaanyang berasal dari nilai penjualan hasil dikurangi dengan total nilai pengeluarannya yang terdiri dari : a. Pengeluaran untuk input misalnya bibit, pupuk, pestisida. b. Pengeluaran untuk upah tenaga kerja. c. Pengeluaran untuk pajak, iuran air, bunga kredit (Prayitno, 1997).
4. Teori Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan produk tersebut (Kotler, 2004).
Pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif (Hasyim, 2012).
19
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan barang dan jasa kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial (Stanton, 1997). Menurut Downey dan Ericson (2004), pada umumnya fungsi pemasaran dikelompokkan menjadi: a.
Fungsi pertukaran (exchange function) yang meliputi penjualan dan pembelian, yang menciptakan kegiatan kegunaan hak milik.
b.
Fungsi fisik (physical function) yang meliputi pengangkutan, penyimpanan dan pemrosesan produk yang menciptakan kegunaan tempat dan waktu.
c.
Fungsi penyediaan sarana (facilitating function) yang meliputi kegiatan-kegiatan yang menyangkut masalah standarisasi dan grading, penanggung resiko, pembiayaan dan kredit serta informasi pasar dan harga.
Salah satu fungsi dari pemasaran adalah sebagai penyedia sarana yang meliputi harga. Harga merupakan masalah pokok baik bagi pembeli maupun penjual di pasar. Pada semua tingkat dari produksi melalui proses tataniaga hingga ke konsumen akhir harus secara terus menerus dan konstan memperhatikan harga-harga barang dan jasa (Hasyim, 2012).
Harga menjadi acuan seberapa besar nilai pada produk yang dihasilkan oleh petani. Petani harus mempertimbangkan seberapa besar harga yang
20
pantas untuk produk yang dihasilkan, dari biaya-biaya yangdikeluarkan dari proses produksi hingga produk sampai ke lembaga pemasaran selanjutnya. Petani harus bisa membaca kondisi harga ketika menentukan harga produk di pasar saat produknya akan dijual.
Harga-harga yang diterima petani dapat mendorong atau merangsangnya untuk menghasilkan produk yang dapat didistribusikan di pasar jika harga itu cukup menarik. Namun dapat pula membuat petani tidak bergairah berproduksi, jika harga produknya rendah (Hasyim, 2012).
Kebijaksanaan penentuan harga sebagian besar tergantung dengan bentukbentuk persaingan yang berlaku dalam masyarakat. Kebijaksanaan penentuan harga yang dilakukan dalam bentuk persaingan monopoli sudah barang tentu berlainan bentuk persaingan bebas (sempurna) atau bentuk oligopoli (Hasyim, 2012).
Berdasarkan UU No.32/1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan kontrak berjangka dan opini atas kontrak berjangka. Perdagangan berjangka dilakukan di bursa berjangka, yang selanjutnya disebut dengan bursa, yang memperdagangkan kontrak berjangka berbagai komoditi. Tempat dimana kontrak berjangka diperdagangkan juga disebut pasar berjangka.
21
Analisis hedging secara garis besarnya ada 2 kelompok, yaitu : a. Analisis strategi lindung nilai jual atau yang disebut “selling hedges” merupakan strategi lindung nilai yang dilakukan dengan mengambil posisi jual di pasar berjangka untuk melindungi turunnya harga komoditi. b. Analisis strategi lindung nilai beli atau yang disebut “buying hedges” merupakan suatu strategi lindung nilai yang dilakukan dengan mengambil posisi beli di pasar berjangka untuk melindungi usahanya dengan kemungkinan naiknya harga komoditi yang akan dibeli di pasar fisik (Batu, 2014).
Strategi hedging yang dilakukan oleh petani atau produsen adalah dengan mengambil posisi jual di pasar berjangka sebagai usaha untuk melindungi hasil panen akibat fluktuasi harga yang cenderung turun.
Pemasaran yang baik adalah kegiatan pemasaran yang efisien dimana semua pihak merasa diuntungkan dengan adanya kegiatan pemasaran tersebut. Suatu kegiatan pemasaran dapat dikatakan efisien atau tidak dapat ditentukan atau diukur dengan efisiensi pemasaran. Efisiensi tataniaga merupakan salah satu ukuran untuk menilai kinerja pasar. Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk dikonsumsi (Kotler, 1997).
Saluran Distribusi adalah lembaga-lembaga distributor atau menyalurkan atau menyampaikan barang atau jasa dari produsen ke konsumen.
22
Distributor atau penyalur ini bekerja secara aktif untuk mengusahakan perpindahan, bukan hanya secara fisik, tetapi dalam arti agar barangbarang tersebut dapat dibeli oleh konsumen, dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan atas penyaluran (Syahyunan, 2004).
Dengan demikian, penyaluran harus menjamin tersedianya pasokan yang tepat jumlah dan waktu serta tersedia di seluruh daerah dan disalurkan melalui jaringan distribusi yang efektif dan efisien.
Beberapa faktor yang menentukan panjang pendeknya saluran pemasaran antara lain adalah a.
Jarak antara produsen ke konsumen, makin jauh maka makin panjang saluran pemasarannya.
b.
Cepat lambatnya produk rusak, produk yang cepat rusak menghendaki saluran pemaran yang pendek.
c.
Skala produksi, semakin kecil skala produksi semakin panjang saluran pemasarannya.
d.
Posisi keuangan pengusaha, produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung mampu memperpendek saluran.
e.
Derajat standarisasi, makin identik produk makin panjang salurannya.
f.
Kemeriahan produk, biaya pemindahan tinggi saluran terpendek.
g.
Nilai unit dari suatu produk, makin rendah nilai unit suatu produk, semakin panjang saluran pemasarannya.
23
h.
Bentuk pemakaian produk, produk yang dapat digunakan untuk berbagai bentuk pemakaian bisaanya saluran tataniaganya lebih rumit dan panjang.
i.
Struktur pasar, struktur pasar yang terbentuk monopoli bisaanya saluran tataniaganya lebih pendek di banding struktur pasar yang lain.
Efisiensi adalah usaha untuk menghasilkan output tertentu dengan menggunakan input minimal (minimisasi) atau menggunakan input tertentu untuk menghasilkan output yang maksimal (maksimisasi) (Mubyarto, 1989).
Hasyim (2012) mengemukakan bahwa pengukuran efisiensi pemasaran dapat dilakukan melalui organisasi pasar yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga komponen sebagai berikut: a. Struktur pasar (market structure) Struktur pasar adalah karakteristik organisasi dari suatu pasar, yang untuk prakteknya adalah karakteristik yang menentukan hubungan antara para pembeli dan para penjual, antara penjual satu dengan yang lain, dan hubungan antara penjual di pasar dengan para penjual potensial yang akan masuk kedalam pasar. Unsur-unsurnya adalah tingkat konsentrasi, diferensiasi produk, dan rintangan yang masuk pasar (Stifel, 1975). b. Perilaku pasar (market conduct) Perilaku pasar adalah pola tingkah laku dari lembaga tataniaga dalam hubungannya dengan sistem pembentukan harga dan praktek,
24
melakukan pembelian dan penjualan, secara horizontal maupun vertikal atau dengan kata lain tingkah laku perusahaan dalam struktur pasar tertentu, terutama bentuk-bentuk keputusan apa yang dibuat oleh manager dalam struktur pasar yang berbeda. c. Keragaan pasar (market performance) Keragaan pasar adalah sampai sejauh mana pengaruh riil struktur dan perilaku pasar yang berkenaan dengan harga, biaya, dan volume produksi.
