ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MIE INSTAN ORANG TUA MURID DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MURID SEKOLAH DASAR DALAM MENGKONSUMSI MIE INSTAN (Kasus Sekolah Alam Bogor)
Oleh: MUHAMMAD ERFAN A 14105573
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN MUHAMMAD ERFAN. Analisis Proses Keputusan Pembelian Mie Instan Orang Tua Murid Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Murid Sekolah Dasar Dalam Mengkonsumsi Mie Instan (Kasus Sekolah Alam Bogor). (Di bawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI) Aktivitas manusia yang semakin hari semakin meningkat membuat waktu yang digunakan untuk mengolah makanan menjadi lebih terbatas. Sehingga makanan yang bersifat praktis dan cepat menjadi alternatif dalam menanggulangi masalah keterbatasan waktu tersebut. Mie instan adalah bahan pangan yang praktis dan cepat dalam pengolahannya. Selain itu beragam jenis rasa dan pelengkap dalam kemasan mie instan sudah banyak beredar di pasaran, sehingga tidak menyulitkan manusia dalam mengkonsumsinya. Bahan pangan mie instan yang memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi dapat digunakan sebagai pengganti bahan pangan seperti beras dan jagung. Selain itu mie instan adalah makanan yang disukai semua kalangan termasuk anak-anak. Anak-anak dalam mengkonsumsi makanan tidak terlalu memikirkan kandungan yang ada dalam makanan yang akan dikonsumsi. Anak-anak mengkonsumsi makanan tersebut hanya berdasarkan nikmatnya di lidah dibandingkan dampaknya untuk kesehatan tubuhnya. Di dalam sebungkus mie instan terdapat kandungan MSG (Monosodium Glutamat). Sekolah Alam Bogor adalah sekolah yang memasukkan pembelajaran tentang makanan dan minuman. Beberapa kegiatan yang terkait dengan makanan dan minuman dilakukan menjadi sebuah pembiasaan. Akan tetapi pengetahuan terkait makanan yang sehat dan tidak sehat dikonsumsi masih membuat anak-anak menyukai mie instan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tahapan proses keputusan pembelian mie instan orang tua yang anaknya mengkonsumsi mie instan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen (anak-anak) dalam mengkonsumsi mie instan dan rekomendasi yang sesuai ke sekolah, pendidik, dan orang tua terkait dengan pengetahuan akan mie instan. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Alam Bogor, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui tujuan proses keputusan orang tua dan menggunakan Analisis Komponen Utama dan Analisis Faktor Konfirmatori untuk tujuan faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam mengkonsumsi mie instan. Kemudian merekomendasikan pembelajaran yang tepat di sekolah khususnya untuk para pendidik dan orang tua. Responden yang digunakan adalah responden orang tua dan responden anak-anak. Masing-masing diambil 37 orang. Hasil penelitain menunjukkan karakteristik responden orang tua dari jenis kelamin adalah perempuan dengan persentase sebesar 91,9 persen dengan usia responden terbanyak pada kisaran 31-35 tahun sebesar51,4 persen. Pada pekerjaan suami profesi sebagai pegawai swasta dengan persentase sebesar 72,2 persen, sedangkan pekerjaan isteri berpersentase 41,7 persen untuk profesi ibu rumah tangga. Untuk tingkat pendidikan responden paling banyak adalah sarjana (S1) sebesar 59,5 persen. Tingkat pendapatan keluarga pada responden terbesar adalah 29,7 persen untuk kisaran pendapatan Rp. 7.500.001,00 hingga Rp.10.000.000,00.
Pada responden anak-anak, jenis kelamin perempuan tertinggi dengan presentase sebesar 43,2 persen. Sedangkan untuk usia terbanyak adalah usia 9 tahun (43,3 persen). Proses keputusan pembelian pada orang tua pada tahap pengenalan kebutuhan, untuk motivasi hal praktis yang paling banyak dipilih sedangkan untuk alasan rasa sesuai dengan selera yang paling banyak dijadikan alasan. Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi terbanyak dari iklan dan media yang paling berpengaruh adalah media elektronik. Pada tahap evaluasi alternatif, merek yang paling banyak dipilih adalah Indomie. Pertimbangan responden dalam membeli lebih banyak kerena rasa pada mie instan. Sumber yang menentukan dalam pembelian mie instan adalah suami/isteri, begitu pun dengan sumber dalam mempengaruhi pemilihan merek. Pada tahap pembelian, frekuensi membeli sebulan sekali. Cara responden memutuskan pembelian adalah tergantung situasi. Tempat responden dalam membeli mie instan paling banyak memilih pasar swalayan dengan pertimbangan memilih karena dekat dengan tempat tinggal. Tindakan responden jika merek yang diinginkan tidak ada adalah mencari merek lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak-anak dalam mengkonsumsi mie instan dimulai dengan menggunakan analisis Principal Component Analysis (PCA) sehingga terbentuklah tiga faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor perbedaan individu (F1) yang terdiri dari rasa, mengenyangkan, manfaat, kandungan gizi, baik untuk kesehatan, bebas dari zat tambahan, label halal dan mengandung karbohidrat. Faktor kedua adalah faktor atribut produk (F2) yang terdiri dari pilihan rasa, merek, kemasan, aroma, iklan, bintang iklan dan kemudahan memasak. Faktor ketiga adalah pengaruh lingkungan (F3) yang terdiri dari variabel pengaruh guru, pengaruh teman, pengaruh keluarga dan kelengakpan gizi. Tiga faktor terbentuk, faktor-faktor tersebut diujikan kembali dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap konsumsi mie instan pada anak-anak. Faktor yang paling berpengaruh adalah faktor atribut produk (F2) dengan nilai koefisien sebaser 0,84 (nilai koefiein tertinggi 1). Pengambilan keputusan orang tua dan pengaruh konsumsi mie terhadap anak berbeda. Jika orang tua lebih khas lagi terkait produk dalam proses keputusan pembelian. Anak-anak lebih visual dalam melihat suatu produk. Rekomendasi dalam memberikan pengetahuan yang benar ditunjang dengan pendekatan-pendekatan yang baik dan sesuai untuk anak-anak. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan metode pembelajaran yang tepat, guru yang menyampaikan dan kerjasama orang tua. Pembelajaran yang tepat dapat dilakukan dengan menonton video terkait dengan pengaruh mie instan terhadap tubuh. Kerjasama orang tua lebih dalam mendampingi anak-anak saat menyaksikan televisi dan menjelaskan arti iklan yang ada.
ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MIE INSTAN ORANG TUA MURID DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MURID SEKOLAH DASAR DALAM MENGKONSUMSI MIE INSTAN (Kasus Sekolah Alam Bogor)
Oleh: MUHAMMAD ERFAN A 14105573
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul
: Analisis Proses Keputusan Pembelian Mie Instan Orang Tua Murid dan Faktor—faktor yang Mempengaruhi Murid Sekolah Dasar dalam Mengkonsumsi Mie Instan (Kasus Sekolah Alam Bogor)
Nama NRP
: Muhammad Erfan : A14105573
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Febriantina Dewi, SE. MSc NIP. 19690205 199603 2 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 19571222 198203 1 002
Tanggal Kelulusan: PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MIE INSTAN ORANG TUA MURID DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MURID SEKOLAH DASAR DALAM MENGKONSUMSI MIE INSTAN (KASUS SEKOLAH ALAM BOGOR)” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN, KECUALI YANG TERCANTUM DALAM PUSTAKA.
Bogor, Januari 2010
MUHAMMAD ERFAN NRP. A1410557
IWAYAT HIDUP Penulis lahir di Kotabumi (Lampung Utara) pada tanggal 16 Februari 1984. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Erwan S dan Masturi Ali. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Talang Jali hingga kelas dua. Beranjak ke kelas tiga, penulis melanjutkan di SD Negeri 1 Madukoro dan lulus pada tahun 1996. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 6 Kotabumi dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun yang sama , penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farming Hang Tuah dan selesai pada tahun 2002. Penulis kemudian diterima di Program Diploma IPB di Program Studi Pengelola Perkebunan, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Dunia kepenulisan bukanlah dunia yang asing untuk penulis. Beberapa tulisan non ilmiah penulis berupa cerpen pernah memenangkan perlombaan tingkat IPB. Selain beraktivitas sebagai guru, penulis juga mengelola blog bertajuk www.serujadiguru.blogdetik.com
KATA PENGANTAR Tiada kata yang dapat penulis haturkan selain sujud syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Rosulullah Muhammad SAW. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Proses Keputusan Pembelian Mie Instan Orang Tua Murid dan Faktor—faktor yang Mempengaruhi Murid Sekolah Dasar dalam Mengkonsumsi Mie Instan (Kasus Sekolah Alam Bogor)”. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis karakteristik orang tua murid dan proses keputusan pembelian pada mie instan, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan anak-anak dalam mengkonsumsi mie instan. Penulis menyadari sepenuhnya keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dalam penelitian selanjutnya.
UCAPAN TERIMAKASIH Bismillahirrohmaanirrohiim, 1. Puji syukur tak terhingga kepada Allah SWT, segala puji bagi Allah pencipta alam semesta, sholawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Rosulullah SAW. 2. Kedua orang tuaku. Terimakasih untuk semua doa, pengorbanan, harapan dan kasih sayangnya selama penulis menempuh pendidikan. Semoga Allah senantiasa mengasihi dan memuliakan kalian. 3. Ibu Febriantina Dewi, SE. MSc selaku dosen pembimbing yang telah sabar dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak M. Firdaus Ph.D, selaku dosen penguji utama pada sidang penulis. Terimakasih banyak untuk masukan dan saran pada skripsi ini. 5. Bapak Arief Karyadi, SP selaku dosen komisi pendidikan pada sidang penulis. Terimakasih banyak untuk perbaikan penulisan skripsi ini. 6. Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, selaku dosen evaluator pada kolokium penulis dengan segala saran dan masukan yang berharga. 7. Dikud Jatualriyanti yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar skripsi. Terimakasih atas semuanya. 8. Semua SDM Sekolah Alam Bogor mulai dari direktur, manajer, fasilitator atas doa dan dukungannya selama ini. 9. Pejuang-pejuang cilikku di Sekolah Alam Bogor. Mulai dari Kelas 1 Utara, TK B Penguin, 1 Bangsa hingga 1 Rinjani dan semua anak-anakku tercinta. Semoga kalian bisa menjadi generasi cemerlang di masa depan.
10. Adik-adikku tercinta, Apria, Agus dan Sari. Terimakasih atas segala doa kalian. Semoga masing-masing dari kita dapat membahagian mamah dan papah. 11. Teman-teman Ekstensi yang telah memberikan dukungan dan doanya. Mas Rudy Hadianto dan Syahida Rizki (Kiki), terimakasih atas bantuan dan semangat kalian. Semoga kita semua diberi jalan kebaikan dan kesuksesan. 12. Pihak Sekretariat Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah membantu penulis. Akhirnya semoga amal baik bapak/ibu, saudara serta sahabat-sahabat sekalian mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan balasan yang lebih baik. Amiin.
Bogor, Januari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… DAFTAR GAMBAR………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………
Halaman xiii xv xvi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………… 1.2 Perumusan Masalah………………………………………… 1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………… 1.4 Kegunaan Penelitian…………………………………………
1 4 9 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah dan Definisi Mie Instan……………………………. 2.2 Teori Perilaku Konsumen………………………………….. 2.3 Penelitian Terdahulu………………………………………...
10 11 12
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis………………………………… 17 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen……………………. 17 3.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen… 18 3.1.3 Proses Keputusan Pembelian Konsumen (Orang Tua)… 20 3.1.4 Anak-anak Sebagai Konsumen……………………… 23 3.1.5 Peranan Anggota Keluarga dalam Pengambilan Keputusan Pembelian………………………………. 27 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional…………………………….. 29 BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………… 4.2 Responden Penelitian………………………………………… 4.3 Jenis dan Sumber Data………………………………………. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data………………………. 4.4.1 Analisis Deskriptif…………………………………. 4.4.2 Analisis Komponen Utama………………………… 4.4.3 Analisis Faktor Konfirmatori………………………. 4.5 Definisi Operasional…………………………………………. BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden dan Proses Keputusan Pembelian Mie Instan Pada Orang Tua……………………… 5.1.1 Karakteristik Responden……………………………. 5.1.1.1 Karakteristik Responden Orang Tua ………. 5.1.1.2 Karakteristik Responden Anak-anak………. 5.1.2 Tahapan Proses Keputusan Pembelian Mie Instan Pada Orang Tua…………………………………… 5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anak-anak
33 33 34 35 35 36 39 40
42 42 42 45 46
dalam Mengkonsumsi Mie Instan …………………………… 5.2.1 Principle Component Analysis (PCA)……………… 5.2.2 Confirmatory Factor Analysis (CFA)………………. 5.3 Rekomendasi Untuk Sekolah, Pendidik dan Orang Tua Terkait Dengan Pengetahuan Mie Instan……………………… 5.3.1 Hasil Penelitian Berdasarkan Orang Tua dan Anak……………………………….. 5.3.2 Rekomendasi Untuk Sekolah/Pendidik dan Orang Tua……………………………………….
55 56 63 66 66 69
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……………………………………………………. 6.2 Saran……………………………………………………………
73 75
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..
76
LAMPIRAN...............................................................................................
78
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Presentase Pangsa Pasar Mie Instan di Indonesia Tahun 2007………
2
2. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Mie Instan Di Indonesia Tahun 2001-2004 ……………………………………
3
3. Jumlah Anak dan Jumlah Sampel Per Kelas ………………………
33
4. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………………….
42
5. Sebaran Responden Berdasarkan Usia …………………………….
43
6. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami ……………….
43
7. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Isteri ………………..
44
8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan..…………..
45
9. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga.…
45
10 . Sebaran Responden Anak Berdasarkan Jenis Kelamin..…………..
46
11 . Sebaran Responden Anak Berdasarkan Usia ……………………..
46
12. Sebaran Responden Berdasarkan Motivasi dalam Pembelian Mie Instan……………………………………………………………
47
13. Sebaran Responden Berdasarkan Alasan Pembelian Mie Instan…
48
14.Sumber-sumber Informasi Responden Mengenai Mie Instan……
48
15. Media Informasi yang Paling Mempengaruhi Pembelian Mie Instan………………………………………………
49
16. Merek Mie Instan yang Dikonsumsi Satu Bulan Terakhir………
50
17. Pertimbangan Responden dalam Pembelian Mie Instan…………
50
18. Sumber yang Mempengaruhi dalam Menentukan Pembelian Mie Instan…………………………………………….
51
19. Sumber yang Mempengaruhi dalam Menentukan Merek Mie Instan…………………………………………………
51
20. Frekuensi Pembelian Mie Instan…………………………………
52
21. Cara Responden Memutuskan dalam Pembelian Mie Instan……
52
22. Tempat Responden Membeli Mie Instan…………………………
52
23. Pertimbangan Responden dalam Memilih Tempat Pembelian Mie Instan………………………………………………………….
53
24. Tindakan Responden Jika Merek Mie Instan yang Diinginkan Tidak Ada………………………………………………………….
53
Nomor
Halaman
25. Kepuasan Responden dalam Pembelian Mie Instan…………………
54
26. Niat Responden Membeli Kembali Merek Mie Instan yang Sama….
54
27. Tindakan Responden Jika Harga Merek Mie Instan Mengalami Kenaikan…………………………………………………
55
28. Persentase Variabel Asal Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anak dalam Mengkonsumsi Mie Instan………….
56
29. Nilai Communality 20 Variabel Berdasarkan Urutan Terbesar……
58
30. Tiga Faktor Utama Hasil Analisis Faktor……………………………
62
31. Hasil Penelitian Berdasarkan Responden Orang Tua dan Anak ……
67
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Pembelian Barang dan Jasa........................................................................
17
2. Kerangka Pemikiran Operasional..............................................................
32
3. Nilai T-hitung Masing-masing Faktor…………………………………...
63
4. Nilai Koefisien Masing-masing Faktor………………………………….
64
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Hasil Output Uji Kelayakan Variabel Awal……………………………
79
2. Kuisioner untuk Orang Tua …………………………………………….. 84 3. Kuisioner untuk Anak-anak …………………………………………….. 88
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang jumlah penduduknya setiap tahun mengalami peningkatan. Banyaknya jumlah penduduk ini juga mengakibatkan banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu gaya hidup yang praktis juga mempengaruhi dalam mengkonsumsi pangan tersebut. Aktivitas manusia yang semakin hari semakin meningkat membuat waktu yang digunakan untuk mengolah makanan menjadi lebih terbatas. Sehingga makanan yang bersifat praktis dan cepat menjadi alternatif dalam menanggulangi masalah keterbatasan waktu tersebut. Mie instan adalah bahan pangan yang praktis dan cepat dalam pengolahannya. Selain itu beragam jenis rasa dan pelengkap dalam kemasan mie instan sudah banyak beredar di pasaran, sehingga tidak menyulitkan manusia dalam mengkonsumsinya. Bahan pangan mie instan yang memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi dapat digunakan sebagai pengganti bahan pangan seperti beras dan jagung. Walaupun mie instan memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi namun di masyarakat pedesaan makanan mie instan ini masih dijadikan lauk pauk. Berbeda dengan masyarakat kota, olahan mie instan dapat dikombinasikan dengan makanan olahan lain seperti telur, sosis, nugget, dan kornet. Harga yang murah dan mudahnya mendapatkan bahan pangan ini oleh masyarakat di kalangan mana pun membuat bahan pangan ini dapat dibeli tanpa kesulitan. Hal inilah yang membuat mie instan banyak digemari oleh masyarakat.
