ANALISIS SOSIAL EKONOMI KONSERVASI SATWA LIAR PADA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN Rizki Munaza1, Agus Purwoko2, Pindi Patana2 Program Studi Kehutanan, USU, email:
[email protected] 2Dosen Program Studi Kehutanan, USU
1Mahasiswa
ABSTRACT Wildlife in the world is pressured increasly as same as by human life. One of the goverment’s efforts to maintain the presence of wildlife is through conservation activities can be combined with spatial planning activities. It is called Open Green Space. One of open green space located in the city field is conservation of in-situ at the housing of cemara asri and conservation of ex-situ at the wildlife breeding university of north sumatra. It also function as means of recreation, urban physical. Social cultural, ecological, and economic value. Therefore, this study aims to determine the socio-economic characteristics of the visitors and the economic value of wildlife conservation areas and the influence of travel cost and cost of willingness to pay for level of visits per 1000 population. Result of the data analysis shows that the socialeconomic characteristics based on gender, education level, income level, age group, and address are varied. While the economic value derived based on the travel cost is not significant and cost of willingness to pay is significant to the level of visits per 1000 population. Key word: open green space, wildlife conservation, social economic analisys PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan satwa liar di dunia ini semakin terdesak oleh kehidupan manusia yang jumlahnya semakin meningkat. Selain itu menururt Alikodra (1990) habitat satwa liar juga banyak yang diubah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, sehingga semakin sempit. Provinsi Sumatera Utara memiliki hutan yang cukup luas. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (2012) menerangkan bahwa Berdasarkan fungsinya, luas Hutan Konservasi adalah 470.663,74 ha. Satwa yang termasuk dalam upaya konservasi adalah jenis satwa liar yang dilindungi berdasarkan kerawanan kepunahannya. Salah satu upaya pemerintah untuk mempertahankan keberadaan satwa liar adalah dengan menentapkan beberapa Kawasan Pelestarian dan Suaka Alam sebagai tempat berlindung satwa liar. Kegiatan konservasi satwa liar diantaranya adalah deng an program penangkaran. Selain daripada itu, kegiatan konservasi dapat dipadukan dengan kegiatan perencanaan tata ruang yaitu dalam bentuk Tata Ruang Hijau (RTH) kota. Kota medan merupakan salah satu kota yang di dalam perencanaan tata ruang kotanya merencanakan pembangunan ruang terbuka hijau sebesar 30% dari luasnya. Berdasarkan Dinas Pertamanan Kota Medan membagi jenis RTH menjadi lapangan olahraga, taman kota, boulevard, jalur hijau, dan halaman. RTH yang
termasuk dalam kelompok halaman adalah halaman perkantoran, industri, sekolah, rumah sakit, plaza, dan pemukiman dengan vegetasi rumput dan pohon pelindung (Fattah, 2001). RTH dalam bentuk halaman yang terdapat di Kota Medan sebagai habitat liar alami satwa yang selain memiliki fungsi ekologis RTH itu sendiri, namun juga terdapat fungsi konservasi satwa liar di dalamnya adalah RTH pada halaman Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan dan halamn sekolah yaitu Konservasi Ex-Situ di Penangkaran Rusa Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Selain sebagai upaya konservasi, RTH kota medan memiliki banyak fungsi antara lain sebagai area rekreasi, sosial budaya, estetika, fisik kota, ekologis dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi bagi manusia maupun bagi pengembangan kota. Nilai sosial ekonomi dari konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau kota medan dapat menjadi indikator dalam penilaian lingkungan, sehingga dapat diketahui nila guna dari lingkungan tersebut. Dengan demikian, berdasarkan uraian diatas perlu untuk dilakukan penelitian mengenai Analisis Sosial Ekonomi Padu Serasi Konservasi Ex-Situ dengan Ruang Terbuka Hijau di Penangkaran Satwa Liar USU. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1
1. 2.
3.
