ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI MORAL CERPEN TE BUKURO WO KAI NI 「手袋を買いに」
Karya Niimi Nankichi
Skripsi Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Ujian Sarjana Program S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Oleh : Ayu Mustika Yulianti NIM : 13050111150012 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013
i
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan sebenarnya, penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun tanpa mengambil bahan dari hasil penelitian untuk suatu gelar sarjana atau diploma di suatu universitas maupun hasil penelitian lain. Sejauh yang penulis ketahui, skripsi ini juga tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain, kecuali yang telah tercantum dalam rujukan dan daftar pustaka.Penulis bersedia menerima sangsi apabila terbukti melakukan penjiplakan.
Semarang,
November 2013
Ayu Mustika Yulianti 13050111150012
ii
HALAMAN PERSEUJUAN
Disetujui oleh Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Drs. Yudiono KS, SU NIP. 19481027 197603 1 001
Budi Mulyadi,S.Pd, M. Hum
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Program Studi Strata I Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang Pada hari
:
Tanggal
:
Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Ketua ………………………………
Drs. Yudiono KS, SU NIP. NIP. 19481027 197603 1 001
Anggota I ……………….……………...
Budi Mulyadi, S.Pd, M. Hum
Anggota II …………….………………..
Kyouji Honda, M. A
iv
MOTTODAN PERSEMBAHAN
"Kebanyakan orang mengatakan bahwa kecerdasanlah yang melahirkan seorang ilmuwan besar. Mereka salah, karakterlah yang melahirkannya.”( Albert Einstein)
( اإل سراء: ٣٦)
Artinya : “ Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenanganmu, dan agar tentram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah.
Tugas kita bukanlah untuk berhasil.Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.(Mario Teguh)
Kupersembahkan skripsi ini untuk: Allah SWT yang telah memberikan kenikamatan di setiap hidupku, pada orang tuaku tercinta mama , papa. Adik-adik ku Uut dan Alfin.Terutama terimakasih yang sangat besar untuk mamaku yang tidak pernah lelah mensuport dan mendoakan.Ayu sayang mama selamanya.Untuk teman-teman yang selalu menemaniku dalam keadaan apapun.
v
PRAKATA
Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah Hirobbil’alamin. Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahan segala nikmat dan karuniaNya. Salawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Amin Penulis juga panjatkan syukur alhamdulillah, karena hanya dengan keridho’an-Nya skripsi yang berjudul “Analisis Struklural dan Nilai Moral Cerpen Te Bokuro Wo Kai Ni 「手袋を買いに」” karya Niimi Nankichi dapat
terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada : 1. Bapak Drs. Agus Maladi Irianto, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang 2. Bapak Drs. Surono, S. U, selaku Ketua Jurusan Sastra dan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang 3. Ibu Nur Hastuti, S. S, M. Hum, selaku Dosen Wali Akademik Program Sastra dan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang
vi
4. Bapak Drs. Yudiono, KS, SU, selaku Dosen Pembimbing I, dan Bapak Budi Mulyadi, selaku Dosen Pembimbing II dalam Penulisan Skripsi ini. Terima kasih atas waktu, kesabaran, arahan, bimbingan, dan nasehatnya selama menjadi pembimbing. 5. Seluruh dosen Sastra dan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang yang telah membagikan ilmu yang bermanfaat. 6. Seluruh keluarga besar yang selalu mendoakan dan memotivasiku dalam segala hal, terima kasih. 7. Teman-teman di manapun kalian berada, terima kasih atas doa, dukungan, nasehat dan bantuannya selama ini, kebersamaan kita akan selalu menjadi bagian penting dalam perjalanan hidupku.
Sebagai manusia biasa, dengan segala kerendahan hati dan keterbatasannya, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun teknik penulisannya, karena penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Skripsi ini. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Semarang,20 November 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI HAL JUDUL……………………………………………………….
i
HAL PERNYATAAN……………………………………………..
ii
HAL PERSETUJUAN……………………………………………..
iii
HAL PENGESAHAN……………………………………………...
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………. v PRAKATA………………………………………………………….vi DAFTAR ISI………………………………………………………..viii ABSTRAKSI………………………………………………………..
x
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………
1
1.1 Latar Belakang ……………….……………………….
1
1.2 Rumusan Masalah ……………..……………………..
3
1.3 Tujuan Penelitian ……………….……………………
3
1.4 Manfaat …………………………….……………......
4
1.5 Ruang Lingkup ……………………..……………….
4
1.6 Metode Penelitian ………………….………………..
4
1.7 Sistematika Penulisan …………….…………………
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 2. 1 Tinjauan Pustaka …………………………………...
viii
6 6
2. 2 Pendekatan Struktural ………………………………..
9
2. 3 Pendekatan Sosiologi Sastra ........................................
12
2. 4 Pengertian Nilai Moral .................................................
14
BAB III ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI MORAL CERPEN TE BUKURO WO KAI NI .......................................................
21
3.1 Ringkasan Cerita ……………………………………..
21
3.2 Struktur Yang Membangun Cerpen Te Bukuro Wo Kai Ni
22
3.2.1
Tema .........................................................
22
3.2.2
Tokoh ........................................................
23
3.2.3
Alur ...........................................................
33
3.2.4
Latar ..........................................................
34
3.2.5
Amanat .......................................................
41
3.3 Nilai Moral Dalam Cerpen Te Bukuro Wo Kai Ni ......
44
3.3.1 Kejujuran....................................................
45
3.3.2 Bertanggung Jawab ....................................
46
3.3.3 Keberanian .................................................
49
BAB IV SIMPULAN………………………………………………. 52 DAFTAR PUSTAKA YOUSHI LAMPIRAN BIODATA
ix
ABSTRACT
Yulianti, Mustika Ayu. “Analisis Struklural dan Nilai Moral Cerpen Te Bokuro Wo Kai Ni 「手袋を買いに」Karya Niimi Nankichi”. Thesis.Department of Japanese Studies Faculty of Humanities.Diponegoro University.The First Advisor Drs. Yudiono KS, SU.The Second Advisor Budi Mulyadi, S. S, M. Hum. The purpose of this research is analyze the structural analysis and moral gradedof the short story Te Bokuro Wo Kai Ni. The data used in this research is the short story Te Bokuro Wo Kai Ni, published by Niimi Nankichi in the literature anthology in 1986. The theory used in used to analyze the second theory used This theory is used story.
this research is the analysis of moral values. This theory is attitude of leaders of the short story Bokuro Wo Kai Ni. The in this study is a structural theory by Burhan Nurgiyantoro. to analyze the theme, plot, setting and message in this short
Keywords :Te Bokuro Wo Kai Ni, Cerpen, Analisis Struklural dan Nilai Moral
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya imajinatif hasil ciptaan manusia yang bersifat kreatif estetik.Selain itu karya sastra juga menampilkan gambaran kehidupan.Karya sastra tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan tetapi juga berisi pesan-pesan yang ingin disampaikan berupa pendidikan moral yang digambarkan melalui sikap maupun tingkah laku dari tokoh-tokoh dalam cerita tersebut.Menurut Nurgiyantoro, (2007; 321) moral merupakan suatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, yang merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna yang disarankan lewat cerita. Seperti karya sastra pada umumnya, karya sastra anak pun dibedakan atas prosa, puisi dan drama.Ketiga karya sastra tersebut mempunyai ciri-ciri tersendiri dalam penyajiannya.Prosa dalam karya sastra modern lebih dikenal dengan istilah cerita rekan (cerkan).Disebut cerkan karena direka oleh pengarang berdasarkan kenyataan yang diimajinasikan. Menurut Sudjiman (1988:12), semua cerita rekaan ada kemiripan dengan sesuatu kehidupan ini karena bahannya diambil dari pengalaman hidup. Macam-macam cerita rekaan dalam karya sastra moderen antara lain novel, novella (cerita pendek panjang), dan cerita pendek (cerpen). Cerpen adalah cerita yang pendek yang memusatkan pada satu situasi dan setetika intinya konflik (Noor,2009:26).
1
2
Sama seperti karya sastra pada umumnya cerpen pun sangat sarat dengan dengan pendidikan moral yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi anak untuk belajar memahami kehidupan secara sederhana.Karya sastra anak, baik itu berupa cerpen, puisi, ataupun drama, biasanya menggunakan tema yang mendidik, dengan alur yang tidak berbelit-belit, tokoh dan penokohannya yang memberi tauladan. Cerpen biasanya merupakan gambaran hidup sang pengarang atau sebuah cerita yang menyangkut masalah kehidupan manusia lain, yang dituangkan dalam sebuah tulisan. Ada pula cerpen yang dibuat berdasarkan kisah fiksi belaka.Isi cerpen yang dibuat baik yang cerita fiksi maupun berdasarkan kisah nyata, biasanya terkandung beberapa amanat dan pesan kehidupan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya. Indonesia dan Jepang merupakan contoh negara yang banyak melahirkan cerpen untuk anak-anak. Cerpen-cerpen tersebut diterbitkan dalam sebuah buku, media cetak (seperti : Koran, majalah, dan bukubuku), internet serta ada yang dikemas dalam sebuah antologi kesusastraan. Dari sekian banyak cerpen yang diterbitkan di Jepang salah satu cerpen yang terkenal adalah Tebukuro Wo Kai Ni (Membeli Kaos Tangan) karya Niimi Nankichi. Tebukuro Wo Kai Ni adalah sebuah cerpen anak fiksi fantasi yang menampilkan tokoh-tokoh imajinatif yang tidak ada dalam kehidupan realitas. Cerpen ini menceritakan tentang seekor induk rubah yang
3
mencemaskan anaknya, karena anaknya ingin membeli sebuah sarung tangan kepada manusia. Induk rubah cemas takut anaknya ditangkap oleh manusia, sehingga sebelum anaknya pergi membeli kaos tangan, ia banyak memberi nasehat agar berhati-hati terhadap manusia, karena manusia dianggap sebagai makhluk jahat. Cerpen tersebut banyak mengandung pesan moral yang berguna bagi pembaca. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang pesan moral apa saja yang terkandung dalam cerpen Tebukoro Wo Kai Ni( 手袋を買いに).
B. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah struktur yang membangun cerpen Tebukuro Wo Kai Ni karya Ni imi Nankichi? 2. Nilai moral apakah yang terkandung dalam cerpenTebukuro Wo Kai Ni karya Ni imi Nankichi? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas,tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun cerpen Tebukuro Wo Kai Nikarya Ni imi Nankichi.
4
2. Mendeskripsikan nilai moral yang terkandung dalam cerpen Tebukuro Wo Kai Nikarya Ni imi Nankichi. D. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan wawasan yang luas bagi para pembacanya mengenai karya sastra itu sendiri maupun dari segi analisis nilai moral yang terkandung pada cerpen ini. E. Ruang Lingkup Pembatasan masalah dalam penelitian ini akan difokuskan pada analisis nilai moral cerpen Tebukuro Wo Kai Nidan unsur intrinsik yang membangun karya sastra tersebut. F. Metode Penelitian Penelitian karya sastra ini menggunakan metode pendekatan struktural yang berupa tema, tokoh dan penokohan, alur (plot), latar (setting), amanat dan memfokuskan pada nilai moral cerpen Tebukuro Wo Kai Ni.Langkah awal yang dilakukan penulis adalah mengumpulkan data-data, yaitu mencari data primer berupa cerpen Tebukuro Wo Kai Ni, dan mencari data sekunder yang berupa buku-buku tentang teori sastra, dan pustaka lainnya serta data – data yang berasal dari internet yang relevan dengan penelitian ini. Langkah selanjutnya adalah menerjemahkan isi cerpen tersebut ke dalam Bahasa Indonesia. Setelah memahami isi ceritanya, penulis menganalisis cerpen tersebut dengan menggunakan pendekatan struktural dan mencari nilai-nilai moral dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang terkandung dalam cerpen
5
Tebukuro Wo Kai Ni, dengan mengacu pada teori-teori yang didapatkan dalam buku-buku maupun dari internet. Langkah terakhir yang dilakukan yaitu menyajikan hasil analisis cerpen tersebut. G. Sistematika Penulisan Bab 1 Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, metode penelitian dan sistematika penulisan itu sendiri. Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi tentang landasan teori-teori yang digunakan untuk menganalisis cerpen ini,dan metode yang digunakan dalam penelitian Bab 3 Analisis Cerpen Tebukuro Wo Kai Ni, akan menguraikan analisis cerpen ini melalui pendekatan struktural, yaitu tentang analisis unsur intrinsiknya, serta nilai moral yang terkandung dalam cerpen Tebukuro Wo Kai Ni Bab 4Penutup, berisi tentang simpulan sementara hasil penelitian cerpen tersebut. Kemudian ditutup dengan daftar pustaka.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Banyak karya baik berupa prosa, puisi maupun drama yang dijadikan sebagai objek penelitian oleh mahasiswa khususnya jurusan sastra.Dari jenis karya sastra tersebut yang banyak dijadikan objek penelitian adalah prosa.Hal tersebut terlihat dari karya-karya mahasiswa khususnya jurusan sastra berupa skripsi maupun tesis.Kecenderungan peneliti lebih memilih karya sastra prosa untuk dijadikan objek penelitian, selain karena prosa berisi tentang gambaran kehidupan seharihari, juga prosa lebih mudah untuk diteliti serta dapat mengajak pembaca untuk berimajinasi dan berkreativitas. Selain sebagai hiburan, karya sastra pun dapat dijadikan sebagai media pendidikan yang efektif baik untuk anak-anak maupun dewasa.Setiap karya sastra baik dari Indonesia maupun dari Jepang, pasti memiliki pesan moral yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.Apalagi karya sastra anak banyak memberikan pesan moral kepada pembacanya. Salah satu karya sastra anak di Jepang yang sarat dengan pesan moral, ialah sebuah cerpern anak yang berjudul Tebukuro Wo Kai Ni karyaNiimi Nankichi. Cerpen tersebut dijilid dalam buku yang berjudul Gongitsune Niimi Nankichi Yuuzuru Kinoshita Junji pada tahun 1986. Cerita Tebukuro Wo Kai Ni mengajarkan nilai-nilai moral yang pantas dijadikan untuk sarana pendidikan anak, seperti nilai keberanian, nilai kebajiakan, nilai kepatuhan, nilai bertanggung jawab, dan nilai kesopanan.