2
Konsumsi mie instan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jika tahun 2000 konsumsi mie instan per kapita baru 3,7 kilogram/tahun (ekuivalen dengan 53,1 bungkus), pada 2005 meningkat menjadi 5 kilogram/tahun. Seiring dengan peningkatan konsumsi mie instan. Produsen mie instan dalam negeri juga mengalami peningkatan yang cukup pesat. Jika pada 2001 baru ada 57 perusahaan yang terjun ke bisnis ini, setahun kemudian naik menjadi 59 dan untuk 2005 meningkat menjadi 84 perusahaan.1 Meskipun demikian sebagian pangsa pasar masih dipegang oleh PT. Indofood Sukses Makmur, begitu pun dalam jumlah produksi mie yang dihasilkan. Selain PT. Indofood Sukses Makmur ada PT. Sayap Mas Utama (Wings Food) yang sukses dalam mengambil pangsa pasar. Perusahaan yang mengandalkan merek Mie Sedaap ini mampu meraup pasar sebesar 25,9%. Selain itu perusahaan-perusahaan lain tidak ketinggalan dalam meraup pangsa pasar produk mie instan ini meskipun tidak sebaik PT. Sayap Mas Utama. Berbagai varian mie baik mie goreng maupun mie rebus diproduksi dengan beragam pilihan rasa membuat pilihan konsumen semakin banyak. Presentase pangsa pasar Mie Instan di Indonesia tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Presentase Pangsa Pasar Mie Instan di Indonesia Tahun 2007 Nama Merek Pangsa Pasar Indomie 62,9 Mie Sedaap 25,9 Supermie 4,2 Sarimi 1,9 Mie Kare 1,4 Sumber: SWA, 2007
Perkembangan produksi mie instan di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 produksi mie instan adalah 718.460 ton, sedangkan pada tahun 2002 meningkat menjadi 822.979 ton dan perubahan __________________________ 1
www.wartaekonomi.comMie Instan: Mulai Mengganti Bahan Pokok [10 Februari 2008]
3
persentasenya adalah 14,55%. Walaupun pada tahun 2003 produksi meningkat akan tetapi perubahan persentasenya menurun menjadi 5,00 % begitu pun pada tahun 2004 mengalami penurunan persentase sebesar 3,60% meskipun produksinya meningkat. Perkembangan produksi mie instan dari tahun 2001 hingga tahun 2004 di dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Mie Instan Di Indonesia Tahun 2001-2004 Tahun
Produksi mie instan
Konsumsi mie instan
ton
bungkus
ton
bungkus
2001
718.460
1.026.371.429
482.805,120
689.721.600
2002
822.979
1.175.684.286
633.693,830
905.276.900
2003
864.128
1.234.468.571
699.079,552
998.685.074
2004
895.237
1.278.910.000
750.208,606
1.071.726.580
Surplus ton
bungkus
235.654,88
336.649.829
189.285,17
270.407.386
165.048,448
235.783.497
145.028,394
207.183.420
Sumber : Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2005)
Peningkatan produksi mie instan disebabkan oleh peningkatan konsumsi oleh masyarakat. Perkembangan konsumsi mie instan di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tabel 2, tahun 2001 konsumsi mie instan sebesar 482.805,120 ton, sedangkan pada tahun 2002 meningkat menjadi 633. 693,830 atau memiliki perubahan persentase sebesar 31,25 %. Pada tahun 2003 dan 2004 konsumsi juga meningkat meskipun perubahan persentasenya menurun. Sisa mie instan yang tidak dikonsumsi diekspor ke luar negeri. Negara yang menjadi sasaran ekspor antara lain Cina, Malaysia, India dan negara-negara Uni Eropa. 2 Meningkatnya konsumsi mie instan ini karena bahan pangan ini mudah diterima oleh semua kalangan. Para konsumen mie instan berasal dari beragam kalangan mulai dari kalangan atas, kalangan menengah hingga kalangan bawah. Selain itu tingkat pendidikannya pun beragam mulai dari sarjana, lulusan sekolah menengah, sekolah dasar hingga yang tidak sekolah. Selain itu konsumennya pun __________________________ 2
http://www.sinarharapan.co.id/Berita/Uni Eropa Beri Kemudahan Ekspor/RI Harus Manfaatkan Maksimal [1 April 2008]
4
berasal dari semua umur mulai dari konsumen yang berumur lanjut, remaja, hingga anak-anak.3 Anak-anak adalah kalangan yang potensial sebagai konsumen. Anak merupakan sasaran yang memiliki potensi besar dalam peningkatan pemasaran produk barang dan jasa bagi produsen.4 Sifatnya yang lugu, suka meniru sehingga mudah dipengaruhi untuk mengkonsumsi barang dan jasa untuk meningkatkan penjualan produknya. Konsumsi tersebut mulai dari makanan, minuman, pakaian, perlengkapan sekolah dan aksesoris. Walaupun anak-anak tidak memiliki penghasilan namun orang tua merekalah yang bertanggung jawab dalam setiap keinginan dan kebutuhan anaknya. Anak bisa mempengaruhi keputusan orangtua untuk melakukan pembelian (sebagai influencer).5 Rasa mie instan yang lezat dan cocok di lidah membuat anak-anak menyukainya. Dibandingkan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan anak-anak lebih menyukai sajian dari olahan mie instan. Sehingga mie instan lebih populer di mata anak-anak. 1.2 Perumusan Masalah Karbohidrat yang dikandung mie instan mampu menggantikan peran bahan pangan lain seperti nasi, jagung, dan ubi-ubian. Selain itu yang membedakan dengan bahan pangan alam, mie instan memiliki rasa yang beraneka ragam yang berasal dari bumbu di dalam kemasan. Bumbu dan pelengkap yang ada dalam mie instan menggunakan MSG (Monososdium Glutamat) atau vetsin.6 Vetsin merupakan garam organik antara ion natrium (sodium) dan glutamat. Penggunaan MSG yang merupakan food __________________________ 3
http://www.isa-tpg.blogspot.com/MSG dalam Mie Instan [1 April 2008] http://endrowahmar.blogspot.com/Peran Keluarga dalam Pembelian Produk [27 Januari 2008] 5 Mix Marketing Xtra edisi 01/V/14 Januari-17 Februari 2008 6 Jurnal Halal No. 58/X/2005 4
5
additif telah diatur penggunaannya oleh FAO/WHO. Aturan ini menetapkan bahwa konsumsi MSG tiap hari per orang tidak boleh melebihi ambang batas aman yakni 120 mg/kg BB/hari.7 Mengkonsumsi semangkuk mie goreng atau mie rebus pada anak-anak telah melewati batas aman maksimal yang telah ditentukan FAO/WHO. Semangkuk mie rebus mengandung 2.250 – 2.780 Mg dan semangkuk mie goreng mengandung 2.900 – 3.400 Mg.8 Sehingga jika berat anak 25 kg maka ia hanya boleh mengkonsumsi MSG sebanyak 3.000 Mg/hari. Itu berarti jika mengkonsumsi mie goreng telah melewati batas aman. Bahkan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS menyatakan batas aman penggunaan MSG adalah 2000 Mg/hari.9 Selain itu kelemahan dari konsumsi mie instan adalah kandungan natriumnya yang tinggi. Natrium yang terkandung dalam mie instan berasal dari garam (NaCl) dan bahan pengembangnya. Bahan pengembang yang umum digunakan adalah natrium tripolifosfat, mencapai 1% dari bobot total mie instan per takaran saji. Natrium memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita maag dan hipertensi.10 Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah mengkonsumsi mie instan dapat mengakibatkan obesitas (kegemukan). Hal ini dikarenakan mie mengandung karbohidrat sederhana, lemak, dan kadar natrium tinggi.
Sehingga jika
dikonsumsi anak-anak secara terus menerus akan mengakibatkan obesitas, kenaikan kadar gula darah dan kenaikan tensi darah. 11 Mie instat sebenarnya bentuknya sangat panjang, namun saat pemprosesan mie dilipat, digoreng dan dikeringkan dalam oven panas. Penggorengan inilah yang membuat mie mengandung lemak. Bahan baku utama mie instant memang __________________________ 7
Jurnal Halal No. 51/IX/2004 http://www.medikaholistik.com, Waspadailah MSg/vetsin Faktor Potensial Pencetus Hipertensi dan Kanker[1 April 2008] 9 http://www.isa-tpg.blogspot.com,/ MSG dalam Mie Instan[1 April 2008] 10,11 http://clickcentre.blogspot.com/efek-makan-mie-bagi-kesehatan.html/21 Januari 2010 8
6
tepung terigu, namun, selama proses pembuatannya, dipakai juga minyak sayur, garam, natrium polifosfat (pengemulsi, penstabil dan pengental), natrium karbonat dan kalium karbonat (keduanya pengatur keasaman), tartrazine (pewarna kuning)12. Kandungan minyak dalam mie instan yang dapat mencapai 30% dari bobot kering. Hal tersebut perlu diwaspadai bagi penderita obesitas atau mereka yang sedang menjalani program penurunan berat badan 13. Anak-anak dalam mengkonsumsi makanan tidak terlalu memikirkan kandungan yang ada dalam makanan yang akan dikonsumsi. Padahal masa anakanak adalah masa di mana pertumbuhan dan perkembangannya untuk tubuh dan otaknya melaju pesat. Mengkonsumsi mie instan yang mengandung vetsin dapat mengakibatkan efek buruk pada anak-anak. Mengkonsumsi mie instan yang berkarbohidrat tinggi menyebabkan ketidakseimbangan gizi. Anak-anak hanya memperoleh zat sumber energi, sedangkan zat pengatur (sayur dan buah) dan zat pembangun (protein) belum mencukupi. Apabila anak-anak diperbolehkan terusmenerus mengkonsumsi makanan yang kurang sehat pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu. Selain itu semakin banyaknya penggunaan vetsin pada makanan seperti mie instan, makanan cepat saji dan makanan ringan dapat merusak pola makan yang seimbang pada anak. Sensor rasa di lidah anak akan terbiasa dengan rasa gurih vetsin. Hal ini mengakibatkan terbentuknya selera makan yang tinggi terhadap vetsin pada anak. Sehingga anak-anak akan lebih sulit dalam mengkonsumsi makanan yang dimasak di rumah terutama sayur-sayuran. 14 Orang tua memiliki peran dalam setiap keinginan dan kebutuhan anakanaknya. Orang tua juga perlu memberikan pengertian yang baik bagi anaknya __________________________ 12
http://www.indonesiaindonesia.com/wanita-hamil-balita-hindari-mie-instan [21 Januari 2010] http://clickcentre.blogspot.com/efek-makan-mie-bagi-kesehatan.html [21 Januari 2010]
13
14
Jurnal Halal No. 51/IX/2004
7
tentang bahayanya jika makan makanan yang kurang sehat secara terus-menerus. Selain itu dalam hal keputusan pembelian, orang tualah yang memiliki kekuasaan penuh. Akan tetapi kesibukan orang tua mengakibatkan sulitnya memberikan pengertian pada anak-anaknya. Pola hidup praktis membuat para orang tua memilih “jalan aman” untuk anak-anak mereka. Menurut Sumarwan (2002) memahami bagaimana peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan suatu produk sangat diperlukan. Produk mainan misalnya dipakai oleh anak-anak dan mereka mempengaruhi orang tuanya. Namun, pembeli dan pengembil keputusan pembelian produk mainan tersebut ayah, ibu atau keduanya. Begitu pun dengan produk mie instan, di dalam sebuah keluarga produk tersebut dapat saja diinginkan anak-anak namun orang tua mereka tidak mengkonsumsinya. Atau dapat saja produk mie instan tersebut dikonsumsi semua anggota keluarga. Sekolah Alam Bogor adalah sekolah yang menggunakan alam dan kegiatan sehari-hari sebagai alat pembelajaran. Salah satu kegiatan yang digunakan dalam pembelajaran adalah snacktime dan makan siang. Snacktime adalah kegiatan di mana anak-anak membawa makanan ringan dari rumah untuk dimakan di sekolah sekitar pukul sembilan pagi. Pada kegiatan snacktime inilah sekolah memasukkan pembelajaran tentang makanan yang baik maupun yang buruk untuk dikonsumsi manusia. Salah satu pembelajaran yang cukup gencar adalah pembatasan dalam hal pengkonsumsian makanan yang mengandung zat aditif seperti penguat rasa (MSG), pengawet, pewarna seperti makanan-makanan ringan yang beredar di pasaran dan mie instan. Akan tetapi, meskipun pengetahuan akan zat aditif telah
8
diberikan hampir setiap hari. Anak-anak masih menyukai mie instan sebagai makanan yang dibawa untuk snack mereka terutama mie goreng. Banyaknya merek mie instan yang beredar di pasaran membuat anak-anak memiliki banyak pilihan dalam mengkonsumsi mie instan. Selain itu promosi yang dilakukan produsen mie instan cukup gencar terutama promosi iklan di televisi. Televisi dibandingkan media massa lainnya mempunyai sifat istimewa karena merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan (Asmira, 2006). Hal inilah yang membuat anak-anak mampu mengingat dengan baik merek-merek mie instan tersebut. Apalagi bintang iklan yang digunakan umumnya adalah keluarga besar yang anak-anak berperan di dalamnya. Selain itu produk mie instan kerapkali menjadi sponsor acara yang memiliki rating tinggi. Hal lain yang juga memacu pengkonsumsian mie instan adalah lingkungan sekitar anak-anak yang cenderung praktis karena kedua orang tua mereka yang bekerja. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana proses keputusan pembelian mie instan orang tua yang anaknya mengkonsumsi mie instan? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen (anak-anak) dalam mengkonsumsi mie instan meskipun pengetahuan tentang kandungan berbahaya mie instan sudah diberikan di sekolah? 3. Apa rekomendasi yang sesuai untuk pendidik/sekolah dan orang tua terkait dengan pengetahuan mie instan untuk anak-anak?
9
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini menggunakan anak-anak sebagai responden. Sedangkan responden lain yang digunakan adalah orang tua untuk melihat keputusan pembelian. Berdasarkan pada uraian perumusan masalah ada tiga tujuan yang ingin penulis ambil yaitu:. 1. Menganalisis tahapan proses keputusan pembelian mie instan orang tua yang anaknya mengkonsumsi mie instan 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen (anak-anak) dalam mengkonsumsi mie instan. 3. Rekomendasi ke sekolah, pendidik, dan orang tua terkait dengan pengetahuan akan mie instan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dan membutuhkannya. Bagi orang tua murid mampu mengetahui faktor-faktor keinginan dan kebutuhan anak akan konsumsi mie instan. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan masukan untuk para produsen mie instan dalam memproduksi dan menghasilkan mereknya. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan studi literatur untuk penelitianpenelitian yang akan datang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah dan Definisi Mie Instan Mie instan adalah sejenis produk makanan berbentuk pasta yang berbahan baku utamanya adalah tepung terigu, yang diolah dengan merebus dalam air panas dan untuk kemudian disajikan sesuai selera. Pada dasarnya mie instan dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan kondisi sebelum dikonsumsi yaitu mie basah (boiled noodle), mie kering (steam and fried noodle), mie mentah (raw Chinese noodle) serta mie instan (instant noodle). Mie instan pertama kali diproduksi secara besar-besaran oleh Mamofuku Ando, pria kelahiran Taiwan yang berkenegaraan Jepang. Dia mendirikan perusahaan Nissin Food Industries pada bulan Desember 1958. 15 Mie instan di Indonesia diawali dengan berdirinya PT. Lima Satu Sankyu pada bulan April 1968, perusahaan ini merupakan patungan antara pengusaha domestik dengan Sankyu Shakusin Kabushiki dari Jepang. Perusahaan ini berganti nama menjadi PT. Lima Satu Sankyu Indonesia pada tahun 1977. Kemudian perusahaan tersebut menganti namanya menjadi PT. Supermie Indonesia yang memproduksi mie dengan merek Supermie. Selain PT. Supermie Indonesia, pada tahun 1970 berdiri PT. Sanmaru Food manufacturing sebagai salah satu anak perusahaan baru dari Jangkar Jati Group yang memproduksi mie instan dengan merek Indomie. Pada tahun 1982 PT. Sarimi Asli Jaya (Salira) berdiri dan memproduksi mie instan dengan merek Sarimi. Sejak saat itu persaingan di industri pasar mie instan mulai sangat ketat. Terutama setelah Indofood bergabung dengan Jangkar Jati Group pada tahun 1984 dengan membuat PT Indofood Interna __________________________ 15
nariswari.wordpress.com./asal-usul-lahirnya-mie-instan[18 September 2008 ]
11
Corporation. Perusahaan inilah yang merupakan asal mula berdirinya Indofood Group yang bernaung di bawah PT. Indofood Sukses makmur Tbk. Pada tahun 1986 Indofood mengambil alih PT. Supermie Indonesia dan tahun 1992 group ini juga mengambil alih seluruh saham Jangkar Jati Group di PT. Indofood Interna Corporation. Sejak saat itu dominasi Indofood dengan mie instan merek Indomie, Sarimie, dan Supermie semakin menguasai pasar mie instan di pasar domestik. Hingga tahun 2007 pangsa pangsa pasar PT Indofood masih memimpin di atas 50 persen. 2.2 Teori Perilaku Konsumen Pasar konsumen terdiri dari seluruh individu dan rumah tangga yang membeli atau mendapatkan barang dan jasa untuk keperluan pribadi. Konsumenkonsumen tersebut terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan usia, pendapatan, tingkat pendidikan, pola perpindahan tempat dan selera. Engel et al. (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakantindakan yang secara langsung mempengaruhi seseorang dalam usaha mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan sebelum dan sesudah tindakan itu dilakukan. Perilaku konsumen dipengaruhi beberapa faktor berikut: a. Pengaruh lingkungan, yang meliputi lingkungan budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi b. Perbedaan individu, yang meliputi sumberdaya konsumsi, motivasi, keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi c. Proses psikologis yang meliputi pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku.
12
Salah satu konsumen yang berpotensi adalah anak-anak. Banyak makanan dan minuman yang dikembangkan khusus untuk anak-anak (Guinard, 2001). Target anak sebagai konsumen memang sangat strategis untuk mendongkrak penjualan terlebih lagi produk makanan dan minuman yang dijual sangat disukai anak-anak. Selain itu anak-anak dalam pengambilan keputusan dipengaruhi oleh faktor dalam dirinya dan faktor lingkungan di luarnya. 2. 3 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan perilaku konsumen telah dilakukan oleh banyak peneliti di perusahaan maupun di tempat tinggal masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Amirulloh (2005) telah melakukan penelitian tentang perilaku konsumen mie instan merek Salam Mie di Kelurahan Tegallega Kecamatan Bogor Tengah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Faktor selain itu menggunakan analisis faktor dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis (PCA) dan program SPSS (Statistical Pakage for Social Science) Versi 12.00. Variabel awal yang dianalisis berjumlah 13 variabel, yaitu merek (X1), jenis/bentuk (X2), harga (X3), berat (X4), rasa (X5), kemasan (X6), praktis/kecepatan penyajian (X7), kemudahan memperoleh (X8), iklan (X9), promosi penjualan (X10), pengaruh keluarga (X11), pengaruh teman (X12), dan wiraniaga (X13). Hasil penelitian menunjukkan adanya tiga faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian Salam Mie. Faktor pertama terdiri dari variabel promosi penjualan, merek, berat/isi, pengaruh teman dan pengaruh keluarga.
