ANALYSIS OF THE POTENTIAL BANKRUPTCY SERVICE COMPANIES THAT HAVE TO GO PUBLIC IN INDONESIA STOCK EXCHANGE MODEL WITH ALTMAN Z-SCORE Siti Nurjannah Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: Altman Z-Score method, bankrupt analyze ABSTRACT Economy is booming and the competition among companies to be stricter. Of increased competition will require companies to always be fundamental to strengthen the management system, will be able to compete with other companies. The inability to anticipate global developments will lead to downsizing in the volume of business that ultimately resulted in bankruptcy of the company. Altman Z-Score model is a model used in predicting the potential bankruptcy of a company that consists of a combination of certain financial ratios of Working Capital to Total Assets Ratio, retained Earning to Total Assets Ratio, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio. The aim of this thesis is to determine the potential bankruptcy of the estimated service companies that have been going public at the Indonesia Stock Exchange and financial ratios to determine the effect of potential of bankruptcy Altman Z-Score model. The results of the study showed that 11 There are service companies that are healthy in this category and do not have a heavy financial problems within five years. Meanwhile, there are six companies that are in condition has the potential to bankrupt and was experiencing serious financial problems for five consecutive years. While the rest are in vulnerable conditions (gray area). Results from this study also showed that the working capital to total asset (X1), retained earnings to total asset (X2), earnings before interest and taxes to total assets (X3) and the market value of equity to book value of total debts (X4) have a significant effect on the potential bankruptcy of either partially or simultaneously.
ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN JASA YANG TELAH GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL ALTMAN Z-SCORE ABSTRAK Semakin berkembangnya perekonomian menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat ini menuntut perusahaan untuk selalu memperkuat fundamental manajemen sehingga akan mampu bersaing dengan perusahaan lain. Ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan global akan mengakibatkan pengecilan dalam volume usaha yang pada akhirnya mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Model Altman Z-Score merupakan sebuah model yang digunakan dalam memprediksi potensi kebangkrutan sebuah perusahaan yang terdiri dari kombinasi beberapa rasio keuangan yaitu Working Capital to Total Assets Ratio, Retained Earning to Total Assets Ratio, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui estimasi potensi kebangkrutan perusahaan jasa yang telah go publik di Bursa Efek Indonesia dan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap potensi kebangrutan model Altman Z-Score. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Terdapat 11 perusahaan jasa yang berada dalam kategori sehat dan tidak memiliki permasalahan keuangan yang berat dalam kurun waktu lima tahun. Sementara itu terdapat enam perusahaan yang berada dalam kondisi berpotensi untuk bangkrut dan tengah mengalami permasalahan keuangan yang serius selama lima tahun berturut-turut. Sedangkan sisanya berada dalam kondisi rawan (gray area). Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa Working capital to total asset (X1) , retained earning to total asset (X2), earning before interest and taxes to total asset (X3) dan market value of equity to book value of total debts (X4) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap potensi kebangkrutan baik secara parsial maupun simultan. Economy is booming and the competition among companies to be more strict. Of increased competition will require companies to always be fundamental to strengthen the management system, will be able to compete with other companies. The inability to anticipate global developments will lead to downsizing in the volume of business that ultimately resulted in bankruptcy of the company. Altman Z-Score model is a model used in predicting the potential bankruptcy of a company that consists of a combination of certain financial ratios of Working Capital to Total Assets Ratio, retained Earning to Total Assets Ratio, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio. The aim of this thesis is to determine the potential bankruptcy of the estimated service companies that have been going public at the Indonesia Stock Exchange and financial ratios to determine the effect of potential kebangrutan Altman Z-Score model. The results of the study showed that 11 There are service companies that are healthy in this category and do not have a heavy financial problems within five years. Meanwhile, there are six companies that are in condition has the potential to bankrupt and was experiencing serious financial problems for five consecutive years. While the rest are in vulnerable conditions (gray area). Results from this study also showed that the working capital to total asset (X1), retained earnings to total asset (X2), earnings before interest and taxes to total assets (X3) and the market value of equity to book value of total debts (X4) have a significant effect on the potential bankruptcy of either partially or simultaneously. Kata kunci : metode altman z-score, analisis potensi kebangkrutan