Salah satu cara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melihat besarnya margin pemasaran dan rasio profit margin masing-masing lembaga pemasaran. Margin tataniaga dirumuskan sebagai perbedaan antara yang diterima produsen dan harga yang diterima konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi margin tataniaga adalah: a. Biaya tataniaga b. Tingkat persaingan antara para pedagang c. Strategi-strategi yang ditunjukkan oleh para pedagang d. Sikap para pedagang terhadap resiko e. Banyaknya perantara yang terlibat dalam menyalurkan barang dan jasa ke konsumen akhir (Nasrudin, 1996).
Marjin pemasaran adalah perbedaan harga suatu barang yang diterima produsen dengan harga yang dibayar konsumen. Efisiensi pemasaran dapat dilihat melalui analisis marjin dapat digunakan sebaran rasio marjin keuntungan atau rasio profit marjin (RPM) pada setiap lembaga pemasaran
25
yang terlibat dalam proses pemasaran. Rasio marjin keuntungan adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran yang bersangkutan (Nasrudin, 1996).
Marjin tataniaga adalah perbedaan harga pada tingkat sistem tataniaga. Dalam bidang pertanian marjin tataniaga adalah perbandingan antara harga pada tingkat usahatani (P1) dengan harga di tingkat pengecer (Pr). Nilai marjin adalah perbedaan harga pada dua tingkat sistem tataniaga yang digandakan dengan jumlah produksi yang laku terjual (Nasrudin, 1996).
Marjin pemasaran bukanlah satu-satunya indikator yang menemukan suatu pasar komoditas dapat dikatakan efisien. Salah satu indikator yang berguna adalah dengan cara membandingkan harga yang dibayar oleh konsumen akhir, dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi marjin pemasaran, maka semakin rendah harga yang diterima petani (Limbong, 1988).
Indikator yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi suatu sistem pemasaran adalah sebaran rasio profit marjin (RPM) atau rasio profit keuntungan lembaga pemasaran yang ikut terlibat dalam suatu proses pemasaran. Rasio profit keuntungan merupakan perbandingan antar tingkat keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran dan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang bersangkutan (Azzaino, 1982).
26
Nilai RPM yang relatif menyebar merata pada berbagai tingkat pemasaran merupakan cerminan dari sistem pemasaran yang efisien. Jika selisih RPM antar lembaga pemasaran sama dengan nol, maka pemasaran tersebut efisien. Sebaliknya, jika selisih RPM lembaga pemasaran tidak sama dengan nol, maka sistem pemasaran tidak efisien (Azzaino, 1982).
Analisis transmisi harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang di suatu tempat atau tingkatan terhadap perubahan harga barang itu ditempat lain. Transmisi harga diukur melalui regresi sederhana di antara dua harga pada dua tingkat pasar kemudian dihitung elastisitasnya (Hasyim, 2012),.
Suatu sistem pemasaran dikatakan efisien, jika: a.
Menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya serendah-rendahnya.
b.
Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar oleh konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut (Daniel, 2001).
27
B.
Penelitian Terdahulu
No Judul 1. Rantai Distribusi Kopi Dalam Peningkatan Kesejahteraan Petani Kopi Di Kabupaten Dairi, Tahun 2014
Penulis Sriulina Shinta Lingga
Metode Penelitian atau Analisis Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, analisis deskriptif.
Hasil 1. Rantai distribusi kopi arabika lebih panjang dan bervariasi dibanding kopi robustadi Kabupaten Dairi. Kopi arabika didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan global sedangkan kopi robusta didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan lokal. Pelaku usaha yang terlibat dalam distribusi kopi arabika adalah petani, pengumpul kecamatan, pengumpul kabupaten, pedagang besar (toke), pabrik (PT. Wahana), dan eksportir. Pelaku usaha yang terlibat dalam distribusi kopi robusta adalah petani, pengumpul kecamatan, pengumpul kabupaten, industri kopi bubuk, dan konsumen. 2. Kesejahteraan petani kopi arabika lebih tinggi dibanding kesejahteraan petani kopi robusta. Petani arabika yang berada pada rantai distribusi pendek terdiri dari 91,67 persen tidak miskin dan 8,33 persen miskin, sedangkan petani arabika yang berada pada rantai distribusi panjang terdiri dari 76 persen tidak miskin dan 24 persen miskin. Petani robusta yang berada pada rantai distribusi pendek terdiri dari 50 persen tidak miskin dan 50 persen miskin, sedangkan petani robusta yang berada pada rantai distribusi panjang terdiri dari 37,5 persen
27
28
2.
Efisiensi Pemasaran Kopi (Coffea Sp) Di Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal Semarang Tahun 2009
Joko Tri Sujiwo
Dalam melakukan penelitian penulis analisis deskriptif yang menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik.
tidak miskin dan 62,5 persen miskin. Persentase kemiskinan petani lebih tinggi pada rantai distribusi kopi panjang. 1. a. Saluran/rantai pemasaran kopi yang ada di Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal, ada 2 macam saluran. Saluran pertama yaitu: petani kopi, pedagang besar, eskportir. Saluran kedua terdiri dari: petani kopi, pedagang kecil, pedagang besar, eksportir. Dari penelitian banyak responden petani kopi yang melalui saluran pemasaran kedua, yaitu sebanyak 39 responden petani kopi atau 65 persennya, menjual ke pedagang kecil (sebanyak 6 responden pedagang kecil). Sedangkan responden pedagang besar yang melalui saluran pemasaran pertama sebanyak 1 orang atau 66,67 persen. b. Dari hasil analisis perhitungan biaya pemasaran, harga jual, harga beli serta keuntungan masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat, maka pemasaran kopi di Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal sudah efisien. c). Besarnya margin pemasaran kopi di Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal adalah sebesar Rp. 5.120 per kilogram kopi. Hasil ini diperoleh dari perhitungan antara harga di tingkat petani
28
29
3.
Analisis Efisiensi Produksi Kopi Robusta Di Kabupaten Temanggung, Tahun 2013
Tri Risandewi
kopi dan harga di tingkat eksportir. Dan keuntungan terbesar diperoleh oleh lembaga pemasaran pedagang kecil kopi, yaitu sebesar Rp. 2.445 per kilogram kopi, sedangkan keuntungan terkecil diperoleh oleh lembaga pemasaran pedagang besar kopi yaitu sebesar Rp. 571,67 per kilogram kopi. 2. Tingkat penjualan kopi oleh petani kopi di Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal cukup tinggi. Rata-rata tingkat penjualan kopi mencapai 712,72 kilogram kopi atau sebesar 97,49 persen dari seluruh hasil produksi. 3. Langkah-langkah yang ditempuh petani kopi Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal yaitu memotong rantai pemasaran. Dengan cara menggabungkan kelompok tani dan membentuk suatu badan usaha pemasaran yang disebut GAPOKTAN. Terlalu panjangnya rantai/saluran pemasaran menyebabkan pendapatan an keuntungan yang diterima petani kopi masih rendah. Metode penelitian yang digunakan 1. Tingkat efisiensi produksi rata-rata kopi robusta dalam penelitian ini adalah di Kecamatan Candiroto masih belum efisien penelitian kuantitatif yang yaitu 73,24%. Desa Mento merupakan desa dilakukan adalah statistik non dengan parametrik dengan menggunakan tingkat efisiensi produksi yang paling alat analisisi Data Envelopment tinggi dan Desa Sidoharjo dan untung yang Analysis (DEA) dan statistik paling rendah.