13
Faktor kedua terdiri dari variabel rasa, harga dan kemasan. Faktor ketiga terdiri dari variabel iklan dan kemudahan memperoleh produk. Penelitian yang dilakukan Sijabat (2006) mengambil kasus di Supermarket Ramayana, Plaza Jambu Dua. Penelitian yang menganalisis proses keputusan konsumen susu cair dalam kemasan untuk anak-anak ini menggunakan metode analisis Importance-Performance Analysis dan Fishbein. Banyaknya responden yang digunakan sebanyak 100 responden yang ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelian susu cair dalam kemasan untuk anak-anak kecenderungan sebagai berikut (1) pengenalan kebutuhan: konsumen mengenali kebutuhan akan pemenuhan gizi anak, (2) pencarian informasi: konsumen mendapatkan informasi dari iklan, (3) evaluasi alternatif: konsumen mempertimbangkan pembelian berdasarkan atribut-atribut yang dimiliki oleh setiap produk yang ada, (4) keputusan pembelian: konsumen tidak merencanakan terlebih dahulu kapan dan di mana akan membeli produk, (5) evaluasi pasca pembelian: konsumen merasa puas dengan produk yang mereka konsumsi. Wijaya (2007) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian susu cair untuk anak di TK dan SD Al Azhar Bumi Serpong Damai Tangerang. Responden yang diteliti adalah ibu-ibu dan siswa dari TK dan SD kelas satu sebanyak 50 orang. Alat analisis yang digunakan adalah Tabulasi Deskriptif, Analisis Multivariate Komponen Utama dan Metode Angka Ideal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden memiliki latar belakang pendidikan paling dominan sarjana (S1) (66%), dengan pekerjaan
14
ibu rumah tangga (62 persen) dan pendapat keluarga per bulan memiliki kisaran pendapatan Rp. 5 juta hingga Rp. 10 juta/bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian terdiri dari empat faktor utama yang dipertimbangkan yaitu (1) faktor bauran pemasaran produk yang terdiri nilai gizi, rasa, merek, kemudahan memperoleh produk, dan iklan; (2) faktor pengetahuan konsumen terdiri dari pengetahuan, keluarga, pengalaman, dan manfaat; (3) faktor keunggulan produk terdiri dari isi (volume), kemasan, dan pilihan rasa; (4) faktor harga yang mencakup harga jual produk tersebut. Model angka ideal digunakan untuk menilai sejauh mana susu cair anak memenuhi harapan responden mengenai susu cair yang ideal. Total skor responden terhadap susu cair untuk anak adalah 11,54 dengan rentang skala 0 ≤ At < 23,66 yang dapat diartikan bahwa keseluruhan atribut susu cair untuk anak sangat baik atau keberadaan susu cair dapat diterima dengan baik oleh responden. Penelitian yang terkait dengan anak-anak sebagai responden adalah penelitian yang dilakukan Azimar (2007). Penelitian yang berjudul Hubungan Iklan Media Televisi Terhadap Konsumsi Makanan Ringan Anak Sekolah Dasar (Kasus SD Islam Al Azhar 01 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan) menggunakan metode survei. Hasil penelitian tingkat kesukaan iklan makanan ringan menunjukkan bahwa rata-rata murid menyukai iklan makanan ringan melalui media televisi dalam taraf biasa. Hasil penelitian tentang tingkat konsumsi menunjukkan bahwa sebagian besar murid mengkonsumsi sebungkus makanan ringan setiap harinya, meskipun ada juga yang mengkonsumsi salah satu produk sampai lima bungkus
15
per harinya. Hubungan tingkat kesukaan iklan makanan ringan melalui media televisi dengan konsumsi menunjukkan bahwa tidak ada korelasi atau hubungan. Penelitian yang menggunakan uji Confirmatory Factor Analysis dilakukan Toranda (2008). Sampel diambil sebanyak penelitian adalah 100 orang mahasiswa yang diambil dengan teknik Random Sampling. Sumber data adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner. Teknik analisis data menggunakan uji Validitas dan uji Reliabilitas serta uji Confirmatory Factor Analisis (CFA). Hasil analisis CFA menunjukkan bahwa aspek yang mengelompok pada segmen A adalah rasa, harga, isi/kandungan, kegunaan, dan efek samping dengan loading factor lebih dari 0,50. Sedangkan yang mengelompok pada segmen B adalah tanggal kadaluwarsa dan izin badan POM dengan loading factor lebih dari 0,50. Kemudian mengelompok pada segmen C adalah petunjuk penggunaan dan cara penyajian dengan loading factor lebih dari 0,50. Artinya segmen A yang perlu dipertimbangkan dalam memilih produk minuman berenergi adalah rasa, harga, isi/kandungan,
kegunaan,
dan
efek
samping;
segmen
B
yang
perlu
dipertimbangkan dalam memilih produk minuman berenergi adalah tanggal kadaluarsa dan izin badan POM, sedangkan pada segmen C yang perlu dipertimbangkan dalam memilih produk minuman berenergi adalah petunjuk penggunaan dan cara penyajian. Nilai rata-rata tanggapan responden terhadap atribut produk minuman berenergi adalah sebesar 52,400 termasuk kategori positif. Artinya atribut rasa, harga, kemasan, isi, tahu kandungan, kegunaan, petunjuk penggunaan, efek samping, cara penyajian, tanggal kadaluarsa, dan izin badan POM sangat
16
dipertimbangkan oleh konsumen sebelum memutuskan untuk membeli produk tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini menggunakan anak-anak sebagai responden utamanya. Bila beberapa penelitian mie instan terdahulu hanya mengambil responden dari kelurahan tertentu. Namun penelitian ini meneliti satu sekolah yang peduli terhadap makanan yang baik dan sehat untuk dikonsumsi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui tujuan proses keputusan orang tua dan menggunakan Analisis Komponen Utama dan Analisis Faktor Konfirmatori untuk tujuan faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam mengkonsumsi mie instan. Kemudian merekomendasikan pembelajaran yang tepat di sekolah khususnya untuk para pendidik dan orang tua.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku
konsumen
adalah
tindakan
langsung
yang
terlibat
untuk
mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini (Engel et al, 1994). Pada proses pengambilan keputusan pembelian produk dipengaruhi tiga faktor yaitu: faktor lingkungan, faktor perbedaan individu dan faktor psikologis. Sedangkan proses pengambilan keputusan pembelian, konsumen melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil.
Pengaruh Lingkungan Budaya Kelas sosial Pengaruh pribadi Keluarga Situasi
Perbedaan Individu Sumberdaya Konsumen Motivasi dan keterlibatan Pengetahuan sikap Kepribadain dan gaya hidup
Proses Keputusan Pengenalan kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi alternatif Pembelian Hasil
Proses Psikologis Pengolahan informasi Pembelajaran Perubahan sikap/perilaku
Gambar 1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Pembelian Barang dan Jasa Sumber: Engel et al, 1994
18
3.1.2 Faktor –faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen a) Faktor Lingkungan Pengaruh lingkungan meliputi budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi. Budaya adalah kumpulan nilai, persepsi, preferensi, serta perilaku dan lembaga-lembaga penting lain. Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar (Kotler, 2000) Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri atas individu yang berbagai nilai, minat, dan perilaku yang sama, atau kelompokkelompok yang relatif homogen dalam suatu masyarakat lama yang tersusun secara hierarki (Kotler, 2005). Kelas sosial yang berbeda cenderung memunculkan perilaku mengkonsumsi yang berbeda. Pengaruh pribadi adalah tekanan yang dirasakan untuk menyesuaikan diri dengan norma/aturan dan harapan yang diberikan oleh orang lain. Keluarga merupakan unit pengambil keputusan utama. Anggota keluarga membentuk anggota referensi yang paling berpengaruh dalam membentuk perilaku pembeli. Perilaku konsumen akan berubah apabila situasi berubah. Perubahan ini terkadang tidak menentu dan tidak dapat diramalkan. Pengaruh lingkungan yang berpengaruh untuk anak-anak dari lima faktor tersebut adalah faktor keluarga. Setiap anggota keluarga memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap perilaku konsumen anak-anak. b) Faktor Perbedaan Individu Faktor perbedaan individu meliputi sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan sikap, kepribadian dan gaya hidup. Sumberdaya konsumen terdiri dari waktu, uang dan perhatian (penerimaan informasi dan
19
kemampuan pengolahan). Ketika sumber daya ini dibawa ke dalam setiap situasi pengambilan keputusan. Keterlibatan dan motivasi perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan atau pengenalan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokkan antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual. Pengetahuan dapat diartikan secara sederhana sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan konsumen mencakup informasi seperti: ketersediaan dan karakteristik produk, di mana dan kapan untuk membeli serta bagaimana
menggunakan
produk.
Sikap
didefinisikan
sebagai
evaluasi
menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sikap diekspresikan bilamana seseorang suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Kepribadian pada perilaku konsumen didefinisikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulasi lingkungan. Gaya hidup merupakan pola yang digerakkan orang untuk menghabiskan sumber daya yang dimilikinya. Sedangkan demografi mendeskripsikan pangsa konsumen dalam istilah seperti usia, pendapatan, dan pendidikan. Pada anak-anak faktor pengetahuan sikap berpengaruh dalam perilaku konsumennya. Anak-anak akan menyukai sesuatu apabila produk tersebut memiliki karakteristik yang sesuai dengan dirinya. Anak-anak pun akan mudah mengetahui di mana dan kapan produk tersebut dapat diperoleh.
20
c) Faktor Psikologis Faktor psikologis meliputi pengolahan informasi, pembelajaran dan perubahan sikap/perilaku. Pengolahan informasi yaitu cara-cara informasi ditransformasikan, dirinci, disimpan, didapatkan kembali dan digunakan. Pembelajaran adalah setiap usaha mempengaruhi konsumen yang menghasilkan pengetahuan, sikap atau perilaku. Perubahan sikap dan perilaku merupakan sasaran dari kegiatan pemasaran. Salah satu usaha untuk mempengaruhi perilaku adalah dengan menggunakan iklan. Faktor psikologis yang berkenaan dengan anak-anak adalah informasi iklan. Anak-anak akan dengan mudah mengakses iklan di media elektronik seperti televisi dan media cetak seperti koran dan majalah. Pengulangan iklan akan dengan mudah diserap mereka dan pengenalan produk akan mudah diterima. Selain itu penggunaan publik figur yang diidolakan anak-anak mempercepat daya ingat mereka akan produk yang dibawakan. Sehingga ketika mereka bersama keluarganya pergi berbelanja ke suatu toko swalayan, produk-produk yang diiklankan di media akan lebih diutamakan anak-anak untuk dibeli. 3.1.3. Proses Keputusan Pembelian Konsumen (Orang Tua) Proses keputusan pembelian konsumen tidak berlangsung begitu saja. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui sebelum suatu produk dibeli/dikonsumsi. Tahapan-tahapan dalam keputusan pembelian konsumen menurut Engel et al (1994) meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil.
21
a) Pengenalan Kebutuhan Proses pembelian suatu produk oleh konsumen dimulai ketika suatu kebutuhan mulai dirasakan dan dikenali. Pengenalan kebutuhan adalah tahap awal dalam pengambilan keputusan dipengaruhi oleh tiga determinan yaitu informasi yang disimpan dalam ingatan, perbedaan individu dan pengaruh lingkungan (Engel et al, 1994). Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai persepsi atas perbedaan antara situasi aktual (situasi konsumen saat ini) dengan keadaan yang diinginkan (situasi yang diinginkan konsumen) yang memadai untuk menggugah dan mangaktifkan proses keputusan. Namun jika ketidaksesuaian tersebut berada di tingkat ambang maka pengenalan akan kebutuhan tidak terjadi. b) Pencarian Informasi Setelah konsumen mengenali suatu kebutuhan dan tergerak oleh suatu stimulasi, maka tahap selanjutnya adalah pencarian didefinisikan sebagai suatu kegiatan termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan (pencarian internal) dan pengunpulan informasi dari pasar (pencarian eksternal). Faktor lain yang mempengaruhi tahap pencarian adalah situasi, ciri-ciri produk, lingkungan eceran, dan konsumen itu sendiri (Engel et al, 1994). Karakteristik konsumen yang termasuk dalam faktor konsumen meliputi pengetahuan, keterlibatan, kepercayaan dan sikap serta karakteristik demografi. c) Evaluasi Alternatif Menurut Engel et al (1994), tahap ketiga adalah evaluasi yaitu konsumen mengevaluasi berbagai alternatif dan membuat pertimbangan nilai yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan. Pada tahap ini konsumen harus:
22
a. Menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan b. Memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan c. Menilai kinerja dari alternatif yang dipertimbangkan d. Memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat suatu keputusan akhir d) Keputusan Pembelian Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan mengenai kapan membeli, di mana membeli dan bagaimana membayar. Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu niat pembelian dan pengaruh lingkungan dan perbedaan individu. Niat pembelian konsumen dapat digolongkan menjadi dua kategori yaitu: produk dan merek, dan kelas produk. Niat pembelian kategori pertama umumnya disebut sebagai pembelian yang terencana penuh di mana pembelian yang terjadi merupakan hasil dari keterlibatan tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas. Kategori kedua dapat juga disebut sebagai pembelian yang terencana jika pilihan merek dibuat di tempat pembelian. Selain niat pembelian, pengaruh lingkungan dan perbedaan individu juga mempengaruhi keputusan pembelian. e) Evaluasi Pembelian Atau Hasil Setelah terjadi pembelian, konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang dilakukannya. Hasil evaluasi pasca pembayaran dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Jika konsumen merasa puas maka keyakinan dan sikap yang terbentuk akan berpengaruh positif terhadap pembelian selanjutnya. Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas pembeli, sementara ketidakpuasan dapat
23
menyebabkan keluhan komunikasi lisan yang negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum Produk atau jasa yang memuaskan adalah produk atau jasa yang sanggup memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai pada tingkat yang cukup. Dalam konteks teori perilaku konsumen, kepuasan lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa. Pelanggan tidak akan merasa puas bila memiliki persepsi bahwa harapannya belum terpenuhi dan pelanggan akan merasa puas jika persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan. Engel et al (1994), mengungkapkan bahwa kepuasan adalah evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapannya. Sedangkan ketidakpuasan adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara negatif. 3.1.4. Anak-anak Sebagai Konsumen Menurut Urbick (2000) berdasarkan pada perkembangan anak-anak secara umum dalam setiap penelitian pada produk-produk makanan, dibedakan menjadi lima kelompok yaitu usia 0 – 3 tahun, 4 – 7 tahun, 8 – 11 tahun, 12 – 14 tahun dan 15 tahun ke atas. Anak-anak akan mengkonsumi suatu makanan apabila makanan itu mampu memenuhi keinginan mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi anakanak dalam mengkonsumsi suatu produk makanan antara lain : 1. Atribut Produk Atribut pada produk mencakup rasa, bentuk, warna, kemasan, dan hadiah dalam kemasan. Menurut Urbick (2000) pada anak usia 4 hingga 7 tahun, hal yang
24
menarik berasal dari iklan televisi dan mainan yang berada di dalam bungkus makanan. Faktor-faktor yang penting bagi mereka dalam mengenal suatau produk makanan terdapat pada rasa, warna, dan tekstur. Selain itu suara, bentuk dan bau juga mempengaruhi proses pengulangan dan pengenalan dalam setiap pembelian produk. Pada anak usia 8 hingga 11 tahun, panca indera mereka lebih berkembang. Anak-anak usia ini menjadi lebih banyak kritik dan tidak melihat dari segi wujud produk saja, lebih cenderung abstrak. Pada usia ini hal yang membuat mereka tertarik pada pembelian produk melalui promosi, televisi, komputer dan video games. 2. Pengaruh Psikologi Televisi merupakan media yang mudah diakses oleh anak-anak. Televisi dibandingkan media massa lainnya mempunyai sifat istimewa karena merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan (Asmira, 2006). Televisi yang ditonton dapat memberikan banyak informasi baik positif maupun negatif. Target anak sebagai konsumen ini sangat strategis untuk mendongkrak penjualan terlebih lagi produk yang dikonsumsi untuk anak-anak. Salah satu strategi untuk mendorong peningkatan penjualan tersebut adalah dengan mengiklankan barang tersebut di media massa. Menjamurnya acara-acara televisi yang disiarkan lebih beragam membuat para produsen dapat dengan mudah mengiklankan produknya. Terlebih lagi untuk acara-acara televisi yang memiliki rating tinggi. Informasi-informasi ini selalu diperoleh anak-anak hampir setiap hari. Menurut Urbick (2000) produk yang
25
sebelum anak-anak lihat, ketika diiklankan di acara favorit mereka di televisi akan membuat pengaruh yang besar terhadap pengenalan produk tersebut. Iklan-iklan yang ditayangkan di media massa yang menampilkan humor akan lebih menarik perhatian anak-anak (Urbick, 2000). Selain itu iklan produk yang seringkali diputar juga membuat anak-anak lebih hafal terhadap produk yang ditawarkan. Untuk anak-anak usia tujuh hingga sebelas tahun hal lain yang mempengaruhi pengenalan produk adalah dengan mendiskusikan isi iklan pada teman-teman mereka. 3. Pengaruh Lingkungan Selain televisi teman-teman sebaya juga dapat mempengaruhi pengenalan dan keputusan pembelian suatu produk. Menurut Djiwandono (2002) pada masa awal anak-anak teman sebaya mempunyai pengaruh yang kuat dalam perkembangan anak. Hubungan antara anak-anak dan teman sebaya berbeda dengan hubungan anak-anak dengan orang dewasa. Berhubungan dengan teman sebaya membuat anak-anak dapat menilai diri mereka sendiri, menyampaikan pendapat mereka dan berdiskusi tentang pandangan mereka yang berbeda. Hal tersebutlah yang membuat teman sebaya mampu mempengaruhi pengenalan dan keputusan pembelian suatu produk. Walaupun ada beberapa anak yang jarang menonton televisi bukan berarti pengetahuan akan suatu produk terbatas. Produk dapat diperoleh dari diskusi-diskusi dengan teman-teman sebayanya atau pengenalan produk dapat terjadi saat teman-temannya telah mengkonsumsi produk tersebut. Hal ini membuat ia tertarik juga untuk mengenal dan mencobanya.
26
Selain
teman,
keluarga
juga
mempengaruhi
anak-anak
dalam
mengkonsumi makanan. Menurut Hurlock (1999) hubungan dengan anggota keluarga menjadi landasan sikap terhadap orang, benda, dan kehidupan secara umum. Semakin meluasnya lingkup sosial dan adanya kontak dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar rumah. Landasan awal di rumah barangkali berubah dan dimodifikasi. Namun tidak pernah akan hilang sama sekali. Sebaliknya, landasan ini mempengaruhi pola sikap dan perilaku di masa mendatang. Pengaruh keluarga tidak diragukan lagi dalam pengenalan dan pengambilan suatu produk. Keluarga merupakan unit pengambil keputusan utama. Anggota keluarga membentuk anggota referensi yang paling berpengaruh dalam membentuk perilaku pembeli. Meskipun demikian, tidak semua anggota kelompok keluarga mempunyai pengaruh yang sama pada anak-anak (Hurlock, 1999). Besarnya pengaruh seorang anggota keluarga bergantung sebagian besar pada hubungan emosional yang terdapat antara anak dan anggota keluarga itu (Hurlock, 1999). Sehingga kedekatan anak terhadap anggota keluarga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam pembelian suatu produk. Menurut Djiwandono (2002) orang tua selalu mempunyai pengaruh yang paling kuat pada anak-anak. Setiap orang tua mempunyai gaya tersendiri dalam hubungannya dengan anak-anaknya. Hal ini mempengaruhi perkembangan sosial dan tingkah laku pada anak-anak. Selain itu pola asuh pada anak-anak juga mempengaruhi kekebalan anak pada pengaruh luar seperti pengaruh teman sebaya dan televisi.
