ANALISIS UNJUK KERJA LAYANAN AIR BERSIH PDAM TIRTA MOEDAL DI PERUMNAS BANYUMANIK KOTA SEMARANG Suntari Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Email:
[email protected]
Abstract: Water distribution systemis made to fullfil the need of water in a city or community and the management of water service in Semarang City is carried out by Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moedal. The aim of this study is to evaluated the performance of water distribution ability in providing the minimum customers service covering at water flow. Based on the result of water meter record flow analysis, it was found that the reliability level is 63,64%, where the system was in failed condition for 4,63 months. The failure level varies ranging from 1,39% to 19,05% deficit. From this study, it can be concluded that the service of water distribution of PDAM in Banyumanik Area within te period of this study was still not satisfactory. Keywords: performance, network, clean water. Abstrak: Sistem jaringan air bersih dibuat untuk memenuhi kebutuhan air bersih suatu kota atau komunitas dan untuk Kota Semarang, pengelolaan air bersih dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moedal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja layanan jaringan air bersih yang dikelola oleh PDAM Tirta Moedal dengan cara menganalisis unjuk kerja layanan jaringan terhadap kemampuan jaringan dalam memenuhi kebutuhan minimum pelanggan dari sisi debit air. Berdasarkan hasil analisis debit dari pencatatan meter air diketahui bahwa tingkat keandalan sekitar 63,64% dengan lamanya sistem berada dalam kondisi gagal sekitar 4,63 bulan dengan tingkat kegagalan yang bervariasi antara 1,39% sampai dengan 19,05% defisit. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah pelayanan jaringan air bersih oleh PDAM di Perumnas Banyumanik Semarang sesuai dengan waktu penelitian belum memenuhi harapan. Kata Kunci: keandalan, jaringan, air bersih
bersih
PENDAHULUAN Sistem jaringan air bersih dibuat untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk suatu
/
air
minum
untuk
masyarakat
dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Semarang Studi
kota atau suatu komunitas. Sumber air baku
ini
dilakukan
berdasar
atas
dapat berasal dari mata air, danau, sungai atau
pemikiran bahwa sistem pengoperasian jaringan
air tanah dalam. Air tersebut kemudian diolah
air
pada instalasi pengolahan air supaya memenuhi
menghasilkan
standar air bersih yang dikeluarkan oleh Menteri
diharapkan. Kurang optimalnya pelayanan air
Kesehatan dan kemudian didistribusikan pada
bersih dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
konsumen. Pengelolaan pelayanan air bersih /
lain faktor topografi, penyebaran konsumen,
air minum untuk masyarakat Kota Semarang
ketersediaan
dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Air
unjuk kerja (performance) atau tingkat layanan
Minum (PDAM) Kota/Kabupaten setempat, yang
yang diharapkan serta pengembangan jaringan
merupakan perusahaan milik pemerintah. Untuk
(extension).
Kota Semarang,
bersih
di
Kota
Semarang
belum
tingkat
pelayanan
yang
air,
kebijakan
pengoperasian,
pengelolaan pelayanan air
Analisis Unjuk Kerja Layanan Air Bersih PDAM Tirta Moedal di Perumnas Banyumanik Kota Semarang – Suntari
75
Perumnas
Banyumanik
Semarang
yang muncul adalah : “Bagaimana unjuk kerja
merupakan salah satu bagian dari wilayah Kota
pelayanan
jaringan
Semarang yang mendapat layanan air bersih
berdasarkan debit air dari debit pembacaan
dari PDAM Tirta Moedal Kota Semarang. Lokasi
meter
ini dipandang memenuhi kriteria sebagai obyek
(reliability),
studi kasus atau lokasi penelitian mengingat
Kerawanan (vulnerability)”.
air
air
pelanggan
bersih
terhadap
Kelentingan
terutama
Keandalan
(resiliency),
dan
daerah tersebut merupakan suatu perumahan dengan infrastruktur jaringan yang cukup lama
TINJAUAN PUSTAKA
(±20 tahun). Dari survey pendahuluan, daerah
Unjuk Kerja Pengoperasian Unjuk kerja dapat diketahui dari hasil
ini juga mengalami layanan air bersih yang kurang memuaskan baik itu dari segi debit,
analisa
kegagalan
jaringan
pipa
dan
tekanan air, kontinuitas aliran maupun kualitas
pengoperasiannya untuk memenuhi kebutuhan.
air.
