106 ANALISIS RISIKO INVESTASI SAHAM AGRIBISNIS ROKOK DENGAN PENDEKATAN ARCH-GARCH
Oleh : EDY ISKANDAR A14102019
PROGRAM STUD1 MANAJEMEN AGRIBISNlS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
EDY ISKANDAR. Analisis Risiko Investasi Saham Agribisnis Rokok dengan Pendekatan ARCH-GARCH. Dibawah Bimbingan M. FIRDAUS. Industri rokok memegang peranan yang penting dalam perekonomian nasional. Cukai tembakau dari industri rokok merupakan penyumbang penerimaan negara yang cukup signifikan. Tingkat produksi dan konsumsi rokok di Indonesia termasuk yang sangat besar di dunia. Untuk tingkat konsumsi, Indonesia termasuk dalam urutan kelima (WHO tahun 2002). Keberadaan industri rokok juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia. Namun dengan adanya berbagai kebijakan pemerintah, gencamya kampanye anti rokok dan melemahnya daya beli konsumen mengakibatkan daya tarik investasi menjadi berkurang dengan karena berbagai masalah tersebut mencerminkan risiko investasi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat risiko investasi pada saham-saham rokok terpilih di PT Bursa Efek Jakarta (PT BEJ), mendapatkan model terbaik dalam peramalan tingkat risiko saham rokok, dan menggambarkan pergerakan harga saham dan return perusahaan rokok terpilih selama 4 tahun terakhir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan meidapatkan model peramalan dan Value at ~ i s k(VaR) ARCWGARCH ;nt;k untuk mengukur tingkat risiko. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal PT BEJ. Untuk memperdalam pembahasan dilakukan proses wawncara terhadap seorang pengamat pasar modal.. Hasil penelitian ini antara lain bahwa Perkembangan harga saham GGRM dan HMSP pada 4 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan meningkat, sedangkan RMBA memiliki kecenderungan yang menurun. Pada akhir periode harga saharn GGRM mengalami penurunan dikarenakan harga saham yang sudah jauh diatas harga valuasinya atau harga wajamya. Dari ketiga perkeinbangan pola retum, hanya pola retum saham HMSP yang menunjukkan perkernbangan yang menurun. Hal ini dapat dilihat pada rendahnya fluktuasi return pada beberapa periode terakhir. Sedangkan pola return saham GGRM dan RMBA cukup stabil dan tenang, hanya pada beberapa periode saja yang menunjukkan nilai fluktuasi yang tinggi Model terbaik untuk meramalkan tingkat risiko saham GGRM adalah ARCH(1) dimana tingkat risiko hanya dipengaruhi oleh besarnya nilai sisaan pengembalian sehari sebelumnya. Sedangkan model terbaik untuk meramalkan tingkat risiko saham HMSP dan RMBA adalah GARCH(1,l) dimana tingkat risikonya dipengaruhi oleh besarnya nilai sisaan pengembalian sehari sebelumnya dan besarnya simpangan baku pengembalian dari rataannya untuk satu hari sebelumnya Tingkat risiko yang dimiliki oleh saham RMBA merupakan yang tertinggi dibanding dengan perusahaan rokok lainnya. Hal ini disebabkan oleh kurang diminatinya saham tersebut oleh investor. Menurut investor saham RMBA merupakan saham lapis ketiga. Trend harga saham yang cenderung menurun berarti saham RMBA lebih banyak menghasilkan tingkat pengembalian yang negatif. Hal inilah yang mendasari investor kurang beminat terhadap saham
RMBA. Untuk jangka panjang tingkat pengembalian yang negatif tidak menguntungkan bagi investor, sehingga saham RMBA lebih banyak diperdagangkan oleb para spekulan yang berpikir jangka pendek. Ini terlihat dari grafik pergerakan harga saham, dimana terdapat titik panic buying pada periode saham ke 200. Adanya keinginan agar sahaln tersebut diminati oleh investor menyebabkan seringnya saham RMBA berfluktuasi cukup tajam. Kedepannya diperlukan suatu upaya oleh pengelola pasar modal dan perusahaan untuk melindungi saham tersebut sehingga tidak dipennainkan oleh spekulan pasar dan investor dapat menjadi tertarik menanamkan investasinya pada sabam RMBA karena pergerakan harganya akan relatif mudah diterka. Saham HMSP memiliki tingkat risiko yang terendah dibandingkan dengan kedua saham rokok laimya. Hal ini disebabkan oleh rendahnya nilai fluktuasi karena harga saham HMSP sudah tidak liquid lagi di pasar. Berdasarkan hasil wawancara saham HMSP merupakan saham blue chip