ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP CITRA PEREMPUAN DI Rubrik “LIPUTAN MALAM” MAJALAH POPULAR EDISI JANUARI_MARET 2008 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Pipit Permatasari NIM 104051101953
KONSETRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP CITRA PEREMPUAN DI Rubrik “LIPUTAN MALAM” MAJALAH POPULAR EDISI JANUARI_MARET 2008
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos I.)
Oleh
Pipit Permatasari NIM 104051101953
Pembimbing
Dra. Armawati Arbi, M.Si NIP 150246288
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli pribadi penulis sendiri yang diajukan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Adapun semua sumber-sumber yang dipakai untuk menunjang penelitian ini telah penulis cantumkan sesuai dengan pedoman penulisan skripsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dan jika di kemudian hari hasil penelitian yang penulis buat ini ternyata hasil dari jiplakan, maka penulis siap untuk di peninjauan kembali dan diberikan sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 7 September 2008
Pipit Permatasari
ABSTRAK Analisis Semiotika Terhadap Citra Perempuan Di Rubrik “Liputan Malam” Majalah popular Edisi Januari_Maret 2008 (Pipit Permatasari)
Perempuan dalam media massa masih menimbulkan polemik yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan di kalangan para pengkaji study tentang gender. di dalam media massa keberadaan perempuan masih patut dipertanyakan. Apakah posisinya sebagai subjek atau sebagai objek. Dalam hal ini media massa dapat dikatakan sebagai cerminan dari kehidupan sosial di masyarakat. dalam kehidupan bermasyarakat posisi perempuan bisa dikatakan orang kedua dibandingkan lakilaki, budaya patriarki yang masih sangat dominan sehingga setiap keputusan berada di tangan laki-laki. perempuan tidak diberi tanggung jawab untuk memberikan keputusan. Namun ketika kita menganalisa hampir di setiap media massa selalu menampilkan perempuan dalam setiap pemberitaannya. Seakan-akan perempuan mendominasi di dunia media. Namun patut disayangkan dengan kehadiran perempuan di media massa, perempuan seakan dijadikan objek kenikmatan bagi orang yang menikmati dan bahan inspirasi bagi para pekerja seni. Dengan kemulusan dan kecantikan yang dimiliki perempuan menjadi pertanyaan seperti apa citra yang dibentuk media massa dalam hal ini majalah popular terhadap perempuan. Sehingga dari dasar permasalahan di atas penulis menyimpulkan ada dua hal yang patut penulis pertanyakan tentang pencitraan perempuan di media massa. Maka dari sini timbul dua permasalahan yaitu sejauh mana majalah popular memandang sosok perempuan? Dan bagaimana pencitraan perempuan ditampilakan dalam media massa dalam hal ini di rubrik liputan malam? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes dengan teori signifikasi dua tahap sebagai pisau dalam menganalisis teks dengan melihat dari segi makna denotasi, makna konotasi, dan mitos. Dengan menggunakan analisis semiotikanya Roland Barthes maka dapat diketahui seperti apa citra yang dibentuk media massa dalam hal ini di rubrik liputan malam majalah popular dalam memberitakan seputar perempuan. Kemudian dari hasil analisis terhadap makna teks dan gambar, dan berdasarkan data-data dan sumber-sumber yang mendukung penelitian ini, maka pencitraan perempuan dapat diketahui kalau media massa dalam hal ini majalah popular di rubrik liputan malam, menggambarkan citra perempuan hanya sebagai penghibur, pelengkap dan pemuas nafsu bagi para pencari hiburan di dunia malam.
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirrohiim Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat, taufiq, dan inayah-Nya kepada kita, karena Ridho yang telah diberikan-Nya Sehingga penulis dapat menempuh jenjang akhir dalam pendidikan sampai saat ini, atas izin-Nya pula lah sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I). Shalawat serta salam semoga dapat tercurahkan kepada revolusioner besar baginda kita Nabi Muhammad SAW, yang senantiasa membawa cahaya dan rahmat seru sekalian alam. Kini tiba saat dinanti-nanti, sebuah perjalanan yang panjang penulis lalui dengan suka dan duka, pahit dan getir sebuah perjuangan hidup. dengan tertatih– tatih dan dengan ketulusan dari orang-orang yang telah mendoakan dan mensuport penulis baik dorongan doa maupun materi. Dan pada akhirnya telah sampailah pada puncak dimana penulis akan melaporkan semua ilmu yang di dapat dalam berbentuk sebuah karya ilmiah. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi, namun karena dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan pernah bisa menulis karya ini dengan baik. Semua itu tidak terlepas dari arahan, bimbingan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Program Studi Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya dan tiada terhingga karena atas bantuan dan bimbingan serta arahannya yang diberikan kepada: 1. Dr. Murodi M. A. selaku Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi 2. Dr. Arief Subhan M.A. Selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Drs. Mahmud Jalal. Selaku pembantu Dekan Bidang Adminitrasi 4. Drs.
Study
Rizal
LK.
MA.
Selaku
Pembantu
dekan
Bidang
Kemahasiswaan. 5. Drs. Suhaimi, M. Si. Selaku ketua Konsentrasi Jurnalistik, 6. Drs. Armawati Arbi, M. Si. Selaku pembimbing yang telah memberikan arahan pemikiran dan kesabaranya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Di tengah kesibukanya ibu adalah sosok perempuan yang hebat. 7. Para dosen, dan karyawan beserta Staf tata Usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah rela mengurusi kami para mahasiswa. 8. Mas Buyung selaku pimpinan redaksi majalah Popular yang telah rela memberikan waktu dan kesabarannya untuk menerima penulis. 9. Kakak-kakak ku yang amat aku sayangi dan amat aku cintai, Maya Puspita Dewi, Tedi Supriyadi, Maria Norma Yanti, Aris Munandar Mpd, serta kakak-kakak ipar ku yang juga memilliki andil yang besar dalam kesuksesan penulis, Ecep mansyur syah, Ir ali mahmudi, Eli, dan Aci. yang dengan perhatian agar penulis tidak terlena pada organisasi adik ku Reni Nur Anggraini, keponakan-keponakan ku yang lucu. Dengan kelucuannya penulis mendapatkan inspirasi dan hiburan dikala penat
melanda.. Nenek-ku tercinta serta om dan tante dan saudara-saudaraku terimakasih yang selalu mendoakan agar penulis cepat selesai kuliahnya. 10. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat (HMI Cab Ciputat). Penulis mengucapkan terimaksih semoga kebersamaan kita dan tali silaturahmi kita tak akan pernah putus. 11. Terima kasih kepada seluruh ketua-ketua komisariat Angkatan 2007-2008. semoga kita tetap kompak dalam idealisme HMI. Untuk kakak terbaiku, Ahmad Ru’yat, Yayat Rosidi. Abdul Rasyid,
Ihdi Makin Ara, Toni
Sultoni, Ratna, Sufir, Sifa., Risa, Suryani, Janah yang telah memberikan pengalaman hidup yang tiada tara. Terimakasihku dan maafkan atas segala kesalahan yang peneulis pernah lakukan. 12. Ibu kostan ku terimakasih ya bu. 13. Teruntuk seseorang yang telah hadir dan mengisi kebahagiaan penulis. Adin Solehuddin terimakasih telah memberikan arahan kepada penulis. 14. Kepada Kedua orang tuaku yang telah rela memberikan kasih sayang dan rasa kepercayaan yang tiada tara, dan tak akan pernah dapat penulis balas dengan harta sekalipun. Untuk Bapak, Mamahku persembahkan skripsi ini sebagai wujud rasa terimakasih ku yang tiada tara, serta doa yang dapat penulis berikan semoga bapak di sana mendapatkan kebahagiaan dalam kasih Allah SWT. Trimakasih kuucapkan.
Akhirnya, penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dan memberikan pelajaran hidup yang amat berarti dan berharga.
Semoga Allah membalas-Nya. Terimakasih atas segalanya dan mohon maaf apabila ada kesalahan. Bilahi Taufiq Wal Hidayah Wasalamualaikum Wr. Wb. Yakin usaha sampai dalam segala apapun (YAKUSA)
Jakarta, September 2008
Penulis
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................................
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..............................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................
iii
ABSTRAK .....................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................
v
DAFTAR ISI .................................................................................................
x
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah, ......................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah, ..................................
6
C. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, ..............................
7
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................
7
E. Metodologi Penelitian ...........................................................
9
F. Sistematika Penulisan ...........................................................
12
KERANGKA TEORI A. Pengertian, Perempuan...........................................................
13
1. Citra Perempuan dan Media Massa, ................................
13
2. Citra Ideal Perempuan. ...................................................
14
3. Kekuasaan Laki-laki atas Perempuan di Media Massa .....
19
B. Media Massa .........................................................................
21
1. Majalah ..............................................................................
21
2. Rubrik ................................................................................
34
C. Semiotika ...............................................................................
35
1. Pengertian Semiotika ......................................................
35
2. Semiotic Roland Barthes .................................................
38
GAMBARAN UMUM TENTANG MAJALAH POPULAR A. Sejarah Singkat Majalah Popular ...........................................
42
1. Susunan Redaksi Majalah Popular .......................................
47
2. Struktur Organisasi Majalah Popular ..................................
49
BAB IV
B. Rubrik Liputan Malam .........................................................
50
C. Bentuk Fisik Majalah Popular ...............................................
51
ANALISIS PEREMPUAN DI MAJALAH POPULAR PADA Rubrik “LIPUTAN MALAM” EDISI JANUARI_MARET 2008 A. Semiotika Terhadap Majalah ................................................
52
1. .....................................................................................B entuk Rubrik Liputan malam ..........................................
52
2. .....................................................................................A nalissis Semiotika Rubrik Liputan Malam ......................
73
B. Pencitraan Perempuan dalam Rubrik Liputan Malam Edisi Januari Sampai dengan Maret 2008 ....................................... 100 C. Tabel Analisis Pencitraan Perempuan dalam Rubrik Liputan Malam Pada Majalah Popular edisi Januari_Maret 2008 ....... 102 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 103 B. Saran-Saran .......................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 111 Lampiran-Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perempuan dalam media massa telah menoreh perhatian yang khusus bagi para pengkaji studi. Ketika itu media barat menentukan bahwa wanita yang ideal adalah wanita yang pasif. Yang berada hanya di ruang domestik saja dan berpenampilan menarik, yang telah dikukuhkan di mana peran antara laki-laki dan perempuan sudah sangat jelas bedanya. Dalam budaya patriarki, perempuan hanya diwajibkan mengurusi rumah tangga. Belum lagi banyak dari rangkaian studi yang menggambarkan perempuan hanya sebagai objek kenikmatan seksual yang ditujukan kepada konsumen pria. Menurut Rosalind Cowand “ menulis bagaimana foto fashion di majalah-majalah wanita telah berubah dari mulai foto senyum yang berusaha menyenangkan orang kepada model tanpa senyum, menantang (untuk ditundukan) ala fotografi kontemporer yang menunjukan kesamaan dengan apa yang dilihatnya dalam pornografi.1 Pergeseran terjadi ketika dalam majalah wanita tersebut hanya menampilkan
senyuman
saja
dibandingkan
dengan
majalah
yang
menampilkan sosok perempuan yang tanpa senyuman lalu diarahkan gaya sesuai dengan keinginan fotografer. Maka di situlah letak perbedaannya. Yang terjual oleh perempuan di media massa adalah daya kesensualanya. 1
Yasraf Amir Pilang DKK, Wanita dan Media Konstruksi Ideologi Gender dalam Ruang Publik Orde Baru, (Rosda Karya, Bandung : 1998), h. 160
Ini terlihat sangat jelas ketika perempuan yang ditampilkan sebagai objek seksual telah hilang diperedaran, maka tidak akan terlaksananya proyek desakralisasi seks yang dibutuhkan untuk menciptakan masyarakat yang konsumtif yang boros dan mengejar kepuasan. Dalam kenyataannya, perempuan sering kali diposisikan lemah dan dilemahkan sehingga tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan. Pelemahan perempuan tersebut membuat perempuan terkadang tidak bisa mengontrol diri dan lingkungannya, perempuan tidak diberikan ruang gerak banyak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan baik itu menyangkut dirinya
maupun lingkungannya.
Terkadang
kelemahannya
itu
dapat
menyudutkan kaum perempuan dalam segi ekonomi, social, dan politik yang terkadang perempuan merasa terpinggirkan. Belum lagi budaya patriarki yang sudah menjadi mitos yang memandang kodrat perempuan selalu berada di bawah laki-laki atau dengan kata lain perempuan berada di bawah kekuasaan laki-laki. Menurut A. Ninuk, ia
menjelaskan “…Laki-laki diakui dan
dikukuhkan untuk menguasai perempuan. Yang hubungan diantara keduanya merupakan proses pembelajaran dari budaya patriarki…” 2 Dari penjelasan Ninuk di atas dapat penulis pahami bahwa sistem atau mitos tentang perempuan dan laki-laki dalam hubungan sosialnya di masyarakat yang selalu dinomerduakan merupakan hasil dari interaksi atau proses dari sosialisasi masyarakat yang telah terbentuk sejak dahulu. Di mana masyarakat sangat menganggap laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan.
2
A. Ninuk P Muniarti, Getar Gender, (Indonesiatera, Magelang: 2004), h. XIX
Budaya patriarki ini terus meluas ke segala aspek baik politik, ekonomi maupun kehidupan sosial lainnya. Adapun fungsi dari media massa di sini adalah media massa sebagai penyampai informasi dan hiburan. Dalam kaitannya dengan hiburan, media massa banyak menggunakan perempuan dalam segi penjualan produknya, selain itu juga media massa menggunakan perempuan hanya untuk mencari keuntungan saja. Banyak dari para pecinta seni menggunakan perempuan untuk dijadikan sumber inspirasi dalam kreatifitas. Dapat kita lihat, ketika karyakarya seni kreatif seperti iklan dan pemberitaan-pemberitaan tentang perempuan menjadi konsumsi masyarakat, maka posisi perempuan sangat dilematis. Dengan kecantikan dan kemulusannya perempuan sangat potensial untuk dikomersilkan. Karena perempuan merupakan bahan inspirasi dan juga tambang uang yang tak habis-habisnya. Menurut Priyo, dalam pemberitaan tentang masalah perempuan, perempuan dapat dikatakan sebagai makhluk penggoda yang menyebabkan laki-laki bisa saja melakukan perbuatan jahat misalnya melakukan pelecehan dan tindakan kekerasan seks.3 Banyak dari media massa demi meraup keuntungan dan eksisnya sebuah majalah menjadikan perempuan sebagai produk dalam setiap kemasannya dengan alasan perempuan sebagai “selling point” “penjualan” yang artinya perempuan di sana dapat digambarkan hanya sebagai objek. yang fungsinya hanya sebagai pemuas atau penghibur para pencari hiburan. 3
Prio M, Ekploitasi Gender di Ranah Jurnalisme dan Hiburan dalam buku Ashadi Siregar : Media dan Gender, ( LP3Y, Yogyakarta:1999), h.212
Eksploitasi pencitraan perempuan di media massa bukan saja karena kerelaan perempuan, namun juga karena kebutuhan kelas sosial itu sendiri, sehingga mau ataupun tidak kehadiran perempuan menjadi sebuah kebutuhan dalam kelas sosial tersebut. Sayangnya kehadiran perempuan menjadi bagian dari refleksi dari realitas sosial masyarakatnya. Bahwa perempuan selalu menjadi subordinat laki-laki. Karena tetap saja perempuan di media massa adalah perempuannya laki-laki. Keterwakilan perempuan di media massa memang tidak sangat menguntungkan dalam segi posisi, namun ketika menyangkut dengan pembagian kerja atau ekonomi posisi perempuan sangat dilematis untuk memilih. Terkadang perempuan tanpa menyadari kalau dirinya sudah terekploitasi dan mengekpoitasi, karena menganggap bahwa itu adalah tuntutan peran. Dalam hubungan sosial misalnya, pola hubungan perempuan dan laki-laki sudah sangat jelas perbedaannya. Posisi perempuan selalu ditempatkan pada posisi “wengking”, ”orang terbelakang”, Subordinasi”, perempuan yang selalu kalah, namun sebagai “pemuas “pria, pelengkap dunia pria. Hal-hal inilah yang direkontruksi dalam media massa. 4 Paradigma ini yang kemudian menjadi sorotan oleh Lorna Lorth, seorang konsultan pendidikan dan komunikasi lintas budaya dari universitas Concordia, Roth ingin menjelaskan bagaimana media mengkostruk sebuah produk tersebut agar bisa diubah menjadi barang komoditi, yaitu barang yang memiliki nilai tukar sehingga bisa dijual, yang kemudian ada tahap apropiasi 4
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Teknologi Telematika & Perayaan Seks di Media Massa, (Kencana, Bogor :2003), h. 131
dimana suatu barang akan sampai ke tangan orang, sejauh itu masuk dalam market. 5 Di sini terlihat sangat jelas Roth menggambarkan pencitraan perempuan dimedia massa sebagai sosok yang tampil cantik anggun dan menawan yang dikemas sebagai produk hanya untuk menembus pasar dalam persaingan bisnis diantara media massa-media massa lainnya khususnya cetak. Jelas sekali kalau sosok wanita cantik dalam industry media massa sangat dibutuhkan untuk menjaring konsumen. Majalah popular merupakan salah satu dari majalah khusus pria dewasa yang banyak menampilkan perempuan-perempuan seksi dalam setiap pemberitaannya. Karena sesuai dengan target pasarannya. Majalah popular adalah majalah yang dikhususkan dikonsumsi oleh para eksekutif muda yang berkisar umur 20-40 tahun. Sesuai dengan sasaran pembacanya, maka majalah popular dapat dikatakan sebagai majalah hiburan yang dikhususkan untuk memberikan suatu informasi mengenai hiburan. Sesuai dengan fungsi disini, majalah popular adalah majalah yang terbit secara berkala dan teratur, yang berisi berita, artikel, cerita, fiktif, sajak, dan sebagainya. 6 Berkaitan dengan isi dari majalah tersebut, maka banyak dari majalah dewasa yang menampilkan perempuan sebagai objek setiap penerbitannya, sebagai contoh majalah-majalah pria dewasa, Playboy, Mattra, Me, FHM, Popular, dan Lain sebagiannya.
5
Idi Subani Ibrahim, Sirnanya Komunikasi Empati ”Krisis Budaya dan Masyarakat Kontemporer, (Pustaka Bani Quraisi, Bandung : 2004), h. 31 6 Harimurti Kridalaksana, Leksikan Komunikasi Paradya Paramitha Jakarta.
Dari berbagai majalah dewasa yang ada, maka dalam penelitian ini penulis memilih majalah popular sebagai subjek penelitian dikarenakan selain terbit satu bulan satu kali, dan kualitas dan kuantitasnya pun memberikan daya tarik tersendiri, ini terbukti dari eksistensinya yang tidak perlu lagi diragukan. Selain itu juga majalah popular mengkemas perempuan dalam setiap edisinya dalam bentuk feature seperti kehidupan malam, Party-party, clubbing. Yang kesemua itu mencirikan dari gemerlapnya budaya hedonisme bagi orangorang yang ingin mencari kesenangan setelah beraktifitas dalam rutinitas setiap harinya. Melihat dari fenomena ini, maka ada ketertarikan tersendiri bagi penulis untuk meneliti majalah popular sebagai subjek penelitian. Untuk itu judul yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Analisis Semiotika Terhadap Citra Perempuan di “Rubrik Liputan Malam” Majalah Popular Edisi Januari_Maret 2008’.
B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah Untuk Fokus dalam penelitian ini, maka penulis membatasi penelitian hanya kepada majalah popular Edisi Januari_Maret 2008, deangan Rubrik Liputan Malam. Adapun masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Sejauh Mana Majalah Popular Memandang Sosok Perempuan? 2. Bagaimana Pencitraan Perempuan Ditampilkan Dalam Rubrik Liputan Malam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1. Ingin
Mengetahui
Pandangan
Majalah
Popular
Terhadap
Sosok
Perempuan. 2. Ingin Mengetahui Pencitraan Perempuan Yang Di Tampilkan di Rubrik Liputan Malam. Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi Khasanah di bidang ilmu pengetahuan baik bagi akademisi maupun praktisi, yang berkaitan dengan masalah keperempuanan. Khususnya dan pada jurusan konsetrasi Jurnalistik pada umumnya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam memberikan penyadaran terhadap perempuan khususnya dalam mengetahui hak dan martabatnya sebagai perempuan.