Mengetahui karakteristik sosial ekonomi pengguna area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota Medan. Mengetahui nilai ekonomi area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di Kota Medan berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel Cost Methode) dan metode kesediaan membayar (willingness to pay). Mengetahui pengaruh variabel biaya perjalanan dan biaya WTP (kesediaan membayar) terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk pada area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di Kota Medan.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi pihak institusi pendidikan, bermanfaat sebagai bahan referensi untuk kajian penelitian yang berhubungan dengan nilai ekonomi kawasan berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel Cost Methode) dan metode kesediaan membayar (Willingnes to pay). 2. Bagi pihak terkait seperti: pengelola, bermanfaat dalam menyediakan informasi mengenai data nilai sosial ekonomi konservasi satwa liar yang dipadukan dengan ruang terbuka hijau, yang berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait perencanaan dan manajemen pelestarian area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan dan penangkaran satwa liar USU di masa yang akan datang. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Area Padu Serasi Konservasi Ex-Situ Dengan Ruang Terbuka Hijau Di Penangkaran Satwa Liar Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Mei 2015. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, kamera, Software Statistic Package For Social Science (SPSS) dan perangkat komputer. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner sebagai bahan pertanyaan/ wawancara secara langsung terhadap para pengunjung.
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini mulai dari penentuan responden dan informasi yang dibutuhkan hingga menganalisis data sesuai tujuan penelitian. 1.
Menentukan responden Responden dalam penelitian ini adalah sampel yang digunakan untuk membuat perkiraan dari hasil survei. Responden (sampel) yang dipilih adalah responden yang melakukan perjalanan/ kunjungan dengan dimaksudkan tujuan utama responden harus merupakan ke area konservasi pada RTH di kota Medan Teknik penarikan jumlah sampel atau responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling dengan pendekatan purpose sampling yaitu Menurut rozani (2003) bahwa Pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Keadaan yang dimaksud adalah responden yang diwawancarai merupakan pengunjung area Padu Serasi Konservasi Ex-Situ Dengan Ruang Terbuka Hijau Di Penangkaran Satwa Liar Universitas Sumatera Utara dengan umur diatas 15 tahun yang dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Berdasarkan metode tersebut, maka diambil responden sejumah 100 orang yang keseluruhannya merupakan pengunjung domestik dengan syarat dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden dengan menjawab keseluruhan pertanyaan dalam kuisioner. 2.
Pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data skunder, yaitu sebagai berikut. a. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden yang dijadikan sampel. Data diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu (dalam bentuk kuisioner). b. Data skunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait seperti data dari Badan Pusat Statistik (BPS) daerah asal pengunjung dan beberapa referensi dari internet, jurnal, dan buku.
2
3.
Membuat kuesioner untuk survey Kuisioner dalam penelitian ini meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Jenis Data yang Dibutuhkan dalam Kuisioner Penelitian No Jenis Data Parameter Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan Terahir, Jenis Pekerjaan, 1 Data Pribadi dan Pendapatan 2
Data sosial ekonomi pengunjung
3
Data nilai ekonomi
kendaraan yang digunakan, jenis kunjungan, tujuan berkunjung, Biaya perjalanan, biaya WTP (Willingness To Pay)
4.