29
30
parametrik dengan menggunakan regresi.
4.
Analisis Pendapatan Maimun Usahatani dan Nilai Tambah Saluran Pemasaran Kopi Arabika Organik dan Non Organik (Studi Kasus Pengolahan Bubuk Kopi Ulee Kareng di Banda Aceh), Tahun 2009
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat produksi kopi robusta di Kecamatan Candiroto adalah luas lahan, jumlah tenaga kerja, jumlah tanaman, penggunaan pupuk, dan umur tanaman. Hanya variabel umur tanaman kopi yang bertanda negatif terhadap tingkat produksi kopi robusta. 3. Cara meningkatkan efisiensi produksi kopi robusta untuk masing-masing petani di Kecamatan Candiroto rata-rata dengan cara mengurangi jumlah tenaga kerja yang tidak diperlukan, peremajaan umur kopi robusta, mengurangi jumlah pupuk agar tidak berlebihan sehingga mengurangi kesuburan tanah, intensifikasi lahan. 1. Pendapatan usahatani kopi arabika lebih besar dibanding arabika non organik. 2. Saluran pemasaran kopi arabika organik dan non organik adalah petani – pengumpul desa – pengumpul kota (besar) - industri bubuk kopi Ulee Kareng. 3. Margin pemasaran kopi arabika organik lebih besar dibanding non organik, sedangkan farmer’s share kopi arabika non organik lebih besar dibanding organik. 4. Nilai tambah kopi arabika organik lebih besar dibanding non organik.
30
31
5.
Analisis Efisiensi Pemasaran Jagung (Zea Mays L.) Di Desa Segunung Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto, Tahun 2011
Sujarwo
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, analisis deskriptif, kuantitatif dan kualitatif.
1. Total margin pemasaran pada saluran pemasaran I sebesar Rp 1.150,00/kg, dan pada saluran pemasaran II sebesar Rp 1.395,00/kg. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa semakin panjang saluran pemasaran maka margin pemasaran semakin besar. 2. Share paling tinggi yang diterima petani ada pada saluran pemasaran I sebesar 59,65%. Sedangkan share paling rendah yang diterima petani terdapat pada saluran pemasaran II, yakni sebesar 56,34%. Makin tinggi perbedaan harga petani dan konsumen menyebabkan share yang diterima petani semakin kecil. Rendahnya share yang diterima petani menunjukkan bahwa petani tidak cukup terlibat dalam proses pembentukan harga. 3. Melalui pendekatan analisis efisiensi harga didapatkan hasil bahwa fungsi transportasi dan fungsi prosesing yang dilakukan oleh lembaga pemasaran cenderung sudah efisien karena selisih harga yang didapat lebih besar dari ratarata biaya yang dikeluarkan untuk melakukan fungsi transportasi dan fungsi prosesing. 4. Melalui pendekatan analisis efisiensi operasional, ada kecenderungan fungsi transportasi yang dilakukan tengkulak pada saluran pemasaran I dan II belum efisien dimana persentase kapasitas rata-rata angkut kurang dari
31
32
6.
Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, Tahun 2009
Hosanna Sri Br Karo
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, analisis deskriptif.
100%. Hal tersebut disebabkan lembaga pemasaran yang terkait tidak mengangkut jagung sesuai kapasitas yang dapat diangkut oleh alat transportasi. Sedangkan pada lembaga pemasaran lainnya, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang besar pada saluran pemasaran I dan II, ada kecenderungan efisiensi operasional berdasarkan fungsi transportasi sudah efisien, karena persentase rata-rata angkut mencapai 100%. 1. Tingkat produksi kopi di daerah penelitian relatif tinggi, karena tingkat produktifitas kopi sedikit lebih besar dari pada tingkat produktifitas di Kecamatan Simpang Empat dan 9 kali lebih kecil bila dibandingkan dengan Kabupaten Dairi yang merupakan sentra produksi kopi di Sumatera Utara. 2. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi kopi di daerah penelitian adalah pupuk organik, pupuk anorganik, dan curahan tenaga kerja. 3. Usahatani kopi di daerah penelitian secara finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan hal ini dapat dilihat pada NPV>0 yaitu sebesar 8.386.247,8, nilai IRR>i (15%) yaitu sebesar 16,95% sedangkan nilai Net B/C > 1 yaitu sebesar 30,80.
32
33
7.
Analisis Pendapatan Usahatani Kakao Di Desa Tikong, Kecamatan Taliabu Utara, Kabupaten Kepulauan Sula, Tahun 2016
Rosneni La Jauda
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, analisis deskriptif.
4. Rata-rata penerimaan per petani adalah sebesar Rp 13.062.700 atau 18.850.597,22 per hektar. Biaya produksi per petani per hektar adalah 3.194.223,89. Pendapatan per petani sebesar 11.536.269,54 atau 15.642.088,95 per hektar. 1. Petani di Desa Tikong merupakan petani yang mengandalkan kemampuan atau teknik bertani tradisonal, karena sebagian besar petani tidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggim dan kurang bahkan tidak pernah mengikuti penyuluhan pertanian. 2. Pendapatan petani kakao di Desa Tikong Kecamatan Taliabu Utara Kabupaten Kepualau Sula akan meningkat apabila dijual dengan harga yang lebih tinggi.
33
34
C. Kerangka Pemikiran
Kopi merupakan komoditi penting dalam sub sektor perkebunan, karena berperan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber devisa negara. Hal ini bisa dilihat dari komoditi ini yang mampu menembus pasar internasional sebagai komoditi ekspor. Sub sektor ini juga membantu dalam mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Indonesia melalui aktifitas yang dilakukan dalam sub sektor ini, mulai dari kopi penanaman hingga kopi siap untuk dikonsumsi.
Petani menjadikan hal ini sebagai mata pencaharian agar dapat memperoleh pendapatan dengan membudidayakan tanaman ini sehingga petani bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka melalui usahatani kopi. Usahatani merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat sarana produksi pendukung yang memiliki nilai atau harga input yang harus dikeluarkan oleh petani untuk mendukung usahatani agar bisa berjalan sehingga hasilnya bisa memuaskan. Dalam hal ini harga input merupakan biaya dikeluarkan petani.
Kopi yang dihasilkan merupakan hasil produksi yang akan dijual oleh petani kepada pedagang pengumpul atau lembaga pemasaran lainnya. Kopi yang dijual oleh petani tentu memiliki nilai atau harga output yang nantinya akan diterima oleh petani. Dalam hal ini harga output merupakan penerimaan yang diterima oleh petani.
35
Pendapatan bersih suatu usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan dan biaya produksi. Penerimaan diperoleh dari output atau total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual produksi tersebut.
