e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
ANALISIS SIKAP SOSIAL SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN DENGAN KURIKULUM 2013 Pande Putu Cahya Mega Sanjiwana1, Kt. Pudjawan2, I Gd. Margunayasa3 1,3
Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap sosial siswa, mendeskripsikan program yang dilakukan dalam mengembangkan sikap sosial siswa, dan mendeskripsikan kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah kelas V di SD Gugus Srikandi tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 128 orang, kepala sekolah berjumlah 3 orang, dan guru kelas V berjumlah 3 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, observasi, studi dokumen, dan wawancara. Data sikap sosial siswa dikumpulkan dengan instrumen lembar kuesioner, lembar observasi, dan catatan dokumen. Sedangkan data program yang dilakukan dalam mengembangan sikap sosial dan data kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial dikumpulkan dengan instrumen pedoman wawancara. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa (1) sikap sosial siswa kelas V di SD Gugus Srikandi dengan persentase 27,3% berada pada predikat sangat baik, 70,3% berada pada predikat baik, dan 2,4% berada pada predikat cukup, (2) program pengembangan sikap sosial yaitu mengadakan bakti sosial ke panti asuhan, dan (3) kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial yaitu jumlah siswa yang tidak sebanding dengan guru saat mengadakan bakti sosial. Berdasarkan hasil penelitian hanya sebagian kecil siswa kelas V yang memiliki sikap sosial di bawah kategori baik. Kata-kata kunci: pembelajaran dengan kurikulum 2013, sikap sosial Abstrak This research aims at describes the social attitude of the students, describes the program to develop the social attitude of the students and also describes problems that arise in developing students social attitude. The types of this research were qualitative. The subject of this research was the year V in SD Gugus Srikandi of the year 2014/2015 which has 128 students, 3 headmasters and 3 teachers of the year V. The method of collected the data was used questionnaire, observation, document study and interview. The students social attitude data were collected with questionnaire sheet, observations sheet and document note. Meanwhile, the data program that was used in developing the social attitude and constraints data that found in improving social attitude were collected with interview basis. The data that has been collected then analysed using descriptive analysis. The results of this research finds that (1) the social attitude of the year V in SD Gugus Srikandi with percentage 27,3% stands at very good level, 70,3% in good predicate and 2,4% in enough level, (2) the program that is used to develop social attitude like social service to orphanage and (3) the constraints in improving social attitude is the amounts of the students is not proportionate with the teacher in social service. Based on the results of this research, only small amounts of the students in year V that has the low category. Keywords: 2013 curriculum study, social attitude.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
PENDAHULUAN Proses pendidikan pada kurikulum 2013 memberikan penekanan yang berbeda pada masing-masing aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan sesuai dengan jenjang pendidikan. Untuk pendidikan pada jenjang sekolah dasar mendapatkan penekanan yang lebih mengutamakan pembentukan sikap. Pembentukan sikap pada jenjang sekolah dasar mencapai 70 persen dari seluruh pembelajaran (Kemdiknas, 2013). Sejalan dengan hal tersebut maka seorang guru sekolah dasar diharapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013 lebih mengutamakan aspek sikap siswa dibandingkan aspek keterampilan, dan pengetahuan. Pembentukan sikap siswa bisa dilakukan guru melalui pembelajaran tidak langsung seperti yang tertuang dalam permendikbud nomor 81 A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum 2013. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran. Pengembangan sikap yang dituntun oleh guru dapat membantu siswa dalam mengembangkan sikap menuju ke sikap yang lebih baik. Menurut Kurinasih (2014:65), “Sikap merupakan sebuah ekspresi dan nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang”. Cara seseorang memandang suatu permasalahan sangat bergantung pada sikap yang dimiliki, termasuk pula sikap yang dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne (dalam Susanto, 2012) dalam teorinya yang disebut the domains of learning menyatakan bahwa sikap merupakan faktor penting dalam belajar karena tanpa sikap, belajar tak akan berhasil dengan baik. Sejalan dengan pernyataan tersebut maka sebaiknya dari
