Analisis, September 2009, Vol. 6 No. 2: 193 – 200
ISSN 0852-8144
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN PULSA TELEPON SELULER WANITA PEKERJA DI KOTA MAKASSAR Andi Maslia Tenrisau Adam Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Timur, Makassar
ABSTRACT This study attempts to analyze factors affecting the demand of workingwomen’s cellular telephone pulses and the size effect of the factors, so that it could be found the dominant factors of the demand of workingwomen’s cellular telephone pulses. The applied model therefore is the demand system of Almost Ideal Demand System (AIDS), using primary data. This data were collected by using stratified random method of workingwomen in Makassar City, namely public servants, private employees, and entrepreneurs. The study results show that factors affecting the demand of workingwomen’s cellular telephone pulses are incomes, prices cellular telephone pulses, prices fixed line pulses, working experiences, working hours, the length of cellular telephone use and marital status. The most dominant factor, however, is income with positive elasticity (i.e., η<1), so that cellular telephone pulses can be assumed to be still the necessity goods. Key words:
Workingwomen’s, Analysis Almost Ideal Demand System (AIDS), Cellular Telephone Pulses
kan 80% pulsa untuk berbicara urusan keluarga dan teman sedangkan pria hanya 63%. Ini berarti, bahwa wanita hanya menggunakan 1,4 jam/bulan (dari 7 jam/bulan) berbicara untuk urusan pekerjaan (di luar urusan keluarga dan teman). Sedangkan pria lebih banyak, yaitu sebesar 3,4 jam/bulan (dari 10 jam /bulan). Padahal sesungguhnya kaum wanita, cenderung dengan pola hidup boros, sebagaimana dinyatakan oleh Engel (2002) bahwa wanita lebih banyak membeli produk daripada pria. Di samping itu, wanita mempunyai aktivitas dan tingkat kesibukan yang lebih tinggi karena selain aktivitas dalam rumah juga melakukan aktivitas di luar rumah. Hal inilah yang melatarbelakangi mengapa penelitian ini dilakukan, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan pulsa telepon seluler wanita lebih rendah dibanding dengan pria. Selanjutnya, akan dikaji lebih spesifik terutama dikaitkan dengan status wanita sebagai wanita pekerja.
PENDAHULUAN Dewasa ini penggunaan telepon seluler tidak lagi menjadi sesuatu yang eksklusif dikalangan masyarakat. Telepon seluler tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi. Yang lebih penting dari hal itu, telepon seluler telah menjadi pendukung gaya hidup (life style) mulai dari anak-anak sampai orang tua. Hal ini karena tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik dan harga telepon seluler yang semakin murah. Jika dilihat pasar produk seluler Indonesia terhadap populasi jumlah penduduk Indonesia (Sugardo, 2001), maka penetrasi tahun 2000 sekitar 16 pengguna per 1.000 penduduk. Komposisi, segmentasi dan penyebaran pengguna telepon seluler adalah pertama, konsentrasi pengguna adalah di kota-kota besar. Kedua, jumlah pemakai prabayar lebih besar dari pelanggan bulanan atau pascabayar (65% terhadap 35%). Ketiga, di kota besar itu sendiri banyak pengguna yang memiliki lebih dari satu nomor. Lebih lanjut temuan X-phone (2002) menunjukkan, bahwa wanita mengguna193
workingwomen’s, Analysis Almost Ideal Demand System
ISSN 0852-8144
sebagai pegawai negeri, karyawan swasta dan wiraswasta (di luar atau di rumah). Karena jumlah wanita pekerja yang menggunakan telepon seluler tidak diketahui secara pasti, maka jumlah sampel sebesar 398 hanya diambil kurang lebih 50%, sehingga diperoleh 210 sampel. Dengan pertimbangan bahwa pengguna telepon seluler terbagi atas pengguna pascabayar dan prabayar. Di samping itu, jumlah pengguna telepon seluler wanita lebih sedikit dari jumlah pria, atau 46% terhadap 54%. Sehingga jumlah sampel sebesar 210 dianggap telah mewakili populasi. Kemudian, perbandingan terhadap besarnya sampel tiap strata adalah berdasarkan persentase dari jumlah wanita pekerja di kota Makassar yaitu 40% adalah pegawai negeri, 40% karyawan swasta dan 20% wiraswasta.
