1
ANALISIS STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BEI
NETRIYANA
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur Modal yang Optimum pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Netriyana H24100151
3
ABSTRAK NETRIYANA. Analisis Struktur Modal yang Optimum pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI. Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI. Struktur modal merupakan perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri. Jika perusahaan menggunakan kombinasi beberapa jenis sumber dana, maka dilakukan perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pada industri telekomunikasi di Indonesia memiliki struktur modal yang didominasi oleh Saham biasa, dengan proporsi rata-rata sebesar 54,21%, hutang jangka panjang sebesar 38,90% dan sisanya merupakan saham preferen, yaitu 9,81%. Dengan perhitungan WACC dapat diketahui bahwa perusahaan di industri telekomunikasi memiliki nilai rata-rata sebesar 12,41%. Lalu berdasarkan perhitungan WACC dan nilai perusahaan diperoleh hasil bahwa PT. Indosat Tbk. telah memiliki struktur modal yang optimum dan PT. XL Axiata Tbk. belum cukup optimum dalam industri telekomunikasi. Namun PT. XL Axiata Tbk. dapat lebih meminimalkan biaya modalnya sehingga bisa lebih menaikkan nilai perusahaannya. Sementara itu, konsep WACC tersebut tidak berlaku pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Kata Kunci : biaya modal, nilai perusahaan, struktur modal, struktur modal yang optimal
ABSTRACT Netriyana. Optimum Capital Structure Analysis in Telecommunication Company Listed on IDX. Supervised by FARIDA RATNA DEWI. Capital structure is an equalization between the use of own capital and the loan. Weighted average cost of capital (WACC) concept is used on the condition when the company apply combination of several sources of fund. From this research it is known that the telecommunication industry has capital structure which is dominated by Common Stocks with an average proportion of 54.21%, bonds about 38,90% and the rest is preferred stock 9,81%. From the WACC calculation, it can be seen that the telecommunication industry has the WACC about 12,41%. while, based on the calculation of firm value, the company in sector of telecommunication industry has average firm value which is higher than the book value. By the WACC and firm value calculation, PT. Indosat Tbk. has capital structure that’s optimum, and PT. XL Axiata Tbk. does not quiet optimum. It is expected that PT. XL Axiata Tbk. can minimalized the cost of capital to increasing the firm value. Meanwhile, the WACC concept does not apply to PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Keywords : capital Structure, firm value, cost of capital, optimal capital structure
4
ANALISIS STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BEI
NETRIYANA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
5
Judul Skripsi : Analisis struktur Modal yang Optimum pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI Nama : Netriyana NIM : H24100151
Disetujui oleh
Farida Ratna Dewi, SE, MM Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
6
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini adalah struktur modal, dengan judul Analisis Struktur Modal yang Optimum pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi, SE. MM. selaku pembimbing. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak dan Ibu penulis atas segala doa dan kasih sayangnya dan temanteman manajemen yang selalu memberi dukungan, yaitu Annisa, Alfiani, Humairoh, Sarah, Eka, Esha, Zaza,Tantri, Rindang , Athia dan Fitri. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Anjar Lesmana yang telah mendukung selama proses penelitian serta terima kasih kepada seluruh staf Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor yang telah mendukung penulis dalam melakukan penelitian ini. Akhir kata, semoga Allah yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun penelitian ini.
Bogor, April 2014
Netriyana
7
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
METODE
4
Kerangka Pemikiran
4
Lokasi dan Waktu Penelitian
5
Pengumpulan Data
6
Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Gambaran Umum Sektor Industri Telekomunikasi
9
Analisis Struktur Modal
9
Analisis Biaya Modal
12
Perhitungan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC)
17
Struktur Modal yang Optimal
19
SIMPULAN DAN SARAN
22
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
25
RIWAYAT HIDUP
32
8
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8
Struktur modal perusahaan telekomunikasi Biaya hutang jangka panjang perusahaan telekomunikasi Biaya hutang saham biasa perusahaan telekomunikasi Biaya hutang saham preferen perusahaan telekomunikasi Biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan telekomunikasi Nilai WACC rataan pada industri telekomunikasi Hasil perhitungan nilai perusahaan Hasil perhitungan nilai perusahaan rata-rata
10 12 14 16 17 19 20 21
DAFTAR GAMBAR
1 Grafik pertumbuhan total pendapatan tiga operator telekomunikasi utama 2 di Indonesia 1 2 Kerangka pemikiran penelitian 5
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Persentase rumah tangga yang memiliki telepon seluler menurut klasifikasi daerah tahun 2005 – 2012 Komposisi struktur modal PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Komposisi struktur modal PT. XL AxiataTbk. Komposisi struktur modal PT. Indosat Tbk. Perhitungan biaya hutang jangka panjang PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Perhitungan biaya hutang jangka panjang PT. XL Axiata Tbk. Perhitungan biaya hutang jangka panjang PT. Indosat Tbk. Perhitungan biaya saham biasa PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Perhitungan biaya saham biasa PT. XL Axiata Tbk. Perhitungan biaya saham biasa PT. Indosat Tbk. Perhitungan biaya saham preferen PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Perhitungan biaya saham preferen PT. Indosat Tbk. Perhitungan WACC PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Perhitungan WACC PT. XL AxiataTbk. Perhitungan WACC PT. Indosat Tbk. Perhitungan nilai perusahaan Telekomunikasi Indonesia Tbk. Perhitungan nilai perusahaan PT. XL Axiata Tbk. Perhitungan nilai perusahaan PT. Indosat Tbk.
25 25 26 26 27 27 27 28 28 28 28 29 29 30 30 31 31 31
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia layanan jasa telekomunikasi telah dilakukan oleh perusahaan milik negara mulai tahun 1961. Sebagai negara berkembang, pengembangan dan modernisasi atas infrastruktur telekomunikasi tersebut menjadi faktor penting dalam pembangunan ekonomi secara umum di Indonesia. Berikut ini grafik pertumbuhan pendapatan 3 operator telekomunikasi utama di Indonesia (PT Telkom, PT Indosat dan PT XL Axiata) pada tahun 2006 hingga tahun 2011.
Tahun
Gambar 1 Grafik pertumbuhan total pendapatan tiga operator telekomunikasi utama di Indonesia (Widuri 2012) Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan pendapatan yang menurun secara signifikan selama periode 2006-2011. Hal ini menyebabkan perusahaan telekomunikasi perlu mengidentifikasi penyebabnya. Salah satunya yaitu dengan meninjau kembali struktur pendanaannya. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang menggunakan jasa telekomunikasi terus bertambah pada akhirnya menyebabkan kebutuhan akan layanan jasa telekomunikasi pun semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan pertambahan penggunaan telepon seluler pada setiap rumah tangga di Indonesia dari tahun ke tahun yang dapat dilihat pada lampiran 1 (BPS 2013). Ditambah lagi saat ini sudah banyak perusahaan–perusahaan baru yang memproduksi produk gadget terbaru seperti tablet, yang sudah beredar luas di Indonesia. Dengan peluang tersebut masing-masing perusahaan bisa melakukan perluasan pasar di dalam negeri maupun di luar wilayah Indonesia. Ekspansi tersebut juga harus didukung dengan manajemen pendanaan yang tepat. Pendanaan tersebut melingkupi hutang, ekuitas saham biasa dan ekuitas saham preferen. Dengan kata lain perusahaan harus memiliki struktur modal yang optimum agar ekspansi yang dilakukan dapat berlangsung secara tepat dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Komposisi struktur modal yang optimum dapat diketahui dari perhitungan biaya modal (Cost of capital). Menurut Rusdin (2006) modal merupakan sejumlah dana yang menjadi dasar untuk mendirikan suatu perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan modal
2
perusahaan dalam melakukan ekspansi, perusahaan dapat menarik perhatian para investor di pasar modal. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Adapun bentuk-bentuk pasar modal adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks sektoral, Jakrta Islamic Indek (JIT), Indeks Papan Utama, indeks Papan pengembangan, indeks LQ 45, Indeks Bisnis 27, Indeks Sri Kehati, Indeks Individual, Indeks Pefindo 25 dan indeks kompas 100. Ketiga perusahaan di atas (Gambar 1) diambil berdasarkan kedudukannya yang secara konsisten ada pada indeks kompas 100 selama beberapa periode. Kompas 100 merupakan salah satu indeks di Bursa Efek Indonesia yang diluncurkan oleh Bursa Efek Jakarta pada tahun 2007. Proses pemilihan 100 saham yang masuk dalam perhitungan indeks Kompas 100 ini mempertimbangkan faktor likuiditas, kapitalisasi pasar dan kinerja fundamental dari saham-saham tersebut. Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat disusun permasalahan yang akan diteliti, yaitu : 1) Bagaimana struktur modal pada perusahaan di indutsri telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100? 2) Bagaimana cost of capital pada perusahaan di industri telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100? 3) Bagaimana struktur modal yang optimum pada perusahaan di industri telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100 ? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk : 1) Mengetahui struktur modal pada perusahaan di industri telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100. 2) Menganalisis Cost of Capital pada perusahaan di industri telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100. 3) Menganalisis struktur modal yang optimum pada perusahaan di industri telekomunikasi yang terdaftar di Kompas 100. Manfaat Penelitian 1) Bagi pihak manajemen perusahaan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan besarnya sumber dana yang diperlukan (baik
3
dari pinjaman ataupun ekuitas) dalam membiayai aktivitas operasional perusahaan. 2) Bagi para pemakai laporan keuangan (terutama investor dan kreditur) dalam rangka menilai kinerja perusahaan yang tercermin dalam struktur modal, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam investasi. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi yang terdaftar di indeks Kompas 100 periode Februari 2013 – Juli 2013. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT XL Axiata Tbk dan PT Indosat Tbk. Penelitian ini menggunakan data perusahaan dari tahun 2008 hingga tahun 2012
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur Modal, Biaya Modal, Struktur Modal yang Optimal Menurut Mardiyanto (2009), struktur modal didefinisikan komposisi dan proporsi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan. Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena utang jangka panjang umumnya bersifat spontan dan berubah sesuai dengan tingkat penjualan perusahaan. Sementara utang jangka panjang bersifat tetap sebagai sumber pendanaan jangka panjang, sehingga hal tersebut perlu ditentukan secara tepat oleh perusahaan. Menurut Margaretha (2011), struktur modal optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risk dan return sehingga memaksimalkan harga saham (nilai perusahaan). Sedangkan untuk mengukur risiko dari penggunaan struktur modal, dapat digunakan konsep biaya modal. Biaya modal merupakan tingkat imbal hasil minimum yang harus diterima investor sehingga bersedia mendanai suatu proyek pada tingkat risiko tertentu (Mardiyanto 2009). Dalam penentuan struktur modal optimal juga digunakan konsep biaya modal rata-rata tertimbang (WACC), yaitu perhitungan dari beberapa komponen modal yang merupakan perkalian komposisi struktur modal dengan biaya modalnya. WACC digunakan jika perusahaan menggunakan lebih dari satu sumber modal. Ketika mengestimasikan biaya modal, maka digunakan tingkat pengembalian yang diminta dari saham dan obligasi perusahaan yang masih beredar sebagai suatu titik awal. Tingkat biaya tersebut mencerminkan seberapa berisikonya aktiva suatu perusahaan (Brigham dan Houston 2006). Penelitian tentang struktur modal optimal juga dilakukan oleh Choiruddin (2008) mengenai dampak struktur modal optimal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan energi dan gas bumi yang tercatat di Indeks LQ 45. Penelitian tersebut menyatakan bahwa perubahan struktur modal pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) dan PT Medco Energi International Tbk dari tahun 2005 hingga 2007
4
dilakukan secara baik yang mengakibatkan pada naiknya nilai perusahaan yang dicapai, sedangkan pada PT Energi Mega Persada Tbk belum dilakukan secara baik yang mengakibatkan pada turunnya nilai perusahaan yang dicapai.
