Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id
ANALISIS TINGKAT SELF DISCLOSURE SISWA SMP MAARIF NU PANDAAN Oleh : Azmy Hajidah Dosen Pembimbing : Drs. H. Yahya, M.A Kata kunci : self disclosure, kedalaman self disclosure, keluasan self disclosure, orang yang dituju dalam self disclosure (target), jenis kelamin (gender), remaja. I.
Pendahuluan Beberapa permasalahan yang biasanya terjadi saat di sekolah khususnya pada saat proses konseling adalah saat para siswa tidak mau mengungkapkan diri. Padahal pengungkapan diri tersebut akan sangat membantu dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh para siswa/siswi tersebut dan membantu interaksi sosial mereka. Proses interaksi sosial sehari-hari ataupun saat sesi konseling di sekolah, baik guru maupun orang tua sebenarnya menginginkan agar semua anak mereka bisa melakukan pengungkapan diri dengan baik karena hal itu akan sangat membantu dalam memantau perkembangan sosial anak. Terlebih pada kondisi pergaulan yang saat ini banyak memunculkan kasus-kasus kriminal yang melibatkan remaja sebagai pelakunya. Bahkan banyak dari orang tua yang baru mengetahui permasalahan anaknya dari pihak sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa para remaja tersebut tidak bersikap terbuka pada orang tua mereka. Pengungkapan diri ini juga sangat diperlukan oleh para guru yang ada di sekolah untuk memudahkan dalam mengatasi permasalahan yang dialami para remaja. Akan tetapi sebagian besar para remaja tersebut susah untuk mengungkapkan hal-hal mengenai dirinya. Berkaitan dengan hal ini, ada tambahan informasi dalam proses konseling di sekolah bahwa mayoritas siswi perempuan lebih mampu untuk mengungkapkan dirinya dibandingkan siswa laki-laki. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri tersebut, beberapa diantaranya adalah berdasarkan target (orang yang dituju) dan jenis kelamin (gender). Berdasarkan problematika diatas, maka masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat self disclosure siswa baik dari aspek kedalaman, keluasan, orang yang dituju dan jenis kelamin para remaja yang merupakan siswa-siswi SMP Maarif NU Pandaan.
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id
II.
Kajian Pustaka 1. Remaja Masa remaja tidak hanya mempertimbangkan mengenai usia, namun juga pengaruh sosio-historis. Maka dengan demikian, masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kogitif, dan sosio-emosional. Perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional yang dialami remaja dapat berkisar mulai dari perkembangan fungsi seksual hingga proses berpikir abstrak hingga kemandirian. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. 1 2. Self Disclosure Pengungkapan diri (self disclosure) merupakan tindakan menyampaikan informasi pribadi kepada orang lain yang melibatkan pikiran, perasaan, dan keinginan. Informasi pribadi yang dimaksud adalah informasi tentang diri sendiri yang mempunyai tiga dimensi yaitu keluasan (breath), kedalaman (depth), dan orang yang dituju (target person). Self disclosure melibatkan konsekuensi positif dan negatif. Keputusan untuk mengungkapkan diri bersifat individual dan didasarkan pada beberapa pertimbangan. Dalam pengungkapan diri, peran gender juga turut mempengaruhi pengungkapan diri seseorang, sehingga dalam penelitian ini juga membahas adakah perbedaan antara laki-laki dan perempuan terhadap masing-masing target self disclosure. Dalam membangun hubungan interpersonal antar individu dengan individu lainnya, perlu adanya komunikasi yang baik dalam melakukan self disclosure. Menurut Jalaluddin Rakhmat, ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal yaitu percaya (trust). Keuntungan dari “percaya” yaitu akan meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikasi untuk mencapai maksudnya.2 Adapun menurut Deustch (dalam Jalaluddin Rakhmat), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan yang salah satunya adalah kejujuran. Ketidakjujuran akan menimbulkan ketidakpercayaan,
1 2
John W. Santrock, Remaja (Edisi . XI, Jilid. I, Jakarta: 2007)., hlm. 20. Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id
sebaliknya keterbukaan akan mendorong orang lain percaya. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga, ini membuat orang lain untuk percaya. Seseorang tidak menaruh
kepercayaan
kepada
orang
yang
tidak
mau
jujur
atau
sering
menyembunyikan isi hatinya atau menutupi pendapat dan sikapnya denga lambinglambang verbal dan non verbal. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga (dipredicable). Hal ini mendorong seseorang percaya pada orang lain atau sebaliknya. 3
III.
Metode Rancangan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dan inferensial. Teknik sampling yang digunakan adalah sampel bertujuan atau purposive sample. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi dalam jumlah sama yang tinggal bersama kedua orang tuanya.