D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka adalah proses umum yang didahului untuk mendapatkan teori terdahulu. Gay
(1976),
berpendapat
bahwa
“kajian
pustaka
meliputi
pengidentifikasian secara sistematis, penemuan, dan analisis dokumen-
dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.”7 Untuk penyelesaian skripsi ini penulis mengacu kepada hasil skripsi yang terdapat di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu politik (IISIP) Depok. Setelah penulis membaca dan mempelajarinya, maka penulis banyak menemukan sumber referensi yang teknik analisisnya atau pemecahan masalahnya dengan menggunakan analisis semiotika. Hanya saja objek yang ingin penulis kaji tidak sama dengan apa yang penulis teliti dalam penelitian ini. Adapun hasil skripsi itu penulis ambil dari salah seorang mahasiswa Jurnalistik IISIP Esti Sulistiorini. Ia menggunakan analisis semiotika dengan makna segitiga tanda yang dikemukakan oleh Pierce. Adapun hasil yang diketemukanya adalah pada majalah Popular banyak menggunakan pakaian seksi dipandang dari bentuk ideologi, bahwa wanita yang ditampilkan adalah sosok wanita cantik yang menggunakan pakaian swimsuit yang dapat menarik perhatian bagi para eksekutif muda untuk membeli majalah Popula. Popular cendrung membut wanita menjadi objek selling point pada cover majalahnya dengan tujuan mementingkan naluri bisnis. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam hal ini penelitian ilmiah, metode adalah suatu cara atau jalan yang menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk mendapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koencaraningrat 1985 : 7) metodologi adalah pengetahuan tentang
7
Consuelo G. Selvilla, Pengantar Metode Penelitian, (UIP, Jakarta :1998), h.31
berbagai cara
kerja
yaitu
mencakup
sekumpulan metode
yang
dipergunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Metodologi dalam ilmu sosial pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu metodologi yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Parse menjelaskan perbedaan antara kedua metodologi tersebut berdasarkan dua kategori yakni kategori konseptual dan metode. Kategori konseptual menjelaskan sikap fenomena yang dikaji The nature of phenomena studies, sedangkan kategori metode menjelaskan bagaimana menangani data (the handling of data) (Minichiello, et al 1990 : 5). Analisis yang dipakai adalah analisis semiotika dengan makna signifikasi dua tahap yang dikemukakan oleh Ronald barthes, dengan membaginya, denotasi, konotasi, dan mitos. Analisis semiotika bertujuan melihat teks media sebagai sebuah struktur keseluruhan, mencari makna yang laten atau konotasi item yang paling muncul adalah yang paling penting atau paling signifikan terhadap teks, sudah tentu akan menstruktur secara keseluruhan.8 Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang yang berprilaku yang diamati9. Objek dalam analisis dalam pendekatan kualitatif adalah suatu makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan
8
Alex Sobur, Analisis Wacana, Analissi Semiotika, Analisis Framing, h. 145. Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS dan Jaenal Arifin, M. Ag, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Press, 2006), h.30 9
kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai katagorisasi tertentu. 10 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di perusahaan media massa cetak Majalah popular yang beralamat Patra Residental Jl. Taman Patra VI No 25 Kuningan Jakarta Selatan. 12870 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan secara menyeluruh terhadap semua isi yang ada dalam teks pada rubrik Liputan Malam yang berkaitan dengan citra perempuan. Setelah itu analisis dilakukan dengan menggunakan semiotika dari Roland Barthes dengan teori yang terkenlanya yaitu signifikasi dua tahap. Barthes membuat sebuah model yang sistematis dalam menganalisis makna dari tandatanda11. adapun susunan dalam signifikasi dua tahap yaitu : a. Denotasi b. Konotasi c. Mitos Dalam penerapannya, teknik pengumpulan data ini menghendaki pengamatan secara menyeluruh dari semua isi pesan atau teks, dan termasuk isi pesan yang disampaikan dan istilah-istilah yang digunakan pada rubrik tersebut.
10 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Kencana, Jakarta: 2007), Cet. Ke-2, h.302 11 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Fragming, ( Rosda,Bandung : 2004), h. 127
M. Natsir setiawan” untuk mempertajam interpretasi makna serta validitas kajian diperlukan data yang berfungsi sebagai penguat tafsiran”12. Oleh karena itu, untuk memperoleh data-data penulis melakukan wawancara langsung kepada Pimret majalah Popular. 4. Teknik Analisis Data Teknik Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data dari penelitian ini adalah menganalisis tanda-tanda yang terdapat dalam teks majalah popular dengan menggunakan signifikasi dua tahapnya Roland Barthes. Adapun tahapan analisisnya adalah : a. Denotasi b. Konotasi c. Mitos Yang ingin dicari dari setiap tahapan analisis semiotika ini adalah tanda, sebagai hasil dari konstruksi realitas teks. Yang terdiri dari tandatanda guna merepresentasikan sebuah peristiwa, kasus, objek tertentu.
5. Buku pedoman Penulisan Skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 12
Muhammad Natsir Setiawan, Menakar Panji Koming : Tafsiran Komik Karya Dwi Koendoro Pada Masa Reformasi, (Kompas, Jakarta :1998), h.7
E. Sistematika Penulisan Pembahasan dan penelitian dibagi kedalam V BAB. Dalam setiap babnya akan di bagi kedalam sub bab, Adapun Sistematika Penulisannya adalah sebagai berikut : BAB I
: Pendahuluan, Latar belakang masalah, Batasan dan perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian Sistematika penulisan
BAB II
: Kerangka Teori, Pengertian, Pengertian citra perempuan Media massa, Gender
BAB III : Gambaran Umum Tentang Majalah Popular, Sejarah singkat majalah Popular, Susunan redaksi majalah Popular, Penjelasan Rubrik Liputan Malam. BAB IV
: Citra Perempuan Dalam Media Massa Cetak ; Analisis Perempuan Di Majalah Popular Pada Rubrik Liputan Malam Edisi Januari –Februari 2008, Analisis Perempuan dalam media massa cetak, Penggambaran Citra perempuan di Rubrik Liputan Malam, Perempuan, gender dan kekuasaan laki-laki.
BAB V
: Penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
BAB II KERANGKA TEORI
A. Pengertian Perempuan 1. Citra Perempuan dan Media Massa Perempuan dalam media massa sering dikatakan sebagai perempuannya lelaki, karena dalam realitas sosialnya perempuan selalu diibaratkan sosok yang lemah-lembut dan perayu. Sehingga pencitraan perempuan di media massa digambarkan sebagai pelengkap bagi laki-laki. Dalam dunia media massa keindahan perempuan dan kekaguman lelaki terhadap perempuan merupakan sebuah satu kesatuan yang utuh dimana, dengan modal kecantikan perempuan yang dikagumkan oleh lakilaki menjadi bahan inspirasi yang tak habis-habisnya bagi para pekerja seni dan juga tambang uang bagi kaum kapital. Ketika perempuan menjadi simbol dalam seni-seni komersial, maka kekaguman-kekaguman terhadap perempuan itu berubah menjadi diskriminatif, dan tendensius, bahkan menjadi simbol-simbol dari kekuasaan laki-laki.13 keindahan perempuan menempatkannya dalam keadaan stereotype yang membawanya kedalam sifat-sifat dari keindahan perempuan tersebut. Dalam media massa, perempuan dituntut untuk tampil cantik dan seksi, yang kemudian peranan perempuan terlihat sebagai orang yang
Burhan Bungin, Pornomedia Konstruksi Sosial Teknologi Telematika & Perayaan Seks di Media Massa, ( Jakarta : Kencana, 2003), h. 130 13
pandai memasak, pandai mengurus rumah tangga, tampil prima untuk melayani suami, cerdas serta sumber pengetahuan bagi keluarga. Streotipe ini yang menjadi ide dan citra sekaligus sumber ekploitasi perempuan di berbagai media massa.14 Media massa menurut aliran kritis dijadikan sarana atau alat legitimasi kekuasaan yang bersifat ekonomis sehingga sulit dibedakan dengan kekuatan politis, sebagai mana pendapat Sindhunata berikut, ‘…Mana kekuasaan politik, mana kekuasaan ekonomi, sulit dibedakan pada saat itu, sering kali untuk melebarkan kekuasaan ekonomi dipakai sarana-sarana terror secara politik, diperlukan penghisapan ekonomi dengan cara menciptakan kebutuhan-kebutuhan artivisual lewat kepandaian teknologi…’15 2. Citra Ideal Perempuan Citra adalah sebuah konsep yang mempunyai sejarahnya sendiri, dan dibentuk oleh beragam budaya. Citra merupakan hasil dari persepsi tentang suatu realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas yang ada citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima.
16
Di lain pihak
citra sebagai sebuah kategori di dalam relasi simbolik diantara manusia dan objek, yang membutuhkan aktualisasi dirinya kedalam dunia realitas, termasuk dunia gaya hidup17.
ibid,h. 132. Sindhunata, Dilema Usaha Manusia Rasional : Kritik Masyarakat Modern oleh Max Horkheimer Dalam Rangka Sekolah Frankfurk, (Jakarta : PT. Gramedia, 1982), h.53 16 Jalaludin Rakhmad, M.Sc. Psikologi Komuniaksi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005) 17 Alfathri Adlin, Resistensi Gaya Hidup Teori dan Realitas, (Bandung: Jala Sutra, 2006), hal 73. 14
15
Thomas W. J. Mitchel, membedakan beberapa kelas citra berikut : (1) Citra Grafis, (2) Citra optikal, (3) Citra Perseptual, (4) Citra Mental, dan (5) Citra Verbal. Cita menurut Mitchel menjelaskan pada tingkat ontology. Citra grafis, adalah citra yang dibentuk oleh elemen-elemen visual yang kongkret di dalam ruang dan waktu ( garis, bentuk, bidang, warna, tekstur), seperti gambar, patung, arsitektur. Citra optic adalah citra refleksi dari sebuah objek yang kongkret pada sebuah cermin, elemen-elemen visualnya tidak menempati ruang-waktu yang kongkret. Citra Perseptual, adalah penampakan visual sebuah objek sebagaimana ia hadir dalam pikiran seseorang. Elemen-elemen yang hadir di dalam ruang waktu yang kongkret, seperti mimpi, memori, ide, fantasi. Citra verbal adalah, elemen-elemen yang bersifat linguistic, yaitu gambaran atau lukisan yang hadir ketika bahasa verbal digunakan, baik dalam bentuk deskripsi maupun metafora.18
Edmund Burke Feldman menjelaskan “…citra dalam relasinya yang sepesifik dengan dunia objek atau benda (things)..”. Perbincangan mengenai citra dalam kaitannya dengan dunia objek, berarti membicarakan relasi yang khusus antara citra dan objek. Citra terbentuk dari elemenelemen visual objek yang disebut citra visual.19 Menurut Feldmen, citra dibentuk dan dilihat citra dapat dilihat dari suatu benda bukan dari benda secara langsung. Sensasi cahaya pada retina 18 19
Ibid, h.73 Ibid, h.74
ditransmisikan sebagai implus energi pada otak yang secara simultan menerjemahkan kedalam entitas bermakna yang disebut citra. Proses optik terjadi di mata diteruskan ke otak melalui mekanisme persepsi, yang di dalamnya terjadi proses pemaknaan. Sebuah sensasi objek diinterpretasikan di dalam otak dengan cara tertentu.20 Gillez Deleize, di dalam cinema : The Movement Image menjelaskan tipologi citra bergerak atau gambar disebut citra gerak (the Movement Image). Citra gerak ini adalah system relay, yang mengonversi gerak-gerak eksternal di dunia realitas kedalam gerak di dalam media dan di dalam persepsi orang yang melihatnya. Ada tiga citra gerak, yaitu 1. persepsi (perception image), yaitu : 1) citra yang diterima oleh retina dan diteruskan ke otak, yang di dalamnya terjadi proses pembingkaian (framing), yaitu citra yang diambil (inclusion) tetapi ada yang dibuang (exclusion), 2) citra tindakan (actionimage), yaitu citra perceptual yang konversi lebih jauh lagi kedalam pelbagai tindakan yang mengikutinya. 3) citra afeksi (affection image), yaitu bagaimana citra disaring itu mendorong aktivitas afeksi, seperti emosi. Citra adalah sebuah konsep yang terus berkembang (ideas in Progress). Yang mengalami banyak perubahan dan perkembangan seiring dari perkembangan teknologi dan informasi abad ini. Perempuan adalah pencerminan sebuah identitas yang asli yang bisa didasarkan pada biologi ataupun budaya. Banyak yang mengatakan
20
Ibid, h.74
budaya perempuan lebih bersifat cultural dan linguistic dari pada biologis. Meski bagian itu merupakan hanya penanda bahwa dia adalah perempuan. Karya Daly (1987) Gyn/Ecologi “…yang menghubungkan perempuan dengan alam, menekankan penindasan material dan psikologis perempuan, serta merayakan sebuah budaya perempuan yang khas…” 21 Dalam argumen yang dikemukakan oleh Daly di atas, Daly mencoba mengkaji perempuan dari sisi kebudayaannya yang telah terbangun atas dasar cultural dalam masyarakat. dalam konteks ini perempuan lebih diibaratkan pada sebuah etika pengasuhan. Perempuan dalam hal ini didorong oleh alasan-alasan budaya. “…Wanita tidak hanya melihat diri mereka sebagaimana pria melihat mereka, tetapi didorong untuk menikmati sexualitas mereka melalui mata pria…”.22 Janes Winship dalam tulisannya” Sexuality For sale” (1980) dalam tulisan ini wiship membongkar relasi-relasi yang berhubungan dengan ideologi gender dan kapitalisme yang terjadi dalam pencitraan perempuan baik di iklan televisi maupun majalah-majalah. Pencitraan perempuan tidak saja terjadi karena buatan media massa saja tapi didorong juga atas dasar fenomena citra wanita yang akhir-akhir ini semakin marak ditonjolkan baik dalam iklan maupun dalam majalahmajalah, pencitraan itu terjadi tatkala adanya berbagai macam persfektif-
21 Chris barker, Cultural Studies Teori dan Praktik, (Mizan media utama, Yogyakarta, 2005), h. 307 22 Idi Subandi Ibrahim, Sirnanya Komunikasi Empatik Krisis Budaya Komunikasi Dalam Masyarakat Kontemporer, (Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2004),h. 115
perfektif yang terjadi dikalangan masyarakat. Yang merupakan bentuk penjelasan tentang representasi perempuan di media massa. Citra Perempuan
dalam majalah menurut Karen Johnson dan
Ferguson, “…citra perempuan dalam media massa adalah cermin “wanita” namun disayangkan cermin tersebut bukan saja menggambarkan dunia perempuan malahan menggambarkan kehidupan yang tidak realistis atau kehidupan yang berdasarkan dengan mimpi..”. Citra ideal yang terus menerus dikonstruksi dan ditanamkan serta disosialisasikan lewat/oleh media ini perlahan tapi pasti telah merubah standar budaya mengenai kecantikan perempuan yang mengendap dari kesadaran.23 Citra ideal perempuan dalam media massa seringkali digambarkan perempuan harus cantik, seksi, mulus, dan lembut. Sehingga banyak dari wanita yang berada di media massa yang takut akan kegemukan. Johnson dan Ferguson (1990), “…Wanita perlu belajar untuk menerima ukuran bodi mereka yang normal untuk melawan citra ideal perempuan langsing yang dipromosikan oleh budaya dan media massa...”24 Maksud dari pernyataan Johnson dan Ferguson (1990), ciri wanita ideal yang terus diperkenalkan oleh media massa, merupakan bentuk dari ideologi gender dan kapitalisme yang menjadikan perempuan sebagai objek dari media massa dan sekaligus barang komoditas yang menghasilkan uang bagi para pemilik modal atau budaya capital. Karena 23 24
Idi Subandi Ibrahim, Komunikasi Empat, (Bandung,2004), h.116 Ibid, h. 118.
dengan kemulusan perempuanlah sumber inspirasi yang tak habishabisnya bagi pecinta seni. Secara spesifik, Stereotipe pencitraan perempuan dalam media massa, menurut tomagola25 dapat dikategorikan dalam iklan sebagai citra pigura, citra pilar, citra pinggan, dan citra pergaulan. a. Citra pigura, banyak dari media massa menekankan pentingnya perempuan untuk tampil memikat dengan mempertegas sifat kewanitaannya secara biologis, seperti memiliki waktu menstruasi, memiliki rambut panjang,. Pencitraan perempuan dengan citra perempuan seperti ini ditekankan lagi dengan menebarkan isu “natural anomy” bahwa umur perempuan, ketuaan perempuan sebagai momok yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan. b. Cita pilar, perempuan digambarkan sebagai tulang punggung keluarga. Perempuan
sederajat
dengan
laki-laki,
namun karena
kodrat
perempuan berbeda dengan laki-laki maka diberi tanggung jawab yang besar terhadap rumah tangga. Secara lebih luas dalam pencitraan ini perempuan ditakdirkan untuk lebih bertanggung jawab kepada pekerjaan domestik. c. Citra pinggan, dalam citra ini perempuan digambarkan sebagai sosok yang tidak lepas dengan dapur. Walau sehebat apapun perempuan namun dapur adalah dunianya perempuan.
25
Burhan Bungin, Pornomedia, h. 135
d. Citra pergaulan, citra ini diatandai dengan pergaulan perempuan untuk memasuki kelas-kelas tertentu dengan penampilan yang menarik, menawan dan anggun. Pencitaan perempuan di atas tidak saja dipandang sebagai objek namun dapat juga dilihat sebagai subjek pergulatan perempuan dalam menempatkan dirinya di media massa, terkadang mereka lupa bahwa diri mereka telah diekploitasi oleh media kapitalis demi merauk sebuah keuntungan besar. 3. Kekuasaan Laki-laki atas Perempuan Di Media Massa Secara global struktur muatan pemberitaan media massa pada umumnya belum seimbang merespon kepentingan perempuan, kebanyakan dari media massa pemberitaannya hanya di wilayah laki-laki. Contohnya dalam politik, ekonomi, olah raga dll. Yang kesemuanya memberitakan tentang peranan laki-laki. Kalaupun ada pemberitaan mengenai perempuan itu hanya sebagian kecil. Belum lagi pemaknaan dalam media massa juga tidak seimbang. Ketika pemberitaan media massa menyangkut soal laki-laki maka laki-laki tersebut digambarkan sebagai sosok orang yang selalu menjadi pahlawan. Namun ketika pemberitaan media massa menyangkut soal perempuan maka perempuan tersebut sebagai pelengkap yang hanya melengkapi kebutuhan laki-laki. Model pemberitaan media massa yang di dominasi oleh laki-laki, itu menunjukan bahwa media massa merekonstruksi realitas sosial di mana laki-laki sangat mendominasi media massa. Dalam keseharian media
massa menggambarkan pemberitaan mengenai perempuan sebagai konsumsi laki-laki. maka pemberitaan perempuan dalam media massa adalah bentuk kerelaan perempuan atas kekuasaan laki-laki.26 Kekuasaan Lelaki atas perempuan di media massa dapat diambil contohnya pada pemberitaan di majalah-majalah. Pada pemberitaan harian Kompas tanggal 7 Mei 2002. peristiwa yang diangkat oleh harian tersebut adalah pelepasan tokoh prodemokrasi Myanmar, Aung san Suu Kyi oleh kalangan penguasa militer. Kompas menggunakan judul besar : Suu Kyi Dibebaskan. Dalam harian kompas ini tidak diberitakan perjuangan seorang perempuan yang prodemokrasi secara mendalam, mereka hanya membicarakan sekelumit kecil dari kisah perjuangannya. Sehingga pembaca tidak bisa diajak untuk beropini. Ini terlihat sekali kekuasaan yang terjadi atas lelaki terhadap perempuan yang seakan media massa ini milik publik laki-laki.27 Dalam contoh diatas sudah sangat jelas model pemberitaan media massa di dominasi oleh public laki-laki, ini menunjukan bahwa media massa merekontruksi realitas sosial dimana kekuasaan laki-laki selalu mendominasi di dalam kehidupan publik.
B. Media Massa 1. Majalah
26 27
Ibid, h. 136 Ibid., h. 137-138
Menurut Djafar’ H.. Assegaf, “ majalah adalah publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat artikel- artikel dari berbagai penulis’28. Menurut kurniawan Djubaedhi, “ majalah adalah penerbitan pers berkala yang memuat bermacam-macam tulisan yangdihiasi maupun fotofoto.29 Dari penjelasan diatas
dapat penulis pahami,
pengertian dari
majalah adalah sebuah publikasi atau terbitan berkala yang dihiasi dengan tulisa-tulisan dan dilengkapi foto-foto yang tujuannya untuk menarik minat pembaca untuk membacanya. Jika dikaitkan dengan masalah pokok penelitian, bahwa Majalah popular
termasuk
majalah yang diterbitkan sebulan sekali dengan
berisikan bermacam-macam tulisan dengan disertakan ilustrasi berupa foto-foto. Untuk
pembagian
jenis
majalah,
kurniawan
Djunaedhi
menjelaskan bahwa majalah di bedakan kedalam dua Jenis , yaitu : a. Majalah umum, yaitu majalah yang memuat karangan –karangan politik, kebudayaan, fiksi, karangan-karangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibur , gambar-gambar, olah raga, film, seni, dan lain-lain. b. Majalah Khusus, yakni majalah yang hanya memuat karangankarangan mengenai bidang-bidang khusus, seperti majalah wanita,
28 Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini , (Pengantar ke Praktek Kewartawanan) ,Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983,h.127 29 Kurniawan Junaedhi, EnsiklopediaPers Indonesia,PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h.154-155.
majalah keluarga, majalah Humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerita pendek, dan lain-lain.30 Dalam pengertian di atas, dapat penulis pahami bahwa untuk jenis majalah bisa dibedakan menjadi dua jenis. Yakni ada majalah umum dan majalah khusus. Majalah umum adalah majalah yang berisikan sebuah informasi yang bersifat umum sedangkan majalah khusus adalah majalah yang berisikan sebuah nformasi yang bersifat khusus. Jika dikaitkan dengan penelitian yang penulis teliti pada masalah pokok penelitian ini, maka majalah popular termasuk kedalam jenis majalah khusus. Karena majalah popular adalah majalah yang memuat karangan-karangan yang bersifat menghibur dan di khususkan sebagai majalah untuk laki-laki. Sebagai media informasi, dalam majalah popular tersebut, memang di set sebagai majalah untuk pria dewasa yang banyak menampilkan wanita-wanita cantik dan seksi pada setiap pemberitaanya. Mengenai keunggulan dan kelemahan majalah, dalam buku stategi pemasaran di jelaskan : Keunggulan majalah adalah : a. Menjangkau segmen pasar tertentu yang spesifik yang terspesialisasi secara demografis atau geografis, b. Terpercaya c. Mampu mengangkat produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak terhadap prestise majalah yang bersangkutan. d. Kualitas produksi yang sangat bagus.
30
Ibid, h,155
e. Masa edar yang sangat panjang dan biasanya dikoleksi. f. Pembaca ganda banyak. g. Kualitas visual sangat bagus karena dicetak yang bermutu tinggi. h. Dapat digunakan sebagai media khusus dan sales promoter.