Harga menjadi indikator efisien atau tidaknya produk dalam sistem pemasaran di suatu daerah. Petani harus memperhatikan harga yang akan ditetapkan untuk produk yang akan di pasarkan. Fluktuasi harga yang sering terjadi di pasar menjadi salah satu masalah yang dapat merugikan posisi sebagai petani. Petani harus bisa melihat kondisi pasar untuk menetapkan harga kopi, harga yang terlalu tinggi dapat mempersulit produk untuk dijual dan harga yang terlalu rendah dapat mengakibatkan kerugian pada petani.
Terbentuknya saluran pemasaran yang baik dan efisien tidak terlepas dari adanya peranan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat di proses pemasaran tersebut. Setiap lembaga pemasaran yang terlibat tentu memiliki fungsi yang berbeda-beda, begitu juga dengan keuntungan yang didapatkan di setiap lembaga pemasaran tentu berbeda.
Pemasaran yang baik adalah kegiatan pemasaran yang efisien dimana semua pihak merasa diuntungkan dengan adanya kegiatan pemasaran tersebut. Suatu kegiatan pemasaran dapat dikatakan efisien atau tidak dapat ditentukan atau diukur dengan efisiensi pemasaran.
Efisien atau tidaknya pemasaran dapat diukur melalui model S-C-P (Structure, Conduct, dan Perfomance). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat digambarkan skema usahatani dan pemasaran kopi sebagai berikut.
36
Usahatani Petani Kopi
Produksi Harga Input
Harga Output Biaya
Penerimaan
Efisiensi Pemasaran 1. Struktur Pasar 2. Perilaku Pasar 3. Keragaan Pasar: a. Saluran pemasaran b. Harga, biaya dan volume penjualan c. Pangsa Pasar d. Marjin Pemasaran dan Rasio Profit Marjin (RPM)
Pendapatan
Keterangan: = tidak dianalisis = dianalisis
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Efisiensi Pemasaran Kopi (Coffea sp.) di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus.
36
37
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk tentang variabel yang akan diteliti dan sangat penting untuk dianalisis dan sangat penting untuk dianalisis (data-data yang berhubungan dengan tujuan penelitian). Batasan Operasional disusun dengan tujuan untuk membatasi ruang lingkup variabel yang digunakan serta untuk menghindari penafsiran yang berbeda dari istilah yang digunakan dalam penelitian.
Petani atau produsen kopi adalah setiap orang yang melakukan usahatani kopi dan menjadikannya sebagai mata pencaharian utama atau sampingan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Produksi kopi adalah komoditas yang dihasilkan selama terjadinya proses produksi yang diukur dalam ton.
Penerimaan adalah satuan rupian yang dihitung berdasarkan jumlah produksi (output) yang terjual dengan harga yang berlaku (Rp).
Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dari usahatani kopi dikurangi biaya yang dikeluarkan selama musim tanam (Rp).
38
Pasar merupakan suatu tempat atau lokasi secara fisik dimana terjadi transaksi jual beli.
Harga di tingkat petani atau produsen adalah harga kopi yang dijual oleh petani pada saat transaksi jual beli, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).
Harga konsumen atau harga beli adalah harga kopi yang dibayar oleh petani pada waktu terjadi transaksi jual beli kopi, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).
Biaya produksi adalah penjumlahan dari dua jenis biaya dalam proses produksi yaitu biaya tetap dan biaya variabel (biaya tidak tetap).
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang besarnya tidak dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan, dinyatakan dalam rupiah.
Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang besarnya berubah-ubah secara proporsional terhadap jumlah produksi yang dihasilkan, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
Penerimaan merupakan hasil produksi dikali dengan harga jual, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dan biaya biaya total, dalam suatu produksi, yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
39
R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya dan produksi selama satu tahun, dinyatakan dalam angka.
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan, baik oleh petani maupun pedagang untuk memasarkan kopi sampai ke konsumen akhir, meliputi biaya sortasi, greeding, packging, pengangkutan, biaya penyimpanan, biaya penyimpanan,, biaya penyusutan, dan biaya-biaya lainnya dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).
Pengangkutan adalah orang yang melakukan pengaturan secara bersama-sama dalam pengangkutan kopi.
Distribusi yang dimaksud dalam penelitian adalah proses pemindahan suatu barang dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Pedagang pengumpul adalah lembaga pemasaran yang mengumpulkan atau membeli kopi langsung dari petani untuk kemudian dijual kembali atau meneruskan ke pedagang selanjutnya.
Pedagang besar adalah orang yang membeli kopi dari agen atau pedagang pengumpul di kabupaten.
Pedagang pengecer (kios) adalah pedagang-pedagang yang membeli kopi dari distributor untuk dijual kembali ke konsumen.
Eksportir atau pedagang antar daerah adalah badan usaha yang melakukan pembelian kopi dari pedagang besar maupun dari pedagang pengumpul kecil yang berada di daerahnya dan menjual kopi ke luar daerah.
40
Marjin pemasaran total adalah selisih harga di tingkat konsumen akhir dengan harga di tingkat produsen atau jumlah marjin pada tiap lembaga pemasaran diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).
Profit marjin adalah marjin keuntungan lembaga pemasaran dihitung dengan cara mengurangi nilai marjin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan, dinyatakan dengan satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).
Rasio marjin keuntungan adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan pada kegiatan pemasaran, yang dinyatakan dalam satuan % (persen). Pola distribusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alokasi suatu komoditas menurut keguanaan dan tempat.
Sistem pemasaran dalam penelitian ini ditinjau dari pendekatan serba lembaga (institutional approach) yaitu pendekatan dari segi lembaga-lembaga atau organisasi yang terkait dalam pemasaran kopi.
Saluran pemasaran adalah lembaga-lembaga yang digunakan untuk menyampaikan komoditas kopi dengan menyelengggarakan kegiatankegiatan pembelian, pengangkutan, penyimpanan, dan penjualan dari petani kopi ke konsumen akhir.
Struktur pasar adalah suatu deskripsi yang merupakan konsep mengenai tingkat persaingan pasar, mencakup penjelasan jumlah perusahaan dalam pasar, serta syarat-syarat keluar masuk pasar.
41
Volume jual adalah banyaknya kopi yang dijual, baik oleh produsen, maupun oleh lembaga pemasaran, diukur dalam satuan kilogram (Kg).
Volume beli adalah banyaknya kopi yang dibeli oleh konsumen (petani) atau lembaga pemasaran, diukur dalam satuan kilogram (Kg).
B. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di Provinsi Lampung. Kecamatan Pulau Panggung merupakan salah satu sentra produksi kopi di Kabupaten Tanggamus.
Desa yang dijadikan lokasi penelitian di Kecamatan Pulau Panggung adalah Desa Gunung Megang dan Desa Sri Mengantin. Lokasi dipilih dengan sengaja (purposive) didasarkan pada pertimbangan bahwa kedua desa merupakan salah satu sentra produksi kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus.