Beberapa indikator unjuk kerja harus dapat memberikan indikasi seberapa jauh intensitas untuk
kegagalan dan berapa lama suatu kegagalan itu
mengetahui unjuk kerja (performance) layanan
terjadi, sehingga performance jaringan dapat
air
diketahui.
Unjuk
(Perusahaan Daerah Air Minum) Tirta Moedal
minimal
meliputi
khususnya di Perumnas Banyumanik dengan
Kelentingan
cara menganalisa unjuk kerja layanan jaringan,
(vulnerability) (Suharyanto, 1999).
Tujuan bersih
dari yang
studi dikelola
adalah oleh
PDAM
kebutuhan minimum pelanggan terutama debit
(performance)
air.
biasanya
Pengkajian terhadap pelayanan jaringan air bersih PDAM di suatu wilayah perkotaan terhadap pelanggan masih kurang mendapat perhatian yang layak dari pihak pengelola. Hal ini tercermin dari banyaknya keluhan pelanggan terhadap mutu layanan air bersih yang diketahui dari hasil survey pendahuluan secara langsung di beberapa lokasi daerah layanan PDAM. Beberapa hal yang sering dikeluhkan meliputi debit aliran kecil (tidak mencukupi), tekanan kurang, aliran berlangsung secara tidak kontinyu atau jam-jam pengaliran tidak dapat diharapkan, dan kualitas air kurang baik. Memperhatikan hal seperti tersebut di atas, maka permasalahan
kerja
Keandalan
(resiliency),
tersebut
(reliability),
serta
Kerawanan
Analisis terhadap parameter unjuk kerja
yaitu kemampuan jaringan dalam memenuhi
PERMASALAHAN
kerja-unjuk
pengoperasian
dilakukan
jaringan
dengan
pipa
mengevaluasi
jaringan tersebut berdasarkan pada nilai rerata (mean) dan variasi (variance) dari parameter tersebut. Besarnya keandalan (reliability) suatu jaringan pipa lebih ditekankan pada persentasi rata-rata (jangka panjang) kemampuan jaringan pipa
dalam
memenuhi
kenyataannya, konfigurasi
kebutuhan.
Dalam
variasi
debit,
perubahan
jaringan,
dan
kebijakan
pengoperasian jaringan akan menyebabkan variasi
pada
parameter
unjuk
kerja
pengoperasian, sehingga ketiga faktor tersebut perlu dipertimbangkan pengaruhnya terhadap unjuk kerja pengoperasian jaringan pipa air bersih. Konsekuensi yang terjadi pada saatsaat jaringan pipa tidak mampu memenuhi
76 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 10 – Januari 2008, hal: 75 – 84
kebutuhannya
yaitu
pada
terjadi
pipa kembali ke keadaan memuaskan maka
“kegagalan” tidak terlalu diperhatikan padahal
konsekuensi akibat kegagalan tersebut akan
konsekuensi dari terjadinya suatu kegagalan
semakin kecil. Untuk itu perlu diketahui saat-
pada jaringan pipa memiliki dampak yang luas
saat jaringan pipa mengalami masa transisi dari
dan berlangsung cukup lama dan dapat pula
keadaan
memberikan
yang
“memuaskan” atau sebaliknya dari keadaan
kerja
“memuaskan”
beban
berkepanjangan.
saat
psikologis
Penggunaan
unjuk
“gagal” ke
menjadi keadaan
ke
keadaan
“gagal”
(Dalam
keandalan jaringan pipa tidak selalu dapat
jangka panjang, masa transisi jaringan pipa dari
menggambarkan keadaan perilaku jaringan pipa
keadaan
yang sesungguhnya.
