PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
ANALISIS RISIKO SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DALAM MEMBANGUN KETANGGUHAN PERUSAHAAN DENGAN METODE FAILURE MODE EFFECT AND ANALYSIS (FMEA) Syarifuddin M. Parenrengi, Akbar Taufan Mallarangeng & Inaz Zahra Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea – Makassar, 90245 Telp/Fax: (0411) 588400 E-mail :
[email protected];
[email protected]
Abstrak Persaingan bisnis global menuntut perusahaan melakukan inovasi dan perbaikan secara berlanjutan guna merebut atau mempertahanahan pasar. Inovasi dan perbaikan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan secara internal dan eksternal perusahaan. Dengan inovasi, sesungguhnya perusahaan sedang mempersiapkan keberlanjutan (sustainibilititas) roda bisnisnya. Ketidakpastian bisnis melahirkan kesadaran baru tentang pentingnya unsur risiko dalam setiap pengambilan keputusan. Risiko tidak bisa dihindari namun risiko dapat diperlakukan dengan baik sehingga meminimasi tingkat kerugian bila hal itu terjadi. Mempertimbangkan risiko sesungguhnya membangun ketangguhan internal perusahaan. Supply Chain Management (SCM) sebagai satu bidang keilmuan yang sedang mengalami perkembangan belakang ini tidak luput dari strategi dan inovasi untuk melakukan perbaikan secara menyeluruh. Praktisi dan akademisi melakukan pendekatan risiko terhadap aktivitas supply chain. Konsep inilah yang disebut Supply Chain Risk Management (SCRM), yang merupakan upaya untuk melihat risiko dari perspektif Supply Chain Management. Analsis risiko supply chain management merupakan upaya untuk membangun ketangguhan perusahaan. Penelitian ini memberikan gambaran terhadap pengelolaan risiko supply chain yang ada dalam suatu perusahaan. Tujuannya adalah membangun ketangguhan perusahaan sehingga mampu bertahan dan melanjutkan upaya pencapain keuntungan secara berkelanjutan. Salah satu metode untuk mengukur risiko dalam sebuah Supply Chain Management adalah dengan menggunakan Failure Mode Effect And Analysis (FMEA) yang mampu melihat risiko dari tiga perspektif yaitu kejadian, frekuensi dan dampak kejadian. Kata Kunci: Risiko, Supply chain management, FMEA
PENDAHULUAN Perkembangan bisnis dewasa ini yang menuntut persaingan antar perusahaan memerlukan perhitungan yang matang dalam setiap pengambilan keputusan. Keputusan tersebut haruslah berkontribusi terhadap keberlanjutan perusahaan itu sendiri. Para praktisi dan akademisi kemudian mencari pendekatan-pendekatan yang mampu menggabungkan berbagai kepentingan tersebut dalam satu kerangka kerja yang memberi keuntungan bagi perusahaan. Salah satu pendekatan yang dilakukan dalam upaya melakukan kolaborasi secara menyeluruh dalam sebuah bisnis biasa di sebut sebagai supply chain manajemen. Pendekatan-pendekatan lain juga bermunculan sebagai bagian dari upaya pebaikan berkelanjutan. Serangan gedung WTC di Amerika pada 11 september 2001 menjadi salah satu kontribotur pentingnya memasukkan parameter lain yang harus dipertimbangan dalam melakukan aktivitas supply chain. Pertimbangan itu adalah pertimbangan risiko dalam supply chain yang diharapkan mampu memberi kontribusi terhadap kerugian yang mungkin timbul dalam setiap mata rantai yang ada dalam pelaksanaan supply chain dalam perusahaan. Parameter tesebut disebut dengan Supply Chain Risk Manajemen (SCRM). Dengan penggabungan supply chain manajemen dan risk manajemen ini, maka diharapkan tantangan bisnis masa depan yang dalam hal mengatur dan mengurangi resiko yang dapat timbul dalam supply chain dapat di reduksi, sehingga diharapkan dapat menghasilkan supply chain yang tangguh pada setiap perusahaan.
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Mesin TM14 - 1
ISBN : 978-979-127255-0-6
Analisis Risiko Supply Chain… Arsitektur Elektro
Geologi
Syarifuddin M. Parenrengi, Akbar Taufan M. & Inaz Zahra Mesin Perkapalan Sipil
Dari uraian tersebut diatas, maka akan timbul permasalahan yang akan dihadapi oleh para top manajemen dalam menangani supply chain risk , yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Bagaimana mengindentifikasi supply chain risk yang mungkin timbul dalam suatu aktivitas bisnis dalam perusahaan Bagaimana mengkuantifikasi resiko yang ada dalam satu supply chain Bagaimana mereduksi supply chain risk yang ada Manfaat apa yang diperoleh dengan melakukan antisipasi terhadap supply chain risk
Permasalahan ini akan mengarahkan pada suatu kebijakan ataupun strategi yang akan diambil dalam menentukan meminimunkan resiko yang dapat terjadi dalam suatu supply chain. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. 2. 3. 4.
