THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
ANALISIS POTENSI DAN KERAWANAN BANJIR DI DAS BENGAWAN SOLO HULU DAN TENGAH Alif Noor Anna1, Kuswaji Dwi Priyono2, Suharjo3, Yuli Priyana4 1 Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Email:
[email protected] 2 Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Email:
[email protected] Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Email:
[email protected] 4 Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Email:
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi dan kerawanan banjir. Metode yang digunakan dalam penelitian tahun ke-2 (dua) ini adalah metode survei. Analisis data menggunakan teknik skoring. Pengolahan data dibantu dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan software Arc GIS 10.2. Hasil dari penelitian ini adalah (a) DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah memiliki tingkat potensi banjir tinggi dan rendah. Potensi tinggi terdapat di Sub DAS Pepe dan terendah tersebar di Sub DAS Alang Unggahan, Dengkeng, Mungkung, Samin, Wiroko Temon, Jlantah Walikun Ds, Bambang, dan Keduang, (b) DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah memiliki tingkat kerawanan banjir tinggi, sedang dan rendah. Potensi tinggi terdapat di Sub DAS Dengkeng, Potensi sedang terdapat di Sub DAS Jlantah Walikun Ds, Keduang dan Samin dan terendah tersebar di Sub DAS Alang Unggahan, Bambang, Mungkung, Pepe, dan Wiroko Temon. Kata kunci: potensi banjir, kerawanan banjir, sumber daya air, perubahan iklim, strategi adaptasi. PENDAHULUAN Perubahan iklim merupakan salah satu isu strategis nasional yang menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia dalam upaya meminimalkan dampak negatif yang diakibatkannya. Pemanasan global merupkan peristiwa alami dan telah terjadi sejak masa awal bumi, namun prosesnya semakin cepat, menyebabkan perubahan iklim dan berdampak buruk pada kehidupan bumi (Sakuntaladewi dan Wibowo, 2015). Peningkatan suhu akibat perubahan iklim akhir-akhir ini semakin meningkat. Dampak dari perubahan iklim global sangat berpengaruh terhadap potensi sumber daya air di suatu wilayah. Potensi air berlebih bisa menyebabkan banjir dan potensi air yang rendah dapat menyebabkan kekeringan. Fenomena alam tersebut dari tahun ke tahun intensitasnya semakin meningkat, sehingga bisa berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Foster (2012) yang menyatakan bahwa dari perubahan iklim akan berdampak negatif terhadap sektor sumber daya air dan stabilitas ekonomi. Ketersediaan sumber daya
THE 5TH URECOL PROCEEDING
air menjadi ancaman global yang harus diselesaikan. Selain itu keadaan tersebut diperparah dengan perkembangan wilayah, tekanan penduduk, serta urbanisasi yang cepat. Begitu pula dengan Adi (2015) dalam makalahnya menyatakan bahwa perubahan iklim global memang sudah memberikan dampak di Indonesia, khususnya perubahan pola curah hujan. Frekuensi dan intensitas hujan ekstrim makin meningkat menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor. Durasi musim kemarau yang lebih panjang menyebabkan kekeringan, kebakaran hutan dan kekritisan lahan. Luo, dkk (2013) juga menyatakan bahwa dampak perubahan iklim dapat mengakibatkan ketidakpastian pada siklus hidrologi dan kualitas air suatu DAS. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Anna, dkk., 2015 terkait dengan neraca sumber daya air DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah menunjukkan bahwa potensi sumber daya air mengalami defisit dan surpluas air. Surplus air terdapat di Sub-sub DAS Bambang, Dengkeng, Jlantah Walikun Ds, Keduang, Mungkung, pepe, dan Samin sedangkan defisit air terdapat di Sub-sub DAS Alang Unggahan, dan Wiroko Temon. Daerah
39
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