Melakukan survei Survei dilakukan dengan menentukan zona asal, biaya perjalanan, biaya kesediaan membayar (Willingness To Pay) dan mengamati karakteristik sosial ekonomi pengunjung. Dalam penelitian ini, untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis daerah (zona) asal pengunjung Padu Serasi Konservasi Ex-Situ dengan Ruang Terbuka Hijau Di Penangkaran Satwa Liar Universitas Sumatera Utara, peneliti membagi zona asal pengunjung ke dalam dua zona yaitu zona pengunjung yang berasal dari kota Medan dan zona pengunjung yang berasal dari luar kota Medan (Non Medan). Analisis Data 1. Analisis karakteristik sosial ekonomi pengunjung Untuk menggambarkan data karakteristik sosial ekonomi dan perilaku serta nilai sosial pengunjung konservasi satwa liar pada RTH kota Medan, menggunakan analisis deskriftif yaitu analisis yang digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk kuantitatif dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan melalui hipotesis. Waktu pengamatan yang dilakukan adalah selama 14 hari berturutturut pada masing-masing lokasi. 2. Analisis Nilai Ekonomi Analisis nilai ekonomi atas dasar penggunaan area konservasi pada RTH kota Medan dilakukan dengan metode langsung (Expressed WTP) yaitu menggunakan pendekatan Contingent valuation dan metode tidak langsung (Revealed WTP) menggunakan pendekatan biaya perjalanan (Travel cost methode). Jumlah responden yang diamati adalah 100 orang pada masing-masing lokasi dengan kriteria sesuai pada metode penentuan responden sebelumnya. a. Dengan metode biaya perjalanan (travel cost method) Nilai ekonomi diduga dengan menggunakan biaya transfortasi pergi pulang dari tempat tinggal pengunjung ke
Penangkaran Satwa Liar Universitas Sumatera Utara kota Medan dan pengeluaran lain selama di perjalanan dan di dalam objek wisata mencakup biaya dokumentasi, biaya konsumsi, biaya parkir, dan biaya lainnya yang berkaitan dengan rekreasi untuk satu hari kunjungan. Sehingga biaya perjalanan dapat dirumuskan sebagai berikut. BP = BT + BK + BPr + BL......(1) Keterangan : BP= Biaya Perjalanan (Rp/Orang/Hari) BT= Biata Transfortasi (Rp/Orang/Hari) BK= Biaya Konsumsi (Rp/Orang/Hari) BPr= Biaya Parkir (Rp/Orang/Hari) BL= Biaya Lain-Lain (Rp/Orang/Hari) b.
Dengan metode contingent valuationn Pendekatan ini dapat dilakukan dengan survei terhadap sejumlah responden tertentu. Dalam survei, pertanyaan diolah menjadi variabel-variabel pasar, yaitu WTP mereka yang dinyatakan dalam bentuk nilai uang dan juga berapa kompensasi yang mewakili manfaat apabila SDA dan jasa lingkungan tersebut hilang manfaatnya. 3. Analisis regresi Regresi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah tingkat kunjungan per 1000 penduduk (y) terhadap konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau Kota Medan yaitu Konservasi in-situ di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan dan konservasi ex-situ di Penangkaran Satwa Liar Universitas Sumatera Utara Variabel bebas yang digunakan adalah biaya perjalanan (x1) dan biaya WTP/ kesediaan membayar (x2). Analisis regresi linear sederhana
3
dan berganda dilakukan dengan menggunakan SPSS dan dengan melakukan pengujian terhadap pengaruh parameter variabel bebas secara simultan atau parsial. Pengujian parameter ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (terikat) baik secara serempak maupun secara parsial. Sehingga akan dihasilkan persamaan regresi. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung Karakteristik sosial ekonomi pengunjung area ini yang akan dibahas adalah gender (jenis kelamin), kelompok usia, tingkat pendidikan terakhir dan jenis pekerjaan/ status, serta pendapatan per bulan atau uang saku. Karakteristik ini dibahas karena status sosial pengunjung dianggap akan mempengaruhi tingkat kunjungan yaitu dalam hal pemenuhan kebutuhan akan area konservasi satwa liar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sinaga (2009) bahwa Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain yang memiliki hubungan dengan penghasilan. Pengunjung dengan gender laki-laki lebih banyak yang berkunjung ke tipe konservasi in-situ dibandingkan dengan tipe konservasi satwa liar pada ex-situ. Sedangkan Pengunjung dengan gender perempuan adalah sebaliknya. Dengan demikian dapat diperoleh gambaran bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan yang berbeda dalam kebutuhan terhadap manfaat konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan, baik sebagai tempat untuk ekowisata, rekreasi, atau interaksi sosial. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Arifin (2013) bahwa mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan RTH yang juga merupakan tempat interaksi sosial bagi masyarakat. karakteristik pengunjung dengan kelompok umur 20-24 tahun adalah yang paling dominan melakukan kunjungan ke konservasi satwa liar di ruang terbuka hijau kota medan pada kedua tipe konservasi. Berdasarkan hal ini, dapat diperoleh gambaran bahwa kelompok umur 20-24 tahun lebih memiliki tingkat kebutuhan yang lebih tinggi terhadap manfaat konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan di bandingkan dengan kelompok umur lainnya karena pada umur tersebut umumnya masih memiliki kekuatan fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan umur yang lebih tua.