6
7
Selain cerita Tebukuro Wo Kai Ni, banyak karya sastra tradisional Jepang mengajarkan tentang ajaran-ajaran moral misalnya cerpen Guri To Gura no Kaisuiyoku, dan lain-lain. Adapun dalam kaitannya dengan penelitian, meskipun terdapat beberapa hasil penelitian karya sastra mengenai nilai moral, akan tetapi sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti nilai moral pada cerpen anak Tebukuro Wo Kai Ni. Sebagian nilai moral yang dibahas dalam penelitianpenelitian menggunakan objek karya sastra lain seperti novel. Namun bila dilihat dari objek karya sastra anak, terdapat beberapa penelitian mengenai nilai moral, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Mardiah Rahman mahasiswi Fakultas Sastra Jepang Universitas Padjadjaran. Mardiah Rahman meneliti sebuah cerita rakyat Jepang berjudul Urashima Tarou, Shitakiri Suzume, dan Hanasaka Jijii.Dalam penelitiannya dijelaskan tentang salah satu nilai moral orang Jepang yang merupakan karakter budaya orang Jepang, yaitu cerminan ongaeshi atau balas budi yang dilakukan oleh seseorang yang telah ditolong. 2.2
Pendekatan Struktural Pendekatan struktural berpijak pada karya sastra itu sendiri dan lepas dari
segala yang berada di luar karya sastra. Menurut Teeuw (1984), karya sastra dipandang sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca. Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur yang berhubungan.
8
Karya sastra terdiri dari dua unsur, intrinsik dan ekstrinsik.Intrinsik merupakan unsur yang terdiri dari tema, alur, tokoh, latar dan amanat.sedangkan ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra yang menghubungkan karya sastra dengan sosial masyarakatnya. Menurut Redyanto, segi-segi ekstrinsik teks sastra adalah segi-segi atau unsur-unsur sosial diluar teks sastra yang membangun totalitas makna sebuah teks sastra (2005:23). Kedua unsur ini tersusun secara struktural yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu pendekatan struktural merupakan tahap penting dalam penelitian karya satra untuk mendapatkan makna karya sastra itu secara keseluruhan. 2.2.1 Unsur-Unsur Intrinsik Karya Sastra Burhan Nurgiantoro dalam Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak (2010:221) menjelaskan bahwa unsur intrinsik adalah unsur unsur cerita fiksi yang secara langsung berada di dalam, menjadi bagian dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur-unsur intrinsik dalam cerita fiksi anak berupa tema, tokoh dan penokohan, alur (plot), latar (setting), amanat. Berikut penjelasannya: 2.2.1.1 Tema Tema dalam cerita fiksi adalah ide yang medasari suatu cerita berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca
9
baru dapat memahami tema bila mereka telah selesai memahami unsur-unsur signifikan yang menjadi media pemapar tema tersebut (Aminuddin,1987:91) Tema itu sendiri lazimnya berkaitan dengan berbagai permasalahan kehidupan manusia karena sastra berbicara tentang berbagai aspek masalah kemanusiaan: hubungan manusia dengan tuhannya, manusia dengan diri sendiri, manusia dengan sesama, dan manusia denganlingkungan alam. Walau demikian tokoh-tokoh cerita “pembawa tema” tidak harus berwujud tokoh manusia, melainkan juga dapat binatang atau makhluk dan benda lainya. 2.2.1.2 Tokoh dan Penokohan Tokoh cerita dimaksud sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur balik sebagai pelaku maupun penderita peristiwa yang diceritakan. Dalam cerita fiksi anak tokoh cerita tidak harus berwujud manusia, seperti anak-anak atau orang dewasa lengkap dengan nama dan karakternya, melainkan juga dapat berupa binatang atau suatu objek yang lain yang biasanya merupakan bentuk personifikasi manusia. Abrams (vis Nurgiantoro,2005:165) mengemukakan bahwa tokoh cerita (character) dapat dipahami sebagi seseorang yang ditampilkan dalam teks cerita naratif (juga drama) yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu sebagaimana yang diekspresikan lewat kata-kata dan ditunjukan dalam tindakan.
10
2.2.1.3 Alur (plot) Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagianbagian keseluruhan bagian fiksi (Semi, 1988:43), maka alur itu merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita (Aminuddin, 1987:83). Alur atau plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa yang lain, bagaimana tokoh yang digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu yang semuanya terikat dalam suatu kesatuan waktu. 2.2.1.4 Latar (setting) Bersama dengan unsur tokoh dan alur cerita, unsur latar merupakan sebuah fakta cerita yang secara konkret dapat ditemukan dalam cerita fiksi.Latar (setting) dapat dipahami sebagai landas tumpu berlangsungnya berbagai peristiwa dan kisah yang diceritakan dalam cerita fiksi tidak dapat terjadi begitu saja tanpa kejelasan landas tumpu.Terutama untuk cerita fiksi anak yang dalam banyak hal memerlukan rincian konkret yang lebih menjelaskan “apa dan bagaimana” nya berbagai peristiwa yang dikisahkan.
11
Unsur latar dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial. a) Latar tempat, menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita. Unsur tempat yang digunakan biasanya dengan nama-nama tempat tertentu. b) Latar waktu, berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi c) Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 2.2.1.5 Amanat atau pesan moral Moral, amanat dapat dipahami sebagi sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca.Sesuatu itu selalu berkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik.Moral berurusan dengan masalah baik atau pun buruk.Untuk cerita fiksi anak, istilah moral disampaikan bahkan dipahami secara lebih konkret sebagi mengajarkan.Hal tersebut dikarenakan cerita fiksi hadir dan ditulis sebagai salah satu alternatif memberikan pendidikan kepada anak melalui cerita. 2.2.2 Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya
12
sastra. Atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian didalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh (untuk tidak dikatakan: cukup menentukan) terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan (Nurgiyantoro, 2012:23-24). Wellek & Warren (melalui Nurgiyantoro, 2012:24) mengatakan bahwa Seperti halnya unsur intrinsik, unsur ekstrensik juga terdiri dari sejumlah unsur. Unsur-unsur yang dimaksud antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Pendek kata, unsur biografi pengarang akan turut menentukan corak karya yang dihasilkannya.
2.3
Pendekatan Sosiologi Sastra
Sosiologi merupakan ilmu masyarakat yang menghubungkan manusia dengan kehidupannya. Tentang cara manusia berinteraksi sosial dan cara manusia beradaptasi dengan lingkungannya merupakan objek kajian ilmu sosiologi. sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Karenanya asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu yang mampu merefleksikan zamannya (Endraswara,2008:77). Pengertian sosiologi sastra menurut Dick Darmono.Redyanto berpendapat bahwa:
(2007:89)
mengutip
Hartoko dan Sapardi Joko
pendapat
Hartoko
(1986:129)
13
Sosiologi sastra adalah cabang ilmu yang mempelajari sastra dalam hubungannya dengan kenyataan social.Kenyataan sosial mencakup konteks pengertian pengarang dan pembaca (produksi dan resepsi) dan sosiologi karya sastra (aspek-aspek sosial dalam teks sastra).Pembicaraan tentang konteks sosial pengarang dan pembaca disebut sosiologi komunikasi sastra dan pembicaraan sosiologi karya sastra disebut penafsiran teks sastra secara sosiologis. Darmono (2003:10 – 12) berpendapat bahwa: sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial. Seperti halnya dengan sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat, usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu
Istilah sosiologi pertama – tama muncul dalam salah satu jilid karya tulis Aguste Comte (1798-1857) yaitu didalam tulisannya yang berjudul “Cours de Philosophie Positive”. Istilah sosiologi tersebut disarankan sebagai nama dari satu disiplin yang mempelajari “masyarakat” secara ilmiah. Sedangkan menurut Durkeim, masyarakat merupakan suatu realitas objektif, suatu fenomena tersendiri yang benar – benar dan konkrit, dimana masing – masing orang mengalaminya sebagai suatu realitas independen. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra adalah studi yang mengkaji manusia dalam masyarakat pada sebuah karya sastra. Sosiologi dan sastra mempuyai objek kajian yang sama yaitu manusia dalam masyarakat. Pendekatan
sosiologi
sastra
yaitu
pendekatan
sastra
yang
mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (Darmono 1989:2). Masih menurut pendapat Darmono, kecenderungan telaah sosiologi sastra ada dua yaitu pertama pendekatan yang berdasarkan adanya anggapan bahwa sastra merupakan proses
14
cerminan sosial belaka dan kedua pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan (1989:2). Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian yang kedua yaitu pendekatan pada segi kemasyarakatan terutama aspek moral atau ajaran moral yang terkandung dalam cerpen Tebukuro Wo Kai Ni
2.4
Pengertian Nilai Moral
Karya sastra dapat dijadikan cermin bagi manusia untuk dapat memahami karya sastra tersebut sehingga kita dapat memahami gagasan maupun maksud pengarang dan amanat dalam karya sastra tersebut.Banyak karya sastra cepen anak yang mamiliki kandungan moral yang disampaikan pengarang melalui tokoh-tokoh nya dengan perbuatan yang menurut moral hal tersebut baik untuk dilakukan maupun sebaliknya. Menurut Bertens, nilai merupakan suatu yang menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan, artinya sesuatu yang baik (1993:139) Moralitas adalah perilaku manusia yang mengandung tanggung jawab. Moralitas dapat juga diartikan sebagai keseluruhan pedoman perilaku yang telah dibakukan dalam masyarakat yakni keseluruhan norma atau sistem nilai merupakan anggapan mengenai hal yang baik dan yang buruk dalam masyarakat (Suseno 1995:5). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:139) dijelaskan bahwa nilai merupakan sifat-sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa nilai merupakan sesuatu yang diinginkan manusia karena nilai bersifat normatif, atrinya nilai mengandung harapan, cita-
15
cita, dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal. Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia untuk bertindak. Oleh karena itu, penting adanya norma-norma maupun ajaran moral sebagai tolak ukur dalam menilai sesuatu. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca.Moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca (Kenny, 1966: 89). Nilai moral tidak terpisah dari jenis nilai-nilai lain nya.Setiap nilai dapat memperoleh “bobot moral”, bila di ikutsertakan dalam tingkah laku moral. Walaupun nilai moral menumpang pada nilai-nilai lain, namun ia tampak sebagai suatu nilai baru, bahkan sebagi nilai yang paling tinggi. Menurut Bertens (2001:143-147) nilai moral mempunyai ciri-ciri, (1) berkaitan dengan tanggung jawab, (2) berkaitan dengan hati nurani, (3) mewajibkan, (4) bersifat formal. 2.4.1 Prinsip – Prinsip moral Dasar Franz Magnis – Suseno (2005: 130) mengungkapkan ada tiga prinsip moral dasar, diantaranya sebagai berikut : 1).
Prinsip sikap baik
Sikap yang dituntut dari kita sebagai dasar dalam hubungan dengan siapa saja adalah sikap positif dan baik. Seperti halnya dalam prinsip utilitarisme, bahwa kita
16
harus mengusahakan untuk sedapat-dapatnya mencegah akibat-akibat buruk dari tindakan kita, kecuali ada alasan khusus, tentunya kita harus bersikap baik terhadap orang lain. Bersikap baik berarti, memandang seseorang dan sesuatu tidak hanya sejauh berguna bagi dirinya, melainkan menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan, dan menunjang perkembangannya (Suseno, 2005:131). Bagaimana sifat baik itu harus dinyatakan secara konkret, tergantung pada apa yang baik dalam situasi konkret itu. Maka prinsip ini menuntut suatu pengetahuan tentang realitas, agar dapat diketahui apa yang masing-masing baik bagi yang bersangkutan. Prinsip sikap baik mendasari semua norma moral, karena hanya atas dasar prinsip itu, maka akan masuk akal bahwa harus bersikap adil, atau jujur, atau setia kepada orang lain.
2).
Prinsip Keadilan
Prinsip kebaikan hanya menegaskan agar kita bersikap baik terhadap siapa saja.Akan tetapi kemampuan manusia untuk bersikap baik secara hakiki terbatas.Tidak hanya berlaku bagi benda-benda materil, melainkan juga dalam hal perhatian dan cinta kasih.Kemampuan untuk memberi hati kita juga terbatas.Maka secara logis dibutuhkan prinsip tambahan yang menentukan bagaimana kebaikan itu harus dibagi.Prinsip tambahan itu adalah prinsip keadilan. Adil pada hakikatnya berarti bahwa kita memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya. Karena pada hakekatnya semua orang sama nilainya sebagai manusia,
17
maka tuntutan dasariah keadilan adalah perlakuan yang sama terhadap semua orang, tentu dalam situasi yang sama (Suseno, 2005:132). 3).