jenjang pendidikan sekolah dasar aspek yang diutamakan dapat terbentuk pada diri siswa adalah aspek sikap. Hal ini sesuai dengan harapan dari kurikulum 2013 yang lebih mengutamakan aspek sikap dibandingkan dengan aspek keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran pada kurikulum 2013 berdasarkan permendikbud nomor 81 A dalam membentuk sikap siswa beracuan pada kompetensi inti sikap yang terdapat dalam kompetenti inti 1 dan kompetensi inti 2. Kompetensi inti 1 berkaitan dengan sikap spiritual sedangkan kompetensi inti 2 berkaitan dengan sikap sosial. Pada setiap kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013 selain membelajarkan siswa pada aspek keterampilan dan pengetahuan guru juga memantau sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sikap yang dipantau guru dalam kegiatan pembelajaran lebih menekankan sikap sosial. Hal ini diperkuat oleh aspek sikap sosial yang kompleks meliputi sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri (Kurinasih, 2014). Sikap sosial adalah suatu sikap yang objeknya adalah kehidupan sosial manusia, baik di dalam kelompok atau di luar kelompok. Kehidupan sosial menyangkut aturan - aturan dan nilai-nilai sosial. Pengenalan kehidupan sosial dapat diperoleh melalui proses belajar dan interaksi dengan orang lain dalam kehidupan di keluarga, di sekolah, dan masyarakat. Interaksi akan membentuk sikap sosial seseorang, demikian pula interaksi membentuk sikap sosial siswa. Sikap sosial seseorang sebelum memasuki masa sekolah terbentuk terlebih dahulu di keluarga. Ketika mulai memasuki masa sekolah sikap sosial seseorang selain terbentuk di keluarga juga akan terbentuk di lingkungan sekolah, khususnya melalui interaksi yang dilakukan dengan guru, teman, atau anggota sekolah lainnya. Agar sikap sosial siswa yang terbentuk tidak menyimpang dari aspek sikap sosial yang diharapkan, maka tugas guru untuk memantau sikap sosial siswa terutama dari jenjang pendidikan terendah, termasuk jenjang pendidikan sekolah dasar.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Sikap sosial yang meliputi aspek jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri diharapkan dapat tumbuh dan berkembang pada diri siswa dari jenjang pendidikan sekolah dasar. Menurut Mirasa (dalam Susanto, 2012) tujuan pendidikan sekolah dasar yaitu sebagai proses pengembangan kemampuan yang paling mendasar agar siswa belajar secara aktif karena adanya dorongan dalam diri dan adanya suasana yang memberikan kemudahan bagi perkembangan diri siswa secara optimal. Perkembangan diri siswa akan lebih optimal jika siswa dapat memiliki dan mengembangkan sikap sosial pada diri mereka. Sikap sosial mengajarkan siswa bagaimana bersikap dengan lingkungan sekitar yang didalamnya termasuk keluarga, guru, teman, dan masyarakat. Sikap sosial yang baik membuat siswa menjadi siswa yang cerdas, bukan hanya siswa yang pintar secara pengetahuan. Sikap sosial membuat siswa terbiasa menumbuhkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri. Siswa yang cakap dan cerdas dengan mengedepankan aspek sikap sesuai dengan harapan dari kurikulum 2013 khususnya sikap sosial akan terbentuk dari jenjang pendidikan dasar, termasuk dari jenjang pendidikan sekolah dasar yang menggunakan pembelajaran dengan kurikulum 2013. Pembelajaran pada kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan (Daryanto, 2014). Pada masing-masing aspek kegiatan pembelajaran mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan akan mengembangkan sikap sosial yang ada pada diri siswa meliputi, jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri. Berdasarkan hal tersebut pembelajaran dengan kurikulum 2013 semakin mematangkan sikap sosial siswa. Namun, pada kenyataan di lapangan pembelajaran dengan kurikulum 2013, khususnya di jenjang sekolah dasar yang
diberikan penekanan lebih pada sikap sosial siswa agar membentuk siswa yang jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri belumlah sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas V di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta pada tanggal 5 Pebruari 2015, sikap sosial siswa belum tampak sepenuhnya. Hal ini terlihat saat kegiatan proses pembelajaran siswa masih terlihat berbicara dengan teman, mengganggu teman, ataupun siswa masih terlihat kurang memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Hal tersebut tentu menunjukkan sikap sosial siswa pada aspek tanggung jawab dan disiplin belum sesuai dengan harapan. Permasalahan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 6 Pebruari 2015 terhadap tiga orang guru kelas V di tiga SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur. Guru kelas V di tiga SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur mengatakan bahwa pada setiap proses pembelajaran guru selalu memantau sikap siswa termasuk sikap sosial siswa. Sikap sosial yang terlihat menyimpang seperti tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak memperhatikan guru saat proses pembelajaran berlangsung, ataupun terlambat datang ke sekolah maka guru akan