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pulsa telepon seluler wanita pekerja di Kota Makassar. 2. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi permintaan pulsa telepon seluler wanita pekerja di Kota Makassar. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk wanita yang bekerja di kota Makassar serta berdomisili di kota Makassar. Pengambilan sampel mempertimbangkan karakteristik responden sebagai berikut : 1. Pengguna aktif telepon seluler sistem prabayar minimal 3 bulan. 2. Pengguna aktif telepon seluler dengan kartu SIM GSM sistem prabayar yang beroperasi di kota Makassar yaitu : kartu Simpati, Mentari dan ProXL. Metode pengambilan sampel adalah sampel acak distrafikasi (stratified random sampling). Stratifikasi dilakukan menurut peran wanita pekerja yaitu :
Model Analisis Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka digunakan analisis Model Almost Ideal Demand System (AIDS) dari Deaton dan Meuellbauer (1980) yang dikembangkan oleh Ritonga dan Garasky (1995) dari persamaan yaitu:
wi = α i + β i (log Y − ∑iwi log p i ) + ∑ γ ij log p ij + ∑k δ ik log hk + µ Kemudian, sebagai dasar untuk estimasi, maka persamaan dapat dinyatakan ulang: wi = α i + βi (log Y − ∑i wi log pi ) + γ ii log pi + γ ij log p j + δ ik log h1 + δ ik log h2 + δ ik log h3 + δ ik log h4 +
δ ik h5 + δ ik h6 + δ ik h7 + µ
wi
=
Y pi I
= = =
pj hk
= =
Share pengeluaran pulsa telepon seluler jenis ke-i terhadap total pengeluaran pulsa telepon seluler dan pulsa telepon rumah Total pendapatan (Rp/bulan) Harga pulsa telepon seluler jenis ke-i (Rp) 1,2,...,n adalah jenis-jenis pulsa telepon seluler 1= Simpati 2= Mentari 3= ProXL Harga barang sejenis lainnya yaitu pulsa telepon rumah (Rp./bulan) Karakteristik demografi
194
Andi Masliah Tenrisau Adam
K
=
αi βi γij δik µ
= = = = =
ISSN 0852-8144
1,2,...,m adalah karakteristik demografi 1= pendidikan (dalam tahun) 2= pengalaman kerja (dalam bulan) 3= lama penggunaan telepon seluler (dalam bulan) 4= jam kerja (jam/hari) 5= status perkawinan (tidak kawin=1, kawin=0) 6= jenis pekerjaan (pegawai swasta=1, pegawai negeri=0) 7= jumlah kartu SIM (memiliki satu kartu=1, memiliki lebih dari satu kartu=0) Rata-rata share pengeluaran Koefisien pendapatan Koefisien harga Koefisien demografi Error term
Dalam model ini, terdapat tiga jenis pulsa telepon seluler sistem prabayar yang diteliti yaitu Simpati (i=1), Mentari (i=2), ProXL (i=3), sehingga dalam analisis akan dihitung share pengeluaran tiap jenis pulsa telepon seluler yaitu Simpati, Mentari, dan ProXL. Nilai koefisien yang diperoleh dari persamaan digunakan untuk menginterpretasikan pengaruh variabel yang mempengaruhi permintaan pulsa telepon seluler. Bila βi > 0 menunjukkan barang lux (luxury goods). Hal ini berarti bahwa kenaikan pendapatn riil menyebabkan kenaikan share pengeluaran sedangkan bila βi < 0 menunjukkan barang kebutuhan pokok (necessity goods). Kemudian γij mempunyai tanda positif menunjukkan barang substitusi sedangkan tanda negatif menunjukkan barang komplemen (Sutomo, 1995; Case dan Fair,2002; Sukirno 2003). Besaran elastisitas permintaan baik elastisitas pendapatan, elastisitas harga dan elastisitas karakteristik demografi dapat diperoleh dari masing-masing nilai parameter dalam model AIDS. Ritonga dan Garasky (1995) dan Sutomo (1995) menjelaskan bahwa nilai elastisitas permintaan masing-masing parameter dapat diperoleh dari: 1.