METODE Kerangka Pemikiran Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Penelitian ini diawali dengan penentuan perusahaan yang termasuk dalam industri telekomunikasi di indeks Kompas 100. Perusahaan tersebut antara lain PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Selanjutnya, data yang diperlukan dari ketiga perusahaan tersebut diambil dari Bursa Efek Indonesia yang meliputi data untuk perhitungan struktur modal seperti hutang, saham preferen dan saham biasa. Lalu dilakukan analisis biaya modal pada masing-masing elemen struktur modal tersebut. Analisis ini menggunakan metode perhitungan biaya modal (cost of capital) dan perhitungan WACC (weighted average cost of capital) untuk memperoleh perimbangan data pada biaya modal ketiga elemen itu. Setelah analisis tersebut dilakukan akan diperoleh kesimpulan apakah perusahaan-perusahaan pada industri telekomunikasi ini sudah memiliki komposisi struktur modal yang optimal. Hasil dari penelitian ini selanjutnya akan direkomendasikan untuk masingmasing perusahaan (PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, XL Axiata Tbk, dan PT Indosat Tbk) dan para investor. Para investor dapat mempertimbangkan untuk menanam modal atau berinvestasi pada salah satu perusahaan tersebut. Sedangkan perusahaan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang struktur modal yang optimal pada masing-masing perusahaan. Perusahaan bisa membatasi persentase hutang, sehingga perusahaan bisa menekan biaya hutang untuk dialihkan pada pendanaan hal lain yang lebih menguntungkan perusahaan.
5
Pasar Modal
Investor
Industri Telekomunikasi (Indeks Kompas 100) : PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk,
Cost Of Capital
Capital Structure
Saham Preferen
Hutang
Saham Biasa
Biaya Saham Preferen
Biaya Hutang
Biaya Saham Biasa
Perhitungan COC & WACC
Struktur Modal yang Optimum
Rekomendasi Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder di Bursa Efek Indonesia dengan objek penelitian yaitu tiga perusahaan utama yang bergerak di bidang telekomunikasi, yaitu PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk masing-masing selama 5 tahun, yaitu tahun 20082012. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan pada bulan Desember 2013 sampai Januari 2014.
6
Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder. Pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mengumpulkan dokumen atau literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data diperoleh dari laporan keuangan PT XL Axiata Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. masing-masing pada tahun 2008-2012, literatur, penelitian terkait dan internet.
Analisis Data Untuk memahami struktur modal yang optimal dapat dilakukan perhitungan biaya hutang, biaya saham biasa dan biaya saham preferen yang dikeluarkan oleh perusahaan. Perhitungan Biaya Hutang (Kdt) Penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya modal dilakukan karena nilai dari saham perusahaan yang ingin dimaksimalkan akan bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga merupakan biaya yang dapat dikurangkan, bunga akan memberikan pengurangan pajak yang mengurangi biaya hutang bersih. Untuk itu, rumus yang digunakan untuk menghitung biaya hutang adalah : Biaya hutang setelah pajak = Tingkat suku bunga – Pengurangan pajak Kdt = kd - kdT ..………………….. (1) Kdt = kd(1-T) ..………………….. (2) 𝐶t+ 𝑀−𝑃 b /𝑁 Kd = ..……………………. (3) 𝑀 +𝑃 ( 2 b) Keterangan : Kd : biaya hutang sebelum pajak (%) Kdt : biaya hutang setelah pajak (%) T : Pajak (%) Ct : Bunga yang harus dibayar secara periodik (Rp) Pb : Nilai pasar atau nilai jual obligasi (Rp) M : Nilai nominal obligasi (Rp) N : Umur obligasi (tahun)
Perhitungan Biaya Saham Preferen (Kps) Komponen biaya saham preferen yang digunakan untuk menghitung ratarata tertimbang biaya modal adalah dividen saham preferen yang dibagi dengan harga saham preferen saat ini. Dp Kps = (4) ……………………………………….. Pp
7
Kps
Dps
=
Po-Fc
......................................................
(5)
Keterangan : Dps : Dividen saham preferen (Rp) Po : Harga jual saham preferen (Rp) Fc : Biaya emisi (Rp) Perhitungan Biaya Saham Biasa (Ks / Ke) Di
………………………………….
(6)
Ke
= NP + g Di = +g
………………………………….
(7)
Ke
=
………………………………….
(8)
Ke
=
………………………………….
(9)
Ks
P o (1−F) Di P o −F Ks
+g
1−F
Keterangan : Po : harga saham (Rp) Di : dividen yang diharapkan pada akhir tahun pertama (Rp) g : tingkat pertumbuhan (%) Fc : biaya emisi (Rp) F : % biaya emisi t = Fc / Po x 100% Ks : Cost of Common stock (old) (%) Ke : Cost of cammon stock (new) (%) NP : Net Price (Rp) Pada rumus perhitungan saham biasa (6) hingga (9) digunakan jika perusahaan mengeluarkan biaya emisi. Biaya emisi merupakan biaya yang harus dibayar oleh perusahaan ketika menerbitkan saham biasa baru. Tetapi jika perusahaan telah menentukan harga saham bersih maka rumus yang digunakan adalah rumus (6). Sementara itu menurut Brigham dan Houston (2006) untuk menghitung biaya saham biasa dilakukan dengan mencari tingkat pertumbuhan terlebih dahulu dengan rumus : g = (1,0 – tingkat pembayaran)(ROE) ……………………………
(10)
Nilai ROE merupakan ekspetasi tingkat pengembalian atas ekuitas di masa depan. Sementara tingkat pembayaran diperoleh dari dividen per saham dibagi dengan laba per saham. Setelah diperoleh tingkat pertumbuhan pada masingmasing tahun maka dilakukan perhitungan biaya saham biasa dengan rumus : Ke = D1 / Po+ g
……………………………………………. (11)
Keterangan : Ke : Biaya saham biasa (%)
8
D1 Po g
: Dividen per lembar saham biasa (Rp) : Harga per lembar saham biasa (Rp) : Tingkat pertumbuhan (%)
Perhitungan WACC (Weighted Average Cost of Capital) Proporsi sasaran atas utang, saham preferen, dan saham biasa beserta biaya dari komponen-komponen tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menghitung rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital – WACC) perusahaan (Brigham dan Houston 2006). Adapun rumus WACC adalah sebagai berikut : WACC = wdkd(1 – T) + wpkp + wcks
……………………………
(12)
Keterangan : wd = bobot hutang (%) wp = bobot saham preferen (%) wc = bobot saham biasa (%) kd = biaya hutang sebelum pajak (%) kp = biaya saham preferen (%) ks = biaya saham biasa (%) Nilai Perusahaan Menurut Margaretha (2011), suatu perusahaan pada umumnya dapat dikatakan maksimal jika biaya modalnya minimum, dengan kata lain struktur modal optimal jika WACC diminimalkan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan. Rumus untuk memperoleh nilai perusahaan adalah sebagai berikut : V=
EBIT x (1−T) WACC
………………………………….