Kelemahan majalah antara lain : a. Pemesanan tempat iklan di majalah harus jauh –jauh hari dan tempat – tempat tertentu di majalah kadang-kadang susah dikontrak untuk jangka waktu yang lama. b. Waktu edar sangat lamban. c. Biayanya mahal.31 Dari penajabaran keunggulan
dan kekurangan majalah diatas,
disini dapat penulis pahami bahwa majalah lebih memiliki keunggulannya dibandingkan dengan kelemahannya. Keunggulan majalah adalah majalah bisa menjangkau segmen pasar tertentu dan terspesialisasi secara demigrafis dan geografis, terpercaya, mampu mengangkat produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak terhadap prestise majalah bersangkutan, kualitas produksi sangat bagus, masa edar sangat panjang dan biasanya dikoleksi , pembaca ganda banyak, kualitas visual sangat bagus karena dicetak dengan kualitas kertas yang bermutu, dapat digunakan sebagau media khusus dan promotion. Kekurangan dari majalah adalah pemesanan tempat iklan di majalah harus jauh-jauh hari dan
Fandy Tjiptono, Yogyakarta,1997, h.243-244 31
Strategi
Pemasaran
edisi
11,penerbit
Andi,
tempat-tempat tertentu dimajalah kadang-kadang susah dikontrak untuk jangka waktu yang lama, waktu edar sangat lamban, biayanya mahal. Jika dikaitkan dengan pokok penelitian, majalah popilar sebagai media informasi dan hiburan memiliki keunggulan seperti menjangakau segmen pasar yang spesifik dan terspesialisasi secara demografis dan geologis karena segmen yang dituju adalah pria dewasa. Karena segmen pemasaran dari majalah popular adalah majalah yang dikhususkan untuk majalah pria dewasa. Majalah sebagai media Hiburan •
Struktur isi majalah Struktur menurut kamus besar bahasa indionesia (KBBI) 1. Cara sesuatu disusun atau dibangun ; susunan; bangunan 2.yang disusun dengan pola tertentu.32 Kemudian menurut Ensiklopedia, struktur adalah system hubungan dalam bangunan suatu keseluruhan”.33 Dari pengertian di atas, penulis memahami kedua pengertian diatas bahwa,struktur adalah suatu system yang berada dalam majalah yang saling berhubungan dan memperlihatkan cara sesuatu yang disusun atau dibangun dengan pola tertentu. Menurut sedia willing barus berpendapat mengenai bahwa struktur berita bahwa:
32 Anton M . Moeliono, kamus Besar bahasas Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, Jakarta 2005. h.1092 33 Ensiklopedia Indonesia ,Edisi -6,PT Ichtiar Baru- Van Hoeve, Jakarta, 1990 , h. 3314
Struktur piramida terbalik dianggap lebih cocok dank has untuk penulisan berita. Apa yang dimaksud dengan piramida terbalik tersebut? Jawabannya adalah suatu bentuk penulisan berita yang memperioritaskan pemuatan informasi yang penting di depan, yang agak penting kemudian dan terakhir kuarang penting. Ada bebarapa tujuan dari penulisan
piramida terbalik, terutama ialah agar
memudahkan pembaca mengetahui isi atau pokok berita dari situasi terburu-buru atau cepat.34 Jika dikaitkan dengan pokok permasalahan dalam penelitian, penulis menyimpulkan bahwa majalah popular struktur berita
sudah memenuhi criteria
pada suatu majalah dengan menggunakan struktur
piramida terbalik, hal ini bisa dilihat dari penempatan rubric yang dilakukan oleh majalah popular
karena
point-point berada di
halaman- halaman depan lalu disusul dengan rubric yang dianggap kurang penting di halaman belakang. •
Cover sampul Majalah Kurniawan Junaedhie menjelaskan, cover adalah : Lembaran kertas paling luar bagian depan belakang atau sering disebut kulit buku pada media cetak. Biasanya lebih tebal dari kertas isi. Dibuat berwarna warni dan dirancang sedemikian rupa
dengan
maksud untuk menarik perhatian pembaca. Karena orang tidak membaca seluruh dari isinya pada saat membeli maka peranan cover
Sedia Willing Barus , Jurnalistik Petunjuk Praktis menulis Berita , CV. Mini Jaya Abadi, Jakarta, 1996, h.41 34
sering dianggap
menampilkan citra dan
karakter
perusahaan
bersangkutan.35 Dari pendapat diatas penulis pahami bahwa cover adalah kertas paling luar bagian depan dan belakang, di buat berwarna warni dan dirancang sedemikian rupa sehingga pembaca tertarik dan memahami isi dari majalah. Sedangkan menurut William L.Rivers: Some editors think first of the cover, or warp, of their magazine, because it can attack or repel prospective readers. Some editors do not tie their covers to any particular article inside. Most magazine, hoeever, do give as much attention to the cover also the articles inside, because it acts as akind of banner to attract the reader’seye. 36 Penulis menerjemahkan : beberapa redaktur memikirkan cover terlebih dahulu dari majalah mereka, karena dapat menarik minat prospektif pembaca. Beberapa redaktur tidak mengikat covernya terhadap artikel khusus di dalamnya. Kebanyakan dari majalah, walau demikian member banyak atensi atau perhatian pada cover, seperti juga pada artikel, karena bertindak sebagai suatu barner yang dapat menarik pandangan para pembaca. Penulis memahaminya bahwa cover lebih dahulu di utamakan oleh penerbitan atau redaksi redaksi majalah. Cover dapat menarik prospek pembaca. Cover tidak terikat pada artikel khusus dan cover merupakan suatu banner yang dapat menarik pandangan pembaca.
35 Kurniawan Djunaedi, Ensiklopedia Pers Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991, .41 36 William L. Rivers, Magazine Editing In The ‘80s : Text and exercises, wadsworth Publishing Company Belmont, Calofornia, Amerika , 1983, h.200
Jika dikaitkan dengan permasalahn penelitian , penulis dapat menyimpulkan cover dari majalah popular kertas bagian depan dan belakang yang berwarna warni dan dirancang sedemikian rupa utnuk menarik minat pembaca. Namun pada majalah popular, biasanya untuk menentukan cover, pihak redaksi terkadang menggunakan cara sayembara untuk menentukan cover dari majalah popular.
•
Judul Menurut dendi sudiana, “ judul merupakan suatu unsure cetak terpenting dalam persaingan untuk menarik perhatian para pembaca. Dengan membaca judul yang dibuat sedemikian rupa akan memungkinkan perhatian lebih jauh ketika mereka melihatnya.37 Dari pendapat diatas dapat penulis pahami bahwa , pemberian judul pada majalah merupakan unsure yang sangat penting untuk menarik minat para pembaca. Dendi sudiana menjelaskan
kembali, judul merupakan hal
yang sangat penting dalam persaingan usaha media untuk menarik perhatian pembaca. Dalam suatu pengertian umum, judul melayani dwi fungsi (1) Secara ringkas dan langsung menyarankkan isi pesan. (2) menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentinagn dasar pembaca setelah menyajikan pesan sumber.38
37 Dendi sudiana , Komunikasi Periklanan Cetak , Remaja Karya , Bandung , 1986, h.35 38 Dendi Sudiana, Ibid, h. 35
Jika dikaitkan dengan permasalahan pokok penelitian , bahwa judul merupakan unsure penting bagi majalah popular terletak pada pemberian judul di majalah tersebut.
majalah pada setiap rubric yang terdapat di Agar para pembaca dari majalah popular bisa
mengetahui maksud dari isi pesan dan memutuskan informasi mana yang akan dibaca. Kemudian pada seriap judul dari rubric-rubrik yang terdapat pada majalh popular, diberikan macam-macam warna pada setiap kata. Yang tuajuannya adalah untuk menarik pembaca dan terlihat lebih glamor. Karena majalah popular adalah majalah hiburan yang semen dari pemasarannya adalah para eksekutif muda yang sednag membutuhkan hiburan. •
Warna Dendi sudiana berpendapat mengenai warna adalah : Pada dasarnya warna adalah suatu mutu cahaya yang dipantulkan dari objek kemata manusia. Peranan warna yang paling utama adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan merangsang mata manusia sehingga menimbulkan getaran-getaran elektrmagnetik yang membangkitkan emosinya.39 Penerapan warna dalam tujuan komunikasi adalah : 1) Untuk mengidentifikasii ; penggunaan warna sebagai lambing atau tanda-tanda yang kadang-kadang tidak berlaku universal karena terdapat berbagai budaya.
39
Dendi Sudiana, Op. Cit, h.38
2) Untuk menarik perhatian : jumlah orang yang memperhatikan suatu pesan yang tercetak meningkat dengan pembenahan warna. 3) Untuk menimbulkan pengaruh psikologis : warna-warna yang mempengaruhi pesan tercetak harus sesuai dengan suasana keseluruhan isi pesan. 4) Untuk megembangkan asosiasi : bagi oirang awam untuk mempertalikan warna-warna tertentu dengan produk-produk tertentu. Tidak sedikit asosiasi yang bersifat umum segingga tidak meragukan lagi. Suatu riset , bagaimanapun, dapat dilakukan sebelum pemilihan warna. Pertimbangan pribadi tidak selalu diandalkan. 5) Untuk membangun ketahanan minat ; ketika memaparkan sesuatu, tidak jarang kita merujuk pada warnanya. Hal ini disebabkan karena warna mengandung nilai kenangan yang tertinggi. 6) Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan : pembubuhan warna mungkin dapat merebut perhatian awal komunikasi . tetapi keadaan tersebut tidak dikembangkan menjadi minat, pembaca tidak akan sibuk meluangkan bagi penyerapan isi pesan.40 Berdasarkan definisi diatas, penulis memahaminya bahwa warna adalah suatu mutu cahaya yang dipantulkan oleh suatu objek kemata manusia. Penerapan warna digunakan utnuk identifikasi, menarik, menimbulkan pengaruh psikologis, mengembangkan asosiasi,
40
Ibid , h. 39-40
membangun
ketahanan
minat,
menciptakan
suasana
yang
menyenangkan. Jika dikaitkan dengan masalah pook penelitian, majalah Popular menggunakan warna pada cover, penulisan judul, ilustrasi, dan isi majalah. Majalah popular lebih berani memainkan warna pada setiap edisi yang di terbitkan. Dengan ribuan kertas warna-warni yang mengkilap sehingga majalah popular terlihat sebagai majalah yang mewah dan glamor.
•
Ilustrasi Ilustrasi merupakan salah satu unsure penting yang sering digunakan dalam komunikasi karena sering dianggap sebagai bahasa universal yang dapat menembus rintangan yang ditimblkan oleh perbedaan bahasa dan kata-kata. Ilustrasi (dalam hal ini pula foto, diagram, peta, grafik, dan tanda-tanda ) dapat mengungkapkan suatu hal secara lebih berhasil guna pada teks.41 Dendi Sudiana berpendapat fungsi ilustrasi, sebagai berikut : 1) Menarik perhatian 2) Merangsang minat pembaca secara keseluruhan pesan 3) Menonjolkan salah satu pernyataan 4) Menjelaskan salah satu penyataan
41
Ibid, h.37
5) Memenangkan salah satu perhatian
pembaca diantara rentetan
pesan lainnya dalam suatu media yang sama. 6) Menciptakan suatu suasana khas 7) Mendramatisasi isi pesan 8) Menonjolkan suatu merk atau menunjang semboyan yang ditampilkan 9) Mendukung judul42 Berdasarkan pendapat diatas, penulis memahami ilustrasi merupakan uunsur bahasa universal yang didalamnya termasuk fotofoto, diagram, peta, garafik, dan tanda-tanda dappat mengungkapkan suatu hal secara lebih berhasil dari teks. Fungsi dari ilustrasi adalah menarik perhatian merangsang minat pembaca keseluruhan pesan , menonjolkan salah satu pernyataan, memenangkan salahs satu perhatian pembaca siantara rentetan lainnya dalam suatu media yang sama, menciptakan Susana yang khas, mendramatisasi
pesan,
menggunakan judul. Jika dikaitkan dengan masalah pokok penelitian, ilustrasi yang terdapat pada majalah popular adalah cover, judul, rubric, foto-foto, dan produk. Karena majalah popular adalah majalah hiburan untuk pria dewasa, kebanyakan ilustrasi yang dipakai majalah popula pada setiap rubriknya adalah sosok perempuan seksi dengan busana yang sanagt sensual. •
42
Layout
Ibid, h. 35
Menurut dendi sudiana, tata letak (layout) meliputi penetapan keputusan-keputusan meliputi berbagai komponen judul, ilustrasi, daskah, dan tanda-tanda identifikasi, yang akan disusun dan di tempatkan pada halaman.43 Penulisan memahami pendapat diatas bahwa , layout yang baik harus memperhatikan penempatan mengenai berbagai komponen judul ilustrasi , naskah, dan tanda-tanda identifikasi. Yang akan disusun dan di tempatkan pada halaman sehingga memudahkan pembaca dalam mencerna pesan yang disampaikan. Kemudian tujuan layout menurut Cristianto Wibisono : 1) Agar mudah dibaca dan agar menarik membaca, menelaah bagianbagian tulisan 2) Untuk memudahkan pembaca mengetahui berita mana yang paling penting 3) Untuk menghasilkan atau menciptakan halaman-halaman yang menarik dan menghasilkan 4) Untuk memudahkan pembaca mengenali surat kabar.44 Penulis memahami pendapat diatas bahwa tujuan layout adalah agar mudah dibaca dan agar menarik membaca, menelaah bagianbagian tulisan, untuk memudahkan pembaca mengetahui berita mana yang paling penting , untuk menghasilkan atau menciptakan halamnan-
Ibid, h. 29 Cristianto Wibisono, Pengetahuan Dasar Jurnalistik, perpustakaan Nasional : katalog Dalam Terbitan (KDT), Jakarta, 1991 h.120 43
44
halaman yang menari dan menghasilkan untuk mempermudahkan para pembaca mengenali surat kabar. Jika dikaitkan dengan pokok penelitian maka penulis bahwa majalah popular menggunakan layout dalam menentukan tata letak terhadap judul , ilustrasi dan tulisan-tulisan agar menarik dan mempermudah pembaca dalam mencerna pesan yang dianggap penting. •
Huruf Berkaitan dengan pemilihan jenis huruf, Frank Jefkins menjelaskan : Tipografi adallah seni memilih jenis huruf menggabungkan dengan ruang yang etrsedia . tipologi yang baik mengarah pada keterbacaan, kemenarikan, dapat menciptakan gaya dan karakter subyek.45 Kemudian dendi sudiana menambahkan Setiap huruf harus memuaskan dalam dirinya sendiiri, tetapi yang terlebih penting lagi adalah ia harus tampak memuaskan dalam pertalian dengan huruf –huruf naratunggal laiinnya. Sesungguhnya, ujiian bagi suatu jenis huruf bukan terletak pada penampilan hurufhuuruf secara naran tunggal, melainkan betapa huruf tersebut tergabung kedalam bentuk kata-kata, baris-baris dan halamanhalaman.46
45 Frank Jefkins, Periklanan, Erlangga, alih bahasa : haris Munandar, Jakarta,1997, h.241 46 Dendi Sudiana, Op.Cit, h.59
Penulis memahami kedua pendapat diatas bahwa , tipologi (huruf) yang baik harus mengarah pada keterbacaan, kemenarikan, dapat menciptakan gaya dan karakter subyek yang tergabuung kedalam bentuk kata-kata. Jika dikaitkan dengan masalah pokok penelitian bahwa majalah popular juga menggunakan jenis huruf yang tersusun dalam kata-kata yang dapat menarik penglihatan pembacanya. 2. Rubrik Menurut Onong Uchana Effendi, rubric adalah ruangan pada halaman surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat . rubrik wanita, rubric olah raga, rubric pendapat pembaca dan lain-lain.47 Menurut krida laksana harmurti rubric adalah kelompok karangan atau tulisan yang di golongkan atas dasar aspek atau tema tertentu.48 Menurut kamus besar bahasa Indonesia rubric adalah kepala ruangan (ruangan tetap) dalam surat kabar, majalah, dan sebagai berikut.49 Penulis memahami dari ketiga pendapat diatas bahwa rubric adalah sebuah ruangan dalam majalah tertentu yang telah ditentukan dan di khususkan atas dasar aspek dan tema-tema tertentu. Jadi berkaitan dengan focus masalah peneliatian rubric majalah popular di dalamnya terbagi dari beberapa rubric. Salah satunya adalah
47 Onong Oshajana Efendi, Kamus Besar Komunikasi , Mandar Maju, Bandung, 1989, h.212 48 Kridalaksana Harimurti, Leksikon Komunikasi, Pt Prodny Paramitha, Jakarta, 1989. h. 89 49 Tim Penyusun Kamus Besar bahasa Indonesia, Edisi K3 Balai Pustaka Jakarta.
rubric liputan malam. Rubrik ini di khususkan untuk menceritakan sebuah kehidupan malam di Ibu kota.
F. Semiotika 1. Pengertian Semiotika Semiotika adalah sebuah cabang keilmuan yang memperlihatkan pengaruh semakin penting sejak empat decade yang lalu, tidak saja sebagai “metode kajian” (decoding), “akan tetapi juga sebagai metode penciptaan” (encoding).50 Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda-tanda. Tanda- tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan keluar di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’, dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa,
kode,
sinyal,
dan
sebagainya.
Secara
umum,
semiotik
didefinisikan sebagai berikut. 51 Semiotics is usually defined as a general philosophical theory dealing with the production of signs and symbols as part of code systems which are used to communicate information. Semiotics T. Cristomy & Untung Yuwono, Semiotika Budaya, h. 87 (http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika, tentang semiotika. Diakses pada 6 Febuari 2008 50
51
includes visual and verbal as well as tactile and olfactory signs (all signs or signals which are accessible to and can be perceived by all our senses) as they form code systems which systematically communicate information or massages in literary every field of human behavior and enterprise.
(Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory [semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki] ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia).
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.52 Semiotika adalah ilmu yang secara sistematis mempelajari tandatanda, lambang-lambang, sistem-sistemnya dan prosesnya.53 Dengan demikian semiotika mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Semiotika merupakan suatu model dari ilmu pengetahuan social yang
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : Rosdakarya, 2006) hal. 15 Puji Santosa, Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra, (Bandung: Angkasa, 1931), hal. 3 52
53
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan tanda. Semiotika adalah teori dan analisis berbagai tanda dan pemaknaan. Pada dasarnya para semiotikus melihat kehidupan sosial dan budaya sebagai pemaknaan, bukan sebagai hakikat esensial objek.54 2. Semiotic Roland Barthes Untuk menganalisis teks pada rubrik dalam majalah Popular, penulis menggunakan analisis menurut metode Roland Barthes, denotasi, Konotasi dan mitos.
Firs order Facility
Sign
Signifier
Denotation
Connotation
Myth
Second order
Culture
54 Christomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, (Depok : Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2004), h. 77-78
Barthes menjelaskan
signifikasi tahap
pertama
merupakan
hubungan antara signifier dan signified dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda tertentu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi
mempunyai
makna
yang
subjektif
atau
paling
tidak
intersubjektif. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja dengan mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami kepada aspek tentang realitas atau gejala alam55. Dapat dipahami bahwa denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, konotasi adalah bagaimana menggambarkannya, dan mitos adalah pemahaman akan beberapa aspek realitas atau gejala alam yang sudah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat. Menurut konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebut sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika :Tafsir Cultural atas Matinya Makna, (Bandung: Jala Sutra, 2003), h 127-128 55
Maka denotative bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda dan pada intinya disebut sebagai gambaran sebuah petanda. Makna konotatif adalah makna denotatif ditambah dengan segala gambaran, ingatan, dan perasaan yang ditimbulkannya. Di dalam mitos sebuah petanda dapat memiliki beberapa petanda. The first order of signification is that of denotation: at this level there is a sign consisting as the signifier and a signified. Connotation is a second-order of signification which uses the denotative dign (signifier and signified) as its signifier and attaches. To it an additional signified. Related to connotation refers to as myth. Myths were the dominant ideologis of our time. The orders of signification called denotation and connotation combine to produce ideology which has been described as the third order of signification. Myths help to make sense of our experience within of culture. In the third order of signification, the sign reflects major culturally. A particular word view such as masculinity, femininity, freedom, individualism, objectivism and so on.