Menurut Nugroho (2010) bahwa Semakin tinggi usia pengunjung maka partisipasi untuk melakukan kunjungan wisata juga akan berkurang. jenis pekerjaan yang dominan pada masing-masing tipe konservasi satwa liar pada RTH kota Medan adalah pegawai swasta yaitu 36 % pada konservasi satwa liar di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan dan mahasisiwa sebesar 57 % pada penangkaran rusa di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kebutuhan pegawai swasta dan mahasiswa terhadap area konservasi satwa liar pada RTH kota Medan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya. Kebutuhan ini didasari pada perilaku pengunjung yang pada umumnya memiliki kesibukan dalam mengerjakan tugas kantor ataupun perkuliahan. Sehingga untuk menghilangkan rasa penat, kelompok pengunjung dengan karakteristik ini lebih memilih objek-objek yang terdapat pada sumber daya alam di ruang terbuka hijau kota medan sebagai sarana rekreasi yaitu untuk mengembalikan kesegaran fisik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soemarno dan Handayawati (2010) bahwa rekreasi dapat dijadikan suatu usaha untuk mengembalikan kesegaran fisik. Berikut Tabel Persentasi Pengunjung berdasarkan Karakteristik Sosail Ekonomi.
4
Tabel 2. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung Area Konservasi Satwa Liar Pada Ruang Terbuka Hijau Di Kota Medan Berdasarkan Tipe Konservasi Karakteristik Sosial Ekonomi Persentasi (%) Karakteristik Sosial Ekonomi Persentasi (%) In-situ Ex-situ In-situ Ex-situ 1. Jenis Kelamin 4. Pekerjaan Laki-laki 37 51 PNS 2 5 Perempuan 63 49 Pedagang 10 6 Total 100 100 Petani 1 0 2. Umur POLRI 0 1 15-19 14 35 Pegawai Swasta 36 19 20-24 53 38 Lainnya 51 69 25-29 11 5 Total 100 100 30-34 8 6 5. Pendapatan 35-39 6 8 <500.000 18 28 40-44 3 6 500.000-1.000.000 21 25 >45 5 2 1.000.000-2.500.000 40 22 Total 100 100 2.500.000-5.000.000 17 18 3. Pendidikan Terakhir >5.000.000 4 7 SD 4 1 Total 100 100 SMP 6 4 6. Asal SMA 70 70 Medan 84 94 AKADEMIK 2 1 Non Medan 16 6 DIPLOMA 6 5 Total 100 100 SARJANA 11 16 MAGISTER 1 3 Total 100 100
Berdasarkan Tabel 2. di atas dapat diketahui bahwa karakteristik sosial ekonomi pengunjung berdasarkan pekerjaan dan tingkat pendapatan adalah bervariasi. Artinya kebutuhan wisata berlaku untuk semua lapisan baik dari sektor formal maupun non formal atau bahkan yang tidak bekerja sekalipun. Hal ini dapat dilihat pada tingkat pendapatan, pengunjung di konservasi ex-situ lebih didominasi oleh pengunjung yang berpenghasilan lebih kecil dari Rp 500.000,- sebanyak 28% sedangkan pada konservasi in-situ didominasi oleh pengunjung yang berpenghasilan Rp 1.000.000,- s/d Rp 2.500.000,-, maka dengan tingkat pendapatan mulai dari yang paling rendah sampai menegah dapat menikmati manfaat dari area konservasi satwa liar yang ada pada ruang terbuka hijau di kota medan. Dengan demikian, baik konservasi secara in-situ atau ex-situ yang terdapat pada ruang terbuka hijau kota Medan telah mampu menjadi salah satu tujuan wisata bagi semua lapisan masyarakat dengan berbagai tingkat pendapatan. Area-area konservasi ini menjadi salah satu tujuan dari wisata semua kalangan masyarakat dengan berbagai tingkat pendapatan dapat dikarenakan oleh area ini adalah ruang terbuka yang bebas akses dan merupakan area bagi publik sehingga bisa dinikmati oleh masyarakat dan masih terjangkau. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sholikhotun (2010) bahwa pendapatan merupakan gambaran umum mengenai keadaan perekonomian suatu rumah tangga.