“memuaskan” akan sama dengan masa transisi
Unjuk
kerja
yang
disajikan
dalam
penelitian ini adalah beberapa indikator unjuk kerja
yang
mampu
pipa
menjadi
dari
keadaan
ke
keadaan
“memuaskan”
menjadi ke keadaan “gagal”).
indikasi
Dalam jangka panjang, nilai rerata W t
seberapa jauh intensitas kegagalan dan berapa
(masa transisi jaringan pipa dari keadaan
lama sauatu kegagalan itu terjadi. Unjuk kerja
“gagal” menjadi ke keadaan “memuaskan”) akan
tersebut
(reliability),
menunjukkan jumlah rerata terjadinya masa
kerawanan
transisi jaringan pipa dari keadaan “gagal”
adalah
kelentingan
memberikan
jaringan
“gagal”
keandalan
(resiliency)
serta
(vulnerability)
menjadi keadaan “memuaskan”. Selanjutnya
1. Keandalan (Reliability)
lama (jangka waktu) rerata jaringan pipa berada
Unjuk kerja ini menunjukkan/ mengukur
di dalam keadaan “gagal” secara kontinue
kemampuan jaringan pipa untuk memenuhi
(berurutan) dapat diketahui dari jumlah total
fungsinya yaitu memenuhi kebutuhan. Secara
waktu rerata jaringan pipa mengalami “gagal”
matematis, definisi keandalan dapat dituliskan
dibagi
sebagai berikut. Dimana variabel Zt, nilainya
transisi jaringan pipa.
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut.
bahwa
Indikator
unjuk
rerata
kerja
terjadinya
kelentingan
(inverse) dari jangka waktu rerata jaringan pipa
0 untuk Rt < Dt diketahui
frekuensi
(resiliency) didefinisikan sebagai nilai kebalikan
1 untuk Rt ≥ Dt Zt = Perlu
dengan
dalam
definisi
ini,
kegagalan ditafsirkan jika Rt < Dt, selain itu nilai rerata merupakan jumlah total waktu dimana jaringan pipa mampu memenuhi kebutuhannya.
berada di dalam keadaan “gagal”. Semakin lama jangka waktu rerata jaringan pipa berada di dalam keadaan gagal, maka unjuk kerja kelentingannya akan semakin kecil atau dengan kata lain jaringan pipa akan memerlukan waktu yang relatip lebih lama untuk “recovery”.
2. Kelentingan (Resiliency) Dalam hal terjadi kegagalan, unjuk kerja kelentingan (resiliency) ini menunjukkan atau mengukur kemampuan jaringan pipa untuk
3. Kerawanan (Vulnerability) Jika
terjadi
kegagalan,
unjuk
kerja
kembali ke keadaan tidak gagal atau ke
kerawanan menunjukkan/mengukur seberapa
keadaan
dari
besar (seberapa rawan) suatu kegagalan yang
keadaan “gagal” (fail). Semakin cepat jaringan
terjadi. Untuk mengukur tingkat kerawanan ini
“memuaskan”
(satisfactory)
Analisis Unjuk Kerja Layanan Air Bersih PDAM Tirta Moedal di Perumnas Banyumanik Kota Semarang – Suntari
77
digunakan variable kekurangan (deficit). Unjuk
standar konsumsi air minimal 170 liter per orang
kerja kerawanan dapat didefinisikan dengan
per hari dan jumlah rata-rata penghuni per KK
berbagai penafsiran, diantaranya adalah :
adalah 4 orang, sehingga diketahui kebutuhan debit minimum adalah 21 m3 per KK per bulan.
a. Nilai maksimum “deficit” b. Nilai maksimum “deficit-ratio” c.
Nilai rerata “deficit-ratio”
Debit Air Pengumpulan data dilakukan dengan
Standar Debit Air Bersih Kebutuhan air bersih daerah perkotaan
mengadakan pencarian data di PDAM Kota
pasti meningkat dari periode ke periode sesuai
Semarang khususnya PDAM Cabang Semarang
dengan lajunya perkembangan dan tingkat
Selatan. Adapun data debit air yang diperlukan
pertambahan
DPU
adalah data pencatatan debit meter air bulanan
pedoman konsumsi air adalah seperti tercantum
berupa data volume pemakaian air bulanan di
pada tabel berikut ini.
tingkat
Tabel 1. Pedoman Konsumsi Air
Kelurahan
Kategori Kota Metropolitan Besar Sedang Kecil
penduduk.