Menurut Okke Koyuma Sumantri Zaimar dikemukakan oleh Barthes bahwa ada tiga cara berbeda dalam membaca mitos, contoh penerapannya diambil dari teks yang dikemukakan Barthes, yaitu: a. Pembaca menyesuaikan diri dengan penanda yang kosong, ia membiarkan konsep mengisi bentuk tanpa ambiguitas, dan ia akan
berhadapan dengan system yang sederhana. Disini pemaknaan bersifat harfiah. Contoh: prajurit kulit hitam yang memberi hormat pada bendera prancis adalah contoh kebesaran Prancis. Cara pembacaan seperti ini adalah yang dilakukan oleh si pembuat mitos, yang mulai dengan konsep, kemudian mencari bentuk yang sesuai dengan konsep itu. b. Apa bila pembaca menyesuaikan diri dengan penanda yang penuh, artinya telah ada bentuk dan arti disitu, dan mulai dari deformasi yang terjadi pada pemaknaan tahap ke dua, ia mengungkapkan signifikasi mitos-mitos prajurit kulit hitam yang memberi hormat pada bendera Prancis itu merupakan alibi demi kebesaran Prancis orsini pembaca berlaku sebagai ahli mitos, ia menganalisis mitos, ia memahami adanya deformasi. c. Akhirnya, apabila si pembaca mitos menyesuaikan diri dengan penanda mitos yang terdiri dari bentuk yang sudah menyatu dengan arti,
ia mendapati makna ambigu, ia mengikuti mekanisme
pembentukan mitos, benar-benar sebagai pembaca (awam): serdadu kulit hitam itu bukan lagi contoh kebesaran Prancis ataupun alibi kebesaran itu melainkan merupakan gambaran tentang kebesaran itu. Berdasarkan penjabaran tersebut, dalam membaca mitos dapat dilakukan seseorang dengan menentukan dirinya. a. Pembuat mitos Pesan yang disampaikan adalah untuk mencapai tujuan tertentu. b. Ahli mitos
Menjelaskan tujuan disebarkannya pesan tersebut. c. Pemirsa mitos Pesan dianggap sebagi konsep alamiah (penerima Ideologi).56
Okke Kusuma Sumantri Zaimar, Meretas Bahasa semiotika dan Budaya, (Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, 2001), h. 164-165 56
BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAH POPULAR
A. Sejarah Singkat Majalah Popular Perjalanan singkat majalah popuular tidak terasa sudah mencapai usia lima belas tahun. Waktu lima belas tahun bukan merupakan perjalanan yang singkat namun tergantung orang lain menilainya. Bagi Popular yang merupakan majalah lelaki yang eksis hingga mencapai usia lima belas tahun merupakan prestasi yang patut untuk dibanggakan, karena sampai saat ini masih tetap bersinar. Tidak seperti majalah-majalah lain yang sejenisnya karena tak mampu bersaing di pasaran dan akhirnya terpaksa gulung tikar. Sejarah jurnalisme ini telah mencatat, betapa sulit membuat dan memaintenance majalah lelaki, dan itu merupakan telah terbukti dengan banyaknya majalah untuk lelaki yang gugur di tengah jalan, atau pernah menjulang, tapi tak mampu mempertahankan sehingga kehilangan visi dan kehilangan pasar. Di samping kaum Adam, kaum Hawa lebih membutuhkan majalah, dan produk yang dibutuhkan kaum lelaki pun tak sebanyak produk yang dibutuhkan kaum Hawa. Menurut bapak Heriadi H Sobiran, yang diinginkan ketika muncul ide mendirikan majalah Popular adalah, bagaimana membuat majalah sport yang menghibur dan bagus. Memang pada awal berdirinya pada tahun 1988 yang pada saat itu kebetulan berbarengan dengan SEA Games yang pada waktu itu
Indonesia menjadi tuan rumah, dan juga pada waktu persiapan pesta sepak bola piala Eropa yang mulai ditayangkan oleh TV (RI). Dengan adanya Even besar itu, majalah Popular berharap bisa mengambil start dengan baik, karena pada waktu itu jargon yang dipakai oleh majalah popular adalah “sport Film – Musik”. Sebelum diterbitkan majalah Popular mengadakan sayembara desain cover, untuk dijadikan sebagai pegangan ‘dummy” dari cover majalah Popular selanjutnya. Sebelum diberinama Popular, nama majalah tersebut adalah Bintang. Namun ketika di ajukan ke Departemen penerangan di tolak lantaran saat itu sudah ada majalah yang bernama Bintang. Kemudian bapak Heriadi H Sobiran memberi nama majalah tersebut Popular. Ada sisi unik antara nama Popular dan bintang. Dua duanya memiliki makna yang gemerlap dan terkenal. Jika diperhatikan jumlah hurup antara bintang dan Popular sama-sama berjumlah tujuh huruf. Dan sama juga dengan jumlah huruf majalah Playboy. Bahkan karakter huruf Popular dan majalah Playboy mirip dengan karakteristik huruf yang digunakan dengan majalah Playboy. Kantor majalah Popular pertama kali bertempat di Jalan Gunung Sahari No. 44 A-B Jakarta pusat. Gedung yang ditempati merupakan bangunan kuno peninggalan sejarah. Namun seiring dengan perkembangan tata kota Jakarta maka gedung tersebut dibongkar. dan terpaksa kantor majalah Popular berpindah ke wilayah Lebak Bulus tepatnya di Stadion Lebak Bulus.
Majalah Popular pindah ke areal Stadion Lebak Bulus pada tanggal 9 Januari 1989, empat hari sesudah perkantoran di kompleks stadion diresmikan. Di sana menempati ruang perkantoran yang luasnya sekitar 293 m persegi. 1. Swimsuit Perdana Mulanya konsep Popular memang bukan Swimsuit. Namun seiring dengan perjalanannya, konsep tersebut berubah sesuai dengan dinamika yang ada di tengah masyarakat. konsep yang belum pernah ada dan yang mengambilnya. Dapat dikatakan majalah yang mengambil rublik swimsuit adalah majalah Popular, satu-satunya majalah Popular yang berani menampilkan perempuan dengan background-nya bisa di pantai ataupun kolam renang. Konsep Swimsuit itu adalah perpaduan dari estetik teknik foto dan keindahan model itu sendiri serta bagroun yang dipakai bisa di pantai maupun di kolam renang. Tiga kombinasi tersebutlah yang melahirkan eksotika khas Popular. Yang memotret pertama kali adalah Hani Moniaga, yang kemudian melanjutkan ke nomor berikutnya oleh Hani secara berturut-turut. Sebenarnya kecanggihan foto tidak berbeda dengan sekarang. Tetapi urusan lay out masih dibilang rumit dan jauh berbeda dari sekarang. Pada waktu itu lay out yang digunakan masih manual, pakai spraymont atau temple lem biasa setting teks naskah, kadang harus dibantu rugos, itu pun tak jarang rugosnya harus dicincang. Kemudian baru dibawa ke percetakan. Dan kalau dikejar deadline, maka setting naskah cukup
dilakukan di tempat jasa setingan yang berada di sekitar kantor. Jasa cetak dari awal kami percayakan pada Dian Rakya. Itulah sekelumit kisah perjalanan untuk menjadi eksis. Seiring perjalanannya pun banyak perubahan-perubahan yang terjadi, itu pun semata-mata hanya untuk menyesuaikan dinamika yang ada. Misalnya survey reaksi pasar, kemauan pasar, pooling, dan pemantauan terhadap keberadaan media lain. Dunia terus berputar dan berkembang, dan dunia entertainment berlari kencang ke depan. Meski bukan sejenis majalah berita, namun setiap terbitannya harus up to date. 2. Era Krismon Banyak tantangan yang dihadapi agar majalah Popular menjadi eksis. Pada awal-awal terbit., banyak pengorbanan yang di lakukan oleh para tim redaksi maupun semua elemen yang berhubungan dengan Popular hanya untuk mendapatkan iklan agar majalah Popular bisa survive. Namun memasuki tahun ketiga Popular baru berhasil mencapai target BEP. Sebagai majalah entertainment, Popular juga banyak menggelar acara, Antara lain “Popular Award” yang di selenggarakan di Hotel Grand Ballroom Hotel Hilton (1991). Popular Award tersebut diberikan kepada artis-artis dan atlet ter popular versi Popular. Pada tahun 2001 menggelar marketing Gathering di fashion café dengan mendatangkan pengisi acara
seperti Krisdayanti, Mayangsari,
Alda, dan penari- penari sensual kelompok Liza Natalia.
Waktu terus berjalan, Popular tetap Konsis dengan konsepnya. Konsistensi dan kesiapan terhadap konsep justru semakin ditunjukkan ketika krisis moneter mulai- merobek-merobek perekonomian Indonesia. Di tengah krismon majalah Popular tetap berkibar dengan full colour dan menggunakan jenis kertas karton (cover) dan jenis kertas matt coated serta jilid perfect binding (jilid punggung) yang ideal. Bagi majalah Popular tiap terbitan khusus menampilkan 200 halaman dengan rubrik-rubrik tambahan. Yang membuat makin kredibel dimata klien dan relasi. bagi majalh Popular era mencari sensasi telah terlewatkan. Saatnya kini mengangkat fenomena yang ada, dengan penyajian yang ringan, enak dibaca dan kredibel. Meski dengan inisialinisial yang dikaburkan semuanya ada benang merahnya. Hal itu bisa dilihat dari rublik-rublik yang ada. Baik “mimpi bersama” yang dulunya bernama sehari bersama. Juga rublik panas seperti Liputan Malam dan Liputan Khusus. Selain menampilkan rublik panas majalah Popular juga menampilkan rubrik-rubrik seperti film dan musik. Ada perumpamaan yang mengatakan bahwa majalah Popular bagaikan buah Strawberry, ranum, dan menggemaskan. Dan strawberry itu selalu berada ditengah taburan confetti. Maksud dari confetti itu adalah ribuan kertas warna-warni yang mengkilap yang ditaburkan di tempat pesta atau punggung sehingga suasana terasa gebyar dan semarak. Sepertinya perumpamaan tersebut bisa dibenarkan. Karena perumpamaan tersebut bisa diartikan dengan wanita-wanita cantik dan seksi yang setia menghiasi lembaran-lembaran majalah Popular. Lalu
confentti tersebut adalah symbol dari dunia gemerlap, party, clubbing, dan semacamnya. Materi yang sering menjadi bahan liputan Popular semua tergaris dalam Visi Popular. Karena itu benang merah setiap rubrik tidak berubah lantaran datang dan perginya personal yang menempati posisi di redaksi. Mereka harus mengikuti aturan dari majalah Popular tanpa harus merubah visi dan misi majalah Popular, sehingga sublimatenya tetap berada dijalurnya. Itu semua tak lain karena Popular dikerjakan oleh Jurnalis-jurnalis sejati. Mereka datang dari berbagai latar belakang. Di samping merekrut tenaga-tenaga Fresh Graduate, juga ada yang sudah berpengalaman sebagai wartawan di bidang lain sebelum di Popular. Sehingga tulisannya benar-benar direportas, bukan mengada-ngada atau mengarang, namun spesifikasinya adalah Popular- sebagai intitusi yang bertanggung jawab.
B. Susunan Keredaksian Majalah Popular 1) Pimpinan Umum
: Heriadi H Sobiran
2) Pimpinan Perusahaan
: Iwan santoso
3) Pimpinan redaksi/Penanggung Jawab
: Buyung Pramunsiye
4) Redaktur Perusahan
: P Suryo R
5) Redaktur
: Suhendra
6) Staff redaksi
: Faisal Rahim, Adisty
7) Pengarah Gaya
: Diana KD
8) Produksi
: Muchlis Sardjana
9) Koordinator Artistik
: Bagong N Fernanda
10) Sekretaris Redaksi
: Tety S Chairul
11) L/t
: Teti Setyana
12) Manajer Pemasaran
: Cici Sutaningdyah
13) Iklan
: Betti Berlianti
14) Sirkulasi
: Eko Sasmito
15) Manajer Keuangan
: Dwi Ratna Ansayani
16) Tata Usaha
: Emilia yanthi, Lusi Dyah Prapriwi, Else Indriyani
C. Struktur Organisasi Majalah Popular P.T Nitra Indria Harsa
Pimpinan Umum Haeriyadi H. Sobiran
Pimpinan Redaksi Buyung Pramunsif
Pimpinan Perusahaan
Sekretaris Redaksi Kep. Bag. Keuangan Kep. Personalia
Kep. Bag. Pemasaran
Redaktur Pelaksana
Red. Pelaksana
Koord. Tata Rupa
Red. Naskah
Red. Foto
Reporter
Koord. Reporter
Akunting
Personalia
Kep. Bag. Promosi
Kasir
Umum
Iklan
Kolektor
Bagian Promosi
Fotografer Sirkulasi
D. Rubrik Liputan Malam Produksi Liputan Malam
Penentuan Topik
Berita
Penulisan Naskah
Cetak
Sirkulasi
Pencarian Bahan
Seleksi dan Penyuntingan
Pra
Agen Pengecer Pembaca.
Keterangan: Penyajian rubrik liputan malam tidak jauh beda dengan rubrik-rubrik lainnya yang ada di majalah Popular. Langkah pertama dalam penentuan topik yaitu rapat redaksi yang dihadiri oleh semua anggota redaksi. Kemudian dalam rapat tersebut semua anggota yang hadir diberikan hak untuk memberikan masukan atau ide-ide mengenai tema, peristiwa, dan tempat yang sangat disenangi para eksekutif muda, selebritis dan karir, setelah penentuan topik selesai, redaktur liputan malam menugaskan reporter yang telah ditunjuk untuk meliputi langsung ke tempat yang telah ditentukan. Setelah bahan-bahan berita berhasil liputan selesai terkumpul, maka reporter tersebut membuat tulisan yang sesuai dengan informasi yang didapat berbentuk feature. Setelah selesai, selanjutnya naskah berita diserahkan kepada redaktur untuk diseleksi dan disunting setelah melalui proses penyuntingan maka naskah tersebut dikirim ke bagian percetakan untuk diatur layaoutnya. Setelah itu
masuk ke bagian sirkulasi penjualan setelah itu
dikirim ke agen agen dan kemudian diberikan kepada pengecer setelah itu sampai keterangan pembaca.
E. Bentuk Fisik Majalah Popular 1) Nama
: Majalah Popular
2) Penerbit
: PT. Nitra Indrya Harsa, SIUP No. 252/SK/MENPEN/ SIUPP/P.I/1998
3) Alamat Redaksi
: Patra Residental, Jalan Taman Patra VI No. 25 Kuningan Jakarta Selatan 12870. Telp. (021) 5292939, 52920441, Fax. 5229119
4) Bank
: PT. Bank Mandiri (Persero) Cabang Jakarta Mall Pondok Indah AC: 101.0080065608
5) Rek. Distribusi
: PT. Mitra Distribusindo Mandiri BCA Cabang Pondok Indah Jakarta AAC: 237 300 8915
6) Percetakan
: PT. Dian Rakyat
7) Homepage
: http:/www.Popular-maj.com
8) E-mail
: Popular @cbn.net.id
9) Jumlah halaman
: 150 halaman, jika edisi khusus, 200 halaman
10) Waktu terbit
: 1 bulan sekali
11) Sirkulasi
: seluruh Indonesia
12) Motto
: Entertainment form men
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Semiotika terhadap Majalah 1. Bentuk Rurik liputan Malam a. Rublik Liputan Malam edisi Januari PARTY SEMI ORGY Lepas Lajang Semi Seleb Masa lajang diakhiri dengan party semi orgi. Sebanyak 40 ladies escort impor dan lokal menjadi dayang-dayang dalam party itu. Tugas mereka hanya satu. Memberikan kepuasan bagi 35 orang sahabat pemilik “bachelor Private party itu. Party yang dimulai pukul 01.00 dini hari hingga 05.00 subuh itu berlangsung di whirlpool sebuah spa. Demi lancarnya acara itu spa ditutup lebih awal satu jam. Jarum jam telah beranjak dari pukul 00.00 Sandi panggil saja dengan nama itu, tampak sedikit agak gelisah. Dentuman musik yang beraliran progressive yang dimainkan DJ tak mampu mengusir kecemasanya. Berkalikali dia melirik jam tangan yang terpasang dipergelangan tangannaya. Sejurus kemudian dia mengamati satu-persatu teman-teman yang telah bergabung bersamanya. Termasuk Herman, bukan nama sebenarnya, yang duduk disampingnya. Herman bukan tak paham apa yang dirasakan sohibnya itu. Sesuai rencana tepat pukul 01.00. sandi akan menjamu teman-temanya dengan sebuah party penuh kejutan. Sementara tempat masih dipersiapkan, terlebih
dulu mereka nunggu di club yang berada dilantai bawah. Namun, hingga saat itu belum semua tema-teman yang diundang hadir. “Tenang Bro. Teman-teman pasti datang semua kok. Yang belum datang pasti lagi ada tugas dirumah,”kata Herman sekenanya. Herman sengaja menyampaikan itu secara becanda. Herman mengirangira, 10 orang teman mereka mengalami kesulitan mencari alasan untuk keluar rumah. Maklum, mereka telah memiliki istri dan beberapa diantara mereka telah memiliki anak. Mereka pun termasuk tipe pria yang jarang keluar rumah, termasuk Clubbing. Apa lagi beberapa hari yang lalu sandi sudah mengingatkan untuk segera menyiapkan alasan untuk keluar rumah. Dua puluh menit sebelum waktunya, mereka telah berada dilokasi party. Tempatnya berada di lantai atas club yang mengusung konsep one stop entertainment. Tak lama berselang, satu-satu teman yang ditunggu pun berdatangan. Beberapa diantara mereka tak luput dari teman-teman mereka yang telah lebih dahulu datang. “Susah yah izin buat buat keluar malam?” canda Sandy. “Ya, iyalah setor dulu baru bisa keluar” kata Dito sambil senyum penuh arti. “Busyet emangnya entar malam masih kuat?” goda Herman lagi. Yang digoda agak sedikit bingung. Beberapa diantara mereka ada yang belum tahu acara seperti apa yang akan mereka adakan. Apalagi acara dilakukan dari pukul 01.00 sampai dengan pukul 05.00. Herman yang menjadi penggagas belum sempat untuk menjelaskan kepada semua peserta. Maklum,
tidak semua peserta party dini hari itu dia kenal. Meski Herman bersahabat dengan Sandy, mereka tidak satu profesi. Rp 100 JT. Semua berawal dari rencana Sandy mengakhiri masa lajangnya sebelum memasuki 2008 ini. Seolah sudah menjadi tradisi, khususnya bagi kalangan tertentu, sebelum mengakhiri masa lajang mereka harus menggelar pesta lajang tersebut. Dan secara kebetulan pula, kontraktor di bidang telekomunikasi ini baru saja memenangkan tender proyek pengadaan BTS sebuah vendor telpon selular baru. Karena sudah direncanakan, sekaligus merayakan sukses yang sudah dicapai, Sandy ingin berbagi kebahagiaan bersama teman-temanya. Yang pertama dihubunginya adalah Herman, teman sesama lajang, yang juga teman dugem. Lalu Sandy menceritakan ingin menggelar pesta bujang dengan membooking beberapa model bispak. Dalam pikirannya, party akan di ikuti sejumlah teman-temanya dan mereka di dampingi satu model. Untuk party ini ia menyiapkan anggaran hingga Rp 100 Juta. “ Gila lu… Mana cukup duit segitu. Paling-paling hanya untuk 10 orang saja. Lu masih inget kan waktu membooking si… berapa duit?” kata herman seraya menyebut salah satu model bispak yang pernah di booking sandy.” Herman bicara bukan tanpa alasan. Sebagai orang yang memiliki kedekatan hubungan dengan kalangan model dan selebriti, herman tahu persis tarif untuk membooking model-model bispak bisa mencapai 5 juta per orang. Sementara sandy ingin mengajak teman-temanya.
“Begini saja”, kata herman yang tiba-tiba dapat ide brilian. “gw yakin lu pasti setuju. Dengan anggaran segitu lu bahkan bisa mengajak lebih banyak teman-teman lu. Bahkan hingga 50 orang,” kata Herman. “ Lu bener-bener dapat diandalkan untuk banyak hal. Termasuk urusan kaya beginian, “ puji Sandy begitu Herman selesai menjabarkan idenya. Secara matematis mungkin tidak cukup, namun karena kedekatannya dengan seorang germo disebuah spa, Herman yakin bakal mendapat diskon besar. Usulan Herman itulah yang membuat mereka semua saat itu berada diketinggian lantai tujuh club one stop entertainment itu. Sebuah spa center yang disulap menjadi tempat party. DJ booth pun disiapkan di pojok, tentunya dengan dua orang residen DJ yang akna ber- spinning ria hingga party selesai. Para pelayan pun mulai menata F&B. masing-masing bekerja secara professional. Sepertinya lokasi itu telah dirancang untuk segala keperluan, termasuk private party. Tak hanya itu, tamu-tamu regular pun telah diberi tahu untuk mengakhiri kegiatan mereka sebelum pukul 01.00. padahal, biasanya spa ini baru mengakhiri kegiatannya pada pukul 02.00. tapi karena sudah dibooking dengan nilai Rp 100 juta, mereka memilih mengakhiri lebih awal. Tentu saja dengan pemberitahuan terhadap tamu-tamu sebelumnya. Hingga saat itu, masih banyak pesta party masih belum tahu acara apa yang akan mereka hadapi. Apalagi sang empunya acara, Sandy tentunya, masih belum memberi penjelasan. Sandy masih nunggu hingga waktu yang ditentukan tiba, tepatnya pukul 01.00.
“Baiklah teman-teman sekalian,” kata Herman yang diminta untuk membuka acara. “Malam ini kita menggelar party lepas lajang buat temen kita Sandy. Acara diadakan di tempat ini dan hanya kita yang berada disini. Bagi yang ingin menggunakan tempat lain, nanti akan dipandu oleh waiter dan waitress. Untuk diketahui, party berlangsung dari sekarang hingga pukul 05.00 nanti, Herman menjealskan. Usai memberi penjelasan Herman membisikan sesuatu kepada seseorang yang telah berdiri disampingnya. Seseorang yang sudah kita kenal sebelum ini, papi Dito namaya. Laki-laki kemayu ini dikenal germo atas wanita-wanita pemuas nafsu di club one stop entertainment itu. Tanpa menunggu lama, Dito pun memberi kode kesatu tempat yang tidak terlihat oleh para peserta party. Ternyata puluhan wanita cantik dan seksi yang bermunculan. Para wanita ini diminta berbaris di hadapan para pesrta party. Istilah resminya disana disebut Kontes. Mereka itu diminta memperlihatkan kepada para tamu bahwa mereka cantik, seksi, dan layak untuk mendampingi para tamu. Karena jumlah mereka lebih banyak dari tamu, hanya yang disukai tamu sajalah yang dipilih. Sisanya akan kembali ketempat mereka menunggu sebelumnya. Mereka ini terdiri dari beberapa etnis dan suku bangsa. Mulai dari China, Thailand, hingga Uzbekistan. Beberapa orang diantara mereka terlihat seperti wanita pribumi.
