JURNAL TUGAS AKHIR
ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PADA SIMPANG EMPAT BERSINYAL DI JALAN VETERAN SELATAN
DISUSUN OLEH :
ULFAH DWI NINGRUM D121 11 904
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016
ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PADA SIMPANG EMPAT BERSINYAL DI JALAN VETERAN SELATAN 1
1
Ulfah Dwi NIngrum, 2Muralia Hustim, 2Amiruddin Basir Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan teknik Sipil, Universitas Hasanuddin 2 Dosen Pengajar Prodi Teknik Lingkungan Jurusan, Universitas Hasanuddin
ABSTRAK: Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Veteran Selatan, tepatnya di simpang empat Jl. Veteran Selatan – Jl. Landak, simpang empat Jl. Veteran Selatan – Jl. Sungai Saddang, dan simpang empat Jl. Veteran Utara – Jl. Kerung-kerung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kebisingan pada 3 titik pengamatan, serta memprediksi tingkat kebisingan dengan menggunakan metode CoRTN (Calculation of Road Traffic Noise). Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan selama 12 jam dari pukul 06.00 sampani dengan pukul 18.00 dengan pengambilan sampel selama 10 menit per jam menggunakan SLM tipe TM-103. Sedangkan untuk prediksi hasil kebisingan digunakan variabel data kecepatan kendaraan dan data volume kendaraan. Hasil tingkat kebisingan yang diperoleh berkisar 80 dB, berada diatas baku mutu tingkat kebisingan untuk kawasan pemerintahan dan fasilitas umum yaitu 70 dB. Hasil prediksi tingkat kebisingan dengan menggunakan metode CoRTN mencapai 77,19 dB. Dari hasil pengukuran tersebut terdapat perbedaan nilai dikarenakan beberapa faktor, kemungkinan karena ada beberapa bunyi yang ditangkap oleh alat SLM, sedangkan bunyi yang ditangkap tidak masuk dalam perhitungan metode CoRTN. Dari hasil penelitian ini perlu diadakan antisipasi dengan mengadakan alat peredam kebisingan disekitar simpang bersinyal Jalan Veteran Selatan dan merencanakan tata ruang perkotaan yang sehat dan nyaman. Kata Kunci : kebisingan, tingkat kebisingan, simpang bersinyal, CoRTN.
ABSTRACT: This research carried out in Jalan Veteran Selatan, right in signalized intersection of Jalan Veteran Selatan – Jalan Landak, Jalan Veteran Selatan – Jalan Sungai Saddang, and Jalan Veteran Selatan – Jalan Kerung-Kerung. This research aim to analyse noise rate in 3 point of observations, and also to predict noise rate using CoRTN (Calculation of Road Traffic Noise) method. The measurement of noise rate carried out for 12 hours from 6 a.m to 6 p.m with sampling every 10 minutes per hour using SLM type TM-103. Whereas to predict noise result used data variable of vehicles speed and data of vehicles volume. The noise result is around 80 dB, over the quality standards of noise rate for government and public facilities which is 70 dB. The prediction result of noise rate using CoRTN method attain 77,19 dB. Based on that measurement result occur value differences because some factors, perhaps because there are some sounds that catched by SLM but do not include in CoRTN method calculation. From this research it is necessary to do anticipation with arrange the noise silencer around signalized intersection of Jalan Veteran Selatan and plan healthy and comfortable urban spatial. Key Words : noise, noise rate, signalized intercention, CoRTN.