Menurut
Jumlah Penduduk Konsumsi Air (orang) (l/orang/hari) 210 > 1.000.000 170 500.000 – 1.000.000 150 100.000 – 500.000 90 20.000 – 100.000
Sumber : DPU Kota Semarang
pelanggan
di
Kampung
Pesaten
Rejomulyo
Semarang
dengan
rentang waktu minimal 1 tahun. Data yang berhasil didapat adalah data volume pemakaian air bulan Januari 2000 sampai dengan Juni 2001. Data tersebut dapat dilihat pada berikut ini.
Standar debit air bersih untuk kota Semarang
dapat
ditentukan
berdasarkan
kategori kota yaitu termasuk kota besar dengan
Tabel 2. Volume Pemakaian Air Bersih Di Tingkat Pelanggan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kode Pelanggan Pelanggan 01 Pelanggan 02 Pelanggan 03 Pelanggan 04 Pelanggan 05 Pelanggan 06 Pelanggan 07 Pelanggan 08 Pelanggan 09 Pelanggan 10 Pelanggan 11 Pelanggan 12 Pelanggan 13 Pelanggan 14 Pelanggan 15 Pelanggan 16 Pelanggan 17 Pelanggan 18 Pelanggan 19 Pelanggan 20 Pelanggan 21 Pelanggan 22
1 18 20 20 23 20 31 20 17 18 25 30 12 30 35 15 15 42 31 28 25 18 17
Volume pemakaian air th 2005 (per bulan) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 15 13 12 15 12 15 18 26 15 21 20 20 20 20 20 37 38 20 33 38 20 20 27 22 29 23 21 26 22 20 30 33 35 31 28 32 21 15 31 32 20 22 21 15 15 12 20 21 22 20 36 22 25 33 31 18 27 10 29 30 20 20 20 20 20 20 20 20 31 29 27 17 17 20 21 17 19 14 25 19 14 25 31 30 35 38 26 23 29 24 22 24 26 21 30 20 11 14 19 10 20 34 33 33 31 22 20 22 28 30 43 15 10 16 11 11 11 25 18 20 19 21 20 29 33 18 20 31 33 30 29 38 31 28 32 29 23 25 24 25 15 15 15 18 15 15 16 20 20 16 14 19 19 19 17 12 14 11 16 14 41 38 22 32 29 35 24 11 15 18 24 18 20 35 28 31 16 21 15 11 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 34 40 40 40 40 40 40 40 40 40 20 22 25 37 32 23 26 25 24 22 15 30 39 37 33 25 20 22 20 20
12 25 36 29 40 21 22 18 16 21 20 30 19 30 25 15 12 15 12 30 20 18 15
1 21 35 22 11 20 21 20 11 20 25 38 12 30 21 27 24 15 15 15 20 21 18
Volume pemakaian air th 2006 (per bulan) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 27 24 28 23 25 39 30 34 29 22 31 36 36 32 31 32 30 30 20 21 28 27 20 27 24 12 15 11 32 13 13 34 47 38 18 27 25 33 30 26 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 16 33 11 21 24 14 15 21 23 12 20 20 20 20 20 20 20 20 31 38 21 13 15 17 18 10 10 21 22 12 27 15 13 22 14 12 13 21 20 15 20 23 21 18 28 20 15 12 16 11 20 34 33 23 31 22 20 22 28 24 43 15 10 16 11 11 11 25 18 20 19 21 20 29 33 18 20 31 33 30 27 20 17 19 17 19 17 12 14 18 26 22 16 28 29 19 20 15 10 10 25 28 5 30 28 13 15 29 23 21 17 17 16 15 11 15 10 12 17 14 15 15 15 14 31 37 35 28 29 27 23 10 9 11 15 15 15 15 15 15 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 21 25 20 18 14 12 13 10 11 12 10 35 40 31 25 28 20 41 14 18
Sumber : PDAM Kota Semarang
78 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 10 – Januari 2008, hal: 75 – 84
12 28 11 22 30 25 10 18 9 10 12 26 19 30 15 19 24 16 34 20 25 10 21
METODE PENELITIAN
pelanggan diidentifikasi berdasarkan debit
Data yang diperlukan
aliran yang sampai ke pelanggan dengan
Studi ini juga memerlukan data-data yang
didapat
dari
hasil
pencatatan
asumsi air yang tercatat di meter air tiap-
dan
tiap
penyimpanan data dari PDAM Kota Semarang
pelanggan
mencerminkan
kemampuan layanan jaringan PDAM.