Populasi petani kopi di Desa Gunung Megang dan Desa Sri Mengantin adalah 228 dan 223 petani. Dari jumlah populasi petani kopi ditentukan jumlah sampel. Pengambilan sampel ditentukan dengan merujuk pada teori Sugiarto, D. Siagian, L.S. Sunaryanto, dan DS Oetomo (2003), yaitu:
n=
NZ2 S2 Nδ2 +Z2 S2
………………….................................................................. (1)
42
Keterangan
:
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi S = Variasi sampel (5% = 0,05)
Z = Tingkat Kepercayaan (95% = 1,96) = Derajat penyimpangan (5% = 0,05)
Perhitungannya adalah: n=
(451)x (1,96)2 x(0,05)2 (451)x(0,05)2 +(1,96)2 (0,05)2
= 65,64 ≈ 66 responden
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 66 petani yang terbagi di dua pekon yaitu . Kemudian dari jumlah sampel tersebut dapat ditentukan alokasi proporsi sampel kecamatan dengan menggunakan rumus:
ni =
n………………….....………………………….. (2)
Keterangan:
ni = Jumlah sampel menurut stratum n
= Jumlah sampel seluruhnya
Ni = Jumlah populasi menurut stratum N = Jumlah populasi seluruhnya
43
Perhitungannya adalah: Sampel Desa Gunung Megang =
228 x 66=33,36=33 451
Sampel Desa Sri Mengantin =
223 x 66 = 32,63 = 33 451
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus alokasi proporsional tersebut diperoleh jumlah sampel di Desa Gunung Megang sebanyak 33 petani, dan Desa Sri Mengantin.sebanyak 33 petani.
Pengambilan sampel lembaga pemasaran diambil lembaga pemasaran yang terlibat langsung dalam pemasaran kopi di Kecamatan Pulau Panggung, menggunakan teknik snowball. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara berantai. Pelakasanaannya pertama-tama dilakukan interview terhadap petani kopi di Kecamatan Pulau Panggung, selanjutnya petani selaku produsen yang bersangkutan menyebutkan calon responden lainnya yakni pedagang sehingga diperoleh suatu rantai pemasaran. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada Bulan Juli – September 2015.
C.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden (petani kopi) di lokasi penelitian dengan menggunakan kuisioner.
Data Sekunder diperoleh dari lembaga terkait yang berhubungan dengan objek penelitian, diantaranya Dinas Perkebunan Dan Kehutanan Provinsi
44
Lampung, Badan Pusat Statistik, Website Direktorat Jenderal Perkebunan, BP3K Kecamatan Pulau Panggung, skripsi terdahulu, jurnal penelitian dan literature yang berkaitan dengan topik penelitian.
D.
Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Untuk menjawab tujuan pertama pada penelitian ini menggunakan analisis data, yaitu:
π = Y . Py - ∑Xi.Pxi – BTT …………………….....………… (3)
Dimana : π
= pendapatan (Rp)
Y
= hasil produksi
Py
= harga output
Xi
= faktor produksi
Pxi
= harga faktor produksi
BTT
= biaya tetap total
Secara matematis, R/C ratio dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 2002):
R/C =
PT BT
…………………….....…….......................…… (4)
Dimana: R/C
= Nisbah antara penerimaan dan biaya
PT
= Penerimaan Total (Rp)
45
BT
= Biaya Total (Rp)
Kriteria pengambilan keputusan untuk mengetahui apakah usaha ternak menguntungkan atau tidak, terdapat tiga kemungkinan yang akan terjadi yaitu: a.
Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan, karena penerimaan lebih besar dari biaya.
b.
Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian, karena penerimaan lebih kecil dari biaya.
c.
Jika R/C = 1, maka usahatani yang dilakukan berada pada titik impas atau penerimaan sama dengan biaya yang dikeluarkan.
Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjawab tujuan kedua yaitu mengetahui bagaimana pembentukan harga kopi pada tingkat petani di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus.
Untuk menjawab tujuan yang ketiga dan keempat dalam penelitian ini digunakan Analisis model S-C-P (Structure, Conduct, dan Perfomance) digunakan untuk menganalisis organisasi suatu pasar. Pada dasarnya, organisasi pasar dapat dikelompokan ke dalam tiga komponen, yaitu;
1.
Struktur Pasar (Market structure) Struktur pasar menggambarkan hubungan antara penjual dan pembeli yang dilihat dari jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi produk, dan kondisi k eluar masuk pasar. Struktur pasar dikatakan bersaing sempurna bila jumlah pembeli dan penjual banyak, tidak dapat mempengaruhi harga pasar (price taker), produk homogen, dan bebas
46
untuk keluar masuk pasar. Struktur pasar yang tidak bersaing sempurna terjadi pada pasar monopoli (hanya ada penjual tunggal), pasar monopsoni (hanya ada pembeli tunggal), pasar oligopoly (ada beberapa penjual), dan pasar oligopsoni (ada beberapa pembeli).
2.
Perilaku pasar (market conduct) Perilaku pasar merupakan gambaran tingkah laku lembaga pemasaran dalam menghadapi struktur pasar untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya yang meliputi kegiatan pembelian, penjualan, penentuan harga, serta siasat pasar.
3.
Keragaan pasar (market performance) Keragaan pasar menggambarkan gejala pasar yang tampak akibat interaksi antara struktur pasar (market structure) dan perilaku pasar (market conduct). Selanjutnya untuk menganalisis keragaan pasar digunakan beberapa indikator, yaitu: a.
Saluran pemasaran Saluran pemasaran dianalisis secara kualitatif (deskriptif) pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pendistribusian produk. Jika saluran pemasaran panjang, namun fungsi pemasaran yang dilakukan sangat dibutuhkan (sulit diperpendek), maka dapat dikatakan efisien. Sebaliknya jika saluran pemasaran panjang, namun ada fungsi pemasaran yang tidak perlu dilakukan (dapat diperpendek), tetapi tidak dilakukan, maka dapat dikatakan tidak efisien.
47
Jika saluran pemasaran pendek dan fungsi pemasaran dirasa cukup, maka dapat dikatakan efisien. Sebaliknya, jika saluran pemasaran pendek dan dirasa perlu tambahan fungsi pemasaran sehingga perlu diperpanjang, maka dapat dikatakan tidak efisien.
b.
Harga, biaya, dan volume penjualan Keragaan pasar dianalisis secara kualitatif (deskriptif) yang berkenaan dengan harga, biaya, dan volume penjualan masingmasing tingkat pasar mulai dari tingkat petani, pedagang, sampai ke konsumen.
c.
Pangsa Pasar Analisis pangsa produsen bertujuan untuk mengetahui bagian harga yang diterima oleh produsen. Apabila Ps semakin tinggi, maka kinerja pasar semakin baik dari sisi produsen. Pangsa produsen dirumuskan sebagai: Pf
Ps= Pr x 100% …………………….....………… (5) Dimana:
d.
Ps
= Bagian harga kopi yang diterima produsen
Pf
= Harga kopi di tingkat produsen
Pr
= Harga kopi di tingkat konsumen
Marjin Pemasaran dan Rasio Profit Marjin Marjin Pemasaran adalah perbedaan harga pada tingkat produsen (Pf) dengan harga di tingkat eceran atau konsumen (Pr) (Hasyim,
48
1994). Secara matematis perhitungan marjin dan profit marjin dirumuskan sebagai berikut:
mji = Psi – Pbi, atau mji = bti + πi ………………………. (6)
Total marjin pemasaran adalah: Mji = ∑
atau Mji = Pr – Pf………………………… (7)
Konsep pengukuran dalam analisis ini adalah: (1) Marjin pemasaran dihitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan harga jual dalam rupiah per kilogram pada masingmasing tingkat pemasaran. (2) Harga beli dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian per kilogram. (3) Harga jual dihitung berdasarkan harga rata-rata penjualan per kilogram.