Prinsip Hormat Terhadap Diri Sendiri Prinsip ini menyatakan bahwa manusia wajib untuk selalu memperlakukan
diri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri.Prinsip ini berdasarkan paham bahwa manusia adalah person, pusat berpengertian dan berkehendak, yang memiliki kebebasan dan suara hati, makhluk yang berakal budi (Suseno, 2005:133). Prinsip ini memiliki dua arah.Pertama, dituntut agar kita tidak membiarkan diri diperas, diperalat, atau diperbudak. Perlakuan tersebut sangat tidak wajar untuk
kedua
belah
pihak,
maka
yang diperlakukan
demikian
jangan
membiarkannya berlangsung begitu saja apabila ia dapat melawan, sebab kita mempunyai harga diri. Kedua, kita jangan sampai membiarkan diri terlantar. Karena manusia juga mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri, berarti bahwa kewajibannya terhadap orang lain diimbangi oleh perhatian yang wajar terhadap dirinya sendiri. Kesimpulannya, kebaikan dan keadilan yang kita tunjukan kepada orang lain, perlu diimbangi dengan sikap yang menghormati diri sendiri sebagai makhluk yang bernilai pada dirinya sendiri.
18
2.4.2 Sikap – Sikap Kepribadian Moral 1.
Kejujuran
Dasar dalam setiap usaha untuk menjadi seorang yang kuat secara moral adalah kejujuran. Tanpa kejujuran kita sebagai manusia tidak akan bisa maju karena kita belum berani menjadi diri kita sendiri. Tidak jujur berarti tidak seia-sekata dan itu berarti bahwa kita belum sanggup untuk mengambil sikap lurus, artinya tidak mengambil dirinya sendiri sebagai titik tolak, melainkan apa yang diperkirakan diharapkan oleh orang lain. Tanpa kejujuran, keutamaan moral lainya akan kehilangan nilai. Menurut Suseno (2005: 142-143), bersikap jujur terhadap orang lain memiliki dua arti: Pertama, sikap terbuka dan kedua, sikap fair. Dengan terbuka, tidak dimaksud bahwa segala pertanyaan orang lain harus kita jawab dengan selengkapnya, atau orang lain berhak untuk mengetahui segala perasaan dan pikiran kita. Melainkan kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri, sesuai dengan keyakinan kita. Kedua, terhadap orang lain orang yang jujur bersikap wajar atau fair, ia akan memperlakukannya menurut standart-standart yang diharapkannya dipergunakan orang lain terhadap dirinya. Ia menghormati hak orang lain, ia selalu akan memenuhi janji yang diberikan, juga terhadap orang yang tidak dalam posisi untuk menuntutnya.
19
2.
Nilai-nilai otentik
Otentik berarti, kita menjadi diri kita sendiri.Bukan orang jiplakan, orang tiruan, orang-orangan yang hanya bisa membeo saja, yang tidak mempunyai sikap dan pendirian karena dalam segalanya mengikuti pendapat umum dan arah angin. “Otentik” berarti asli.Manusia otentik adalah manusia yang menghayati dan menunjukan diri sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadian yang sebenarnya. 3.
Kesediaan untuk bertanggung jawab
Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita, kita merasa terikat untuk menyelesaikannya. Kita akan melaksanakannya dengan sebaik mungkin, meskipun dituntut pengorbanan atau kurang menguntungkan atau ditentang oleh orang lain. Tugas itu bukan sekedar masalah dimana kita berusaha untuk menyelamatkan diri tanpa menimbulkan kesan yang buruk, melainkan tugas itu kita rasakan sebagai sesuatu yang mulai sekarang harus kita pelihara, kita selesaikan dengan baik. Merasa bertanggung jawab berarti bahwa meskipun orang lain tidak melihat, kita tidak merasa puas sampai pekerjaan itu diselesaikan sampai tuntas. 4.
Keberanian moral
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan diri dalam kesediaan untuk mengambil resiko konflik (Suseno, 2005:147).Keberanian moral berarti berpihak pada yang lebih lemah melawan yang kuat, yang memperlakukannya dengan tidak adil.
20
5.
Kerendahan hati
Kerendahan hati berarti bahwa kita merendahkan diri, melainkan kita melihat diri seadanya kita.Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataan (Suseso, 2005:148). Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya melainkan juga kekuatannya. Dalam bidang moral kerendahan hati tidak hanya berarti bahwa kita sadar akan keterbatasan kebaikan kita, melainkan juga kemampuan kita untuk memberikan penilaian moral terbatas. Dengan rendah hati, kita benar-benar bersedia untuk memperhatikan dan menanggapi setiap pendapat lawan, bahkan untuk seperlunya mengubah pendapat kita sendiri. Orang yang rendah hati tidak merasa dirinya penting dan karena itu berani untuk mempertaruhkan diri apabila ia sudah meyakini sikapnya sebagai tanggung jawab.
BAB 3 ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI MORAL CERPEN TEBUKURO WO KAI NI (手袋を買いに)
KARYA NIIMI NANKICHI (新美南吉)
3.1. Ringkasan Cerita Cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」bercerita tentang pengalaman
pertama kali anak rubah yang masih kecil pergi ke kota untuk membeli sarung tangan tanpa ditemani oleh ibunya, meskipun sang ibu telah menceritakan bahwa manusia itu menakutkan dan bila manusia mengetahui bahwa yang berbicara denganya adalah seekor rubah maka manusia akan menangkap rubah itu dan mengurungnya di dalam kandang. Anak rubah tetap pergi kekota dengan berani dan membeli sarung tangannya sendiri. Sesampai di kota anak rubah dengan sopan berbicara denganmanusia penjual sarung tangan sesuai yang diajarkan oleh ibunya sehingga dia mendapat perlakuan baik dari manusia dan dia pun mendapatkan sarung tangan yang diinginkannya. Anak rubah pun beranggapan bahwa manusia itu adalah makhluk yang baik tidak seperti yang diceritakan oleh ibunya. Terbukti tidak terjadi apa-apa pada dirinya saat dia membeli sarung tangan.
21
22
3.2. Struktur yang Membangun Cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買
いに」
3.2.1
Tema Tema dari cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「 手袋を買いに」 adalah
keberanian seekor anak rubah untuk membuktikan bahwa apa yang diceritakan ibunya tentang manusia makhluk yang menakutkan itu tidak benar. Hal ini bisa dilihat dari inti sari cerpen yang menceritakan petualangan anak rubah pergi ke kota untuk membeli sarung tangan, padahal sebenarnya sudah dilarang oleh ibunya, karena sang ibu khawatir anak rubah akan diperlakukan tidak baik oleh manusia. Seperti terlihat dalam kutipan : まち
ひ
のはら
子供の狐は、町 の灯 を目あてに、雪あかりの野原をよちよちやって い
はじ
ひと
ひ
ふた
み
行きました。始 めのうちは一 つきりだった灯が二 つになり三つにな きつね
こども
み
ひ
ほし
り、はては十にもふえました。 狐 の子供はそれを見て、灯には、星 おな
あか
き
あお
おも
と同 じように、赤 いのや黄いのや青 いのがあるんだなと思 いました まち
とお
いえいえ
と
し
。やがて町 にはいりましたが通 りの家々 はもうみんな戸を閉めてし たか
まど
あたた
ひかり
みち
ゆき
うえ
お
まって、高 い窓 から 暖 かそうな 光 が、道 の雪 の上 に落ちているば かりでした。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:28) kodomo no kitsune ha, machi no hi wo me ateni, yuki akari no nohara wo yochiyochi yatte ikimashita. hajimeno uchi ha hitotsu kiridatta hi ga futatsu ni nari mitsu ni nari, hate ha juu nimo fuemashita. kitsune no kodomo ha
23
sore wo mite, hi ni ha, hoshi to onaji youni, akai no ya kii no ya aoi no ga arundana to omoimashita. yagate machi ni ha irimashita ga toori no ieie ha mou minna to wo shimete shimatte, takai mado kara atataka souna hikari ga, michi no yuki no ue ni ochite iru bakarideshita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 28) Sang anakpun berjalan menuju arah cahaya lampu kota, berjalan terhuyunghuyung melewati tanah lapang yang memantulkan cahaya salju. Cahaya yang pertama-tama hanya satu berubah menjadi dua, tiga, dan terus bertambah hingga menjadi sepuluh. Ketika melihat itu, dia berpikir bahwa lampu itu seperti bintang, ada yang merah, ada yang kuning dan ada yang biru. Tak lama kemudian, dia memasuki kota, tetapi pintu rumah-rumah yang dia lewati semuanya tertutup, cahaya yang sepertinya hangat terlihat dari jendela yang tinggi terus-terusan jatuh menerangi salju yang ada di atas jalan.
Apa yang dikhawatirkan ibunya, tidak menjadi kenyataan. Anak rubah bisa membeli sarung tangan dengan selamat. Seperti terlihat dalam kutipan : おそ
おつしゃ
「お母さんは、人間は恐 ろしいものだって仰有 ったがちっとも恐ろ しくないや。だって僕の手を見てもどうもしなかったもの」と思い ました。けれど子狐はいったい人間なんてどんなものか見たいと思 いました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:31) (okaasan ha, ningen ha osoroshiimono date otsusha osshatta ga chitto mo osoroshikunaiya. Date boku no te wo mitemo doumo shinakattamono) to omoimashita. Keredo kokitsune ha ittai ningen nante donna mono ka mitai to omoimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 :31) “Ibu mengatakan kalau manusia menakutkan tapi menurutku tidak menakutkan.Manusia melihat tanganku dan tidak terjadi apa-apa” ucapnya pada dirinya sendiri.Kemudian si anak rubah ingin melihat seperti apa manusia.
3.2.2
Tokoh
Tokoh cerita dalam sebuah karya fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, ada tokoh utama cerita ( Central Character, Main Character ) dan tokoh tambahan ( Peripheral Character ). Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan
24
penceritaannya dalam cerpen yang bersangkutan.
Ia merupakan tokoh yang
paling banyak diceritakan, baik sebagi pelaku kejadian maupun dikenai kejadian ( Nurgiantoro, 1995:176-177 ). Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang berfungsi memperkuat kedudukan dan peran tokoh utama.Pemunculan tokoh tambahan lebih sedikit, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung ataupun tidak langsung. Tokoh utama dalam cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」karya
Niimi Nankichi yaitu anak rubah. Adapun yang menjadi tokoh tambahan adalah ibu rubah, manusia penjual sarung tangan, ibu manusia dan anaknya sebagai. Berikut mengenai tokoh-tokoh tersebut : 3.2.2.1 Tokoh Utama Anak Rubah Anak rubah dianggap sebagai tokoh utama dalam “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」karena ia merupakan tokoh yang banyak diceritakan dalam
cerpen ini, mulai dari awal cerita sampai akhir cerita anak rubah muncul dalam cerpen ini. Anak rubah digambarkan sebagai sosok anak yangpolos juga riang. Seperti terlihat dalam kutipan : こども
きつね
あそ
い
まわた
やわら
ゆき
ちい
にじ
うえ
か
子供の 狐 は遊 びに行 きました。真綿のように 柔 かい雪 の上 を駈 け まわ
こ
と
ち
っ
廻 ると、雪の粉 が、しぶきのように飛 び散 って小 さい虹 がすっと映 るのでした。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:25)
25
kodomo no kitsune ha asobi ni ikimashita. Mawata no youni yawarakai yuki no ue wo kake mawaru to, yuki no ko ga, shibuki no youni tobichitte chiisai niji ga sutto tsuru no deshita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 25) Kemudian anak rubah itupun pergi bermain.Dia bermain dan berlarian di atas salju yang lembut seperti benang sutra, cipratan butiran salju yang seolah beterbangan berpadu membentuk pelangi kecil.
Anak rubah juga adalah anak yang masih butuh perhatian dari orang tuanya, dapat dilihat dalam kutipan : ま
こきつね
どうけつ
間もなく洞穴へ帰って来た子狐 は、 て て
つめ
て て
「お母ちゃん、お手々が冷 たい、お手々がちんちんする」と言って ぬ
ぼたんいろ
りょうて
きつね
まえ
、濡れて牡丹色になった両手 を母さん 狐 の前 にさしだしました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:25) mamonaku douketsu he kaette kita kokitsune ha, ( kaachan, otete ga tsumetai, otete ga chinchin suru ) to itte, nurete botan iro ni natta ryoute wo kaasan kitsune no mae ni sashidashimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 25) Tak lama kemudian dia pulang ke sarang, sambil memperlihatkan kedua tanganya yang basah seperti warna peony (sejenis tumbuhan) dia mengatakan, “Ibuuu, tanganku kedinginan, tanganku gemetaran”.
おやこ
ぎんぎつね
どうけつ
で
こ ど も
ほう
なか
した
親子の 銀 狐 は洞穴 から出 ました。子供の方 はお母さんのお腹 の下 め
へはいりこんで、そこからまんまるな眼 をぱちぱちさせながら、あ み
ある
い
っちやこっちを見ながら歩 いて行きました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:26) oyako no gingitsune ha douketsu kara demashita. kodomo no hou ha okaasan no onaka no shita he hairikonde, soko kara manmaru na me wo parapara sasenagara, acchi ya kocchi wo minagara aruite ikimashita.
26
( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 26) Anak dan ibu rubah keluar dari sarangnya.Sang anak masuk ke bawah perut ibunya, sambil mengedip-kedipkan matanya dia berjalan melihat kesanakemari. Tak lama kemudian, di depan mereka mulai terlihat sesosok cahaya.