berupa Debit (meter air) bulanan yang terukur
3. Melakukan analisa unjuk kerja pelayanan
pada tiap-tiap rumah tangga selama minimal 1
jaringan air bersih berdasarkan data debit
3
tahun (m /bln).
air (volume pemakaian air oleh pelanggan) sebagai parameter untuk mendapatkan
Prosedur Pengamatan Rangkuman
hasil
pelaksanaan
kegiatan
yang akan dilakukan pada studi kasus di Kampung
Pesaten
Kelurahan
analisa
unjuk
kerja
pelayanan
jaringan air bersih. Analisa Data
Rejomulyo
Analisa
data dilaksanakan setelah
Semarang adalah sebagai berikut :
data yang dibutuhkan sudah lengkap untuk
1. Melakukan pengecekan terhadap data-
kemudian dianalisa hasilnya. Tetapi perlu
data yang sudah diperoleh. 2. Melakukan
analisa
dipertimbangkan juga kondisi dan hambatan kerja
yang dialami pada waktu pengukuran / survey
(performance) layanan jaringan air bersih
di lapangan, sehingga diperoleh data yang
berdasarkan data debit bulanan pada tiap-
benar-benar valid dan hasil analisa yang
tiap rumah tangga selama minimal 1
maksimal serta menggambarkan kondisi yang
tahun,
Keandalan
sebenarnya. Untuk sistem analisa pelayanan
(reliability), Kelentingan (resiliency), serta
jaringan air bersih di Perumnas Banyumanik
Kerawanan
Semarang dapat dilihat pada bagan alir berikut
untuk
tersebut.
unjuk
mengetahui (vulnerability)
Tingkat
layanan
jaringan air
pada
ini.
Gambar 1. Bagan Alir Analisa Unjuk Kerja Pelayanan Jaringan Air Bersih PDAM
Analisis Unjuk Kerja Layanan Air Bersih PDAM Tirta Moedal di Perumnas Banyumanik Kota Semarang – Suntari
79
Rerata kebutuhan air bersih diperoleh
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemakaian Air di tingkat Pelanggan Dalam
menganalisa
dari membagi jumlah total debit yang tercatat
performance
dari meter air selama masa pengamatan (24
layanan PDAM Kota Semarang terhadap debit
bulan) dengan lamanya waktu pengamatan.
digunakan debit air di Perumnas Banyumanik
Dari analisis tersebut menunjukkan bahwa dari
Semarang yang diidentifikasikan berdasarkan
22 sampel yang mengalami kejadian kurang
jumlah pelanggan dan debit pemakaian air
sebanyak 8 sampel mendapatkan debit air
(record hasil pembacaan meter air) selama 24
kurang dari kebutuhan minimal yang harus
bulan dari bulan Januari 2005 sampai dengan
dipenuhi yaitu 21 m3/bulan.
Desember 2006. Adapun debit minimum yang digunakan sebagai dasar dalam menganalisa
Tingkat Layanan Air Bersih
yang seharusnya dipenuhi oleh PDAM adalah 3
Tingkat
layanan
pada
pelanggan
sebesar 21 m per bulan dengan perhitungan
diidentifikasi berdasarkan debit aliran yang
bahwa kebutuhan air (consumtive use) adalah
sampai ke pelanggan. Jadi asumsi dasarnya
170 liter per orang per hari (standar DPU) dan
adalah air yang tercatat di meter air tiap-tiap
rata-rata jumlah anggota keluarga pada tiap
pelanggan mencerminkan kemampuan layanan
kepala keluarga adalah 4 orang. Hasil analisa
jaringan
tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel berikut
ditunjukkan jumlah bulan gagal yang dialami
ini.
oleh masing-masing pelanggan.
