Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PERSEDIAAN PT. MPI CABANG SURABAYA DENGAN METODE EOQ Dedik Ardian dan Fuad Achmadi Magister Manajemen Teknik, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRAK PT. Millenium Pharmacon International Tbk (MPI) adalah perusahaan distributor produk farmasi, suplemen makanan dan produk diagnostik terbesar yang sudah terdaftar sejak 20 Oktober 1952. PT MPI telah memiliki modul inventori farmasi dalam sistem informasinya, yang merupakan bagian dari Enterprise Resource Planing (ERP) sejak November 2009. Pada prakteknya, pengendalian inventori di MPI masih mengunakan cara-cara tradisional bukan memaksimalkan fungsi dari ERP untuk mendapatkan titik pemesanan kembali dan safety stock. Pengelolaan persediaan yang dilakukan MPI menyebabkan dana yang terkait pada inventori menjadi tidak efisien, selain itu juga kerap terjadi kegagalan pemenuhan permintaan, sehingga mengakibatkan resiko kerugian karena kehilangan kepercayaan pelanggan. Berdasarkan paragraf pertama, permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah seberapa besar tidak efisien sistem pengendalian persediaan di PT. MPI dan bagaimana merumuskan sistem pengendalian persediaan yang mampu menekan sekecil-kecilnya resiko kegagalan persediaan terhadap permintaan serta memberikan analisis tentang pertanyaan berapa jumlah pemesanan, serta kapan waktu diadakan pemesanan yang sesuai ditinjau dari sudut biaya yang di perlukan agar tercapai keuntungan yang optimal. Dari hasil penelitian diperoleh 125 item yang masuk kategori A, dan dari perbandingan ketiga metode peramalan maka didapatkan bahwa metode Moving Average yang memiliki nilai MAPE terkecil, sehingga hasil peramalan Moving Average digunakan untuk mendapatkan jumlah persediaan yang optimum dengan metode EOQ, dari hasil peramalan yang didapatkan dilakukan perbandingan antara metode EOQ dengan metode yang dilakukan perusahaan saat ini, dan hasilnya didapatkan bahwa biaya persediaan dengan menggunakan metode EOQ menghasilkan biaya persediaan yang lebih besar tetapi dengan service level dan tingkat keuntungan yang lebih besar pula. Rata-rata servis level untuk item kategori A, dengan menggunakan metode EOQ adalah sebesar 90% dengan penjualan sebesar 78.393.918.941 dan keuntungan sebesar Rp. 30.186.656.418 sedangkan rata-rata service level PT MPI saat ini sebesar 78% dengan penjualan sebesar Rp. 69.146.577.966 dan keuntungan sebesar Rp. 21.572.802.037. Kata kunci: Economic Order Quantity, Titik Pemesanan Kembali, Service Level.
PENDAHULUAN Latar Belakang PT Millenium Pharmacon International Tbk (MPI) adalah perusahaan distributor produk farmasi, suplemen makanan dan produk diagnostik terbesar yang sudah terdaftar sejak 20 Oktober 1952. Perusahaan ini beroperasi dengan 29 kantor cabang, 5 sub distributor, 3 gudang pooling dan 15 stasiun penjualan di seluruh Indonesia. Produk MPI didistribusikan ke ISBN : 978-602-70604-1-8 A-11-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
apotek, rumah sakit dan toko obat nasional. Visi MPI adalah “Jadilah perusahaan distribusi farmasi yang paling efisien dan efektif di Indonesia dan Membawa nilai tambah kepada pelanggan dan principal”. Salah satu upanya untuk menjalankan visi tersebut adalah dengan menyediakan berbagai produk farmasi agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen yaitu rumah sakit, apotek dan toko Obat. Saat ini PT. MPI cabang Surabaya dalam menentukan titik pemesanan kembali masih mengunakan cara-cara tradisional, sehingga selain dana yang terkait pada inventori menjadi tidak terkendali juga kerap terjadi kegagalan pemenuhan permintaan. Kegagalan dalam penyediaan inventori berpotensi memberikan citra negatif pada PT MPI sehingga mengakibatkan resiko kerugian karena kehilangan kepercayaan pelanggan. PT MPI memiliki beberapa departemen, salah satunya adalah PPIC (Purchasing Planning and Inventory Control). PPIC bekerja sama dengan departemen pemasaran untuk menentukan seberapa besar kebutuhan perusahaan dan kapan kebutuhan tersebut dikirim ke perusahaan. Kebutuhan perusahaan ditentukan dengan target penjualan selama satu