Keterangan : V : Nilai perusahaan (Rp) EBIT : Laba sebelum bunga dan pajak (Rp) T : Pajak (%) WACC : Biaya modal rata-rata tertimbang (%)
(13)
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sektor Telekomunikasi Sejak tahun 1961, layanan telekomunikasi di Indonesia diselenggarakan oleh badan usaha milik negara. Sebagaimana terjadi pada negara berkembang lainnya, pengembangan dan modernisasi infrastruktur telekomunikasi berperan penting dalam perkembangan ekonomi nasional secara umum. Selain itu, jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat telah mendorong permintaan yang tinggi akan layanan telekomunikasi. Pemerintah mengatur regulasi sektor telekomunikasi, terutama melalui menkominfo. Pada awalnya Pemerintah memberlakukan monopoli atas layanan telekomunikasi di Indonesia. Reformasi telah menciptakan kerangka regulasi yang mendorong tumbuhnya persaingan dan percepatan pembangunan fasilitas dan infrastruktur telekomunikasi. Reformasi regulasi berikutnya bulan September 2000, ditujukan untuk meningkatkan persaingan dengan menghapus monopoli, meningkatkan transparansi dan kepastian terhadap kerangka regulasi, menciptakan peluang bagi aliansi strategis dengan mitra asing dan memfasilitasi masuknya pemain baru dalam industri telekomunikasi. Banyaknya perusahaan telekomunikasi ditanggapi oleh pemerintah yang diwakili oleh Departemen Telekomunikasi dan Informasi menyatakan bahwa pemerintah tidak akan menganut paham mengurangi jumlah operator dan jumlah pemain yang banyak bukan berarti harus atur akan tetapi proses seleksi operator telekomunikasi akan sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar sehingga hanya operator yang memberikan layanan terbaik yang mampu bertahan. Dengan adanya pernyataan seperti itu membuat perusahaan telekomunikasi harus selalu memikirkan cara dan strategi agar dapat bertahan dan berkembang. Persaingan antaroperator seluler juga memberikan dampak bagi para stakeholder seperti pemerintah, direksi, pemegang saham, dan masyarakat. Pengelolaan aspek keuangan pun menjadi penting dalam menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan dan sinergi sehingga perusahaan dapat menekan biaya untuk melakukan ekspansi pasar dan menghadapi kompetisi sengit di industri telekomunikasi di Indonesia.
Analisis Struktur Modal Analisis struktur modal diperlukan untuk mengetahui perkembangan komposisi struktur modal yang digunakan oleh perusahaan telekomunikasi, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT XL Axiata Tbk, dan PT Indosat Tbk. Berdasarkan analisis ini diperoleh komposisi penyusunan struktur modal masingmasing perusahaan sebagai berikut :
10
Tabel 1 Struktur modal perusahaan telekomunikasi
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Komponen Modal Hutang jangka panjang Saham preferen saham biasa Hutang jangka panjang Saham preferen saham biasa Hutang jangka panjang Saham preferen saham biasa Hutang jangka panjang Saham preferen saham biasa Hutang jangka panjang Saham preferen saham biasa
Struktur Modal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (%)
Struktur Modal PTIndosat Tbk (%)
Struktur Modal PT XL Axiata Tbk (%)
14,56 18,81 66,64
52,46 0,78 41,49
80,19 19,81
18,26 17,90 63,84
50,96 0,89 48,16
55,52 44,48
19,32 17,16 63,53
52,03 1,01 46,95
43,99 56,01
14,85 18,81 66,34
49,66 1,21 49,12
33,53 66,47
13,00 20,05 66,95
47,70 1,44 50,86
37,48 62,52
Struktur Modal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Pada tahun 2008 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki struktur modal 14,56% hutang jangka panjang, 18,81% saham preferen, dan sisanya sebesar 66,64% saham biasa. Pada tahun tersebut Telkom tidak memiliki obligasi dan hanya memiliki hutang bank jangka panjang sehingga komposisi hutang jangka panjang perusahaaan rendah. Lalu pada tahun 2009 struktur modal modal Telkom mengalami perubahan. Pada tahun tersebut perusahaan menambah jumlah pinjaman bank sehingga proporsi hutang bertambah menjadi 18,26% ,dan saham preferen memiliki proporsi sebanyak 17,90% serta saham biasa sebesar 63,84%. Di tahun 2010 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengeluarkan dua obligasi yaitu Seri A dengan nilai nominal Rp.1.005.000.000.000 dan Seri B sebesar Rp.1.995.000.000.000 sehingga menyebabkan komposisi struktur modal perusahaan berubah menjadi 19,32% untuk hutang jangka panjang, 17,16% untuk saham preferen dan 63,53% untuk saham biasa. Pada tahun 2011, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengurangi pinjaman dana berupa hutang jangka panjang, sehingga perusahaan kembali mengalami perubahan komposisi yaitu 14,85% hutang jangka panjang, 18,81% saham preferen dan sisanya 66,34% saham biasa. Perubahaan tersebut juga disebabkan ekuitas perusahaan dalam bentuk saham biasa mengalami kenaikkan sebanyak Rp. 3.091.258.000.000. Sedangkan pada tahun 2012 komposisi struktur modal PT Telekomunikasi
11
Indonesia Tbk terdiri atas 13,00% hutang jangka panjang, 20,05% saham preferen dan 66,95%. Hal ini dikarenakan perusahaan menambah sumber dana dalam bentuk saham biasa kurang lebih sebesar 8,48% dari jumlah ekuitas di tahun sebelumnya. dari data tersebut dapat dilihat bahwa dalam tiga tahun terakhir perusahaan mengalami penurunan sumber dana yang berasal dari hutang jangka panjang dan perusahaan memilih untuk menggunakan sumber dana yang berasal dari saham biasa dengan terus meningkatkan proporsinya. Struktur Modal PT Indosat Tbk PT Indosat Tbk mempunyai tiga sumber pendanaan yang digunakan, yaitu hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Pada taun 2008, PT Indosat Tbk mengeluarkan sukuk III dengan nilai nominal Rp.570.000.000.000 dan menerbitkan obligasi dengan dua macam seri. Seri A dengan nilai nominal Rp.760.000.000.000 dan Seri B sebanyak Rp. 320.000.000.000 sehingga sumber modal perusahaan lebih didominasi oleh hutang dan menyebabkan struktur modal perusahaan terdiri dari 52,46% hutang jangka panjang, 0,78% saham preferen, dan 41,49% saham biasa. Sedangkan pada tahun 2009 perusahaan mengurangi proporsi dari hutang jangka panjang yang berupa obligasi, sehingga proporsinya turun menjadi 50,96%, dan saham preferen beserta saham biasa masing-masing menjadi 0,89% dan 48,16%. Pada tahun-tahun berikutnya struktur modal PT Indosat Tbk terus mengalami perubahan, seperti tahun 2010 perusahaan memiliki struktur modal yang terdiri dari 52,03% hutang jangka panjang, 1,01% saham preferen, dan sisanya saham biasa sebesar 46,95%. Tahun 2011 perusahaan tidak menerbitkan obligasi dan pinjaman jangka panjang turun dari tahun sebelumnya sehingga hutang jangka panjang PT Indosat Tbk turun menjadi 49,66%, saham preferen 1,21%, dan saham biasa 49,12%. Hingga tahun 2012 PT Indosat Tbk kembali menurunkan proporsi hutang sehingga menaikkan proporsi ekuitasnya menjadi 47,70% hutang jangka panjang,, 1,44% saham preferen, dan 50,86% saham biasa. Struktur Modal PT XL Axiata Tbk PT XL Axiata hanya menggunakan dua sumber dana dalam aktivitas perusahaannya. Sumber dana tersebut adalah hutang jangka panjang dan saham biasa yang diterbitkan perusahaan. Menurut Johnson (1998) pada jurnalnya yang berjudul “The effect of bank debt on optimal capital structure” menunjukkan bahwa pilihan penggunaan sumber hutang merupakan elemen penting dari keputusan struktur modal. Namun penggunaan hutang jangka panjang oleh PT XL Axiata Tbk pada tahun 2008 sangat tinggi, yaitu sebesar 80,19% dan proporsi saham biasa hanya 18,81%. Hal ini menyebabkan perusahaan mengalami kerugian yang diakibatkan penggunaan dana tersebut kurang optimal. Namun pada tahun berikutnya proporsi hutang jangka panjang mengalami penurunan karena perusahaan menerbitkan saham baru untuk menambah ekuitasnya, sehingga proporsi hutang jangka panjang menjadi 55,52% dan saham biasa sebesar 44,48%. Pada tahun 2010 struktur modal PT XL Axiata Tbk kembali mengalami perubahan menjadi 43,99% untuk hutang jangka panjang, dan 56,01% untuk saham biasa. Sedangkan di tahun 2011 hutang jangka panjang memiliki proporsi 33,53% dan sisanya bersumber dari saham biasa. Hingga tahun tersebut, perusahaan berhasil menekan komposisi hutang dalam sumber pendanaannya dan
12
menggantinya dengan menerbitkan saham baru untuk menambah ekuitas perusahaan. Tetapi pada tahun 2012, PT XL Axiata Tbk melakukan pinjaman kepada bank sehingga mengalami sedikit peningkatan pada proporsi hutang jangka panjangnya menjadi 37,48% dan menurunkan proporsi saham biasa menjadi 62,52%.