Rerata 22,29 27,79 22,17 28,46 19,75 22,29 21,88 17,00 21,50 19,29 27,25 17,58 26,17 23,33 18,17 18,63 20,71 23,21 22,33 28,50 19,96 24,75
Kejadian kurang
kurang
gambar
berikut
ini
24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kode Pelanggan Pelanggan 01 Pelanggan 02 Pelanggan 03 Pelanggan 04 Pelanggan 05 Pelanggan 06 Pelanggan 07 Pelanggan 08 Pelanggan 09 Pelanggan 10 Pelanggan 11 Pelanggan 12 Pelanggan 13 Pelanggan 14 Pelanggan 15 Pelanggan 16 Pelanggan 17 Pelanggan 18 Pelanggan 19 Pelanggan 20 Pelanggan 21 Pelanggan 22
Pada
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Jumlah Bulan Gagal
Tabel 3. Pemakaian Air Bersih Di Tingkat Pelanggan
PDAM.
Nomor Kode Responden
kurang kurang
Gambar 3. Diagram Lama Rerata Kegagalan Pelayanan Air Bersih
kurang
Hasil analisis tingkat layanan kurang kurang kurang
dan
kegagalan layanan air bersih yang terjadi pada lokasi penelitian ditunjukkan pada tabel berikut ini.
kurang
Sumber : Hasil analisis
80 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 10 – Januari 2008, hal: 75 – 84
Tabel 4. Tingkat Layanan dan Kegagalan Pelayanan Air Bersih No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kode Pelanggan Pelanggan 01 Pelanggan 02 Pelanggan 03 Pelanggan 04 Pelanggan 05 Pelanggan 06 Pelanggan 07 Pelanggan 08 Pelanggan 09 Pelanggan 10 Pelanggan 11 Pelanggan 12 Pelanggan 13 Pelanggan 14 Pelanggan 15 Pelanggan 16 Pelanggan 17 Pelanggan 18 Pelanggan 19 Pelanggan 20 Pelanggan 21 Pelanggan 22
Debit Rerata 3 (m /bln) 22,29 27,79 22,17 28,46 19,75 22,29 21,88 17,00 21,50 19,29 27,25 17,58 26,17 23,33 18,17 18,63 20,71 23,21 22,33 28,50 19,96 24,75
Status
Gagal
Gagal Gagal Gagal
Gagal Gagal Gagal
Gagal
Lama Kegagalan pada Jumlah Jumlah Lama rerata Kejadian Gagal Ke bulan kejadian kegagalan gagal (bulan) I II III IV V VI gagal 8 1 9 2 4,50 6 1 1 1 9 4 2,25 3 1 1 3 1 9 5 1,80 2 1 3 2 1,50 2 4 1 11 18 4 4,50 1 1 1 1 2 2 8 6 1,33 9 10 1 20 3 6,67 1 3 3 3 6 2 18 6 3,00 2 1 2 3 3 11 5 2,20 6 1 1 6 14 4 3,50 1 1 1 1 4 4 1,00 1 6 4 6 3 20 5 4,00 1 1 2 1 1 2 8 6 1,33 10 10 1 10,00 12 1 6 19 3 6,33 12 1 2 15 3 5,00 16 16 1 16,00 2 1 8 11 3 3,67 1 10 11 2 5,50 12 12 1 12,00 2 1 8 11 3 3,67 2 1 5 1 2 11 5 2,20
Defisit Maksimum Rerata
Kelentingan
(m3/bln) Ratio (%) (m3/bln) Ratio (%)
9,00
42,86
1,25
5,95
12,00
57,14
4,00
19,05
11,00
52,38
1,71
8,13
11,00
52,38
3,42
16,27
11,00 16,00 11,00
52,38 76,19 52,38
2,83 2,38 0,29
13,49 11,31 1,39
11,00
52,38
1,04
4,96
0,22 0,44 0,56 0,67 0,22 0,75 0,15 0,33 0,45 0,29 1,00 0,25 0,75 0,10 0,16 0,20 0,06 0,27 0,18 0,08 0,27 0,45
Sumber : Hasil analisis data
Hasil
kerja
jaringan PDAM. Dari Tabel 5 di atas, dapat
(performance) pelayanan air bersih yang terjadi
diidentifikasi bahwa berdasarkan debit layanan
pada lokasi penelitian ditunjukkan pada tabel
rerata terdapat lebih dari 36,36% dari 22
berikut ini.
pelanggan di lokasi penelitian yang debit rerata
Tabel 5. Unjuk Kerja Pelayanan Air Bersih
bulanannya kurang dari 21 m3 per bulan (nilai
unjuk
Parameter
No. 1.