2.
3.
4.
dimana; η i adalah elastisitas pendapatan, βi adalah parameter pendapatan, wi adalah share pengeluaran pulsa telepon seluler. Elastisitas harga sendiri εii = (γii / wi) - 1 dimana; εii adalah elastisitas harga sendiri, γii adalah parameter harga pulsa telepon seluler, wi adalah share pengeluaran pulsa telepon seluler. Elastisitas harga silang εij = (γij / wi) dimana; εii adalah elastisitas harga silang, γij adalah parameter harga media informasi, wi adalah share pengeluaran pulsa telepon seluler. Elastisitas karakteristik demografi sik = δik / wi dimana; sik adalah elastisitas karakteristik demografi, δik adalah parameter karakteristik demografi, wi adalah share pengeluaran pulsa telepon seluler.
Nilai parameter (elastisitas) yang diperoleh dari persamaan digunakan untuk menginterpretasi hubungan antara variabel. Apabila elastisitas pendapatan (ηi) >1 (elastis) dan koefisien elastisitas variabel independen adalah positif, maka berarti barang tersebut tergolong barang lux. Demikian pula apabila elastisitas pendapatan (ηi) < 1 (inelastis) dan elastisitas variabel independen yang diamati adalah positif, maka berarti
Elastisitas pendapatan ηi = 1 + βi / wi
195
workingwomen’s, Analysis Almost Ideal Demand System
barang tersebut tergolong barang kebutuhan pokok atau necessity, tetapi jika negatif maka tergolong barang inferior (lihat Salvatore, 1983; Sutomo,1995; Rahmatia, 2004). Apabila elastisitas harga sendiri (εii) adalah positif, maka berarti barang tersebut tergolong barang giffen, sedangkan apabila elastisitas harga sendiri (εii) adalah negatif, maka berarti barang tersebut tergolong barang normal (Intriligator,1978; Sutomo,1995; Sukirno, 2003). Apabila elastisitas harga silang (εij) adalah positif, maka berarti barang tersebut tergolong barang substitusi, sedangkan apabila elastisitas harga silang (εij) adalah negatif, maka berarti barang tersebut tergolong barang komplemen (Intriligator, 1978; Sutomo, 1995; Case dan Fair, 2002; Sukirno, 2003). Kemudian, apabila elastisitas karakteristik demografi (sik) > 1 (elastis)
ISSN 0852-8144
dan koefisien elastisitas variabel independen adalah positif, maka berarti barang tersebut tergolong barang lux. Demikian pula apabila elastisitas karateristik demografi (sik) < 1 (inelastis) dan elastisitas variabel independen yang diamati adalah positif, maka berarti barang tersebut tergolong barang kebutuhan pokok atau necessity, tetapi jika negatif maka tergolong barang inferior (Rahmatia, 2004). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Almost Ideal Demand System (AIDS) diawali dengan pendugaan parameter antara variabel dependen dan variabel independen, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil pendugaan elastisitas yang dimaksud disajikan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Dugaan Elastisitas Pendapatan, Elastisitas Harga Barang Sendiri, Elastisitas Harga Barang Lain, dan Elastisitas Karakteristik Demografi Responden (Wanita Pekerja) di Kota Makassar, untuk Produk Seluler No
Elastisitas
Model Ke-i Mentari ProXL (2) (3)
Simpati (1)
Total (1)(2)(3)
1.
Pendapatan
0,791** (-17,394)
P
0,810** (-9,963)
P
0,810** (-9,963)
P
0,790** (-20,667)
P
2.