Analisis Biaya Modal Menurut Margaretha (2005) cost of capital merupakan biaya yang dikeluarkan karena perusahaan menggunakan sumber dana yang tergabung dalam struktur modal (capital structure). Struktur modal yang berkaitan dengan struktur pembelanjaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang, saham biasa, saham preferen dan laba ditahan. Dalam perhitungan COC, utang jangka pendek tidak diperhitungkan karena sumber pembiayaan spontan, dan untuk membiayai modal kerja bukan untuk investasi jangka panjang. Sumber dana yang digunakan untuk investasi jangka panjang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri yang berupa saham preferen, saham biasa dan laba ditahan. Perhitungan Biaya Hutang Jangka Panjang Menurut Mardiyanto (2009), biaya modal utang jangka panjang terdiri atas utang bank dan utang obligasi. Adapun menghitung biaya modal utang jangka panjang dengan menggunakan rumus (2). Hasil perhitungan biaya hutang jangka panjang dari ketiga perusahaan telekomunikasi adalah sebagai berikut : Tabel 2 Biaya hutang jangka panjang perusahaan telekomunikasi Perusahaan
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
PT XL Axiata Tbk
PT Indosat Tbk
Tarif Pajak (%)
Beban Bunga (dalam milyar Rp)
Hutang Jangka Panjang (dalam milyar Rp)
Kd (%)
2008
23
2009
23
1.582
7.495
21,10
16,25
2.000
11.156
17,93
13,81
2010
20
1.928
13.506
14,28
11,42
2011
20
1.637
10.632
15,40
12,32
2012
20
2.055
10.012
20,53
16,42
2008
0
1.123
17.443
6,43
6,43
2009
23
1.274
10.988
11,59
8,93
2010
20
843
9.202
9,16
7,33
2011
20
755
6.906
10,93
8,74
2012
20
782
9.213
8,49
6,79
2008
23
1.858
19.532
9,51
7,33
2009
23
1.828
19.001
9,62
7,41
2010
20
2.272
19.781
11,48
9,19%
2011
20
1.790
18.564
9,64
7,71
2012
20
2.077
17.690
11,74
9,39
Tahun
Kd(1-T) (%)
13
Biaya Hutang Jangka Panjang PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Dari hasil perhitungan biaya hutang jangka panjang ,dapat dilihat bahwa biaya hutang jangka panjang PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menurun dari tahun 2008 sampai 2010, namun meningkat kembali di tahun 2011 dan 2012. Pada tahun 2008 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki biaya modal hutang jangka panjang setelah pajak sebesar 16,25%. Pada tahun 2009 dan 2010 biaya hutang jangka panjang setelah pajak PT Telekomunikasi Indonesia Tbk terus mengalami penurunan persentase menjadi 13,81% dan 11,42%. Hal ini dikarenakan penggunaan hutang jangka panjang perusahaan yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2011 dan 2012 biaya hutang jangka panjang setelah pajak PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami kenaikkan kembali menjadi 12,32% dan 16,42% yang disebabkan penggunaan hutang jangka panjang yang menurun disertai beban bunga yang naik turun. Biaya hutang jangka panjang ini juga dipengaruhi penurunan pajak yang dikenakan pemerintah. Biaya Hutang Jangka Panjang PT XL Axiata Tbk Pada tahun 2008 PT XL Axiata Tbk mengalami kerugian hingga mencapai Rp.75.209.000.000, sehingga perusahaan tidak dikenakan pajak. Ini menyebabkan Kd sebelum pajak sama dengan Kd setelah pajak, yaitu 6,43%. Namun ditahun berikutnya PT XL Axiata Tbk kembali bangkit dan menghasilkan laba pnenghasilan yang cukup besar, sehingga dikenakan pajak dan memiliki biaya hutang jangka panjang setelah pajak sebesar 8,93%. Pada tahun 2010, biaya hutang jangka panjang PT XL Axiata Tbk mengalami penurunan persentase menjadi 7,33% yang disebabkan oleh penggunaan hutang jangka panjang serta penurunan pajak yang diatur dalam undang-undang. Tahun 2011 biaya hutang jangka panjang mengalami kenaikan kembali menjadi 8,74%, hal ini dikarenakan PT XL Axiata Tbk mengurangi sumber dana yang berasal dari hutang jangka panjang. Dan pada tahun 2012 PT XL Axiata Tbk menambah hutang jangka panjangnya sehingga biaya hutang jangka panjang setelah pajaknya menjadi 6,79%. Biaya Hutang Jangka Panjang PT Indosat Tbk Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa PT Indosat Tbk memiliki biaya hutang jangka panjang yang fluktuatif. Dari grafik dan tabel tersebut dapat dilihat pada tahun 2008, perusahaan memiliki biaya hutang jangka panjang setelah pajak sebesar 7,33%. Lalu pada tahun berikutnya biaya hutang tersebut meningkat menjadi 7,41%. Hal tersebut dikarenakan perusahaan mengurangi jumlah hutang, sehingga menaikkan tingkat bunga, atau biaya modal sebelum pajak. Namun pada tahun 2010, perusahaan kembali menambah modal dengan menambah hutang dan perusahaan juga harus membayar beban bunga yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Sehingga biaya hutang jangka panjang setelah pajak menjadi 9,19%. Angka tersebut lebih tinggi dari biaya hutang jangka panjang tahun sebelumnya karena dipengaruhi juga oleh penurunan pajak yang dikenakan oleh pemerintah. Sedangkan pada tahun 2011, perusahaan mengurangi hutang jangka panjangnya sebanyak Rp. 1.216.776.000.000 dari tahun lalu namun dengan beban bunga yang lebih rendah pula. Sehingga biaya hutang perusahaan turun menjadi 7,71%. Dan pada tahun 2012, perusahaan kembali menurunkan hutangnya namun dengan
14
beban yang tinggi, sehingga biaya hutang jangka panjang setelah pajak PT Indosat Tbk naik menjadi 9,39%.
Perhitungan Biaya Saham Biasa Untuk menghitung biaya saham biasa, pertama dilakukan dengan menggunakan rumus (10) untuk menghitung tingkat pertumbuhan terlebih dahulu lalu rumus (11) untuk biaya saham biasa. Hasil perhitungan biaya saham biasa dari ketiga perusahaan telekomunikasi dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3 Biaya saham biasa perusahaan telekomunikasi Perusahaan
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
PT XL Axiata Tbk
PT Indosat Tbk
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
DPS Pertumbuhan (Rp) (%) 407,42 7,50 323,59 12,74 275,45 13,78 308,56 10,36 369,082 11,18 0 -0,35 0 19,42 107 16,91 129,88 12,58 135,13 10,49 172,85 5,40 137,86 4,17 59,55 2,03 76,83 2,54 34,52 1,29
Harga Saham (Rp) 6.900 9.450 7.950 7.050 9.050 950 1.930 5.400 4.525 5.500 5.750 4.725 5.400 5.650 6.450
Ke (%) 13,40 16,16 17,24 14,73 15,26 -0,35 19,42 18,89 15,45 12.94 8,40 7,09 3,13 3,90 1,83
Biaya Saham Biasa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa biaya modal saham biasa dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami fluktuatitf. Pada tahun 2008 biaya saham biasa Telkom sebesar 13,40% dengan tingkat pertumbuhan rendah yaitu 7,50%. Lalu biaya saham biasa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk meningkat di tahun berikutnya menjadi 16,16% karena harga saham Telkom meningkat cukup drastis menjadi Rp. 9.450,00 per lembar saham dan tingkat pertumbuhan yang naik sebanyak 5,24% menjadi 12,74%. Tingkat pertumbuhan perusahaan terus meningkat yang diikuti pertambahan biaya saham biasa hingga 17,24% ditahun 2010. Pada tahun 2011 biaya modal saham biasa Telkom turun menjadi 14,73% karena kenaikkan pembagian dividen per lembar saham dan penurunan tingkat pertumbuhan perusahaan. Namun pada tahun 2012, biaya modal saham biasa Telkom kembali meningkat menjadi 15,26% yang disebabkan kenaikan harga saham dan dividen.
15
Biaya Saham Biasa PT XL Axiata Tbk Variabel yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan (g) adalah Dividen per saham, ROE, dan laba per saham. Pada tahun 2008, XL mengalami kerugian, sehingga menyebabkan ROE PT XL Axiata Tbk mencapai angka -0,35% dan juga mengakibatkan perusahaan tidak membagikan dividen. Karena jumlah dividen per lembar saham sama dengan nol, maka tingkat pertumbuhan dan biaya modal saham biasa di tahun tersebut sama dengan nilai ROE nya, yaitu -0,35%. Meskipun demikian pada tahun 2009 PT XL Axiata Tbk bangkit dari keterpurukannya, dan berhasil menaikkan ekuitasnya dan mengelolanya dengan baik sehingga perusahaan memperoleh laba bersih sebanyak Rp. 1.709.468.000.000 dan mempunyai ROE sebesar 19,42%. Namun pada tahun ini, perusahaan tidak membagikan dividen karena perusahaan menahan laba untuk dimasukkan ke dalam saldo laba sebagai tambahan modal untuk mengembangkan perusahaan, sehingga baik tingkat pertumbuhan dividen maupun biaya saham biasa memiliki nilai yang sama dengan ROE nya yaitu 19,42%. Pada tahun 2010, Laba bersih PT XL Axiata Tbk kembali meningkat sehingga ROE perusahaan naik menjadi 24,68%. Pada tahun ini juga perusahaan membagikan dividen sebesar Rp.107,00 per lembar saham dan tingkat pertumbuhan menjadi 16,91%. Dengan demikian biaya saham biasa perusahaan di tahun tersebut mengalami perubahan menjadi 18,89% yang disebabkan juga oleh kenaikkan harga per lembar saham menjadi Rp. 5.400,00. Di tahun berikutnya, perusahaan mengalami penurunan laba bersih sebesar Rp. 61.160.000.000, sehingga ROE perusahaan pun turun menjadi 20,67%. Di tahun ini perusahaan membagikan dividen kepada para pemegang saham sebesar Rp. 129,88 per lembar saham. Namun harga per lembar saham menurun menjadi Rp. 4.525,00 sehingga menyebabkan biaya modal saham biasa perusahaan turun menjadi 15,45%. Sementara itu, pada tahun 2012, tingkat pertumbuhan perusahaan kembali menurun menjadi 10,49% yang disebabkan oleh penurunan laba per saham dan penurunan laba bersih perusahaan. Biaya saham biasa perusahaan juga kembali turun di tahun 2012 menjadi 12,94% Biaya Saham Biasa PT Indosat Tbk Pada perhitungan biaya saham biasa terlihat bahwa PT Indosat Tbk memiliki biaya saham biasa yang relatif menurun. Ini mengindikasikan bahwa tingkat pengembalian perusahaan kepada pemegang saham cukup rendah selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2008, perusahaan memiliki biaya saham biasa sebesar 8,40% dengan harga saham Rp. 5.750 per lembar saham. Tahun 2009, biaya saham biasa perusahaan turun menjadi 7,09% yang disebabkan penurunan tingkat pertumbuhan, pembagian dividen serta harga saham yang turun sebanyak Rp. 1.025,00 per lembar. Di tahun berikutnya biaya saham biasa perusahaan kembali turun menjadi 3,13% yang disebabkan kenaikan harga saham namun menghasilkan laba yang menurun sehingga laba per saham dan dividen per saham juga menurun. Lalu pada tahun 2011, tingkat pertumbuhan perusahaan meningkat dan diikuti kenaikkan biaya saham biasa sebanyak 0,77%. Ini disebabkan laba perusahaan yang meningkat sehingga dividen yang dibagikan pun naik. Tetapi pada 2012, biaya saham biasa kembali turun menjadi 1,83% karena laba bersih yang diperoleh perusahaan merosot jauh dari tahun sebelumnya.