PENDAHULUAN Kendaraan bermotor bagi manusia adalah salah satu alat yang paling dibutuhkan sebagai media transportasi dalam menunjang dan mendukung aktivitas sehari-harinya baik yang digunakan secara pribadi maupun umum. Kendaraan bermotor membuat efisiensi waktu dan tenaga karena diciptakan memang untuk membantu aktivitas manusia. Hal ini membuat kendaraan bermotor adalah sarana transportasi yang paling dominan di perkotaan Indonesia ditandai dengan peningkatan penjualan produk kendaraan bermotor dipasaran.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencatat dimana pertumbuhan kendaraan berotor pada tahun 2012 sebanyak 12%. Sedangkan pertumbuhan jalan nasional kurang dari 3% per tahun (Muralia Hustim, 2012). Kondisi ini terjadi hampir diseluruh kota-kota besar di Indonesia termasuk salah satunya adalah Kota Makassar. Persimpangan menjadi bagian yang harus diperhatikan dalam rangka melancarkan arus transportasi di perkotaan karena keberadaan persimpangan tidak dapat dihindari pada sistem transportasi perkotaan. Keberadaan persimpangan harus dikelola
dengan cermat sehigga didapatkan suatu simpang yang baik. Hal yang dapat dilakukan untuk memperoleh kelancaran pergerakan tersebut adalah dengan menghilangkan konflik pada persimpangan. Dan salah satu konflik yang terdapat pada persimpangan adalah kemacetan. Pada beberapa kasus kebisingan persimpangan di jalan – jalan utama, peristiwa adanya pengumpulan kendaraan yang bergerak pada satu simpang bersinyal dapat menghasilkan bunyi suara yang tidak diinginkan. Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk menganalisis tingkat kebisingan pada simpang - simpang bersinyal yang berada di Kota Makassar. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa tingkat kebisingan rata-rata di pinggir jalan di Kota Makassar mencapai 74 dB (Hustim dkk, 2011). Besarnya kebisingan ini telah melampaui standar lingkungan untuk kebisingan di Indonesia yaitu antara 55 dB hingga 70 dB sesuai dengan kawasan peruntukkannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kebisingan simpang empat bersinyal di Jalan Veteran Selatan dan untuk memprediksi tingkat kebisingan simpang empat bersinyal di Jalan Veteran Selatan dengan Metode CoRTN.
TINJAUAN PUSTAKA Menurut Abubakar, dkk., (1995), persimpangan adalah simpul pada jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan lintasan kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing-masing kaki persimpangan menggunakan ruag jalan pada persimpangan secara bersama-sama dengan lalu lintas lainnya. Persimpangan-persimpangan adalah merupakan faktor-faltor yang paling penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan, khususnya di daerah perkotaan. Kebisingan (noise) telah menjadi aspek yang berpengaruh di lingkungan kerja dan komunitas kehidupan yang sering kita sebut
sebagai polusi suara dan sering kali dapat menjadi bahaya bagi kesehatan. Kebisingan biasanya didefinisikan sebagai suara atau suara pada amplitudo tertentu yang dapat menyebabkan kejengkelan atau mengganggu komunikasi. Suara dapat diukur secara objektid sedangkan kebisingan merupakan fenomena yang subjektif (Bridger. 2005). Sumber bising dapat dibedakan berdasarkan aktivitas proses pembangunan, sifat, dan berdasarkan bentuk sumber suara. (Subaris, H dan Haryono 2008). Baku tingkat kebisingan yang diperuntukkan kawasan/ lingkungan kegiatan sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP48/MENLH/111996 adalah sebagai berikut: Tabel 1. Baku Mutu Tingkat Kebisingan Peruntukan Kawasan/ Lingkungan Kegiatan a. Peruntukan Kawasan 1. Perumahan 2. Perdagangan dan Jasa 3. Perkantoran dan Perdagangan 4. Ruang Terbuka Hijau 5. Industri 6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 7. Rekreasi 8. Khususnya: - Bandar Udara, Stasiun Kereta Api, dan Pelabuhan Laut - Cagar Budaya b. Lingkungan Kegiatan 1. Rumah Sakit atau sejenisnya 2. Sekolah atau sejenisnya 3. Tempat Ibadah atau sejenisnya