Harga pulsa telp.seluler
-0,911** (2,249)
N
-0,837* (1,887)
N
-0,837* (1,887)
N
-0,929* (2,047)
N
3.
Harga pulsa telp. rumah
-0,083** (-3,646)
K
-0,018 (-0,479)
K
-0,018 (-0,479)
K
-0,063** (-3,283)
K
4.
Pendidikan
0,011 (0,203)
P
0,152 (1,437)
P
0,152 (1,437)
P
0,048 (1,034)
P
5.
Pengalaman kerja
0,026** (2,811)
P
0,054** (3,026)
P
0,054** (3,026)
P
0,032** (3,871)
P
6.
Lama penggunaan HP
0,041** (2,623)
P
0,018 (0,924)
P
0,018 (0,924)
P
0,033** (2,712)
P
7.
Jam kerja
0,194** (3,341)
P
0,166 (1,557)
P
0,166 (1,557)
P
0,212** (4,138)
P
196
Andi Masliah Tenrisau Adam
ISSN 0852-8144
Model Ke-i Mentari ProXL (2) (3)
No
Elastisitas
Simpati (1)
Total (1)(2)(3)
8.
Status perkawinan a
0,041** (3,559)
-0,009 (-0,398)
-0,009 (-0,398)
0,034** (3,438)
9.
Jenis pekerjaan b
0,007 (0,527)
0,016 (0,815)
0,016 (0,815)
0,010 (1,010)
10.
Jumlah kartu SIM c
Konstanta
-0,014 (-0,717) 1,560** (8,339)
-0,038 (-1,402) 0,603** (1,801)
-0,038 (-1,402) 0,641** (1,801)
-0,017 (-1,249) 0,603** (8,769)
F hitung
116,318**
30,190**
30,190**
140,543**
R2
0,886
0,860
0,860
0,867
Adjusted R2
0,878
0,832
0,832
0,861
n-sampel
161
56
10
227
Sumber : Data diolah Catatan : * Signifikan pada level α =10%; ** Signifikan pada level α =5% atau lebih bagus; P = barang kebutuhan pokok ; N = barang normal ; S = barang substitusi ; K = barang komplemen. Nilai dalam kurung di bawah koefisien adalah t-hitung a,b,c adalah koefisien dummy bukan elastisitas.
Tabel 1, tampak bahwa dugaan elastisitas pendapatan memberikan respon yang terbesar pada pulsa Mentari (0,810), kemudian Simpati (0,791) dan ProXL (0,762), maka berarti elastisitas ketiga produk tersebut adalah ηi<1 (inelastis), yang menunjukkan bahwa ketiga produk merupakan kebutuhan pokok (necessity). Artinya persentase perubahan permintaan relatif lebih kecil daripada persentase perubahan pendapatan, yaitu sebanding dengan 1:0,810 bagi pulsa Mentari; 1:0,791 bagi pulsa Simpati; dan 1:0,762 bagi pulsa ProXL. Hasil penafsiran menunjukkan elastisitas pendapatan ketiga produk seluler (Simpati, Mentari, ProXL) adalah positif dan sangat signifikan (α=1%), artinya bahwa apabila pendapatan wanita pekerja mengalami kenaikan sebesar 10%, maka secara signifikan akan menaikkan permintaan pulsa telepon seluler sebesar 7,91% untuk Simpati; 8,10% untuk Mentari dan 7,62% untuk ProXL. Namun, implikasi dari elastisitas
pendapatan (ηi) yang positif sepertinya akan menggeser permintaan pulsa prabayar ke pascabayar, karena ada kecenderungan orang-orang yang berpendapatan tinggi menggunakan produk lain yang lebih mudah tanpa harus selalu mengisi ulang pulsa seperti produk prabayar. Untuk elastisitas harga sendiri (harga pulsa) ketiga produk memberikan nilai negatif (-0,911 untuk Simpati; 0,837 untuk Mentari; dan -0,796 untuk ProXL) dan signifikan (α=1%). Hal ini sesuai dengan prediksi teori permintaan (Said,1995; Case dan Fair, 2002; Sukirno, 2003), bahwa semakin tinggi harga suatu barang maka permintaan akan barang tersebut semakin menurun. Untuk elastisitas harga silang (harga pulsa telepon rumah), ketiga produk memberikan nilai elastisitas yang negatif, dan hanya pulsa Simpati yang sangat signifikan (α=1%). Elastisitas untuk Simpati adalah negatif (-0,083), Mentari adalah negatif (-0,018) demikian 197
workingwomen’s, Analysis Almost Ideal Demand System