Mengindentifikasi resiko yang timbul dalam supply chain Menghitung pengaruh yang diakibatkan dalam supply chain akibat timbulnya suatu resiko Mengatur resiko sehingga memberikan dampak terkecil Mengurangi resiko yang timbul dalam suatu supply chain
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat terhadap: 1. 2. 3. 4.
Memberikan arah dan kebijakan jangka panjang para pengambil kebijakan dalam perusahaan terhadap kemungkinan munculnya resiko dalam supply chain Memberikan nilai tambah bagi perusahaan dengan adanya penilian dan identifikasi pada resiko yang ada. Memberikan jawaban terhadap strategi yang mengandung resiko dan ketidakpastian. Memberikan pemahaman atas biaya yang timbul pada manajemen resiko dalam supply chain.
TINJAUAN PUSTAKA Managemen Risiko Risiko adalah probabilitas suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian ketika kejadian itu terjadi selama periode tertentu (Frosdick, 1997). Pengaruhnya dapat diukur dengan mengalikan frekuensi kejadian dan dampak dari kejadian tersebut (Mills, 2001). Risiko selalu dikaitkan dengan ketidakpastian, namun risiko tidak selalu sama dengan ketidakpastian. Spekman dan Davis (2004) memberikan perbedaan antara risiko dan ketidakpastian, dimana risiko diartikan sebagai probabilitas kerugian dari suatu kejadian, sedangkan ketidakpastian dinyatakan sebagai exogenous disturbance. Mereka juga memberikan contoh perbedaan yang jelas antara keduanya dibidang kesehatan, dimana risiko adalah kematian akibat adanya penyakit, sedangkan ketidakpastian adalah pengobatan yang diberikan dan merupakan seni dari probabilitas. Risiko dapat timbul dari setiap kejadian, tetapi dapat dikelola berdasarkan kebutuhan organisasi. Pendekatan untuk mengelola risiko disebut manajemen risiko. Menurut The British Government Centre for Information System, manajemen risiko (risk management) merujuk pada perencanaan, monitoring, dan pengontrolan kegiatan yang didasarkan pada informasi yang dihasilkan oleh aktivitas analisis risiko (Frosdick, 1997). Secara umum manajemen risiko digunakan untuk menghindari, mengurangi, mentransfer, membagi atau menerima risiko tersebut. Pada dasarnya manajemen risiko bukanlah konsep yang baru. Secara tradisional telah dikembangkan oleh praktisi, tetapi penilaian dan informasinya berdasarkan pada pengalaman. Pendekatan sistematis dibuat kemudian agar risiko menjadi jelas, digambarkan secara formal dan membuatnya mudah untuk diatur. Pendekatan ini menjadikan manajemen risiko menjadi alat manajemen yang membutuhkan pengalaman praktik dan pelatihan untuk menggunakannya (Mills, A., 2001). Framework manajemen risiko berbeda antara satu negara dengan yang lain, seperti di Kanada digunakan CAN/CSA-Q850, di Australia digunakan AS/NZ5 ; 4360, di Jepang digunakan JSI Q, dan The British Standard yang dikeluarkan pada the 2002,( Shortreed, et al., 2003).