Penyebaran marjin pemasaran dapat dilihat berdasarkan persentase keuntungan terhadap biaya pemasaran (Ratio Profit Margin/RPM) pada masing-masing lembaga pemasaran, yang dirumuskan sebagai berikut: Rasio profit marjin (RPM) πi
RPM= bti ………………………………….…………….. (8) Dimana : mji
= marjin lembaga pemasaran tingkat ke-i
Psi
= harga penjualan lembaga pemasaran tingkat ke-i
49
e.
Pbi
= harga pembelian lembaga pemasaran tingkat ke-i
bti
= biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
πi
= keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i
Mji
= total marjin pemasaran
Pr
= harga pada tingkat konsumen
Pf
= harga pada tingkat petani produsen
i
= 1,2,3,…,… n
Elastisitas Transmisi Harga Hasyim (2012), menyatakan bahwa elastisitas transmisi harga adalah ratio perubahan relatif transmisi harga adalah ratio perubahan relative (nisbi) dari harga eceran dengan perubahan relatif harga di tingkat petani, dengan persamaan δPr/pr
Et= δPf/Pf
δPr
atau
Et= δPf .
Pf Pr
………………….….. (9)
Karena Pf dan Pr berhubungan linier, dimana Pf merupakan fungsi dari Pr. Secara matematis dapat di tulis sebagai :
Pf = a + b Pr ………………………………………….… (10) Maka, δPf
b= δPr atau
δPr
1
= ………………………..……….......…. (11) δPf b
Sehingga, 1 Pf
Pr
Et= b . Pr atau Et= b. Pf…………………......…...........…..(12)
50
Dimana: Et = Elastisitas transmisi harga δ = Diferensiasi atau turunan Pf = Harga rata-rata di tingkat produsen Pr = Harga rata-rata di tingkat konsumen akhir a = Konstanta atau titik potong b = Koefesien regresi
Menurut Hasyim (2012), kriteria pengukuran pada analisis transmisi harga adalah:
a. Jika Et = 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen atau pengecer sama dengan laju perubahan harga di tingkat produsen. Hal ini menunjukkan bahwa pasar yang dihadapi oleh pelaku pasar merupakan pasar bersaing sempurna dan sistem pemasaran sudah efisien.
b. Jika Et < 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen atau pengecer lebih kecil daripada laju perubahan harga di tingkat produsen. Hal ini menunjukkan bahwa pasar yang dihadapi oleh pelaku pasar adalah pasar bersaing tidak sempurna karena terdapat kekuatan monopsoni atau oligopoly, dengan kata lain pemasaran yang berlaku tidak (belum) efisien.
51
c. Jika Et > 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen atau pengecer lebih besar daripada laju perubahan harga di tingkat produsen. Hal ini menunjukkan bahwa pasar yang dihadapi oleh pelaku pasar adalah pasar bersaing tidak sempurna, karena terdapat kekuatan monopoli atau oligopoli dan sistem pemasaran yang berlangsung tidak (belum) efisien.
52
IV. GAMBARAN UMUM
A. Kabupaten Tanggamus
Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung Selatan. Kabupaten Tanggamus dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 02 tahun 1997 tanggal 03 Januari 1997 dan diresmikan pada 21 Maret 1997 oleh Menteri Dalam Negeri.
Awalnya Kabupaten Tanggamus terdiri dari 11 wilayah kecamatan dan 6 wilayah perwakilan kecamatan. Pada tanggal 19 Juni 2000 disahkan Peraturan Daerah No. 18 Tahun 2000 tentang pembentukan kecamatan dan tata kerja pemerintahan kecamatan dalam wilayah Kabupaten Tanggamus. Dengan pengesahan Perda tersebut, jumlah kecamatan bertambah 6 kecamatan sehingga menjadi 17 kecamatan.
Pada tahun 2005 dilaksanakan pemekaran beberapa kecamatan di Kabupaten Tanggamus. Pada tanggal 23 Juni 2005 disahkan Peraturan Daerah No. 05 Tahun 2005, dengan pengesahan Perda tersebut jumlah kecamatan di Kabupaten Tanggamus bertambah 7 (tujuh) kecamatan sehingga menjadi 24
53
kecamatan. Pada 21 Desember 2006 ditetapkan Peraturan Daerah No. 15 Tahun 2006, tentang pembentukan 4 (empat) kecamatan hasil pemekaran.
Pada Akhir 2011, keluar lagi Perda No. 18 tahun 2011 pada 1 Oktober 2011 yang mengatur tentang pemekaran wilayah pekon di Kabupaten Tanggamus yang sebelumnya ada 278 pekon menjadi 301 pekon. Pada 19 Desember 2011 disahkan Perda No. 19 tahun 2011 tentang pemekaran Pekon Tanjung Sari dari Pekon Banjarmasin, sehingga jumlah Pekon di Kabupaten Tanggamus menjadi 302 pekon dengan 21 Kecamatan.
Secara geografis, Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104º18’ – 105º12’ Bujur Timur dan antara 5º05’ -5º56’ Lintang Selatan. Kabupaten Tanggamus memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut: a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Lampung Tengah
b.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
c.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pringsewu
Kabupaten Tanggamus memiliki luas wilayah daratan 2.855,46 Km2 ditambah dengan luas wilayah laut seluas 1.799,50 Km2. Topografi wilayah darat bervariasi antara dataran rendah dan dataran tinggi, yang sebagian merupakan daerah berbukit sampai bergunung, yakni sekitar 40% dari seluruh wilayah dengan ketinggian dari permukaan laut antara 0 sampai dengan 2.115 meter.
Potensi alam di Kabupaten Tanggamus sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar
54
perekonomian di Kabupaten Tanggamus. Jenis budidaya pertanian yang dilakukan di Kabupaten Tanggamus mencakup budidaya tanaman pangan, tanaman obat-obatan dan hias, tanaman perkebunan, kehutanan, dan peternakan.
B. Kecamatan Pulau Panggung Kecamatan Pulau Panggung memiliki luas wilayah 403,43 Km2, terdiri dari 21 pekon atau desa, luas wilayah pekon yang ada di Kecamatan Pulau Panggung adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Luas Wilayah Menurut Pekon di Kecamatan Pulau Panggung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama Pekon Pekon Talang Beringin Pekon Gunung Megang Pekon Tanjung Rejo Pekon Tanjung Begelung Pekon Sinar Mulyo Pekon Kemuning Pekon Gedung Agung Pekon Penantian Pekon Muara Dua Pekon Tekad Pekon Pulau Panggung Pekon Gunung Meraksa Pekon Way Ilahan Pekon Batu Bedil Pekon Air Bakoman Pekon Sumber Mulya Pekon Sindang Marga Pekon Talang Jawa Pekon Tanjung Gunung Pekon Sinar Mancak Pekon Sri Manganten Jumlah
Luas Wilayah (Km2) 25 20 19,5 19,5 15 19,5 19 19,5 19 22,43 18 19,25 19 18,5 19 18,5 19,5 17,5 16,5 19,5 19,75 403,43
Sumber Data : Kantor Kecamatan Pulau Panggung, 2015
Dari tabel 7 dapat dilihat pekon yang menjadi lokasi penelitian adalah Pekon Gunung Megang dan Pekon Sri Mengantin dengan luas wilayah 20 Km2 dan 19,75 Km2.