27
4. Pengaruh Perbedaan Individu Sumberdaya konsumen yang dimiliki anak-anak mencakup waktu dan perhatian (penerimaan dan kemampuan pengolahan informasi). Anak-anak mampu menerima dan mengolah informasi dari sebuah produk dengan baik. Pengetahuan yang diperoleh mampu direkam dengan baik di otak mereka. Sehingga ketika keterlibatan dan motivasi akan pengaktifan sebuah kebutuhan mereka akan mudah menggunakan pengetahuan yang sudah ada dalam ingatan mereka. Anak-anak akan menyukai sesuatu apabila produk tersebut memiliki karakteristik yang sesuai dengan dirinya. Anak-anak pun akan mudah mengetahui di mana dan kapan produk tersebut dapat diperoleh. 3.1.5 Peranan Anggota Keluarga dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Setiap anggota keluarga berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk pembelian dan konsumsi suatu produk. Peran anggota keluarga tersebut dapat berbeda dapat pula sama. Menurut Sumarwan (2002) seorang anggota keluarga mungkin memiliki lebih dari satu peran. Berikut diuraikan beberapa peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan yaitu: 1. Inisiator (inisiator), seorang anggota keluarga yang memiliki ide atau gagasan untuk membeli atau mengkonsumsi suatu produk. Ia akan memberikan
informasi
kepada
anggota
keluarga
lain
untuk
dipertimbangkan dan untuk memudahkan mengambil keputusan. 2. Pemberi pengaruh (influencer), seorang anggota keluarga yang selalu diminta pendapatnya mengenai suatu produk atau merek yang akan dibeli
28
dan dikonsumsi. Ia diminta pendapatnya mengenai kriteria dan atribut produk yang sebaiknya dibeli. 3. Penyaring informasi (gatekeeper), seseorang anggota keluarga yang menyaring semua informasi yang masuk ke dalam keluarga tersebut. Seorang ibu mungkin tidak akan menceritakan mainan-mainan baru yang ada di toko kepada anak-anaknya, agar mereka tidak menjadi konsumtif. Seorang ayah mungkin tidak akan menceritakan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya kepada semua anggota keluarganya,
agar mereka tidak
menjadi tertekan. 4. Pengambil keputusan (decider), seorang anggota keluarga yang memiliki wewenang untuk memutuskan apakah membeli suatu produk atau suatu merek. Ibu biasanya memiliki wewenang untuk memutuskan mengenai makanan apa yang baik bagi keluarga, dan menu apa yang disajikan sehari-sehari. Seorang ibu mungkin akan meminta izin kepada suaminya (ayah) jika harus membeli barang-barang yang berharga mahal, atau keduanya mengambil keputusan bersama. 5. Pembeli (buyer), seorang anggota kelaurga yang membeli suatu produk, atau yang diberi tugas untuk melakukan pembelian produk. Ibu mungkin akan menyuruh anaknya membeli beras yang sudah habis atau menyuruh pembantu rumah tangganya untuk berbelanja setiap hari. 6. Pengguna (user), seorang anggota keluarga yang menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Sebuah produk mungkin akan dikonsumsi oleh semua anggota keluarga, misalnya nasi. Akan tetapi,
29
beberapa produk mungkin hanya dikonsumsi oleh anggota keluarganya yang berusia muda, misalnya susu bayi atau diaper. Produk mie instan adalah produk yang biasanya dikonsumsi oleh keluarga. Posisi mie instan dalam keluarga dapat dikonsumsi oleh sebagian keluarga. Mie instan dapat saja dikonsumsi oleh anak saja atau ayah dan ibu mereka saja. Akan tetapi meskipun apabila mie instan tersebut hanya dikonsumsi oleh anak saja, orang tua merekalah yang tetap mengambil keputusan pembelian mie instan tersebut. Sehingga posisi anak tersebut adalah user (pengguna), sedangkan orang tua mereka yang memutusakn pembelian adalah decider (pengambil keputusan). 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
ini
diarahkan
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keputusan pembelian mie instan untuk siswa/siswi SD Sekolah Alam Bogor. Mie instan adalah salah satu makanan cepat saji yang praktis. Akan tetapi penggunaan zat aditif pada mie instan seperti pengawet, penguat rasa, dan pewarna dapat membahayakan untuk perkembangan dan pertumbuhan anak-anak. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Alam Bogor karena sekolah ini memberikan pembelajaran tentang makanan-makanan yang baik dan sehat untuk dikonsumsi. Sekolah Alam Bogor membuat kurikulum yang disesuaikan dengan kurikulum diknas dan diintegrasikan dengan alam. Pembelajaran makanan dan minuman yang baik dan sehat biasanya ada tema tersendiri untuk beberapa level di program TK dan SD. Namun setiap hari guru tetap mengingatkan anak-anaknya saat jam snacktime dan makan siang tentang makanan yang baik dan sehat untuk dikonsumsi. Adapun makanan yang baik dan sehat untuk dikonsumsi adalah makanan halal dan makanan yang tidak mengandung zat aditif seperti zat
30
pengawet, penguat rasa, pewarna dan zat aditif lainnya. Selain itu rata-rata orangtua siswa sekolah tersebut berasal dari kalangan menengah atas di mana mereka sangat mementingkan asupan gizi anak-anaknya. Sehingga dengan pembelajaran seputar makanan dan minuman yang dilakukan di sekolah dapat mempertimbangkan orang tua dalam memilih dan mengkonsumsi produk mie instan. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam mengkonsumsi mie instan berhubungan erat dengan atribut produk, karakteristik konsumen dan orang-orang yang mempengaruhi keputusan pembelian produk di sekitar anak-anak. Perbedaan karakteristik konsumen yang memiliki persepsi berbeda terhadap suatu produk, yaitu persepsi konsumen terhadap produk dan atribut produk. Selain itu orangorang yang berada di sekitar anak-anak seperti orang tua dan guru juga mempengaruhi pola konsumsi mereka. Orang tua memiliki peran yang besar terhadap keputusan pembelian mie instan. Walaupun orang tua tidak membolehkan anak mengkonsumsi mie instan, akan tetapi anak terkadang terpengaruh dan akhirnya mengkonsumsinya. Sehingga orang tua membeli mie instan tersebut. Karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua dalam keputusan pembelian mie instan dianalisis dengan
menggunakan
analisis
deskriptif.
Sedangkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi anak-anak dalam mengkonsumsi mie instan dianalisis dengan menggunakan analisis komponen utama dan analisis faktor konfirmatori. Pada penelitian ini diasumsikan faktor anak-anak memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian orang tua dalam mengkonsumsi mie instan. Selain
31
sebagai user anak-anak juga berperan sebagai influencer (pemberi pengaruh) dan inisiator. Hasil dari proses keputusan pembelian mie instan orang tua dan hasil dari faktor-faktor yang mempengaruhi anak-anak dalam mengkonsumsi mie instan akan membentuk rekomendasi yang sesuai. Rekomendasi ini digunakan untuk pendidik/sekolah dan orang tua.
32
Mie Instan sebagai makanan cepat saji
Zat aditif yang terkandung dalam mie instan
Pembelajaran sekolah tentang makanan yang baik dan sehat untuk dikonsumsi
Pengaruh lingkungan
Pengaruh Psikologis
Proses keputusan pembelian mie instant pada orang tua
Buyer/decider
Pengaruh perbedaan individu
User/influencer
Atribut Produk
Faktor-faktor yang mempengaruhi anak-anak dalam mengkonsumsi mie
Rekomendasi untuk sekolah/pendidik, orang tua terkait pengetahuan akan mie instan pada anak-anak Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Keterangan: = Asumsi: Anak-anak memiliki pengaruh dalam keputusan pembelian orang tua
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu dilakukan di Kotamadya Bogor. Hal ini disebabkan Kota Bogor adalah salah satu kota yang besar dan dekat dengan Jakarta. Pemilihan Sekolah Alam Bogor karena sekolah ini merupakan sekolah yang terdapat di Kotamadya Bogor dan memasukkan pembelajaran tentang makanan dan minuman yang baik dan sehat untuk dikonsumsi. Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Mei 2009. 4.2 Responden Penelitian Pengambilan atau penarikan sampel responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling). Pengambilan contoh responden adalah siswa/siswi yang mengkonsumsi mie instan dan orangtua mereka. Jumlah keseluruhan siswa SD yang berumur delapan hingga sebelas tahun adalah 96 siswa. Siswa SD kelas tiga berjumlah 48 orang (terdiri dari dua kelas), kelas empat dan kelas lima berjumlah 24 siswa. Jumlah anak perkelas dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Anak dan Jumlah Sampel Per Kelas Kelas Jumlah Anak Jumlah Sample/Kelas Tiga A
24
9
Tiga B
24
9
Empat
24
9
Lima
24
10
96
37
Total
34
Sampel yang akan dipilih sebanyak 74 orang yang terdiri dari 37 orang siswa dan 37 orang orangtua mereka. Perhitungan ini berdasarkan rumus Slovin dengan mempertimbangkan jumlah siswa/siswi yang ada di Sekolah Alam Bogor. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
N n=
1+ Ne2
96 =
1+ 96 (0,13)2
= 36,61 ≈ 37
Keterangan: n = Jumlah sampel N = Ukuran populasi (96 anak) e = Persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive (sengaja). Jumlah keseluruhan responden tersebut akan dibagi empat kelas. Sehingga, responden sebanyak 18 siswa akan diambil dari kelas tiga, sedangkan 9 dari siswa kelas empat dan 10 siswa kelas lima. Pembagian ini dimaksudkan agar responden yang diambil menyebar dan tidak terkonsentrasi pada satu kelas saja. 4.3 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuisioner yang dibagikan kepada responden. Kuisioner yang dibagikan kepada responden berupa pertanyaan terbuka, semi terbuka dan pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang jawabannya telah ditentukan sebelumnya, sehingga responden cukup memilih jawaban yang telah disediakan pada kuisioner tersebut. Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang selain memberikan pilihan juga
35
menyediakan tempat menjawab secara bebas jika jawaban responden ada di luar pilihan yang tersedia. Pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan yang jawabannya bersifat bebas, sehingga responden dapat menjawab pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pendapat pribadinya. Pada responden anak-anak, dalam mengajukan pertanyaan menggunakan kuisioner dan dijelaskan maksud setiap pertanyaan. Anak yang diwawancarai pun dijelaskan maksud kuisioner yang diberikan, pada kuisioner dapat dilihat tandatanda yang memiliki arti. Gambar tersenyum lebar berarti sangat setuju, tanda tersenyum biasa berarti setuju. Tanda cemberut berarti tidak setuju. Untuk data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, buku-buku perilaku konsumen dan artikel di majalah dan jurnal. Selain itu data sekunder diperoleh dari laporan tertulis dari lembaga dan instansi seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Ada dua metode pengolahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tabulasi deskriptif dan analisis komponen utama. Tabulasi deskriptif digunakan untuk mengetahui proses keputusan pembelian orang tua murid, sedangkan analisis komponen utama dan analisis faktor konfirmatori digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi anak-anak dalam mengkonsumsi mie instan. 4.4.1. Analisis Deskriptif Data mengenai karakteristik konsumen, perbedaan individu, pengaruh lingkungan, proses psikologi dan proses keputusan pembelian mie instan mulai dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian
36
sampai pasca pembelian (hasil). Kemudian akan dikelompokkan dalam bentuk tabel berdasarkan bentuk kesamaan jawaban. Tabel ini kemudian dianalisis berdasarkan faktor-faktor yang dominan dari variabel-variabel yang diamati. 4.4.2. Analisis Komponen Utama Analisis Kompenen Utama (AKU) digunakan untuk menganalisis faktorfaktor yang menjadi pertimbangan utama konsumen dalam pembelian mie instan. Metode analisis yang digunakan adalah Principal Component Analysis (PCA), PCA digunakan untuk mereduksi variabel ke dalam beberapa faktor (yang merupakan variabel bentukan). Metode analisis ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lainnya, sehingga dapat dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel (faktor) yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal yang disebut komponen utama. Kelompok variabel baru yang terbentuk dapat menerangkan sebagian keragaman variabel asalnya. Data hasil penelitian ini berupa data berskala ordinal yang dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Metode analisis ini dapat diolah dengan menggunakan perhitungan komputer software SPSS versi 13.00 dan Microsoft Excel. Hasil pengolahan metode analisis PCA dengan menggunakan SPSS dapat mengelompokkan antar variabel yang berkorelasi kuat dapat memudahkan produsen dalam menentukan strategi yang efektif untuk pemasaran mie instan. Variabel asal yang diteliti meliputi variabel-variabel yang dipertimbangkan dalam pembelian mie instan. Variabel-variabel asal tersebut terdiri dari:
37
a. Variabel asal yang menginterpretasikan atribut produk yang ideal di mata responden anak-anak antara lain: rasa (X1), pilihan rasa (X2), merek (X3), kemasan (X4), dan aroma yang khas (X5) b. Variabel asal yang menginterpretasikan pengaruh psikologi antara lain: iklan (X6), media iklan (X7), bintang iklan (X8) c. Variabel asal yang menginterpretasikan pengaruh lingkungan antara lain keluarga (X9), teman/sahabat (X10), guru (X11) d. Variabel asal yang menginterpretasikan perbedaan individu antara lain alasan mengenyangkan (X12), manfaat (X13), kandungan gizi (X14), pengolahan makanan (X15) baik untuk kesehatan (X16), bebas zat tambahan (X17), label halal (X18), karbohidrat (X19) dan gizi yang lengkap (X20). Variabel-variabel tersebut ditentukan berdasarkan teori perilaku konsumen yang menerangkan
mengenai variabel-variabel yang menginterpretasikan
perbedaan individu, pengaruh lingkungan, dan atribut produk yang diinginkan konsumen. Selain itu variabel-variabel tersebut ditentukan berdasarkan referensi dari beberapa penelitian terdahulu mengenai perilaku konsumen. Tahapan proses analisis faktor adalah sebagia berikut: a. Pemilihan variabel dengan alat Measure of Sampling (MSA) dan Batllet’s Test untuk memastikan bahwa variabel-variabel tersebut layak untuk dianalisis lebih lanjut dengan Analisis Faktor b. Setelah variabel dipilih dengan MSA, kemudian diekstrasikan dengan metode Principal Component Analysis sehingga menghasilkan sejumlah komponen utama.
38
c. Faktor yang terbentuk seringkali kurang menggambarkan perbedaan, sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Untuk itu perlu dilakukan rotasi yang secara geometri berarti pemutaran sumbu faktor baru dengan bobot baru tanpa perubahan konfigurasi asal. Metode rotasi yang digunakan adalah varimax, karena menitikberatkan pada kesederhanaan kolom-kolom matriks bobotnya, yang berarti beberapa peubah akan mempunyai bobot tertinggi hanya pada satu faktor dan sisanya pada faktor lain, sehingga akan memudahkan dalam interpretasi untuk setiap faktor. d. Setelah komponen utama terbentuk, maka proses selanjutnya adalah interpretasi hasil dari analisis faktor. Terdapat dua hasil utama dari analisis faktor ini. Pertama, nilai communality suatu variabel yaitu jumlah keragaman variabel tersebut yang dijelaskan oleh faktor-faktor utama yang dipilih. Semakin tinggi nilai communality, maka variabel tersebut semakin berpengaruh dalam proses keputusan pembelian. Hasil kedua adalah ekstrasi variabel ke dalam komponen utama. Untuk menentukan jumlah komponen utama, maka dipilih komponen utama dengan nilai eigenvalue di atas 1,00. Nilai ini menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung keragaman seluruh variabel yang dianalisis. Pengelompokan sebuah variabel ke dalam komponen utama berdasarkan pada nilai loading terbesar dari variabel tersebut.
39
4.4.3. Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis/CFA) Confirmatory Factor Analiysis (CFA) digunakan untuk menguji hipotesa dengan dasar teori yang sudah ada. Sedangkan uji validitas kebanyakan adalah untuk menguji hipotesa yang belum diketahui teori yang melatarbelakanginya. 1. Uji Kesesuaian Model Setelah model diukur berdasarkan hasil PCA maka akan terlihat apakah model pengukuran yang diusulkan fit atau tidak dengan data. Model pengukuran dikatakan fit dengan data apabila model dapat mengestimasi matriks kovariansi populasi (∑) yang tidak berbeda dengan matriks kovariansi data sampel (S). Hal tersebut mengindikasikan bahwa hasil estimasi dapat diberlakukan terhadap populasi. Diterjemahkan menurut ukuran goodness-of-fit-test (GFT) utama. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai P-hitung statistik chi-square yang dihasilkan model lebih besar atau sama dengan 0,05, nilai RMSEA lebih kecil dari 0,08. 2. Nilai Koefisien Nilai koefisien merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari variabel penjelas terhadap variabel respon. Semakin besar nilai koefisien, berarti faktor yang diuji semakin berpengaruh terhadap Y. Nilai koefisien pada CFA adalah satu, yang dapat diinterpretasikan jika semakin mendekati satu nilai koefisiennya berarti semakin berpengaruh terhadap Y. Nilai koefisien dapat dicari dengan memasukkan data faktor analisis sebelumnya (PCA) yang diolah dengan menggunakan SPSS 15 dan LISREL. 3. Nilai T-hitung
40
Nilai t-hitung dapat mengindikasikan faktor yang diuji berpengaruh terhadap Y. Nilai t-hitung diperoleh dengan menggunakan SPSS 15 dan LISREL. Penentuan t-hitung adalah tahapan berikutnya setelah nilai koefisien ditentukan. Faktor-faktor yang diuji akan berpengaruh terhadap Y ketika t-hitung faktor tersebut lebih besar dari t-tabel (1,96). Apabila t-hitung lebih kecil terhadap t-tabel berarti faktor yang memiliki t-hitung tersebut tidak berpengaruh terhadap Y yang diuji. 4.5 Definisi Operasional 1. Produk mie instan adalah sejenis produk makanan berbentuk pasta yang berbahan baku utamanya adalah tepung terigu, tepung beras dan lainnya, yang diolah dengan merebus dalam air panas dan untuk kemudian disajikan sesuai selera 2. Responden/contoh adalah siswa/siswi Sekolah Alam Bogor yang berumur 8 hingga 11 tahun dan orang tua murid. 3. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir yang telah dicapai atau sedang ditempuh responden. 4. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan utama responden 5. Pendapatan adalah jumlah pendapatan keluarga dalam setahun 6. Atribut produk mie instan adalah fasilitas yang diberikan oleh produk seperti harga, rasa, variasi produk, ketersediaan, kemasan, dan volume 7. Harga adalah nilai suatu produk yang harus dibayar konsumen untuk membeli mie instan 8. Isi/volume adalah banyaknya kuantitas isi mie instan yang terdapat dalam kemasan
41
9. Merek adalah suatu nama, istilah simbol suatu produk untuk memberi tanda produk tersebut 10. Ketersediaan adalah kemudahan konsumen untuk mendapatkan produk dalam jumlah yang diinginkan konsumen sepanjang waktu 11. Supermarket adalah tempat belanja dengan kelengkapan produk dan pembeli melayani dirinya sendiri 12. Konsumsi adalah pemakaian barang-barang hasil industri
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1. Karakteristik Reponden Dan Proses Keputusan Pembelian Mie Instan Pada Orang Tua. 5.1.1 Karakteristik Responden Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 74 orang yang terdiri dari 37 responden dewasa (orang tua) dan 37 responden anak-anak. Responden yang diambil adalah responden yang mengkonsumsi mie instan sebulan terakhir. Karakteristik umum responden orang tua yang diambil adalah karakteristik orang tua yang meliputi jenis kelamin, usia, pekerjaan suami, pekerjaan isteri, pendidikan terakhir dan tingkat pendapatan keluarga. Sedangkan karakteristik responden anak meliputi jenis kelamin dan usia. 5.1.1.1 Karakteristik Responden Orang Tua a. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian, jumlah responden menunjukkan dominasi perempuan dibandingkan laki-laki. Jumlah responden perempuan sebanyak 34 orang dengan persentase 91,9 persen. Banyaknya jumlah responden perempuan dikarenakan yang mengurusi urusan sekolah anak-anak adalah perempuan. Sehingga proses wawancara banyak ditemukan responden perempuan di sekolah alam. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat di lihat di Tabel 4. Tabel 4 . Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%) Perempuan 34 91,9 Laki-laki 3 8,1 Total 37 100
43
b. Usia Usia responden berdasarkan hasil penelitian terpusat pada usia produktif yaitu usia yang berkisar antara 31 – 35 tahun sebanyak 19 orang dengan persentase 51, 4 persen. Di usia kisaran 36 hingga 40 tahun juga memiliki persentase yang cukup tinggi yaitu 40, 5 persen. Terpusatnya usia pada usia tersebut dikarenakan responden anak-anak yang diambil dalam penelitian ini berada di kelas tiga hingga kelas lima. Di mana rata-rata orang Indonesia memiliki anak di kelas tersebut ketika usianya berada di usia produktif. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat di Tabel 5. Tabel 5. Sebaran Responden Berdasarkan Usia Usia (tahun) Jumlah Responden 21-25 0 26-30 1 31-35 19 36-40 15 >41 2 Total 37
Persentase (%) 0 2,7 51,4 40,5 5,4 100
c. Pekerjaan Suami Pekerjaan suami responden dalam penelitian ini cukup menunjukkan keberagaman seperti yang digambarkan pada Tabel 6. Pekerjaan sebagai pegawai swasta mendominasi 70,3 persen atau sebanyak 26 responden yang memiliki suami yang bekerja sebagai pegawai swasta. Sedangkan pekerjaan lainnya yang berpersentase 10,8 persen adalah pekerjaan di bidang BUMN dan konsultasi. Tabel 6. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%) Pegawai Negeri 2 5,4 Pegawai Swasta 26 70,3 Wiraswasta 5 13,5 Lainnya 4 10,8 Total 37 100
44
d. Pekerjaan Isteri Pekerjaan responden yang berperan sebagai isteri lebih banyak ditemukan pada ibu rumah tangga sebanyak 15 orang dengan persentase 40,5 persen. Hal ini disebabkan rata-rata ibu cukup
mengandalkan pekerjaan suami dalam
memperoleh pendapatan keluarga walaupun tak seluruhnya. Sebagian isteri juga berwiraswasta, menjadi pegawai negeri dan pegawai swasta dengan persentase sebesar 13,5 persen. Isteri lebih banyak memilih pekerjaan yang tidak mengambil banyak waktu agar dapat fokus dalam mengurus anak-anak. Sebaran responden berdasarkan peranannya sebagai isteri dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Isteri Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%) Pegawai Negeri 5 13,5 Pegawai Swasta 5 13,5 Ibu Rumah Tangga 15 40,5 Wiraswasta 5 13,5 Guru/Dosen 3 8,2 Lainnya 4 10,8 Total 37 100 e. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan terakhir yang telah diselesaikan. Pendidikan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8. Pada Tabel 8, tingkat pendidikan yang lebih banyak adalah sarjana (S1) sebanyak 22 responden (59,5 persen). Tingkat pendidikan SLTA menunjukkan kenihilan, sedangkan tingkat pendidikan pascasarjana sebanyak 13, 5 persen. Semakin tinggi pendidikan berarti kesadaran orang tua akan makanan yang baik untuk dikonsumsi anak-anak akan semakin baik.