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Mesin TM14 - 2
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Supply Chain Management & Supply Chain Risk Management Supply chain management merupakan upaya untuk mengatur dan mengelola tahapan-tahapan yang terdapat dalam supply chain sehingga menghasikan keuntungan maksimal. Tahapan-tahapan tersebut meliputi; konsumen, retail, wholesaler/distributor, manufaktur, dan suplier komponen bahan mentah. Beberapa pengertian yang diberikan oleh banyak pakar, diantaranya adalah: Supply chain management adalah sebuah fungsi bisnis tradisional yang sistematis , koordinatif strategis dan praktis diantara fungsi bisnis pada sebuah perusahaan tertentu dalam supply chain, untuk tujuan memperbaiki kinerja jangka panjang dari individu perusahan dan supply chain secara keseluruhan. Cooper (1997) memberikan pengertian bahwa supply chain management adalah sebuah konsepsi filosofis integratif untuk mengatur aliran sebuah saluran/ channel dari pemasok bahan mentah yang paling awal sampai pada pengguna terakhir dan setelahnya termasuk proses pembuangannya (Sinha, et al., 2004). Supply chain management sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan antara komponen satu dengan komponen lainnya memiliki variasi yang acak yang dapat berpengaruh terhadap kinerja dari sebuah mata rantai. Risiko supply chain dapat timbul berupa penjadwalan, teknologi, atau pun ketidakpastian biaya. Tujuan analisis risiko dalam supply chain adalah mengembangkan sebuah struktur yang dapat mendefinisikan, mengindentifikasi, menilai dan mengurangi risiko supply chain (Sinha et al., 2004). Pada awal perkembangannya, supply chain management selalu dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu bagaimana mengurangi biaya, menghemat waktu dan meningkatkan kualitas. Konsep tersebut merupakan konsep tradisional yang telah mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik dengan masuknya 3 unsur tambahan yaitu leanness, responsiveness, dan agility. Namun demikian konsep tersebut terus berkembang dengan memasukkan unsur risiko sebagai salah satu pertimbangan dalam keputusan bisnis supply chain. Pendekatan risiko dalam supply chain management ini disebut Supply Chain Risk Management (SCRM). Kondisi tersebut digambarkan Norrman & Jansson (2004), seperti pada Gambar 1 :
Gambar 1. Konsentrasi Logistik dan SCM (Sumber : Norrman & Jansson, 2004)
Secara umum risiko supply chain cenderung dapat dikelola secara terpisah berdasarkan type persepsi risiko yang ada yaitu (Bailey dan Thomas, 2004):
Keamanan – fokus pada kasus pencurian Proteksi kebakaran – fokus pada standar pemadaman api Tenaga kerja – fokus pada SDM Teknologi informasi - fokus pada kebutuhan komputer Keselamatan – fokus pada pemenuhan perundang-undangan yang berlaku. Asuransi – fokus pada pemenuhan kebutuhan asuransi
Persepsi tersebut dapat berbeda–beda berdasarkan berdasarkan sudut pandang masing-masing penulis, sehingga dari beberapa literatur diperoleh pandangan yang berbeda.
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Mesin TM14 - 3
ISBN : 978-979-127255-0-6
Analisis Risiko Supply Chain… Arsitektur Elektro
Geologi
Syarifuddin M. Parenrengi, Akbar Taufan M. & Inaz Zahra Mesin Perkapalan Sipil
Christopher dan Peck (2003) memberikan kategori risiko dalam supply chain menjadi tiga kategori utama dan membaginya menjadi sub kategori sehingga diperoleh lima kategori, yaitu : Risiko internal perusahaan : Risiko proses dan risiko kontrol Risiko external supply chain : Risiko demand dan Risiko supply Risiko external perusahaan : Risiko lingkungan Kategori tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar 2 berikut :
Supply Risk
Process Risk
Demand Risk
Control Risk
Environmental Risk
Gambar 2. Kategori risiko supply chain (Sumber : Christopher et al., 2003)
Penggabungan supply chain management dan risk management telah menjadi wilayah penelitian baru bagi akademisi dan menarik perhatian bagi para praktisi. Supply chain risk management merupakan irisan antara supply chain management dan risk management. Irisan ini memberikan framework supply chain risk management (Parenreng et al., 2005). Beberapa penelitian telah dilakukan oleh akademisi dan praktisi dalam bidang SCRM, diantaranya model Supply chain risk management (Sorensen dan Larsen, 2005), proses penilaian risiko dalam supply chain, praktek manajemen risiko dalam supply chain, dan faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi manajerial terhadap risiko supply chain (Giunipero dan Eltantawy 2004). Pada perkembangan terakhir, SCRM terus meningkat dalam berbagai bidang dengan fokus yang bervariasi, yaitu pada proses pembelian barang, logistik, risiko pada proses tansportasi ( Giaglis, et al., 2004), metodologi dalam mengurangi risiko pada suplier (Sinha, et al., 2004), risiko sistem informasi (Finch, 2004 ), risiko outsourcing (Lonsdale, 1999), risiko supply chain pada perusahaan manufaktur (Sorensen dan Larsen, 2005), model risiko supply chain untuk bencana alam (Hale dan Moberg, 2005), pengembangan softwere untuk risiko supply chain (Norrman dan Jansson, 2004), dan model aplikasi risiko supply chain untuk beberapa kasus, (Sheffi, et al., 2003 ; Deleris, et al., 2004), serta strategi – strategi yang dilakukan dalam menangani risiko supply chain (Pochard, 2003 ; Zsidisin, et al., 2003). Management Risiko dan FMEA dalam Supply Chain Perusahaan Mengelola risiko dalam supply chain dapat dilakukan dengan banyak metode salah satunya adalah dengan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yang dianggap cukup representatif dalam melakukan penilaian terhadap risiko dalam supply chain. Selain itu metode ini juga dianggap oleh para praktisi dan akademisi sebagai metode yang paling sesuai untuk menilai risiko yang timbul dalam suatu proses supply chain (Christopher et al., 2003). Perusahaan pertambangan dengan departemen SCM di dalamnya memiliki visi dan misi departemen. Visi dan misi tersebut dibagi berdasarkan sub departemen seperti pada Gambar 3 berikut : Gambar 3 Overview Model Departemen SCM Perusahaan Proses pengumpulan data dan analisa risiko dengan menggunakan FMEA digambarkan sebagai berikut :