memberikan teguran, nasihat, ataupun pembinaan terhadap siswa terkait. Meskipun telah melakukan beberapa cara untuk mengatasi sikap sosial siswa yang menyimpang, permasalahan mengenai sikap sosial masih saja terjadi. Mengingat sikap sosial siswa akan terbentuk dari lingkungan, terutama lingkungan sekolah sangat menentukan bagaimana siswa bersikap terhadap lingkungan, menerima karakteristik teman yang berbeda-beda, dan siswa nantinya dapat diterima berada di tengah-tengah kelompok sosial, maka berbagai permasalahan mengenai sikap sosial siswa di tiga SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur perlu dikaji sehingga pihak sekolah dapat menentukan sikap dalam melakukan pembinaan terhadap siswa yang kiranya perlu dibina karena mengalami
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
permasalahan pada sikap sosial. Pembinaan yang dilakukan sekolah tentu harus sesuai dengan permasalahan sikap sosial yang ditemukan pada masing-masing siswa. Hal ini karena siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka masalah mengenai sikap sosial yang dialami siswa akan berbeda-beda. Terkait dengan temuan permasalahan sikap sosial siswa sehingga di pandang perlu untuk melakukan penelitian sikap sosial siswa, khususnya sikap sosial siswa kelas V di SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur pada pembelajaran dengan kurikulum 2013 dengan judul “Analisis Sikap Sosial Siswa Kelas V Pada Pembelajaran Dengan Kurikulum 2013”. METODE Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Menurut Denzin (dalam Satori, 2011) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Tempat penelitian ini di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta. Subjek penelitian adalah siswa kelas V, guru kelas V, dan kepala sekolah di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta. Secara rinci subjek penelitian di SD Cipta Dharma terdiri dari 40 orang kelas V, satu guru kelas V, dan kepala sekolah. Subjek penelitian di SD No. 5 Sumerta terdiri dari 44 orang kelas V, satu guru kelas V, dan kepala sekolah. Serta subjek penelitian di SD No. 1 Sumerta terdiri dari 44 orang kelas V, satu guru kelas V, dan kepala sekolah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner, observasi, studi dokumen, dan wawancara. Data yang diperoleh dari kuesioner adalah data yang tidak dapat diamati oleh peneliti dengan anggapan bahwa respondenlah yang paling mengetahui tentang dirinya dan pengalamannya sendiri serta data yang disampaikan adalah benar adanya. Metode Observasi yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu observasi partisipatif pasif. Menurut Sugiyono (2014: 311), “Observasi partisipatif dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif,
partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap”. Metode wawancara yang dilakukan pada penelitian ini yaitu wawancara terstruktur kepada narasumber yang dapat memberikan informasi antara lain, guru kelas V dan kepala sekolah agar memperoleh informasi mengenai program yang dilakukan dalam mengembangkan sikap sosial siswa kelas V dan kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial siswa kelas V. Metode studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Menurut McMillan dan Schumacher (dalam Satori, 2011) dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan anekdotal, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner, lembar observasi, catatan dokumen, dan pedoman wawancara. Kuesioner yang digunakan berbentuk skala likert dengan kriteria penilaiannya didasarkan pada rubrik penilaian yang dirancang oleh peneliti dengan nilai maksimum setiap item pernyataan adalah 5 dan nilai minimum adalah 1. Skala Likert, kategori respon yang terdiri dari lima, mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju, bila pernyataan itu sifatnya positif diberi skor 5, 4, 3, 2, 1, dan bila pernyataan itu bersifat negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, 5 (Suharsaputra, 2012). Lembar observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati aspek jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri siswa pada saat pembelajaran berlangsung berdasarkan indikator yang disiapkan pada lembar observasi. Dokumen yang dimaksud yaitu arsip penilaian sikap sosial siswa yang dimiliki oleh guru kelas V. Pedoman wawancara dalam penelitian ini berisi tentang uraian penelitian yang dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik. Data penelitian yang telah terkumpul berupa sikap sosial, program pengembangan sikap sosial, dan kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial dianalisis secara deskriptif.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN Data sikap sosial siswa secara umum di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta diperoleh melalui analisis lembar kuesioner yang diisi oleh siswa pada masing-masing sekolah. Data sikap sosial siswa diperoleh dengan menggabungkan aspek sikap sosial pada