perhitungan
Nilai Unit
a. Kejadian "Kurang" b. Keandalan
36,36 % 63,64 % 11,50 9,00 16,00 54,76 42,86 76,19
3. DEFISIT RERATA a. Kekurangan Rerata b. Kekurangan Minimum c. Kekurangan Maksimum d. Rasio Kekurangan Rerata e. Rasio Kekurangan Minimum f. Rasio Kekurangan Maksimum
2,11 0,29 4,00 10,07 1,39 19,05
4. KELENTINGAN Lama Rerata Dalam Keadaan "Gagal" a. Secara Kontinyu b. Frekuensi Terjadinya
layanan
ditekankan disini bahwa pemakaian nilai rerata debit bulanan merupakan indikator yang tidak
2. DEFISIT MAKSIMUM a. Kekurangan Rerata b. Kekurangan Minimum c. Kekurangan Maksimum d. Rasio Kekurangan Rerata e. Rasio Kekurangan Minimum f. Rasio Kekurangan Maksimum
Tingkat
kebutuhan minimum tiap-tiap pelanggan). Perlu
pada
3
m /bln 3 m /bln 3 m /bln % % % 3
m /bln 3 m /bln 3 m /bln % % %
bisa
dijadikan
sebagai
pedoman
dalam
menggambarkan
kondisi
sebenarnya.
Pada
kenyataannya,
kejadian-kejadian
dimana
pelanggan menerima debit aliran yang kurang dari 21 m3 per bulan lebih banyak terjadi hal ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tingkat kerawanan “kegagalan” diukur dari
seberapa
besar
terjadinya
defisit.
Berdasarkan debit rerata bulanan, nilai defisit 4,63 bulan 3,55 kali
pelanggan
diidentifikasi berdasarkan debit aliran yang sampai ke pelanggan. Jadi asumsi dasarnya adalah air yang tercatat di meter air tiap-tiap pelanggan mencerminkan kemampuan layanan
rerata sekitar 2,11 m3 per bulan, defisit
dengan
3
minimum adalah 0,29 m per bulan
yang setara dengan 1,39% defisit dan defisit maksimum sekitar 4,00 m3 per bulan yang setara dengan 19,05% defisit. Sehingga secara rata-rata terjadi kekurangan air sebesar 10,07% dari debit minimum.
Analisis Unjuk Kerja Layanan Air Bersih PDAM Tirta Moedal di Perumnas Banyumanik Kota Semarang – Suntari
81
Dari
analisa
tentang
kejadian
“kegagalan” apabila dilihat pada Gambar 3
sangat bervariasi yaitu antara 1,39% sampai 19,05% defisit.
dapat diketahui bahwa di lokasi studi lama rerata kegagalan terbesar adalah sebesar 20 bulan terdapat pada 2 pelanggan yang berarti
KESIMPULAN Berdasarkan hasil proses analisa dan
bahwa pada tiap-tiap 1 kali kejadian gagal
pembahasan
secara berturut-turut terdapat 20 bulan gagal,
kesimpulan
hal itu disebabkan debit air PDAM selama 20
pelayanan
jaringan
bulan tersebut memang tidak memenuhi standar
Perumnas
Banyumanik
3
pada
penelitian
tentang
ini,
bagaimana air
bersih
maka kondisi
PDAM
Semarang
di
adalah
kebutuhan minimal sebesar 21 m per bulan.
sebagai berikut :
Sedangkan lama rerata kegagalan terkecil
1. Unjuk kerja pelayanan jaringan air bersih
adalah sebesar 3 bulan terdapat pada 1
PDAM di Perumnas Banyumanik Semarang
pelanggan.
dapat diketahui dari hasil analisa terhadap
Jumlah
kejadian
gagal
yang
terbesar adalah 6 kali gagal yang terjadi pada 3 pelanggan, sedangkan kejadian gagal yang
debit air. 2. Dari hasil analisa terhadap debit air yang
paling sedikit adalah 1 kali gagal yang terjadi
diidentifikasikan
pada 3 pelanggan.