tahun dan dikirim dengan periode tertentu (rencana/jadwal kedatangan) yang sudah disepakati di awal tahun dengan principal. Departemen PPIC dan pemasaran memantau sejauh mana rencana yang sudah ditentukan terealisasi. Kegiatan ini seharusnya selalu dilakukan karena perbedaan antara rencana persediaan dengan realisasi permintaan pelanggan dapat terjadi setiap saat. Untuk itu, perbedaan tersebut harus secepat mungkin diantisipasi agar proses yang berjalan tidak menyimpang jauh dari rencana yang sudah ditentukan. Tapi pada prakteknya departemen PPIC dan pemasaran, masih menggunanakan cara-cara tradisional dalam menentukan tindakan berikutnya, misalnya menebak-nebak jumlah order dan waktu kapan melakukan penambahan order pada principal, sering mengabaikan jumlah safety stock, persediaan yang masih ada digudang, dan lead time, sehingga perusahaan mengalami kegagalan pemenuhan permintaaan. Kegagalan pemenuhan permintaan dapat mengakibatkan kehilangan kepercayaan pelanggan. Sehingga dua departemen ini seharusnya melakukan evaluasi terhadap proses yang berjalan dan menentukan planning berikutnya, kapasitas produk yang belum digunakan atau yang kurang sehingga dapat diambil suatu tindakan untuk melakukan penyesuaian terhadap perencanaan persediaan berdasarkan kondisi yang ada dan disepakati oleh semua pihak, karena pada dasarnya principal atau supplyer dapat menyediakan produk dengan lead time yang tepat, tapi sayangnya perusahaan kurang mampu membuat perencanaan, saat seperti apa persediaan harus dipesan kembali, dalam jumlah berapa dan kapan pemesanannya. Proses pemesanan untuk penambahan stok Gudang PT MPI Surabaya dapat dilihat pada diagram alir yang ditunjukkan Gambar 1.1 Gambar 1.2 Menunjukan perbedaan rencana persediaan awal dengan permintaan awal dan permintaan yang dapat terpenuhi selama 12 bulan. Pada Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa setiap bulan terdapat permintaan yang tidak dapat terpenuhi, walaupun rencana persediaan terkadang lebih besar dari permintaan awal. Hal ini dapat terjadi karena kurang memperhatikan reorderpoint dan safety stock. Perencanaan persediaan sering mengabaikan bahwa permintaan customer dilakukan setiap waktu, bukan hanya satu periode perencanaan atau satu kali pemesanan. Perbedaan persediaan dengan realisasi permintaan membuat permintaan akhirnya harus disesuaikan dengan kondisi yang memungkinkan, jika perbedaan persediaan dan pemesanan dapat dikurangi akan sangat menguntungkan bagi perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan perlu menerapkan manajemen persediaan, yang mampu memberikan perkiraan pemesanan persediaan, serta kapan diadakan pemesanan yang sesuai, ditinjau dari sudut biaya yang diperlukan agar tercapai keuntungan yang optimal.
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-11-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
PT. MPI Cabang Surabaya
Pelanggan
Head Office PT. MPI
TOS PPIC EDP/Fakturis Tidak ada
Stock Gudang (Ketersediaan barang)
Pooling / DC
Principal
Ada Pengirim
Pelanggan
Gambar 1.1 Proses Pemesanan PT MPI Surabaya Gambar 1.2 Menunjukan perbedaan rencana persediaan awal dengan permintaan awal dan permintaan yang dapat terpenuhi selama 12 bulan. Pada Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa setiap bulan terdapat permintaan yang tidak dapat terpenuhi, walaupun rencana persediaan terkadang lebih besar dari permintaan awal. Hal ini dapat terjadi karena kurang memperhatikan reorderpoint dan safety stock. Perencanaan persediaan sering mengabaikan bahwa permintaan customer dilakukan setiap waktu, bukan hanya satu periode perencanaan atau satu kali pemesanan. Perbedaan persediaan dengan realisasi permintaan membuat permintaan akhirnya harus disesuaikan dengan kondisi yang memungkinkan, jika perbedaan persediaan dan pemesanan dapat dikurangi akan sangat menguntungkan bagi perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan perlu menerapkan manajemen persediaan, yang mampu memberikan perkiraan pemesanan persediaan, serta kapan diadakan pemesanan yang sesuai, ditinjau dari sudut biaya yang diperlukan agar tercapai keuntungan yang optimal.