PENDAHULUAN Dewasa ini perkembangan ekonomi global mengalami perubahan yang cukup signifikan. Semakin berkembangnya perekonomian menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Ketidakmampuan mengatasi perkembangan global akan mengakibatkan pengecilan dalam volume usaha yang pada akhirnya mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Resiko kebangkrutan bagi perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, dengan cara melakukan analisis rasio yang terdapat dalam laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Namun Terdapat masalah dalam pemakaian analisis rasio karena masing- masing rasio memiliki kegunaan dan memberikan indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Kadang-kadang rasio-rasio tersebut juga terlihat berlawanan satu sama lain. Oleh karena itu, jika hanya bergantung pada perhitungan rasio secara individual maka para investor akan mendapat kesulitan dan keraguan untuk memutuskan apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau sebaliknya. Untuk melengkapi keterbatasan dari analisis rasio dapat dipergunakan alat analisis yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk memprediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Alat analisis ini dikenal dengan nama Z-score. Z-score pertama kali diperkenalkan oleh Edward Altman pada tahun 1968 yang dikembangkan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan perusahaan dan dapat juga digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan. Dalam penelitian tersebut, ia menemukan lima rasio yang dapat dikombinasikan dalam suatu rumus matematis yang akurat dalam mengestimasi kebangkrutan perusahaan. Estimasi kebangkrutan berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan atau tidak dimasa yang akan datang. Potensi kebangkrutan diestimasi dengan melakukan perhitungan Z-score, yaitu skor yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Namun kebangkrutan perusahaan belum pasti terjadi, karena pada perusahaan yang masih berdiri dan beroperasi, ia dapat melakukan kebijakan-kebijakan untuk memperbaiki posisi keuangan perusahaannya. KAJIAN TEORI Kebangkrutan Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Kebangkrutan juga sering disebut kepailitan atau pailit. Menurut rumusan pasal 1 ayat (1) UUK dapat diketahui bahwa pailit adalah suatu keadaan debitur tidak mampu atau berhenti membayar utang-utangnya dan itu pun harus dinyatakan dengan keputusan pengadilan (Usman, 2004). Kebangkrutan akan cepat terjadi di negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah lemah perekonomiannya, kemudian semakin lemah dan akhirnya bangkrut. Metode Estimasi Potensi Kebangkrutan Beaver (1966) Melakukan estimasi kebangkrutan dengan menggunakan lima kelompok rasio keuangan yang dianalisis dengan menggunakan metode univariat, yaitu menghubungkan tiap-tiap rasio untuk menentukan rasio mana yang paling baik digunakan sebagai prediktor. Kelima kelompok rasio tersebut terdiri dari cash flows to total debt ratio, net income to total assets ratio, current assets to current liabilities ratio, total debt to total assets ratio, dan working capital to total assets ratio. Altman (1968) mengestimasi potensi kebangkrutan menggunakan metode MDA (Z-score) terhadap lima rasio keuangan, yaitu working capital to total asset, retained earning to total asset, earning before interest and taxes to total asset, market value of equity to book value of total debts, dan seles to total asset. Penelitian ini menggunakan sampel 66 perusahaan yang terbagi dua masing-masing 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut. Hasil studi Altman ternyata mampu memperoleh tingkat ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan. Untuk data dua tahun sebelum kebangkrutan 72% Ohlson (1980) menggunakan model analisa logit kondisional dengan sampel amatan 105 perusahaan bangkrut dan 2058 perushaan tidak bangkrut pada periode 1970 – 1976. Hasilnya menunjukkan bahwa model
size merupakan prediktor yang paling penting dalam memprediksi kebangkrutan Rasio Lima
Variabel Model Altman a. Working Capital to Total Assets Ratio Rasio X1 mengukur likuiditas dengan membandingkan aktiva likuid bersih dengan total aktiva. Aktiva likuid bersih atau modal kerja didefinisikan sebagai total aktiva lancar dikurangi total kewajiban lancar. Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih cepat daripada total aktiva menyebabkan rasio ini turun. Modal Kerja X1 = Total Aktiva b. Retained Earning to Total Assets Ratio Laba yang Ditahan X2 = Total Aktiva Rasio X2 mengukur kemampulabaan kumulatif dari perusahaan. Pada beberapa tingkat, rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan, karena semakin muda perusahaan, semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk membangun laba kumulatif c. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio EBIT X3 = Total Aktiva Rasio X3 mengukur kemampulabaan, yaitu tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba selum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktifitas penggunaan dana yang dipinjam. d. Market Value of Equity to Book Value Of Liabilities Ratio Nilai Pasar Modal Sendiri X4 = Total Utang Rasio X4 Merupakan kebalikan rasio utang per modal sendiri (DER) yang lebih terkenal. Nilai modal sendiri yang dimaksud adalah nilai pasar modal sendiri, yaitu jumlah saham perusahaan dikalikan harga pasar per lembar sahamnya. Umumnya perusahaan-perusahaan yang gagal, mengakumulasi lebih banyak utang dibandingkan modal sendiri e. Sales to Total Assets Ratio Penjualan X5 = Total Aktiva Rasio X5, menunjukkan tingkat perputaran total aktiva dalam satu tahun. Rasio ini juga digunakan untuk menunjukkan efektifitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat, ini menunjukkan
bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. SUMBER DATA Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang meliputi: 1. Data akuntansi dari laporan keuangan tahunan untuk 37 perusahaan jasa yang telah go publik di Bursa Efek Indonesia, yaitu neraca dan laporan laba rugi periode 2004-2008. 2. Data harga saham masing-masing sampel perusahaan selama periode 2004-2008.