16
Perhitungan Biaya Saham Preferen Menurut Brigham dan Houston (2006), pada rumus (4) biaya saham preferen dapat dihitung dengan membagi dividen saham preferen dengan harga dari penjualan saham preferen saat ini. Karena keterbatasan informasi dari data sekunder perusahaan, maka diasumsikan data yang digunakan adalah seluruh dividen saham preferen sebagai Dp dan ekuitas yang berasal dari saham preferen sebagai Pp. Salah satu karakteristik Saham preferen adalah memiliki dividen tetap setiap tahun. Untuk itu, setelah diperoleh biaya modal saham preferen pada masing-masing tahun maka dicari rata-rata biaya saham preferen yang akan digunakan pada perhitungan WACC. Hasil perhitungan biaya saham preferen disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4 Biaya saham preferen perusahaan telekomunikasi Perusahaan
PT Telekomunik asi Indonesia Tbk
PT Indosat Tbk
2008 2009 2010 2011 2012 2008
4.053.643 4.644.072 4.333.313 4.505.000 5.512.000 26.763
Ekuitas Saham Preferen (dalam jutaRp) 9.683.780 10.933.347 11.996.041 13.471.000 15.437.000 288.938
2009 2010 2011 2012
56.483 76.845 97.528 112.310
330.593 385.840 453.542 534.015
Tahun
Jumlah Dividen (dalam juta Rp)
Kp (%)
Kp’ (%)
41,86 42,48 36,12 33,44 35,71 9,26
38,48 38,48 38,48 38,48 38,48 17,76
17,09 19,92 21,50 21,03
17,76 17,76 17,76 17,76
Biaya Saham Preferen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk PT Telekomunikasi Tbk memiliki biaya saham preferen rata-rata sebesar 38,48%. Hal ini dikarenakan dividen yang dibagikan oleh perusahaan hampir 50% dari ekuitas yang diperoleh dari saham preferen. Pada tahun 2008, perusahaan berhasil memperoleh ekuitas dari saham preferen sebanyak Rp. 9.683.780.000.000 dan pada tahun tersebut perusahaan membagikan dividen sebesar Rp. 4.053.643.000.000 sehingga menghasilkan biaya saham sebesar 41,86%. Namun pada tahun 2009, perusahaan mengalami kenaikkan pendapatan sehingga jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham preferen meningkat menjadi Rp. 4.644.072.000.000 dan biaya saham preferen pun meningkat menjadi 42,48%. Lalu pada tahun 2010, jumlah ekuitas yang berasal dari saham preferen meningkat dari tahun sebelumnya, namun pembagian dividen dari saham preferen menurun menjadi Rp. 4.333.313.000.000 yang dikarenakan laba perusahaan yang menurun dan sebagian laba dimasukkan ke dalam akun saldo laba. Sehingga di tahun tersebut perusahaan memiliki biaya saham preferen sebesar 36,12%. Dan di tahun 2011 dan 2011 jumlah biaya saham preferen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk masing-masing menjadi 33,44% dan 35,71%.
17
Biaya Saham Preferen PT Indosat Tbk Tahun 2008-2012 PT Indosat Tbk memiliki biaya saham preferen rata-rata sebesar 17,76%. Hal ini diakibatkan jumlah dividen yang dibagikan perusahaan dari tahun 2008 hingga tahun 2012 berkisar antara 9% - 22%. Biaya modal saham preferen PT Indosat Tbk lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya saham preferen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Hal ini disebabkan ekuitas saham preferen perusahaan ini lebih kecil dibandingkan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. begitu pula dengan dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Pada tahun 2008, perusahaan memiliki ekuitas dari saham preferen sebanyak Rp. 288.938.000.000 dengan jumlah dividen sebesar Rp. 26.763.000.000 dengan biaya modal 9,26%. Jumlah ekuitas dari saham preferen pun terus meningkat hingga tahun 2012. Pada tahun berikutnya, perusahaan memiliki biaya modal saham preferen sebanyak 17,09%, meningkat 7,83% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan penjualan saham preferen yang meningkat dari tahun 2008. Sementara itu, pada tahun 2010, biaya modal saham preferen perusahaan kembali meningkat menjadi 19,92%. Tahun 2011 menjadi 21,50% dan di tahun 2012 turun menjadi 21,03%.
Perhitungan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC) Terkadang perusahaan seringkali tidak hanya menggunakan satu sumber dana melainkan dari berbagai sumber dana. Proporsi sasaran atas hutang, saham preferen, dan saham biasa, beserta biaya dari komponen-komponen tersebut digunakan untuk menghitung WACC (Brigham & Houston, 2006). Berikut ini hasil perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT XL Axiata Tbk, dan PT Indosat Tbk selama lima periode tahun 20082012. Tabel 5 Biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan telekomunikasi Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk PT XL Axiata Tbk PT Indosat Tbk
2008
WACC (%) 2009 2010 2011
2012
18,53 5,09 7,47
19,73 13,60 7,35
20,07 10,64 5,66
19,76 13,81 6,43
18,84 13,20 5,96
WACC PT Telekomunikasi Indonesia Tbk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki biaya modal rata-rata tertimbang yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai-nilai tersebut menunjukan tingkat pengembalian yang harus dikeluarkan Telkom cukup besar jika dibandingkan perusahaan lain di industri yang sama. Jumlah ini didominasi oleh biaya modal saham biasa. Walaupun kedua komponen lainnya, yaitu biaya hutang dan biaya saham preferen juga memiliki biaya modal yang memang cukup tinggi bila dibandingkan PT XL Axiata Tbk dan PT Indosat Tbk Pada tahun 2008, perusahaan memutuskan untuk menggunakan dana yang berasal dari 14,56% hutang jangka panjang, 18,81% saham preferen dan sisanya sebesar 66,64% berasal dari saham biasa dengan biaya modal masing-masing sebesar 16,25%
18
untuk hutang jangka panjang, 38,48% untuk saham preferen dan 13,40% untuk saham biasa. Di tahun berikutnya, perusahaan mengubah struktur modalnya dengan menambah ketiga komponensumber dana tersebut sehingga merubah jumlah komposisi maupun biaya modalnya. Secara keseluruhan perubahan ini telah mengubah nilai WACC perusahaan menjadi 19,73%. Lalu pada tahun 2010, perusahaan juga kembali menambah sumber pendanaannya sehingga menyebabkan biaya modal rata-rata tertimbang sedikit meningkat menjadi 19,76%. Namun pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2011, perusahaan mengurangi hutang jangka panjangnya yang menyebabkan biaya modal hutang naik dari tahun sebelumnya, dan menambah ekuitas dari saham preferen sehingga menyebabkan biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan turun sebesar 0,92%. Dan pada tahun 2012, nilai WACC perusahaan kembali meningkat menjadi 20,07%. Angka tersebut merupakan nilai WACC tertinggi selama lima tahun terakhir. Kenaikkan ini disebabkan oleh pengurangan penggunaan sumber modal hutang jangka panjang yang mengakibatkan biaya modalnya naik hingga 16,42% dan juga disebabkan faktor lainnya. WACC PT XL Axiata Tbk Biaya modal rata-rata tertimbang PT XL Axiata Tbk lebih rendah jika dibandingkan perusahaan sebelumnya yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tabel di atas dapat dilihat nilai WACC perusahaan mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada 2008, nilai WACC perusahaan cukup rendah, yakni 5,09%. Ini dikarenakan pada tahun tersebut perusahaan mengalami kerugian dan berimbas pada biaya modal keseluruhan. Misalnya saja pada biaya hutang jangka panjang. Sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang, perusahaan tidak akan terkena pajak penghasilan (0%) jika suatu perusahaan mengalami kerugian. Jadi biaya modal hutang jangka panjang pada tahun tersebut, perusahaan tidak menambahkan akun pajak pada laporan laba rugi. Walapun pada tahun sebelumnya perusahaan mengalami kerugian, di tahun berikutnya yaitu 2009 perusahaan kembali bangkit dan menambah ekuitasnya yang berasal dari saham biasa. Sehingga perusahaan memiliki biaya modal rata-rata tertimbang yang meningkat menjadi 13,60%. Begitu pula di tahun 2010, perusahaan menambah ekuitas saham biasanya sehingga biaya modal saham biasa menurun menjadi 18,89% dengan proporsi yang lebih besar sehingga tentu mempengaruhi nilai WACC menjadi 13,81%. Namun pada tahun 2011, perusahaan mengurangi jumlah hutang jangka panjangnya sehingga menaikkan biaya modal hutang. Namun biaya saham biasa turun sebanyak 3,44%. Nilai WACC pada tahun tersebut pun turun menjadi 13,20%. Nilai WACC kembali turun pada tahun 2012 menjadi 10,64% yang sebabkan perubahan biaya modal beserta proporsi biaya saham biasa yang meningkat. WACC PT Indosat Tbk Biaya modal rata-rata tertimbang PT Indosat Tbk adalah rendah jika dibandingkan kedua perusahaan sebelumnya yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT XL Axiata Tbk hal ini terlihat dari nilai WACC Indosat yang tidak melebih 10% di setiap tahun dan cenderung turun dari tahun ke tahun. Pada 2008, perusahaan memiliki biaya modal rata-rata tertimbang sebesar 7,47%.nilai tersebut banyak didistribusikan dari biaya modal hutang jangka panjang,
19
meskipun biaya modal hutang rendah tetapi memiliki proporsi yang lebih besar dari ekuitasnya. Lalu pada tahun berikutnya biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan turun sebanyak 0,12% dari tahun sebelumnya. Ini disebabkan perusahaan menambah ekuitas saham biasanya sehingga biaya modal saham biasa turun menjadi 3,41%. Karena proporsi saham biasa meningkat dari tahun sebelumnya, maka perubahan biaya modal saham biasa tersebut cukup mempengaruhi nilai WACC pada tahun terrsebut. Pada tahun 2010, biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan kembali turun menjadi 6,43% karena perusahaan menambah jumlah hutang jangka panjangnya dengan beba bunga yang tinggi dan mengakibatkan biaya hutang jangka panjang meningkat sebanyak 1,78%. Namun kenaikkan dalam biaya hutang tersebut tidak cukup berpengaruh pada nilai WACC, karena pada tahun tersebut biaya modal saham biasa turun drastis menjadi 3,13% dan menyebabkan nilai WACC turun. Lalu pada tahun selanjutnya yaitu 2011, perusahaan kembali mengubah struktur modalnya dan mengakibatkan nilai WACC turun menjadi 5,96%. Dan pada 2012, biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan juga turun menjadi 5,66% yang disebabkan oleh penambahan ekuitas saham biasa sehingga menyebabkan biaya modal saham biasa turun. Dengan proporsi yang lebih besar dari tahun sebelumnya, penurunan biaya modal saham biasa tersebut mampu menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang sebanyak 0,30%.