penelitian ini yang terdiri dari aspek jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri. Data sikap sosial siswa secara umum di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Sikap Sosial Siswa No 1
Sekolah SD Cipta Dharma
2
SD No. 5 Sumerta
3
SD No. 1 Sumerta
Predikat sikap sosial Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Data sikap sosial pada masingmasing aspek diperoleh hasil yang relatif hampir sama pada masing-masing aspek sikap sosial di tempat penelitian ini yaitu di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta. Berikut penjabaran dari sikap sosial pada masing-masing aspek di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta. Data sikap sosial di SD Cipta Dharma pada aspek jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri berdasarkan hasil analisis lembar kuesioner didapatkan hasil yang berbeda-beda pada masing-masing aspek. Pada aspek jujur dengan indikator mengungkapkan perasaan apa adanya didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 35%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 27,5%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 22,5%. Pada sikap sosial aspek jujur indikator mengerjakan ulangan dengan tidak menyontek, siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase
Frekuensi 12 28 40 10 33 1 44 13 29 2 44
Persentase 30% 70% 100% 22,7% 75% 2,3% 100% 29,5% 65,9% 4,6% 100%
12,5%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 50%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 37,5%. Pada aspek tanggung jawab dengan indikator menerima resiko dari tindakan yang dilakukan, siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 62,5%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 35%, dan siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 2,5%. Pada aspek toleransi dengan indikator mampu bekerjasama dengan siapapun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, serta keyakinan dan indikator menerima kesepakatan meskipun berbeda pendapat yang dimiliki terdapat persentase predikat yang sama. Siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 40%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 57,5%, dan siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 2,5%.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Pada aspek gotong royong dengan indikator menyelesaikan masalah dengan bekerjasama didapatkan hasil siswa siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 67,5% dan siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 32,5%. Pada aspek disiplin dengan indikator datang tepat waktu didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 37,5%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 57,5%, dan siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 5%. Pada aspek sopan dengan indikator mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 42,5%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 50%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 5%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 2,5%. Pada aspek percaya diri dengan indikator berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dan predikat baik berada pada persentase yang sama yaitu 42,5% dan siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 15%. Berdasarkan hasil analisis lembar kuesioner didapatkan hasil yang berbedabeda pada masing-masing aspek sikap sosial di SD No. 5 Sumerta. Berikut penjabaran data sikap sosial di SD No. 5 Sumerta pada aspek jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri. Pada aspek jujur indikator mengungkapkan perasaan apa adanya, siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 15,9%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 43,2%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 22,7%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 18,2%. Pada sikap sosial aspek jujur indikator mengerjakan ulangan dengan tidak menyontek, siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 36,4%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 20,5%, siswa yang
berada pada predikat cukup dengan persentase 31,8%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 11,3%. Pada aspek tanggung jawab dengan indikator menerima resiko dari tindakan yang dilakukan siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 38,7%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 54,5%, dan siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 6,8%. Pada aspek toleransi dengan indikator mampu bekerjasama dengan siapapun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, serta keyakinan siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 41%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 50%, siswa yang berada pada predikat cukup dan predikat kurang dengan persentase yang sama yaitu 4,5%. Pada aspek gotong royong dengan indikator menyelesaikan masalah dengan