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Mesin TM14 - 4
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Map & review supply chain processes
Braintorming faliure mode & carry out cause and effect analysis to determine the cause/s of each failure List the potential effects of each failure
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Draw an action plan to minimise failure by prioritising corrective actions based on RPN ratings
Assess the cost of risk reduction for each risk identified and estimate the expected RPN
Assign severity, occurance, & detection rating Prioritise risk and calculate total process risk (sum of all RPNs)
Calculate the expected costbenefit i.e. (current RPN – expected RPN)/ cost, and prioritise for action
Gambar 3. Proses pengumpulan dan analisa data FMEA (Sumber : Christopher at al., 2003)
Identifikasi potensi agen risiko dilakukan dengan membuat peta aliran proses yang terjadi pada departemen SCM . Potensi agen risiko diperoleh dengan menyebarkan kuisioner, brainstorming dan interview. Kuisioner pada dasarnya memberikan pertanyaan dalam bentuk “Triple Definition” sebagai berikut (Brindley, 2004): What can go wrong ? Probabability (C/O/R); (C=Common, O=Occasional, R=Rare) Consequences Proses ini menghasilkan daftar potensi agen risiko yang mungkin terjadi dalam aktivitas perusahaan. Potensi agen risiko pada sisi departemen SCM ditindaklanjuti dengan membaginya ke dalam wilayah kerja masingmasing dan menghasilkan agen risiko. Agen risiko berpotensi menyebabkan timbulnya kejadian risiko yang memiliki efek dampak dari kejadian tersebut. Agen-agen risiko yang ada kemudian dikategorikan menjadi kejadian-kejadian risiko. Kejadian risiko inilah yang kemudian diberi penilaian dengan melihat dampak kejadian (Severity-S), frekuensi kejadian (Occurance-O), dan deteksi terhadap kejadian (Detection- D).
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Mesin TM14 - 5
ISBN : 978-979-127255-0-6
Analisis Risiko Supply Chain… Arsitektur Elektro
Geologi
Syarifuddin M. Parenrengi, Akbar Taufan M. & Inaz Zahra Mesin Perkapalan Sipil
Penilaian terhadap kejadian risiko tersebut dilakukan dengan focus group yang melibatkan orang yang sama seperti pada proses penentuan penyebab dan efek kejadian risiko. Perkalian antara S-O-D berdasarkan nilai konsensus dari peserta fokus grup menghasilkan RPN (risk priority number) yang kemudian dipetakan untuk menentukan stategi dalam menangani risiko yang timbul dalam sebuah supply chain perusahaan tambang. Berdasarkan proses pengelolaan seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka diperoleh 3 perlakuan risiko yang tertulis, dan satu lagi tidak tertulis secara detail yaitu perlakuan terhadap risiko yang sifatnya menerima risiko yang ada. Secara singkat keempat perlakuan risiko tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Mitigate risk ; Merupakan perlakuan risiko dimana risiko akan dikurangi dampak maupun frekuensi kejadiaannya, sehingga kontribusi akibat risiko tersebut tidak lagi signifikan. 2) Transfer risk ; Merupakan perlakuan risiko dimana risiko dialihkan kepada pihak lain, sehingga risiko yang timbul tidak lagi menjadi tanggung jawab departemen, tetapi menjadi tanggung jawab pihak lain tersebut. 3) Avoid risk ; Merupakan risiko yang tidak bisa diterima dan semaksimal mungkin harus dihindari. Kegagalan dalam menghadapi jenis risiko ini akan sangat berkonsekuensi terhadap risiko yang sangat besar. 4) Retain risk ; Adalah risiko yang diterima, ketika proses-proses perlakuan risiko telah dilakukan. Tentu risiko ini merupakan risiko yang sangat minim baik dari tingkat frekuensi kejadian maupun dampak kejadiannaya, sebab telah mengalami perlakuan risiko semaksimal mungkin. Pengembangan strategi dalam melakukan perbaikan dalam banyak aspek bisnis selalu berkembang dari waktu ke waktu. Banyak teori telah diusulkan untuk memberi pendekatan yang dianggap paling baik untuk dapat memberikan solusi terbaik dari upaya perbaikan proses bisnis ini, termasuk dalam bidang supply chain risk management. Salah satu pendekatan yang mampu memberikan solusi menyeluruh terhadap persolan tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan “Business Continuity Management” (BCM) atau biasa juga disebut “Business Continuity Planning” (BCP) yaitu pendekatan yang mengembangkan strategi, perencanaan dan tindakan dengan memberikan jaminan perlindungan atau alternatif operasi untuk semua aktivitas atau proses bisnis jika operasi atau aktivitas tersebut mengalami gangguan, atau berpotensi menghasilkan kerusakan yang serius atau kerugian yang besar terhadap suatu perusahaan. Cakupan konsep BCM ini dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 4 sebagai berikut: Scope of Business Continuity Management Crisis Management Overall processes to manage the incident
Disaster Recovery
Business Recovery
Contigency Planning
Recovery of Critical Systems, applications, data and networks
Recovery of Critical Business processes
Recovery from impact external to the organization
Gambar 4. Cakupan Business Continuity Management (Sumber : Brindley, 2004)
METODOLOGI PENELITIAN Langkah awal yang dilakukan setelah tujuan dan objek penelitian ditentukan adalah mengembangkan framework sebagai acuan penelitian. Pengembangan framework didasarkan atas studi literatur dan studi lapangan yang dilakukan. Beberapa hal yang mendapat perhatian dari studi literatur ini adalah : a. b. c. d.