Struktur Modal yang Optimal Tabel 6 Nilai WACC rataan pada industri telekomunikasi WACC (%) Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk PT XL Axiata Tbk PT Indosat Tbk
2008
2009
18,53 5,09 7,47
19,73 13,60 7,35
2010
2011
2012
19,76 18,84 13,81 13,20 6,43 5,96 Rata-rata
20,07 10,64 5,66
WACC rataan (%) 19,38 11,27 6,57 12,41
Nilai WACC rataan tersebut merupakan indikator untuk mengukur apakah perusahaan pada industri telekomunikasi sudah memiliki struktur modal yang optimal. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki nilai WACC sebesar 19,38% di atas nilai WACC rataan, yaitu 12,41%. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki struktur modal dengan biaya modal yang belum proporsional meskipun komposisi struktur modal pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk di dominasi oleh modal sendiri (saham biasa). Biaya modal merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor terhadap investasinya, jadi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki ekspetasi tingkat pengembalian yang sangat tinggi terutama pada investor atau kreditur yang memberi pinjaman berupa hutang kepada perusahaan tersebut dibandingkan dengan kedua perusahaan lainnya. Sedangkan pada perusahaan lain, yaitu PT XL Axiata Tbk memiliki biaya modal rata-rata tertimbang yang lebih rendah dibandingkan PT Telkom. Pada
20
tahun 2008 perusahaan hanya memiliki nilai WACC rataan sebesar 11,27% dibawah nilai rata-rata keseluruhan. Sementara itu pada perusahaan ketiga, yaitu PT Indosat Tbk memiliki biaya modal rata-rata tertimbang yang relatif paling rendah diantara ketiga perusahaan telekomunikasi lainnya sebesar 6,57%. Ini dikarenakan tingkat pengembalian yang cukup rendah baik terhadap hutang, saham preferen maupun saham biasa. Terlihat bahwa nilai dari biaya modal ratarata tertimbang menurun dari tahun ke tahun. Meskipun jumlah hutang yang digunakan perusahaan dalam pengembangan usaha naik turun, namun beban bunga yang merupakan tingkat pengembalian memiliki jumlah yang cukup besar. Sehingga mempengaruhi proporsi hutang beserta biaya modalnya. Begitu pula dengan ekuitas yang berasal dari saham biasa yang mengalami naik turun dan mempengaruhi proposi serta biaya modalnya, yang pada akhirnya mempengaruhi nilai biaya modal rata-rata tertimbang milik PT Indosat Tbk yang semakin menurun. Nilai Perusahaan Dengan menggunakan rumus (13) maka didapatkan hasil perhitungan nilai perusahaan pada perusahaan telekomunikasi pada tabel berikut, disertai dengan disajikannya nilai buku dari masing-masing perusahaan selama lima tahun : Tabel 7 Hasil perhitungan nilai perusahaan Perusahaan
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
PT XL Axiata Tbk
PT Indosat Tbk
Nilai Perusahaan (dalam milyar Rp)
Nilai Buku perusahaan (dalam milyar Rp)
Tahun
EBIT(1-T) (dalam milyar Rp)
2008
17.177
18,53
92.690
43.998
2009
17.405
19,73
88.230
49.923
2010
17.9923
19,76
91.058
56.415
2011
17.566
18,84
93.241
60.981
2012
20.558
20,07
102.451
66.978
2008
1.753
5,09
34.460
9.986
2009
1.898
13,60
13.955
14.812
2010
4.132
13,81
29.924
16.278
2011
3.555
13,20
26.924
13.693
2012 2008
3.482 3.645
10,64
15.370
7,47
32.736 48.799
2009
2.474
7,35
33.673
18.288.
2010
2.753
6,43
42.803
18.237
2011
2.264
5,96
37.989
18.816
2012
2.552
5,66
45.056
19.395
WACC (%)
17.699
Tabel diatas memperlihatkan nilai pasar perusahaan dari hasil pengembalian modal jangka panjang yang secara umum menunjukkan nilai yang lebih besar dari nilai buku perusahaan. Namun nilai tersebut berfluktuasi selama periode 2008 hingga 2012. Hal tersebut disebabkan besarnya tingkat biaya modal yang
21
dikeluarkan perusahaan beserta jumlah dari masing-masing komponen modal jangka panjang yang digunakan pada struktur modal perusahaan. Nilai pasar PT Telekomunikasi Indonesia Tbk terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar Rp. 88.230.063.157.579. Hal ini disebabkan karena perusahaan menggunakan jumlah tingkat modal hutang jangka panjang yang meningkat dari tahun sebelumnya yaitu meningkat sebanyak 3,71% dari tahun 2008. Sehingga biaya modal dari hutang jangka panjang pun meningkatdan mempengaruhi biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Namun nilai pasar tersebut masih di atas nilai buku perusahaan. Dan nilai pasar tertinggi pada perusahaan tersebut ada pada tahun 2012 dimana nilai pasarnya adalah Rp.102.450.777.300.070. Sementara itu pada PT XL Axiata Tbk nilai pasar terendah ada pada tahun 2009, dimana nilai pasar hanya Rp. 13.954.402.235.300 di bawah nilai buku perusahaan itu sendiri dengan jumlah Rp.14.812.007.000.000. Hal ini disebabkan karena pada tahun sebelumnya perusahaan menderita kerugian, sehingga pada tahun tersebut perusahaan menambah ekuitasnya dengan menerbitkan saham biasa baru dengan harga yang cukup rendah, yaitu hanya Rp.1.930 per lembar saham. Dan hal itu menyebabkan biaya modal saham biasa meningkat dan juga meningkatkan nilai dari biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Lalu nilai pasar tertinggi PT XL Axiata Tbk ada pada tahun 2008. Sementara itu pada PT Indosat Tbk memiliki nilai pasar terendah pada tahun 2009 juga. Nilai perusahaan pada tahun tersebut sebesar Rp.33.672.515.475.996 dibawah nilai buku perusahaan. Hal tersebut bisa jadi disebabkan karena pada tahun itu, perusahaan memperoleh laba setelah pajak yang turun dari tahun sebelumnya, sehingga mempengaruhi perhitungan pada nilai pasar perusahaan. Dan nilai pasar tertinggi terjadi pada tahun 2008, dengan nilai pasar sebesar Rp.48.798.915.785.740. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa secara garis besar perusahaan pada industri telekomunikasi ini sudah memiliki nilai perusahaan yang lebih besar dari nilai buku perusahaan. Tabel 8 Hasil perhitungan nilai perusahaan rata-rata EBIT(1-T) Rata-rata (dalam milyar Rp)
WACC Ratarata (%)
Nilai perusahaan Rata-rata (dalam milyar Rp)
Nilai Buku Rata-rata (dalam milyar Rp)
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
18.140
19,38
93.577
55.659
PT XL Axiata Tbk
2.964
11,27
26.307
14.028
PT Indosat Tbk
2.738
6,57
41.640
18.487
Perusahaan
Dari tabel perhitungan nilai perusahaan rata-rata diatas dapat dilihat bahwa Konsep struktur modal optimal tidak berlaku pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Seperti yang diketahui bahwa konsep tersebut mengatakan perusahaan akan memaksimalkan nilai perusahaan, jika perusahaan meminimalkan biaya modalnya (WACC). Namun, dapat dilihat bahwa meskipun PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki nilai WACC yang tinggi, yaitu 19,38% dibanding kedua perusahaan lainnya, nilai pasar dari perusahaan tetap tinggi di atas nilai buku. Hal ini disebabkan perusahaan tersebut merupakan pemimpin dan pioner dalam industri telekomunikasi, sehingga aset yang dimiliki perusahaan jauh lebih besar dari
22
kedua perusahaan lainnya. Hal ini juga didukung dengan laba setelah pajak dari perusahaan yang tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama. Sementara itu, PT XL Axiata Tbk juga memiliki nilai pasar di atas nilai bukunya. Namun nilai tersebut di bawah nilai pasar PT Indosat Tbk dimana nilai WACC rata-rata PT Indosat Tbk memang lebih rendah dari PT XL Axiata Tbk Nilai WACC PT XL Axiata Tbk adalah 11,27% dengan nilai pasar Rp. 26.307.091.565.250, dan PT Indosat memiliki nilai WACC yang lebih rendah yaitu 6,57% dengan nilai pasar perusahaan Rp. 41.639.955.966.425. Dengan demikian secara keseluruhan, sesuai dengan konsep biaya modal rata-rata tertimbang (WACC), PT Indosat Tbk dapat dikatakan telah memiliki struktur modal yang optimum karena memiliki nilai WACC yang rendah pada industri telekomunikasi dengan nilai perusahaan yang cukup tinggi. Sedangkan pada PT XL Axiata Tbk, meskipun memiliki nilai WACC di bawah rata-rata industri, perusahaan dapat menurunkan kembali biaya modalnya dengan harapan dapat menaikkan nilai perusahaan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil dan interpretasi data di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Kebijakan perusahaan dalam menentukan komposisi