bekerjasama didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 59,1% dan siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 40,9%. Pada aspek disiplin dengan indikator datang tepat waktu didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 15,9%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 56,8%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 18,2%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 9,1%. Pada aspek sopan dengan indikator mengucapkan terimakasih setelah menerima bantuan orang lain didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 47,7%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 45,5%, dan siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 6,8%. Pada aspek percaya diri dengan indikator berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 29,5%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 38,6%, dan siswa
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
yang berada pada predikat cukup dengan persentase 31,9%. Berdasarkan hasil analisis lembar kuesioner didapatkan hasil yang berbedabeda pada masing-masing aspek sikap sosial di SD No. 1 Sumerta. Berikut penjabaran data sikap sosial di SD No. 1 Sumerta pada aspek jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri. Pada aspek jujur indikator mengungkapkan perasaan apa adanya, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 56,8%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 36,4%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 6,8%. Pada sikap sosial aspek jujur indikator mengerjakan ulangan dengan tidak menyontek, siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 27,3%, siswa yang berada pada predikat baik dan cukup dengan persentase yang sama yaitu 34,1%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 4,5%.Pada aspek tanggung jawab dengan indikator menerima resiko dari tindakan yang dilakukan siswa yang berada pada predikat sangat baik dan predikat baik terdapat dalam persentase yang sama yaitu 50%. Pada aspek toleransi dengan indikator mampu bekerjasama dengan siapapun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, serta keyakinan siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 27,3%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 61,4%, dan siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 11,3%. Pada sikap sosial aspek toleransi indikator menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapat yang dimiliki, siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 40,9%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 52,3%, siswa yang berada di predikat cukup dengan persentase 4,5%, dan siswa yang berada di predikat kurang dengan persentase 2,3%. Pada aspek gotong royong dengan indikator menyelesaikan masalah dengan bekerjasama didapatkan hasil siswa yang
berada pada predikat sangat baik dengan persentase 65,9%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 29,5%, dan siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 4,6%. Pada aspek disiplin dengan indikator datang tepat waktu didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 31,8%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 56,8%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 9,1%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 2,3%. Pada aspek sopan dengan indikator mengucapkan terimakasih setelah menerima bantuan orang lain didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 40,9%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 52,3%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 2,3%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 4,5%. Pada aspek percaya diri dengan indikator berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 25%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 59,1%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 13,6%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 2,3%. Data program pengembangan sikap sosial dan kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap guru kelas V dan kepala sekolah. Hasil wawancara yang diperoleh direduksi untuk menghilangkan data yang tidak diperlukan dan menggunakan hasil wawancara yang berkaitan dengan program pengembangan sikap sosial dan kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial. Hasil wawancara program pengembangan sikap sosial oleh kepala sekolah didapatkan hasil seperti Tabel 2.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Tabel 2. Hasil wawancara program pengembangan sikap sosial oleh kepala sekolah dan kendala yang ditemukan No. 1
Kepala Sekolah SD Cipta Dharma
2
SD No. 1 Sumerta
3
SD No. 5 Sumerta
Program Pengembangan Sikap Sosial
Kendala yang ditemukan
Memperingati hari ulang tahun sekolah dengan mengadakan bakti sosial ke panti asuhan dan petugas DKP. Memberikan pembinaan dan sosialisasi kepada siswa mengenai tertib berlalu lintas dengan mengundang polisi sebagai pembicara.