Risiko dan manajemen risiko Supply chain management Supply chain risk management Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Mesin TM14 - 6
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Framework yang digunakan dapat ditunjukkan pada Gambar 5 di bawah ini: Objektif Departemen SCM Perusahaan XXX
Procurement
Warehouse
Risiko Supply Chain
Risiko Internal
Mengelola Risiko
Gambar 5. Framework mengelola risiko supply chain pada PT. XXX
Berdasarkan Gambar 5 di atas, maka langkah selanjutnya adalah mengetahui obyektif perusahaan dan obyektif departemen supply chain management. Obyektif ini akan dibandingkan dengan data risiko internal yang diperoleh pada proses pengumpulan data. Data risiko yang bertentangan dengan obyektif akan mendapat perhatian untuk dilakukan perlakuan terhadap risiko tersebut. Data risiko yang diperoleh berdasarkan metode FMEA akan dikelolah berdasarkan pendekatan standar manajemen risiko yang dikeluarkan oleh AS/ NZS 4360:1999.
ANALISA DAN BAHASAN Analisa Perlakuan Risiko Mengelola risiko bukanlah hal yang mudah. Mengolah risiko berarti menentukan pilihan terhadap risiko yang ada dalam mata rantai aktivitas bisnis, apakah sebuah risiko harus dihindari, dikurangi, ditransfer ataupun risiko tersebut harus diterima. Ziegenbein dan Nienhaus (2004), mengusulkan 5 mekanisme yang dapat dilakukan untuk mengontrol risiko supply chain management, yaitu: a. b. c. d.
Mengambil atau menerima risiko Menghindari kejadian yang menjadi sumber risiko (berorientasi pada frekuensi kejadian) Mengurangi tingkat kejadian yang menjadi sumber risiko (berorientasi pada frekuensi kejadian) Mengurangi dampak atau pengaruh yang menjadi sumber risiko (berorientasi pada dampak atau pengaruh kejadian) e. Membagi atau memindahkan risiko (berorientasi pada dampak atau pengaruh kejadian) Selain mekanisme di atas, kontrol terhadap risiko supply chain dapat juga distrukturkan berdasarkan tingkat perencanaan dalam organisasi, yaitu: Kontrol pada tingkat strategis, yaitu kontrol yang bersifat jangka panjang seperti desain keputusan dalan supply chain Tingkat teknis, yaitu pengontrolan risiko untuk jangka menengah seperti pada penjualan dan perencanaan operasi. Tingkat operasional, yaitu kontrol risiko jangka pendek seperti pada proses produksi dan jadwal perakitan. Perlakuan risiko yang dihubungkan dengan level keputusan dapat dipetakan, sehingga diperoleh gambaran yang detail dalam melakukan proses perbaikan terhadap risiko yang timbul dalam supply chain. Pemetaaan tersebut dapat ditunjukkan oleh Gambar 6 sebagai berikut:
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Mesin TM14 - 7
ISBN : 978-979-127255-0-6
Analisis Risiko Supply Chain… Arsitektur Elektro
Syarifuddin M. Parenrengi, Akbar Taufan M. & Inaz Zahra Mesin Perkapalan Sipil
Geologi
Level of Decision Risk Treatment Strategic (long-term) 8
Occuranceoriented
Avoid
Mitigate
Impactoriented
5
Share, Transfer
Operational (short-time)
8 Demonstrasi
Kebakaran
1
3 Pengiriman terlambatkontrol kurangketerbatasan alat angkut-dll
Kesalahan perencanaankomunikasikolaborasi
Mitigate
Tactical (medium-term)
Kualitas rendah-proses tidak sesuaitidak terpalet
6 Kerusakan jalan-alat transportasi
4 Data barang salah-tidak terindentifikasi 2 Kesalahan tenaga kerjahandlingsertifikasi 7 Kegagalan IT
Gambar 6. Peta strategi perlakuan risiko
Proses Perbaikan Perlakuan Risiko Proses perbaikan dalam supply chain risk management merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan suatu organisasi supply chain yang tangguh terhadap timbulnya risiko dalam aktivitas bisnis yang ada. Pendekatan supply chain risk management diharapkan memberikan kesadaran bagi pelaku bisnis untuk menjadikan risiko sebagai salah satu pertimbangan yang harus diperhitungkan sehingga mencegah timbulnya kerapuhan dalam supply chain. Prinsip dasar yang dapat diterapkan dalam menentukan strategi terbaik untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam proses perbaikan ini adalah dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut (Chopra & Meindl, 2004): 1. Mengetahui kebutuhan konsumen dan ketidakpastian dalam supply chain management 2. Mengetahui kapabilitas supply chain 3. Mendapatkan strategi terbaik Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka proses