Pengunjung area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota Medan pada umunya berasal dari kota Medan. Hal ini dapat dikarenakan jarak menuju lokasi tidak terlalu jauh dan masih bisa dijangkau. Selain itu, sarana dan prasarana menuju area tersebut masih tersedia dengan baik yaitu dapat di tempuh menggunakan kendaaran pribadi ataupun kendaraan umum. Sedangkan untuk pengunjung yang berasal dari luar kota Medan persentasinya lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nugroho (2010) yang menggambarkan tempat tinggal akan mempengaruhi kesempatan berkunjung yaitu bahwa semakin jauh jarak tempat tinggal maka kesempatan berkunjung akan semakin berkurang. Nilai Ekonomi Konservasi Satwa Liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan Nilai ekonomi konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau diperoleh berdasarkan metode biaya perjalanan dan metode kesediaan membayar para pengguna yang datang berkunjung ke area ini. Kesediaan membayar menunjukan berapa biaya yang bersedia dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat dari konservasi satwaliar pada ruang terbuka hijau. Hal ini sesaui dengan pernyataan Razif dan Achmad (2013) yaitu WTP diperoleh dengan menyatakan kesediaan dalam bentuk nilai uang dan juga berapa kompensasi yang mewakili manfaat apabila SDA dan jasa lingkungan tersebut hilang manfaatnya.
5
Rata-rata biaya perjalanan dari area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan, untuk tipe in-situ adalah sebesar Rp 43.300,-, dengan demikian maka total biaya perjalanannya adalah dikali dengan jumlah populasi per tahun. Jika selama pengamatan dilapangan pada hari kerja dan hari libur, jumlah populasi pengunjung harian di area konservasi yang terdapat di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan adalah sebesar 54 orang pengunjung untuk hari kerja dan 206 orang pengunjung untuk hari libur maka jumlah populasi per tahun adalah sebesar 26.736 pengunjung. Dengan demikian, nilai ekonomi yang dihasilkan dari area konservasi ini melalui biaya perjalanan adalah Rp 1.157.668.800,- (satu milyar seratus lima puluh tujuh juta enam ratus enam puluh delapan ribu delapan ratus rupiah). Sedangkan jumlah pengunjung pada penangkaran rusa di USU adalah sebanyak 75 orang per hari kerja dan 314 orang per hari libur dan jumlah populasi pengunjung per tahun adalah 38.472 orang sehingga nilai ekonomi yang dihasilkan dari area konservasi ini melalui biaya perjalanan adalah Rp 1.079.331.960,- (satu milyar tujuh puluh sembilan juta tiga ratus tiga puluh satu ribu sembilan puluh enam rupiah). Sedangkan untuk persentasi nilai ekonomi yang diperoleh berdasarkan metode kesediaan membayar dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Persentasi Nilai Kesediaan Membayar Pengunjung Tipe konservasi In-situ Ex-situ
Persentasi (%) Kesediaan membayar ya tidak 38 62 44 56
Rata-rata (Rp) 5.440 8.150
Persentasi responden yang tidak bersedia membayar terhadap manfaat area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan lebih tinggi dibandingkan dengan yang bersedia membayar. Sehingga nilai kesediaan membayar yang terungkap hanya sebesar Rp 5.440,- pada konservasi tipe in-situ di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan dan Rp 8.150,- pada konservasi ex-situ rusa di USU. Dengan demikian jika dibandingkan dengan nilai atau biaya yang dikeluarkan oleh pihak pengelola untuk mengadakan atau memelihara area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau yaitu tipe in-situ yang ada di Kompleks Cemara Asri Medan adalah sebesar Rp 165.000.000,- dan Rp 60.000.000 per tahun. Sedangkan untuk tipe ex-situ pada penangkaran rusa di USU, nilai atau biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 250.000.000,- dan Rp 48.000.000,- per tahun. Maka nilai tersebut akan