Gambar 1.2 Rencana persediaan versus permintaan awal versus permintaan yang dapat terpenuhi Berdasarkan Latar belakang tersebut maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang suatu metode yang rasional untuk mencapai inventori yang optimal dan
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-11-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
tingkat pelayanan yang tinggi dengan cara memanfaatkan data dan informasi yang telah tersedia dalam database PT MPI RumusanMasalah Berdasarkan identifikasi masalah-masalah di atas, dapat dirumuskan pokok permasalahan dari penelitian yang dilakukan yaitu : 1. Ingin mengetahui seberapa besar tidak efisien sistem pengendalian persediaan di PT.MPI ? 2. Bagaimana merumuskan sistem pengendalian persediaan yang mampu meningkatkan efesiensi persediaan dan menekan sekecil-kecilnya resiko kegagalan persediaan terhadap permintaan? TujuanPenelitian Tujuan dari penulisan tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan jumlah pengeluaran yang dapat dihemat oleh PT.MPI dan jumlah kerugian akibat terjadi kegagalan pemenuhan permintaan. 2. Mendapatkan usulan penyempurnaan manajemen inventori PT MPI yang mampu meningkatkan efesiensi persediaan dari total biaya yang terjadi dan meminimumkan resiko kegagalan persediaan terhadap permintaan melalui perhitungan jumlah pemesanan yang optimum. METODE PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian yang diungkapkan yaitu untuk mendapatkan usulan penyempurnaan manajemen inventory PT MPI yang mampu meningkatkan efesiensi persediaan dari total biaya yang terjadi dan meminimumkan resiko kegagalan persediaan terhadap permintaan, maka metodologi penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: Start
Identifikasi Variabel
Definisi Operasional Variabel
Pengumpulan data Klasifikasi item dengan metode ABC Peramalan Permintaan
Menghitung MAPE Formulasi Model Persediaan Barang dengan EOQ Membandingkan Total Biaya Persedian antara Metode EOQ dengan Metode Pengendaliaan Persediaan yang Digunakan Perusahaan saat ini
Penarikan Kesimpulan
End
Gambar 2.1 Diagram Alur Penelitian ISBN : 978-602-70604-1-8 A-11-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Identifikasi Variabel Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan identifikasi variabel yang dianalisa, dalam penelitian ini variabel yang di analisis adalah besarnya biaya persediaan, Jumlah Transaksi dan tingkat service level di PT MP Definisi Operasional Variabel Variabel yang di teliti memiliki definisi sebagai berikut: 1. Biaya persediaan adalah biaya yang dikeluarkan oleh PT MPI pada periode tertetntu yang meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. 2. Jumlah Transaksi adalah nilai rupiah dan quantity item yang dijual ke customer. 3. Service level adalah persentase kemampuan PT MPI untuk memenuhi permintaan customer. Prosedur Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Sistem informasi PT MPI. Untuk menganalisa meetode pengendalian persediaan yang mampu meningkatkan efesiensi persediaan PT MPI, digunakan data sebagai berikut: 1. Transaksi penjualan barang kepada customer Januari 2012-Desember 2013 2. Transaksi pembelian barang kepada principal Januari 2012-Desember 2013 3. Data lead time pemesanan Januari 2012 - Desember 2013 4. Data biaya pemesanan Januari 2012 - Desember 2013 5. Data biaya penyimpanan Januari 2012 - Desember 2013 Klasifikasi Item dengan Metode ABC Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data-data penjualan dengan metode ABC sehingga dapat diketahui item mana yang harus mendapat perhatian lebih dibandingkan dengan item yang lainnya, agar penelitian dapat difokuskan pada item yang memiliki klasifikasi A saja. Langkah-langkah pengklasifikasian item dengan metode ABC adalah sebagai berikut: 1) Jenis item persediaan diklafikasikan berdasarkan volume rupiah dengan mengurutkannya berdasarkan volume rupiahnya dari yang terbesar hingga terkecil 2) Melakukan perhitungan jumlah biaya kebutuhan persediaan untuk setiap item per tahun dan dibandingkan dengan jumlah biaya kebutuhan persediaan untuk seluruh item, sehingga didapatkan nilai persentasenya 3) Kemudian hasil perhitungan persentase tersebut dikelompokan sesuai dengan kategori ABC. Peramalan Permintaan Setelah didapatkan item-item yang masuk klasifikasi A, maka akan diramalkan permintaan di periode Januari 2013 s/d Desember 2013 dengan mengunakan data-data periode Januari 2012 s/d November 2013. Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah linier trend, Moving Average, Exponential. Menghitung Mean Absolute Percentage Eror (MAPE) Semua data permintaan customer dari Januari 2013 sampai dengan Desember 2013 diolah dengan beberapa metode peramalan berdasarkan deret waktu, kemudian dibandingkan antara hasil peramalan permintaan Januari 2013 s/d Desember 2013 terhadap permintaan yang terjadi pada Januari 2013 s/d Desember 2013 . Metode yang digunakan untuk menetukan metode peramalan paling sesuai adalah Mean Absolute Percentage Error (MAPE).
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-11-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Formulasi Model Persediaan Menggunakan Metode EOQ dengan Mempertimbangkan Faktor Bad Stock Economic Order Quantity (EOQ) adalah contoh dari sistem pengendalian persediaan dengan model fixed-order quantity.Economic Order Quantity (EOQ) didefinisikan sebagai metode untuk menentukan jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk setiap kali pembelian. Konsep dasar dari model persediaan barang dengan mempertimbangkan faktor Bad Stock bersal dari model persediaan barang EOQ sebagaimana yang telah dijlaskan pada bab sebelumnya. Banyaknya jumlah barang yang dipesan dan kapan pemesanan harus dilakukan oleh perusahaan sangat menetukan besarnya biaya total persediaan.Perusahaan harus mampu menentukan berapa jumlah barang yang harus dipesan dan kapan barang tersebut harus dipesan sehingga meminimumkan biaya total persediaan. Untuk model persediaan ini, banyaknya barang yang dipesan oleh perusahaan juga akan mempengaruhi banyaknya barang yang kadaluarsa. Q
B
Qk
tk
L 0
t2
t1 t
T
Gambar 2.2 Model persediaan Barang EOQ dengan mempertimbangkan Faktor Bad Stock Pada Gambar 3.2 menunjukan bahwa tingkat persediaan tertinggi dalam setiap kali unit terjadi pemesanan dicapai pada Q unit, dan banyaknya bad stock sebanyak sepanjang L menyatakan lead time, sehingga perusahaan harus melakukan pemesanan kembali ketika persediaan telah mencapai B unit. Periode perencanaan dalam gambar 3.2 dinyatakan dalam Pada bab 2 dikemukakan bahwa terdapat empat komponen yang mempengaruhi total biaya persediaan, yaitu biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya kekurangan. Pada penelitiaan ini biaya kekurangan dihilangkan karena tidak ada biaya yang dikeluarkan perusahaan karena kekurangan barang, walaupun perusahaan akan mengalami kerugian karena kehilangan pelanggan. Penelitian ini mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan karena bad stock, sehingga secara matematika biaya total persediaan dapat dinyatakan sebagai berikut: Biaya Total Persediaan = Biaya Pembelian + Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan + Biaya Bad Stock (3.12) Pengertian dan besarnya keempat komponen jenis biaya yang mempengaruhi biaya total persediaan dalam penelitian ini, lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-11-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