pula dengan ProXL adalah negatif (0,022). Ini menunjukkan bahwa pulsa telepon rumah dengan pulsa Simpati, Mentari, ProXL merupakan barang komplemen, yaitu permintaan suatu barang berubah ke arah yang berlawanan dengan perubahan harga barang penggantinya (Intriligator,1978; Sutomo, 1995; Case dan Fair,2002; Sukirno,2003). Artinya jika harga pulsa telepon rumah meningkat, maka justru menurunkan permintaan pulsa Simpati, Mentari dan ProXL. Hal ini dapat disebabkan karena pulsa telepon rumah juga merupakan suatu barang yang dianggap penting oleh wanita pekerja yang mengggunakan Simpati, Mentari dan ProXL, sehingga kenaikan harga telepon rumah, akan menyebabkan responden menurunkan permintaan atas pulsa seluler. Dengan kata lain, responden ingin menggunakan kedua produk (pulsa telepon rumah dan pulsa telepon seluler) secara bersamaan. Kemudian, elastisitas karakteristik demografi yaitu pendidikan menunjukkan bahwa elastisitas pendidikan pada permintaan pulsa Simpati adalah positif (0,011), pada Mentari positif (0,152), dan ProXL juga positif (0,191). Dan ketiga produk tidak ada yang menunjukkan signifikansi (α=5%). Nilai elastisitas pendidikan yang positif dan ѕi1 < 1 (inelatis) pada pulsa Simpati, Mentari dan ProXL menunjukkan barang kebutuhan pokok (necessity). Artinya setiap perubahan tingkat pendidikan sebesar 10% akan menyebabkan peningkatan permintaan pulsa Simpati, Mentari dan ProXL sebesar 0,11%, 1,52% dan 1,91%. Untuk elastisitas pengalaman kerja menunjukkan elastisitas yang positif dan sangat signifikan (α=1%) pada ketiga produk seluler (Simpati, Mentari, ProXL). Respon terbesar nampak pada pulsa ProXL yaitu (0,067), kemudian Mentari (0,054), disusul Simpati (0,026). Elastisitas ketiga produk tersebut adalah positif dan si2 < 1(inelatis). Ini menunjukkan bahwa ketiga produk tersebut adalah barang kebutuhan pokok (necessity) bagi wanita pekerja. Elastisitas positif artinya,
ISSN 0852-8144
setiap terjadi kenaikan pengalaman kerja akan menyebabkan peningkatan permintaan pulsa telepon seluler. Signifikannya pengalaman kerja dengan permintaan pulsa telepon seluler (kebutuhan pokok) adalah bahwa semakin lama pengalaman kerja wanita pekerja maka ada kecenderungan aktivitas kerja dan interaksi sosial (seperti arisan, kegiatan keagamaan dll) semakin meningkat, dimana sangat dibutuhkan komunikasi secara langsung ataupun tidak langsung. Salah satu alat komunikasi yang lebih efisien adalah telepon seluler. Elastisitas lama penggunaan telepon seluler juga menunjukkan elastisitas yang positif untuk Simpati (0,041) dan sangat signifikan (α=1%), namun positif untuk Mentari (0,018) dan ProXL (0,022) tetapi tidak signifikan. Nilai elastisitas positif menunjukkan bahwa produk Simpati, Mentari dan ProXL merupakan barang kebutuhan pokok (necessity) bagi wanita pekerja karena ketiga produk menunjukkan nilai elastisitas si3<1 (inelatis). Mungkin dapat dipahami disini, bahwa semakin lama seseorang menggunakan telepon seluler, maka ketergantungan terhadap telepon seluler juga semakin tinggi. Hal ini telah terbukti dengan hasil survei Siemens Mobile (2004) bahwa ketergantungan kepada telepon seluler nampak pada saat pengguna tidak membawa telepon seluler atau justru tertinggal di rumah, mayoritas responden ternyata memilih kembali ke rumah untuk mengambil telepon selulernya. Untuk elastisitas jam kerja menunjukkan elastisitas yang positif dan si4 < 1 (inelatis) serta sangat signifikan (α=1%) terhadap permintaan pulsa Simpati (0,194), tetapi positif dan tidak signifikan terhadap pulsa Mentari (0,166) dan ProXL (0,209). Ini berarti bahwa pulsa telepon seluler merupakan kebutuhan pokok bagi wanita pekerja. Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi jam kerja maka aktivitas kerja maupun aktivitas sosial semakin tinggi pula, dalam hal ini penggunaan alat 198