Semuanya tampak cantik dan seksi busana yang mereka kenakan pun sangat minimalis, Lingerrie dan swimsuit dengan beragam tipe. Ada yang tanpa penutup di bagian bokong, ada juga yang menggunakan penutup transparan. “Teman-teman sekarang kita sudah disini. Sebagai tanda persahabatan kita, dini hari kita akan bersenang-senang. Di hadapan kita ada puluhan bidadari yang membawa kita terbang ke awan. Kalian silakan pilih. Masingmasing dapat satu, mau yang impor atau produc local. Kalau ada yang mau dua, “ kata Sandy memberi sambutan. Sebagian diantara teman-teman Sandy, terutama yang termasuk katagori “nakal” tampak terbengong-bengong. Sepertinya mereka tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Maklum, selama ini mereka hanya sebatas mendengar saja tentang fenomena wanita-wanita penghibur asing, entah itu asal Eropa timur, China daratan atau yang dikenal dengan cungkok, Thailand, Uzbekistan dan ada juga yang memilih wanita pribumi. “ teman-teman. Karena tujuan kita adalah bersenang-senang kalian jangan sungkan. Para bidadari ini akan melayani kalian sampai pagi. Kalau ada yang sanggup berkali-kali, silahkan. Kalau ada yang mau saling tukar, boleh juga,” kata Sandy memberi semangat. Dini hari itu memang di luar kebiasaan. Jika selama ini jadwal booking wanita-wanita pemuas nafsu ini hanya satu jam dan satu kali eksekusi. Tapi hal demikian tak berlaku saat itu. Mereka semua di booking hingga party berakhir. Sesuai dengan yang disebutkan Sandy, eksekusi tak hanya berlangsung satu kali.
Liar. Begitu kontes selesai, Dj pun Mulai memainkan aksi spanningnya di Dj booth yang telah disiapkan. Para waiterss pun sibuk untuk menyiapkan minuman. Para wanita pendamping party yang tidak terpilih pun kembali ke tempat semula. Meski jumlah semua peserta party 35 orang, ternyata sandi membooking sebanyak 40 wanita. Lima orang lagi disiapkan bagi peserta yang ingin nambah atau jika ada yang ingin ganti di tengah jalan. Tak hanya jadwal booking yang berlangsung di luar kebiasaan. Tata tertib selama berada si dispa pun tidak seperti biasanya. Jika pada waktu biasa semua tamu harus menggunakan kimono saat berada di spa, dini hari itu tidak sepenuhnya berlaku. Pada awal party mereka tetap mengenakan pakaian yang digunakan saat datang. Kalau pun ada perbedaan, hanya para wanita pendamping party ini yang tetap seperti biasa, yakni mengenakan busana yang resmi dan siap digunakan untuk berendam sekalipun. Suasana dini hari itu memang luar biasa ramai. Lampu dilokasi berlangsung nya party di setting menyerupai club. Meskipun tak persis sama, namun tetap beraneka warna dan berputar-putar. Masing-masing pasangan bebas mencari tempat untuk bercengkrama. Ada yang sambil berdiri di pinggir kolam, ada juga yang memilih duduk. Yang mulai tak sabar juga banyak. Mereka memilih tempat yang agak tertutup untuk bersantai. Di lantai atas dilantai pinggir Whirlpool itu memang terdapat beberapa ruangan yang dibuat sedemikian rupa. Ruangan atau tepatnya bale-bale yang hanya dibatasi kain tipis itu biasanya digunakan sebagai salah satu tempat untuk massage bagi tamu-tamu tidak mau menggunakan kamar. Tapi dini hari
itu, bale-bale yang berjumlah lima itu digunakan para peserta party untuk berburu kenikmatan. Ketika para peserta party sudah mulai terkena pengaruh alcohol, dia mulai mengerjai teman-temanya yang tidak termasuk katagori “nakal” korban pertama adalah Dito, bukan nama sebenarnya, yang dilucuti pakaiannya oleh seorang cungkok yang telah di- calling oleh Sandy dan Herman. Ditto bahkan diperlakukan lebih liar karena pengaruh alcohol membuatnya menjadi liar juga. Teriakan
‘buka…’buka’
dari
beberapa
peserta
party
justru
dipergunakan ditto untuk membalas hal yang sama terhadap cungkok yang mengerjainya. Bisa ditebak, sang cungkok yang juga telah dipengaruhi alcohol hanya bisa pasrah. Adegan selanjutnya mudah ditebak, pemandangan liar terjadi di depan orang banyak. Bukan hanya Ditto yang melakukan hal demikian. Hampir semua peserta melakukan hal yang sama, tapi dengan kadar yang berbeda. Beberapa diantaranya bahkan melakukannya di dalam whirlpool. Sebagian kecil lagi memilih melakukan di dalam kamar, termasuk lima peserta yang masuk katagori ‘orang tua’ biarlah yang muda-muda saja yang melakukan party gilagilaan,” kata salah seorang diantara mereka saat berlalu menuju kamar eksekusi. Pagi mulai menjelang DJ yang tampil secara bergantian seperti tak kehabisan energi. Pemandangan liar yang terjadi di depan mata tak mempengaruhi permainannya. Para waiter dan waitress pun tak terpengaruh. Mereka tetap bekerja sesuai dengan kadarnya. Jika ada gelas atau botol yang
kosong mereka mengganatinya dengan yang baru atau menuangkan minuman yang telah di pesan peserta. Setelah itu mereka kembali ke tempat mereka mesti menunggu. Beberapa peserta sudah menunjukan gejala kelelahan. Bahkan ada yang tertidur dengan pasangan masing-masing. Yang memilih menjalankan eksekusi di kamar masih belum kembali. Sementara yang tadinya berdiri di whirlpool pun sudah mulai tak terlihat. Jika dibandingkan saat party dimulai, peserta yang masih berada di sekitar whirlpool tinggal separuh. Party lepas lajang itupun berakhir sesuai rencana. Ketika jarum jam menunjukan pukul 05.00 mereka pun mulai meninggalkan lokasi.. kepuasan pun terlihat dari wajah-wajah nan letih. Satu persatu mereka menyalami Sandy. Jabat erat disertai ucapan terima kasih dan ucapan selamat meluncur dari bibir para sohibnya. Yang pasti, saat tulisan ini anda baca, Sandy mungkin telah tertidur pulas di samping istri yang baru di nikahinya.
b. Artikel Liputan Malam edisi Februari 15 Item Baru servis Cungkok Sebuah layanan inovasi sekaligus dumping daris ebuah club di kawasan kota : servis 15 item dari cungkok-cungkok club itu. Mulai dari layanan “permainan” permen jagung hingga body massage khas pijatan china. Disebut Dumping. Karena Harga tak berubah dari layanan regular Short time. Apa yang menarik dari kehadiran cungkok-cungkok sebagai penjaja cinta di Jakarta? dan paling banyak disbanding wanita-wanita Rusia, Thailand, Colombia. Para cungkok didatangkan jauh-jauh dari negeri yang trekenal dengan isolasi tirai bamboo-nya dengan berbagai risiko keamanan. Sementara lama-kelamaan kehadiranya membuat para pemburu kehidupan malam hedonis dirasakan mulai membosankan.
“Lama-lama membosankan. Karena engga ada bedanya dnegan penjaja cinta lokasi. Cuma beda body. Kulit tampang saja, selebihnya sama. BT-lah pokoknya.” Tutur Jake (bukan nama sebenarnya) kepada sahabatnya, miko (bukan nama sebenarnya). Dua sahabat ini memang dikenal rekan-rekanya sebagi pemburu kehidupan malam. Mereka satu kantor punya jabatan disebuah perusahaan grup franchise, penerbitan, resto butik,. Tapi gaji mereka tak begitu besar. Namun untuk berpetualang, mereka seperti tak pernah berfikir sebanyak dua kali untuk spending money. Tapi teman-temanya tahu rekannya itu dari kalangan keluarga “The Have”. Gaji dikantor bagi mereka cukup untuk membeli rokok dan sekali ke clubbing. Karena mempunyai investasi lain di sektor lain yang dijalankan orang. ‘FATAL ATRACTION’. Mobil CR-V pelan-pelan mengambil sisi kanan jalan, dan membelok.Di depan area parkir cukup luas.beberapa petugas berpakaian safari hitam menyambutnya dengan ramah. Mereka menyerahkan mobil itu untuk parker valet. Beberapa mobil sudah nampak berjajar-jajar di area parkiran itu. Sementara pintu satu-satunya menganga dengan kaca berhiaskan ornament khas oriental. Ruang resepsionis club itu tidak terlalu besar , hanya ada dua pintu, satu masuk ke lounge, satu masuk keruang locer spa. “Selamat malam, bapak…” jawab waiter berseragam biru. “Selamat …” jawab Miko. “Bapak mau ke lounge dulu, apa langsung spa ?’ lanjut waiter itu. “Kami mauke lounge dulu..” jawab Miko sambil membereskan urusan di meja resepsionis.
Sebuah screen raksasa sedang memutar film ‘fatal Attraction’yang dibintangi oleh Michael Douglas. Adegan menunjukan Michael Douglas sedang dikejar-kejar selingkuhannya., Glenn Cloude. Sebuah adegan menegangkan. Tapi jake dan mike tidak tertarik dengan adegan perselingkuhan yang berakhir tragis itu. Baru saja menaruh pantatnya dikursi lounge, ia langsung tanya mengenai informasi mengenai sms yang diterima. Di club itu ada layanan ekstra 15 item dari para cungkoknya. “Pelayanan apa itu?, tanya jake tal sabar. “O, itu pelayan -pelayan cungkok yang cumin ada disini, bapak, tak ada ditempat. Lain`jawab waiter “Coba jelaskan…, “ Tany miko, dengan nada sabar. Waiter itu menjelaskan, servis 15 item itu adalah layanan standar yang harus diberikan cungkok kepada setiap tamu yang booking nya. Diantaranya penggunaan permen jagung yang ‘dimanikan’ dianus tamu. Juga ada body massage, sebuah layanan pijatannya menggunakan tubuh sang cungkok. “ Wah, body massage kan sudah lama ada, “ sergah Jake. “Betul Bapak. Tapi yang ada selama ini dilakukan oleh wanita local. Ini oleh cungkok. Tekniknya dengan menggunkan pijat tubuh ala china, berbeda bapak… “ jawab sang waiters tangkas. “ lalu Apa lagi?, “ tanya Miko. “Penggunaan ilive oil sehingga menimbulkan sensasi lain saat making love,” jawb Waiters, lagi-lagi dengan tangkas. “Coba terangkan peragaan olive oil itu…” tanya miko.
Waiter itu tersenyum kecil. Tubuhnya yang mungil sambil agak membungkuk menjadi agak terguncang. “ agak sulit menjelaskannya bapak. Tapi bapak bisa mencoba langsung pasti bapak dijamin puas, tutur waiter intu dingin. “ Lalu apalagi …” lagi-lagi pertanyaan miko tak sabar. ‘ Layanan sixti nine, bapak..” jawab si waiter “ Itu juga sudah lama ada,” potong Miko. “ Tetapi beda, bapak proses ke sixty nine khas tradisional China. Lagilagi saya sulit untuk menjelaskan kalau disuruh menjelaskan …” nada watir itu membela diri. “ 15 item servis cungkok itu banyak, loh. Harus ada penjelasan detail, “ tutur Jake “ Saya sarankan bapak langsung mencobanya.. meski 15 item itu banyak saya sulit untuk menjelaskanya, tapi pasti memusakan, ya. Karena layanan itu bukan diada ada, melainkan adopsi dari China. Da yang terpenting harganya tidak naik. Masih 1,5 juta.untuk short time .” “ O, harganya tidak naik meski ada 15 item lagi?,” tanya Jake. “ Tidak naik bapak, maka untuk itu saya sarankan untuk mencoba langsung. “ Wah Hebat betul servis Club ini. Berani ya? Kata Jake. “ Ini namanya Dumping sekaligus inovasi persaingan Club malam makin gila. Kalau sekedar menghadirkan cungkok, itu mah, sudah ketinggalan jaman., “ jelas Miko.
“ Kalau mereka menolak melayani servis 15 item itu gimana?” tanya Jake. “ bapak bisa melapor ke GM kami, kami akan menggantinya.,” jelas sang waiter. Miko dan Jake saling memandang. Ia akan menuruti advis sang waiter, langsung mencoba. Miko masih sempat menghabiskan minuman dan makanan kecil yang dipesannya. Tap tidak bagi Jake, ia langsung menunjuk salah satu cungkok untuk mengimplementasikan servis 15 item itu. Keduanya naik Lift menhuju kamar yang dipesannya. Diantar oleh seorang waiter. Dan memasuki kamar, Jake sempat membuka tirai jendela kamar. Ia menengok keluar gedung. Disana masih berseliweran lalu lintas Jakarta yang macet. Apalagi kawasan kota. Lampu-lampu mobil itu kerlapkerlip bak ribuan kunang-kunang yang menari-nari dimalam hari.
c. Striptis Boleh disentuh Club Penjaja Cinta Semi Pro Sajian Hiburan Malam beraroma hedonis disuguhkan di sebuah club baru di selatan Jakarta. Sedikit mengadopsi sajian yang ditawarkan club dikawasan kota., club ini menampilkan striptis yang dapat diraba tamu-tamu. Menghibur diri disini makin lengkap dengan hadirnya wanita-wanita cantik dan seksi diantara tamu-tamu. Meski tidak secara ekplisit di jajakan, para wanita ini dapat diajak one Night Stand. Bebrapa diantara mereka bahkan berpropesi sebagai model.
Hujan yang turun malam itu seperti tak ada habis-habisnya, terkadang deras, lalu berubah rintik-rintik. Tak heran jika banyak genangan air menghiasi jalan-jalan ibu kota. Hujan deras sebentar saja memang sanggup membuat semrawut lalu lintas. Dan kemacetan pun kian menjadi sahabat karib baik sang pengemudi. Hal inilah yang turut dirasakan oleh reno. Sebut saja demikian, marketing manager yang. Mengabdikan skil-nya pada sebuah perusahaan minyak swasta. Reno tergolong pada sosok yang cool dan biasanya selalu santai dalam melakukan hal apapun termasuk mengemudi. Namun khusus malam itu reno rupanya lain dari biasanya. Ia tampak tergesa-gesa. Raut wajah yang biasanya selalu tenang kini menyimpan rona kegelisaha. Kalau biasanya ia duduk santai dibelakang kemudi saat menghadapi jalan macet, malam itu ia tak henti-hentinya melirik arloji. Gues perak yang melingkar ditangan kirinya. “Wah sudah jam 10, tapi masih macet aja,” keluhnya perlahan.sebuah keluhan yang jarang terucap oleh seorang reno. “Jangan lupa yah nanti malam datang, acaranya special bangat. Yah, hitung-hitung farewell party gua lah sebelum pindah,” sebuah kalimat singkat kembali mengiang ditelinga reno. Ajakan itu tadi dituturkan oleh sobat kentalnya, Jimmy punya kedudukan penting di perusahaan provider telekomunikasi. Jabatanya sedang menanjak, mengingat reputasi provider – nya yang juga kian meningkat dimasyarakat. Tapi malam ini Jimi bakalan mengakhiri karirnya di tempat tersebut. Sesuatu yang membuat reno tak habis mengerti kenapa jimmy memutuskan untuk berhenti, sementara posisinya dalam kondisi mapan. “Gw gak betah,
rasanya seperti diperbudak tanpa henti. Apa gunanya gaji tinggi tapi engga enjoy?” begitu jawaban Jimi saat ditanya beberapa minggu silam. Ternyata Jimi memilih membangun usaha sendiri, sebuah bisnis travel. Wajar juga, sejak, sejak dahulu ia memang hoby traveling.berbeda dengan reno yang lebih senang clibbing dan menggauli kehidupan malam plus-plus. Lalu acara apa sesungguhnya yang dimaksud Jimmy “special banget”. “Kenapa dia jadi lebih tahu daripada gue ya?” batin Reno. Rasa penasaran mendesak Reno untuk memacu kencang sedan mewahnya ke arah Selatan Jakarta, ketika lepas dari kemacetan. “sepuluh menit lagi sampai sampai nih,” ujarnya pada Jimmy lewat handphone. Tak sampai sepuluh menit, sekitar pukul sebelas lewat lima belas menit, Reno telah tiba di tempat tujuan. Ia pun berlari menembus gerimis, memasuki ruangan Plasa mewah yang bersih dan beratap tinggi. Arsitektur khas Eropa terlihat jelas memengaruhi pilar-pilarnya. Klub yang ia datangi terdapat di Plasa mewah ini. DAPAT DISENTUH. Dentuman dance musik khas Selatan menyergap ketika Reno memasuki ruangan klub. Tak seperti klub lainnya, pintu klub ini ditutup rapat oleh sekuriti sesaat setelah ia masuk. Pantas saja jika dari luar tidak begitu terdengar gemuruh musik seperti yang ditemui di sejumlah klub pada umumnya. Ruangan klub ini cukup besar, setidaknya untuk ukuran klub selatan. Tata lampunya pun beegitu dinamis, meningkahi gerakan tubuh clubbers yang tenggelam dalam hentakan dance musik. Sound sistemnya pun cukup memadai. Sayangnya, jarak dari pintu ke dalam tidak terlalu jauh, sehingga kalau sedang ramai, cukup menghalangi tamu yang hendak masuk.
Posisi tiang besar yang berada di pintu masuk pun cukup menjadi penghalang. Tiang ini menjadi tempat bersandar bagi sejumlah tamu yang tak kebagian tempat duduk. Kondisi ini pun turut menghalangi tamu yang akan masuk. Tiang ini pun terlalu dekat dengan bar dimana terdapat kursi-kursi tinggi di depannya. Begitupun melepaskan diri dari sesaknya tamu di depan pintu masuk, Reno pun mulai menduga-duga, dimana posisi Jimmy. Namun sebelumnya dia menyempatkan diri melongok ke arah DJ booth. Rupanya seorang DJ wanita cantik sedang sibuk mengolah turn table. Sekelumit senyum mengembang di bibir Reno melihat salah satu DJ favoritnya tersebut yang larut dalam mix musik. Sejurus kemudian, pandangannya dialihkan ke arah table memanjang di dekat bar. Di atas meja itu duduk dua orang wanita tanpa mengenakan busana sama sekali. Mereka duduk layaknya model yang sedang berpose. Satu kaki diluruskan, satunya menekuk, sedangkan tubuh ditegakkan dengan posisi menantang. Sontak saja dirinya jadi kaget meskipun tidak diekspresikan secara berlebih. Kekagetan semakin bertambah karena tamu-tamu di sekitar meja tersebut tetap duduk santai. Minum dan ngobrol seperti biasa. Namun karena memang masih normal, sesekali mata mereka masih melirik juga ke arah patung telanjang yang duduk sangat dekat dengan mereka. Tapi tak demikian dengan tamu-tamu yang tidak kebagian tempat duduk di dekat sang patung, mata mereka tak henti-hentinya menatapi. Sementara dua patung tersebut tampat tak menunjukkan ekspresi berarti.
Sangat kaget, itulah sebuah suara yang sangat di kenalnya terdengar dari samping. “woy…, ada yang bengong nih…, ha ha ha…,” teriak Jimmy yang datang dari toilet sambil menepuk pundaknya. Reno tersentak, lalu balas tertawa. “yuk kita kesana, acaranya sebentar lagi mulai,” ajak Jimmy sambil menujuk ke ruangan VIP bersofa merah. Reno membatalkan niatnya untuk duduk ketika melihat kaki-kaki jenjang dancers melangkah ke arah dance floor. Mimiknya menunjukkan keterkejutan saat melihat sexy dancers yang berjumlah lebih dari lima belas orang. Tubuh mereka hanya ditutupi selembar kain putih tipis sambil menggenggam segelas whisky cola yang baru disodorkan Jimmy. Reno pun berbisik di telinga sohibnya itu. “Banyak banget Jim, mau ngapain mereka?” tanya Reno. “Liat saja nanti” jawab Jimmy santai. Pria satu ini memang paling senang berteka-teki. Di dance floor belasan sexy dancers bergerak seragam dan teratur. Tangan mereka masing-masing memegang satu botol minum jenis whisky merk tertentu. Ketika musik berubah, mereka mengganti gerakannya menjdi lebih cepat dan wild. Dan ketika botol-botol minuman mulai mereka guyurkan ke tubuhnya masing-masing, maka tak ayal kain tipis tadi menjadi basah dan transparan. Teriakan histeris dari crowd pun menjadi-jadi, suasana kian panas. Gerakan tubuh para sexy dancers pun kian liar, tatapan mereka mampu membuat darah mengalir lebih cepat. Tangan-tangan dancer perlahan tapi pasti mulai membuka kain basah yang menutupi tibuh mereka. Tak lama kemudian, sudah ada belasan tubuh topless bertebaran di dance floor. Dengan hanya mengenakan g-string hitam,
mereka mulai menggeliat, menunjukkan gerakan-gerakan super sensual. Karena berjumlah banyak, sebagian dari merek memilih aksi gabungan. Ada yang memilih enam sembilan, ada yang memilih three some, ada juga yang tiduran berdua sambil tindih-menindih. Kegairahan tak cukup sampai di situ. Suasana kontan meledak saat belasan topless dancers tersebut mendatangi para tamu. Sasaran pertama adalah VIP area, yang tidak lain adalah tempat Reno dan Jimmy berada. Dua dancer mengapit Reno dari arah depan dan belakang. Yang dari depan berusaha menarik leher Reno ke dadanya yang polos. Sementara yang dari belakang memeluk sambil menciumi tengkuknya. Sebagai orang yang terbiasa bergaul di lingkungan hedonisme Jakarta, Reno terlihat santai saja menerima perlakuan itu. Rasa kaget justru muncul manakala melihat ke arah Jimmy. Persis di sebelahnya, seorang dancer mendudukkan tubuhnya di pangkuan Jimmy. Tidak sekadar duduk, ia pun terus bergerak layaknya seorang yang sedang making love. Raut wajahnya terlihat menikmati apa yang sedang ia lakukan. Yang membuat Reno kaget adalah tangan Jimmy yang begitu bebas menyentuh tubuh dancer. Ya, benar-benar bebas. Ia hanya berpikir kalau sobatnya itu mungkin sedang nekat. Namun dugaan itu pun pupus ketika ia melihat ke beberapa tamu lain di sekitarnya. Tak berbeda jauh dengan Jimmy, tamu-tamu lain pun begitu bebas menyentuh hampir seluruh bagian tubuh sang penari erotis yang nyaris tanpa busana itu. Dan yang disentuh pun tak sekalipun menolak atau menepis tangan-tangan “ramah” para
tamu. Reno pun kini tak ragu-ragu lagi. Ia kini paham istilah (special banget) yang dimaksud Jimmy lewat tadi siang. SEMI PRO. Jika pada awalnya Reno ragu-ragu atas undangan Jimmy, sangatlah wajar. Sebagai “orang malam” yang selalu meng-up date info terbaru tentang aktivitas hiburan berbau hedonis, Reno sama sekali tak menyangka jika “hiburan” yang tengah dinikmati malam itu berlangsung di Selatan. Ya, sebuah klub yang berlokasi di daerah Selatan yang selama ini justru dianggap “clear”. Kalaupun ada, itu pun sebatas private event yang diadakan untuk kalangan terbatas. Tapi pada malam itu, dibungkus lewat event “grand opening”, aroma hedonis kental terasa. Pemandangan yang disaksikan serta dialami Reno di atas bukan satusatunya menu hedonis yang ditawarkan klub ini. Tak lama sepeninggal dia dan rekan-rekannya menikmati sajian yang mengusik hasrat laki-lakinya, tempat mereka didatangi beberapa wanita cantik berusia muda. Para wanita itu diantar seorang pria berkaca mata yang ditengarai sebagai germo atau semacam itu. Sama halnya dengan yang dia temui jika sedang menyambangi sebuah klub hedonis di kawasan kota. “Selamat malam, Bos. Selamat datang di klub kami. Barang kali untuk menghilangkan jenuh, PR-PR kami dapat menemani waktu santai bos-bos semua,” katanya tanpa basa-basi. Seolah sudah di-setting sebelumnya, para wanita yang memang enak dilihat
itu
langsung
mengambil
posisi
duduk
berpasangan.