1. Biaya Pembelian Biaya pembelihan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Jika dalam suatu periode perencanaan terdapat persediaan sebesar D unit, maka besarnya biaya pembelian dalam satu periode adalah (3.13) dengan biya pembelian selama satu periode perencanaan harga beli barang perunit jumlah persediaan dalam satu periode perencanaan 2. Biaya Pemesanan Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul ketika sebuah pesanan diajukan. Biaya ini dapat meliputi biaya telepon, fax, atau surat menyurat yang dilakukan dalam rangka memesan barang tersebut, termasuk juga biaya pengangkutan. Jumlah pemesanan barang yang sedikit mengakibatkan frekuensi pemesanan semakin sering dilakukan dan mengakibatkan biaya pemesanan menjadi tinggi dan sebaliknya jumlah pemesanan barang yang banyak mengakibatkan frekuensi pemesanan menjadi semakin jarang dilakukan dan mengakibatkan biaya pemesanan menjadi rendah. Biaya pemesanan dalam sekali periode adalah biaya sekali pemesanan dikali dengan frekuensi pemesanan dalam satu periode, atau dapat ditulis sebagai berikut: (3.14) dengan biaya pemesanan selama periode perencanaan biaya pemesanan untuk setiap kali pesanan diajukan jumlah persediaan dalam satu periode perencanaan jumlah pesanan yang optimum 3. Biaya penyimpanan Biaya Penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemeliharaan, sewa tempat, atau biaya asuransi atas barang yang ada.Besarnya biaya penyimpanan dalam penelitian ini adalah harga penyimpanan perunit barang dikali jumlah barang yang disimpan dikali lama waktu penyimpanan. Pada Gambar 3.2 menunjukan dalam setiap kali pemesananatau sepanjang akan terdapat sejumlah Q unit yang akan disimpam selama . Q unit akan disimpan sampai pesanan berikutnya datang. Q unit yang disimpan akan terdapat barang bad stock yaitu sebesar yang akan timbul saat pesanan baru datang. Barang bad stockatau akan disimpan mulai dari pesanan baru datang sampai dengan pesanan berikutnya datang atau sepanjang .Jika besarnya biaya simpan perunit barang dinyatakan dalam fraksi dari harga beli barang perunitnya, maka biaya penyimpanan dapat ditulis sebagai berikut : (3.15) Pada gambar 3.2 menunjukan bahwa ditulis sebagai berikut:
sama dengan
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-11-7
sehingga persamaan (3.15) dapat
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
= Untuk mencari panjang waktu selama berikut:
(3.16) dapat digunakan prinsip kesebangunan sebagai
Tingkat Persediaan
Q
Qk Waktu
t2
t1 t
Gambar 2.3 Prinsip Kesebangunan Merujuk pada Gambar 3.3, maka didapatkan maka
sehingga
karena
,
sehingga persamaan 3.16 dapat ditulis sebagai berikut: (3.17)
Jadi besarnya biaya penyimpanan dalam satu periode adalah biaya penyimpanan / pemesanan dikalikan dengan banyaknya siklus dalam satu periode atau dapat ditulis sebagai berikut:
(3.18) dengan harga beli barang perunit biaya simpan barang perunit perperiode perencanaan jumlah persediaan dalam satu periode perencanaan jumlah pesanan yang optimum jumlah bad stock biaya penyimpanan selama periode perencanaan periode penyimpanan barang sebelum ada bad stock = periode penyimpanan barang bad stock 4. Biaya bad stock Biaya bad stockadalah biaya yang dikeluarkan karena, produk telah mengalami penurunan harga dari harga awalnya. Penurunan harga produk dapat disebakan karena barang telah kadaluarsa, rusak, masa pakai mendekati kadaluarsa atau jangka waktu pemakaian dibawah rata-rata. Produk bad stock akan dilakukan tukar guling ke principal dengan penyesuaian harga terbaru. Dengan perkataan lain, perusahaan akan mengembalikan atau menjual produk kadaluarsa ke principal dengan harga awal dan akan membeli produk baru sejumlah produk kadaluarsa dengan harga baru. Perusahaan akam mengalami kerugian, jika harga awal lebih kecil dibandingkan harga saat barang dilakukan tukar guling. Jika harga jual produk ISBN : 978-602-70604-1-8 A-11-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
kadaluarsa ke principal perunit adalah J, maka besarnya biaya kadaluarsa selama satu periode dapat ditulis: (3.19) dengan biaya kadaluarsa selama periode pengamatan Jumlah permintaan barang dalam satu periode perencanaan Jumlah pesanan yang optimum Jumlah barang kadaluarsa Harga beli barang ke principal untuk menggati barang kadaluarsa Harga jual barangkadaluarsa ke principal Dengan mensubstitusikan persamaan (3.13), (3.14), (3.18) dan (3.19) kedalam persamaan (3.12) maka diperoleh biaya total persediaan untuk model persediaan barang ini adalah
