SenunorNasional Peternakan dan Deteriner 1999
ANALISIS USAHA PEMELIHARAAN INDUK SAN POTONG PADA PROGRAM IB DI KABUPATEN AGAM RASALI HAKim MATONDANG, JoHN BESTARI,
A.R .
SIREGAR,
dan I-LXRRY YANJAITAN
Balai Peueltlian Te»tak P.O . Box 221, Bogor 16002
ABSTRAK Tujuan pcnelitian ini adalah untuk nienganalisis faktor-faktor usalia penicliharaan induk sapi potong yang berpenganih terhadap tingkat produksi pedet, dilakukan di kabupaten Again pada taluin 1998 inelalui survai terhadap 240 responden di 4 kecaniatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang secara nyata mempenganhi produksi pedet adalah sapi niuda (0,30), sapi induk (0,30), pemberian pakan (0,13) dan luas lalian (-0,04). Senientara itu, rasio nilai produk marjinal dan biaya korbanan inarjinal dari faktor-faktor produksi tersebut menipcrliliatkan baliwa penggunaan faktor-faktor tersebut beluni mencapai tingkat optimum, bcrturut-tunit 0,07, 0,03 ; 1,62 dan - 0,05. Didalain merancang pengenibangan usalia sapi polong, maka pengandi dari masing-masing faktor produksi tersebut lians nicniadi balian pert inibangan, baik dari sisi ketersediaan input produksi, maupun dari kelembagaan . Kata kunci : Induk sapi potong, program IB
PENDAHULUAN Pada taluin 1996 diperkirakan impor sapi potong mencapai 350.000 ckor. Junilah tersebut secara nyata akan nienjadi beban ekonomi Nasional karena pengurangan devisa . Untuk niengatasi impor sapi polong tersebut maka dilakukan beberapa alternalif antara lain mclalui program IB. Propinsi Suniatera Barat sebagai daerah pengka.jian IB incnunjukkan rendahnya pcmilikan sapi induk yang dipchhara . Keadaan ini akan berpenganh negatif pada pelaksanaan program IB yang pada gifrannya kcbululian daging Nasional tidak akan tcrcapai . Rendalinya pcmilikan usalia sapi polong di Suniatera Barat nicnggambarkan usalia tersebut masili bersifit tradisional scbagai usaha sambilan dengan tingkat pcndapatan yang relatif rendali . Dilain piliak polcnsi tcnaga peternak dan sumberdaya alain yang dimiliki masili bcrpeluang untuk menambali skala usalia peinclihaman . Menunit Blstlcnl (1979) usalia pctcrnakan menpakan proses produksi, schingga rendalinya tingkat pendapatan petcrnakan disebabkan oleli penggunaan faktor-faktor produksi usiiha yang kurang efisicn . BROWN (1979) menyatakan bahwa untuk produksi Icrnak, proycksi produksi lebili banyak ditentukan olch juinlah pcmilikan tcrnak . Faktor-faktor produksi lainnya yang scring diperliatikan antara lain adalah pakan dan tenaga kerja. Selanjulnya Bluoi, (1979) mcngenuikakan bah%va suatu mekanisme vang nicrubali masukan (balian baku) nicniadi sualu luaran (baring) discbut proses produksi yang dapat dilingkalkan dalain bcnluk fungsi produksi . Fungsi produksi nicrupakan sualu hubungan nialematis yang mcngganibarkan cara bagainiana suatu hasil produksi tertenlu tergantung pada macani dan junilah masukan yang digunakan . Dalani pcngguinaannya, fungsi produksi didasarkan pada bebcrapa asumsi (DILLON, 1977) yaitu : 1) ada hubungan yang kontinyu antara masukan dan luaran, 2) ada kenaikan hasil semakin berkurang untuk setiap penambalian faktor produksi, 3) penambalian seniua faktor produksi sccari proporsional sebcsar satu persen mengakibatkan penambalian hasil yang 46!r
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
berkurang dari satu persen . Bentuk llubungan firngsional yang diperkirakan mendekati fungsi produksi yang dikemukakan diatas adalah filngsi Cobb-Douglas (RuSASTRA, 1989), Selanjutnya dikatakan ballwa modal fungsi pangkat (power function) lebih mampu menerangkan perbedaan populasi berbagai jenis ternak dibandingkan dengan modal fungsi linier berganda . Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari optimalisasi penieliliaraan sapi induk dan besarnya skala usalia pemeliliaraan . Hasil penelitian ini diharapkan dapat inemberikan informasi kepada piliak yang menentukan kebijakan dalam upaya pembangunan peternakan menuju usalla yang berorientasi kepada pasar dengan skala ekonomi yang efisien . MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di 4 kecamatan di kabupaten Agam, propinsi Sumatera Barat pada peternak sapi potong yang mengikuti program 113. Sebanyak 240 responden (peternak sapi potong) ditentukan secara acak . Diasumsikan ballwa tidak ada perbedaan tempat antara kecamatan yang berbeda . Peternak sapi pada umumnya memiliki lahan sawali dan kering, tidak ada khususan dalam masalah lokasi . Asunlsl kedua, peternak yang memiliki sapi potong dari berbagai jenis atau bangsa tidak dibedakan karena umur sapi beranak pertama melahirkan juga liampir sama sesuai dengan data yang diperolch kecuali spesifikasi yang lain, jelas ada perbedaan antara jenis/bangsa dari ternak yang dipelillara tersebut . Data yang dikumpulkan berupa jumlah penullkan ternak yang terdiri dari sapi induk, sapi muda dan pedet ; lama penieliliaraan induk, umur sapi bakalan ; umur sapi Inulai beranak pertama ; junilah pemberian pakan, tenaga kerja dan luas lalian. Disamping itu, liasil penjualan dan biaya pemeliharaan . Data yang dikumpulkan Inelalui pengisian daftar kuesioner yang telah disiapkan . Data tenaga kerja diperhitungkan dari angka konversi berdasarkan kriteria yang disetir (1983), yaitu angka konversi 1 untuk laki-laki dewasa ; 0,75 perempuan dewasa ; dan untuk anak-anak . Sedangkan untuk sapi diperhitungkan dalam unit ternak (UT) di mana 1 sapi dewasa adalah 1 unit ternak (UT), 1 ekor sapi nuida adalah 0,75 UT dan 1 ekor anak adalah 0,33 UT. ToHIR
oleh 0,33 ekor sapi
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi Cobb-Douglas seperti yang dinyatakan olell HEADY datl DILLON (1961), TIMMER (1970), JANVRY (1972), dan RuSASTRA (1989) adalah Y = A X; b" , dimana i = 1,2 . . . .. . .k Y A X1 X2 X3 X4 X5
= Junilah anak sapi (pedet) (UT/tallun) = Titik potong (intersep) = Jumlah sapi muda (UT/tahun) = Jumlah sapi induk (UT/tallun) = Tenaga kerja (HOK) = Junilah pemberian pakan (kg) = Luas lalian (m2) Dalam penelitian ini jumlah sapi muda (X:) merupakan filngsi dari pedet, induk dan waktu 1980), yaitu : X_ = t.Y + (q - t) XZ/n
(CROTTY,
dinlana
470
SeminarNasional Peternakan don beteriner 1999
t = Uinur sapi bakalan (bulan) q = Un)ur sapi pertania nielahirkan (bulan) n = Lama pemeliliaraan induk (bulan Win tahun) Keunggulan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah nienipunyai parameter yang dapat diduga dengan inetoda kuadrat terkecil (OLS) dan parameter langsung inenunjukkan elastisitas produksi untttk setiap masukan (HE~wy clan DILLON, 1961 ; DEBERTIN, 1986) . Penilaian penggunaan faktor-faktor produksi apakalt berada dalani kondisi efisien atau beluin secara ekononiis dilakukan berdasarkan rasio antara Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) sania dengan saw . Agar inetoda pengujian tersebut dapat diberlakukan maka keadaan pasar di kabupaten Again diasunisikan ntenipakan pasar persaigan senipurna . Apabila rasio NPM terhadap BKM sania dengan satu, niaka alokasi iuasukan optimum . Bila rasio NPM terhadap BKM lebili dari satti, niaka penggunaan niasukan perlu difngkatkan . Bila rasio NPM terhadap BKM kurang dari satu, niaka penggunaan masukan perlu dikurangi . HASIL DAN PEMBAHASAN Besaran masukan usalia sapi potong rakyat Besaran niasukan-niasukan produksi usaha sapi potong rakyat bentpa pemilikan sapi induk, sapi nnida, sapi anak (pedet). tenaga kerja clan lahan tercantuni pada Tabel 1 . Dari Tabel 1 nainpak baliwa pemilikan sapi potong sebesar 3 UT yang dikuasai petani beluni terniasuk kelonipok cabang usahatani . Tipe usalia sapi potong itii diklasifikasikan kedalain usalia yang bersifat tradisional yang hanya nieniefliara 1-2 ekor (PRAWIROKUSUNIO, 1990) . Dilain piliak petani di kabupaten Again terinasuk golongan petani sedang . karena nienifiki luas lahan pertanian antara 0,-5-2 ka (HERAIANIT), 1991). Setuentara itu, ketersediaan tenaga kerja inasili nieniungkinkan untuk menainbah junfal) pcniilikan sapi . Menunrt SIRE(3AR penibicaraan lisan (1999) di Sulawesi Selatan seorang niantan insemination dapat nicinelihara 30 ekor sapi potong dengan junilah tenaga peineliliaraan 3 orang laki-laki decyasa . Tabel 1.