penelitian memiliki ketersediaan air antara 37.459,80 - 142.892,59 liter/dm3. Kebutuhan air di daerah penelitian antara 50.782.500 131.690.700 liter. Ketersediaan air di daerah penelitian tidak mampu memenuhi kebutuhan airnya, sehingga di daerah penelitian dapat dikategorikan sangat kritis. Manajemen sumber daya air berbasis wilayah, khususnya manajemen hulu pada sumber atau daerah tangkapan air (DAS atau SWS), dan manajemen hilir yaitu penggunaan air, meliputi penghematan air. Keterpaduan antar berbagai stakeholder dalam manajemen baik hulu maupun hilir sangat diperlukan. Penelitian manajemen sumber daya air di DAS bengawan solo perlu dilakukan mengingat DAS bengawan solo hulu merupakan salah satu faktor penentu kondisi sumber daya air di daerah hilir. Manajemen sumber daya air berbasis wilayah juga diharapkan dapat menekan laju konflik antar pemerintah daerah, baik dalam pemanfaatan maupun pengelolaannya, sehingga pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dilakukan secara terpadu antar pemerintah daerah dan juga stakeholder. Penelitian manajemen sumber daya air berbasis wilayah diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam upaya perencanaan pengelolaan sumber daya air ke depannya, sehingga potensi yang ada beserta risikonya dapat di kelola secara optimal. Penelitian model pengelolaan sumber daya air ini juga diharapkan mampu mengetahui ketersediaan sumber daya air yang ada sekarang, proyeksi di masa yang akan datang, beserta dampak yang ditimbulkan akibat dari pengaruh perubahan iklim global. Penelitian model pengelolaan sumber daya air ini juga secara tidak langsung merupakan sebuah bukti konkrit adanya sebuah hubungan kerjasama antara institusi pendidikan dengan pemerintah daerah, dan stakeholder dalam upaya terpadu untuk mengelola sumber daya air dalam menghadapi tantangan
perubahan iklim global.Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah (a) menganalisis tingkat kerawanan banjir di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah, dan (b) menganalisis tingkat potensi banjir di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah, dan (c) menghitung proyeksi banjir di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah. METODE PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei. Pendekatan yang digunakan meliputi 2 macam, yakni pendekatan biofisik DAS dan meteorologis. Pendekatan biofisik DAS untuk menganalisis potensi dan kerawanan banjir, sementara itu pendidikan meteorologis untuk menganalisis distribusi curah hujan di setiap Sub DAS dan menganalisis banjir rencana atau debit rencana. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari kegiatan survei lapangan dan data sekunder diperoleh dari survei instansionla dan penelitian sebelumnya. Data primer dalam penelitian ini diantaranya adalah data kondisi infrastruktur Sub DAS, dan data morfometri DAS. Sementara itu data sekunder diantaranya adalah data curah hujan, data geologi, data lereng, penggunaan lahan, dan data kondisi sosial ekonomi masyarakat. Teknik Analisa Data Teknik analisa kerawanan, dan potensi banjir Teknik yang digunakan untuk analisis banjir adalah dengan pemberian bobot pada masing-masing parameter atau variabel bervariasi dan tergantung dari seberapa besar pengaruh parameter-parameter tersebut terhadap terjadinya banjir. Semakin besar pengaruh parameter tersebut terhadap banjir maka nilai bobotnya juga besar, sebaliknya jika pengaruhnya kecil maka nilai bobotnya juga kecil.
Tabel 1. Skor Parameter Banjir No I A 1
Parameter/B obot POTENSI BANJIR ESTIMASI (100%) ALAMI (60%)
Besara n
Nilai Kategori
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
No Skor a
40
Parameter/B obot Hujan harian maksimum rata-rata pada bulan basah (mm/hari) (35%)
Besara n < 20 21-40 41-75 76-150 >150
Nilai Kategori Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi
Skor 1 2 3 4 5
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
No b
Parameter/B obot Bentuk DAS (5%)
c
Gradien Sungai (%) (10%)
d
Kerapatan drainase (5%)
e
Lereng ratarata DAS (%) (5%)
2
MANAJEM EN(40%) Penggunaan lahan (40%)
a
B
a
II 1
Besara n Lonjon g Agak Lonjon g Sedang Agak Bulat Bulat < 0,5 0,5-1,0 1,1-1,5 1,6-2,0 > 2,0
Jarang Agak Jarang Sedang Rapat Sangat Rapat <8 8-15 16-25 26-45 > 45
18 February 2017
Nilai Kategori Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi
Skor
No
1 2 3 4 5
a
Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi
1 2 3 4 5
Rendah