(3.20) Selanjutnya untuk mencari biaya total persediaan yang minimum akan dicapai jika dan Untuk
, maka diperoleh
(3.21) untuk
, maka diperoleh
(3.22) Dengan mensubtitusikan persamaan (3.22) kedalam persamaan (3.21), maka
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-11-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
(3.23) Jadi agar biaya total persediaan menjadi minimum, maka jumlah pesanan yang harus diajukan perusahaan sebanyak
unit dengan banyaknya bad stock
Persediaan Pengaman (Safety Stock) Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk mengantisipasi atau menjaga kemungkinan bila terjadinya kekurangan atau kehabisan persediaan. Perseidaan pengaman dapat mengurangi kerugian akibat kekurangan persediaan, tetapi disisi lain persediaan pengaman dapat menambah biaya penyimpanan bahan. Besarnya persediaan pengaman untuk jumlah permintaan tidak tetap dan lead time tetap adalah sebagai berikut: (3.24) dengan : SS = safety stock Z = service level L= lead time = simpangan baku tingkat permintaan dalam satu periode perencanaan Untuk meminimumkan kerugian akibat kehilangan pelanggan, maka diperlukan safety stock. Sehingga Jumlah persediaan dalam satu periode perencanaan dengan mempertimbangkan safety stock adalah jumlah permintaan barang dalam satu periode perencanaan ditambahkan dengan safety stock, atau dapat dituliskan sebagai berikut: (3.25) dengan : D = tingkat persediaan dalam satu periode perencanaan = tingkat permintaan dalam satu periode perencanaan SS = safety stock Titik pemesanan kembali (Reorder Point) Reorder point atau titik pemesanan kembali adalah suatu titik minimum atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus dilakukan. Model reorder point dengan jumlah permintaan berupa variabel dengan masa tenggang konstan adalah kebutuhan pada masa tenggang ditambah dengan Safety stock atau dapat ditulis sebagai berikut: (3.26) dengan: d = tingkat permintaan L = masa tenggang (lead Time) ISBN : 978-602-70604-1-8 A-11-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
σd = standard deviasi tingkat permintaan Z = service level Membandingkan Metode EOQ dengan Metode Pengendalian Persediaan yang Digunakan Perusahaan saat ini Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keuntungan dan mendapatkan Quantity pemesanan optimum dengan tingkat Service Level yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi saat ini. Oleh karena itu dilakukan pengujian model dengan data sebenarnya. Model pengendalian persediaan dengan menggunakan metode EOQ akan diuji untuk memenuhi permintaan barang di periode Januari s/d Desember 2013. dan akan memberikan keluaran berupa total volume rupiah biaya persediaan, tingkat keuntungan yang seharusnya didapat, dan tingkat quantity pemesanan dengan tingkat Service Level yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi saat ini. Model pengendalian persedian EOQ tersebut akan dianggap valid apabila memenuhi persyaratan, yaitu keuntungan yang lebih besar dari metode yang digunakan perusahaan saat ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Membandingkan Metode EOQ dengan Metode Pengendalian Persediaan yang Digunakan Perusahaan saat ini Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keuntungan dan mendapatkan Quantity pemesanan optimum dengan tingkat service level yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi saat ini. Oleh karena itu dilakukan pengujian model dengan data sebenarnya. Model pengendalian persediaan dengan menggunakan metode EOQ tersebut akan diuji untuk memenuhi permintaan barang di periode Januari s/d Desember 2013, sehingga diketahui tingkat service levelnya. Perbedaan tingkat keutungan yang didapatkan antar metode EOQ dengan metode yang digunakan perusahaan saat