perbaikan terhadap risiko yang timbul dalam supply chain dapat dijelaskan berdasarkan urutan prioritas seperti pada Tabel 4.1 sebagai berikut: 1. Proses mitigasi pada kesalahan perencanaan, kurang komunikasi, kurang kolaborasi dan adanya pengiriman yang tidak terencana dapat dilakukan dengan “collaborative planning” untuk setiap item yang melibatkan departemen pengguna maupun departemen SCM. 2. Risiko timbul akibat kesalahan tenaga kerja, tenaga kerja yang tidak terampil, dan kesalahan dalam penanganan barang serta pekerja yang tidak bersertifikasi dapat dimitigasi dengan mengadakan program pelatihan bagi pekerja, baik pada keahlian individu, maupun keahlian lain yang berhubungan dengan proses-proses dalam supply chain management. Selain itu dapat juga dilakukan peningkatan rasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan, dan melakukan monitoring yang berkelanjutan. 3. Pengiriman terlambat, ketidaktersediaan barang, kurang kontrol terhadap sistem, kehilangan barang, keterbatasan alat angkut, barang yang rusak, kesalahan dalam penanganan barang dan aksi pencurian merupakan risiko yang dapat dimitigasi dengan meningkatkan pengawasan dalam melakukan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan melalui Standard Operational Prosedure (SOP). Untuk barang yang tidak tersedia, barang yang hilang dan rusak dapat dilakukan dengan kebijakan extra inventory dan safety stock . 4. Mitigasi risiko pada data barang yang tidak benar dan tidak teridentifikasi dapat dilakukan dengan peningkatan tanggung jawab terhadap pekerjaan dan kemampuan pekerja. Pengenalan terhadap budaya sadar risiko perlu ditanamkan kepada setiap individu. 5. Membagi atau memindahkan risiko dapat dilakukan pada risiko yang timbul akibat kesalahan pada sisi suplier dengan seselektif mungkin dalam menentukan suplier yang sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan yang ditetapkan. Strtategi lain adalah dengan mengikutkan suplier bertanggung jawab terhadap setiap produk yang dihasilkannya dengan sistem Early Supplier Involvement (ESI), (Brindley, 2004). 6. Kerusakan pada jalan raya ataupun pada alat transportasi dapat dipindahkan ke departemen lain atau dilakukan adalah dengan outsourcing pada pihak ketiga. 7. Mengingat keterbatasan sumber daya dalam departemen SCM yang berhubungan dengan teknologi informasi yang berkembang setiap saat, maka risiko akibat kegagalan IT seharusnya ditransfer ke
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Mesin TM14 - 8
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Mesin
departemen IT. Outsourcing juga dapat dilakukan pada perusahaan yang bergerak di bidang IT. 8. Demonstrasi merupakan resiko yang harus dihindari sebab berakibat fatal terhadap semua aktivitas perusahaan. Strategi yang dapat dilakukan adalah memperhatikan keseimbangan yang terjadi antara kebutuhan perusahaan dan kebutuhan pemerintah serta masyarakat serta bersifat jangka panjang sebab misi perusahaan untuk mengolah barang tambang selama mungkin dengan biaya semurah mungkin dan produksi semaksimal mungkin. Salah satu strategi yang ramai dibicarakan dalam hal ini dengan implementasi konsep CSR (corporate social resposibility) yang salah satu sisinya melihat kepentingan perusahaan merupakan sebagian dari kepentingan masyarakat sekitar. 9. Kebakaran merupakan risiko yang harus dapat dihindari. Pemasagan alat deteksi asap (sprinklers & detectors) pada setiap ruangan merupakan salah satu upaya untuk menghindari adanya risiko akibat kebakaran. Studi Kasus Proses perbaikan dalam supply chain risk management pada departemen SCM PT. Xxx berdasarkan penjelasan di atas dapat dipetakan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 7 berikut: Level of Decision Risk Treatment Strategic (long-term)
Impactoriented
Occuranceoriented
8
Avoid
Mitigate
Tactical (medium-term) 8
CSR
Sprinklers & Detectors
1
3
Collaborative Planning
SOP-extra inventorysafety stock
Mitigate 5
Share, Transfer
Operational (short-time)
Risk aware culture 2 Training-self responsibility 7
6 ESI
4
Outsourcing3PL
Outsourcing
Gambar 7. Perlakuan terhadap risiko - Studi kasus departemen SCM PT. Xxx