struktur modal secara tidak langsung mempengaruhi laba perusahaan, biaya modal serta nilai perusahaan. Struktur modal perusahaan pada industri telekomunikasi selama periode 2008-2012 didominasi oleh komponen modal saham biasa dengan proporsi sebesar 54,21%. Disusul dengan hutang jangka panjang sebesar 38,90% dan saham preferen, yaitu sebesar 9,81%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan pada industri telekomunikasi memilih untuk menggunakan sumber pendanaan jangka panjang yang sebagian besar berasal dari saham biasa. Berdasarkan perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dapat diketahui bahwa perusahaan di industri telekomunikasi pada tahun 2008, memiliki nilai WACC rata-rata sebesar 10,36%. Sementara itu pada tahun berikutnya nilai WACC naik sebesar 3,19% menjadi 13,56%. Kenaikan tersebut dipengaruhi kenaikkan pada nilai WACC pada dua perusahaan telekomunikasi, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT XL Axiata Tbk. Namun pada tahun 2010, biaya modal rata-rata tertimbang turun menjadi 13,33% karena ketiga perusahaan di industri tersebut menurun secara keseluruhan. Biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan terus menurun sampai tahun 2012. Pada tahun 2011 nilai WACC turun menjadi 12,67% dan 12,12% di tahun 2012. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan dalam industri telekomunikasi memiliki tingkat pengembalian yang menurun baik kepada investor maupun kreditur. Sesuai dengan konsep struktur modal yang optimum, PT Indosat Tbk dapat dikatakan telah memiliki struktur modal yang optimum karena memiliki nilai WACC yang rendah dibanding dengan rata-rata industri dengan nilai perusahaan
23
yang cukup tinggi. Sedangkan PT XL Axiata Tbk memiliki nilai WACC di bawah rata-rata industri. Namun nilai tersebut cukup tinggi sehingga menghasilkan nilai perusahaan yang rendah jika dibandingkan pada industri telekomunikasi ini. Perusahaan dapat menurunkan kembali biaya modalnya dengan harapan dapat menaikkan nilai perusahaan. Sementara itu, konsep struktur modal optimum tidak sepenuhnya berlaku pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dikarenakan perusahaan tersebut merupakan pemimpin pasar perusahaan telekomunikasi dan pioner dalam industri telekomunikasi sehingga meskipun perusahaan ini memiliki biaya modal yang cukup tinggi di industri telekomunikasi tetapi juga diimbangi dengan ekspetasi laba bersih yang tinggi sehingga tetap dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Saran Biaya hutang jangka panjang dipengaruhi oleh pajak. Meskipun pajak mengurangi biaya hutang, tetapi disarankan bagi perusahaan terutama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk mempertimbangkan penggunaan hutang dalam sumber pendanaannya. Hal tersebut diperlukan mengingat biaya modal (biaya hutang dan biaya saham preferen) perusahaan yang cukup tinggi serta agar perusahaan dapat memiliki struktur modal yang lebih optimal dan respon positif investor pada perusahaan terus meningkat. Perusahaan juga sebaiknya mengantisipasi apabila terjadi kondisi perekonomian yang memburuk seperti yang pernah dialami PT XL Axiata Tbk dengan menggunakan hutang jangka panjang di tingkat yang wajar. Hal tersebut diperlukan untuk mencegah perusahaan mengalami kesulitan dalam membayar hutang dan bunganya sehingga tidak mengurangi kepercayaan investor maupun kreditur. Selain itu, perusahaan juga harus memperhitungkan struktur modal yang tepat dengan kondisi perusahaan agar perusahaan dapat mendanai aktivitas perusahaan secara tepat dan dapat lebih berkembang. Biaya modal merupakan tingkat imbal hasil minimum yang harus diterima oleh investor pada tingkat risiko tertentu. Untuk itu, kepada investor disarankan untuk berhati-hati dalam menanamkan modal di perusahaan sebab dimana ada pengembalian yang tinggi juga terdapat risiko yang besar. Para investor bisa memilih PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang memiliki tingkat pengembalian tinggi namun dengan risiko yang mungkin cukup besar pula, atau memilih PT Indosat Tbk yang memiliki struktur modal lebih optimal.
24
DAFTAR PUSTAKA Brigham EF, Houston JF. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. edisi sepuluh. Buku 1. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari : Fundamentals of Financial Management. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Seluler Menurut Klasifikasi Daerah. Jakarta (ID). Choiruddin MN. 2008. Analisis Dampak Struktur Modal Optimal Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Energi dan Gas Bumi yang Tercatat di Indeks LQ 45. [skripsi]. Malang (ID) : Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. [IDX] Indonesia Stock Exchange. 2013. Laporan Keuangan dan Tahunan Sektor Industri Telekomunikasi Tahun 2008 Jakarta (ID). [IDX] Indonesia Stock Exchange. 2013. Laporan Keuangan dan Tahunan Sektor Industri Telekomunikasi Tahun 2009 Jakarta (ID). [IDX] Indonesia Stock Exchange. 2013. Laporan Keuangan dan Tahunan Sektor Industri Telekomunikasi Tahun 2010 Jakarta (ID). [IDX] Indonesia Stock Exchange. 2013. Laporan Keuangan dan Tahunan Sektor Industri Telekomunikasi Tahun 2011 Jakarta (ID). [IDX] Indonesia Stock Exchange. 2013. Laporan Keuangan dan Tahunan Sektor Industri Telekomunikasi Tahun 2012 Jakarta (ID). Johnson SA. 1998. The effect of bank debt on optimal capital structure. Financial Management [Internet]. [diunduh 2014 April 3]; 27(1): 47-56. Tersedia pada: http://search.proquest.com/docview/208178270/fulltextPDF/67B98D49D10E4 C6APQ/5?accountid=32819 Margaretha, F. 2005 . Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan Investasi dan Sumber Dana Jangka Pendek. Jakarta (ID) : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Margaretha, F. 2011. Manajemen Keuangan Untuk Manajer Nonkeuangan. Jakarta (ID): Erlangga. Mardiyanto H. 2009 . Inti sari manajemen keuangan . Jakarta (ID): Grasindo Rusdin. 2006. Pasar Modal Teori Masalah dan Kebijakan dalam Praktik. Bandung (ID): Alfabeta. Widuri N. 2012. Pertumbuhan Industri Telekomunikasi di Indonesia [Internet]. 23 Juli 2012. [diunduh 2014 Maret 2]. Tersedia pada: http://www.manajementelekomunikasi.org/2012/07/pertumbuhan-industritelekomunikasi-di.html.
25
LAMPIRAN Lampiran 1 Persentase rumah tangga yang memiliki telepon seluler menurut klasifikasi daerah tahun 2005 - 2012 (%) Klasifikasi Daerah
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Perkotaan 35,36 40,96 55,03 66,61 75,26 83,11 87,14 90,61
Perdesaan 8,21 12,27 24,33 38,15 49,21 61,01 70,93 76,54
Perkotaan + Perdesaan 19,88 24,6 37,59 51,99 61,84 72.00 78,96 83,52
Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)
Lampiran 2 Komposisi struktur modal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Tahun
2008
Komponen Model Hutang jangka panjang Saham preferen Saham biasa TOTAL
2011
2012
14,56 18,81 66,64 100
11.155 10.933
18,26
38.990 61.080
63,84 100 19,32
Saham preferen
13.506 11.996
Saham biasa
44.419
63,53
TOTAL
69.920
100
Hutang jangka panjang
10.632 13.471 47.510 71.613 10.012 15.437
14,85 18,81 66,34 100 13,00 20,05
51.541 76.990
66,95 100
Saham preferen Saham biasa TOTAL Hutang jangka panjang
2010
Komposisi (%)
34.314 51.493
Hutang jangka panjang 2009
Struktur Modal (dalam milyar Rp) 7.495 9.684
Saham preferen saham biasa TOTAL Hutang jangka panjang Saham preferen Saham biasa TOTAL
17,90
17,16
26
Lampiran 3 Komposisi struktur modal PT XL Axiata Tbk Tahun
2008
2009
2010
2011
Hutang jangka panjang Saham biasa TOTAL
Struktur Modal (dalam milyar Rp) 17.443 4.308 21.751
Hutang jangka panjang Saham biasa
10.988 8.803
55,52 44,48
TOTAL
19.791
100
Hutang jangka panjang Saham biasa TOTAL
9.202 11.715 20.917
43,99 56,01 100
Hutang jangka panjang
6.906
33,53
Saham biasa
13.693 20.599
66,47
9.213 15.370 24.583
37,48
Komponen Model
TOTAL Hutang jangka panjang 2012
Saham biasa TOTAL
Komposisi (%) 80,19 19,81 100
100 62,52 100
Lampiran 4 Komposisi struktur modal PT Indosat Tbk Tahun
2008
Komponen Model Hutang jangka panjang Saham preferen Saham biasa
2010
2011
Komposisi (%) 52,46 0,78
17.410 37.230