sama dengan nilai yang bersedia dikeluarkan oleh 41.361 orang yang menerima manfaat atas area konservasi satwa liar pada tipe in-situ. Sedangkan untuk tipe konservasi ex-situ, nilai yang dikeluarkan oleh pihak pengelola untuk mengadakan fungsi konservasi terhadap satwa liar akan sama dengan nilai yang bersedia dikeluarkan oleh 36.565 orang penerima manfaat atas area konservasi ex-situ pada penangkaran rusa di USU. Hal ini menunjukan bahwa keinginan membayar dari masyarakat yang menerima manfaat tersebut dipengaruhi oleh tipe habitat satwa. Habitat satwa yang berbeda akan berpengaruh pada jenis satwa yang mampu tumbuh dan berkembang, sehingga keunikan satwa akan berbeda pula. Dengan demikian, manfaat yang diterima juga akan berbeda dan mempengaruhi kesediaan membayar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akliyah dan Hilwati (2014) bahwa kesanggupan membayar yang dinyatakan dalam nilai uang dikemukakan berdasarkan preferensi (pilihan yang lebih disukai) konsumen terhadap pemanfaatan SDA dan linkungan. Biaya atau nilai tersebut menunjukan bahwa nilai yang diberikan dari jasa lingkungan baik secara guna langsung dan tidak langsung yang dimiliki oleh sebuah area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau dengan tipe konservasi in-situ atau ex-situ yang diterima oleh masyarakat kota Medan dan Non-Medan adalah sebesar nominal diatas jika dikuantifikasikan menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Methode) dan kesediaan membayar (Wilingness To Pay). Besarnya nilai yang terdapat pada area konservasi tipe in-situ dan exsitu pada ruang terbuka hijau ini dapat memberikan gambaran bahwa untuk menjalankan fungsi-fungsi lingkungan sebagai area konservasi dibutuhkan biaya yang sangat mahal. Fungsi-fungsi lingkungan pada area konservasi satwa liar yang terdapat pada ruang terbuka hijau secara langsung yaitu merupakan habitat liar alami atau buatan bagi satwa liar, sebagai wadah tumbuh dan berkembang satwa dan tumbuhan, sebagai penyeimbang ekosistem, dan fungsi rekreasi serta secara tidak langsung area ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mensosialisasikan nilai-nilai kesadaran lingkungan yaitu dengan lebih mencintai lingkungan yang dapat diwujudkan dengan menjaga area konservasi satwa liar tetap ada dan semakin bertambah dalam mengupayakan pelestarian terhadap satwa liar yang semakin berkurang akibat terdesaknya habitat satwa untuk tumbuh dan berkembang oleh
6
menyempitnya lahan yang sebagian besar digunakan oleh manusia untuk mendukung aktivitasnya dan selain itu akibat berburuan yang tidak mementingkan aspek lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurrahmandani (2013) bahwa kelestarian satwa liar perlu dijaga agar tidak punah karena kegiatan perburuan dan eksploitasi hutan dan lahan yang berlebihan terutama memperniagakan satwa liar yang jumlah populasi dalam tingkat kelangkaan. Pengaruh Variabel Biaya Perjalanan dan Biaya WTP terhadap Tingkat Kunjungan per 1000 Penduduk Tingkat kunjungan per 1000 penduduk dipilih sebagai variabel yang akan diprediksi melalui faktor biaya perjalanan dan biaya kesediaan membayar karena variabel tersebut dianggap dapat memberikan gambaran bahwa semakin tinggi tingkat kunjungan penduduk terhadap area konservasi satwa liar yang terdapat pada ruang terbuka maka semakin besar peluang untuk menumbuhkan rasa kepedulian terhadap kehidupan satwa liar. Hal ini dapat dilihat pada hubungan atau korelasi antara biaya perjalanan (X1) dan biaya kesediaan membayar (X2) terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk (Y). Hubungan atau korelasi antara X1 dan X2 terhadap Y pada konservasi in-situ di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan yaitu kuat dan sangat kuat yaitu sebesar 0,63 dan 0,79. Sedangkan pada konservasi ex-situ di penangkaran rusa USU, korelasi yang terjadi antara variabel bebas X1 dan X2 terhadap Y sebesar 0,91 dan 0,92. Korelasi positif menunjukan bahwa hubungan biaya perjalanan atau biaya kesediaan membayar dengan tingkat kunjungan per 1000 penduduk searah yang berarti jika biaya perjalanan atau biaya kesediaan membayar meningkat maka tingkat kunjungan akan bertambah pula. selain itu, biaya perjalanan dan biaya kesediaan membayar mampu memprediksi dan menjelaskan tingkat kunjungan per 1000 penduduk yang terjadi sebesar 65% pada konservasi in-situ dan 87% pada konservasi ex-situ, sedangkan selebihnya dapat dijelaskan oleh faktor lainnya. Persamaan yang dihasilkan dari analisis data untuk melihat pengaruh variabel bebas X1 dan X2 terhadap Y pada konservasi satwa liar yang ada di kota Medan adalah sebagai berikut. Tabel 4. Persamaan Regresi berdasarkan Tipe Konservasi Tipe Persamaan regresi Konservasi In-Situ Y = 0,020+ 2,53E-08 X1 + 6,28E-07 X2 Ex-Situ Y = 0,009 +1,33E-07 X1+6,78E-07 X2