Anak rubah adalah anak yang selalu ingin tahu segala sesuatu yang baru dilihatnya, yang terdapatpada kutipan : なん
へん
ゆき
「何 だか変 だな母ちゃん、これなあに?」と言って、雪 あかりに、 また
にんげん
て
か
じぶん
て
み
又 その、人間 の手に変 えられてしまった自分の手をしげしげと見 つ
めました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:27) ( nandaka hendana okaachan, kore naani? ) to itte, yuki akari ni, mata sono, ningen no te ni kaerarete shimatta jibun no te wo shigeshige to mitsumemashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 27) “entah mengapa rasanya aneh Bu, ini aaapa?”ucap si anak, lagi-lagi dia melihat tanganya yang dirubah oleh pantulan cahaya salju dengan cermat.
Selain itu anak rubah merupakan anak yang pemberani diusianya, dikarenakan dia memiliki keberanian untuk pergi ke kota sendirian guna membeli sarung tangannya. Yang dapat dilihat pada kutipan : はや
い
こども
きつね
なか
した
「母ちゃん何してんの、早 く行こうよ」と子供の 狐 がお腹 の下 から い
きつね
あし
言うのでしたが、母さん 狐 はどうしても足 がすすまないのでした。 ぼう
まち
い
そこで、しかたがないので、坊やだけを一人で町 まで行 かせること になりました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:26-27)
27
( kaachan nanishiten no, hayaku ikouyo) to kodomo no kitsune ga onaka no shita kara iu no deshita ga, kaasan kitsune ha doushitemo ashi ga susumanai no deshita. sokode, shikataganai node, bouya dake wo hitori de machi made ikaseru koto ni narimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 26-27) Dari bawah perutnya sang anak mengatakan “Ibu sedang apa? Ayo cepat”, tetapi tetap saja kaki sang ibu tidak bisa melangkah maju. Karena tak ada jalan lain lagi, dia membiarkan anaknya pergi ke kota sendirian.
こども
きつね
まち
ひ
ゆき
のはら
子供の 狐 は、町 の灯を目あてに、雪 あかりの野原をよちよちやって い
はじ
ひと
ひ
ふた
み
行きました。始 めのうちは一 つきりだった灯が二 つになり三つにな きつね
こども
み
ひ
ほし
り、はては十にもふえました。 狐 の子供はそれを見て、灯には、星 おな
あか
き
あお
おも
と同 じように、赤 いのや黄いのや青 いのがあるんだなと思 いました まち
とお
いえいえ
と
し
。やがて町 にはいりましたが通 りの家々 はもうみんな戸を閉めてし たか
まど
あたた
ひかり
みち
ゆき
うえ
お
まって、高 い窓 から 暖 かそうな 光 が、道 の雪 の上 に落ちているば かりでした。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:28) kodomo no kitsune ha, machi no hi wo me ateni, yuki akari no nohara wo yochiyochi yatte ikimashita. hajimeno uchi ha hitotsu kiridatta hi ga futatsu ni nari mitsu ni nari, hate ha juu nimo fuemashita. kitsune no kodomo ha sore wo mite, hi ni ha, hoshi to onaji youni, akai no ya kii no ya aoi no ga arundana to omoimashita. yagate machi ni ha irimashita ga toori no ieie ha mou minna to wo shimete shimatte, takai mado kara atataka souna hikari ga, michi no yuki no ue ni ochite iru bakarideshita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 28) Sang anakpun berjalan menuju arah cahaya lampu kota, berjalan terhuyunghuyung melewati tanah lapang yang memantulkan cahaya salju. Cahaya yang pertama-tama hanya satu berubah menjadi dua, tiga, dan terus bertambah hingga menjadi sepuluh. Ketika melihat itu, dia berpikir bahwa lampu itu seperti bintang, ada yang merah, ada yang kuning dan ada yang biru. Tak lama kemudian, dia memasuki kota, tetapi pintu rumah-rumah yang dia lewati semuanya tertutup, cahaya yang sepertinya hangat terlihat dari jendela yang tinggi terus-terusan jatuh menerangi salju yang ada di atas jalan.
28
おもて
かんばん
うえ
たい
ちい
でんとう
けれど 表 の看板 の上 には大 てい小 さな電燈 がともっていましたの きつね
こ
み
ぼうしや
さが
い
で、 狐 の子 は、それを見 ながら、帽子屋 を 探 して行 きました。 じてんしゃ
かんばん
めがね
かんばん
ほか
かんばん
自転車の看板 や、眼鏡の看板 やその他 いろんな看板 が、あるものは あたら
ぺ ん き
えが
あ
ふる
かべ
、 新 しいペンキで画 かれ、或るものは、古 い壁 のようにはげていま まち
はじ
で
き
こきつね
したが、町 に始 めて出て来た子狐 にはそれらのものがいったい何で あるか分らないのでした。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:28) keredo omote no kanban no ue ni ha taitei chiisa na dentou ga to motte imashita node, kitsune no ko ha, sore wo mi nagara, boushiya wo sagashite ikimashita. jitensha no kanban ya, megane no kanban ya sono hokaironna kanban ga, aru mono ha, atarashii penki de ega kare, aru mono ha, furui kabe no youni hagete imashita ga, machi ni hajimete dete kita kokitsune ni ha sorerano mono ga ittai nande aruka wakaranai nodeshita. ` ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 28) Si anak rubah mencari toko topi sambil melihat sisi depan papan nama yang di atasnya diterangi oleh lampu listrik. Papan nama toko sepeda, toko kacamata dan berbagai macam papan nama, ada juga yang catnya baru, ada juga tembok tua yang catnya memudar, anak rubah yang untuk pertama kalinya datang ke kota tidak mengetahui ada hal-hal yang demikian.
Namun demikian, dia mempunyai perilaku yang sopan dan patuh, dapat dilihat dari kutipan : こきつね
おし
とお
と
たた
___子狐 は教 えられた通 り、トントンと戸を叩 きました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:30) ___Kokitsune ha oshierareta tori, tonton to to wo tatakimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 30) ___. Seperti yang telah diajarkan sebelumnya, dia mengetuk pintu.
「今晩は」
29
( こんぎつね〄夕鶴、1986:30) ( konbanwa) ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 30) “selamat malam” ucapnya.
こきつね
にぎ
はくどうか
ぼうしや
わた
___子狐 はすなおに、握 って来た白銅貨を二つ帽子屋さんに渡 しまし た。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:30) ___Kokitsune ha sunao ni, nigitte kita hakudouka wo futasu bousha san ni watashimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 30) ___Dengan patuh anak rubah itu menyerahkan dua keping uang 100-an yang ada di genggamanya.
3.2.2.2 Tokoh Tambahan
1
Ibu Rubah Ibu rubah dianggap sebagai tokoh tambahan dalam cerpen “Tebukuro Wo
Kai Ni” 「 手 袋 を 買 い に 」 karena ia merupakan tokoh yang memperkuat
kedudukan dari peranan tokoh utama secara langsung ataupun tidak langsung. Ibu rubah digambarkan sebagai sosok ibu yang penyayang juga perhatian terhadap anaknya.Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini :
30
きつね
て
いき
…母さん 狐 は、その手に、は――っと息 をふっかけて、ぬくとい母 て
つつ
さんの手でやんわり包 んでやりながら、 あたたか
ゆき
だん
「もうすぐ 暖 くなるよ、雪をさわると、すぐ暖くなるもんだよ 」 ぼう
て
しもやけ
といいましたが、かあいい坊 やの手に霜焼 ができてはかわいそうだ よる
まち
い
ぼう
から、夜 になったら、町 まで行って、坊やのお手々にあうような け い と
てぶくろ
か
おも
毛糸の手袋を買ってやろうと思いました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:25-26) Kaasan kitsune ha, sono te ni, Haa—h to iki wo fukkakete, nukutoi kaasan no te de yanwari tsutsunde yarinagara, ( mousugu atatakakunaruyo, yuki wo sawaru to, sugu dankunaru mondayo ) to iimashita ga,kaa ii bouya no teni shimoyake ga dekite ha kawai soudakara, yoru ni nattara, machi made itte, bouya no otete ni au youna keito no tebukuro wo katte yarou to omoimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 25-26) Sang ibu meniupkan nafasnya pada tangan anaknya dan menggenggam tanganya dengan lembut dan mengatakan “sebentar lagi akan jadi hangat, kalau menyentuh salju, tangan akan menjadi hangat”, sang ibu merasa kasihan kepada anaknya yang tanganya mengalami radang dingin, ketika malam tiba dia pergi ke kota berniat untuk membeli kaos tangan wol yang cocok dengan tangan anaknya.
Ibu rubah juga digambarkan sebagai seekor rubah yang penakut.Hal ini desebabkan rasa trauma yang pernah dialaminya dahulu bersama temannya saat pergi ke kota, ia dan temannya hampir terbunuh oleh manusia. Seperti terlihat dalam kutipan berikut ini : まち
ひ
み
とき
ときまち
ともだち
で
い
その町 の灯を見た時 、母さん狐は、ある時町 へお友達 と出かけて行 おもいだ
って、とんだめにあったことを思出しました。およしなさいってい ともだち
きつね
あ
いえ
あ ひ る
ぬす
うのもきかないで、お友達の 狐 が、或る家の家鴨を盗 もうとしたの
31
お
ひゃくしょう
いのち
に
で、お 百 姓 に見つかって、さんざ追いまくられて、 命 からがら逃 げたことでした。 はや
い
こども
きつね
なか
した
「母ちゃん何してんの、早 く行こうよ」と子供の 狐 がお腹 の下 から い
きつね
あし
言うのでしたが、母さん 狐 はどうしても足 がすすまないのでした。 ぼう
まち
い
そこで、しかたがないので、坊やだけを一人で町 まで行かせること になりました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:26-27) Sono machi no hi wo mita toki , okaasan kitsune ha, aru toki machi he tomodachi to dekakete itte, tondame ni atta koto wo omoidashimashita. oyoshinasaitte iu nomo kinaide, otomodachi no kitsune ga, aru ie no ahiru wo nusu mou toshitanode, ohyakushou ni mitsukatte, sanza oimakurarete, inochi kara gara nigeta kotodeshita. ( kaachan nanishiten no, hayaku ikouyo) to kodomo no kitsune ga onaka no shita kara iu no deshita ga, kaasan kitsune ha doushitemo ashi ga susumanai no deshita. sokode, shikataganai node, bouya dake wo hitori de machi made ikaseru koto ni narimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 26-27) Saat melihat cahaya lampu kota tersebut, sang ibupun teringat akan pengalaman buruk, waktu dimana dia pergi ke kota bersama temanya. Tanpa mengindahkan peringatan, teman sang ibu masuk ke suatu rumah untuk mencuri bebek, kejadian tersebut diketahui oleh pemiliknya dan dia dikejar dan hampir kehilangan nyawanya. Dari bawah perutnya sang anak mengatakan “Ibu sedang apa? Ayo cepat”, tetapi tetap saja kaki sang ibu tidak bisa melangkah maju. Karena tak ada jalan lain lagi, dia membiarkan anaknya pergi ke kota sendirian.
2
Manusia Penjual Sarung Tangan Penjual sarung tangan dalam “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」
ini pun merupakan tokoh tambahan, karena ia merupakan tokoh yang memperkuat kedudukan dari peranan tokoh utama secara langsung ataupun tidak langsung. Penjual sarung tangan digambarkan sebagai sosok yang waspada dan baik.Seperti terlihat dalam kutipan :
32
ぼ う し や
おも
きつね
て
きつね
て
すると帽子屋さんは、おやおやと思いました。 狐 の手です。 狐 の手 てぶくろ
い
き
は
か
き
が手袋をくれと言 うのです。これはきっと木 の葉 で買 いに来 たんだ おも
さき
かね
くだ
い
なと思いました。そこで、「先 にお金 を下 さい」と言いました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:30) Suruto bosha san ha, oyaoya to omoimashita. Kitsune no te desu. Kitsune no te ga tebukuro wo kure to iu nodesu. Kore ha kitto ki no ha de kai ni kitan dana to omoimashita.sokode, (saki ni okane wo kudasai) to iimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 30) Melihat itu penjaga tokopun keheranan.Ada tangan rubah. Tangan rubah ini mengatakan ingin membeli sarung tangan..Penjaga toko itu berpikir bahwa pasti anak rubah datang membeli memakai dedaunan. Dari situ penjaga toko mengatakan “ sini uangnya duluan”.