Pengembangan strategi dalam melakukan perbaikan dalam banyak aspek bisnis selalu berkembang dari waktu ke waktu. Salah satu pendekatan yang mampu memberikan solusi menyeluruh terhadap persolan tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan “Business Continuity Management” (BCM) atau biasa juga disebut “Business Continuity Planning” (BCP) yaitu pendekatan yang mengembangkan strategi, perencanaan dan tindakan dengan memberikan jaminan perlindungan atau alternatif operasi untuk semua aktivitas atau proses bisnis jika operasi atau aktivitas tersebut mengalami gangguan, atau berpotensi menghasilkan kerusakan yang serius atau kerugian yang besar terhadap suatu perusahaan. Proses perbaikan merupakan proses yang tidak pernah selesai dalam upaya mendapatkan hasil yang terbaik. Proses perbaikan pada supply chain risk management akan dihadapkan pada pilihan untuk melakukan upaya yang berkontribusi memberi keuntungan maksimal dengan level risiko yang berbeda. Proses ini dilakukan dengan meningkatkan efeisiensi. Pilihan tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar 8 sebagai berikut:
Gambar 8 Pemilihan supply chain risk / reward trade-offs (Sumber : Chopra & Sodhi, 2004)
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Mesin TM14 - 9
ISBN : 978-979-127255-0-6
Analisis Risiko Supply Chain… Arsitektur Elektro
Geologi
Syarifuddin M. Parenrengi, Akbar Taufan M. & Inaz Zahra Mesin Perkapalan Sipil
Akhirnya menentukan pilihan akhir yang dapat dilakukan oleh seorang pengambil kebijakan dalam proses perbaikan supply chain risk management akan mengarahkan pada 2 alternatif yang dapat dilakukan yaitu: a. Meningkatkan level efisiensi dengan menurunkan risiko dan meningkatkan rewards. Atau b. Mempertahan level efisiensi yang ada dengan menurunkan risiko dan menurunkan rewards
SIMPULAN Kesimpulan pada penelitian ini diantaranya adalah bahwa potensi risiko yang timbul dalam setiap aktivitas bisnis departemen supply chain management dapat menjadi risiko yang berdampak sangat besar terhadap aktivitas perusahaan jika tidak mendapat perhatian dalam proses pengelolaannya. Selain itu diperoleh bahwa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya risiko antara lain kurangnya perencanaan, kolaborasi, kontrol, dan peningkatan kapabilitas karyawan dalam departmen SCM. Upaya untuk membangun ketangguhan perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan secara kolaboratif dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya risiko tersebut. Upaya lain adalah dengan penerapan Business continuity management (BCM) / BCP untuk supply chain management yang juga mampu memberikan solusi menyeluruh terhadap pengelolahan risiko dalam supply chain. Mengingat bidang ini masih cukup baru, maka tantangan penelitian ini masih cukup banyak. Pada penelitian ini yang dibahas hanya risiko supply chain management dari sisi internal perusahaan, sehingga masih terbuka peluang penelitian yang besar untuk melihat sisi lain dari supply chain risk management ini. Demikian juga sudut pandang penyedia barang, distributor dan pengguna belum mendapat perhatian yang menyeluruh dalam penelitian ini. Diharapkan bidang-bidang tersebut dapat dikaji untuk penelitian di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA Bailey, Martin and Thomas, Clayton (2004), “Managing Risk in The Supply Chain” Paper presented at SAPICS 26th Annual Conference and Exhibition, Cape Town, South Africa Brindley, C. (2004), Supply Chain Risk, Ashgate, Hampshire. Cavinato, Joseph L. (2004), “Perspektive supply chain logistics risks : From the back room to the board room”, in International Journal of Physical Distribution and Logistics Management, vol. 34, no. 5, pp. 383-387. Christopher, M., Peck, H., Abley, J., Haywood, Major M., Saw, R., Rutherford, C., & Strathern, M. (2003), “Creating resilient supply chains: A practical guide ”, Centre for Logistics and Supply chain management, Cranfield School of Management, Cranfield University, Cranfield, UK. Chopra, Sunil and Meindl, Peter (2004), “ Supply chain management : Strategy, Planning, and operation, 2nd ed. Upper Saddle River, NY; Prentice Hall. Chopra, Sunil and Sodhi, ManMohan S., (2004),”Managing risk to avoid supply-Chain Breakdown”, MITSloan Management Review, vol. 46 No.1, pp.53-61. Cranfield University (2002), “Supply Chain Vulnerability”, Executive report on behalf of departement for transportation, local