Tingkat Kebisingan dB (A) 55 70 65 50 70 60 70 70
60 55 55 55
Sumber: Himpunan Peraturan di Bidang pengendalian Dampak Lingkungan*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan Tahun 1996
Melalui SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP48/MEN.LH/11/1996 tanggal 25 November 1996, pemerintah Indonesia telah menetapkan baku tingkat kebisingan untuk lingkungan perkantoran dan perdagangan serta fasilitas umum adalah sebesar 60-65 dB (A). Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap manusia, baik gangguan auditori (gangguan pendengaran) maupun gangguan-gangguan nonauditori (gangguan fisioogis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, performa kerja menurun, kelelahan, dan stres). Model CoRTN merupakan model prediksi dan evaluasi tingkat kebisingan akibat lalu lintas yang dinyatakan dalam L10 atau Leq. Model CoRTN dapat digunakan di jalan perkotaan dan antara kota. Dalam perhitungannya, model ini telah mempertimbangkan beberapa faktor berpengaruh seperti volume dan komposisi kendaraan, kecepatan, gradien, jenis perkerasan, jenis permukaan tanah, jarak horizontal dan vertikal, kondisi lingkungan jalan dan kehadiran bangunan atau dinding penghalang kebisingan. (Teknik Lingkungan Unhas, 2014). Prosedur perhitungan dibagi kedalam bentuk persamaan matematis dan grafik, dan perhitungan dapat dipakai selama jarak dari sisi jalan tidak lebih dari 300 meter dan kecepatan angin di bawah 2 m/dt. (Teknik Lingkungan Unhas, 2014)
METODOLOGI Penelitian ini dilakukan di 3 simpang empat bersinyal sepanjang Jalan Veteran, yaitu Simpang Jl. Veteran Selatan – Jl. Landak, Simpang Jl. Veteran Selatan – Jl. Sungai Saddang, dan Simpang Jl. Veteran Utara – Jl. Kerung-Kerung. Waktu penelitian dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 25-27 Agustus 2015 selama 12 jam/hari dimulai dari pukul 06.0018.00 wita.
Jl. Veteran Utara Jl. Gunung
Jl. Kerung-
Salahutu
kerung Jl. Veteran Selatan
Gambar 1. Lokasi Simpang Jl. Veteran Utara – Jl. Kerung-kerung
Jl. Veteran Jl. Landak Lama Jl. Landak Baru
Jl. Veteran Selatan Gambar 2. Lokasi Simpang Jl. Veteran Selatan – Jl. Landak Jl. Veteran Selatan
Jl. Sungai Saddang Lama
Jl. Sungai Saddang Baru
Jl. Veteran Selatan Gambar 3. Lokasi Simpang Jl. Veteran Selatan – Jl. Sungai Saddang
Dalam buku “Calculation of Road Traffic Noise” yang diterbitkan oleh Departement of Transport, Weish Office, HMSO, 1998 tentang Requirenment for use with the Noise Insulation Regulations, disebutkan : 1.
2.
3.
Kombinasi dari tingkat kebisingan lalu lintas maksimum yang diperkirakan adalah tingkat kebisingan yang terjadi/relevan dari suatu jalan baru atau yang diperbaiki beserta lalu lintas yang lewat diatasnya maupun disekitarnya harus tidak boleh kurang dari tingkat kebisingan yang ditentukan (68 dB (A), L10-18jam)) Tingkat kebisingan yang terjadi/relevan paling kurang 1,0 dB (A) lebih besar dari tingkat kebisingan yang ada yatu total tingkat kebisingan lalu lintas yang terjadi sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau perbaikan jalan di mulai. Kontribusi terhadap kenaikan tingkat kebisingan yang terjadi/relevan dari suatu jalan baru atau yang telah diperbaiki minimal sebesar 1 dB (A).