55
Kecamatan Pulau Panggung memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut: a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Air Naningan
b.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Talang Padang dan Kecamatan Sumberejo
c.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ulu Belu
d.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Talang Padang dan Kecamatan Pugung.
Dengan jarak tempuh sebagai berikut: Tabel 8. Jarak Tempuh ke Pusat Kecamatan Pulau Panggung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama Pekon Pekon Talang Beringin Pekon Gunung Megang Pekon Tanjung Rejo Pekon Tanjung Begelung Pekon Sinar Mulyo Pekon Kemuning Pekon Gedung Agung Pekon Penantian Pekon Muara Dua Pekon Tekad Pekon Pulau Panggung Pekon Gunung Meraksa Pekon Way Ilahan Pekon Batu Bedil Pekon Air Bakoman Pekon Sumber Mulya Pekon Sindang Marga Pekon Talang Jawa Pekon Tanjung Gunung Pekon Sinar Mancak Pekon Sri Manganten
Jarak Tempuh (Km) 10 7 6 5 5 3 4 2 1 0 2 3 3 7 12 9 5 7 1 6 10
Sumber Data : Kantor Kecamatan Pulau Panggung, 2015 Dari tabel 8 dapat dilihat pekon yang menjadi lokasi penelitian adalah Pekon Gunung Megang dan Pekon Sri Mengantin dengan jarak tempuh dari Kecamatan Pulau Panggung sejauh 7 Km dan 10 Km.
56
Jumlah penduduk Kecamatan Pulau Panggung per Januari 2014 sebanyak 9.324 KK, terdiri dari 36,799 jiwa dengan 18.809 laki-laki dan 17.990 perempuan.
Tabel 9. Jumlah penduduk per Januari 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama Pekon Pekon Talang Beringin Pekon Gunung Megang Pekon Tanjung Rejo Pekon Tanjung Begelung Pekon Sinar Mulyo Pekon Kemuning Pekon Gedung Agung Pekon Penantian Pekon Muara Dua Pekon Tekad Pekon Pulau Panggung Pekon Gunung Meraksa Pekon Way Ilahan Pekon Batu Bedil Pekon Air Bakoman Pekon Sumber Mulya Pekon Sindang Marga Pekon Talang Jawa Pekon Tanjung Gunung Pekon Sinar Mancak Pekon Sri Manganten Jumlah
Laki-laki 755 803 841 1.000 428 703 792 1.109 635 2.171 1.200 1.563 828 769 988 660 962 491 536 565 1.010 18.809
Jumlah Penduduk Perempuan Jumlah 723 1.478 742 1.545 766 1.607 978 1.978 436 864 689 1.392 729 1.521 1.058 2.167 663 1.298 2.189 4.360 1.236 2.436 1.037 2.600 748 1.576 890 1.659 877 1.865 663 1.323 901 1.863 549 1.040 682 1.218 532 1.097 902 1.912 17.990 36.799
Sumber Data: Kantor Kecamatan Pulau Panggung Tahun 2015 Dari tabel di atas menunjukkan jumlah penduduk yang termasuk tinggi, menunjukkan bahwa Kecamatan Pulau Panggung memiliki sumber daya manusia untuk mengelolah berbagai potensi yang ada di Kecamatan Pulau Panggung.
Kecamatan Pulau Panggung termasuk daerah pertanian, yang memiliki potensi alam yang baik untuk tanaman baik di lahan sawah, maupun di lahan bukan sawah yang terdiri dari pekarangan, tegal, ladang, dan
57
perkebunan rakyat. Luas sawah dan bukan sawah Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus dapat dilihat pada tabel 9, sebagai berikut:
Tabel 10. Lahan Sawah dan Bukan Sawah Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015 Lahan Sawah (Ha)
Lahan Bukan Sawah (Ha) Perkebunan Pekarangan Tegal Ladang Rakyat (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) 20,6 7 0 282
No
Nama Pekon
1
Pekon Talang Beringin
46
2
Pekon Gunung Megang
60
48,26
0
0
195
3
64
71
87
0
0
148
51
18
0
326
5
Pekon Tanjung Rejo Pekon Tanjung Begelung Pekon Sinar Mulyo
45
62
84
74
170
6
Pekon Kemuning
49
137
35
0
160
7
Pekon Gedung Agung
115
12
145,75
0
66,75
8
Pekon Penantian
85
58
79
124
354,5
9
Pekon Muara Dua
75
21
52
0
102
10
Pekon Tekad
35
157
0
0
368,5
11
Pekon Pulau Panggung
95,5
42
17
0
129,5
12
Pekon Gunung Meraksa
80
116
147
128
201
13
Pekon Way Ilahan
64,5
30
34,5
0
126
14
Pekon Batu Bedil
57,75
55
124
0
362,5
15
Pekon Air Bakoman
48
34
40
41,5
195,5
16
Pekon Sumber Mulya
49,5
38
10,5
13,5
156
17
Pekon Sindang Marga
70
21
37,5
0
145
18
Pekon Talang Jawa
75
2,8
11
0
108,4
19
Pekon Tanjung Gunung
64,5
28
0
0
194
20
Pekon Sinar Mancak
37,25
36
91
0
158
21
Pekon Sri Manganten
44
44
87
0
203
1408
1084,66
1107,25
381
4.003,65
4
Jumlah
Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Pulau Panggung, 2015 Tabel 10 menunjukkan lahan yang besar digunakan untuk perkebunan rakyat. Dari tabel 10, kita ketahui bahwa lahan yang paling besar digunakan untuk perkebunan rakyat. Jenis tanaman perkebunan yang ditanam oleh petani di Kecamatan Pulau Panggung adalah Kopi, Kakao,
58
aren dan lain-lain tetapi mayoritas masyarakat banyak memanfaatkan lahan mereka dengan menanam Kopi. Luas panen dan produksi tanaman perkebunan di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, 2015 No.
Jenis Tanaman
Luas Panen
Produksi
1
Aren
14
6
2
Cabe Rawit
63
476
3
Cengkeh
16
300
4
Jahe
5
Kakao
6
1
0,175
124
695,65
Kapuk Randu
27
375
7
Karet
29
0
8
Kayu Manis
9
Kelapa
10
Kelapa Hybrida
11
21
1000
646
19,38
8
225
Kemiri
31
77,78
12
Kencur
0,005
750
13
Kopi
9,675
3,8
14
Kunyit
0,009
1,233
15
Lada
189
434,78
16
Lengkuas
1
1,821
17
Nilam
-
-
18
Pala
3
2
19
Pinang
9
5
20
Tembakau
15
3,5
21
Vanili
6
0,8
Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Pulau Panggung, 2015 Dari tabel di atas dapatdilihat kopi merupakan tanaman perkebunan yang paling luas lahan panen dan produksinya, oleh karena ini tanaman kopi merupakan salah satu yang menjadi sumber mata pencaharian penduduk Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus.