Rataan besaran inasukan-masukan produksi us
Uraian Pemilikan tertak (t 1T) : Sapi induk Sapi inuda Sapi anak (pedet) Toiaga Kerja (on.11g) Lalian ') (m2)
Rataan 3(l u,9 0,6
3,0 7234,1
ICeterangan : 1 ) lahan yang dintaksud adalah s iwah dan kering
471
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999
Parameter fungsi produksi dan tingkat alokasi masukan
Pada penelitian ini, untuk mengetalmi faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi pedet dari usaha sapi potong telali dilakukan pengujian fungsi produksi Cobb-Douglas dari data yang dikumpulkan ntelalui survei di kabupaten Agant (Tabel 2). Tabel 2.
Koefsien ditenninasi, derajat bebas, uji produk Cobb-Douglas
Uraian
Nilai
Koefisien detenninasi Regresi Residual Total
0,564
MS
DF
Uji P
0,9138 0,0371
4 77 81
0,0001
Besarnya koefisien deterntinasi pada Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor-faktor prodaksiyang digunakan pada ntodel analisis ntanipti ntenerangkan 56,15 persen terhadap penibah bebas dalam hal ini sapi pedet. Berdasarkan uji P pada regresi yang sangat nyata menunjukkan bahwa model yang digunakan saluli secara statistik pada usaha sapi potong di daerali Again. Dari Tabel 3 ntentperliltatkan bahwa masukan-masukan usaha sapi potong yang ntentpunyai arti penting terhadap produksi pedet, yaitu : sapi muda, sapi induk, pemberian pakan, dan luas lahan. Tanda positif pada sapi muda, sapi induk dan pemberian pakan menunjukkan bahwa penambahan 100 persen setiap niasukan tersebut, maka produksi pedet dari teasing-tnasing masukan bertunit-tunit bertantbalt 29,75 persen ; 30,36 persen dan 13,13 persen . Sebaliknya apabila penambahan luas lahan sebesar 100 persen akan ntenyebabkan berkurangnya produksi pedet sebesar 4,19 persen . Tabel 3.
Parameter dugaan tungsi produksi usalia sapi potong di kabupaten Again, 1999
Uraian Sapi inuda x, Sapi induk xZ Tenaga kerja x, Pakan x4 Lalian xs hitersep R-Square
Parameter dugaan 0,2975 ** 0,3036 *'* -0,0095 0,1313 ' - 0,0419 - 1,4937 *" 0,5615
Keterangan : *** sangat nyata 1%, ** nyata 5%, * nyaLa 10%
Sapi muda, sapi induk dan pakan menipakan masukan yang mempunyai elastisitas avatar 0 <_ Ep<_1 dan telah berada pada kenaikan ltasil yang berkurang . Pada kurva produksi, proses produksi usalia sapi potong berada pada taltap ke II. Sedangkan ltias lahan mempunyai nilai elastisitas yang negatif berada pada tallap ke III (Ep<0), kurva produksi bersifat penurunan hasil yang berkurang. Menunit logika yang didasari oleh asuntsi bahwa laltan dapat ditanami dengan hijauan pakan ternak produk marjinal atas laltan bernilai negatif tersebut, kenningkinan disebabkan olelt adanya 472
Seminar Nosional Peiernakon don I "'eteriner 1999
ketidak-nornlalan data atau kesalallan dalanl data yang dianalisis . Ketidak-notmalan data yang dimaksud mungkin disebabkan kualitas lahan yang berbeda karena penganth penmpukan, pengairandan musim. Penganih keadaan data tersebut tidak terekanl dalanl model karena llal tersebut tidakdijadikan sebagai peuball bebas (nlasukan). Tabel 4.