Pembagian Ruas Jalan Dalam Beberapa Segmen Pada Penelitian
S dan lengan N diperpanjang atau diteruskan hingga memotong garis sumber W-E pada titik A dan B secara berurutan. Setiap lengan persimpangan dianggap sebagai segmen yang terpisah, dengan ketentuan bahwa titik A ditentukan sebagai batas antara segmen N, E dan S sementara B dianggap sebagai batas untuk segmen W. Dari Gambar dapat dilihat bahwa titik A dijadikan sebagai batas segmen N, E, dan S karena ketiga arus lalu lintas dari segmensegmen tersebut bertemu di titik A, sedangkan titik B dijadikan sebagai batasan segmen W karena arus lalulintas dari segmen W bertemu dengan arus lalu lintas di titik B. Garis sumber (source line) kebisingan dari masing-masing segmen ditentukan berdasarkan ketentuan bahwa garis sumber kebisingan berada 1,47 m dari tepi jalan terdekat dengan penerima.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kebisingan Lokasi 1 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kebisingan di simpang empat bersinyal Jalan Veteran Selatan – Jalan Landak. Penelitian dilakukan selama 12 jam mulai pukul 06.00 wita sampai pukul 18.00 wita dengan interval waktu 10 menit per jam. Sehingga data yang didapatkan sebanyak 600 data per jam. Dari nilai minimum dan maksimum tersebut dapat ditentukan range, jumlah kelas dan interval kelas, seperti di bawah ini:
Gambar 4. Pembagian Segmen di Persimpangan Setelah dibagi dalam beberapa segmen maka garis sumber efektif untuk persimpangan lengan S dan lengan N di perpanjang atau untuk persimpangan lengan
Gambar 5. Hubungan Antara Tingkat Kebisingan (dB) dan Frekuensi (%) pada jam pertama
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan antara 74.03 dB – 76.03 dB berada pada frekuensi tertinggi yaitu 24% dan tingkat kebisingan antara 92.12 dB – 94.12 dB berada pada frekuensi terendah yaitu 0.33 %. Berdasarkan perhitungan, maka akan didapatkan nilai L90, L50, L10, L1, dan Leq pada pukul 06.00 – 07.00 wita, sebagaimana dapat dilihat pada gambar 17. a. Simpang 1
b. Simpang 2
Dari grafik diatas, dapat dilihat pada gambar (a) yang merupakan lokasi pengamatan 1, perbandingan antara nilai hasil L90, L50, L10, L1 dan Leq pada masingmasing jam. Untuk L90 yang paling besar berada pada pukul 17.00-18.00, untuk L50 yang paling besar berada pada pukul 17.0018.00, untuk L10 yang paling besar berada pada pukul 17.00-18.00, untuk L1 yang paling besar berada pada pukul 11.00-12.00 dan, untuk Leq yang paling besar juga berada pada pukul 17.00-18.00. Pada gambar (b) yang merupakan lokasi pengamatan 2, untuk L90 yang paling besar berada pada pukul 16.00-17.00, untuk L50 yang paling besar berada pada pukul 16.00-17.00, untuk L10 yang paling besar berada pada pukul 13.0014.00, untuk L1 yang paling besar berada pada pukul 14.00-15.00, dan untuk Leq yang paling besar juga berada pada pukul 14.0015.00. Sedangkan pada gambar (c) yang merupakan lokasi pengamatan 3, untuk L90 yang paling besar berada pada pukul 7.008.00, untuk L50 yang paling besar berada pada pukul 11.00-12.00, untuk L10 yang paling besar berada pada pukul 11.00-12.00, untuk L1 yang paling besar berada pada pukul 12.00-13.00, dan untuk Leq yang paling besar juga berada pada pukul 7.008.00. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dalam perhitungan perngukuran diatas, Gambar 7. merupakan grafik hubungan antara hasil pengukuran dan standar baku mutu kebisingan.