government and the regions, departementin of trade nad industri, Cranfield University School of Management, Working Paper. Deleris, Lea A., Elkins, D., Pate-Cornell, M. Elisabeth (2004), “ Analyzing losses from hazard exposure : a conservative probabilistic estimate using supply chain risk simulation”, Proceeding of the 2004 winter simulation conference. Finch, P. (2004), “ Supply chain risk management”, International Journal of Supply chain management, vol. 9, no. 2, pp. 183-196. Frosdick, Steve (1997), “ The techniques of risk analysis are insufficient in themselves”, Disaster prevention management, vol. 6, no. 3, pp.165-177 Giaglis, G.M., Tatarakis, A., Minis, I., Zeimpekis, V., (2004), “ Minimizing logistics risk through realtime vehicle routing and mobile technologies; research to date and future trends”, International Journal of Physical Distribution and Logistics Management, vol. 34, no. 9, pp. 749-764. Giunipero, Larry C., and Eltantawy, Reham a., (2004), “ Securing the upstream supply chain : a risk management approach”, International Journal of Physical Distribution and Logistics Management, vol. 34, no. 9, pp. 698-713. Lonsdale, Chris (1999)”Effectively managing vertical supply relationships: a risk management model for outsourcing”, International Journal of Supply chain management, vol. 4, no. 4, pp. 176-183.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Mesin TM14 - 10
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Mills, Anthony (2001), “ A systematic approach to risk management for construction”, Structural review, vol.19, No.5, pp. 245-252 Norrman, A. and Jansson, U (2004), “ Erricsson’s proactive supply chain risk management approach after a serious sub-supplier accident”, International Journal of Physical Distribution and Logistics Management, vol. 34, no. 5, pp. 435-456. Parenreng, S.M., Pujawan, I.N., dan Wiratno, S. E., (2005), “ Supply Chain Risk Management ; Studi literatur dan pengembangan framework”, Prosiding Seminar Nasional The Application of Technology Toward A Better Life, Universitas Teknologi Yogyakarta, Indonesia Pochard, Sophie (2003), ”Managing risks of supply chain disruption : Dual sourching as a real option”, Thesis of Engineering System Division, Massachusetts Institute of Technology Pujawan, I. N. (2005), “ Supply chain management”, edisi pertama, Gunawidya- Surabaya Sheffi, Y., Rice, James B., Caniato, F., Fleck, J., Direally, D., Lowtan, D.,Lensing, R., & Pickett, C. (2003), “ Supply chain response to terrorism : Creating resilient and secure supply chains”, MIT Center for Transportation and Logistics, Massachuseets Institute of Technology, Cambridge, US Shortreed, J., Hicks, J., and Craig, L., (2003), “ Basic framework for risk management”, The Ontario Ministry of the Enviromen, Network for enviromental risk assessment and management (NERAM). Sinha, Pankaj Raj, Whitman, Larry E. and Malzahn, Don (2004), “Methodology to mitigate supplier risk in an aerospace supply chain”, in International Journal of Supply chain management, vol. 9, no. 2, pp. 154-168. Sorensen, Lars B. & Larsen, Tage Skjoett (2005), “ Intra-and inter-organizational risk management-a study of ten manufacturing firms in Denmark” in proceeding the 2nd CEMS research seminar on supply chain management, Riezlern-Austria Spekman, Robert E. and Davis, Edward W. (2004), “Risky business : Expanding the discussion on risk and the extended enterprise”, International Journal of Physical Distribution and Logistics Management, vol. 34, no. 5, pp. 414-433. Standards Australia, (1999),” Risk management “, AS/ NZS 4360 Ziegenbein, Arne and Nienhaus, Jörg (2004), “Coping with supply chain risks on strategic, tactical and operational level”, The Symposium Proceeding Global Project and Manufacturing Management, Management Internationaler Projecte. Zsidisin, George A. (2003), “Managerial perseptions of supply risk”, Journal of supply chain management, vol. 39 No.1, pp.14-26.
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Mesin TM14 - 11
ISBN : 978-979-127255-0-6
Analisis Risiko Supply Chain… Arsitektur Elektro
ISBN : 978-979-127255-0-6
Geologi
Syarifuddin M. Parenrengi, Akbar Taufan M. & Inaz Zahra Mesin Perkapalan Sipil
Group Teknik Mesin TM14 - 12
Volume 5 : Desember 2011