41,49 100
19.001
50,96
331
0,89
17.958 37.289
48,16 100
19.781
52,03
386
1,01
Saham biasa
17.851
46,95
TOTAL
38.017
100
Hutang jangka panjang
18.564 454 18.362 37.380
49,66 1,21 49,12 100
TOTAL Hutang jangka panjang 2009
Struktur Modal (dalam milyar Rp) 19.532 289
Saham preferen Saham biasa TOTAL Hutang jangka panjang Saham preferen
Saham preferen Saham biasa TOTAL
27
Lanjutan lampiran 4 Tahun
2012
Komponen Model Hutang jangka panjang Saham preferen saham biasa TOTAL
Struktur Modal (dalam milyar Rp) 17.690 534 18.861 37.086
Komposisi (%) 47,70 1,44 50,86 100
Lampiran 5 Perhitungan biaya hutang jangka panjang PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Hutang jangka Tarif Beban bunga panjang Kd Kd (1-T) Tahun Pajak (dalam milyar (dalam milyar (%) (%) (%) Rp) Rp) 2008 23 1.582 7.495 21,10 16,25 2009 23 2.000 11.155 17,93 13,81 2010 20 1.928 13.506 14,28 11,42 2011 20 1.637 10.632 15,40 12,32 2012 20 2.055 10.012 20,53 16,42 Lampiran 6 Perhitungan biaya hutang jangka panjang PT XL Axiata Tbk Tarif Beban bunga Hutang jangka Kd Kd (1-T) Tahun Pajak (dalam panjang (%) (%) (%) milyar Rp) (dalam milyar Rp) 2008 0 1.122 17.443 6,43 6,43 2009 23 1.274 10.988 11,59 8,93 2010 20 843 9.202 9,16 7,33 2011 20 755 6.906 10,93 8,74 2012 20 782 9.213 8,49 6,79 Lampiran 7 Perhitungan biaya hutang jangka panjang PT Indosat Tbk Tarif Beban bunga Hutang jangka Kd Kd (1-T) Tahun Pajak (dalam panjang (%) (%) (%) milyar Rp) (dalam milyar Rp) 2008 23 1.858 19.532 9,51 7,33 2009 23 1.828 19.001 9,62 7,41 2010 20 2.272 19.781 11,48 9,19 2011 20 1.790 18.564 9,64 7,71 2012 20 2.077 17.690 11,74 9,39
28
Lampiran 8 Perhitungan biaya saham biasa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk ROE EPS DPS g Po Ke Tahun (%) (Rp) (Rp) (%) (Rp) (%) 2008 30,95 537,73 407,42 7,50 6.900 13,40 2009 29,06 576,13 323,59 12,74 9.450 16,16 2010 25,97 586,54 275,45 13,78 7.950 17,24 2011 23,08 559,67 308,56 10,36 7.050 14,73 2012 24,93 669,19 369,082 11,18 9.050 15,26 Lampiran 9 Perhitungan biaya saham biasa PT XL Axiata Tbk Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
ROE (%) -0,35 19,42 24,68 20,67 17,99
EPS (Rp) -2 237 340 332 324
DPS (Rp) 0 0 107 129,88 135,13
g (%) -0,35 19,42 16,91 12,58 10,49
Po (Rp) 950 1.930 5.400 4.525 5.500
Ke (%) -0,35 19,42 18,89 15,45 12.94
Lampiran 10 Perhitungan biaya saham biasa PT Indosat Tbk ROE EPS DPS g Po Ke Tahun (%) (Rp) (Rp) (%) (Rp) (%) 2008 5.750 8,40 10,79 345,7 172,85 5,40 2009 4.725 7,09 8,34 275,72 137,86 4,17 2010 5.400 3,13 4,06 119,1 59,55 2,03 2011 5.650 3,90 5,08 153,66 76,83 2,54 2012 6.450 1,83 2,58 69,03 34,52 1,29 Lampiran 11 Perhitungan biaya saham preferen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Dp Pp Kp Kp’ Tahun (dalam milyar (dalam milyar Rp) (%) (%) Rp) 2008 41,86 38,48 4.054 9.684 2009 42,48 38,48 4.644 10.93 2010 36,12 38,48 4.333 11.996 2011 33,44 38,48 4.505 13.471 2012 35,71 38,48 5.512 15.437
29
Lampiran 12 Perhitungan biaya saham preferen PT Indosat Tbk Dp Pp Kp kp’ Tahun (dalam milyar (dalam milyar (%) (%) Rp) Rp) 2008 9,26 26,763 288,938 17,76 2009 17,09 56,483 330,593 17,76 2010 19,92 76,845 385,840 17,76 2011 21,50 97,528 453,542 17,76 2012 21,03 112,310 534,015 17,76 Lampiran 13 Perhitungan WACC PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Struktur Modal (dalam milyar Rp)
Biaya modal (%)
Komposisi (%)
WACC (%)
7.495
16,25
14,56
2,37
9.684 34.314 51.493
38,48 13,40
18,81 66,64
7,24 8,93 18,53
11.155
13,81
18,26
2,52
Saham Preferen Saham biasa Total Hutang jangka panjang Saham Preferen Saham biasa Total Hutang jangka panjang
10.933 38.990 61.079
38,48 16,16
17,90 63,84
6,89 10,32 19,73
13.506
11,42
19,32
2,21
11.996 44.419 69.920
38,48 17,24
17,16 63,53
6,60 10,95 19,76
10.632
12,32
14,85
1,83
Saham Preferen Saham biasa Total Hutang jangka panjang Saham Preferen
13.47 47.510 71.613
38,48 14,73
18,81 66,34
7,24 9,77 18,84
10.012
16,42
13,00
2,14
15.437 51.541 76.990
38,48 15,26
20,05 66,95
7,72 10,22 20,07
Komponen Modal Hutang jangka panjang Saham Preferen Saham biasa Total Hutang jangka panjang
Saham biasa Total
30
Lampiran 14 Perhitungan WACC PT XL Axiata Tbk Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Komponen Modal Hutang jangka panjang Saham biasa Total Hutang jangka panjang Saham biasa Total Hutang jangka panjang Saham biasa Total Hutang jangka panjang Saham biasa Total Hutang jangka panjang Saham biasa Total
Struktur Modal (dalam milyar Rp)
Biaya modal (%)
Komposisi (%)
WACC (%)
17.443
6,43
80,19
5,16
4.308 21.751
-0,35
19,81
-0,07 5,09
10.988
8,93
55,52
4,96
8.803
19,42
44,48
8,64
19.791
13,60
9.202
7,33
43,99
3,22
11.715 20.917
18,89
56,01
10,58 13,81
6.906
8,74
33,53
2,93
13.693 20.599
15,45
66,47
10,27 13,20
9.213
6,79
37,48
2,54
15.370 24.583
12,94
62,52
8,09 10,64
Lampiran 15 Perhitungan WACC PT Indosat Tbk Tahun
2008
2009
2010
2011
Komponen Modal Hutang jangka panjang Saham Preferen Saham biasa Total Hutang jangka panjang Saham Preferen Saham biasa Total Hutang jangka panjang Saham Preferen Saham biasa Total Hutang jangka panjang
Struktur Modal (dalam milyar Rp)
Biaya modal (%)
Komposisi (%)
WACC (%)
19.532
7,33
52,46
3,85
289 17.410 37.230
17,76 8,40
0,78 41,49 100
0,14 3,49 7,47
19.001
7,41
50,96
3,78
331 17.958 37.289
17,76 7,09
0,89 48,16 100
0,16 3,41 7,35
19.781
9,19
52,03
4,78
386 17.851 38.017
17,76 3,13
1,01 46,95 100
0,18 1,47 6,43
18.564
7,71
49,66
3,83
31
Lanjutan lampiran 15 Komponen Modal
Struktur Modal (dalam milyar Rp)
Saham Preferen Saham biasa Total Hutang jangka panjang Saham Preferen Saham biasa Total
454 18.362 37.380
Tahun
2011
2012
Biaya modal (%) 17,76 3,90
Komposisi (%)
WACC (%)
1,21 49,12 100
0,22 1,92 5,96
17.690
9,39
47,70
4,48
534 18.861 37.086
17,76 1,83
1,44 50,86 100
0,26 0,93 5,66
Lampiran 16 Perhitungan nilai perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
2008
EBIT (dalam milyar Rp) 22.307
23
EBIT(1-T) (dalam milyar Rp) 17.177
2009
22.603
23
17.404
19,73
88.230
61.079
2010
22.491
20
17.993
19,76
91.058
69.920
2011
21.958
20
17.566
18,84
93.241
71.613
2012
25.698
20
20.558
20,07
102.451
76.990
Tahun
T (%)
18,53
Nilai Perusahaan (dalam milyar Rp) 92.690
Nilai Buku perusahaan (dalam milyar Rp) 51.493
WACC (%)
Lampiran 17 Perhitungan nilai perusahaan PT XL Axiata Tbk Tahu n
EBIT (dalam milyar Rp)
T (%)
2008
1.753
0
EBIT(1T) (dalam milyar Rp) 1.753
5,09
Nilai Perusahaa n (dalam milyar Rp) 34.460
2009
2.464
23
1.897
13,60
13.954
19.791
2010
5.164
20
4.132
13,81
29.924
20.917
2011
4.443
20
3.555
13,20
26.924
20.599
2012
4.352
20
3.482
10,64
32.736
24.583
WACC (%)
Nilai Buku perusahaan (dalam milyar Rp) 21.751
Lampiran 18 Perhitungan nilai perusahaan PT Indosat Tbk Tahun
EBIT (dalam milyar Rp)
T (%)
2008
4.733
23
EBIT(1T) (dalam milyar Rp) 3.645
2009
3.213
23
2010
3.441
2011 2012
WACC (%)
Nilai Perusahaan (dalam milyar Rp)
Nilai Buku perusahaan (dalam milyar Rp)
7,47
48.799
37.230
2.474
7,35
33.673
37.289
20
2.753
6,43
42.803
38.017
2.830
20
2.264
5,96
37.989
37.380
3.190
20
2.552
5,66
45.056
37.086
32
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Netriyana, lahir pada tanggal 8 Agustus 1991 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Mohamad Yunus dan Ibu Ami. Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Alif Dramaga pada tahun 1997 hingga tahun 1998. Lalu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Babakan Dramaga 04 dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Dramaga pada tahun 2004 sampai 2007. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah ke atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciampea dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis kemudia diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN). Selama menuntut ilmu di IPB, penulis pernah mengikuti beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seperti Koperasi Mahasiswa dan Music Agriculture Exhibition. Selain itu, penulis juga sering menjadi staf kepanitiaan berbagai kegiatan kemahasiswaan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen maupun dari Himpunan Mahasiswa Departemen Manajemen.