c. Simpang 3
Gambar 6. Grafik Tingkat Kebisingan
Gambar 7. Hubungan antara LAeqday dan Baku Mutu
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa hasil pengukuran yang dilakukan di tiga lokasi penelitian telah melebihi dari nilai standar baku mutu maksimum yang telah ditetapkan yaitu 70 dB Pengukuran Volume Kendaraan Pada tahap ini, kita melakukan perhitungan jumlah volune kendaraan yang lewat atau melalui lokasi penelitian, dalam hal ini simpang 4 bersinyal Jl. Veteran Selatan – Jl. Landak (Lokasi 1), Jl. Veteran Selatan – Jl. Sungai Saddang (Lokasi 2), dan Jl. Veteran Utara – Jl. Kerung-kerung (Lokasi 3). Berikut Gambar 8. yang merupakan grafik untuk besaran volume kendaraan MC dan LV:
volume LV yang paling sedikit yaitu pada lokasi kedua yaitu 48.432 unit. Untuk type kendaraan ringan (HV) dapat dilihat pada gambar 9. di bawah ini:
Gambar 9. Volume Kendaraan HV Sementara itu untuk type kendaraan berat (HV) adalah kendaraan yang paling sedikit melalui lokasi penelitian. Volume HV yang paling banyak adalah dilokasi ketiga yaitu 224 unit, lalu dilokasi pertama sebanyak 202 unit, dan terakhir adalah lokasi kedua sebanyak 198 unit. Perhitungan Kecepatan Kendaraan
Gambar 8. Volume Kendaraan MC dan LV Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa volume kendaraan motor (MC) yang paling banyak adalah dilokasi ketiga yaitu Jl. Veteran Utara – Jl. Kerung-kerung dengan jumlah sebanyak 81.491 unit, lalu dilokasi kedua yaitu 78.114 unit. Dan volume MC yang paling sedikit yaitu lokasi pertama yaitu 70.036 unit. Sedangkan untuk type kendaraan ringan (LV) yang paling banyak juga berada pada lokasi ketiga yaitu 63.128 unit, lalu pada lokasi pertama yaitu 52.255 unit. Dan
Pada tahap ini, kita melakukan pengukuran kecepatan kendaraan yang melewati lokasi penelitian. Pengukuran dilakukan pada 30 kendaraan motor (MC), 30 kendaraan ringan (LV), dan kendaraan berat (HV) sebagai sampel pengukuran dengan menggunakan speed gun. Dari hasil perhitungan tabulasi kecepatan kendaraan, kemudian dirataratakan sehingga dihasilkan diagram seperti gambar 10 dibawah ini:
Gambar 10. Kecepatan Rata-rata Kendaraan Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata untuk type MC (motor) yang paling besar ada pada lokasi kedua yaitu sebesar 28,38 km/jam. Kemudian pada lokasi pertama yaitu sebesar 26,08 km/jam dan yang paling kecil ada pada lokasi ketiga yaitu 24,77 km/jam. Perhitungan Prediksi Kebisingan dengan Menggunakan Metode CoRTN Perhitungan prediksi kebisingan dengan metode Calculation of Road traffic Noise (CoRTN) dilakukan dengan menentukan volume kendaraan dan kecepatan rata-rata kendaraan. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan antara hasil pengukuran dan prediksi CoRTN, dapat dilihat pada gambar 11. berikut:
Dari gambar di atas, dapat dilihat perbandingan antara hasil perhitungan antara Laeqday, prediksi dengan menggunakan CoRTN, dan baku mutu yang ditetapkan. Hasil pengukuran menunjukkan angka paling besar dibandingkan dengan prediksi CoRTN yaitu masing-masing 82,71 dB , 81,20 dB , dan 81,73 dB. Sedangkan untuk hasil prediksi CoRTN masing-masing 77,33 dB , 77,20 dB , dan 77,05 dB dimana baku mutu yang ditetapkan hanya sampai pada 70 dB. Adapun hasil RMSE pada pengukuran ini diperoleh hasil 4,72 dengan korelasi pearson sebesar 0,61. Semakin kecil nilai RMSE, maka seharusnya semakin besar nilai pearson. Hal ini menandakan bahwa data yang diperoleh dari pengukuran maupun prediksi sudah mendekati keakuratan.
PENUTUP
Gambar 11. Grafik Perbandingan antara LAeqday, Prediksi, dan Baku Mutu
Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil pengamatan dan analisis tingkat kebisingan pada simpang empat Veteran Selatan, sebagai berikut : 1. Dari hasil pengamatan dan analisis tingkat kebisingan di Jalan Veteran, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan di Jalan Veteran yang dimana dibagi menjadi 3 lokasi yaitu Jl. Veteran Selatan – Jl. Landak (Lokasi 1), Jl. Veteran Selatan – Jl. Sungai Saddang (Lokasi 2), dan Jl.