Mengawasi siswa saat bakti sosial karena jumlah siswa yang tidak sebanding dengan guru. Setiap tahun sekolah harus menentukan instansi-instansi terkait yang dapat memberikan sosialisasi kepada siswa, agar siswa tidak bosan dalam mendengarkan sosialisasi Mengembangkan sikap sosial siswa Jumlah siswa dan guru melalui ekstra kurikuler pramuka dan pembina yang tidak penyelipan kegiatan pramuka jika seimbang. memungkinkan dilakukan dalam proses pembelajaran
Sementara hasil wawancara terhadap guru mengenai program yang dilakukan dalam mengembangkan sikap sosial siswa dan
kendala yang ditemukan didapatkan hasil seperti Tabel 3.
Tabel 3. Hasil wawancara program pengembangan sikap sosial oleh guru dan kendala yang ditemukan No. 1
Guru Kelas V SD Cipta Dharma
Program Pengembangan Sikap Sosial Aktivitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan di kelas adalah pembelajaran berkelompok.
2
SD No. 5 Sumerta
3
SD No. 1 Sumerta
Aktivitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan di kelas adalah belajar kelompok, melakukan pertukaran informasi dengan teman sejawat atau biasa disebut tutor sebaya. Aktivitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan di kelas adalah pembelajaran berkelompok atau mengarahkan siswa belajar dengan kartu tanya.
Berdasarkan hasil analisis data diketahui sikap sosial siswa kelas V di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta relatif hampir memiliki
Kendala yang ditemukan Saat belajar kelompok tidak semua siswa bekerja dengan baik dan terkadang pula siswa hanya banyak bicara dibandingkan dengan mengerjakan tugas. Siswa susah diberi tahu dan terkadang juga siswa bersangkutan mengganggu teman.
Saat siswa membuat kartu tanya terkadang siswa menjiplak pertanyaan dibuku ataupun siswa meminta teman mereka untuk membuat pertanyaan.
persentase yang sama pada masing predikat sikap sosial.
masing-
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Pada masing-masing aspek sikap sosial yaitu jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri didapatkan hasil dengan persentase yang relatif sama. Pada aspek tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, dan sopan hanya sebagian kecil siswa yang berada di bawah predikat baik di tiga SD Gugus Srikandi yaitu kurang dari 15%. Sedangkan pada sikap sosial aspek jujur dan percaya diri cukup banyak siswa yang berada di bawah predikat baik di tiga SD Gugus Srikandi yaitu berada diatas 20%. Permasalahan sikap sosial siswa pada aspek jujur dan percaya diri diakui guru merupakan permasalahan utama yang dihadapi dalam mengembangkan sikap sosial siswa. Guru mengatakan untuk menumbuhkembangkan sikap sosial aspek jujur dan percaya diri diperlukan pembiasaan dan waktu yang relatif lama. Berdasarkan permasalahan tersebut, peran guru sangat diperlukan untuk dapat mengatasi permasalahan sikap sosial siswa pada aspek jujur dan percaya diri. Guru dalam hal ini sebagai pelaksana pembelajaran di kelas harus melakukan pembinaan ekstra pada sikap sosial siswa aspek jujur dan aspek percaya diri pada proses pembelajaran agar terjadi perubahan sikap sosial aspek jujur dan percaya diri ke arah yang lebih baik, namun tetap dengan tidak mengesampingkan dalam membina aspek sikap sosial lainnya meskipun hanya sebagian kecil siswa yang tidak tuntas. Untuk mengatasi permasalahan sikap sosial siswa pada aspek jujur dan percaya diri guru dapat menggunakan pendekatan integrasi intradisipliner untuk lebih mengembangkan sikap sosial siswa. Menurut Prastowo (2013) pendekatan integrasi intradisipliner adalah usaha mengintegrasikan kompetensi-kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan utuh pada setiap mata pelajaran. Pendekatan integrasi intradisipliner akan mengembangkan sikap sosial karena pada proses pembelajaran siswa tidak hanya belajar materi pelajaran, tetapi juga mengembangkan kompetensi sikap yang dialami siswa saat proses pembelajaran, yang salah satunya adalah sikap sosial. Pendekatan integrasi