ひとさしゆび
___帽子屋さんはそれを人差指 のさきにのっけて、カチ合せて見ると 、チンチンとよい音がしましたので、これは木の葉じゃない、ほん とのお金だと思いましたので、___ ( こんぎつね〄夕鶴、1986:30) ___Boushiya san ha sore wo hitosashiyubi no saki ni nokkete, kachi awasete miruto, chinchin to yoi oto ga shimata node, kore ha ki no ha janai, honto no okane dato omoimashita node,___ ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 30) ___Penjaga toko itu mengambil uang dengan jari telunjuknya, dan ketika dia meraba uangnya terdengar suara krincing- krincing dan dia menyadari bahwa itu bukanlah daun, dan dia berpikir bahwa itu adalah uang sungguhan,___
3
Ibu Manusia Tokoh ibu manusia dalam “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」
merupakan tokoh tambahan karena diceritakan hanya sekilas saja.Ibu manusia
33
digambarkansebagai tokoh yang baik hati dan penyayang. Seperti yang terlihat dalam kutipan : ある窓の下を通りかかると、人間の声がしていました。何というや さしい、何という美しい、何と言うおっとりした声なんでしょう。 「ねむれ ねむれ むね
母の胸 に、 ねむれ ねむれ 母の手に――」 こきつね
うたごえ
子狐 はその唄声 は、きっと人間のお母さんの声にちがいないと思い
ました。だって、子狐が眠る時にも、やっぱり母さん狐は、あんな やさしい声でゆすぶってくれるからです。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:31-32) arum ado no shita wo toori kakaruto, ningen no koe ga shiteimashita. Nanto iu yasashi, nanto iu utsukushii, nanto iu ottorishita koe nandeshou. ( nemure nemure haha no mune ni, nemure nemure haha no te ni) Kogitsune ha sono utagoe ha, kitto ningen no okaasan no koe niche ga inai to omoimashita. Date, kogitsune ga nemuru toki ni mo, yappari okaasan kitsune ha, anna yasashii koe deyusu butte kureru kara desu. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 31-32) Ketika dia lewat di bawah suatu jendela, terdengar suara manusia.Suaranya terdengar ramah, indah dan nyaman. Diapun mendengar nyanyian “tidurlah tidurlah di pelukan ibu♪ tidurlah tidurlah di tangan ibu♪”, mendengar nyanyian tersebut dia berpikir tak salah lagi bahwa itu adalah suara ibu manusia. Anaka rubah berpikir demikian karena pada saat si anak rubah tidur, ibu rubah juga mengayun-ayunkanya dengan suara yang lembut seperti itu.
34
4
Anak Manusia Tokoh anak manusia dalam “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」
merupakan tokoh tambahan, anak manusia digambarkan sebagai sosok anak yang polos juga selalu ingin tahu. Seperti terlihat dalam kutipan berikut ini : するとこんどは、子供の声がしました。「お母ちゃん、こんな 寒い夜は、森の子狐は寒い寒いってるでしょうね」 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:32) Suruto kondo ha, kodomo no koe ga shimashita. (okaachan, konna saui yoru ha, mori no kokitsune ha samui samuitteru deshoune) ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 :32) Lalu terdengar suara anak-anak.“ibu, di malam yang dingin seperti ini, rubah yang ada dihutan bersuara dingin dingin begitu ya?”
3.2.3
Alur (Plot)
Alur yang digunakan oleh pengarang dalam “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋
を買いに」adalah alur maju dan alur mundur. Alur maju dikarenakan cerita
berjalan sesuai dengan urutan penampilan peristiwa, dan alur mundur karena terdapat peristiwa yang terjadi di masa lampau. Hal itu seperti terlihat dalam kutipan berikut ini : まち
ひ
み
とき
ときまち
ともだち
で
い
その町 の灯を見た時 、母さん狐は、ある時町 へお友達 と出かけて行 って、とんだめにあったことを思い出しました。およしなさいって
35
ともだち
きつね
あ
いえ
あ ひ る
ぬす
云うのもきかないで、お友達の 狐 が、或る家の家鴨を盗 もうとした ひゃくしょう
お
いのち
ので、お 百 姓 に見つかって、さんざ追いまくられて、 命 からがら に
逃げたことでした。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:26) Sono machi no hi wo mita toki , okaasan kitsune ha, aru toki machi he tomodachi to dekakete itte, tondame ni atta koto wo omoidashimashita. oyoshinasaitte iu nomo kinaide, otomodachi no kitsune ga, aru ie no ahiru wo nusu mou toshitanode, ohyakushou ni mitsukatte, sanza oimakurarete, inochi kara gara nigeta kotodeshita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 26) Saat melihat cahaya lampu kota tersebut, sang ibu pun teringat akan pengalaman buruk, waktu dimana dia pergi ke kota bersama temannya. Tanpa mengindahkan peringatan, teman sang ibu masuk ke suatu rumah untuk mencuri bebek, kejadian tersebut diketahui oleh pemiliknya dan dia dikejar dan hampir kehilangan nyawanya.
Kejadian di atas merupakan kejadian yang terjadi di masa lampau, yaitu kejadian yang pernah dialami ibu rubah dan teman nya saat mereka pergi ke kota.
3.2.4
Latar (setting)
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams melaui Nurgiyantoro,1995:216). Pembahasan latar tempat dalam cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋
を 買 い に 」 meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial saat cerita
berlangsung.
36
3.2.4.1 Latar Tempat 1). Goa (Sarang) Latar goa merupakan salah satu tempat yang dijadikan latar dalam cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」. Latar goa digunakan ketika sang
anak rubah berniat keluar sarang. Seperti yang terlihat pada kutipan : ほっぽう
もり
す
き
寒い冬が北方から、狐の親子の棲んでいる森 へもやって来ました。 あるあさほらあな
きつね
で
或朝 洞穴 から子供の 狐 が出ようとしましたが、 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:24)
Samui fuyu ga hoppou kara, kitsune no oyako no sundeiru mori he moyatte kimashita. Aruasahoraana kara kodomono kitsune ga deyoutoshimashita ga, ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 24) Bersamaan dengan angin utara yang dingin, datanglah rubah dan induknya untuk tinggal di hutan. Pada suatu pagi, sang anak rubah berniat keluar sarang.
Anak rubah pulang ke sarang, sambil memperlihatkan kedua tangannya yang basah seperti peony.Terlihat pada kutipan : ま
こきつね
どうけつ
間もなく洞穴へ帰って来た子狐 は、 て て
つめ
て て
「お母ちゃん、お手々が冷 たい、お手々がちんちんする」と言って ぬ
ぼたんいろ
りょうて
きつね
まえ
、濡れて牡丹色になった両手 を母さん 狐 の前 にさしだしました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:25) mamonaku douketsu he kaette kita kokitsune ha, ( kaachan, otete ga tsumetai, otete ga chinchin suru ) to itte, nurete botan iro ni natta ryoute wo kaasan kitsune no mae ni sashidashimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 25)
37
Tak lama kemudian dia pulang ke sarang, sambil memperlihatkan kedua tanganya yang basah seperti warna peony (sejenis tumbuhan) dia mengatakan, “Ibuuu, tanganku kedinginan, tanganku gemetaran”.
2). Hutan Hutan pun dijadikan sebagai latar tempat dalam cerita cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」 dimana hutan merupakan tempat tinggal ibu rubah
dan anaknya. Seperti terlihat dalam kutipanberikut : ほっぽう
きつね
お や こ
もり
す
き
寒い冬が北方から、 狐 の親子の棲んでいる森 へもやって来ました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:24) samui fuyu ga hoppou kara, kitsune no oyako no sundeiru mori he moyatte kimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 24) Bersamaan dengan angin utara yang dingin, datanglah rubah dan induknya untuk tinggal di hutan.___
Hutan tempat tinggal ibu rubah dan anaknya digambarkan sebagai hutan yang diselimuti salju. Terlihat dalam kutipan : くら
くら
よる
な
ふ ろ し き
のはら
もり
つつ
暗い暗い夜が風呂敷のような影をひろげて野原や森 を包 みにやって ゆき
しろ
つつ
つつ
しろ
うか
来ましたが、雪 はあまり白 いので、包 んでも包 んでも白 く浮 びあが っていました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:26) kurai kurai yoru ga furoshiki no youna na wo horogete nohara ya mori wo tsutsumi yatte kimashita ga, yuki ha amari shiroi node, tsutsunde mo tsutsunde mo shiroku ukabi agatte imashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 26)
38
Malam semakin gelap seperti bayangan furoshiki yang semakin meluas membungkus tanah lapang dan hutan, sehingga salju yang tampak di permukaan semakin terbungkus gelapnya malam tak begitu putih lagi.
3). Tanah Lapang Tanah lapangdigambarkan sebagai tempat yang diselimuti salju, terletak di daerah sekitar goa tempat dimana anak rubah tinggal dan ketika anak rubah akan pergi ke kota untuk pertama kalinya ia melalui tanah lapang. Seperti yang terlihat dalam kutipan : まち
ひ
のはら
子供の狐は、町 の灯 を目あてに、雪あかりの野原をよちよちやって い
はじ
ひと
ひ
ふた
み
行きました。始 めのうちは一 つきりだった灯が二 つになり三つにな きつね
こども
み
ひ
ほし
り、はては十にもふえました。 狐 の子供はそれを見て、灯には、星 おな
あか
き
あお
おも
と同 じように、赤 いのや黄いのや青 いのがあるんだなと思 いました まち
とお
いえいえ
と
し
。やがて町 にはいりましたが通 りの家々 はもうみんな戸を閉めてし たか
まど
あたた
ひかり
みち
ゆき
うえ
お
まって、高 い窓 から 暖 かそうな 光 が、道 の雪 の上 に落ちているば かりでした。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:28) kodomo no kitsune ha, machi no hi wo me ateni, yuki akari no nohara wo yochiyochi yatte ikimashita. hajimeno uchi ha hitotsu kiridatta hi ga futatsu ni nari mitsu ni nari, hate ha juu nimo fuemashita. kitsune no kodomo ha sore wo mite, hi ni ha, hoshi to onaji youni, akai no ya kii no ya aoi no ga arundana to omoimashita. yagate machi ni ha irimashita ga toori no ieie ha mou minna to wo shimete shimatte, takai mado kara atataka souna hikari ga, michi no yuki no ue ni ochite iru bakarideshita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 28) Sang anakpun berjalan menuju arah cahaya lampu kota, berjalan terhuyunghuyung melewati tanah lapang yang memantulkan cahaya salju. Cahaya yang pertama-tama hanya satu berubah menjadi dua, tiga, dan terus bertambah hingga menjadi sepuluh. Ketika melihat itu, dia berpikir bahwa lampu itu seperti bintang, ada yang merah, ada yang kuning dan ada yang biru. Tak lama kemudian, dia memasuki kota, tetapi pintu rumah-rumah yang dia lewati semuanya tertutup, cahaya yang sepertinya hangat terlihat
39
dari jendela yang tinggi terus-terusan jatuh menerangi salju yang ada di atas jalan.
4). Kota Latar kota dalam cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」ini
adalah latar dimana anak rubah memulai pengalaman pertamanya memasuki kota. Yang terlihat dalam kutipan : こども
きつね
まち
ひ
ゆき
のはら
子供の 狐 は、町 の灯を目あてに、雪 あかりの野原をよちよちやって い
はじ
ひと
ひ
ふた
み
行きました。始 めのうちは一 つきりだった灯が二 つになり三つにな きつね
こども
み
ひ
ほし
り、はては十にもふえました。 狐 の子供はそれを見て、灯には、星 おな
あか
き
あお
おも
と同 じように、赤 いのや黄いのや青 いのがあるんだなと思 いました まち
とお
いえいえ
と
し
。やがて町 にはいりましたが通 りの家々 はもうみんな戸を閉めてし たか
まど
あたた
ひかり
みち
ゆき
うえ
お
まって、高 い窓 から 暖 かそうな 光 が、道 の雪 の上 に落ちているば かりでした。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:28) Kodomo no kitsune ha, machi no hi wo me ateni, yuki akari no nohara wo yochiyochi yatte ikimashita. Hajimeno uchi ha hitotsu kiridatta hi ga futatsu ni nari mitsu ni nari, hate ha juu nimo fuemashita. Kitsune no kodomo ha sore wo mite, hi ni ha, hoshi to onaji youni, akai no ya kii no ya aoi no ga arundana to omoimashita. Yagate machi ni ha irimashita ga toori no ie ie ha mou minna to wo shimete shimatte, takai mado kara atataka souna hikari ga, michi no yuki no ue ni ochite iru bakarideshita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 28) Sang anakpun berjalan menuju arah cahaya lampu kota, berjalan terhuyunghuyung melewati tanah lapang yang memantulkan cahaya salju. Cahaya yang pertama-tama hanya satu berubah menjadi dua, tiga, dan terus bertambah hingga menjadi sepuluh. Ketika melihat itu, dia berpikir bahwa lampu itu seperti bintang, ada yang merah, ada yang kuning dan ada yang biru. Tak lama kemudian, dia memasuki kota, tetapi pintu rumah-rumah yang dia lewati semuanya tertutup, cahaya yang sepertinya hangat terlihat dari jendela yang tinggi terus-terusan jatuh menerangi salju yang ada di atas jalan.
40
3.2.4.2 Latar Waktu Keterangan waktu dalam cerita cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに
」ini disebutkan secara jelas oleh pengarang. Berikut penjelasannya :
1.
Pagi Hari さむ
ふゆ
ほっぽう
きつね
お や こ
もり
す
き
寒い冬が北方から、 狐 の親子の棲んでいる森 へもやって来ました。 あるあさほらあな
きつね
で
或朝 洞穴 から子供の 狐 が出ようとしましたが、 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:24)
Samui fuyu ga hoppou kara, kitsune no oyako no sundeiru mori he moyatte kimashita. Aruasahoraana kara kodomono kitsune ga deyoutoshimashita ga, ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 24) Bersamaan dengan angin utara yang dingin, datanglah rubah dan induknya untuk tinggal di hutan. Pada suatu pagi, sang anak rubah berniat keluar sarang.
2.
Malam Hari くら
くら
よる
な
ふ ろ し き
のはら
もり
つつ
暗い暗い夜が風呂敷のような影をひろげて野原や森 を包 みにやって ゆき
しろ
つつ
つつ
しろ
うか
来ましたが、雪 はあまり白 いので、包 んでも包 んでも白 く浮 びあが っていました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:26) Kurai kurai yoru ga furoshiki no youna na wo horogete nohara ya mori wo tsutsumi yatte kimashita ga, yuki ha amari shiroi node, tsutsunde mo tsutsunde mo shiroku ukabi agatte imashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 26) Malam semakin gelap seperti bayangan furoshiki yang semakin meluas membungkus tanah lapang dan hutan, sehingga salju yang tampak di permukaan semakin terbungkus gelapnya malam tak begitu putih lagi,
41
3.