PENENTUAN ESTIMASI POTENSI KEBANGKRUTAN Model Altman yang digunakan untuk mengestimasi potensi kebangkrutan perusahaan jasa yang telah go publik di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut: Keterangan : Z = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3+ 1,05 X4
Z : Overall Indeks X1 : Working Capital to Total Assets X2 : Retained Earning to Total Assets X3 : Earning Before Interest and Taxes to Total Assets X4 : Market Value of Equity to Book Value of Liabilities Titik Cut Off: Z > 2,60 : kondisi sehat 1,10 < Z < 2,60 : rawan bangkrut Z < 1,10 : potensi bangkrut HIPOTESIS PENELITIAN Rasio Working Capital to Total Asset Ratio (WCTA), Retained Earned to Total Asset Ratio (RETA), Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (EBITTA), Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio (MVEBVL) berpengaruh terhadap potensi kebangkrutan perusahaan jasa yang telah go publik di Bursa Efek Indonesia.
HASIL PENELI TIAN
PERUSAH AAN
2004
2005
2006
2007
2008
ABBA ADHI ADMF AKSI ANTA ARTA BCAP BIPP CFIN CKRA CMPP CNKO DUTI FMII HEXA IDKM INTA ITTG JIHD KPIG LAMI LPPS MDLN META MLPL PANR PANS PNSE PWSI RBMS
7.813 3.954 9.326 4.874 2.044 5.669 6.101 -4.532 7.445 25.035 -0.057 0.229 1.799 2528.534 5.013 6.684 3.969 1.523 0.717 8.477 3.440 -15.930 -6.735 -0.792 1.202 3.393 4.319 3.112 -10.151 6.697
6.987 2.943 10.898 4.812 2.179 14.178 6.841 -6.184 8.748 17.202 -0.103 0.476 0.776 -2.275 4.097 2.664 4.335 -2.721 1.419 7.124 2.869 -10.422 0.358 0.072 1.235 2.031 3.551 2.269 -11.974 5.675
4.429 2.501 8.705 4.547 2.302 9.680 4.669 -7.732 8.412 13.261 -1.743 0.890 1.543 -1.400 2.555 -0.173 5.049 0.574 2.290 4.660 2.292 -9.690 -0.125 11.894 1.371 1.571 3.396 2.608 -12.976 6.673
4.637 2.412 9.059 1.345 2.788 4.964 6.320 -7.347 7.220 9.169 -2.304 1.064 1.614 1.157 2.812 0.734 4.611 14.537 -0.109 2.340 1.881 -2.166 1.274 10.054 2.381 2.515 3.324 1.742 -14.872 5.261
4.709 1.540 11.345 5.658 3.472 7.463 4.806 -13.099 7.501 8.983 -0.247 1.302 2.985 -0.716 4.474 0.319 4.032 -2.309 -0.377 3.629 1.771 -5.323 -0.410 1.880 0.618 1.506 4.285 2.377 -16.090 7.239
OVERAL L ZSCORE 37 PERUSA HAAN JASA DI BEI NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30