Nilai konstanta yang didapat dari persamaan regresi pada tipe konservasi in-situ adalah sebesar 0,020, sedangkan tipe ex-situ adalah 0,009. Artinya bahwa jika tidak ada penambahan biaya perjalanan dan biaya WTP, maka jumlah tingkat kunjungan per 1000 penduduk untuk tipe in-situ adalah 0,020, sedangkan tipe ex-situ adalah 0,009. Demikian hal dengan biaya perjalanan (X1) dan kesediaan membayar (X2) pada persamaan diatas, apabila ada penambahan terhadap X1 dan X2 maka akan terjadi penambahan sebesar nilai X1 dan nilai X2 yang dihasilkan. Sedangkan untuk melihat pengaruh dari variabel bebas X1 dan X2 terhadap Y dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Hasil Perhitungan Tipe Varia- T hitung T Sig bel tabel In-Situ X1 2,093 0,927 0,129 X2 3,599 0,000 Ex-Situ X1 2,093 1,572 0,134 X2 2,475 0,024 Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat diketahui nilai T hitung variabel biaya perjalanan (X1) dan biaya kesediaan membayar (X2) melalui perhitungan menggunakan SPSS. Sedangkan untuk mendapatkan T tabel yaitu df adalah jumlah data -2 apabila signifikansi sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian T tabel adalah (21-2=19) adalah sebesar 2,093. Berdasarkan data tersebut bahwa T hitung pada biaya perjalanan (0,927) < T tabel (2,093) untuk konservasi in-situ dan pada konservasi ex-situ, T hitung pada biaya perjalanan (1,572) < T tabel (2,093) maka H0 diterima artinya bahwa koefisien regresi tidak signifikan. Sedangkan T hitung pada variabel biaya WTP (3,599) > T tabel (2,093) dan pada konservasi ex-situ T hitung pada variabel biaya WTP (2,475) > T tabel (2,093) maka H0 ditolak artinya bahwa koefisien regresi signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel biaya perjalanan tidak signifikan sedangkan biaya kesediaan membayar signifikan terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk pada konservasi satwa liar di ruang terbuka hijau berdasarkan tipe konservasi yaitu in-situ pada Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan dan ex-situ yaitu pada penangkaran rusa di USU. Pengaruh yang ditimbulkan dari kesediaan membayar terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk terhadap area konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau menunjukan bahwa RTH yang memiliki fungsi selain sebagai fungsi ekologi, rekreasi, estetika yaitu fungsi konservasi bagi satwa liar, juga banyak dibutuhkan oleh masyarakat kota Medan dalam
7
memenuhi kebutuhan akan ruang terbuka hijau. Hal ini didasari atas kesediaan membayar yang rela dikeluarkan oleh masyarakat dan memiliki pengaruh terhadap tingkat kunjungan terhadap area konservasi ini. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Arifin (2013) bahwa mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan RTH yang juga merupakan tempat interaksi sosial bagi masyarakat. Sehingga melalui interaksi sosial yang terjadi di kawasan konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau akan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap kehidupan satwa liar. Kepedulian terhadap lingkungan terutama kehidupan satwa liar perlu ditumbuhkembangkan karena satwa liar merupakan bagian dari ekosistem. Ekosistem yang terdapat pada suatu area yang dijadikan sebagai habitat satwa liar dapat menjadi indikator kerusakan lingkungan. Misalnya saja ekosistem yang terdapat pada konservasi in-situ yang ada di Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan. Pada areal tersebut satwa jenis burung seperti kowak malam (Nycticorax nycticorax), belibis batu (Dendrocygna javanica), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul kerbau (Bulbucus ibis), cangak abu (Ardea cinerea), dan cangak merah (A. purpurea) dapat tumbuh dan berkembang secara alami di alam liar berupa danau atau rawa. Hal ini menunjukan bahwa, daya dukung habitat yang terdapat pada danau atau rawa yang terdapat di Kompleks Perumahan Cemara Asli Medan sesuai dengan jenis satwa liar yang membutuhkan areal tersebut untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain itu, konservasi ex-situ yang ada di penangkaran USU juga memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan jenis rusa baik rusa sambar (Cervus unicolor), rusa totol (Axis axis), dan rusa afrika (Taurotragus sryx) yang dibiakkan di penangkaran. Pernyataan ini sesuai dengan Alikodra (1999) bahwa daya dukung habitat akan mempengaruhi tumbuhkembangnya satwa liar yang hidup pada habitat tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. karakteristik sosial ekonomi pengunjung konservasi satwa liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan berdasarkan gender, kelompok umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan, serta alamat tempat tinggal adalah bervariasi pada masing-masing kawasan berdasarkan tipe lahan yaitu lahan basah pada konservasi di perumahan Cemara Asri Medan, dan tipe lahan kering yaitu di konservasi ex-situ rusa di Universitas Sumatera Utara Medan.
2.
3.
4.
Nilai ekonomi konservasi satwa liar pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan berdasarkan TCM (Travel Cost Methode) pada tipe konservasi in-situ yaitu area konservasi satwa liar pada komples perumahan Cemara Asri Medan adalah sebesar Rp 1.157.668.800,- per tahun, sedangkan pada tipe konservasi ex-situ yaitu pada penangkaran rusa di USU adalah Rp 1.079.331.960,- per tahun. Rata-rata nilai kesediaan membayar (Willingness To Pay) masyarakat terhadap area konservasi in-situ dan ex-situ adalah sebesar Rp 5.440,- dan Rp 8.150,- . Berdasarkan regresi berganda biaya perjalanan berpengaruh tidak secara signifikan dan biaya WTP (Willingness To Pay) berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk.
Saran Berdasarkan nilai sosial ekonomi konservasi satwa liar pada ruang terbuka hijau di kota medan, maka dalam perencanaan pembangunan ruang terbuka hijau selanjutnya perlu dipertimbangkan dibuatnya area konservasi satwa liar guna mendukung fungsi habitat satwa yang semakin berkurang. DAFTAR PUSTAKA Akliyah, L.S. dan Hilwati H. 2014. Konsep Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove di Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi dengan Metode Biaya Perjalanan dan Metode CVM. Seminar Nasional Aula UNISBA. Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Arifin, S.S. 2013. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo. Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Negeri Gorontalo. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.2012. Fattah, Q. 2001. Analisis Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (Green Open Space) dalam Upaya Mendukung Kota Medan sebagai Kota Metropolitan. USU E-Repository.
8
Nugroho, P. S. 2010. Valuasi Ekonomi Wisata Pantai Glagah dengan Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost) di Desa Glagah Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Nurrahmandani, E. 2013. Upaya Pelestarian Rusa Sambar di Pusat Penangkaran Rusa di Desa Api-Api Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara (Ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa). Jurnal Beraja Niti. Volume 2 Nomor 9. Razif dan Achmad. 2013.Valuasi Ekonomi Dampak Lingkungan Hidup dan Biaya Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Biaya Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Studi AMDAL Rumah Sakit Surabaya.http//:www.digilib.its.ac.id. Rozani, 2003. Teknik Sampling. USU digital library. Sinaga, A. S. 2009. Perbedaan karakteristik sosial-ekonomi, sumber informasi, dan pendapatan petani kopi arabika dengan petani kopi robusta. Skripsi. USUrepository. Soemarno, H. S. dan Handayawati B. 2010. Potensi Wisata Alam Pantai-Bahari PM PSLP PPSUB Agustus 2010.
9