Musim Dingin まっしろ
さ く や
ゆき
ふ
ゆき
うえ
昨夜のうちに、真白な雪がどっさり降ったのです。その雪の上から さ ま が き
ひ
てら
ゆき
まぶ
はんしゃ
お陽さまがキラキラと照 していたので、雪 は眩 しいほど反射 してい ゆき
こども
し
きつね
つよ
はんしゃ
たのです。雪 を知らなかった子供の 狐 は、あまり強 い反射 をうけ め
なに
さ
おも
たので、眼に何 か刺さったと思 ったのでした。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:24-25) Sakuya no uchi ni, masshiro na yuki ga dossari futta no desu. Sono yuki no ue kara ohisama ga kirakira to terashite itanode, yuki ha mabushii hodo hanshashite itanodesu. Yuki wo shiranakatta kodomo no kitsune ha, amari tsuyoi hansha wo uketanode, me ni nanika sasatta to omotta no deshita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 24-25) Kemarin malam, salju yang putih turun dengan lebatnya. Dari atas salju tersebut sinar sang mentari bersinar berkelap-kelip memantulkan sinar yang menyilaukan. Sang anak rubah yang belum mengenal salju itu berpikir kalau sesuatu menusuk matanya, padahal dia terkena pantulan cahaya yang menyilaukan itu.
3.2.4.3 Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat tertentu yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup hidup yang cukup kompleks. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara pikir dan bersikap. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial seorang tokoh misalnya rendah, menengah, dan atas (Nurgiyantoro, 1995:233-234).
42
Latar sosial yang digambarkan dalam cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋
を 買 い に 」 iniyakni kebiasaan hidup seekor rubah yang digambarkan hidup
bebas di dalam hutan.Dalam cerita ini ibu rubah mengajarkan adat istiadat yang baik kepada anaknya, yaitu kesopanan.Seperti terlihat dalam kutipan : さむ
ふゆ
ほっぽう
きつね
お や こ
す
もり
き
寒い冬が北方から、 狐 の親子の棲んでいる森 へもやって来ました。 あるあさほらあな
きつね
で
或朝 洞穴 から子供の 狐 が出ようとしましたが、 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:24)
samui fuyu ga hoppou kara, kitsune no oyako no sundeiru mori he moyatte kimashita. aruasahoraana kara kodomono kitsune ga deyoutoshimashita ga, ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 32) Bersama dengan angin utara yang dingin, datanglah rubah dan induknya untuk tinggal dihutan.Pada suatu pagi, anak rubah berniat keluar sarang, ぼう
「それは人間の手よ。いいかい坊 や、町へ行ったらね、たくさん人 おもて
まる
かんばん
間の家があるからね、まず 表 に円 いシャッポの看板 のかかっている さが
たた
家を探 すんだよ。それが見つかったらね、とんとんと戸を叩 いて、 今晩はって言うんだよ。そうするとね、中から人間が、すこうし戸 すきま
をあけるからね、その戸の隙間から、こっちの手、ほらこの人間の ちょうだい
手をさし入れてね、この手にちょうどいい手袋 頂 戴 って言うんだよ だ め
、わかったね、決して、こっちのお手々を出しちゃ駄目よ」 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:27) ( sore ha ningen no te yo. iikai bouya, machi he ittarane, takusan ningen no ie ga aru kara ne, mazu omote ni marui shappo no kanban no kakatte iru ie wo sasundayo. sore ga mitsukattarane, tonton to to wo tataite, kombanwatte iundayo. sousurutone, naka kara ningen ga, sukoushi to wo akeru kara ne, sono to no sukimae kara, kocchi no te, hora kono ningen no te wo sashi iretene, kono te ni choudo ii tebukuro choudai tte iundayo, wakattane,
43
kesshite, kocchi no otete wo dashicha dameyo.) to kaasan kitsune ha iikikasemashita). ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 27) “itu adalah tangan manusia, dengar nak, kalau kamu pergi ke kota, kamu akan melihat ada banyak rumah, pertama-tama carilah rumah yang di depanya ada papan bulat shappo (fr:topi), kalau sudah ketemu, tok-tok ketuklah pintunya dan katakan selamat malam. Kemudian manusia yang ada di dalam akan membuka pintu sedikit, dari celah pintu tersebut tangan ini, masukkan tangan manusia ini, lalu katakan tolong berikan aku kaos tangan yang pas untuk tangan ini, mengerti kan? Dan jangan pernah kamu mengeluarkan kedua tanganmu” ucap sang ibu kepada anaknya”.
3.2.5
Amanat Cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」
Berikut adalah amanat yang terkandung dalam cerpen ini. 3.1.5.1 Tidak boleh berprasangka buruk terhadap orang lain. Prasangka buruk terhadap orang lain sering kali munculdalam pikiran manusia. Tetapi, ada kalanya tuduhan itu tidak dibangun berdasarkan tanda atau bukti yang cukup, dan juga terkadang prasangka itu tidak berdasar atau tidak beralasan.Bahkan kita membicarakan serta menyampaikan keburukan tersebut kepada orang lain. Meskipun kita mengetahui bahwa berprasangka buruk kepada orang lain tanpa ada alasan atau bukti merupakan hal yang tidak baik. Hal tersebut terdapat dalam kutipan : にんげん
あいて
きつね
わか
てぶくろ
う
「人間 はね、相手が 狐 だと解 ると、手袋 を売ってくれないんだよ つか
おり
なか
い
にんげん
、それどころか、掴 まえて檻 の中 へ入れちゃうんだよ、人間 ってほ こわ
んとに恐 いものなんだよ」 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:28)
44
( ningen ne, aite ga kitsune dato wakaru to, tebukuro wo utterurenain dayo, sore dokoroka, tsukamaete ori no naka he irechaundayo, ningentte honto ni kowai mono nandayo) ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 28) “Apabila manusia tahu lawan bicaranya adalah rubah, dia tidak mau menjual kaos tangan, sebaliknya dia akan menangkap dan memasukkan kita ke dalam kandang, manusia benar-benar menakutkan” ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 28)
3.1.5.2
Sebagai seorang anak haruslah patuh terhadap orang tua. Cerpen ini mengajarkan kepada pembacanya agar patuh terhadap orang
tua.Seperti terlihat dalam kutipan berikut : ぼうしや
みちみち
おし
とうとう帽子屋がみつかりました。お母さんが道々 よく教 えてくれ くろ
おお
ぼうし
かんばん
あお
でんとう
てら
た、黒 い大 きなシルクハットの帽子の看板 が、青 い電燈 に照 されて かかっていました。 こきつね
おし
とお
と
たた
子狐 は教 えられた通 り、トントンと戸を叩 きました。
「今晩は」 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:30) Toutou boshiya ga mitsukarimashita.Okaasan ga michimichi yoku oshietekureta, kuroi ookina shirukutto no boshi no kanban ga, aoi dentou ni terasarete kakatte imashita. Kokitsune ha oshierareta toori, tonton to to wo tatakimashita. (konbanwa) ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 :30) Akhirnya dia menemukan toko topi.Ibu rubah memberitahu dengan baik jalan-jalan menuju toko topi, dia melihat papan nama tokoberbentuk topi hitam besar “Silk Hat” yang diterangi lampu berwarna biru. Seperti yang telah diajarkan sebelumnya, dia mengetuk pintu. “selamat malam” ucapnya.
45
ぼ う し や
おも
きつね
て
きつね
て
すると帽子屋さんは、おやおやと思いました。 狐 の手です。 狐 の手 てぶくろ
い
き
は
か
き
が手袋をくれと言うのです。これはきっと木の葉で買いに来たんだ さき
おも
かね
くだ
い
なと思いました。そこで、「先 にお金 を下 さい」と言いました。 こきつね
にぎ
はくどうか
ぼうしや
わた
子狐 はすなおに、握 って来た白銅貨を二つ帽子屋さんに渡 しました ひとさしゆび
。帽子屋さんはそれを人差指 の さきにのっけて、カチ合せて見ると、チンチンとよい音がしました ので、これは木の葉じゃない、ほんとのお金だと思いましたので、 たな
こどもよう
けいと
てぶくろ
だ
き
こきつね
て
も
棚 から子供用の毛糸の手袋 をとり出して来て子狐 の手に持たせてや こきつね
れい
い
りました。子狐は、お礼を言ってまた、もと来た道を帰り始めまし た。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:30-31) Suruto bosha san ha, oyaoya to omoimashita. Kitsune no te desu. Kitsune no te ga tebukuro wo kure to iu nodesu. Kore ha kitto ki no ha de kai ni kitan dana to omoimashita. sokode, (saki ni okane wo kudasai) to iimashita. Kokitsune ha sunao ni, nigitte kita hakudouka wo futasu bousha san ni watashimashita. boushiya san ha sore wo hitosashiyubi no saki ni nokkete, kachi awasete miruto, chinchin to yoi oto ga shimata node, kore ha ki no ha janai, honto no okane dato omoimashita node, tana kara kodomoyou no keito no tebukuro wo tori dashite kite kogitsune no te ni ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 30-31) Melihat itu penjaga tokopun keheranan.Ada tangan rubah.Tangan rubah ini mengatakan ingin membeli sarung tangan.Penjaga toko itu berpikir bahwa pasti anak rubah datang membeli memakai dedaunan. Dari situ penjaga toko mengatakan “ sini uangnya duluan”. Dengan patuh anak rubah itu menyerahkan dua keping uang 100-an yang ada di genggamanya. Penjaga toko itu mengambil uang dengan jari telunjuknya, dan ketika dia meraba uangnya terdengar suara krincing- krincing dan dia menyadari bahwa itu bukanlah daun, dan dia berpikir bahwa itu adalah uang sungguhan, kemudian diapun mengambil sarung tangan wol untuk anak-anak dari lemari dan menyerahkanya kepada anak rubah.Setelah mengucapkan terima kasih si anak rubah kembali pulang melalui jalan yang tadinya dia lewati.
46
3.1.5.3 Jangan mudah menilai buruk orang lain karena belum tentu penilaian kita itu benar dan sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Mudah menilai buruk orang lain sering terjadi dalam diri seseorang. Terkadang dengan sengaja menyampaikannya kepada orang lain. Dalam cerpen ini
mengajarkan
kepada
pembaca
agar
tidak
mudah
menilai
buruk
seseorang.Seperti terlihat dalam kutipan berikut : にんげん
おそ
おっしゃ
「お母さんは、人間 は恐 ろしいものだって仰有 ったがちっとも恐ろ ぼく
て
み
おも
しくないや。だって僕 の手を見てもどうもしなかったもの」と思 い こきつね
にんげん
ました。けれど子狐 はいったい人間 なんてどんなものか見たいと思 いました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:31) (okaasan ha, ningen ha osoroshiimono date osshatta ga chitto mo osoroshikunaiya. Date boku no te wo mite mo doumo shinakattamono) to omoimashita. Keredo kogitsune ha itai ningen nante donna monoka mitai to omoimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 31) “ibu mengatakan kalau manusia menakutkan tapi menurutku tidak menakutkan. Manusia melihat tanganku dan tidak terjadi apa-apa” ucapnya pada dirinya sendiri. Kemudian si anak rubah ingin melihat seperti apa manusia. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 31)
3.3. Nilai Moral dalam Cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」
Cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」merupakan sebuah karya
sastra anak yang menceritakan pengalaman pertama kali anak rubah pergi ke kota sendirian tanpa didampingin ibunya. Dimana dalam cerita tersebut tidak hanya
47
mengisahkan tentang petualangan tetapi juga terdapat nilai-nilai moral yang dapat dijadikan sebagai media pendidikan anak. Nilai-nilai moral itu dapat dilihat dari baik buruk tingkah laku dari setiap tokoh-tokoh cerita cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」.
Prinsip sikap baik yang merupakan moral dasar dalam suatu hubungan sosial dituntut untuk dapat bersikap baik dan positif terhadap siapa saja. Suseno (2005:131) mengungkapkan bahwa bersikap baik berarti, memandang seseorang dan sesuatu tidak hanya sejauh berguna bagi dirinya, melainkan menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan , dan menunjang perkembangannya. Dengan demikian prinsip sikap baik mendasari untuk dapat bersikap adil, jujur, tanggung jawab, bahkan setia kepada orang lain. Dalam cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買 いに」 terdapat nilai-nilai moral
seperti nilai kejujuran, bertanggung jawab, dan keberanian. 3.3.1 Kejujuran Dalam cerita cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」kejujuran
merupakan suatu sikap terbuka, yang memunculkan diri sebagai diri kita sendiri sesuai dengan keyakinan pribadi. Seperti halnya anak rubah yang dalam cerita ini telah menceritakan hal yang sebenarnya tentang apa yang telah ia alami saat membeli sarung tangan di kota. Bahwa ia secara tidak sengaja mengeluarkan tangan aslinya kepada manusia
48
penjual sarung tangan saat akan membeli sarung tangan. Dengan begitu meskipun sang penjual merasa aneh dan tidak percaya terhadap anak rubah tetapi si penjual tetap memberikan sarung tangan permintaan anak rubah. Hal ini terdapat dalam kutipan : ぼう
まちが
て て だ
ぼうしや
「坊 、間違えてほんとうのお手々出しちゃったの。でも帽子屋 さん つか
、掴 まえやしなかったもの。ちゃんとこんないい暖い手袋くれたも の
」
と言って手袋のはまった両手をパンパンやって見せました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:33)
(Bou, machigaete hontou otete dashichattano.Demo boushiya san, tsukamaeyashinakattamono.Chanto konnaii atatakai tebukuro kureta mono) to itte tebukoro no ha matta ryoute wo panpan yatte misemashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 33) “aku, secara salah mengeluarkan tanganku yang sesungguhnya, tapi penjaga toko topi tidak menangkapku. Dia mau menjual sarung tangan yang bagus dan hangat seperti ini” ucap si anak menunjukkan sambil menepuknepukkan kedua tangan yang terbungkus sarung tangan yang dia sukai.