2.
Veteran Utara – Jl. Kerung-kerung (Lokasi 3) mencapai nilai 80 dB. Hal ini melebihi 10 dB dari standar baku mutu kebisingan untuk kawasan pemerintahan dan fasilitas umum yang hanya 70 dB. Tingkat kebisingan yang diukur dengan menggunakan metode Calculation of Road Traffic Noise (CoRTN) yaitu mencapai 77,19 dB. Dari hasil pengukuran tersebut terdapat perbedaan nilai dikarenakan beberapa faktor kemungkinan karena ada beberapa bunyi yang ditangkap oleh alat SLM, sedangkan bunyi yang ditangkap tidak masuk dalam perhitungan metode CoRTN. Adapun hasil RMSE pada pengukuran ini diperoleh hasil 4,72 dengan korelasi pearson sebesar 0,61. Semakin kecil nilai RMSE, maka seharusnya semakin besar nilai pearson. Hal ini menandakan bahwa data yang diperoleh dari pengukuran maupun prediksi sudah mendekati keakuratan.
Saran 1.
Hasil tingkat kebisingan yang diperoleh dari penelitian ini melebihi standar baku mutu kebisingan yang telah ditetapkan. Hal ini bisa diantisipasi dengan mengadakan alat peredam kebisingan disekitar simpang bersinyal Jalan Veteran Selatan dan merencanakan tata ruang perkotaan yang sehat dan nyaman seperti penanaman pohon yang dapat mereduksi kebisingan pada kawasan Jalan Veteran. Dan kepada pihak kepolisian untuk menindak tegas pengguna knalpot yang tidak sesuai standar karena knalpot yang tidak sesuai dengan standar juga merupakan faktor kebisingan yang cukup besar. Serta merekomendasikan kepada pihak industri yang memproduksi kendaraan bermotor agar kedepannya menciptakan kendaraan yang ramah lingkungan (eco friendly).
2.
Hasil perhitungan prediksi yang berbeda dengan hasil pengukuran, hal ini disebabkan karena ada beberapa bunyi yang tidak tercover pada data prediksi CoRTN, namun ditangkap oleh SLM, seperti bunyi klakson dan bunyi-bunyi lain. Dengan demikian, maka disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memasukkan data yang belum menjadi variabel pada penelitian ini seperti bunyi klakson pada perhitungan prediksi agar hasil prediksi dan hasil pengukuran yang diperoleh lebih akurat, sehingga hasil RMSE nya juga lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA Abubakar. 1995. Dari http://ejournal.uajy.ac.id (diakses tanggal 21 September 2015) Alfurqoni. 2007. Dari http://digilib.itb.ac.id (diakses tanggal 25 Desember 2015) Bridger, R.S. 2005. Introduction to ergonomics (2nd ed). New York: Taylor & Francis. Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan hearing Conversation Program. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara. Department of Transport Welsh Office. 1988. Calculation of Road Traffic Noise. London : HMSO. Djalante, Susanti. 2010. Analisa Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya yang Menggunakan alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (Apil). Kendari : Universitas Halu Oleo. Hobbs. 1995. Dari http://e-journal.uajy.ac.id (diakses tanggal 21 September 2015).
International Labour Organization. 1996. Noise at Work. Geneva : Bureau for Worker’s Activities. ILO. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep.Men48/MEN.LH/11/1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan. Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kirmanto, D. 2012. Pedoman Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan Jalan. Indonesia : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2012 Mediastika, Christina. A. 2005. Akustika Bangunan Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta : Erlangga. Subaris, H. and Haryono. 2008. Hygiene Lingkungan Kerja. Yogyakarta : Mitra Cendekia Press Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: CV. Sagung Seto Teknik Lingkungan Universitas Hasanuddin. 2014. Modul Pengelolaan Kebisingan. Makassar : Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Wardhana, W.A. 1999. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset Wardika, I Ketut, I Gusti Putu. 2012. Analisis Kebisingan Lalu Lintas pada Ruas Jalan Arteri. Denpasar ; Fakultas Teknik Universitas Udayana.