Andi Masliah Tenrisau Adam
ISSN 0852-8144
komunikasi (telepon seluler) merupakan salah satu cara guna memudahkan komunikasi dalam melakukan aktivitas kerja dan hubungan sosial. Kemudian, status perkawinan responden wanita pekerja mempunyai nilai koefisien yang positif (0,041) dan sangat signifikan (α=1%) pada pulsa Simpati, namun negatif dan tidak signifikan pada pulsa Mentari (-0,009) dan ProXL (-0,009) terhadap permintaan pulsa telepon seluler. Ini berarti bahwa status perkawinan mempengaruhi permintaan pulsa Simpati, maka dengan menganggap semua faktor lain konstan, permintaan pulsa Simpati lebih tinggi sekitar 0,41% untuk responden dengan status perkawinan tidak menikah dibanding responden yang telah menikah. Dalam kaitan ini, wanita pekerja yang telah menikah cenderung membatasi pengeluaran terhadap barang lain seperti pulsa telepon seluler, tetapi meningkatkan pengeluarannya untuk keperluan anak dan rumah tangga. Untuk jenis pekerjaan mempunyai nilai koefisien yang positif pada Simpati (0,007), Mentari (0,016), dan ProXL (0,016) tetapi tidak signifikan (α=5%) dengan permintaan pulsa telepon seluler. Namun, dalam hal ini tidak signifikannya jenis pekerjaan dengan permintaan pulsa telepon seluler, diindikasi karena rata-rata tingkat pendapatan responden pegawai swasta (kurang lebih Rp.600-1.199 juta perbulan) masih lebih rendah dari pegawai negeri (Rp.1.200-1.799 juta perbulan), sehingga kemampuan atau daya beli pegawai swasta cenderung masih rendah. Jumlah kartu SIM telepon seluler menunjukkan nilai koefisien yang negatif pada ketiga produk yaitu Simpati (0,014), Mentari (-0,038), ProXL (-0,038), dan tidak signifikan (α=5%). Hal ini berarti, bahwa permintaan pulsa telepon seluler responden wanita pekerja yang menggunakan satu kartu SIM lebih sedikit (sekitar 0,14% untuk Simpati; 0,38% untuk Mentari; dan 0,38% untuk ProXL) dibandingkan dengan responden
wanita pekerja yang menggunakan lebih dari satu kartu SIM. Namun, hal tersebut tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap permintaan pulsa telepon seluler, walaupun pada kenyataannya 74,74% responden wanita pekerja menggunakan satu kartu SIM mengeluarkan pulsa di bawah Rp.200 ribu perbulan sedangkan di atas Rp.200 ribu perbulan, hanya berjumlah 25,26%. Selanjutnya, variabel pendapatan tampak lebih memiliki pengaruh yang paling signifikan (sesuai dengan prediksi teori) terhadap permintaan pulsa telepon seluler. Hal ini menunjukkan bahwa model AIDS baik digunakan untuk menduga elastisitas permintaan pada pulsa telepon seluler. Pengujian variabel independen secara simultan menunjukkan nilai Fratio=116,318 untuk Simpati, Fratio= 30,190 untuk Mentari dan Fratio=30,190 untuk ProXL, dengan tingkat signifikasi 0,000 (sig. < α= 5%), yang berarti pengaruh variabel independen secara simultan atau bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil variabel dependen. Kemudian, persentase pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2), untuk Simpati adalah 0,886. Artinya, variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan adalah 88,6% dan variasi variabel lain di luar model sebesar 11,4%. Sedangkan R2 untuk Mentari dan ProXL adalah 0,860. Artinya variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan adalah 86,0% dan variasi variabel lain di luar model sebesar 14,0%. Persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen menunjukkan pengaruh yang besar (berturut-turut 88,6%, 86,0% dan 86,0%).