ini dapat diketahui jika biaya-biaya pengendalian persediaan seperti biaya Pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya bad stock diketahui. Perhitungan keempat biaya tersebut dilakukan dengan menggunakan persamaan yang sudah di bahas pada Bab 2 dan 3. Perbandingan servis level antara metode EOQ dengan metode yang digunakan perusahaan saat ini dapat dilihat pada Tabel. B.3 sedangkan perbandingan tingkat keuntungan antara metode EOQ dengan metode yang digunakan perusahaan saat ini dapat dilihat pada Tabel. B.4. Pada Tabel B.3 dan B.4 dapat dilihat bahwa biaya persediaan dengan menggunakan metode EOQ menghasilkan biaya persediaan yang lebih besar tapi dengan service level dan tingkat keuntungan yagn lebih besar pula. Rata-rata servis level untuk item kategori A, dengan menggunakan metode EOQ adalah sebesar 90% dengan penjualan sebesar 78.393.918.941 dan keuntungan sebesar Rp. 30.186.656.418 sedangkan rata-rata service level PT MPI saat ini sebesar 78% dengan penjualan sebesar Rp. 69.146.577.966 dan keuntungan sebesar Rp. 21.572.802.037 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah dilakukan analisis pada hasil peramalan dari item kategori A dan sistem persediaan maka diperoleh kesimpulan: 1. Penggunaan metode EOQ menghasilkan biaya persediaan yang lebih besar tapi meningkatkan keuntungan dan servis level dibandingkan dengan kebijakan yang digunakan perusahaan saat ini. ISBN : 978-602-70604-1-8 A-11-11
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
2. Penggunaan metode EOQ dapat menghasilkan rata-rata servis level sebesar 90% atau kenaikan sebesar 12% dibandingkan dengan kebijakan yang digunakan perusahaan saat ini. 3. Penggunaan metode EOQ dapat meningkatkan keuntungan sebesar Rp 8.613.854.383 atau kenaikan sebesar 40% dibandingkan dengan kebijakan yang digunakan perusahaan saat ini. Saran Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan pada penulisan tesis ini adalah: 1. perusahaan sebaiknya menggunakan metode-metode ilmiah yang ada ketika melakukan peramalan permintaan produk di masa mendatang, supaya hasil dari peramalan dapat memenuhi permintaan. 2. Sistem persediaan dalam tesis ini apabila akan dikembangkan untuk penelitian selanjutnya dapat memperhitungkan tingkat permintaan bukan hanya dalam satu periode perencanaan, tapi juga pada setiap kali terdapat permintaan dari customer. 3. Berdasarkan kesimpulan tentang Reorder Point, maka perlu ditambahkan warning system dalam ERP PT. MPI agar operator dapat mengetahui dan melakukan tindakan untuk melakukan pemesanan kembali. DAFTAR PUSTAKA Chase, R. B., Jacobs, F. R., Aquilano, N. J. 2006. Operation Management for Competitive Advantage 11th ed. United States: Penerbit. Mc Graw Hill. Chopra, S., dan Meindl, P. 2010. Supply Chain Management 4th ed. New Jersey: Penerbit Pearson. Hiller, Frederick, dan Lieberman, Gerald. 2010. Introduction to Operations Research. 9th ed. New York: Penerbit: McGraw-Hill Inc. Kulkarni, M.S dan Rajhans, N.R. 2013. Determination of Optimum Inventory Model for Minimizing Total Inventory Cost. Procedia Engineering. Volume 51, No. 803 -809. Maimun, Ali., 2008. Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode Konsumsi dengan Analisis ABC dan Reorder Point Terhadap Nilai Persediaan dan Turn Over Ratio di Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal. Tugas Akhir Universitas Diponegoro, Semarang. Stanley, Surya., Tanti, Octavia., Agus, Widyadana. 2012. Model Persediaan Bahan Baku Multi Item dengan Mempertimbangkan Masa Kadaluwarsa, Unit Diskon dan Permintaan yang Tidak Konstan. Jurnal Teknik Industri. Vol. 14, No. 2. Tersine, Richard, J. 1994. Principles Of Inventory And Materials Management 4th ed. New Jersey: Penerbit Prentice Hall. Weygant, Jerry J., Donald E. Kieso, and Walter G. Kell, 7th Edition, Accounting Principles, John Wley & Sons, Inc, New York, 2005.
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-11-12