45
Tabel 8 . Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%) SLTA 0 0 Diploma (D3) 10 27,0 Sarjana (S1) 22 59,5 Pascasarjana 5 13,5 Total 37 100 f. Tingkat Pendapatan Keluarga Pekerjaan
suami
responden
yang
menunjukkan besarnya tingkat pendapatan.
kebanyakan
pegawai
swasta
Pendapatan dengan kisaran Rp.
7.500.001,00 – 10.000.000,00 memiliki persentase lebih besar yaitu 29,7 persen. Berbeda tipis dengan pendapatan di atas Rp. 10.000.000,00 sebesar 27,1 persen. Besarnya pendapatan selain karena jenis pekerjaan juga disebabkan sang isteri yang bekerja juga sehingga pendapatan keluarga lebih besar. Sebaran responden berdasarkan pendapatan keluarga dapat dilihat di Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga Tingkat Pendapatan Jumlah (orang) Persentase (%) (Rp) <1.000.000 1 2,7 1.000.001 – 2.500.000 1 2,7 2.500.001 – 5.000.000 8 21,6 5.000.001 – 7.500.000 6 16,2 7.500.001 – 10.000.000 11 29,7 >10.000.000 10 27,1 Total 37 100
5.1.1.2 Karakteristik Responden Anak-anak a. Jenis Kelamin Pada responden anak-anak, untuk jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 21 orang atau 56,8 persen. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di Tabel 10.
46
Tabel 10 . Sebaran Responden Anak Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase Laki-laki 16 Perempuan 21 Total 37
43,2 56,8 100
b. Usia Sebaran responden berdasarkan usia paling banyak pada usia 9 tahun yaitu sebesar 43,3 persen. Hal ini disebabkan responden yang diambil kebanyakan dari kelas tiga, dan sebagain kelas empat masih ada yang berumur di bawah 10 tahun. Sebaran responden anak dapat dilihat di Tabel 11. Tabel 11 . Sebaran Responden Anak Berdasarkan Usia Usia Jumlah Responden (Orang) 8 tahun 5 9 tahun 16 10 tahun 6 11 tahun 10 Total 37
Persentase (%) 13,5 43,3 16,2 27,0 100
5. 1. 2 Tahapan Proses Keputusan Pembelian Mie Instan Pada Orang Tua Tahapan dalam proses keputusan pembelian merupakan tahapan yang dilalui setiap konsumen dalam pembelian suatu produk. Seperti tahapan proses keputusan dalam ilmu perilaku konsumen, pada penelitian ini ada lima tahapan dalam proses keputusan pembelian. Tahapan-tahapan tersebut yakni tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan hasil atau perilaku pasca pembelian. Kelima tahapan ini dilakukan secara deskriptif berdasarkan data hasil wawancara dengan reponden. 1. Tahap Pengenalan Kebutuhan Proses pembelian produk mie instan dilakukan ketika ada pengenalan kebutuhan yang ditimbulkan oleh rangsangan dari dalam maupun dari luar. Kebutuhan responden untuk mie instan secara umum timbul karena motivasi
47
kepraktisan.
Sebagai
ibu
rumah
tangga
yang
berkehidupan
modern,
mengkonsumsi makanan atau benda-benda yang praktis dapat membuat waktu yang digunakan lebih efisien. Motivasi praktis yang ditunjukkan di Tabel 12, memiliki persentase tinggi yaitu 54,1 persen. Motivasi lain selangkapnya dapat dilihat di Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Responden Orang Tua Berdasarkan Motivasi dalam Pembelian Mie Instan Motivasi Jumlah Responden Persentase (%) Praktis 20 54,1 Ingin mencoba 9 24,3 Sekedar ikut-ikutan 1 2,7 Tertarik karena iklan 1 2,7 Lainnya 6 16,2 Total 37 100 Alasan responden dalam pembelian mie instan karena alasan rasa yang sesuai dengan selera sebesar 40,6 persen. Hal ini dikarenakan produk mie instan memiliki pilihan rasa yang beragam seperti rasa ayam bawang, rasa soto dan rasa kari ayam. Produk Indomie bahkan mengeluarkan rasa makanan tradisional yang sesuai dengan daerah, seperti rasa Sate Madura. Alasan lainnya adalah kemudahan memperoleh produk mie instan dengan persentase 29,7 persen. Produk mie instan merupakan produk yang mudah ditemukan di mana-mana. Mulai dari pedesaan hingga perkotaan, sehingga alasan ini membuat responden membeli mie instan. Sebaran responden berdasarkan alasan pembelian selengkapnya dapat diihat pada Tabel 13.
48
Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarkan Alasan Pembelian Mie Instan Alasan Jumlah Responden Persentase (%) Rasa sesuai selera 15 40,6 Harga yang terjangkau 2 5,4 Kemudahan memperoleh 11 29,7 Kebiasaan 2 5,4 Lainnya 7 18,9 Total 37 100 2. Tahap Pencarian Informasi Proses ini dapat dilakukan oleh konsumen melalui dua cara yaitu pencarian internal dan pencarian eksternal. Pencarian internal dapat melalui ingatan yang tersimpan. Biasanya ini dilakukan pada konsumen yang pernah mengkonsumsi mie instan sebelumnya. Pencarian eksternal dilakukan melalui pengumpulan informasi dari media baik berupa media cetak maupun elektronik. Sumber informasi responden mengenai mie instan sebagian besar diperoleh dari iklan dengan persentase sebesar 78,4 persen. Sumber informasi iklan dapat ditemukan di mana-mana, beragam iklan tersebar di media informasi. Hal ini membuat responden dapat dengan mudah mengingat suatu produk mie instan. Sumber-sumber informasi responden mengenai mie instan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sumber-sumber Informasi Responden Mengenai Mie Instan Sumber Informasi Jumlah Responden Persentase (%) Keluarga 3 8,1 Teman 2 5,4 Iklan 29 78,4 Toko/Pedagang 3 8,1 Total 37 100 Iklan yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian berkaitan dengan media yang memuatnya. Semakin media itu mudah diakses maka akan semakin sering iklan mie instan dilihat. Media informasi yang paling berpengaruh terhadap
49
responden adalah media elektronik dengan jumlah responden sebesar 31 orang dan persentase 83,8 persen.
Media elektronik berupa televisi dan radio di
Indonesia mengalami kepesatan yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari kepemilikan televisi dan beragam stasiun yang ada. Selain itu faktor kemudahan dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang tinggi membuat media elektronik banyak dipilih. Media informasi yang paling berpengaruh terhadap pembelian mie instan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Media Informasi yang Paling Mempengaruhi Pembelian Mie Instan Media Informasi Jumlah Responden Persentase (%) Media elektronik 31 83,8 Media cetak 6 16,2 Personal selling 0 0 Pamflet/spanduk 0 0 37 100 Total 3. Tahap Evaluasi Alternatif Pada tahap ini, konsumen sudah memiliki informasi yang cukup terhadap produk mie instan yang akan dikonsumsi dalam pemenuhan kebutuhan. Informasi yang telah diperoleh akan menentukan sikap yang berlainan dalam memandang berbagai atribut yang dianggap penting. Konsumen kemudian menetapkan kriteria-kriteria yang relevan sesuai dengan keinginan dalam membuat keputusan pembelian. Merek merupakan atribut yang penting untuk konsumen. Kualitas suatu produk juga dapat dilihat dari merek produk tersebut. Merek mie instan yang paling banyak dikonsumsi pada penelitian ini adalah Indomie sebesar 54, 1 persen disusul Mie Sedaap dengan persentase sebesar 32,4 persen. Hal ini setidaknya
50
dapat menunjukkan bahwa merek Indomie masih disukai oleh konsumen mie instan. Persentase merek mie instan lebih lengkap dapat dilihat di Tabel 16. Tabel 16. Merek Mie Instan yang Dikonsumsi Bulan Mei 2009 Merek Mie Instan Jumlah Responden Persentase (%) Indomie 20 54,1 Mie Sedaap 12 32,4 Mie ABC 0 0 Mie Kare 1 2,7 Sarimie 1 2,7 Supermie 3 8,1 Total 37 100 Pertimbangan konsumen dalam keputusan pembelian mie instan berkaitan dengan atribut pada produk mie instan dan kemudahan dalam memperolehnya. Atribut rasa dinilai sebagai pertimbangan utama bagi responden mie instan dalam mengevaluasi alternatif pilihannya. Pertimbangan lainnya adalah kemudahan memperoleh sebesar 24,3 persen. Semakin produk mie instan mudah diperoleh maka akan menjadi alternatif pilihan. Prioritas pertimbangan responden dalam pembelian mie instan dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17. Pertimbangan Responden dalam Pembelian Mie Instan Atribut Jumlah Responden Persentase (%) Harga 3 8,1 Kemudahan memperoleh 9 24,3 Merek 5 13,5 Kandungan bahan 5 13,5 Rasa 13 35,2 Kemasan 0 0 Ukuran 0 0 Halal 2 5,4 Total 37 100 Selain pertimbangan atribut dan merek, peran keluarga dan lingkungan dalam menentukan keputusan pembelian juga berpengaruh. Konsumen yang tidak menentukan pembelian mie instan akan terpengaruh ketika ada sumber lain yang
51
mempengaruhi. Suami/isteri sangat berperan pada responden dalam menentukan pembelian mie instan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18. Sebanyak 17 orang atau dengan persentase sebesar 45,9 persen. Disusul sumber yang berasal dari anak dengan persentase sebesar 37, 9 persen. Tabel 18. Sumber yang Mempengaruhi dalam Menentukan Pembelian Mie Instan Sumber yang Mempengaruhi Jumlah Responden Persentase (%) Suami/isteri 17 45,9 Anak 14 37,9 Tetangga 0 0 Iklan 4 10,8 Diri sendiri 2 5,4 37 100 Total Penentuan merek pada responden saat pembelian mie instan juga dipengaruhi sumber, baik yang berasal dari keluarga maupun lingkungan sekitar. Sama seperti dalam mempengaruhi pembelian mie instan, penentuan merek sebagian besar dipengaruhi oleh suami/isteri dengan persentase sebesar 40,6 persen. Disusul dengan pengaruh anak sebesar 32,4 persen. Lebih lengkapnya mengenai pengaruh dalam penentuan merek dapat dilihat di Tabel 19. Tabel 19. Sumber yang Mempengaruhi dalam Menentukan Merek Mie Instan Sumber Yang Mempengaruhi Jumlah Responden Persentase (%) Suami/isteri 15 40,6 Anak 12 32,4 Tetangga 0 0 Iklan 6 16,2 Diri sendiri 4 10,8 37 100 Total d. Tahap Pembelian Pada tahapan ini konsumen membuat berbagai keputusan tentang pembelian seperti frekuensi pembelian, cara pembelian dan tempat pembelian.
52
Frekuensi pembelian mie instan dapat dilihat pada Tabel 20. Responden lebih banyak melakukan pembelian mie instan sebulan sekali (54,1 persen). Hal ini dilakukan sekalian dalam belanja bulanan. Tabel 20. Frekuensi Pembelian Mie Instan Frekuensi Pembelian Jumlah Responden 1-2 kali dalam seminggu 17 3-4 kali dalam seminggu 0 Sebulan sekali 20 Total 37
Persentase (%) 45,9 0 54,1 100
Terkait dengan cara responden memutuskan pembelian, sebagian besar memutuskan pembelian tergantung situasi sebesar 51,4 persen. Sebagian lagi memutuskan dengan cara mendadak dan terencana dengan persentase sebesar 24,3 persen. Jumlah reponden dapat dilihat di Tabel 21. Tabel 21 . Cara Responden Memutuskan dalam Pembelian Mie Instan Cara Memutuskan Pembelian Jumlah Responden Persentase (%) Terencana 9 24,3 Tergantung situasi 19 51,4 Mendadak 9 24,3 Jumlah 37 100 Pertimbangan di mana membeli terkait dengan lokasi pembelian pada penelitian ini lebih banyak dilakukan di pasar swalayan seperti minimarket, supermarket dan hipermarket. Sebanyak 24 responden dengan persentase sebesar 64,8 persen memilih. Tempat pembelian mie instan dan persentasenya dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Tempat Responden Membeli Mie Instan Tempat Pembelian Jumlah Responden Warung 13 Pasar Tradisioanl 0 Pasar Swalayan 24 Total 37
Persentase (%) 35,2 0 64,8 100
53
Pada Tabel 23, dalam mempertimbangkan tempat, responden lebih banyak memilih kedekatan dengan tempat tinggal sebesar 54,1 persen. Sedangkan untuk harga yang lebih murah hanya dipilih responden sebanyak 7 orang. Pemilihan tempat pembelian yang dekat dengan tempat tinggal untuk responden lebih karena menghemat waktu. Tabel 23. Pertimbangan Responden dalam Memilih Tempat Pembelian Mie Instan Pertimbangan Tempat Jumlah Responden Persentase (%) Kedekatan dengan tempat tinggal 20 54,1 Harga yang lebih murah 7 18,9 Tempat yang nyaman 5 13,5 Kelengkapan produk 5 13,5 Total 37 100 Saat pembelian dilakukan namun ternyata merek yang diinginkan tidak ada. Sebagian responden akan mencari merek lain (45,9 persen), hal ini dilakukan karena saat pembelian responden sekalian melakukan belanja bulanan. Tindakan responden jika merek mie instan yang diinginkan tidak ada dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Tindakan Responden Jika Merek Mie Instan yang Diinginkan Tidak Ada Tindakan Responden Jumlah Responden Persentase (%) Tidak jadi membeli 15 40,6 Mencari merek lain 17 45,9 Mencari di tempat lain 5 13,5 Total 37 100 e. Perilaku Setelah Pembelian Tahapan ini merupakan proses yang dilalui oleh semua konsumen. Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen akan membuatnya untuk melakukan pembelian berikutnya. Namun apabila konsumen kecewa terhadap produk mie
54
instan yang dibeli maka konsumen akan menghentikan tindakan pembelian di masa berikutnya. Pada penelitian ini, 81,1 persen responden puas dengan pembelian mie instan yang dibeli. Alasan yang dikemukakan karena rasanya sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu pembelian mie instan merupakan kebutuhan yang sudah ada di catatan belanja bulanan. Tabel 25. Kepuasan Responden dalam Pembelian Mie Instan Kepuasan Jumlah Responden Persentase (%) Puas 30 81,1 Tidak Puas 7 18,9 Total 37 100 Keputusan konsumen dalam memilih kembali merek yang sama cukup kuat. Sebesar 75,7persen responden tetap memilih merek yang sama. Alasan yang dikemukakan sudah terbiasa dengan merek tersebut. Selain itu rasa dan kepercayaan akan merek tersebut membuat konsumen enggan untuk mengganti merek. Beberapa responden memilih untuk mengganti merek (24,3 persen) dengan alasan ingin mencoba merek yang lain. Tabel 26. Niat Responden Membeli Kembali Merek Mie Instan yang Sama Niat Membeli Jumlah Responden Persentase (%) Ya 28 75,7 Tidak 9 24,3 Total 37 100 Kenaikan harga mie instan ternyata tidak berpengaruh besar pada konsumen dalam pembelian mie instan. Sebanyak 31 orang (83,8 persen) mengemukakan bahwa kenaikan harga mie instan tidak terlalu signifikan. Bagi para konsumen mutu dan rasa mie instan dengan merek tertentu yang lebih utama, sehingga ketika harga mengalami hal tersebut tidak menjadi soal.