Usai
memperkenalkan diri mereka pun terlibat pembicaraan beragam topic. Mulai dari sekedar basa-basi hingga menjurus urusan ranjang. Mereka pun terlihat
aktif menuangkan minuman ke botol-botol kosong, persis seperti yang dilakuakn ladies eksort (LE) di ruangan karaoke. Menuangkan minuman kepada tamu-tamu yang ditemani memang menjadi salah satu tugas mereka. Seperti halnya LE, wanita-wanita yang disebut public relation (PR) ini pun minum bersama tamu-tamu yang mereka temani. Bedanya, jika Le dipesan oleh tamu-tamu, para Pr ini justru ditawarkan oleh klub. Tidak ada tarif khusus untuk jasa mereka, seperti yang berlaku jika tamu ingin menggunakan jasa LE. Meski “gratis” tamu tetap berhak menolak. Tapi di sinilah persoalannya. Bagaimana mungkin Reno, Jimmy dan teman-temannya menolak? Bahkan selama ini mereka sengaja mencari hiburan yang beraroma hedonisme, dan berlabuh di ranjang kenikmatan? Kini, apa yang mereka cari selama ini berada di depan mata. Baru saja mereka dibuat penasaran denagn pemandangan dan kesempatan menyentuh penari berbusana minim. Lalu, ditemani wanita-wanita cantik penggoda iman. Siapa yang berani menolak? Toh uang bukan masalah karena mereka memiliki anggaran khusus untuk melakukannya. Yang membuat Reno tak mampu menolak ditemani justru kehadirtan sejumlah model di sana. Acara malam itu juga diisi penampilan sejumlah model, mulai dari model catwalk hingga foto model yang menghiasi sejumlah majalah hiburan dan gaya hidup pria. Beberapa diantara model itu cukup familiar wajahnya bagi Reno. Sayangnya, tak satu pun diantara mereka itu yang duduk di ruangan Reno. Padahal keinginannya untuk dekat dengan model sudah lama dipupuk dan belum terlaksana hingga sekarang.
“Minta tukar boleh ngga?” tanya Reno kepada pria berkaca mata yang tadi membawa PR-PR itu. “Maksud bos gimana?” balas sang pria. “Di ruang VIP sana saya lihat ada model yang menemani mereka. Di sini kenapa ngga ada, ya?” katanya setengah berbisisk. “O, itu masalahnya. Yang di samping bos ini model, lho…” katanya setengah berbisik juga. “belum lama ini dia muncul di salah satu majalah. Memang sih belum begitu terkenal, tapi tunggu saja, tak lama lagi dia bakal top.” Lalu, pria itu menunjuk beberapa wanita yang ada di situ yang juga berniat menekuni foto model ataupun model cat walk. Mendapat penjelasan seperti itu, Reno pun senang. Apalagi setalah dia tahu pri berkaca mata itu salah seorang yang menduduki posisi strategis di sana. Saat Reno mengutarakan niatnya untuk mem-booking PR tersebut, pria berkaca mata itu tak terang-terangan mengiyakan. Ia tidak memfasilitasi dan tidak pula menolak. Boleh jadi inilah gaya layanan semi professional yang ingin dibangun disini. Bagaimana pun, klub selatan idak memberlakukan caracara yang vulgar dengan menjajakan wanita pemuas birahi. Tapi dengan gaya semi professional ini keberadaan mereka turut memberi warna baru bagi klub ini sebagai hedonis. Artinya, aktivitas dan transaksi hedonis terjadi karena ada pihak yang memfasilitasi, yakni klub. Namun, karena klub tidak memiliki tempat untuk melakukan eksekusi atau aktivitas hedonisme, akhirnya segala sesuatu dikembalikan kepada tamu maupun sang PR. Kalua tamu berminat dan sang PR pun bersedia, urusan selanjutnya diserahkan kepada mereka. Termasuk
soal harga, karena pria berkaca mata tadi tidak sekalipun menyebutkan angka jika tamu berniat mem-booking sang tamu.
2. Analisis Semiotika Rubrik liputan Malam a. Analisis Semiotika Artikel Rubrik Liputan Malam 1) Signifikasi Tahap Pertama Makna Denotasi a) Petanda Denotasi adalah makna paling nyata dari tanda. Dalam denotasi terdiri dari signifier (penanda) signified (petanda). Denotasi merupakn signifikasi tahap pertama dari teori signifikasi yang di kemukakan oleh barthes. Denotasi bisa dibilang sebagai proses penggambaran dari tanda sebagai sebuah objek. Signifikasi yang di kemukakan oleh barthes. Denotasi bisa dibilang sebagai proses penggambaran dari tanda sebagai sebuah objek. Dalam tahapan pertama ini agar tidak adanya kesalahan unuk memahami dari suatu tanda sebagai petanda maka penulis akan membuat dan melihat makna suatu teks sebagi petanda di rubrik liputan malam.
Judul : PARTY SEMI ORGY
Party disini biasanya diartikan sebagai pesta yang dilakukan oleh orang-orang yang sedang memperoleh kebahagiaan. Semi orgi disini dapat dikatakan artinya pesta yang tidak semua dapat mengikutinya.. Jika disatukan maka makna dari kata semio orgy adalah pesta yang tertutup. Kemudian disub judul terdapat kata kalimat lepas lajang ala seleb. Lepas lajang disini diartikan meninggalkandari kesendirian. Seleb asal kata dari selebritis yaitu orang terkenal atau orang penting. Dari keseluruhan teks diambil kata atau kalimat yang memiliki makna. Kata-kata tersebut adalah. Party
:Pesta
Whirlpool
: Pusaran Air
Clubbing
:Tempat Bersenang-Senang
Club
: klub
One Stop Entertainment : Hiburan Tiada Henti Lajang
: Belum Menikah
Dugem
: Dunia Gemerlap
Membooking
: Memesan terlebih dahulu
Model bispak
: Perempuan bisa di pakai
Tariff
: Harga
Berspinning
: Berputar
Waiter
: Pramusaji Laki-laki
Waitress
: Pramusaji Wanita
Papi
: Panggilan Seorang Bapak
Wanita pribumi
: Perempuan dalam Negeri
Cungkok
: Wanita Dewasa Asal Cina
Di calling
: Di Panggil
Eksekusi
:Penerima Hukuman
setor
: Menyerahkan
Kimono
: baju Khas Jepang
Impor
: Luar Negeri
Spa
: tempat Merawat Kecantikan
Massage
: Pijatan
Dilucuti
: di Buka
b) Petanda Judul: PARTY SEMI ORGY Penulisan judul pada artikel rubrik liputan mlam sedisi januari ini menggunakan huruf besar. Dengan penyusunan tulisannya tiga baris ke bawah. Karena disebelah kirinya terdapat sub judul dan lead. Warna yang digunakan dalam penulisan judul itu terdiri dari dua warna yaitu warna merah, dan warna putih. Jika diperhatikan ke Teks disitu terdapat huruf J diawal kalimat atau paragrap yang ditulis dengan ukuran yang berbeda. Background dari teks tersebut berwarna hitam. Visualisasi gambar Visualisasi gambar pertama, dari gambar pertama di halaman pertama terdapat empat belas orang. Diantaranya tujuh laki-laki dan tujuh perempuan. Dalam gambar tersebut terlihat sangat jelas mereka sedang berpasangan dan sambil tiduran. Warna dari gambar tersebut di dominasi
dengan warna merah dan juga salah satu wanita tersebut terlihat mengenakan baju berwarna biru. Visualisasi gambar kedua, pada gambar kedua terlihat ada dua orang, satu laki-laki dan satu perempuan dengan potongan rambut yang pendek, yang tidak menggunakan pakaian. Terlihat bahwa dua orang tersebut sedang berada di kolam. Warna yang mendominasi pada gambar tersebut adalah biru dan hitam. Dan juga ada warna kuning keemasan. Visualisasi gambar ketiga, dalam gambar ketiga terlihat dua orang yang sedang berdiri diantaranya satu laki-laki dan satu permpuan. Disitu terlihat sedang berdekatan bahkan saling menempel badan, tangan laki-laki itu tepat berada diperut perempuan. 2) Signifikasi tahap kedua Konotasi a) Petanda Judul : PARTY SEMI ORGI Dalam penulisan judul ini terlihat semua judul diketik dengan menggunakan huruf besar semuanya. Seakan ada penegasan disana. Bahwa sebelum menikah para selebriti harus mengadakan upacara lepas lajang. Upacara ini dimaksud untuk memperingati bahwa seseorang atau yang punya acaranya itu akan menikah dan mengakhiri masa kesendiriannya. Dari keseluruhan teks diambil kata atau kalimat yang memiliki makna. Kata-kata tersebut adalah. Party
: Pesta
Whirlpool
: Bak mandi
Clubbing
: Tempat hiburan malam
Lajang
: Bujangan
Dugem
: Joget
Membooking
: Menyewa pelacur
Model bispak
: Pelacur
Tariff
: Harga
Berspinning
: Berputar
Waiter
: Pelayan Laki-laki
Waitress
: Pelayan Perempuan
Papi
: Panggilan laki-laki yang menjual perempuan
Wanita pribumi
: Pelacur dalam negeri
Cungkok
: Pelacur Asal Cina
Di calling
: Panggilan
Eksekusi
: Melakukan Seks
Setor
: Memberikan bayaran
Kimono
: Baju untuk selesai mandi
Impor
: Pelacur Luar Negeri
Spa
: Tempat perewatan tubuh
Massage
: Pijatan
Dilucuti
: Ditelanjangi
b) Penanda
Penulisan judul semuanya menggunakan huruf besar dengan kata party di beri tinta berwarna merah yang mengartikan seolah-olah emosi dari tamu-tamu yang datang pada pesta itu. Sedangkan semi orgy diberi warna putih yang mengesankan betapa glamornya pesta pada malam itu. Dalam sub judul juga sama diberi tinta berwarna merah dan disitu ditulis Lepas Lajang Semi Seleb. Maksud dari kalimat itu adalah bahwa pada malam itu ada upacara pelepasan kesendirian dari orang-orang ternama. Orang-orang ternama disini adalah para eksekutif muda yang beruang. Di bawah sub judul terdapat lead yang menjelaskan bahwa pada malam itu terdapat 40 orang pelacur yang bebas dipilih oleh para tamu. Perempuan pelacur itu berasal dari luar negeri dan dalam negeri. Pesta lajang tersebut dimulai dari pukul satu malam sampai dengan pukul lima pagi. Dan berada ditempat spa yang disulap menjadi club. Kata seratus juta yang diberi warna merah dalam awal paragraf dihalaman kedua. Seakan ingin menjelaskan dan ingin menginformasikan kepada para pembaca bahwa pesta yang diadakan pada malam itu berkisar sampai dengan 100 juta rupiah. Dalam halaman ketiga juga terdapat kata liar yang terdapat diawal paragraph. Liar disini seakan ingin menggambarkan suasana yang diluar dari kebiasaan yang dilakukan dengan emosi yang dipermainkan dengan mengedepankan nafsu birahinya. yang terjadi di pesta itu. Visualisasi gambar pertama terlihat disana ada empat belas orang yang terdiri dari tujuh laki-laki yang diundang oleh sandi dan tujuh lagi
para pelacur yang sudah dibooking oleh sandi untuk memberikan pelayanan kepada para undangan . dari gambar tersebut terlihat sangat jelas para tamu undangan dan pelacur tersebut berada diposisi berbaring dilantai dan saling berpelukan saling menikmati suasana pesta lajang tersebut di tambah dengan permainan musik oleh DJ yang sudah dikatan handal dan ditambah dengan pengaruh alcohol yang melengkapi kebahagian bagi para penikmatnya. Visualisasi gambar kedua, pada gambar kedua terlihat disana dua orang, diantaranya satu perempuan dan satu laki-laki yang tengah berada di Whirlpool. Keduanya terlihat tidak mengenakan pakaianya.
Posisi
wajah perempuan dan laki-laki tersebut hampir berdekatan dan berlawanan arah. Visualisasi gambar ketiga, pada gambar ketiga ini terlihat seorang wanita dengan berambut pendek yang tengah berdiri bersandar di tembok dengan baju hampir terbuka dengan arah muka kesamping. Dan mata tertutup. Di depan perempuan terlihat sosok laki-laki yang sepertinya sedang mendorong perempuan tersebut. Wajah lelaki tersebut tidak terlihat karena tersamar . tangan lelaki itu tepat berada di bawah dada perempuan tersebut. Jika dilihat dari emosi yang terdapat di dalam gambar seakan permpuan irtu seperti tak berdaya dengan keadaanya seakan ia terkalah kan oleh kekuasaan laki-laki. namun apa mau dikata. Itu merupakan pelayanan yang harus diberikan oleh perempuan tersebut karena sudah mendapatkan bayaran.
3) Signifikasi tahap ke tiga Mitos Mitos membantu kita untuk menjadikan pengalaman kita masuk akal mengenai suatu kebudayaan. Dalam tahapan ketiga signifikas, tanda mencerminkan kebudayaan yang menonjol sebuah pandangan dunia yang khusus seperti paham maskulinitas dan feminita, kebebasan, individualitas, objektif dan lain-lain. Dalam membaca mitos dapat dilakukan seseorang dengan memetakan dirinya sebagai : a) Pembuat mitos Pesan yang disampaikan adalah untuk mencapai tujuan tertentu b) Ahli Mitos Menjelaskan tujuan disebarkanya pesan tersebut. c) Pemirsa mitos Pesan dianggap sebagi konsep alamiah (penerima Ideologi) a) Pembuat mitos “Party Semi Orgi’ Pada rubruk liputan Malam Majalah Popular edisi januari ini, yang merupakan gambaran tentang upacara yang dilakukan oleh orang yang ingin melepas masa lajangnya. Khususnya di kalangan para eksekutif muda.
b) Ahli Mitos Tujuan dari artikel pada majalah popular edisi januari ini adalah gambaran dimana pada kelas-kelas sosial tertentu di Jakarta
khususnya bagi para lelaki dalam melepaskan masa lajangnya mereka akan membuat pesta dengan mengundang para kerabatnya dan membooking beberapa perempuan cantik dalam hal ini pelacur. c) Pemirsa Mitos Artikel ini termasuk cerita yang brbentuk narasi, dimana reporter penulis berita menuangkan liputannya secara mengalir layaknya cerita. Secara moal artikel ini tidak layak untuk dikonsumsi, karena ketika pembaca membaca artikel ini akan tergambarkan suatu imaginasi dari transpormasi bahasa tulisan. Asrtikel ini bagus untuk dijadikan sebagi hiburan para eksekutif muda atau orang-orang yang ingin mencari hiburan. Karena dari cerita yang digambarkanya bisa menghilangkan kepenatan dan menghilangkan kelelahan dari kesibukan yang telah dilakukan seharian. Disisi lain secara penglaman beita ini tidak lepas dari fungsi media secara tersebut yakni, informasi, dimana pembaca akan mendpatkan informasi, pengalaman dan pembelajaran. Bahwa hal yang tertuang dalam teks ini adalah contoh dari prilaku kehidupan malam orang-orang yang hedonisme. Dalam sissi keagamaan pola kehidupan ini bertolak belakang dnegan ajaran agama islam.
b. Analisis Semiotika Rubrik Liputan Malam Edisi Februari 1) Signifikasi Tahap Pertama Makna Denotasi
a) Petanda Denotasi adalah makna paling nyata dari tanda. Dalam denotasi terdiri dari signifier (penanda) signified (petanda). Denotasi merupakan signifikasi tahap pertama dari teori signifikasi yang di kemukakan oleh barthes. Denotasi bisa dibilang sebagai proses penggambaran dari tanda sebagi sebuah objek. Dalam tahapan pertama ini agar tidak adanya kesalahan unuk memahami dari suatu tanda sebagai petanda maka penulis akan membuat dan melihat makna suatu teks sebagi petanda di rubrik liputan malam.
Judul :15 ITEM BARU SERVIS CUNGKOK 15 Item Baru Servis Cungkok, 15 disini menandakan jumlah sedangkan kata item memiliki makna cara atau poin-poin. Servis disini memiliki makna pelayanan sedangkan cungkok adalah perempuan asal Cina. Dalam tahapan pertama ini agar tidak adanya kesalahan unuk memahami dari suatu tanda sebagai petanda maka penulis akan membuat dan melihat makna suatu teks sebagi petanda di rubrik liputan malam. Dumping
: tawaran
Club
: tempat orang yang tergabung dalam aktivitas
15 item
: 15 cara
Short time
: Waktu lebih panjang
Cungkok
: perempuan Asal Cina
Ekspansionis
: Pelebaran
Tirai bamboo
: julukan negerei Cina
Hedonis
: kesenagan dunia
Penjaja cinta local : perempuan yang membutuhkan cinta Spending money
: menghabiskan uang
Inovasi
: pembaharuan
Professional
: ahli
Smooth
: lancar
Permen jagung
: permen kaya jagung
Sweeping
: rajia
Unto uchable Fatal attraction
:Atraksi Fatal
Lounge
: bar agak besar
Locker
: tempat menyimpan barang
Spa
: tempat perawatan tubuh
Booking
: pesanan
Olive oil
: minyak
Making love
: Berkenalan dengan wanita
Sixti nine
: gaya 69
Konotasi b) Penanda
Penanda diartikan sebagia suatu gambaran mental. Yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Atau sesuatu yang mendukung petanda seperti gambar visual dan segala yang berhubungan dengan penanda. Penulisan judul digunakan huruf besar semuanya. Dengan komposisi warna sama terdiri dari warna merah dan warna putih dan background nya masih menggunakan warna hitam. Di bawah judul terdapat lead yang berfungsi untuk menerangkan secara rinci yang berupa kesimpulan mengenai sebuah teks. Huruf A sebagai pembuka paragraf memberi ketegasan bahwa cerita akan segera untuk dimulai. Visualisasi gambar. Pada gambar pertama terdapat seorang laki-laki dan perempuan sedang tertidur. Dengan warna merah mendominasi gambar tersebut. Visualisasi gambar kedua terlihat sosok seorang perempuan yang mengenakan kamben dengan seorang laki-laki yang sedang memeluknya. Dominasi warna pada gambar kedua adalah warna putih. Signifikasi Tahap Kedua Konotasi a) petanda Judul :15 ITEM BARU SERVIS CUNGKOK 15 Item Baru Servis Cungkok, 15 disini menandakan jumlah sedangkan kata item memiliki makna cara atau poin-poin. Servis disini memiliki makna pelayanan sedangkan cungkok adalah perempuan asal cina. Dalam judul dapat dimaknai bahwa cungkok tersebut akan memberikan servis
dengan gaya baru sebanyak lima belas pelayanan terhadap para pelanggan di sebuah club. Dalam tahapan pertama ini agar tidak adanya kesalahan unuk memahami dari suatu tanda sebagai petanda maka penulis akan membuat dan melihat makna suatu teks sebagi petanda di rubrik liputan malam. Dumping
: tawaran
Club
: tempat hiburan malam
15 item
: 15 cara
Short time
: Waktu lebih panjang
Cungkok
: pelacur cina
Ekspansionis
: Pelebaran
Tirai bamboo
: negeri cina
Hedonis
: kesenagan dunia
Penjaja cinta local : pelacur Spending money
: hura-hura
Inovasi
: perubahan
Professional
: lihai
Smooth
: mulus
Permen jagung
: permen kaya jagung
Sweeping
: merajia
Fatal attraction
: perbuatan yang hebat
Lounge
: bar
Locker
: tempat menyimpan barang
Spa
: tempat pesta
Booking
: memesan pelacur
Olive oil
: minyak
Making love
: bersetubuh
Sixti nine
: gaya untuk bercinta 69
Konotasi b) Penanda Penanda diartikan sebagia suatu gambaran mental. Yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Atau sesuatu yang mendukung petanda seperti gambar visual dan segala yang berhubungan dengan penanda. Dalam judul yang ditulis menggunkan huruf besar semua dan dengan ukuran yang besar. Judul berada tepat ditengah-tengah dalam halaman lembar pertama majalah diartikel. Di atas judul terdapat gambar. Dan di bawah judul terdapat lead. Judul ditulis dengan menggunakan dua warna yaitu merah dan putuh. Dapat dikatakan putuh adalah pencirian dari keglamorannya hiburanhiburan malam itu. Sedangkan warna merah menandakan suatu emosi penegasan yang sangat membara seperti merahnya api. Background tersbut berwarna hitam. Hitam disini seakan ingin bercerita tentang segala aktifitas yang terjadi pada club-club hiburan malam itu. Lead ditulis dengan menggunakan tinta yang berwarna putih. Dalam lead ini menjelaskan sebuah layanan yang akan diberikan oleh para pelacur asal negeri Cina. Layanan itu terdiri dari lima belas cara atau inovasi yang diperbaharui oleh para pemilik club untuk memuaskan para pelanggannya.