59
Selain perkebunan, peternakan dan perikanan juga ada di Kecamatan Pulau Panggung. Salah satu contoh adalah Pekon Gunung Meraksa, Air Bakoman yang mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai peternak baik Kambing, Sapi, maupun Kerbau. Selain Pekon Gunung Meraksa, Air Bakoman dan Sri Menganten juga termasuk daerah perikanan, perikanan yang ada memanfaatkan kolam yang banyak di pekon tersebut.
Usaha Rumah tangga yang terdapat di Kecamatan Pulau Panggung cukup banyak diantaranya pembuatan gula aren di Pekon Tanjung Rejo, Penjahit pakaian atau tekstil yang terdapat di Pekon Tekad dan Kemuning, pembuatan mebeler di Pekon Kemuning.
Usaha ini sangat mendukung perekonomian masyarakat karena dapat menyerap tenaga kerja yang relative banyak sehingga bisa membantu jalannya aktivitas perekonomian yang mandiri. Kualitas usaha cukup meyakinkan karena sudah banyak pendatang dari luar daerah yang membeli hasil kerajinan maupun usaha lainnya.
Perdagangan di Kecamatan Pulau Panggung berkembang cukup pesat dimana terdapat pasar yang berada di pusat kota Kecamatan Pulau Panggung, dengan ini pusat transaksi terjadi dengan seketika di pasar tersebut. Pasar Kecamatan Pulau Panggung telah berdiri sejak kecamatan ini masih berada dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan otomatis pasar ini sudah berkembang dengan seiringnya perubahan Kecamatan Pulau Panggung.
60
Pasar Tekad sangat bermanfaat diantaranya mekarnya suatu daerah dengan adanya suatu aktivitas perekonomian, mekarnya daerah tersebut dapat dilihat dengan banyaknya pertokoan, kios-kios, dan rumah makan.
Pariwisata ya terdapat di Kecamatan Pulau Panggung adalah Tanam Wisata Sejarah Batu Bedil tepatnya terletak di Pekon Batu Bedil ±7Km dari pusat kota. Taman wisata ini cukup bagus dipandang untuk pengenalan sejarah. Taman Wisata Batu Bedil merupakan salah satu tempat pariwisata yang ada di Kabupaten Tanggamus dan satu-satunya tempat wisata alam yang ada di Kecamatan Pulau Panggung. Taman wisata ini memang tidak banyak dikenal oleh masyarakat banyak, karena Taman Wisata ini belum dirintis oleh pemerintah setempat sehingga keaslian alam yang sangat dirasakan apabila kita mengunjungi Taman Wisata ini.
84
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1.
R/C ratio > 1 menunjukkan bahwa usahatani kopi layak untuk diusahakan dan menguntungkan.
2.
Penerapan sistem headging tidak dilakukan petani sebagai usaha untuk melindungi harga ketika harga kopi menurun, sehingga pembentukan harga yang terjadi merupakan harga yang berlaku pada saat petani menjual kopi.
3.
Saluran pemasaran kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus adalah petani besar
4.
pedagang pengumpul
pedagang
eksportir.
Pemasaran kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus belum efisien, walaupun pangsa produsen mencapai lebih dari 80%, tapi nilai Rasio Profit Marjin (RPM) pada setiap lembaga pemasaran tidak menyebar secara merata.
85
B. Saran
1. Untuk petani sebaiknya lebih memperluas jaringan untuk mengetahui perkembangan harga kopi dipasaran. 2. Untuk instansi pemerintah agar lebih meningkatkan program penyuluhan terkait dengan peningkatan produksi petani. 3. Bagi peneliti lain disarankan agar merancang penelitian mengenai nilai tambah tanaman kopi.
86
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1980. Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius: Yogyakarta. Azzaino, Z. 1983. Pengantar Tataniaga Pertanian: Diklat Kuliah Fakultas Pertanian. Unila. Bandar Lampung. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2012. Tanggamus Dalam Angka 2012. Tanggamus Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2012. Lampung Dalam Angka 2012. Lampung. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2015. Tanggamus Dalam Angka 2015. Tanggamus Batu, P.L. 2014. Pasar Derivatif. PT Elex Media Komputindo: Jakarta Dillon, H.S. 1999. Manajemen Distribusi Produk-Produk Agroindustri. http:// group.yahoo.com./group/isnet-bl/message/1059. [21 Juli 2014]. Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. 2014. Laporan Harga Kopi di Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Produksi Kopi Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2012. http: deptan.go.id/infoeksekutif/bun/ BUN_asem2012/produksi_kopi [02 September 2014]. Downey. E. 2004. Manajemen Agribisnis, Edisi 2. Erlangga: Jakarta. Hasyim, A.I. 2012. Pengantar Tataniaga Pertanian.: Buku Kuliah Fakultas Pertanian Universitas Lampung: Bandar Lampung. Hermanto. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta. International Coffee Organization. 2011. Historical data. Ico. Jauda, Rosneni La. Analisis Pendapatan Usahatani Kakao Di Desa Tikong, Kecamatan Taliabu Utara, Kabupaten Kepulauan Sula. Jurnal.
87
Karo, H.I.B. 2009. Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Skripsi: Universitas Sumatera Utara. Kotler , P. 1997. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi Dan Kontrol. PT Prenhallindo: Jakarta. Megawati, Dewi Ayu. 2010. Strategi Pemasaran Dan Distribusi Benih Padi Unggul Oleh PT. Andall Hasa Prima Di Propinsi Lampung. Skripsi. Universitas Lampung: Lampung Mubyarto. 2003. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES: Jakarta. Mursid. M. 1993. Manajemen Pemasaran. Bumi Aksara: Jakarta. Nasruddin, W. 1996. Tataniaga Pertanian. Universitas Terbuka: Jakarta Pradika, Angginesa. 2013. Analisis Efisiensi Pemasaran Ubi Jalar Di Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Universitas Lampung: Lampung. Prayitno, H. Arsyad, L. 1997. Petani Desa dan Kemiskinan. BPFE: Yogyakarta. Rahim, Abd. Hastuti, Diah Retno. 2007. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya: Jakarta. Restiana. 2010. Pola Distribusi Dan Efisiensi Pemasaran Jagung Di Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Universitas Lampung: Lampung Sadjad, Sjamsoe’oed. Faiza. C. Suwarno. Dan Setia Hadi. 2001. Tiga Dekade Berindustri Benih di Indonesia. PT Grasindo: Jakarta. Soekartawi. 1993. Manajemen Pemasaran Dalam Bisnis Modern. Pustaka Harapan: Jakarta. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. PT Grafindo Persada: Jakarta Sujiwo, Joko Tri. 2009. Efisiensi Pemasaran Kopi (Coffea Sp) Di Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal Semarang. Jurnal. Universitas Wahid Hasyim: Semarang. Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Mikroekonomi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta Syakir. 2010. Budidaya dan Panen Kopi. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/ wp-content/upload/2012/08/ perkebunan_budidaya_kopi.pdf. (diakses pada 20 November 2016).