55
Tabel 27. Tindakan Responden Jika Harga Merek Mie Instan Mengalami Kenaikan Tindakan Jumlah Responden Persentase (%) Tetap Membeli 31 83,8 Tidak Jadi membeli 6 16,2 Total 37 100 5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anak-anak dalam Mengkonsumsi Mie Instan Sebanyak 37 responden anak-anak diberikan kuisioner. Ada 20 variabel yang ditanya dengan menggunakan likert skala lima yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, biasa saja, setuju, sangat setuju. Masing-masing skala memiliki tanda sendiri. Tanda setiap skala dapat di lihat di Tabel Lampiran 3. Maksud dari pemberian tanda pada kuisioner anak-anak agar kuisioner tersebut mudah dimengerti. Selain itu dalam memberikan kuisioner peneliti mendampingi dan menjelaskan dengan bahasa anak-anak. Tujuannya agar mudah dimengerti dan dijawab dengan tepat. Pada Tabel 28 dapat dilihat persentase responden anak-anak dalam menjawab setiap variabel yang ditanya. Variabel yang paling tinggi persentase positif (setuju dan sangat setuju) adalah rasa, pilihan rasa, aroma, iklan, pengaruh keluarga, mengenyangkan, label halal dan kemudahan memasak. Untuk variabel aroma memiliki persentase 35,1 persen setuju dan 35,1 persen sangat setuju. Selain itu variabel pilihan rasa juga memiliki persentase sebesar 48,7 persen yang setuju. Persentase variabel-variabel lainnya dapat dilihat pada Tabel 28
Tabel 28. Persentase Variabel Asal Terhadap Faktor-faktor yang
56
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Mempengaruhi Anak dalam Mengkonsumsi Mie Instan Variabel Yang Ditanya Persentase Jawaban Responden Sangat Tidak Tidak Biasa Setuju Setuju Setuju Saja Rasa 0 2,7 27,0 40,6 Pilihan Rasa 2,7 18,9 13,5 48,7 Merek 8,1 24,3 16,2 32,4 Kemasan 10,8 24,3 19,0 37,8 Aroma 0 8,1 21,7 35,1 Iklan 10,8 27,0 29,7 29,7 Media Iklan 5,4 27,0 19,0 35,1 Bintang Iklan 13,5 21,6 16,3 35,1 Pengaruh Keluarga 8,1 24,3 24,3 35,1 Pengaruh Teman 5,4 29,7 24,3 32,4 Pengaruh Guru 8,1 35,1 13,5 37,8 Mengenyangkan 0 21,6 16,2 35,1 Manfaatnya 13,5 21,6 8,1 46 Kandungan Gizi 16,2 24,3 8,1 43,2 Kemudahan Memasak 0 19,0 27,0 29,7 Baik untuk Kesehatan 21,6 18,9 10,8 46,0 Bebas dari zat tambahan 16,2 24,3 13,5 37,8 Label Halal 5,4 5,4 27,0 40,5 Karbohidrat 8,1 16,2 21,6 35,2 Kelengkapan Gizi 16,2 19,0 24,3 35,1
Sangat Setuju 29,7 16,2 19,0 8,1 35,1 2,7 13,5 13,5 8,1 8,1 5,4 27,0 10,8 8,1 24,3 2,7 8,1 21,6 18,9 5,4
5.2.1 Principle Component Analysis (PCA) Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor anakanak dalam mengkonsumsi mie instan adalah Principle Component Analysis (PCA). Principle Component Analysis (PCA) merupakan salah satu metode dasar dari analisis faktor. PCA biasanya digunakan untuk mereduksi variabel ke dalam beberapa faktor (yang merupakan variabel bentukan) yang jumlahnya lebih sedikit. Sedangkan Component Factor biasanya digunakan untuk mengetahui dimensi-dimensi yang mendasari variabel asli. Pengolahan data analisis faktor menggunakan software statistik yaitu SPSS versi 14. PCA dapat menemukan hubungan antar sejumlah variabel-variabel
57
yang saling independent satu dengan yang lain, sehingga dapat dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel (faktor) yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Berdasarkan hasil kuisioner, variabel awal yang dianalisis berjumlah 20 variabel. Variabel tersebut adalah rasa, pilihan rasa, merek, kemasa, aroma, iklan, media iklan, bintang iklan, pengaruh keluarga, pengaruh teman, pengaruh guru, mengenyangkan, manfaatnya, kandungan gizi, kemudahan memasak, baik untuk kesehatan, bebas dari zat tambahan, label halal, kandungan karbohidrat dan kelengkapan gizi. Melalui perhitungan komputer dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil output analisis faktor pada sampel awal yang dapat dilihat pada Lampiran 1 Tabel Total Variance Explained. Pada data ini diperoleh tiga faktor yang mempunyai nilai eigenvalue lebih dari satu. Hal ini artinya terdapat tiga faktor utama sementara yang dipertimbangkan konsumen dalam mengkonsumsi produk mie instan. Faktor-faktor yang terbentuk tersebut menjelaskan keragaman data sebesar 64,76 persen. Pada Lampiran 1 Tabel KMO and Bartlett’s Test angka KMO-MSA mencapai 0,752. Nilai tersebut dapat dikatakan bahwa variabel asal mempunyai pengaruh terhadap keputusan mengkonsumsi mie instan. Pernyataan ini didukung oleh nilai signifikasi pada uji Barlett test sebesar 0,000. Nilai signifikasi tersebut kurang dari 0,05 yang artinya variabel asal secara signifikan mempengaruhi dalam mengkonsumsi mie instan. Oleh karena itu variabel dan sampel awal ini dapat dianalisis untuk mengetahui variabel mana yang dapat diproses lebih lanjut dan mana saja yang harus dikeluarkan. Proses analisis yang dilakukan adalah dengan mengeluarkan variabel yang memiliki nilai MSA di bawah 0,5 dari 20 variabel.
58
Pada penelitian ini hanya terjadi satu kali proses pemilihan variabel yang layak. Hal ini dikarenakan keduapuluh variabel memiliki MSA di atas 0,5. Uji kelayakan variabel dapat dilihat pada Lampiran 1 pada Tabel Anti Image Matrices (anti image corelation matrices). Pada tabel tersebut MSA terkecil adalah variabel bintang iklan dengan MSA sebesar 0,636. Pada Tabel 29, terdapat 20 variabel yang memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut. Keduapuluh variabel diurutkan berdasarkan nilai communality dari nilai terbesar hingga nilai terkecil. Nilai communality menunjukkan jumlah keragaman atau varian dari suatu variabel mula-mula yang bisa dijelaskan dari faktor yang terbentuk. Semakin tinggi nilai communality sebuah variabel berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Tabel 29. Nilai Communality Variabel Asal Berdasarkan Urutan Terbesar No Variabel Nilai Communality 1. Aroma yang khas 0,785 2. Kemasan 0,776 3. Baik untuk kesehatan 0,773 4. Pilihan rasa 0,713 5. Pengaruh teman 0,706 6. Manfaat 0,705 7. Merek 0,703 8. Kemudahan memasak 0,703 9. Pengaruh keluarga 0,697 10. Kandungan karbohidrat 0,691 11. Label halal 0,669 12. Mengenyangkan 0,637 13. Kandungan gizi 0,621 14. Gizi yang lengkap 0,606 15. Pengaruh guru 0,572 16. Bebas zat tambahan 0,549 17. Bintang iklan 0,527 18. Iklan 0,509 19. Media Iklan 0,508 20 Rasa 0,503
59
1. Aroma merupakan variabel pertama yang memiliki communality terbesar yaitu 0,785. Hal ini menunjukkan sekitar 78,5 persen keragaman variabel dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Aroma dalam mie instan adalah hal yang disukai anak-anak. 2. Kemasan merupakan variabel kedua yang memiliki communality sebesar 0,776. Berarti sebesar 77,6 persen keragaman variabel dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang terbentuk. 3. Baik untuk kesehatan memiliki nilai communality sebesar 0,773. Berarti sebesar 77,3 persen
keragaman variabel dapat dijelaskan oleh faktor-
faktor yang terbentuk. 4. Pilihan rasa menempati posisi keempat dengan nilai 0,713. Pilihan rasa yang beragam dari mie instan membuat anak-anak menyukainya. 5. Pengaruh teman berada di urutan kelima. Walaupun di rumah, ada pelarangan akan mie instan. Akan tetapi pengaruh teman yang mengkonsumsi mie instan akan mempengaruhi anak dalam mengkonsumsi mie instan. 6. Manfaat memiliki nilai communality sebesar 0,705. Anak-anak merasa bahwa mengkonsumsi mie instan memiliki manfaat konkrit bagi mereka. 7. Merek berada di urutan ketujuh. Merek yang sudah terkenal dan dekat dengan
anak-anak
membuat
anak-anak
menyukai
dan
ingin
mengkonsumsinya. Apalagi merek tersebut sering terlihat di mana-mana. 8. Kemudahan memasak pada mie instan membuat anak-anak tak perlu repot dalam mengkonsumsinya. Tak perlu meminta orang dewasa untuk
60
memasakkan, sehingga kemudahan memasak membuat anak-anak ingin mengkonsumsi mie instan. 9. Pengaruh keluarga memiliki nilai communality sebesar 0,697. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh keluarga di rumah membuat anak-anak ingin mengkonsumsi mie instan. Terlebih jika di rumah sengaja disediakan mie instan. 10. Kandungan karbohidrat memiliki nilai communality sebesar 0,691. Mie instan yang terbuat dari tepung terigu memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Tekstur mie yang lembut dibandingkan dengan nasi membuat anak-anak tak perlu mengunyah lebih lama. Hal inilah yang membuat anak-anak ingin mengkonsumsi mie instan. 11. Label halal menjadi prioritas kesebelas dengan nilai communality sebesar 0,669. Di Sekolah Alam Bogor, pengenalan label halal cukup gencar dilakukan. Sebagian besar mie instan sudah memiliki label halal. 12. Mengenyangkan berada di urutan ke-12, kandungan karbohidrat yang cukup tinggi pada mie instan membuat efek kenyang. Hal inilah yang membuat anak-anak ingin mengkonsumsi mie instan. 13. Kandungan gizi dan kelengkapan gizi memiliki nilai communality sebesar 0,621 dan 0,606. Berarti sebesar 62,1 persen dan 60,6 persen keragaman variabel dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang terbentuk. 14. Pengaruh guru memiliki nilai communality sebesar 0,572. 15. Bebas dari zat tambahan pada mie instan seperti pengawet dan pewarna membuat anak ingin mengkonsumsi mie instan. Bintang iklan, iklan dan media iklan memiliki nilai communality 0,527, 0,509 dan 0, 508.
61
16. Rasa memiliki nilai communality terendah yaitu sebesar 0,503. Hanya sebesar 50,3 persen keragaman variabel dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Pada Lampiran 1 Tabel Component Matrixa menunjukkan distribusi dari 20 variabel pada tiga faktor utama yang terbentuk. Seluaruh variabel tersebut mengelompok menjadi tiga faktor utama berdasarkan besarnya korelasi antara suatu variabel dengan faktor yang terbentuk. Hal ini terlihat dari nilai loading yang dihasilkan oleh masing-masing variabel. Nilai loading yang dihasilkan componen matrixa tersebut selanjutnya dapat dilihat perbandingan besarnya korelasi dari nilai loading variabel untuk menantukan letak sebuah variabel dalam faktor utama. Beberapa variabel ada yang tidak terlihat perbedaannya secara nyata pada nilai loading di antara tiga faktor terbentuk, sehingga sulit menentukan variabel tersebut termasuk faktor yang mana (>0,5). Supaya terlihat perbedaan yang nyata pada nilai loading dari setiap variabel tersebut maka dilakukan proses rotasi. Rotasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotasi dengan metode varimax, yang bertujuan untuk memperbesar nilai loading yang dulunya kecil sehingga diperoleh distribusi loading yang lebih jelas dan berbeda nyata. Hasil dari rotasi varimax ini tidak merubah faktor yang terbentuk, melainkan hanya merubah nilai loadingnya saja. berdasarkan hasil rotasi pada Tabel Rotated Component Matrixa. Setiap variabel yang terdapat pada faktor yang terbentuk harus memenuhi ketentuan cut off point (nilai loading >0,5) agar variabel tersebut bisa secara nyata termasuk bagian dari suatu faktor utama.
62
Variabel yang tidak memenuhi cut off point pada Tabel Rotated Component matrixa dari 20 variabel adalah media iklan. Variabel tersebut di mata anak-anak tidak berpengaruh karena waktu menggunakan media tersebut tidak ada. Di Sekolah Alam Bogor, anak kelas tiga hingga kelas lima anak-anak pulang sore. Sehingga begitu sampai di rumah kesempatan untuk menyaksikan media cukup jarang. Akhirnya setelah dilakukan penyaringan dengan cut off point tersisa 19 variabel yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga faktor yang terbentuk. Pengelompokkan 19 variabel ke dalam tiga faktor dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Tiga Faktor Utama Hasil Analisis Faktor Faktor Eigenvalue Varian Variabel Asal (%) Faktor 9,343 46,715 Rasa pertama Mengenyangkan (perbedaan Manfaat individu) Kandungan Gizi Baik untuk kesehatan Bebas dari zat tambahan Label halal Mengandung karbohidrat Faktor kedua 2,303 11,514 Pilihan rasa (atribut Merek produk) Kemasan Aroma Iklan Bintang iklan Mudah memasak Faktor ketiga 1,305 6,527 Pengaruh keluarga (pengaruh Pengaruh teman lingkungan) Pengaruh guru Kelengkapan gizi
Nilai Loading 0,602 0,566 0,815 0,770 0,864 0,568 0,675 0,804 0,674 0,692 0,680 0,682 0,692 0,573 0,821 0,761 0,808 0,656 0,578
63
5.2.2 Confirmatory Factor Analysis (CFA) Tiga faktor utama hasil PCA yang terbentuk adalah perbedaan individu (F1), atribut produk (F2) dan Pengaruh lingkungan (F3). Ketiga faktor ini kemudian dianalisis dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Tujuan dianalisis dengan CFA adalah untuk mengetahui faktor mana yang memiliki pengaruh terhadap konsumsi mie instan pada anak-anak. 1. Nilai T-hitung Nilai t-hitung dilihat dapat dijadikan acuan apakah suatu faktor berpengaruh terhadap Y. Suatu faktor dinyatakan berpengaruh ketika T-hitung faktor tersebut lebih besar dari T-tabel (1,96).
PINDVIDU
3.30
4.43
1.96
ATRIBUT
5.36
KONSUMSI
4.98
2.59
LINGKUNG
Chi-Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000 Gambar 3. Nilai T-hitung Masing-masing Faktor Ketiga faktor yang diolah berpengaruh nyata terhadap konsumsi mie instan terhadap anak-anak. Hal ini dapat dilihat pada t-hitung yang lebih besar dari ttabel (1,96). T-hitung untuk faktor pertama sebesar 4,43, t-hitung untuk faktor kedua sebesar 5, 36 dan t-hitung untuk faktor ketiga sebesar 4,98.
0.00
64
2. Nilai Koefisien Setelah diolah dengan menggunakan SPSS 15 diperoleh nilai koefisien masing-masing faktor.
0.50
PINDVIDU 0.71
0.30
ATRIBUT
0.84
KONSUMSI
0.78
0.38
LINGKUNG
Chi-Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000 Gambar 4. Nilai Koefisien Masing-masing Faktor Pada Gambar 4, dapat dilihat masing-masing nilai koefisien faktor. Pada faktor pertama (perbedaan individu) diperoleh nilai koefisin sebesar 0,71. Pada faktor kedua (atribut produk) diperoleh nilai koefisien sebesar 0,84, dan faktor ketiga (pengaruh lingkungan) dengan nilai koefisien sebesar0,78. Nilai koefisien yang semakin mendekati satu berarti mampu menjelaskan pengaruh faktor terhadap konsumsi mie instan. Dari tiga faktor yang terbentuk, ketiganya memiliki pengaruh terhadap konsumsi mie instan karena nilai koefisiennya mendekati satu.
1.00
65
a. Faktor Atribut Produk Faktor ini memiliki nilai koefisien tertinggi sebesar 0,84. Faktor ini memiliki pengaruh dalam mengkonsumsi mie instan. Faktor atribut produk terdiri dari pilihan rasa, merek, kemasan, aroma, iklan, bintang iklan dan kemudahan memasak. Produk mie instan yang memiliki pilihan rasa yang cukup banyak membuat anak-anak terpengaruh dalam mengkonsumsi mie instan. Selain itu aromanya yang khas sangat disukai anak-anak sehingga ingin mengkonsumsinya. Merek dan kemasan mie instan yang menarik membuat anak-anak terpengaruh untuk mengkonsumsinya. Selain itu gencarnya iklan mie instan yang dibintangi artis-artis terkenal membuat anak-anak makin menyukai mie instan. Apalagi mie instan mudah dimasak dan disajikan. b. Faktor Pengaruh Lingkungan Faktor ini memiliki nilai koefisien sebesar 0,78 yang mendekati koefisien satu. Faktor pengaruh lingkungan terdiri dari pengaruh guru, pengaruh teman, pengaruh keluarga dan kelengkapan gizi. Sifat anak-anak adalah mudah meniru dan terpengaruh, karena belum kuatnya jati diri yang terbentuk. Sehingga pengaruh lingkungan yang kuat mampu mengubah keinginan anak-anak. Pengaruh keluarga di rumah yang menyediakan mie instan membuat anakanak mengkonsumsi mie. Walaupun di sekolah telah diajarkan untuk mengkonsumsi makanan yang sehat. Selain itu pengaruh teman memiliki andil yang cukup besar. Anak-anak yang telah terkondisikan tidak mengkonsumsi mie
66
instan di sekolah mapun di rumah akhirnya mengkonsumsi karena temannya mengkonsumsi mie instan. Selain itu pengetahuan anak-anak akan kelengkapan gizi yang dimiliki mie instan membuat anak-anak merasa tidak perlu mengkonsumsi sayuran. Mie instan yang seolah-olah lengkap akan gizinya membuat anak beralih. Sehingga anakanak terpengaruh. c. Faktor Perbedaan Individu Faktor ini memiliki niali koefisien terendah. Faktor perbedaan inidividu terdiri dari beberapa variabel yaitu rasa, mengenyangkan, manfaat, kandungan gizi, baik untuk kesehatan, bebas dari zat tambahan, label halal dan mengandung karbohidrat. Pengetahuan anak-anak yang mudah diserap dari berbagai hal membuat anak-anak mengkonsumsi mie instan karena pengetahuan yang salah. 5. 3 Rekomendasi Untuk Sekolah, Pendidik dan Orang Tua Terkait Dengan Pengetahuan Mie Instan 5.3.1 Hasil Penelitian Berdasarkan Orang Tua dan Anak Adanya hubungan antara keputusan pembelian orang tua dan keinginan anak dalam mengkonsumsi dapat dilihat pada Tabel 30. Pertimbangan orang tua dalam melakukan pembelian lebih karena rasa begitu pun dengan anak-anak. Namun anak-anak juga melihat kemasan dan merek sebagai hal yang dipertimbangkan. Hal ini dapat mengartikan bahwa apa yang menjadi pengaruh dalam pembelian pada orang tua belum tentu berpengaruh semua terhadap keputusan anak-anak dalam mengkonsumsi. Ini dapat dijadikan dasar dalam memberikan pengetahuan yang sesuai untuk anak-anak.