Elastisitas, Produksi Fisik Marjinal (PFM), Nilai Produk Marjinal (NPM), Biaya Korbanan Marjinal (BKM) dan Tingkat alokasi masukan pada usalla sapi potong di kabupaten Agam, 1999
Uraian
Rataan
Elastisitas
PFM
NPM
BKM
Sapi muda, x, Sapiinduk,x2 Pakan, x4 Lallan 1 ), x5
0,90
NPM BKM
0,2975
0,198
158667
2.200 .100
0,07
1,50
0,3036
0,121
97152
3 .200 .000
0,03
2140,89
0,1313
0,000368
80,96
50
1,62
7234,12
-0,0419
- 3,48 -00
-7,65
150
-0,05
tceterangan : Y = 0,60 LIT aRp. 800.000 1) Sewa lahan per when rata-rata Rp. 1.500 .000/hahahun alau Rp . 150/m'/tahun
Pada Tabel 4 nampak balllva rasio antara NPM dengan BKM atas pakan ternak bernilai lebill dari satu. Hal ini menu»_jukkan bahwa pengginman pakan ternak sebagai faktor produksi masill dapat ditingkatkan agar alokasi optinlum dari masukan tersebut dapat dicapai . Keadaan ini nutngkin disebabkan olch kualitas pakan yang diberikan sangat rcndah . Di dacrah Agam pakan yang diperoleh sebagian bcsar berasal dari luar usallatani , sementara pakan dari lallan sendiri terbatas karena tidak tcrscdia lallan klutsus untuk mcnanam hijauan pakan ternak . Masukan lain dari proses produksi pedet adalah sapi muda, sapi induk clan lahan . Setiap penambalian dari ketiga masukan ini tidak elisien seperti ditunjukkan olch rasio NPM terhadap BKM yang lebill kecil dari satu. Pcnggunaan ketiga masukan tersebut perlu dikurangi apabila alokasi optinlum yang dillarapkan . Hal ini mcrupakan indikasi baliNva usalla sapi potong secara tradisional telah mencapai tilik jenull . Adanva lapangan pekerjaan lain yang nlenlberikan pendapatan vang lebill baik diduga mcrupakan pengllambat penlballan pola. penlcliliaraan sapi potong dari tradisional ke komersial . Keadaan diatas perlu dibenahi sebelunl dilakukan penambahan skala usalla sapi potong untuk mencapai usalla ke aralt optimunisasi . Penlbenallan ini dapat dilakukan nlclalui pcningkatan cara beternak, penyediaan pakan vang berkualitas, mudah diperoleh dan tcrscdia scpanjang Whim, serta malliljemen usalla yang mengarall kc orlentasl pasar. KESIMPULAN DAN SARAN Bersadarkan hasil analisis fungsi produksi, faktor-faktor produksi yang berperan penting dalanl pemelillaraan induk sapi polong di kabupaten Again, propinsi Sumatera Barat dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : Faktor-faktor produksi vang berpengarult positif terhadap tingkat produksi pedcl adalah sapi nntda (0,30). sapi induk (0,30) dan pemberian pakan (0,13). Sedangkan faktor produksi vang berpenganth negatif adalah luas lahan (-0,04) .. 473
Serrunor Nasional Peternakan dan Veteriner 1999 2.
Tingkat alokasi sapi nruda (0,07), sapi induk (0,03), pemberian pakan (1,62) dan luas lahan (0,05) yang digunakan dalam usalla sapi potong belum optinntm .
Perlu dipertimbangkan apabila akan delkukan penambahan induk sapi di daeralt ini, dimana petueliharaan masih bersifat tradisional dan belum berorientasi pasar . Hal ini diperliliatkan dari sikap petani yang belum melakukan catatan produksi dan penlbalian-penlballan dari stnlktur populasi . DAFTAR PUSTAKA BISHOP, C.E . 1979 . PengantarAnalisa Ekonond Pertanian. Penerbit Mutiara . Jakarta BROWN, MI 1979 . Font Budget Front Farm Income Analysis to Agricultural Propicts Analysis . Publilied for
world Bank . The John Hophins Univ . Press, Baltimore and London .
CROTTY, R . 1980 . Cattle, economics and development Conunonwealth Agricultural Bureaux DEBERTIN, D.L . 1986 . Agricultural Production Economics. Macmillon Publishing Campany, Newyork DILLON, J.L. 1997 . The Analysis
Press oxford .
of Respons
in Cron aim/ Livestock Production . Secord Edition . Perganton
HERMANTO, F. 1991 . Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Seri Pertanian - CV1/306/99 JANVRY, A .D . 1972 . The Generalized Power Productions Functions. Anterican J. Agricultural Economics. MOSHER, A.T . 1981 . Menggerakan ([(tit Afembangtat Pertanian. Penerbit CV . Yosaguna . Jakarta PROWIROKUSUNO, S . 1990 . Ilmu Usahatani. Edisi Pertanian BPFF . Jakarta
1988 . Prosoding Patanas. Peniballan Ekonomi Pedesaan Menuju Stntktur Ekonomi Berimbang. Puslit Agro Ekonomi, Litbang Pertanian.
RuSASTRA, I .W .