Selain itu lead terdapat di halaman kedua yang terletak di tengah dari teks. Lead tersebut seakan menggambarkan dan menyampaikan informasi penting bahwa layanan 15 item itu merupakan layanan yang standar yang harus diberikan para cungkok untuk memuaskan para pelanggannya.
Di
halaman ketiga juga terdapat lead yang terletak di bawah gambar dengan tulisan tinta berwarna merah yang menandakan dan memberikan inforamasi bahwa layanan itu tidak akan naik harganya. Dan yang terpenting layanan itu berasal langsung dari negeri cungkok. Dalam paragraph pertama terdapat huruf A dengan ukuran berbeda dari ukuran tulisan lainya. Huruf A besar itu seakan memberikan penegasan atau informasi bahwa ada yang menarik dari kehadiran-kehadiran para cungkok-cungkok itu. Para cungkok itu terkenal lebih ekspansionis dibandingkan oleh pelacur dari Negara-negara lain. Kalimat permen jagung yang berada tepat diawal paragrap seakan ingin memberikan satu informasi yang paling penting. Permen jagung ini merupakan salah satu dari kelima belas servis yang diberikan oleh cungkok itu. Permainan jagung itu dilakukan dari anus. Visualisasi gambar, dalam visualisasi gambar di halaman pertama tepatnya diatas judul terlihat seseorang laki-laki sedang tidur tertelungkap dengan tidak mengenakan pakaian. Posisinya seakan lelaki-tersebut siap untuk menerima pelayanan dari sang cungkok tersebut. Sampingnya terdapat sosok perempuan tak lain adalah cungkok itu sendiri. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa cungkok itu sedang memainkan perananya sebagai perempuan yang akan memberikan pelayanan yang ekstra
terhadap lelaki tersebut agar tidak mengecewakan. Gambar tersebut di dominasi dengan warna merah yang menandakan disana terdapat asmara atau aura yang panas membara. Pada gambar kedua terlihat perempuan disini bisa dikatakan sang cungkok sedang mengenakan kain yang berwarna putih dengan muka tak terlihat. Dan tepat di buah dada sang cungkok tersebut terlihat tangan yang sedang berada tepat di atas buah dada. Di belakang cungkok tersebut terlihat tubuh lelaki yang kekar. Dalam arti di sini pelanggan. Jika kita perhatikan makna dari gambar yang terlihat secara jelas bahwa cungkok tersebut sedang memberikan pelayanan terhadap tamunya tersendiri. Mitos Mitos membantu kita untuk menjadikan pengalaman kita masuk akal mengenai suatu kebudayaan. Dalam tahapan ketiga signifikasi, tanda mencerminkan kebudayaan yang menonjol sebuah pandangan dunia yang khusus seperti paham maskulinitas dan feminita, kebebasan, individualitas, objektif dan lain-lain. Dalam membaca mitos dapat dilakukan seseorang dengan memetakan dirinya sebagai : a) Pembuat mitos Pesan yang disampaikan adalah untuk mencapai tujuan tertentu
b) Ahli Mitos Menjelaskan tujuan disebarkanya pesan tersebut. c) Pemirsa mitos
Pesan dianggap sebagai konsep alamiah (penerima Ideologi) a) Pembuat mitos Judul yang tertuang pada liputan malam pada majalah popular edisi bulan februari” 15 item baru servis cungkok” merupakan servis baru yang disajikan oleh pemilik club terhadap penjaja cinta yang berada dalam kehidupan malam. Dengan menghadirkan atau mengundang cungkok dari negeri tirai bambu sehingga membuat penasaran bagi para penjaja kehidupan malam. b) Ahli Mitos Bentuk suatu pesan itu disebarkan kepada penjaja kehidupan malam sebagi cara atau metode daya saing suatu club malam dengan club malam lainya. Dengan menumbuhkan rasa penasaran bagi penjaja kehidupan malam dan penawaran atau servis yang dilakukan oleh cungkok dari tirai bambu, memberikan hal yang beda bagi penikmat kehidupan malam. c) Pemirsa Mitos Rubrik liputan malam ini dengan tema 15 item baru servis cungkok membuta penasaran bagi para pembaca dalam hal ini khususnya pria. Gaya seperti apa yang kan diberikan pelayanan oleh cungkok tersebut. Dalam liputan ini memberikan sedikit informasi bahwa dalam setiap pemberitaanya jika dilihat lebih jauh banyak para lelaki yang telah beristri atau masih berpacaran seakan tidak puas
dengan apa yang dimilikinya maka mereka mencari kepuasan diluar. Tanpa melihat resiko apa yang terjadi.
c. Analisis Semiotika rubrik Liputan malam Edisi maret 1) Signifikasi Tahap pertama Makna denotasi a) Petanda Denotasi adalah makna paling nyata dari tanda. Dalam denotasi terdiri dari signifier (penanda) signified (petanda). Denotasi merupakan signifikasi tahap pertama dari teori signifikasi yang di kemukakan oleh barthes. Denotasi bisa dibilang sebagai proses penggambaran dari tanda sebagi sebuah objek. Dalam tahapan pertama ini agar tidak adanya kesalahan unuk memahami dari suatu tanda sebagai petanda maka penulis akan membuat dan melihat makna suatu teks sebagi petanda di rubrik liputan malam.
Judul : STRIPTIS BISA DISENTUH STRIPTIS BISA DISENTUH, kata striptis adalah penari panggung perempuan yang seksi, kemudian bisa disini dapat diartikan sebagi orang yang mampu melakukan sesuatu maksud sehingga maksud tersebut bisa dicapainya. Sedangkan
disentuh
disini
dapat
diartikan
seseorang
yang
saling
bersinggungan. Dari keseluruhan teks disini penulis akan mengangkat dan menentukan kata dan kalimat yang memiliki arti tersendiri. Adapun kata atau kalimat itu adalah :
Striptis
: Penari Panggung yang seksi
Club
: Tempat perkumpulan
Ekplisit
: Tegas
One Night Stand
: berdiri semalam
Special Bangat
: Sangat Khusus
Telanjang
: tidak mengenaklan pakaian
Whiskey Cola
: minuman bersoda
Dance Floor
: Penari lantai
G-String
: Celana Dalam
Sensual
: Sesuatu yang lembut
Style Tree Some
: gaya bertiga
Tindih-menindih
: bertumpukan
Making Love
: Berkenalan Dengan Wanita
Erotis
: sensasi yang menimbulkan rangsangan
Meng up-date
: Mendapatkan informasi baru
Clear
: bersih
Booking
: memesan sesuatu
Pemuas birahi
: Memuaskan Kenikmatan
Vulgar
: Perbuatan yang terlalu
Menjajakan wanita : Memamerkan perempuan dewasa Eksekusi
: hubungan yang diberikan
Spending Money
: Spending Money
Wanita seksi
: Perempuan dewasa Penggoda
Bos
: orang yang berkuasa dan suka memberi perintah
b) Penanda Petanda diartikan sebagia suatu gambaran mental. Yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Atau sesuatu yang mendukung petanda seperti gambar visual dan segala yang berhubungan dengan penanda. Judul : STRIPTIS BISA DISENTUH Penulisan judul dalam rubrik liputan malam edisi maret semuanya menggunakan huruf capital disamping itu juga dalam pemberian warna tullisanya ada dua warna yaitu warna putih dan merah.. Kalau dilihat seakan ingin menginformasikan sesuatu hal yang penting kepada pembaca. Letaknya disudut kiri dari majalah dirublik liputan malam. Dalam halaman judul menggunakan background dengan warna hitam dan sosok permepuan. Dibawah judul terdapat Lead dan subjudulnya. Dalam tulisanya pun masih menggunakan dua warna yakni kuning dalam subjudulnya dan warna putih dalm isi leadnya. Belum lagi huruf H yang terdapat di pembukaan teks dengan ukuran yang besar yang menandakan awal dari paragraf. Visualisasi gambar, dalam halaman judul terdapat gambar sosok seorang perempuan dengan rambut diikat dan kedua tangan berada di dada, dengan warna kuning kemerah-merahan dan didominasi warna hitam dalam background nya. Visualisasai pada gambar kedua yang terdapat dihalaman keempat, terlihat ada satu orang perempuan dan satu orang laki-laki. yang perempuan terlihat berdiri dengan mengangkat dan mengepalkan tangan sambil menunduk mukanya terlihat tidak begitu jelas karena terhalang dengan rambutnya. Dan gambar laki-lakinya terlihat sedang berjongkok tepat berada
disisi kiri perempuan. Tetapi gambar laki-laki tersebut hanya terlihat separuh mukanya saja.
Dalam gambar ini di dominasi dengan warna hitam dan
kemerah-merahan. Signifikasi tahap Kedua Konotasi a) Petanda Konotasi adalah signifikasi tahap kedua yang menggunakan tanda pada tahap pertama ( petanda- Penanda) sebagai bagian penanda yang akan memberikan petanda tambahan. Dalam hal ini konotasi adalah sebuah tanda dari petanda yang berasal dari penanda sebuah tanda denotative.
Judul : STRIPTIS BISA DISENTUH Striptis bisa disentuh, judul ini seakan memberikan informasi kepada orang lain bahwa dalam club ini para penari panggung itu bisa disentuh. Penegasan itu terlihat dari judul yang menggunakan huruf besar semua dan permainan warna yang cukup memiliki arti yang sangat berarti bagi pembuat artikel. Dalam club ini banyak terdapat orang-orang yang ingin menjajakan cintanya terhadap para striptis. Dari keseluruhan teks disini penulis akan mengangkat dan menentukan kata dan kalimat yang memiliki arti tersendiri. Adapun kata atau kalimat itu adalah : Striptis
: Pelacur
Club
: Tempat Hiburan Malam
Ekplisit
: Berani
One Night Stand
: Pelacuran Semalam
Special Banget
: Acara Kehidupan Malam yang Berlebihan
Telanjang
: Bugil
Whiskey Cola
: Anggur
Dance Floor
: Pelacur
G-String
: Celana yang Hanya Menutupi Depannya
Sensual
: Merangsang
Style Tree Some
: Berhubungan Bertiga
Tindih-menindih
: Bertumpukan
Making Love
: Melakukan Hubungan Intim
Erotis
: Penafsu Birahi
Meng up-date
: Memperbaharui
Clear
: Bersih dari Hiburan Malam
Booking
: Menyewa Perempuan
Pemuas birahi
: Pelacur
Vulgar
: Perbuatan Yang Seronok
Menjajakan wanita
: Menjual Wanita
Eksekusi
: Hubungan Intim
Spending Money
: Membayar Perempuan yang Sudah Dipakai
Wanita seksi
: Wanita Penggoda
Bos
: Panggilan Seseorang yang Menjual Perempuan
a) Penanda Judul: Striptis Bisa Di Sentuh
Judul ditulis menggunakan huruf besar semua seakan penulis ingin menginformasikan sesuatu hal yang sangat penting dan patut diketahui bagi pembaca atau pecinta hiburan malam. Dengan dalam penulisan nya menggunakan warna merah dan putih menegaskan sekali bahwa para penari panggung itu bisa disentuh bagi siapapun tanpa kecuali. Disentuh disini bisa dibilang kalau para striptis itu bisa di ajak kencan atau melakukan hungan badan. Pembuat artilkel ini sangat bisa memainkan warna yang seperti melukiskan suasana di club dengan warna hitam kemerah-merahan yang menandakan bahwa diclub malam tersebut gelap hanya ada sorotan lampu yang berwarna-warni itupun tidak begitu terang. Warna putuh mnandakan keglamoran dunia malam. Jika dilihat huruf pembuka yang ukuranya lebih besar yakni huruf H seperti akan menandakan suasana yang terjadi saat malam itu. Denagn lead yang berada baik di halaman judul maupun di halaman kedua seakan penulis ingin menginformasikan tentang fakatafakta yang amat penting dan pembaca harus mengetahuinya. Dalam visualisasi gambar pertama, disini terlihat sangat jelas sosok seorang perempuan yang terlihat dari samping dengan rambut yang di ikat seperti konde, dengan menggunakan baju tanpa lengan dan posisi tangan tepat berada diatas buah dadanya. Dengan dominasi warna hitam dan kemerah-merahan yang menandakan suasana club. Visualisasi gambar kedua, dalam gabar kedua terlihat sangat jelas sosok wanita yang hanya menggunakan BH dan mengangkat kediua tangan sambil mengepalnya. Entah apa maksudnaya perempuan tersebut
terlihat seperti tak berdaya dengan keadaan dia tundukan wajah kebawah seakan menandakan bahwa dia pasrah pada keadaanya dan terlihat lemah. Dibawah tepat di pinggang perempuan tersebut terlihat sosok lakilaki yang sedang berjongkok. Yang terlihat hanya wajahnya saja. Jika dilihat dari keadanya, dari gaya yang digambarkan pada gambar tersebut seakan pembuat gambar ingin mendeskripsikan kepada para pembaca segala aktifitas-aktifitas hedonis yang terjadi di dunia malam yang terjadi dalam club tersebut.
Mitos Mitos membantu kita untuk menjadikan pengalaman kita masuk akal mengenai suatu kebudayaan. Dalam tahapan ketiga signifikasi, tanda mencerminkan kebudayaan yang menonjol sebuah pandangan dunia yang khusus
seperti
paham
maskulinitas
dan
feminitas,
kebebasan,
individualitas, objektif dan lain-lain. Dalam membaca mitos dapat dilakukan seseorang dengan memetakan dirinya sebagai : a) Pembuat Mitos Pesan yang disampaikan adalah untuk mencapai tujuan tertentu b) Ahli Mitos Menjelaskan tujuan disebarkanya pesan tersebut. c) Pemirsa mitos Pesan dianggap sebagi konsep alamiah (penerima Ideologi) a) Pembuat Mitos
Pesan yang ingin disampaikan dalam “ Striptis Bisa disentuh “ adalah gaya kehidupan malam yang memberikan kepusan berbeda yang ditampilkan oleh Perempuan Striptis terhadap penikmat kehidupan malam. b) Pemirsa mitos Club yang menampilkan “ Striptis bisa disentuh “ ini merupakan club yang menampilkan menu berbeda untuk para lelaki penikmat kehidupan malam. c) Ahli mitos Keberadaaan Club yang membebaskan para wanita yang dijamah dan disuguhkan bagi para laki-laki yang sedang menikmati hiburan malam. Acara yang diadakan di kawasan club yang berada di Jakarta selatan dengan menggelar Private Event. Acara tetutup dan tak banyak dari orang yang tahu. Dan disana para lelaki bebas untuk memilih perempuan mana yang akan mereka pakai. B. Pencitraan Perempuan dalam Rubrik Liputan Malam Edisi Januari Sampai dengan Maret 1. Citra Menurut Tim Produksi Tim Produksi memandang perempuan sebagai sosok yang selalu berpenampilan seksi dan cantik. Perempuan dalam media massa merupakan perempuan yang penuh dengan sejuta daya kreatifitas seni yang tinggi “Sosok perempuan yang ditampilkan dalam majalah popular
adalah sosok wanita pekerja sosoknya sebagai public figure yang menarik untuk ditampilakan”57 Citra perempuan yang terbentuk dan terlihat dalam setiap edisinya merupakan gambaran sosok perempuan hanya sebagi penghibur. Citra itu sendiri menurut Tim Produksi Majalah popular terbentuk ketika kita melihat sesuatu dan mempersepsikan sesuai dengan apa yang dilihat yang kemudian timbul suatu emosi persepsi tentang perempuan terbentuk. Kesimpulan dari hasil penglihatan dan tanggapan mengenai perempuan tersebut tergantung dari seseorang yang menyimpulkannya. a. Citra Menurut Pembaca Dalam sub topik ini, penulis akan menggambarkan citra perempuan yang tergambar pada rubrik liputan malam majalah Popular, yang terangkum dalam hasil wawancara dari sejumlah audiensi. Sebagaimana data yang diperoleh dari audiens terhadap tanggapan perempuan pada rubrik liputan malam pada edisi Januari sampai Maret Majalah Popular, bahwa perempuan merupakan objek penghibur bagi laki-laki. Dimana posisi perempuan dalam hal ini diposisikan sebagai pemuas nafsu belaka bagi laki-laki. Dan dari segi bisnis, perempuan merupakan modal awal dan alat atau cara yang mampu merajut keuntungan besar bagi pengusaha club malam. Terlihat jelas, dalam rubrik malam majalah Popular ada beberapa cara yang ditawarkan oleh pemilik klub untuk menarik pelanggannya. Ini tidak lepas dari memodif perempuan, seperti pada
57
Buyung Pramunsyie (Redaktur Pelaksana Majalah Popular)
edisi bulan Februari, pemilik klub mencoba menyajikan menu yang berbeda dari biasanya, “15 Item Baru Servis Cungkok” menu ini menyajikan pelayanan perempuan yang berbeda bagi laki-laki penikmat kehidupan malam, jelas terlihat dari liputan malam edisi ini, laki-laki penikmat malam merasa tergoda dan penasaran
akan
penyajian perempuan pada menu ini. Serta dilain pihak dari segi bisnis, perempuan merupakan makhluk yang menarik dan indah serta sumber untuk menghasilkan uang. Dalam derajat manusia sebagai makhluk Tuhan, perempuan diposisikan sebagai mahluk yang rendah derajatnya disisi makhluk jenis lain (laki-laki). Bahkan teori gender yang diorasikan oleh aktivis perempuan tidak mampu membongkar hal ini, seolah-olah kepasrahan terjadi bagi sosok perempuan dalam segi ekonomi dalam memenuhi kehidupannya. Dan bagi laki-laki, mereka merupakan makhluk yang menyenangkan karena mampu menikmati segala perempuan dari bermacam profesi dalam kehidupan malam hanya dengan satu syarat memiliki uang lebih. Sebab, secara bahasa lantang perempuan yang tergambar dalam rubrik Liputan Malam ini hanya diukur dari nilai uang, bukan dari kecantikan, harga diri, profesi bahkan harkat dan martabatnya. Mungkin, secara gamblang rubrik Liputan Malam ini secara tidak langsung telah menghancurkan citra perempuan sebagai makhluk pendamping dan pelengkap laki-laki dalam tatanan kehidupan sosial. Dan digambarkan pula bahwa perempuan memiliki citra yang
gampangan karena dalam rubrik malam ini diterangkan begitu mudah untuk memperoleh perempuan apapun. b. Citra perempuan dilihat Dari Gender dan Media Siti Musdah Mulia mendefinisikan gender sebagai suatu konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan Perempuan sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat di ubah sesuai perubahan zaman. Artinya, perempuan memiliki peran tanggung jawab tersendiri yang berbeda dengan laki-laki. Terkadang gender diartikan sebagai kesimpangan terhadap jenis kelamin, padahal antara gender dengan seks atau jenis kelamin jelas sangat berbeda. Keduanya memiliki tempat tersendiri dalam kedudukannya. Perempuan yang selalu menjadi objek bagi laki-laki dan dibekukan perannya dalam kehidupan, yakni sebagai ibu rumah tangga, seolah-olah tidak memiliki peran dan kekuasaan didalam kehidupan sosial. Padahal, perempuan juga merupakan mahluk Tuhan yang memiliki fungsi yang sama dengan laki-laki sebagai khalifah. Akan tetapi konsep gender yang selalu diusung oleh aktivis perempuan juga memang salah kaprah, karena konsep gender yang beredar sekarang ini adalah proses pemaksaan kedudukan perempuan yang mesti sama dengan laki-laki. Padahal gender yang dikemukan oleh R.A Kartini dan agama Islam adalah penempatan kedudukan perempuan yang semestinya di kehidupan sosial sesuai dengan kodrat dan fungsinya. Artinya, pengertian atau pemahaman konsep gender yang mesti diserukan adalah adanya
penghormatan terhadap
kedudukan perempuan yang semestinya sesuai dengan kodratnya di kehidupan sosial, baik kesempatan karir di ekonomi ataupun politik. Secara tidak langsung, media memiliki kekuasaan untuk membentuk karakter seseorang. Di mana media mampu menghipnotis semua orang dalam penggambaran karakter. Inilah sebenarnya yang terjadi pada majalah popular, di mana pada rubrik liputan malam, perempuan digambarkan sebagai makhluk penghibur dan alat pemuas laki-laki. sehingga, kedudukan perempuan telah dicitrakan secara sosial oleh majalah ini sebagai makhluk yang rendah dalam kelas sosial. Padahal ini tidak sesuai dengan konsep gender, pencitraan ini harusnya dianggap biasa saja. Sebab, profesi perempuan yang digambarkan oleh majalah popular dalam rubrik liputan malam itu adalah profesi perempuan dalam kehidupan sosial untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Bisa dibanyangkan kalau profesi itu diduduki oleh laki-laki.
Karena laki-laki adalah penikmat “hiburan” bukan
“menghibur”. Ini pun jelas yang terjadi akhir-akhir ini di Negara Indonesia, bahwa terjadi kecaman terhadap para guy dan para lelaki yang berprofesi sebagai penghibur sebab bukan kodratnya makhluk yang bernama laki-laki harus menduduki profesi yang bukan kodratnya dalam hukum sosial.