Dari kutipan diatas anak rubah telah menunjukan sikap kejujuran terhadap ibunya.Anak rubah telah melakukan kewajibannya untuk menjadi anak yang jujur. 3.3.2 Bertanggung Jawab Tanggung jawab merupakan sikap kesanggupan diri seseorang untuk memikul
dan
melaksanakan
tugas
serta
mungkin.Walaupun dengan sebuah pengorbanan.
kewajiban
dengan
sebaik
49
Tanggung jawab yang terdapat dapat dalam cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」ini ada di dalam diri ibu rubah. Sebagai ibu sudah tentu
memiliki tanggung jawab yang besar kepada anaknya, yakni menyayangi, mengasuh dan melindungi. Disini tanggung jawab ibu rubah untuk menyayangi dan mengasuh ditunjukan pada kutipan : きつね
め
おさ
母さん 狐 がびっくりして、あわてふためきながら、眼を抑 えている こども
て
おそ
おそ
み
なに
さ
子供の手を恐 る恐 るとりのけて見ましたが、何 も刺さってはいませ きつね
どうけつ
いりぐち
そと
で
はじ
わか
んでした。母さん 狐 は洞穴 の入口 から外 へ出て始めてわけが解り ました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:24) Kaasan kitsune ga bikkurishite, awate futamekinagara, me wo osaeteiru kodomo no te wo osoru osoru tori nokete mimashitaga, nanimo sasatte ha imasendeshita. Kaasan kitsune ha doketsu no iriguchi kara soto he dete hajimete wake ga wakarimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 24) Sang ibu rubah pun terkejut dan kebingungan, dengan ketakutan ibu rubah mencoba melihat kondisi anaknya, dan ternyata tidak ada apa-apa di mata anaknya.Ibu rubah menyadari kalau dirinya telah keluar dari mulut gua.
きつね
て
いき
母さん 狐 は、その手に、は――っと息 をふっかけて、ぬくとい母さ て
つつ
んの手でやんわり包 んでやりながら、 あたたか
ゆき
だん
「もうすぐ 暖 くなるよ、雪をさわると、すぐ暖くなるもんだよ」と ぼう
て
しもやけ
いいましたが、かあいい坊 やの手に霜焼 ができてはかわいそうだか よる
まち
い
ぼう
け い と
ら、夜 になったら、町 まで行って、坊やのお手々にあうような毛糸 てぶくろ
か
おも
の手袋を買ってやろうと思いました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:25)
50
Kaasan kitsune ha, sono te ni, Haa—h to iki wo fukkakete, nukutoi kaasan no te de yanwari tsutsunde yarinagara, ( mousugu atatakakunaruyo, yuki wo sawaru to, sugu dankunaru mondayo ) to iimashita ga,kaa ii bouya no teni shimoyake ga dekite ha kawai soudakara, yoru ni nattara, machi made itte, bouya no otete ni au youna keito no tebukuro wo katte yarou to omoimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 25) Sang ibu meniupkan nafasnya pada tangan anaknya dan menggenggam tanganya dengan lembut dan mengatakan “sebentar lagi akan jadi hangat, kalau menyentuh salju, tangan akan menjadi hangat”, sang ibu merasa kasihan kepada anaknya yang tanganya mengalami radang dingin, ketika malam tiba dia pergi ke kota berniat untuk membeli kaos tangan wol yang cocok dengan tangan anaknya.
Kemudian rasa ingin melindungi anaknya ditunjukan sang ibu rubah dengan mengubah satu tangan anak nya secara ajaib menjadi tangan anak kecil manusia, untuk menyamarkan identitas anaknya agar tidak ditangkap oleh manusia dikarenakan yang membeli sarung tangan adalah seekor rubah . Ditunjukan pada kutipan : ぼう
て て
かたほう
だ
お
きつね
い
て
「坊 やお手々を片方 お出し」とお母さん 狐 が云いました。その手を きつね
にぎ
あいだ
かわい
にんげん
こども
て
、母さん 狐 はしばらく握 っている 間 に、可愛いい人間 の子供の手 ぼう
きつね
て
にぎ
にしてしまいました。坊 やの 狐 はその手をひろげたり握 ったり、 たつね
み
たか
抓 って見たり、嗅 いで見たりしました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:27)
( Bouya otete wo katahou odashi ) to okaasan kitsune ga iimashita. Sono te wo, kaasan kitsune ha shibaraku nigitte iru aida ni, kawai ii ningen no kodomo no te ni shite shimaimashita. Bouya no kitsune ha sono te wo hirogetari nigittari, tsunette mitari, kaide mitari shimashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 27) “nak, angkatlah satu tanganmu” kata si ibu. Dalam jeda waktu saat sang ibu menggenggam tangan itu beberapa saat, dan tangan itu menjadi tangan anak manusia yang mungil. Anak rubahpun membuka dan mengepalkan tangan tersebut, mencubitnya dan juga mencium baunya.
51
にんげん
て
ぼう
まち
い
「それは人間 の手よ。いいかい坊 や、町 へ行ったらね、たくさん にんげん
いえ
おもて
まる
し
ゃ
っ
かんばん
ぽ
人間 の家 があるからね、まず 表 に円 いシャッポの看板 のかかって いえ
さが
と
たた
いる家 を探 すんだよ。それが見つかったらね、トントンと戸を叩い て こんばん
なか
い
にんげん
て、今晩はって言うんだよ。そうするとね、中 から人間 が、すこう と
と
すきま
し戸をあけるからね、その戸の隙間から、こっちの手、ほらこの にんげん
てぶくろちょうだい
い
人間 の手をさし入れてね、この手にちょうどいい 手 袋 頂 戴 って言 けっ
て て
だ
だ め
うんだよ、わかったね、決 して、こっちのお手々を出しちゃ駄目よ きつね
い
」と母さん 狐 は言いきかせました。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:27) ( Sore ha ningen no te yo. Iikai bouya, machi he ittarane, takusan ningen no ie ga aru kara ne, mazu omote ni marui shappo no kanban no kakatte iru ie wo sasundayo. Sore ga mitsukattarane, tonton to to wo tataite, kombanwatte iundayo. Sousurutone, naka kara ningen ga, sukoushi to wo akeru kara ne, sono to no sukimae kara, kocchi no te, hora kono ningen no te wo sashi iretene, kono te ni choudo ii tebukuro choudai tte iundayo, wakattane, kesshite, kocchi no otete wo dashicha dameyo.) To kaasan kitsune ha iikikasemashita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 27) “Itu adalah tangan manusia, dengar nak, kalau kamu pergi ke kota, kamu akan melihat ada banyak rumah, pertama-tama carilah rumah yang di depanya ada papan bulat shappo (fr:topi), kalau sudah ketemu, tok-tok ketuklah pintunya dan katakan selamat malam. Kemudian manusia yang ada di dalam akan membuka pintu sedikit, dari celah pintu tersebut tangan ini, masukkan tangan manusia ini, lalu katakan tolong berikan aku kaos tangan yang pas untuk tangan ini, mengerti kan? Dan jangan pernah kamu mengeluarkan kedua tanganmu” ucap sang ibu kepada anaknya.
Sikap tanggung jawab pun ada didalam diri anak rubah, yang ditunjukan ketika ibu rubah berpesan untuk mengetuk pintu dan mengucapkan salam terlebih dahulu saat akan membeli sarung tangan. Terdapat dalam kutipan : ぼうしや
みちみち
おし
とうとう帽子屋がみつかりました。お母さんが道々 よく教 えてくれ くろ
おお
ぼうし
かんばん
あお
でんとう
てら
た、黒 い大 きなシルクハットの帽子の看板 が、青 い電燈 に照 されて
52
かかっていました。
こきつね
おし
とお
と
たた
子狐 は教 えられた通 り、トントンと戸を叩 き
ました。 「今晩は」 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:30) Toutou boushiya ga mitsukarimashita. Okaasan ga michimichi yoku oshietekureta, kuroi ookina shirukutto no boushi no kanban ga, aoi dentou ni terasarete kakatte imashita. Kokitsune ha oshierareta tori, tonton to to wo tatakimashita. ( konbanwa) ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 30) Akhirnya dia menemukan toko topi.Ibu rubah memberitahu dengan baik jalan-jalan menuju toko topi, dia melihat papan nama tokoberbentuk topi hitam besar “Silk Hat” yang diterangi lampu berwarna biru. Seperti yang telah diajarkan sebelumnya, dia mengetuk pintu. “selamat malam” ucapnya.
Dari kutipan-kutipan diatas terlihat ibu rubah telah menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai orang tua dengan melakukan pengorbanan yang benar dimana akan dilakukan oleh semua ibu terhadap anaknya, begitu juga anak rubah melakukan tanggung jawabnya sebagai anak yang patuh terhadap apa yang telah diajarkan orang tuanya. Selain itu ini merupakan usaha anak rubah untuk pergi membeli sarung tangan. 3.3.3 Keberanian Cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「 手 袋 を 買 い に 」 pun mengajarkan
kepada anak-anak untuk memiliki sikap berani dalam menghadapi keadaan dan situasi apapun. Hal ini ditunjukan oleh sikap anak rubah yang baru pertama kali pergi sendirian ke kotauntuk membeli sarung tangan. Pertama kali pula anak
53
rubah berhadapan langsung dengan manusia yang diceritakan ibunya bahwa manusia adalah orang yang manakutkan.Terdapat dalam kutipan berikut : こども
きつね
まち
ひ
ゆき
のはら
子供の 狐 は、町 の灯を目あてに、雪 あかりの野原をよちよちやって い
はじ
ひと
ひ
ふた
み
行きました。始 めのうちは一 つきりだった灯が二 つになり三つにな きつね
こども
み
ひ
ほし
り、はては十にもふえました。 狐 の子供はそれを見て、灯には、星 おな
あか
き
あお
おも
と同 じように、赤 いのや黄いのや青 いのがあるんだなと思 いました まち
とお
いえいえ
と
し
。やがて町 にはいりましたが通 りの家々 はもうみんな戸を閉めてし たか
まど
あたた
ひかり
みち
ゆき
うえ
お
まって、高 い窓 から 暖 かそうな 光 が、道 の雪 の上 に落ちているば かりでした。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:28) Kodomo no kitsune ha, machi no hi wo me ateni, yuki akari no nohara wo yochiyochi yatte ikimashita. Hajimeno uchi ha hitotsu kiridatta hi ga futatsu ni nari mitsu ni nari, hate ha juu nimo fuemashita. Kitsune no kodomo ha sore wo mite, hi ni ha, hoshi to onaji youni, akai no ya kii no ya aoi no ga arundana to omoimashita. Yagate machi ni ha irimashita ga toori no ie ie ha mou minna to wo shimete shimatte, takai mado kara atataka souna hikari ga, michi no yuki no ue ni ochite iru bakarideshita. ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 28) Sang anakpun berjalan menuju arah cahaya lampu kota, berjalan terhuyunghuyung melewati tanah lapang yang memantulkan cahaya salju. Cahaya yang pertama-tama hanya satu berubah menjadi dua, tiga, dan terus bertambah hingga menjadi sepuluh. Ketika melihat itu, dia berpikir bahwa lampu itu seperti bintang, ada yang merah, ada yang kuning dan ada yang biru. Tak lama kemudian, dia memasuki kota, tetapi pintu rumah-rumah yang dia lewati semuanya tertutup, cahaya yang sepertinya hangat terlihat dari jendela yang tinggi terus-terusan jatuh menerangi salju yang ada di atas jalan.