pencatatan meter air tiap-tiap bulan di
Demikian pula apabila ditinjau pada
tingkat
berdasarkan
pelanggan
yaitu
debit
sebanyak
22
kejadian “kegagalan” terhadap sistem secara
pelanggan di lokasi studi dari bulan Januari
keseluruhan
sistem
2005 sampai dengan Desember 2006,
mengalami kekurangan air (gagal) secara terus
dengan anggapan (asumsi) bahwa jumlah
menerus adalah sekitar 4,63 bulan. Frekuensi
air yang tercatat di meter air pelanggan
terjadinya kegagalan secara rata-rata adalah
mencerminkan kemampuan pemberian air
3,55 kali. Hal ini dapat diartikan bahwa selama 5
jaringan air bersih PDAM, dimana debit
bulan terjadi 3,55 kali kegagalan. Atau setiap
minimum yang seharusnya dipenuhi oleh
kali terjadi kegagalan, maka sistem akan terus
PDAM adalah sebesar 21 m3 per bulan per
berada di dalam kondisi gagal selama sekitar
pelanggan
1,31 bulan (4,63 bulan dibagi 3,55 kali gagal).
kebutuhan air (consumtive use) adalah 170
Sehingga
atau
liter per orang per hari (DPU) dan setiap
kemampuan untuk kembali pada kondisi normal
pelanggan di Perumnas Banyumanik rata-
adalah 0,77 (3,55 kali gagal dibagi 4,63 bulan).
rata berpenghuni 4 orang, maka secara
maka
indek
lama
rerata
kelentingan
sistem
dengan
perhitungan
bahwa
Secara keseluruhan, tingkat layanan
keseluruhan tingkat layanan air oleh PDAM
jaringan air bersih PDAM di wilayah Perumnas
di Perumnas Banyumanik masih belum
Banyumanik
memuaskan yaitu dengan tingkat keandalan
Semarang
masih
belum
memuaskan, yaitu dengan keandalan yang
yang
hanya sekitar 63,64%, dengan lamanya sistem
dikatakan
memuaskan
akan berada dalam kondisi gagal sekitar 1,31
keandalan
minimum
bulan, dan dengan tingkat kegagalan yang
dengan lamanya sistem akan berada dalam
hanya
sekitar
63,64%
(sistem
apabila
tingkat
80%
terpenuhi),
kondisi gagal sekitar 1,31 bulan, dan
82 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 10 – Januari 2008, hal: 75 – 84
dengan tingkat kegagalan yang sangat bervariasi 19,05%
yaitu
antara
1,39%
sampai
defisit.
Untuk
mengatasi
hal
tersebut perlu dilakukan upaya penambahan sumber-sumber air baru untuk mensuplai air ke lokasi yang mengalami kekurangan air.
DAFTAR PUSTAKA McGhee, Terence. 1991. Water Supply and Sewerage. McGraw Hill, Inc, New York. Mays, L.W. and Y.K. Tung. 1992. Hydrosistem Enggineering and Management. McGraw Hill, Inc, New York. O’Connor, Patrick. 1995. Practical Reliability Engineering. John Willey and Sons, Inc, New York. Pemerintah Daerah Kota Semarang, Perusahaan Daerah Air Minum. 1998. Semarang Urban Development Project (SUDP) IBRD Loan No. 3749-0.IND. Semarang.
Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2000. Technical Assistance and Improved Managemant of Water Supply Through Public Private Partnership in Greater Semarang. Semarang. Suharyanto & Pranoto S.A. 1999. Analisa Pelayanan Jaringan Air Bersih. Media Komunikasi Teknik Sipil, BMPTTSSI, Edisi Desember 1999. Suharyanto, Sugiyanto, Nasrullah, Sri Sangkawati. 1999. Peningkatan Efisiensi dan Tingkat Layanan Pengoperasian Jaringan Air Bersih. Laporan Penelitian, EEDP Batch III 1998/1999. Sutrisno, Totok., dkk. 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Tung,
Y.K. 1985. Evaluation of Water Distribution Network Reliability. Proceeding of The ASCE Hydraulic Division Speciality Conference, Orlando, Florida.
Analisis Unjuk Kerja Layanan Air Bersih PDAM Tirta Moedal di Perumnas Banyumanik Kota Semarang – Suntari
83
84 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 10 – Januari 2008, hal: 75 – 84