C. Tabel Analisis Pencitraan Perempuan dalam Rubrik Liputan Malam Majalah Popular edisi Januari-Maret 2008
Judul
No 1
Rubrik
Pencitraan perempuan
Edisi Pembaca
Tim produksi
Gender
Party Semi
Januari
Citra
Citra
Perempuan
Orgy
2008
perempuan
perempuan
digambarkan
disini hanya
disana terlihat
sebagai makhluk
sebagai pemuas
perempuan
yang rendah
nafsu
hanya sebagai
dalam kelas
pelengkap dari
sosial.
party tersebut.
2
15
item Februari
servis
2008
Cungkok
Citra
Citra
yang Citra perempuan
perempuan
terdapat
disini
adalah
tergambarkan
sebagai wanita pelayanan
disini yang
ingin
memuaskan
sebagai pelayan pekerja
keras
untuk
yang
ingin
memberikan
memberikan
kepuasan.
pelayanan yang terbaik.
3
Striptis Bisa Maret
Citra
Citra
Disentuh
perempuan
terbentuk
disini
adalah
tergambarkan
perempuan
sebagai
disana
perempuan
sebagai
yang
penghibur.
2008
gampangan, Rendahan.
yang perempuan digambarkan bahwa sebagai makhluk penghibur
dan
hanya alat pemuas lakilaki.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kehadiran perempuan dalam media massa sampai saat ini masih belum menggembirakan. Hal itu dapat kita lihat ketika banyak dari media massa baik cetak maupun elektronik
masih memposisikan perempuan sebagai objek.
Pencitraan perempuan dalam media massa seharusnya adalah pencerminan dari dunia perempuan bukan malahan menggambarkan kehidupan yang tidak realistis yang berdasarkan mimpi. Mungkin dapat dikatakan media massa adalah cerminan dari refleksi kehidupan perempuan di masyarakat. Jika dalam suatu masyarakat masih melihat perempuan sebagai objek, maka di media pun akan seperti itu. Dalam kehidupan sosial bermasyarakat perempuan masih belum bisa di berikan kepercayaan sebagai pemimpin, belum bisa mengambil keputusan yang didominasi oleh laki-laki. Stereotif yang tergambarkan ketika perempuan berada dan bersaing dalam dunia media, posisi perempuan tetap menjadi orang yang terbelakang. Dalam bahasa Jawanya “Wengking”. Media massa banyak andil dalam menciptakan perubahan sikap dan prilaku yang menentukan status perempuan dalam masyarakat. Dalam hal ini ketika peneliti melakukan penelitian mengenai perempuan di media massa dan mengambil study kasusnya majalah popular,
hal itu terbukti dengan ditemukanya dari hasil penelitian bahwa perempuan di media massa khususnya di majalah popular pada rubrik liputan malam, perempuan hanya sebatas penghibur, pelengkap, dan pemuas nafsu laki-laki. Dalam hal ini peneliti memecahkan permasalahan pencitraan perempuan di media massa ini dengan menggunakan analisis semiotikanya Roland Barthes. Dalam menganalisis makna dalam teks dan gambar Roland menggunakan teori signifikasi dua tahap, adapun tahapan-tahap penelitian nya adalah, denotasi, konotasi, mitos. Mitos itu sendiri terdiri dari ,ahli mitos, pembaca mitos, pemirsa mitos Berdasarkan analisis semiotika Roland Barthes yang dilakukan, maka kesimpulan dari ketiga artikel liputan malam itu adalah : 1. Makna Denotasi a. Analisis Artikel Edisi Januari PARTY SEMI ORGY, Party disini biasanya diartikan sebagai pesta yang dilakukan oleh orang-orang yang sedang memperoleh kebahagiaan. Semi orgi disini dapat dikatakan semi artinya setengah, orgy asal kata dari original yaitu murni. Jika disatukan maka makna dari kata semio orgy adalah setengah dari keaslian. Kemudian disub judul terdapat kata kalimat lepas lajang ala seleb. Lepas lajang disini diartikan meninggalkan dari kesendirian. Seleb asalkata dari selebritis yaitu orang terkenal atau orang penting. b. Analisis Artikel Edisi Februari 15 ITEM BARU SERVIS CUNGKOK, 15 di sini menandakan jumlah sedangkan kata item memiliki makna cara atau poin-poin.
Servis disini memiliki makna pelayanan sedangkan cungkok adalah perempuan asal Cina.
c. Analisis Artikel Edisi Maret STRIPTIS BISA DISENTUH,
kata striptis adalah penari
panggung perempuan yang seksi, kemudian bisa disini dapat diartikan sebagai orang yang mampu melakukan sesuatu maksud sehingga maksud tersebut bisa dicapainya. Sedangkan disentuh disini dapat diartikan seseorang yang saling bersinggungan. 2. Konotasi a. Analisis Artikel Edisi Januari Dalam penulisan judul ini terlihat semua judul diketik dengan menggunakan huruf besar semuanya. Seakan ada penegasan disana. Bahwa sebelum menikah para selebriti harus mengadakan upacara lepas lajang. Upacara ini dimaksud untuk memperingati bahwa seseorang atau yang punya acaranya itu akan menikah dan mengakhiri masa kesendirianya. b. Analisis Artikel Edisi Februari 15 ITEM BARU SERVIS CUNGKOK, 15 disini menandakan jumlah sedangkan kata item memiliki makna cara atau poin-poin. Servis disini memiliki makna pelayanan sedangkan cungkok adalah perempuan asal Cina. Dalam judul dapat dimaknai bahwa cungkok tersebut akan memberikan servis dengan gaya baru sebanyak lima belas pelayanan terhadap para pelanggan di sebuah club.
c.
Analisis Artikel Edisi Maret STRIPTIS BISA DISENTUH, judul ini seakan memberikan informasi kepada orang lain bahwa dalam club ini para penari panggung itu bisa disentuh. Penegasan itu terlihat dari judul yang menggunakan huruf besar semua dan permainan warna yang cukup memiliki arti yang sangat berarti bagi pembuat artikel. Dalam club ini banyak terdapat orang-orang yang ingin menjajakan cintanya terhadap para striptis.
3. Mitos a. Pembuat Mitos Analisis Artikel Edisi Januari “Party Semi Orgi’ Pada rubrik liputan Malam Majalah Popular edisi januari ini, yang merupakan gambaran tentang upacara yang dilakukan oleh orang yang ingin melepas masa lajangnya. Khususnya di kalangan para eksekutif muda. Analisis Artikel Edisi Februari Pesan yang ingin disampaikan dalam “Striptis Bisa disentuh” adalah gaya kehidupan malam yang memberikan kepuasan berbeda yang ditampilkan oleh Perempuan Striptis terhadap penikmat kehidupan malam. Analisis Artikel Edisi Maret Club yang menampilkan “Striptis bisa disentuh” ini merupakan club yang menampilkan menu berbeda untuk para lelaki penikmat kehidupan malam. Mereka (club malam) ingin menyajikan menu
dimana para laki-laki mendapatkan kepuasan tersendiri yang mampu memacu adrenalin sebelum mereka ( lelaki malam ) bermain puncak (ML) dengan perempuan pilihannya. b. Ahli Mitos Analisis Artikel Edisi Januari Tujuan dari artikel pada majalah popular edisi Januari ini adalah gambaran dimana pada kelas-kelas sosial tertentu di Jakarta khususnya bagi para lelaki dalam melepaskan masa lajangnya mereka akan membuat pesta dengan mengundang para kerabatnya dan membooking beberapa perempuan cantik dalam hal ini pelacur. Analisis artikel Edisi Februari Bentuk suatu pesan itu disebarkan kepada penjaja kehidupan malam sebagai cara atau metode daya saing suatu club malam dengan club malam lainnya. Dengan menumbuhkan rasa penasaran bagi penjaja kehidupan malam dan penawaran atau servis yang dilakukan oleh cungkok dari tirai bambu, memberikan hal yang beda bagi penikmat kehidupan malam. Analisis Artikel Edisi Maret Club yang menampilkan “Striptis bisa disentuh” ini merupakan club yang menampilkan menu berbeda untuk para lelaki penikmat kehidupan malam. Mereka (club malam) ingin menyajikan menu dimana para laki-laki mendapatkan kepuasan tersendiri yang mampu memacu adrenalin sebelum mereka (lelaki malam) bermain puncak (ML) dengan perempuan pilihanya.
Dalam gaya Striptis ini, pera perempuan penghibur malam akan menari dan menghampiri para penikmat malam, dan disitulah menu ingin disajikan dimana ketika perempuan itu duduk atau berada di lakilaki malam, para lelaki malam itu diperbolehkan untuk menyentuh bagian tubuh manapun terhadap perempuan Striptis tersebut sehingga keaslian muncul bagi penikmat kehidupan malam. c. Pemirsa Mitos Artikel Edisi Januari Artikel ini termasuk cerita yang brbentuk narasi, dimana reporter penulis berita menuangkan liputannya secara mengalir layaknya cerita. Secara moral artikel ini tidak layak untuk dikonsumsi, karena ketika pembaca membaca artikel ini akan tergambarkan suatu imaginasi dari transpormasi bahasa tulisan. Asrtikel ini bagus untuk dijadikan sebagi hiburan para eksekutif muda atau orang-orang yang ingin mencari hiburan. Karena dari cerita yang digambarkanya bisa menghilangkan kepenatan dan menghilangkan kelelahan dari kesibukan yang telah dilakukan seharian. Disisi lain secara pengalaman berita ini tidak lepas dari fungsi media tersebut yakni, informasi, dimana pembaca akan mendapatkan informasi, pengalaman dan pembelajaran. Bahwa hal yang tertuang dalam teks ini adalah contoh dari prilaku kehidupan malam orangorang yang hedonisme. Dalam sisi keagamaan pola kehidupan ini bertolak belakang dengan ajaran agama Islam.
Artikel Edisi februari
Rubrik liputan malam ini dengan tema 15 item baru servis cungkok membuat penasaran bagi para pembaca dalam hal ini khususnya pria. Gaya seperti apa yang akan diberikan pelayanan oleh cungkok tersebut. Dalam liputan ini memberikan sedikit informasi bahwa dalam setiap pemberitaannya jika dilihat lebih jauh banyak para lelaki yang telah beristri atau masih berpacaran seakan tidak puas dengan apa yang dimilikinya maka mereka mencari kepuasan di luar. Tanpa melihat resiko apa yang terjadi. Analisis Artikel Maret Dalam penyajian judul, bentuk liputan malam ini sudah memberikan kevulgaran yang jelas “ Striptis boleh di sentuh” sehingga pembaca seolah-olah menyalurkan terlebih dahulu (hipotesa) terhadap isi berita tersebut. Walaupun ada yang penasaran dalam bahasa persuasive tersebut. Missal, liputan malam ini jelas benar menggunakan bagai mana begitu mudahnya kepuasan seorang lelaki di dalam kehidupan glamornya. Dengan objek penyajian perempuan. Para lelaki penikmat malam mampu menikmati perempuan yang beraneka kelas, bahkan perempuan yang mereka idamkan sekalian hanya bermodal dari sekian lembar duit mampu menidurinya. Seperti liputan malam yang dituangkan oleh Reno. Lain sisi, pada berita ini ada gambaran yang unik. Dimana perempuan dari kelas model sampai yang biasa aja dapat terukur
dengan uang. Akhirnya kekuasaan lelaki semakin lengkap ketika mereka memiliki uang. Berita liputan malam ini juga memberikan hal yang jelas, bahwa kebebasan yang ada di negara Indonesia terhadap dunia Glamor dan kehidupan malam. Sehingga
dapat
disimpulkan
majalah
popular
dalam
menggambarkan perempuan sangat hati-hati. Terlihat dari
bentuk
artikel dari majalah tersebut membiaskan perempuan dalam sebuah teks. Sehingga citra yang terbentuk adalah perempuan hanya sebagai penghibur.
B. Saran Berdasarkan dari hasil analisis teorinya Roland Pada perempuan di media massa :analisis semiotika terhadap citra perempuan di majalah popular pada rubrik liputan malam, maka penulis menyarankan : 1. Majalah popular sebagai media massa yang di khususkan sebagai majalah pria dewasa, dengan jargon yang dipakai majalah entertainment for men. Yang pada umumnya target pembaca berumur diantara 25-40 tahun. Dengan gaya hidup di kalangan hedonis yang ditampilkan, seharusnya majalah popular tidak saja memberitakan perempuan dengan kehidupan yang tidak realistis, melainkan dengan dunia keaktifitasan perempuan. 2. Kepada para Aktivis perempuan ada baiknya memberikan penyadaran kepada perempuan agar tidak larut dalam proses pemaparan stereotif yang merugikan perempuan.
3. Kepada para mahasiswa agar lebih kritis lagi dalam menanggapi isu-isu di seputar dunia perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
Adlin, Alfathri, Resistensi Gaya Hidup Teori dan Realita, Jakarta: Jala Sutra 2006 Amir, Yasraf, pilang DKK, Wanita dan Media Konstruksi Ideologi gender dalam Ruang Publik Orde Baru, Bandung: Rosda Karya, 1999 ______________, Hipersemiotika :Tafsir Cultural Atas Matinya Makna, Jala Sutra: Bandung, 2003 Assegaf, Dja’far H., Jurnalistik Masa Kini, (Pengantar ke Praktek Kewartawanan), Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983. Barker, Chris, Cultural Studies Teori dan Praktik, Mizan Yogyakarta: Media Utama, 2005 Bungin, Burhan, konstruksi social Tekhnologi telematika & perayaan Seks di Media Massa Bogor : Kencana, 2003 ______________, Pornomedia Konstruksi Sosial Teknologi Telematika &Perayaan Seks Di Media Massa, Jakarta: Kencana, 2003 ______________, Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, Dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana, 2007 Djunaedi, Kurniawan , Rahasia Dapur Majalah Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1993 Efendi, Onong Oshajana, Kamus Besar Komunikasi , Mandar Maju, Bandung, 1989. Ensiklopedia Indonesia, Edisi -6,PT Ichtiar Baru- Van Hoeve, Jakarta, 1990. Fakih, Mansur, Analisis Gender dan Transformasi Sosial Yogjakarta: Pustaka Pelajar,:1999 Jefkins, Frank, Periklanan, Erlangga, alih bahasa : haris Munandar, Jakarta,1997.
Kasian, Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan, Yogjakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2008 Kridalaksana Harimurti, Leksikon Komunikasi, Pt Prodny Paramitha, Jakarta, 1989. Kridalaksana, Harimurti, leksikan komunikasi paradya paramitha Jakarta Kurniawan Djunaedi, Ensiklopedia Pers Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991. Kurniawan Junaedhi, EnsiklopediaPers Pustaka Utama, Jakarta, h.154-155.
Indonesia,PT.Gramedia
Kusuma, Okke Sumantri Zaimar, Meretas Bahasa Semiotika Dan Budaya Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2001 Moeliono, Anton M, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1989 Moeliono, Anton M., Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, Jakarta 2005. h.1092 Muniarti, A. Ninuk P, Getar Gender Indonesiatera, Magelang: 2004 Murti, Hari Kridalaksana , Leksikon Komunikasi, Jakarta : Pradnya Paramitha, 1984 Musdah, Siti Mulia, Keadilan & Kesetaraan Gender, Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Gender, 2003 Natsir, Muhammad setiawan, Menakar Panji koming : Tafsiran Komik Karya Dwi Koendoro Pada Masa Reformasi, Jakarta : Kompas, 1998 Prio M, Ekploitasi Gender di Ranah Jurnalisme dan hiburan dalam buku Ashadi Siregar: Media dan gender, Yogyakarta: LP#Y, 1999 Rakhmad,Jalaludin, Psikologi Komuniaksi, Bandung : PT remaja Rosda Karya, 2005 Saepula, Asep Muhtadi, Jurnalistik pendekatan Teori dan Praktek Ciputat: Logos, , 1999 Salam,Syamsir dkk, Metodologi penelitian Sosial, Jakarta: UIN Press, 2006
Santosa, Puji, Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra, Bandung: Angkasa, 1931 Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Praktis menulis Berita , CV. Mini Jaya Abadi, Jakarta, 1996. Selvilla, Consuelo G, Pengantar Metode Penelitian, UIP, Jakarta :1998 Sindhunata, Dilema Usaha Manusia Rasional : Kritik Masyarakat Modern oleh Max Horkheimer dalam rangka sekolah Frankfurk, PT. Gramedia: Jakarta. 1982 Sobur, Alex, Analisis teks media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotika, dan analisi Fragming, Rosda,Bandung : 2004 ______________, Semiotika Komunikasi, Bandung : Rosdakarya, 2006 Subandi , Idi Ibrahim, sirnanya komunikasi empati”krisis budaya dan masyarakat kontemporer pustaka Bani Quraisi ,Bandung : 2004 Subandi, Idi Ibrahim, Sirnanya Komunikasi Empati Krisis Budaya Komunikasi Dalam Masyarakat Kontemporer, Bandung: Pustaka Bani quraisy, 2004 Sudiana, Dendi, Komunikasi Periklanan Cetak , Remaja Karya , Bandung , 1986. T, Christomy dkk (ed), Semiotika Budaya, Depok : Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2004 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi K3 Balai Pustaka Jakarta. Tjiptono, Fandy, Strategi Pemasaran edisi 11, Penerbit Andi, Yogyakarta,1997, h.243-244 Uchana, Onong Efendi, Kamus Komunikasi, Bandung: Maju, 1989
Mandar
Wibisono, Cristianto, Pengetahuan Dasar Jurnalistik, perpustakaan Nasional : katalog Dalam Terbitan (KDT), Jakarta, 1991.
William L. Rivers, Magazine Editing In The ‘80s : Text and Exercises, wadsworth Publishing Company Belmont, Calofornia, Amerika , 1983.
Daftar Wawancara Nama Responden
: Buyung Pramusyie
Jabatan
: Redaktur Pelaksana
Tanggal wawancara
: 8 Juli 2008
Tempat
: Majalah Popular, Taman patra Residental VI No. 25 Jakarta Selatan 12870
1. Apa Ciri Khas Majalah popular ? Jawab : “ Majalah Laki-laki Ciri khasnya terletak pada ciri produc jurnalistiknya. Misalnya liputan malam, liputan khusus, yang lainya gak ad acumen yang ada acara semacam yang sudah pernah diberitakan. Kalau di Popular ada produc yang liputannya tanpa memberitahu identitas wartawannya. System liputannya berupa investigasi. Produc jurnalistiknya kuat. Banyakl investigasinya, banyak keributannya, majalah laki-laki lain jumlah prosentasi gambar perempuannya kecil. Dari 150 halaman jatuhnya cumen 11% itu semunya merupakan salling point lainnya otomotif, Travlin, wawancara, tidak saja wanita, ada tokohtokoh” 2. Siapa Target Dari Pemasaran Majalah Popular? Jawab : Pada umumnya target majalah popular yaitu sekitar umur antara 25-40 tahun keatas, itu dikarenakan jargon yang kami pakai yaitu, majalah entertainment for men. Kenapa lebih ditargetkan kepada pria yaitu tadi, bisa dilihat karena masalah lelaki ada segmen yaitu gaya hidup, kedua menyangkut hiburan dan perempuan, namun majalh popular lebih cendrung kepada yang kedua, yaitu perempuan dan hiburan. 3. Apa Tujuan Dari Dibuatnya Rubruk Liputan Malam? Majalah popular merupakan produk jurnalistik, dibandingkan majalah tren pria pada umumnya majalah popular lebih mengedepankan rubrik, seperti liputan malam, liputan khusus, highlight, Sexse, karena semua itu dilakukan
dengan
melakukan
wawancara
investigasi.
Popular
mereportase dirubrik ini dengan tidak dipengaruhi undang-undang per
situ sendiri, dengan tidak menyebutkan nama, tempat karena dapat mengganggu kenyamanan seseorang. 4. Apa Yang Membedakan Majalah Popular Dengan Majalah Lain ? majalah popular tidak saja menampilkan wanita-wanita cantik, tetapi pada umumnya majalah popular memberitakan wanita-wanita dan tokohtokoh yang sudah mapan dalam bidangnya. Yang tidak dipunyai oleh majalah tren pria lainya. 5. Kriteria Perempuan Seperti Apa Yang Ditonjolkan Oleh Majalah Popular? Perempuan yang cantik, mapan, dan memiliki criteria-kriteria yang ditentukan, misalnya dalam proses foto cover/isi majalah seorang perempuan diminta untuk berpose dengan pakaian renang (Swimsuit) mereka harus menggunakan pakaian renang. 6. Bisa Diceritakan Mengenai Rubrik Liputan Malam ? Liputan malam adalah salah satu rubrik yang menjadi liputan utama karena merupakan cirri popular sejak lama, mungkin ditempat lain tidak ada kalau pun ada tidak konsisten. 7. Bagaimana Proses Pencarian Beritanya? Pertama tentunya kita mencari informasi dari berbagai sumber. Kemudian kita mendatangi tempat yang sedang melakukan cara party tersebut. Biasanya party-party seperti ini bentuknya private party. Jarang diketahui orang. Makanya terlalu berbahaya untuk kita. 8. Apa Tujuan Diadakanya Rubrik Liputan Malam ? Kita hanya sekedar menginformasikan kalau ada tempat yang bisa untuk dibuat senang-senang. Setelah itu tidak ada. 9. Adakah keterkaitan antara gambar dan tulisannya ? Tidak ada, itu hanya sebagai ilustrasi saja. Agar tulisan tersebut tampak menarik. 10. Bagaimana pendapat mas Buyung dengan sosok perempuan yang ada di majalah popular ? Saya memandangnya sebagai sosok perempuan pekerja yang bergerak di bidang hiburan dalam bentuk model, entertain, penyanyi.
11. Bagaimana Citra Perempuan di Majalah Popular ? Citra perempuan yang ada di majalah popular yaitu, perempuan sebagai penghibur yang bergerak di bidang hiburan. 12. Adakah Hambatan dalam Peliputannya Banyak,kita harus hati-hati dalam melakukan investigasinya. Kalau tidak gitu ya resikonya besar, karena acara-acara tersebutkan jarang diketahui orang.
Buyung Pramusyie Redaktur Pelaksana Majalah Popular