199
workingwomen’s, Analysis Almost Ideal Demand System
ISSN 0852-8144
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
Case, K.E dan Fair,R, 2002. Prinsipprinsip Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga. Terjemahan Benyamin Molan, Prenhalindo. Jakarta.
1. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan pulsa telepon seluler (Simpati) adalah pendapatan, harga pulsa telepon seluler, harga pulsa telepon rumah, pengalaman kerja, lama penggunaan telepon seluler, jam kerja, dan status perkawinan. Sedangkan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan pulsa Mentari dan ProXL adalah pendapatan, harga pulsa telepon seluler dan pengalaman kerja. 2. Dari semua faktor yang diamati, yang paling dominan mempengaruhi permintaan pulsa telepon seluler adalah pendapatan, dengan nilai elastisitas positif (η i < 1) sehingga permintaan pulsa telepon seluler merupakan barang kebutuhan pokok (necessity) bagi wanita pekerja.
Engel, F, dkk, 1994. Perilaku Konsumen, Jilid I Edisi Ke Enam. Terjemahan Budiyanto,F.X. Binarupa Aksara. Jakarta. Rahmatia, 2004. Pola Efisiensi Konsumsi Wanita Pekerja SulSel Suatu Aplikasi Model Ekonomi Rumah Tangga Untuk Efek Human Capital dan Social Capital, Disertasi Tidak Diterbitkan, Makassar: Program Pascasarjana, Ekonomi, Unhas. Ritonga, H dan Garasky, S.F, 1995. The Effect of Household Characteristics on Household Consumption : A Complete Demand System Analysis of Urban Household in Centra Java, Indonesia. Forum Statistik. Biro Pusat Statistik. Jakarta.
Saran
Said, B. F, 1998. Ekonomi Manajerial. IPWI. Jakarta.
Harga pulsa telepon seluler nampaknya berpengaruh signifikan dengan perminta-an pulsa telepon seluler, maka pihak operator dalam menetapkan kebijakan sebaiknya memperhatikan pula kebijakan harga pulsa, jangan hanya berorientasi pada peningkatan pelanggan baru dengan produk murah dan layanan yang maksimal, tetapi prioritas layanan terhadap pelanggan lama sebaiknya tetap diperhatikan. Jika harga (tarif) prabayar telepon seluler sudah lebih murah atau seperti tarif telepon rumah (telepon tetap), maka jumlah pelanggan dan ARPU (Average Revenue per User) per bulan akan lebih meningkat.
Sukirno, S, 2003. Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi Ke Tiga, Grafindo Persada. Jakarta. Sutomo, S, 1995. Pendugaan Elastisitas Permintaan Dengan Model Almost Ideal Demand System : Kasus Produk Kehutanan. Forum Statistik. Biro Pusat Statistik. Jakarta. Sugardo,G, 2001. Bersaing Antar Sesama Besar Bersama, (Online), (Http://www.padamu.com, diakses 21 April 2004)
200