ぼ う し や
おも
きつね
て
きつね
て
すると帽子屋さんは、おやおやと思いました。 狐 の手です。 狐 の手 てぶくろ
い
き
は
か
き
が手袋をくれと言うのです。これはきっと木の葉で買いに来たんだ おも
さき
かね
くだ
い
なと思いました。そこで、「先 にお金 を下 さい」と言いました。
54
こきつね
にぎ
はくどうか
ぼうしや
わた
子狐 はすなおに、握 って来た白銅貨を二つ帽子屋さんに渡 しました ひとさしゆび
。帽子屋さんはそれを人差指 の さきにのっけて、カチ合せて見ると、チンチンとよい音がしました ので、これは木の葉じゃない、ほんとのお金だと思いましたので、 たな
こどもよう
けいと
てぶくろ
だ
き
こきつね
て
も
棚 から子供用の毛糸の手袋 をとり出して来て子狐 の手に持たせてや こきつね
れい
い
りました。子狐は、お礼を言ってまた、もと来た道を帰り始めまし た。 ( こんぎつね〄夕鶴、1986:30-31) Suruto bosha san ha, oyaoya to omoimashita. Kitsune no te desu. Kitsune no te ga tebukuro wo kure to iu nodesu. Kore ha kitto ki no ha de kai ni kitan dana to omoimashita. sokode, (saki ni okane wo kudasai) to iimashita. Kokitsune ha sunao ni, nigitte kita hakudouka wo futasu bousha san ni watashimashita. boushiya san ha sore wo hitosashiyubi no saki ni nokkete, kachi awasete miruto, chinchin to yoi oto ga shimata node, kore ha ki no ha janai, honto no okane dato omoimashita node, tana kara kodomoyou no keito no tebukuro wo tori dashite kite kogitsune no te ni ( Kongitsune . Yuuzuru, 1986 : 30-31) Melihat itu penjaga tokopun keheranan.Ada tangan rubah.Tangan rubah ini mengatakan ingin membeli sarung tangan.Penjaga toko itu berpikir bahwa pasti anak rubah datang membeli memakai dedaunan. Dari situ penjaga toko mengatakan “ sini uangnya duluan”. Dengan patuh anak rubah itu menyerahkan dua keping uang 100-an yang ada di genggamanya. Penjaga toko itu mengambil uang dengan jari telunjuknya, dan ketika dia meraba uangnya terdengar suara krincing- krincing dan dia menyadari bahwa itu bukanlah daun, dan dia berpikir bahwa itu adalah uang sungguhan, kemudian diapun mengambil sarung tangan wol untuk anak-anak dari lemari dan menyerahkanya kepada anak rubah.Setelah mengucapkan terima kasih si anak rubah kembali pulang melalui jalan yang tadinya dia lewati.
Kutipan diatas menunjukan sikap anak rubah yang pemberani dikarenakan petualangan nya yang pertama kali di usianya yang masih kecil. Dari sikap beraninya itulah dia membuktikan sendiri bahwa apa yang dikatan ibunya tentang manusia adalah orang menakutkan tidak benar, karena hingga dia kembali kepada ibunya terbukti tidak terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya.
55
Berdasarkan sikap dan tingkah laku dari tokoh-tokoh dalam cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni” 「手袋を買いに」terdapat nilai-nilai moral yang sarat dengan
pendidikan anak, yaitu nilai kejujuran, bertanggung jawab, dan keberanian. Dimana masing masing nilai moral tersebut saling berkaitan dengan nilai moral lainnya. Dan bagi pembaca dapat menjadikan sebagai acuan untuk dapat menilai mana yang baik dan mana yang buruk.
BAB 4 SIMPULAN Cerita cerpen Tebukuro Wo Kai Ni ( 手 袋 を 買 い に ) karya Niimi
Nankichi yang merupakan jenis sastra anak.Cerita ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1943 setelah kematiannya.Menceritakan tentang seekor anak rubah yang pergi ke kota terdekat untuk membeli beberapa sarung tangan. Cerita Tebukuro Wo Kai Ni ini tidak hanya bersifat menghibur tetapi juga terdapat nilainilai moral yang sarat dengan pendidikan anak. Cerita Tebukuro Wo Kai Ni ini pun terdapat unsur-unsur intrinsik sebagai pembangun karya sastra tersebut. Unsur-unsur intrinsikdalam cerita Tebukuro Wo Kai Ni ini berupa tema, alur (plot), tokoh, latar (setting), dan amanat. Tema yang diangkat sebagai ide pokok cerita ini yaitu keberanian seekor anak rubah untuk membuktikan bahwa apa yang diceritakan ibunya tentang manusia makhluk yang menakutkan itu tidak benar. Guna mewujudkan tema tersebut melibatkan tokoh-tokoh cerita yaitu ibu rubah, anak rubah, manusia penjual sarung tangan, ibu manusia dan anaknya.Penokohan anak rubah merupakan tokoh utama pada cerpen Tebukuro Wo Kai Ni. Anak rubah memiliki sifat polos juga riang, selalu ingin tahu segala sesuatu yang baru dilihatnya, pemberani, dan butuh perhatian dari orang tuanya.Kemudian tokoh ibu rubah, manusia penjual sarung tangan, ibu manusia dan anaknya merupakan tokah pembantu yang cukup berperan penting dalam berkembangnya jalan cerita Tebukuro Wo Kai Ni. Penokohan ibu rubah memiliki sifat penyayang, perhatian,
56
57
dan penakut karena rasa trauma yang pernah dialaminya.Manusia penjual sarung tangan memiliki sifat waspada dan baik.Ibu manusia merupakan makhluk yang baik dan penyayang tidak seperti apa yang dipikirkan ibu rubah. Sedangkan anak manusia adalah sosok anak yang polos juga selalu ingin tahu. Pengaluran dalam cerpen Tebukuro Wo Kai Ni ( 手 袋 を 買 い に )
menggunakan alur maju dan mundur. Alur maju dikarenakan cerita berjalan sesuai dengan urutan penampilan peristiwa, dan alur mundur karena terdapat peristiwa yang terjadi di masa lampau. Pembahasan latar tempat dalam cerpen “Tebukuro Wo Kai Ni”(手袋を
買 い に ) meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial saat cerita
berlangsung. Latar tampat dalam cerita ini goa, hutan, tanah lapang, dan kota. Latar waktu disebutkan secara jelas yakni pagi hari, malam hari, dan musim dingin. Sedangkan latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat suatu tempat, dalam cerita ini latar sosial yang terkandung berbeda seperti masyarakat masyarakat pada umumnya karena kebiasaan hidup ibu rubah dan anaknya adalah di hutan dengan udaranya yang dingin, dimana berbeda dengan manusia yang tinggal di dalam rumah yang hangat di kota. Adapun nilai-nilai moral yang terdapat dalam cerpen Tebukuro Wo Kai Ni (手袋を買いに)adalah kejujuran, bertanggung jawab, dan keberanian :
58
1 Kejujuran Ditunjukan dalam cerpen ini bahwa anak rubah yang dalam cerita ini telah menceritakan hal yang sebenarnya tentang apa yang telah ia alami saat membeli sarung tangan di kota. Secara tidak sengaja ia mengeluarkan tangan aslinya kepada manusia penjual sarung tangan saat akan membeli sarung tangan. Dengan begitu meskipun sang penjual merasa aneh dan tidak percaya terhadap anak rubah tetapi si penjual tetap memberikan sarung tangan permintaan anak rubah. 2 Bertanggung jawab Terlihat pada sikap tanggung jawab ibu rubah dengan mengubah salah satu tangan anaknya secara ajaib menjadi tangan seorang anak kecil manusia, untuk menyamarkan identitas anaknya agar tidak ditangkap oleh manusia, dikarenakan yang membeli sarung tangan adalah seekor rubah. Ditujukan juga oleh anak rubah dengan melakukan seperti apa yang sudah dikatakan ibunya. Dibuktikan ketika ibu rubah berpesan untuk mengetuk pintu dan mengucapkan salam terlebih dahulu saat akan membeli sarung tangan. 3 Keberanian Hal ini ditunjukan oleh sikap anak rubah yang baru pertama kali pergi sendirian ke kota untuk membeli sarung tangan. Pertama kali pula anak rubah berhadapan langsung dengan manusia yang diceritakan ibunya bahwa manusia adalah makhluk yang menakutkan.
59
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara unsur-unsur intrinsik dalam cerpen Tebukuro Wo Kai Ni (手袋を買いに)
terdapat adanya suatu nilai moral. Nilai moral trsebut dapat dilihat berdasarkan baik buruk sikap maupun tingkah laku dari tokoh-tokoh. Sehingga cerpen Tebukuro Wo Kai Ni(手袋を買いに)dapat dijadikan sebagai media untuk
pendidikan moral bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Bartens,K.2001.Etika. Jakata: Gramedia Pustaka Utama Matsura,Kenji.1994. Kamus Jepang-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Noor,Redyanto.2009.Pengantar Pengkajian Sastra.Semarang: FASindo Nurgiyantoro,Burhan.2005.Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta:Gajah Maja Universiti.Press Niimi Nankichi,Kinoshita Junji.1986.Kongitsune Yüzuru.手袋を買いに
(Tebukuro Wo Kai Ni).Jepang Riris K.Toha-Sarumpaet.2010.Pedoman Penelitian Sastra Anak.Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia Poespoprodjo,W.1999.Filsafat Moral.Bandung:Pustaka Grafika Sudjianto.2010.Kamus Populer Jepang-Indonesia dan IndonesiaJepang.Bandung:Ruang Kata http://slideshare.net/chenweijiang/Nilai-moral-dan-definisi. Diunduh pada tanggal 14 juli 2013 http://whoislog.info/profil/niimi-nankichi.html. Diunduh pada tanggal 14 juli 2013 http://wikipedia.org/wiki/index.html?curid:187970. Diunduh pada tanggal 14 juli 2013
要旨
文学にはいろいろな種類がある。その一つが児童文学である。児童文学に
は子供とってに大事で役に立つ道徳の教訓がたくさん入っている。児童文
学は子供向けに書かれ、子供の生長にあわせて分かりやすい言葉で書かれ
ている文学である。
児童文学のテーマは教育的な要素を持つべきである。そのほかに、
児童文学に出る主人公は読者に模範を与えなければならない。また複雑な
プロットを使うのも避けなければならない。複雑なプロットを使うと、子
供たちは児童文学に入っている道徳のメッセージを理解することができな
いからである。
本論文を書くために、分析の対象として筆者は『手袋を買いに』と
いう新美南吉が書いた短編を選んだ。この短編は新美南吉が死んだあとに
発行された彼の傑作の一つだといわれている。
この短編は自分の子供のことを心配している親狐について話してい
る。子狐は人間から手袋を買おうとしている。人間が自分の子供を捕まえ
る可能性があるので、親狐は人間に対してくれぐれも気をつけるように忠
告を子狐に言った。親狐は人間は残酷な生き物だと思っている。このスト
ーリで主人公が経験したいろいろなできごとと、またその出来事に直面す
る主人公の態度は読者にインスピレーションと模範になる道徳を与える。
上に述べたことに基づいて、筆者は論文の「『手袋を買いに』の短
編における道徳の価値と構造要素の分析」とした。本論文で分析したのは
『手袋を買いに』の短編に含まれる道徳の価値とストーリの構造要素であ
る。この研究の目的は『手袋を買いに』の短編に含まれる道徳の価値と話
の構造要素を明かにすることである。その目的を達成するために筆者は構
造分析という研究方法を利用した。構造分析というのはストーリに含まれ
る内在的要素を分析する方法である。その内在的要素はたとえば、テーマ
、主人公、プロット、背景、とメッセージである。
この短編の主人公は子狐である。分析の結果に基づいて、子狐は明
るくてピュアで、見たことをいつも知りたがる〃礼儀正しくて、素直な子
狐だと描かれている。主人公の性格の分析は主人公の個性と性格を知るこ
とができることはもちろんのことだが、テーマを知ることもできる。
子狐の個性の分析に基づいて、この短編のテーマは人間は残酷な生
きものだという親狐の意見は正しくないということを証明する子狐の勇気
である。町へ行くのは初めてでも、親狐に反対されても、子狐は勇気を出
して、一人で町へ手袋を買いに行った。結局子狐は無事に手袋を買うこと
ができた。人間は悪い生きものだと親狐が言ったことは証明されなかった
。手袋を売っている人間は子狐に優しく応対した。
この短編では出来事の流れは時間の順番どおりのこともあれば過去
に戻って話された出来事もあるので、この短編に使われたプロットは「進
むプロット」と「FLASHBACK のプロット」であると筆者は考える。「進む
プロット」というのはストーリは時間の順番どおりに話されていて、「
FLASHBACK のプロット」は過去に戻って出来事を話されているプロットで
ある。
この短編に使われる背景は三つあってそれは場所の背景、時間の背
景、社会の背景である。この短編に使われている場所は洞穴、森、野原、
町である。洞穴は子狐と親狐のうちだと描かれ、森は子狐と親狐のうちが
ある場所として話され、野原は森の中にあって、子狐がよく遊ぶ場所とし
て話され、町は初めて人間に会って人間から手袋を買いに行く子狐の冒険
の場所として話されている。
さらにこの短編に使われている時間の背景は朝、冬、夜という三つ
の時間である。またこの短編に書かれた社会の背景は人間に対して常に悪
いイメージを持っていて、森で自由に生活している狐の世界である。親狐
は子狐にいつも礼儀正しいことと秩序を教えると話されている。
この短編に含まれる道徳的なメッセージは
1 他の人に対して否定的な考えを持たないように。
2 子供として素直で自分の親に従わなければならない。
3 臆病な人にならないように、勇敢な人になってください。
この三つの道徳的なメセッジは読者の日常生活に当てはめることがと
とてもいいメッセージだと筆者は思う。またこの短編に描かれている
親狐と子狐の生活も子供の読者のための模範になると筆者は考える。
BIODATA PENULIS
Nama
: Ayu Mustika Yulianti
Nama Panggilan
: Aik
Tempat, Tanggal Lahir
: Prabumulih, 18 Juli 1986
Alamat
: Asrama Kebon Polo G-7 RT. 03 RW. 04 Kel.Bandarjo, Kec. Ungaran, Semarang
Agama
: Islam
Nama Ayah
: Mustolah
Nama Ibu
: Siti Marwiyah, S.Pd
Riwayat Pendidikan
: 1. 1992 – 1998 SDN Teladan Ambon 2. 1998 – 2001 SMPN 2Ambon 3. 2001 – 2004 SMAN 3 Bogor 4. 2004 – 2008 D3 Bahasa Jepang Universitas Diponegoro Semarang 5. 2011 – 2013 S1 Sastra dan Bahasa Jepang Universitas Diponegoro Semarang