intradisipliner akan menuntun siswa dalam perubahan sikap sosial yang lebih baik. Perubahan sikap sosial dalam pembentukan dan perkembangannya dari sikap sosial yang belum baik masih bisa berubah ke arah yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Gerungan (2004) yang menyatakan bahwa sikap tidak dibawa orang sejak dilahirkan tetapi dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Perkembangan sikap sosial siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Djaali (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial yakni faktor indogen dan faktor eksogen yakni lingkungan. Faktor indogen atau dari dalam diri siswa sangat dipengaruhi oleh faktor eksogen. Sikap sosial siswa yang baik tentu harus didukung oleh faktor eksogen yang kondusif. Pada lingkungan yang pertama dikenal siswa yaitu keluarga siswa diajarkan hal kecil tetapi mendasar dengan memberikan contoh bagaimana bersikap terhadap orang lain. Pada ruang lingkup yang lebih luas di lingkungan masyarakat siswa menemukan karakter orang yang berbeda-beda sehingga siswa harus dapat bersikap dalam memilah dan memilih sikap yang harus diikuti berdasarkan pelajaran yang didapatkan dari lingkungan keluarga. Sehingga pada akhirnya sikap sosial siswa yang sebelumnya terbentuk di lingkungan keluarga dan masyarakat dapat membantu dalam mengembangkan sikap sosial siswa yang sudah baik ataupun merubah sikap sosial siswa yang belum baik pada proses pembelajaran di lingkungan sekolah. Sikap sosial siswa yang belum baik harus dirubah melalui proses belajar menuju ke arah sikap sosial yang baik agar sikap sosial memiliki kestabilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi (2009) yang menyatakan sikap memiliki kestabilan yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap, stabil, dan melalui pengalaman. Pengalaman yang didapatkan mengarahkan siswa menuju perubahan sikap sosial ke arah sikap sosial yang baik. Perubahan sikap sosial siswa ke arah yang baik akan tercapai dengan adanya dukungan program pengembangan sikap sosial, baik program pengembangan dari guru kelas V ataupun dari kepala sekolah.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Berbagai program yang dirancang oleh guru kelas V dan kepala sekolah di tiga SD Gugus Srikandi menuntun siswa untuk konsisten dalam mengembangkan sikap sosial pada aktivitas pembelajaran ataupun pada kegiatan lain di sekolah yang berpusat pada siswa. Berbagai aktivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa tersebut akan membantu siswa dalam mengembangkan sikap sosial pada diri mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2002) yang menyatakan sebagian besar dari para psikologi sosial berpendapat bahwa sikap terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar, termasuk proses belajar langsung. Sikap yang terbentuk melalui pengalaman langsung akan lebih kuat daripada sikap yang terjadi melalui proses belajar lainnya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian tersebut simpulan penelitian ini adalah, pertama sikap sosial siswa kelas V di SD Cipta Dharma dengan persentase 30% berada pada predikat sangat baik dan 70% berada pada predikat baik, sikap sosial siswa kelas V di SD No. 5 Sumerta dengan persentase 22,7% berada pada predikat sangat baik, 75% berada pada predikat baik, dan 2,3% berada pada predikat cukup, sikap sosial siswa kelas V di SD No. 1 Sumerta dengan persentase 29,5% berada pada predikat sangat baik, 65,9% berada pada predikat baik, dan 4,6% berada pada predikat cukup. Kedua, program yang dilakukan dalam mengembangkan sikap sosial yaitu pembelajaran berkelompok, dan ketiga, kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial yaitu siswa mengganggu teman saat proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu guru disarankan agar lebih mengoptimalkan pembelajaran dengan kurikulum 2013 untuk lebih mematangkan pada pembentukan sikap sosial. DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sosial.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Djaali.
2008. Psiokologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Kemdiknas. 2013. Kemampuan Siswa Dapat Ditingkatkan Dengan Mengubah Metode Pembelajaran. Tersedia pada http://www. kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/ 1924 (diakses tanggal 18 Januari 2015). Kurinasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Cetakan Ke-1. Surabaya: Kata Pena. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 81 A tentang Implementasi Kurikulum. 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: Diva Press. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsaputra, Uhar. 2012. Penelitian. Bandung: Aditama.
Metode Refika
Susanto, Ahmad. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.