67
Tabel 30. Hasil Penelitian Berdasarkan Responden Orang Tua dan Anak. Responden Hasil Rekomendasi Orang tua Sumber informasi paling banyak berasal Mendampingi anakdari iklan anak saat menyaksikan iklan dan memberikan Motivasi pembelian karena praktis pengetahuan yang tepat Pertimbangan pembelian karena rasa dan benar terkait Sumber yang berpengaruh dalam dengan iklan yang pembelian adalah suami/isteri dan anak ditampilkan. Sumber yang mempengaruhi dalam menentukan merek adalah suami/isteri dan Sehingga persepsi anak tentang suatu produk anak Anak-anak Anak-anak ingin mengkonsumsi mie instan tidak saja dilihat dari visual nya saja. karena rasa (40,6 persen) dan aromanya 35,1 persen). Hal lain adalah merek (32,4 persen) dan kemasan (37,8 persen) Iklan dan pengaruh keluarga juga memiliki persentase sebesar 29,7 persen dan 35,1 persen. Variabel halal dan informasi produk seperti kemudahan memasak dan mengenyangkan
Pengetahuan yang mengarah pada hal-hal yang lebih visual dapat dijadikan sandaran agar pengetahuan akan mie instan lebih mengena pada anakanak. Menurut Urbick (2000) anak-anak di bawah usia 13 tahun masih mengandalkan panca inderanya dalam melihat sesuatu. Anak-anak usia 8 hingga 11 tahun selain mengandalkan panca indera juga menggunakan hal-hal abstrak dari luar untuk mempertimbangkan keputusan mengkonsumsi. Hal-hal dari luar itu dapat berupa iklan, promosi iklan dan hal-hal yang sedang hangat dibicarakan. Suatu respon atau tindakan seorang anak terutama yang dianggap suatu kreativitas biasanya sering dihubungkan dengan tindakan melihat. Melihat dalam bahasa Inggris to see artinya mengerti dan memahami. Memang seakan-akan fungsi mata, fungsi visi atau visual itu penting dalam gerak pikiran manusia. Dengan mata itulah manusia mengukursuatu realita (Natadjaja, 2002). Kemasan dan merek yang dilihat anak-anak adalah bagian visual yang menarik dan mudah
68
dicerna di otak. Berbeda dengan orang tua yang sudah lebih lengkap lagi dalam melihat suatu produk. Orang dewasa tidak lagi melihat produk dari kemasan atau tampilan luar, tapi lebih terkait dengan apa yang khas dan baik di produk tersebut. Sumber informasi yang juga berperan adalah iklan. Orang tua banyak mendapatkan pengetahuan terkait dengan iklan yang ditayangakan di media elektronik. Sedangkan pengaruh iklan dan media pada anak-anak memiliki pengaruh yang cukup tinggi. Salah satu bentuk iklan antara lain mengikutkan anak sebagai obyek iklan, atau sebagai pendekatan beriklan. Pada iklan dimana anak menjadi target market atau target audience, iklan akan berpengaruh besar bagi mereka. Selain anak paling mudah dipengaruhi merekapun paling banyak menyerap informasi tanpa kemampuan menyaring. Lama-kelamaan pesan-pesan iklan itu menjadi sebuah kebutuhan yang menuntut untuk dipenuhi dan dapat berdampak negatif (Indrayana, 2004). Berbeda dengan orang tua yang lebih siap dalam menghadapi iklan yang ada. Orang tua telah mampu melihat iklan sebagai sumber informasi dalam proses keputusan pembelian. Keluarga juga memiliki pengaruh yang tinggi terhadap keputusan pembelian responden orang tua dan juga responden anak. Pada responden orang tua, suami/isteri dan anak memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian mie instan dan penentuan mereka mie instan. Hal ini dapat diartikan bahwa anak juga berperan sebagai inisiator dan pemberi pengaruh (influencer). Perbedaan hal-hal yang mempengaruhi orang tua dalam keputusan pembelian dan pengaruh mengkonsumsi pada anak harus disikapi dengan
69
seksama. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan pengetahuan dengan cara yang tepat sehingga pengetahuan tersebut dapat dipraktekkan anak-anak. Orang tua semestinya mampu memberikan penjelasan yang baik saat anakanak melihat tayangan sebuah televisi. Terlebih saat iklan ditayangkan di sela-sela acara. Anak-anak perlu dijelaskan isi iklan dan pengetahuan yang benar akan kandungan iklan tersebut. 5.3.2 Rekomendasi Untuk Sekolah/Pendidik dan Orang Tua Pengaruh faktor atribut produk yang terbesar tak terlepas dari peran sekolah. Materi yang disampaikan terkait dengan mie instan ternyata tak membuat anak-anak untuk berhenti dalam mengkonsumsi mie. Pengaruh besar dari iklan di faktor ini juga dapat membuat atribut sebuah produk mie instan terlihat semakin baik. Sehingga terjadi pembenaran pengetahuan yang salah. Pengetahuan yang benar ditunjang dengan pendekatan-pendekatan yang baik dan sesuai untuk anak-anak. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan metode pembelajaran yang tepat, guru yang menyampaikan dan kerjasama orang tua. 1. Metode Pembelajaran Pembelajaran yang sesuai terkait dengan pengaruh ini harus dilihat lebih dalam. Atribut produk seperti kemasan dan merek seharusnya diimbangi dengan pembelajaran yang terkait dengan visual. Di sekolah alam pembelajaran tentang makanan dan minuman banyak dilakukan dengan diskusi dan percobaan. Namun percobaan yang terkait dengan mie instan masih belum dilakukan. Selain itu pembelajaran visual dengan menonton video terkait dengan pengaruh mie instan terhadap tubuh belum dilakukan. Hal ini dikarenakan sumber video yang masih belum banyak. Barangkali guru dapat mensiasati video dengan
70
gambar-gambar
animasi
yang
dibuat
sendiri,
sehingga
tak
perlu
menunggu/membeli video. Ini dapat membuat pembelajaran berlangsung dengan baik. Hal lain yang juga masih sedikit dilakukan adalah penataan alat peraga di kelas terkait dengan makanan yang sehat dan tidak sehat. Hanya beberapa kelas saja yang menampilkan alat peraga tersebut. Jika alat peraga tertempel baik di kelas, anak-anak akan selalu mengingat materi yang disampaikan sebelumnya. Metode pembelajaran seperti percobaan makanan terkait mie instan juga dapat dilakukan. Misalnya dengan melihat pengaruh bumbu mie instan pada daging. Hal tersebut masih belum dilakukan di sekolah alam, sehingga pengetahuan anak-anak terkait dengan mie instan masih belum tertanam baik di benak anak-anak. Mendatangkan guru tamu yang berprofesi sebagai dokter juga dapat dilakukan agar anak-anak mengerti lebih jelas dan materi yang disampaikan dapat lebih tajam dan mengena. Metode pembelajaran lain seperti kunjungan ke luar, misalnya ke tempat pembuatan makanan atau minuman sudah diakukan di sekolah alam. Namun kunjungan yang terkait dengan mie instan masih belum dilakukan. Perlu dilakukan agar pengetahuan anak-anak makin bertambah dan berkembang. Tidak hanya berkutat pada diskusi saja. Menurut Urbick (2000) usia 8 hingga 11 tahun adalah usia di mana anakanak berkembang lebih kritis dan lebih abstrak. Pada usia ini anak-anak lebih banyak berdiskusi dengan teman sebaya untuk membicarakan suatu masalah yang sedang hangat di media atau televisi. Melihat kondisi ini pembelajaran dengan diskusi per kelompok dapat dilakukan di kelas. Setiap kelas membagi menjadi beberapa kelompok, kemudian setiap kelompok tersebut diberi tugas untuk
71
mendiskusikan sesuatu terkait dengan pengetahuan mie instan. Kemudian setiap kelompok tersebut mempresentasikan hasil diskusi. 2. Guru yang Menyampaikan Materi Guru-guru sekolah alam sudah mampu menyampaikan materi dengan baik pada murid-muridnya. Guru telah mampu menyampaikan dengan bahasa yang komunikatif dan atraktif. Selain itu kedekatan guru dan murid terjalin dengan baik. Hal ini dapat mempermudah materi yang disampaikan. Hal yang perlu diperhatikan adalah melakukan metode pembelajaran yang sesuai dengan anakanak. Guru dituntut untuk mencari bahan dan materi yang sesuai agar tidak terkesan monoton dalam penyampaian materi. Hal lain yang juga menjadi perhatian adalah alokasi waktu dalam penyampaian materi yang lebih spesifik seperti mie instan. Biasanya materi mie instan digabungkan dengan materi makanan sehat dan makanan tidak sehat, sehingga materi yang disampaikan tidak terlalu detail. Menurut Hurlock (1999) anak-anak usia 7 hingga 11 tahun mampu mengekspresikan dirinya dengan sangat baik. Keterampilan membaca dan menulis mereka telah berkembang cepat. Sehingga ada baiknya guru merekomendasikan buku-buku yang terkait dengan pengetahuan makanan dan minuman yang sehat terutama tentang pengetahuan akna mie instan. 3. Peran orang tua Peran orang tua juga perlu diperhatikan dalam pengetahuan anak-anak terkait dengan televisi. Pada faktor atribut produk, salah satu variabel yang ada adalah variabel iklan dan bintang iklan. Hal ini jelas sekali berkaitan dengan pengetahuan anak-anak dikarenakan menonton televisi.
72
Semakin banyak alokasi dalam menonton televisi berarti semakin banyak iklan yang ditonton termasuk iklan mie instan. Iklan-iklan mie instan yang tayang di televisi banyak membuat pengetahuan anak-anak menjadi salah. Bahkan di beberapa iklan mie instan disisipkan bahwa mie instan itu bermanfaat untuk tubuh. Iklan mie instan yang lain bahkan menyisipkan makan mie instan sema dengan memakan sayur, lauk dan buah. Karena mie instan telah dilengkapi zat gizi tambahan seperti vitamin dan protein. Hal ini membuat persepsi anak-anak akan mie instan menjadi berubah. Apabila di sekolah alam sudah diberikan pengetahuan kemudian pengetahuan tersebut berbentur dengan apa yang ada di rumah, sehingga persepsi anak-anak akan mie instan berubah. Hal yang perlu diperhatikan adalah mendampingi anak-anak saat menonton televisi. Saat iklan ditayangkan perlu adanya sikap yang jelas terhadap iklan tersebut. Memberikan penjelasan kepada anak-anak akan iklan yang tayang adalah hal yang dapat dilakukan orang tua. Namun kebanyakan orang tua bekerja sehingga anak-anak hanya ditinggal bersama pembantu rumah tangga. Hal ini dapat membuat anak-anak bebas dalam menonton televisi sehingga memudahkan anak-anak dalam mengakses iklan. Hal yang perlu diperhatikan adalah kerjasama orang tua dengan pembantu rumah tangga dalam menyikapi acara dan iklan di televisi. Selain itu orang tua juga perlu bekerja sama dengan guru terkait dengan konsumsi mie instan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah dibahas sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Proses keputusan pembelian pada orang tua pada tahap pengenalan kebutuhan, untuk motivasi hal praktis yang paling banyak dipilih sedangkan untuk alasan rasa sesuai dengan selera yang paling banyak dijadikan alasan. Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi terbanyak dari iklan dan media yang paling berpengaruh adalah media elektronik. Pada tahap evaluasi alternatif, merek yang paling banyak dipilih adalah Indomie. Pertimbangan responden dalam membeli lebih banyak kerena rasa pada mie instan. Sumber yang menentukan dalam pembelian mie instan
adalah
suami/isteri,
begitu
pun
dengan
sumber
dalam
mempengaruhi pemilihan merek. Pada tahap pembelian, frekuensi membeli sebulan sekali. Cara responden memutuskan pembelian adalah tergantung situasi. Tempat responden dalam membeli mie instan paling banyak memilih pasar swalayan dengan pertimbangan memilih karena dekat dengan tempat tinggal. Tindakan responden jika merek yang diinginkan tidak ada adalah mencari merek lain. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak-anak dalam mengkonsumsi mie instan dimulai dengan menggunakan analisis Principal Component
74
Analysis (PCA) sehingga terbentuklah 3 faktor. Faktor-faktor tersebut adalah
faktor
perbedaan
individu
(F1)
yang
terdiri
dari
rasa,
mengenyangkan, manfaat, kandungan gizi, baik untuk kesehatan, bebas dari zat tambahan, label halal dan mengandung karbohidrat. Faktor kedua adalah faktor atribut produk (F2) yang terdiri dari pilihan rasa, merek, kemasan, aroma, iklan, bintang iklan dan kemudahan memasak. Faktor ketiga adalah pengaruh lingkungan (F3) yang terdiri dari variabel pengaruh guru, pengaruh teman, pengaruh keluarga dan kelengakpan gizi. Setelah tiga faktor terbentuk, faktor-faktor tersebut diujikan kembali dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap konsumsi mie instan pada anak-anak. Faktor yang paling berpengaruh adalah faktor atribut produk (F2) dengan nilai koefisien sebaser 0,84 (nilai koefiein tertinggi 1). 3. Pengambilan keputusan orang tua dan pengaruh konsumsi mie terhadap anak cukup berbeda. Jika orang tua lebih khas lagi terkait produk dalam proses keputusan pembelian. Anak-anak lebih visual dalam melihat suatu produk. Rekomendasi dalam memberikan pengetahuan yang benar ditunjang dengan pendekatan-pendekatan yang baik dan sesuai untuk anak-anak. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan metode pembelajaran yang tepat, guru yang menyampaikan dan kerjasama orang tua
75
7.2. Saran Melihat kesimpulan yang ada, saran dari penulis adalah 1. Memberikan pengetahuan yang lebih baik lagi terkait dengan mie instan. Hal ini dapat dilakukan guru-guru di Sekolah Alam Bogor dengan ditunjang dengan alat peraga yang baik dan metode pembelajaran yang lebih interaktif dan jelas visualisasinya. 2. Orang tua hendaknya bersinergi dengan sekolah agar mampu memberikan pengetahuan terkait dengan mie instan. Misalnya dengan membatasi anakanak dalam menonton televisi (terkait dengan iklan) 3. Produsen mie instan hendaknya mampu membuat produk yang memiliki kandungan makanan yang aman untuk anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Mie Instan ‘Salam Mie’. Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Bogor Asmira, D. 2006. Keterdedahan Iklan di Televisi dan Perilaku Khalayak (Kasus Iklan Produk Mie Instan di Televisi padsa Dua Komunitas Urban dan Semi Urban di Kota Bogor). Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Djiwandono, S. E. W. 2002. Psikologi Pendidikan. Grasindo. Jakarta Engel, J. F., R. D. Blackwell dan P. W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta. Guinard, J. X. 2001. Sensory And Consumer Testing With Children. University of California. USA Hurlock, E. B. 1999. Perkembangan Anak Jilid Dua. Erlangga. Jakarta Indrayana, M. N. D. K. 2004. Tampilan Iklan Televisi. Nirmana Vol. 6. No.1 / 2004. Jakarta Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Jilid 1 dan 2. PT. Prenhanllindo. Jakarta ----------. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi Sebelas. Jilid 1 dan 2. PT. Prenhanllindo. Jakarta Mix Marketing Xtra. 2008. Edisi 01/V/14 Januari-17 Februari 2008. Jakarta Natjaja, L. 2002. Pengaruh Iklan untuk Anak Dibandingkan dengan Iklan Film Kartun Televisi terhadap Affektif Anak. Nirmana Vol. 4/2002. Jakarta Sijabat, H. I. B. 2006. Analisis Proses Keputusan Konsumen Susu Cair dalam Kemasan untuk Anak-anak. Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sumarwan, U. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. 2002. Ghalia Indonesia dan MMA IPB. Bogor Toranda, N. 2008. Analisis Karakteristik Konsumen dalam Pemilihan Minuman Berenergi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
77
Urbick, B. 2000. About Kids: Food and Beverages. Leatherhead Publishing. England Wijaya, M. R. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Susu Cair untuk Anak di TK dan SD Al-Azhar Bumi Serpong Damai Tangerang. Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
79
Lampiran 1 Hasil Output Uji Kelayakan Variabel Awal
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
.752 503.943
df
190
Sig.