dan sampai saat ini masih menarik investor. Rendahnya jumlah saham yang diperdagangkan ke publiklah yang menyebabkan saham menjadi kurang liquid, sehingga sumber pembiayaan dari pasar modal sebenamya masih sangat potensial jika Sampoerna berkeinginan untuk meningkatkan jumlah saham yang beredar. Tingkat risiko saham GGRM menempati urutan tertinggi kedua setelah sahain RMBA. Berdasarkan hasil wawancara harga saham GGRM dianggap sudah terlalu mahal oleh para investor. Hal ini menyebabkan investor cenderung irasional dalam mengambil keputusannya dalam berinvestasi pada saham GGRM, sehingga fluktuasi saham sulit untuk diduga. Akibatnya saat ini saham GGRM menunjukkan perkembangan harga yang menurun. Menurut investor penurunan ini bukanlah disebabkan oleh kinerja perusahaan yang buruk tetapi lebih disebabkan oleh mekanisme pasar saja yang menggangap harga saham GGRM sudah jauh diatas harga wajar atau valuasinya. Strategi stock split merupakan salah satu strategi yang cukup baik dalam mengatasi ha1 tersebut dengan tujuan (1) agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham, (2) untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan ratarata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan, dan (3) untuk menyebarkan informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan dividen kas. Namun shategi ini perlu dilakukan secara bati-bati dan pembahasan yang lebih mendalan?, karena stock split dapat memberikan dua kemungkinan, stock split dapat menempatkan perusahaan pada kelompok perusahaan yang memiliki nilai saham rendah sehingga dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap saham tersebut atau akan meningkatkan investor karena saham yang rendab untuk melakukan investasi sehingga pasar akan lebih likuid. RMBA memiliki tingkat risiko yang terbesar dalam industri rokok juga memiliki tingkat return yang terbesar. Hal ini sejalan dengan prinsip high risk high return. Pada GGRM dan HMSP terjadi trade off dimana GGRM memiliki tingkat risiko yang lebih besar dibandingkan HMSP tetapi memiliki tingkat return yang lebih kecil. Dilihat dari nilai expected return, RMBA memiliki tingkat expected return yang terbesar dan positif. Tingkat expected return terbesar kedua adalah HMSP dan yang terendah adalah GGRM. Hal ini mengindikasikan saham RMBA merupakan altematif investasi terbaik dalam industri rokok dikarenakan memiliki tingkat expected return yang terbesar dan positif dibandingkan sabam HMSP dan GGRM.
ANALISIS RISIKO INVESTASI SAHAM AGRIBISNIS ROKOK DENGAN PENDEKATAN ARCH-GARCH
Sebagai Salah Satu Syarat uutuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
OIeh :
EDY ISKANDAR A14102019
PROGRAM STUD1 MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Judul Skripsi
: ANALISIS IUSIKO INVESTAS1 SAHAM AGRlBISNIS
Nama
ROKOK DENGAN PENDEKATAN ARCH-GARCH : EDY ISKANDAR : A14102019
NRP
Menyetujui, Dosen Pembimbing
M. ~ i r d a a sSP, M.Si
NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus : 31 Mei 2006
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL "ANALISIS RISIKO INVESTAS1 SAHAM AGRIBISMS ROKOK DENGAN PENDEKATAN ARCH-GARCH" BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Mei 2006
EDY ISKANDAR
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 April 1984 di Sukoharjo sebagai anak pertama dari dua bersaudara keluarga Bapak Djunaidi dan Ibu Sunah. Penulis mengawali pendidikan di TK Tawang Sari pada tahun 1989. Pada tahun 1990 penulis melanjutkan pendidikan ke SDS Ayah Bunda Jakarta kemudian pada tahun 1996 penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 42 Jakarta dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 41 Jakarta yang kemudian pada tahun yang sama penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pendididkan pada program S1 IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama kuliah penulis aktif menjadi pengurus di Himpunan Profesi MISETA periode 200312004 dan KOPMA IPB (Koperasi Mahasiswa IPB) periode 2004/2005. Pada periode 2005/2006 penulis diamanahkan menjadi Ketua Umum KOPMA IPB . Selain itu, penulis pernah menjadi asisten Ekonomi selama empat semester berturut-turut dari tahun 2004-2006.