Adapun metode pengumpulan
datanya menggunakan wawancara, skala, dokumentasi dan observasi. Dan untuk analisis datanya menggunakan analisis deskriptif dan analisis uji beda dua kelompok student’s t-test Sedangkan untuk validitas dan reliabilitasnya menggunakan alpha cronbach yang diolah dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. IV.
Hasil Berdasarkan hasil analisis pada kedalaman pengungkapan diri memiliki dua kategori yaitu, 6% siswa berada kategori “sedang”, dan 94% berada pada kategori “rendah”. Sehingga dengan demikian maka dapat diketahui bahwa mayoritas siswa mempunyai kedalaman self disclosure dalam kategori rendah. Maka jika para siswa tersebut memiliki self disclosure yang rendah, berarti mereka tidak siap untuk menanggung resiko jika bersikap terbuka terhadap target-target self disclosure tertentu. Meskipun mereka tahu bahwa dengan melakukan self disclosure akan meningkatkan hubungan interpersonal.4 Sedangkan untuk keluasan pengungkapan diri memiliki tiga kategori yaitu, 35% berada pada kategori “tinggi”,54% berada pada kategori “sedang”,dan 11% berada pada kategori “rendah”. Jadi mayoritas siswa berada pada kategori sedang pada keluasan self disclosure mereka. Pada kedalaman self disclosure, tidak ada perbedaan
3 4
Ibid, Hal. 133 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id
dalam pengungkapan diri antara laki-laki dan perempuan pada target ayah, ibu, dan teman laki-laki. Akan tetapi, ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada target teman perempuan dan guru BK. Adapun pada dimensi keluasan, pada target ayah dan ibu, antara kelompok laki-laki dan perempuan menunjukkan tidak ada perbedaan keluasan self disclosure. Sedangkan antara laki-laki dan perempuan pada target teman laki-laki, teman perempuan dan guru BK diketahui ada perbedaan. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa meskipun mayoritas tingkat kedalaman self disclosure siswa-siswi kelas VIII SMP Maarif NU Pandaan berada pada kategori rendah, tetapi mereka cukup terbuka pada topik pembicaraan secara lebih luas. V.
Penutup Berdasarkan analisis data yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa tingkat self disclosure siswa-siswi SMP Maarif NU Pandaan mayoritas berada pada kategori rendah, sedangkan pada keluasan self disclosure mayoritas berada pada kategori sedang. Pada kedalaman self disclosure, tidak ada perbedaan dalam pengungkapan diri antara laki-laki dan perempuan pada target ayah, ibu, dan teman laki-laki. Jadi, baik kelompok laki-laki maupun perempuan memiliki kesamaan pada dimensi kedalaman pengungkapan diri mereka terhadap target tersebut. Pada ayah, laki-laki maupun perempuan mempunyai kesamaan dalam mengungkapkan dirinya, baik kedalaman itu bersifat sangat lengkap dan detail ataupun secara umum saja. Begitu juga pada target teman laki-laki, baik kelompok laki-laki maupun kelompok perempuan memiliki kesamaan ketika mengungkapkan diri mereka pada teman lakilaki, baik kedalaman itu bersifat detail dan lengkap atau mungkin bersifat umum saja. Akan tetapi, ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada target teman perempuan dan guru BK. Diketahui bahwa kelompok perempuan mengungkapkan dirinya secara lebih mendalam dibandingkan kelompok laki-laki pada target teman perempuan mereka. Dan pada guru BK, kelompok perempuan juga mengungkapkan dirinya secara lebih dalam dibandingkan kelompok laki-laki. Adapun pada dimensi keluasan, pada target ayah dan ibu, antara kelompok laki-laki dan perempuan menunjukkan tidak ada perbedaan keluasan self disclosure. Maka dengan demikian dapat diketahui bahwa keluasan pembicaraan atau topik
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id
pembicaraan antara kelompok laki-laki dan perempuan adalah sama. Sedangkan antara laki-laki dan perempuan pada target teman laki-laki, teman perempuan dan guru BK diketahui ada perbedaan. Kelompok laki-laki lebih mengungkapkan dirinya dibandingkan kelompok perempuan. Jadi kelompok laki-laki lebih luas topik pembicaraannya dibandingkan dengan kelompok perempuan pada target self disclosure teman laki-laki. Adapun pada target teman perempuan, kelompok perempuan lebih mengungkapkan dirinya dibandingkan kelompok laki-laki. Jadi kelompok perempuan lebih luas topik pembicaraan jika target self disclosure adalam teman perempuan. Sedangkan pada target guru BK, kelompok perempuan merupakan kelompok yang lebih mengungkapkan dirinya dibandingkan kelompok laki-laki. Jadi dengan demikian, kelompok perempuan lebih luas topik pembicaraannya kepada guru BK dibandingkan kelompok laki-laki.