.000
Communalities Extraction Rasa
.503
Pilihan Rasa
.713
Merek
.703
Kemasan
.776
Aroma
.785
Iklan
.509
Media Iklan
.508
Bintang Iklan
.527
Pengaruh Keluarga
.697
Pengaruh Teman
.706
Pengaruh Guru
.572
Mengenyangkan
.637
Manfaatnya
.705
Kandungan Gizi
.621
Kemudahan Memasak
.703
Baik untuk Kesehatan
.773
Bebas dari zat tambahan
.549
Label Halal
.669
Karbohidrat
.691
Kelengkapan Gizi
.606
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Lampiiran 1 (lanjutan)
Total Variance Explained Initial Eigenvalues Component 1
Total
% of Variance
Extraction Sums of Squared Loadings
Cumulative %
Total
% of Variance
Cumulative %
Rotation Sums of Squared Loadings Total
% of Variance
Cumulative %
9.343
46.715
46.715
9.343
46.715
46.715
5.116
25.582
25.582
2
2.303
11.514
58.229
2.303
11.514
58.229
4.221
21.103
46.685
3
1.305
6.527
64.756
1.305
6.527
64.756
3.614
18.071
64.756
4
.999
4.996
69.752
5
.886
4.432
74.184
6
.799
3.997
78.181
7
.723
3.613
81.794
8
.597
2.987
84.781
9
.528
2.642
87.423
10
.477
2.387
89.810
11
.432
2.162
91.971
12
.368
1.842
93.814
13
.316
1.578
95.391
14
.263
1.313
96.705
15
.225
1.123
97.827
16
.135
.676
98.503
17
.111
.554
99.057
18
.090
.448
99.505
19
.054
.271
99.776
20
.045
.224
100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
82
Lampiran 1 (lanjutan) Anti-Image Matrices rRasa
Anti Image Covariance
Anti Image Correlation
Rasa Pilihan rasa Merek Kemasan Aroma Iklan Media iklan Bintang iklan Pengaruh kelauarga Pengaruh teman Pengaruh guru Mengenyangkan Manfaat Kandungan gizi Mudah memasak Baik untuk Kesehatan Bebas dari zat tambahan Label halal Karbohidrat Kelengakapn gizi
Rasa Pilihan rasa Merek Kemasan Aroma Iklan Media iklan Bintang iklan Pengaruh kelauarga Pengaruh teman Pengaruh guru Mengenyangkan Manfaat Kandungan gizi Mudah memasak Baik untuk Kesehatan Bebas dari zat tambahan Label halal Karbohidrat Kelengakapn gizi
Pilihan rasa
Merek
kemasan
aroma
iklan
Media iklan
Bintang iklan
Pengaruh kelaurag
Pengaruh teman
Pengaruh guru
mengenyangkan
manfaat
Kandungan gizi
Mudah memasak
0.329 -0.009 -0.027 0.091 -0.092 0.091 0.112 -0.051
-0.009 0.142 0.022 -0.006 -0.035 0.007 -0.017 -0.076
-0.027 0.022 0.205 -0.018 -0.03 -0.054 -0.015 -0.097
0.091 -0.006 -0.018 0.131 -0.057 0.044 0.064 -0.031
-0.092 -0.035 -0.03 -0.057 0.139 -0.077 -0.066 0.035
0.091 0.007 -0.054 0.044 -0.077 0.48 0.039 -0.04
0.112 -0.017 -0.015 0.064 -0.066 0.039 0.258 -0.044
-0.051 -0.076 -0.097 -0.031 0.035 -0.04 -0.044 0.207
0.042 -0.018 -0.059 -0.035 0.016 0.07 0.034 -0.029
-0.099 -0.001 0.001 -0.085 0.071 -0.018 -0.101 -0.023
0.042 -0.067 -0.023 0.013 -0.026 -0.053 0.056 0.085
-0.078 0.09 0.065 -0.035 -0.031 -0.006 -0.051 -0.061
-0.016 -0.037 -0.019 -0.023 -0.029 0.027 0.023 0.078
0.056 -0.083 -0.089 0.055 -0.012 0.049 0.017 0.083
-0.021 -0.108 -0.038 -0.053 0.016 -0.069 -0.013 0.106
Baik untuk kesahatan -0.027 0.016 0.082 -0.015 0.028 -0.074 0 -0.083
0.042 -0.099 0.042 -0.078 -0.016 0.056 -0.021
-0.018 -0.001 -0.067 0.09 -0.037 -0.083 -0.108
-0.059 0.001 -0.023 0.065 -0.019 -0.089 -0.038
-0.035 -0.085 0.013 -0.035 -0.023 0.055 -0.053
0.016 0.071 -0.026 -0.031 -0.029 -0.012 0.016
0.07 -0.018 -0.053 -0.006 0.027 0.049 -0.069
0.034 -0.101 0.056 -0.051 0.023 0.017 -0.013
-0.029 -0.023 0.085 -0.061 0.078 0.083 0.106
0.251 0.012 -0.072 -0.032 0.009 -0.017 -0.008
0.012 0.317 -0.14 0.014 -0.018 -0.036 0.033
-0.072 -0.14 0.313 -0.074 0.022 0.086 0.102
-0.032 0.014 -0.074 0.202 -0.045 -0.084 -0.085
0.009 -0.018 0.022 -0.045 0.189 0.006 0.075
-0.017 -0.036 0.086 -0.084 0.006 0.202 0.07
-0.008 0.033 0.102 -0.085 0.075 0.07 0.226
0.01 0.042 -0.041 0.036 -0.096 -0.072 -0.04
Bebas dari zat tambahan -0.064 -0.058 0.025 -0.028 0.028 -0.088 -0.071 0.084
Llabel halal
karbohidrat
Kelengkapa n zat gizi
-0.083 0.032 -0.029 -0.073 0.051 -0.049 -0.127 0.026
0.024 0.065 0.02 0.023 -0.045 0.099 0.042 -0.088
0.076 -0.036 -0.047 0.088 -0.024 0.079 0.031 0.024
-0.117 0.019 0.077 -0.004 0.01 0.049 0.086
0.037 0.054 -0.044 0.033 -0.012 -0.038 -0.004
0.062 0.012 -0.097 0.026 0.005 -0.085 -0.083
-0.053 -0.105 0.035 -0.082 0.009 0.081 8.65E-06
-0.027
0.016
0.082
-0.015
0.028
-0.074
0
-0.083
0.01
0.042
-0.041
0.036
-0.096
-0.072
-0.04
0.133
-0.009
-0.009
0.001
-0.063
-0.064 -0.083 0.024 0.076
-0.058 0.032 0.065 -0.036
0.025 -0.029 0.02 -0.047
-0.028 -0.073 0.023 0.088
0.028 0.051 -0.045 -0.024
-0.088 -0.049 0.099 0.079
-0.071 -0.127 0.042 0.031
0.084 0.026 -0.088 0.024
-0.117 0.037 0.062 -0.053
0.019 0.054 0.012 -0.105
0.077 -0.044 -0.097 0.035
-0.004 0.033 0.026 -0.082
0.01 -0.012 0.005 0.009
0.049 -0.038 -0.085 0.081
0.086 -0.004 -0.083 8.65E-06
-0.009 -0.009 0.001 -0.063
0.194 -0.006 -0.119 -0.033
-0.006 0.19 -0.031 -0.074
-0.119 -0.031 0.183 -0.01
-0.033 -0.074 -0.01 0.385
.755(a) -0.042 -0.103 0.437 -0.431 0.229 0.384 -0.196
-0.042 .755(a) 0.132 -0.045 -0.252 0.028 -0.088 -0.444
-0.103 0.132 .777(a) -0.11 -0.179 -0.171 -0.065 -0.47
0.437 -0.045 -0.11 .781(a) -0.424 0.175 0.348 -0.188
-0.431 -0.252 -0.179 -0.424 .833(a) -0.298 -0.349 0.206
0.229 0.028 -0.171 0.175 -0.298 .749(a) 0.112 -0.128
0.384 -0.088 -0.065 0.348 -0.349 0.112 .774(a) -0.191
-0.196 -0.444 -0.47 -0.188 0.206 -0.128 -0.191 .636(a)
0.147 -0.096 -0.26 -0.192 0.085 0.202 0.136 -0.126
-0.306 -0.006 0.003 -0.418 0.339 -0.045 -0.353 -0.088
0.13 -0.318 -0.09 0.066 -0.126 -0.138 0.196 0.333
-0.301 0.534 0.321 -0.213 -0.187 -0.02 -0.222 -0.3
-0.062 -0.227 -0.095 -0.148 -0.177 0.089 0.105 0.394
0.217 -0.488 -0.436 0.337 -0.074 0.157 0.074 0.404
-0.079 -0.602 -0.177 -0.306 0.09 -0.21 -0.053 0.491
-0.131 0.117 0.494 -0.11 0.204 -0.291 -0.001 -0.499
-0.254 -0.347 0.123 -0.173 0.172 -0.289 -0.318 0.418
-0.332 0.197 -0.145 -0.465 0.314 -0.163 -0.573 0.131
0.098 0.403 0.105 0.148 -0.282 0.333 0.195 -0.454
0.213 -0.156 -0.168 0.391 -0.103 0.185 0.098 0.086
0.147 -0.306 0.13 -0.301 -0.062 0.217 -0.079
-0.096 -0.006 -0.318 0.534 -0.227 -0.488 -0.602
-0.26 0.003 -0.09 0.321 -0.095 -0.436 -0.177
-0.192 -0.418 0.066 -0.213 -0.148 0.337 -0.306
0.085 0.339 -0.126 -0.187 -0.177 -0.074 0.09
0.202 -0.045 -0.138 -0.02 0.089 0.157 -0.21
0.136 -0.353 0.196 -0.222 0.105 0.074 -0.053
-0.126 -0.088 0.333 -0.3 0.394 0.404 0.491
.817(a) 0.043 -0.258 -0.143 0.043 -0.076 -0.033
0.043 .767(a) -0.443 0.055 -0.073 -0.143 0.125
-0.258 -0.443 .722(a) -0.296 0.09 0.342 0.382
-0.143 0.055 -0.296 .788(a) -0.229 -0.417 -0.396
0.043 -0.073 0.09 -0.229 .821(a) 0.028 0.365
-0.076 -0.143 0.342 -0.417 0.028 .639(a) 0.327
-0.033 0.125 0.382 -0.396 0.365 0.327 .639(a)
0.054 0.203 -0.201 0.218 -0.605 -0.44 -0.228
-0.531 0.078 0.314 -0.023 0.052 0.248 0.409
0.172 0.218 -0.18 0.168 -0.065 -0.195 -0.022
0.288 0.048 -0.404 0.134 0.025 -0.442 -0.406
-0.169 -0.3 0.102 -0.296 0.033 0.291 2.93E-05
-0.131
0.117
0.494
-0.11
0.204
-0.291
-0.001
-0.499
0.054
0.203
-0.201
0.218
-0.605
-0.44
-0.228
.724(a)
-0.057
-0.058
0.004
-0.281
-0.254 -0.332 0.098 0.213
-0.347 0.197 0.403 -0.156
0.123 -0.145 0.105 -0.168
-0.173 -0.465 0.148 0.391
0.172 0.314 -0.282 -0.103
-0.289 -0.163 0.333 0.185
-0.318 -0.573 0.195 0.098
0.418 0.131 -0.454 0.086
-0.531 0.172 0.288 -0.169
0.078 0.218 0.048 -0.3
0.314 -0.18 -0.404 0.102
-0.023 0.168 0.134 -0.296
0.052 -0.065 0.025 0.033
0.248 -0.195 -0.442 0.291
0.409 -0.022 -0.406 2.93E-05
-0.057 -0.058 0.004 -0.281
.691(a) -0.032 -0.631 -0.12
-0.032 .816(a) -0.168 -0.273
-0.631 -0.168 .695(a) -0.038
-0.12 -0.273 -0.038 .822(a)
a Measures of Sampling Adequacy(MSA)
83
80
Lampiran 1 (lanjutan)
Component Matrix(a) Component Rasa
1 .663
2 -.228
3 -.104
Pilihan Rasa
.796
.243
-.145
Merek
.642
.534
-.074
Kemasan
.796
.376
-.045
Aroma
.851
.095
-.228
Iklan
.506
.227
-.449
Media Iklan
.705
.102
.009
Bintang Iklan
.653
.312
-.057
Pengaruh Keluarga
.612
.432
.368
Pengaruh Teman
.603
.327
.486
Pengaruh Guru
.639
.033
.404
Mengenyangkan
.793
-.084
.006
Manfaatnya
.673
-.502
-.018
Kandungan Gizi
.597
-.498
-.128
Kemudahan Memasak
.599
.315
-.495
Baik untuk Kesehatan
.655
-.573
-.124
.668
-.207
.245
.785
-.230
-.026
.664
-.499
.022
.668 -.149 Extraction Method: Principal Component Analysis. a 3 components extracted.
.370
Bebas dari zat tambahan Label Halal Karbohidrat Kelengkapan Gizi
81
Lampiran 1 (lanjutan)
Rotated Component Matrix(a) Component 1
2
3
Rasa
.602
.329
.181
Pilihan Rasa
.324
.674
.392
-.002
.692
.473
Kemasan
.216
.680
.517
Aroma
.478
.682
.302
Iklan
.171
.692
.001
Media Iklan
.366
.452
.411
Bintang Iklan
.176
.573
.410
Pengaruh Keluarga
.032
.342
.761
Pengaruh Teman
.100
.207
.808
Pengaruh Guru
.355
.128
.656
Mengenyangkan
.566
.408
.387
Manfaatnya
.815
.137
.151
Kandungan Gizi
.770
.166
.028
Kemudahan Memasak
.165
.821
.046
Baik untuk Kesehatan
.864
.157
.034
Bebas dari zat tambahan
.568
.121
.460
Label Halal
.675
.348
.303
Karbohidrat
.804
.109
.179
Kelengkapan Gizi
.516
.071
.578
Merek
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 5 iterations.
84 Lampiran 2. Kuisioner untuk Orang Tua
KUISIONER PENELITIAN ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MIE INSTAN ORANG TUA MURID DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MENGKONSUMSI MIE INSTAN (KASUS SEKOLAH ALAM BOGOR)
Kuisioner ini digunakan sebagai bahan untuk menyusun skripsi mengenai “Analisis Proses Keputusan Pembelian Mie Instan Orang Tua Murid Dan Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Siswa Sekolah Dasar Dalam Mengkonsumsi Mie Instan (Kasus Sekolah Alam Bogor)”, oleh Muhammad Erfan A14105573, Mahasiswa Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Mohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu mengisi kuisioner ini secara lengkap. Partisipasi Anda sangat saya harapkan dalam mengisi kuisioner ini. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Petunjuk pengisian : Isilah/beri tanda (x ) pada pilihan anda! I. Identitas Responden Nama :.................................................. Alamat :..................................................
1. Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
2. Umur
: a. 21 – 25 tahun
c. 26 – 30 tahun
b. 31 – 35 tahun
d. 36 – 40 tahun
e. Di atas 41 tahun 3. Pekerjaan Suami
: a. Pegawai Negeri
e. Guru/Dosen
b. Pegawai Swasta
f. Pensiunan
c. ABRI
g. Lainnya, sebutkan..............
d. Wiraswasta 4. Pekerjaan Isteri
: a. Pegawai Negeri
e. Wiraswasta
b. Pegawai Swasta
f. Guru/Dosen
c. ABRI
g. Pensiunan
d. Ibu Rumah Tangga
h. Lainnya, sebutkan.............
5. Pendidikan terakhir : a. SMA Responden
d. Pascasarjana
6. Pendapatan Keluarga per bulan :
b. Diploma
c. Sarjana/S1
85 a. Di bawah Rp. 1.000.000,00 b. Rp. 1.000.001,00 – Rp. 2.500.000,00 c. Rp. 2.500.001,00 – Rp. 5.000.000,00 d. Rp. 5.000.001,00 – Rp. 7.500.000,00 e. Rp. 7.500.001,00 – Rp. 10.000.000,00 e. Di atas Rp. 10.000.001,00 II. Keputusan Pembelian Pengenalan Kebutuhan 1. Apa yang memotivasi anda dalam pembelian mie instan? a. Praktis
b. Ingin Mencoba
c. Sekedar ikut-ikutan
d. Tertarik karena iklannya
e. Lainnya, sebutkan............................
2. Apa alasan anda melakukan pembelian mie instan? a. Rasa sesuai selera anda b. Harga yang terjangkau c. Kemudahan memperoleh d. Kebiasaan e. Lainnya, sebutkan.......... Pencarian Informasi 3. Darimana anda mendapatkan informasi mengenai mie instan? (jawaban dapat lebih dari satu) a. Keluarga
c. Iklan
e. Lainnya, sebutkan...............
b. Teman
d. Toko/Pedagang
4. Media informasi yang paling mempengaruhi pembelian mie instan? a. Media elektronik
c. Personal Selling
e. Lainnya, sebutkan...............
b. Media cetak
d. Pamlet/spanduk/toko
Evaluasi Alternatif 5. Dalam satu bulan terakhir merek mie instan yang keluarga anda konsumsi? a. Indomie
b. Mie Sedaap
c. Mie ABC
d. Mie Kare
e. Sarimi
f. Supermie
g. Lainnya, sebutkan............................................ 6. Faktor-faktor apa yang anda pertimbangkan dalam membeli mie instan? a. Harga
e. Rasa
b. Mudah didapat
f. Kemasan
c. Merek
g. Ukuran
86 d. Kandungan bahan
h. Lainnya, sebutkan.....................
7. Siapakah yang paling mempengaruhi anda dalam menentukan pembelian mie instan: a. Suami/isteri
c. Tetangga
b. Anak
d. Iklan
e. Lainnya, sebutkan.....................
8. Siapakah yang paling mempengaruhi anda dalam menentukan merek: a. Suami/isteri
c. Tetangga
b. Anak
d. Iklan
e. Lainnya, sebutkan.....................
Pembelian 9. Berapa kali frekuensi anda dalam membeli mie instan selama seminggu? a. 1 – 2 kali b. 3 – 4 kali c. Sebulan sekali d. Lainnya sebutkan……. 10. Bagaimana anda memutuskan untuk membeli mie instan? a. Selalu merencanakan membeli sejak dari rumah b. Tergantung situasi c. Mendadak d. Lainnya, sebutkan................... 11. Di mana biasanya anda membeli mie instan? a. Warung
c. Pasar Swalayan (Mini/super/hipermarket)
b. Pasar Tradisional
d. Lainnya, sebutkan.........................
12. Pertimbangan apakah yang anda gunakan dalam memilih tempat pembelian mie instan? a. Dekat dengan tempat tinggal/kantor b. Harga yang lebih murah c. Tempat yang nyaman d. Kelengkapan produk e. Lainnya, sebutkan.......................... 13. Apabila merek mie instan yang anda beli tidak ada, apa yang anda lakukan?
87 a. Membatalkan untuk membeli b. Tetap membeli dengan merek yang lain c. Mencari di tempat lain d. Lainnya, sebutkan............................................
Evaluasi Pasca Pembelian 14. Apakah anda merasa puas terhadap pembelian mie instan yang anda lakukan? a. Ya
b. Tidak
Alasan:.................................................................................................................... 15. Setelah membeli mie instan yang anda konsumsi, apakah anda berniat untuk membeli lagi dengan merek yang sama? a. Ya
b. Tidak
Alasan:.................................................................................................................... 16. Jika harga merek yang anda beli mengalami kenaikan, apakah anda akan tetap membeli? a. Ya
b. Tidak
Alasan:....................................................................................................................
88
Lampiran 3. Kuisioner untuk Anak-anak
Nama : ........................................................... Usia
: ............................................................
Apakah pekerjaan orang tua kamu? Ayah : ............................................................ Ibu
: ............................................................
Petunjuk: Bagaimana persetujuan kamu mengenai faktor-faktor berikut dalam mempengaruhi kamu dalam mengkonsumsi mie instan. Beri tanda silang (x) pada huruf yang sesuai dengan pilihan kamu: Atribut Produk 1. Kamu makan mie instan karena rasanya yang enak...
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
2. Kamu makan mie instan karena banyak pilihan rasanya....
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
3. Kamu makan mie instan karena senang dengan mereknya....
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
89 4. Kamu makan mie instan karena kemasan/bungkusannya yang bagus.....
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
5. Kamu makan mie instan karena aromanya yang khas...
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
d. Setuju
e. Sangat setuju
Pengaruh Psikologi 6. Kamu makan mie instan karena iklannya.....
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
7. Kamu makan mis instan karena media iklan seperti televisi dan radio yang menayangkan iklan mie instan...
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
8. Kamu makan mie instan karena bintang iklan seperti Gita Gutawa, Luna Maya.......
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
90 Pengaruh Lingkungan 9. Kamu makan mie instan karena ayah, ibu dan saudara kamu...
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
10. Kamu makan mie instan karena teman/sahabat kamu...
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
d. Setuju
e. Sangat setuju
d. Setuju
e. Sangat setuju
11. Kamu makan mie instan karena guru kamu...
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
Perbedaan Individu Alasan mengkonsumsi mie instan 12. Kamu makan mie instan karena mengenyangkan....
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
13. Kamu makan mie instan karena manfaatnya untuk tubuh kamu...
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
91 14. Kamu makan mie instan karena kandungan gizinya...
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
15. Kamu makan mie instan karena memasaknya gampang.....
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
Pengetahuan produk 16. Kamu makan mie instan karena baik untuk kesehatanmu.............
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
17. Kamu makan mie instan karena bebas dari zat tambahan......
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
18. Kamu makan mie instan karena ada label halalnya.......
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
92 19. Kamu makan mie instan karena banyak mengandung karbohidrat........
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
e. Sangat setuju
20. Kamu makan mie instan karena zat gizinya lengkap.......
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Biasa saja
d. Setuju
*Terimakasih teman-teman*
e. Sangat setuju