1
Agak Rendah
2
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
b
c Hutan Lindun g/ Konser vasi (Alam) * Hutan Prod/P erkeb* * Pek/Se mak/Bl k Sawah/ Tegalteras Tegal/ Pmkkota
Sedang Agak Tinggi Tinggi
PENGUKU RAN (100%) Debit puncak spesifik (m3/dt/km2) (100%)
< 0,58 Rendah 0,58Agak 1,00 Rendah 1,01Sedang 1,50 Agak 1,51Tinggi 5,00 Tinggi > 5,00 DAERAH RAWAN BANJIR ALAMI (55%)
THE 5TH URECOL PROCEEDING
Parameter/B obot Bentuk lahan (10%)
3 4 5
Meandering Sinusitas (P): Panjang atau jarak sungai sesuai belokan : jarak lurus (5%) Pembendung an oleh percabangan sungai/air pasang (10%)
Lereng lahan kiri kanan sungai (%) (30%)
2
1 2 3 4 5
41
MANAJEM EN (45%) Bangunan air (45 %)
UAD, Yogyakarta
Besara n Pegunu ngan dan Perbuk itan Kipas & Lahar, Datara n dan Terasteras Datara n Aluvial , Lemba h Aluvial , Jalur Keloka n 1 – 1,1 1,2 – 1,4 1,5 – 1,6 1,7 – 2,0 >2 Tidak ada Anak Cab S Induk Cab S Induk S Induk/ Bottle neck Pasang Air Laut >8 (Sangat Lancar ) 2–8 (Agak lancar) <2 (Terha mbat)
Nilai Kategori Rendah
Skor
Sedang
3
Tinggi
5
Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi
1 2 3 4 5
Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi
1 2 3 4 5
Rendah Sedang Tinggi
1 3 5
Waduk +Tang gul tinggi dan baik Waduk Tanggu l/Sudet an/ Banjir Kanal Tanggu
Rendah
1
Agak Rendah
2
Sedang Agak Tinggi Tinggi
1
3 4 5
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
No
Parameter/B obot
Besara n l buruk Tanpa Bangu nan, Penyus utan Dimen si Sungai
Nilai Kategori
18 February 2017
Skor
Potensi Banjir di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah Hujan harian rata-rata Hujan harian rata-rata pada penelitian ini menggunakan data terakhir, yakni berdasarkan pada data curah hujan tahun 2015. Data curah hujan maksimum rata-rata diperoleh dari Balai PSDA Bengawan Solo. Secara detail mengenai data hujan harian rata-rata dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Curah Hujan Harian Maksimum Ratarata pada Bulan Basah di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah Curah Hujan No Sub DAS (mm/hari) Alang 28,5 1 Unggahan 29,91 2 Bambang 19,3 3 Dengkeng
Sumber: Paimin, dkk, 2010
Selanjutnya setelah skoring selesai dilakukan kemudian dilakukan klasifikasi data, sehingga di hasilkan kelas potensi dan kelas kerentanan banjir di daerah penelitian. Adapun rumus yang digunakan untuk klasifikasi data tingkat potensi dan kerentanan banjir ditunjukkan
Ki sebagai berikut: dimana: Ki: interval kelas Xt: Skor tertinggi Xr: Skor terendah K: jumlah
Xt - Xr K
48,66
5
Jlantah Walikun Ds Keduang
6
Mungkung
36,91
7
Pepe
244,41
8
Samin
27,75
9
Wiroko Temon
17,33
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian Daerah penelitian masuk dalam wilayah pengairan DAS Bengawan Solo Hulu Tengah. DAS Bengawan Solo Hulu Tengah terdiri dari beberapa Sub DAS diantaranya adalah Sub DAS Pepe, Bambang, Dengkeng, Mungkung, Samin, dan Jlantah Walikun Ds, Keduang, Wiroko Temon, dan Alang Unggahan. Berdasarkan Tabel 3 dapat kita ketahui bahwa curah hujan harian rata-rata maksimum di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah berkisar antara 12,58 mm/hari sampai dengan 244,41mm/hari. Curah hujan harian maksimum rata-rata tertinggi terdapat di Sub DAS Pepe dan curah hujan terendah terdapat di Sub DAS Keduang. Semakin tinggi nilai rata-rata curah hujan maksimum harian, maka potensi terjadi banjir semakin tinggi.
12,58
Sumber: Analisis, 2016 Bentuk DAS Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS) di Sungai Bengawan Solo Hulu dan Tengah bisa dilihat berdasarkan peta administrasi DAS Bengawan Solo Hulu Tengah. Berdasarkan peta administrasi DAS Bengawan Solo Hulu dapat kita ketahui bahwa sebagian besar bentuk Sub DAS adalah lonjong. Secara detail mengenai bentuk-bentuk Sub DAS di DAS Bengawan Solo dapat dilihat pada Tabel 4. Walikun Ds Agak lonjong 5 Keduang Lonjong 6 Mungkung Lonjong 7 Pepe Lonjong 8 Samin Wiroko Lonjong 9 Temon Sumber: Analisis, 2016
Tabel 4. Bentuk-bentuk Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah Bentuk DAS No Sub DAS Alang Lonjong 1 Unggahan Lonjong 2 Bambang Lonjong 3 Dengkeng Lonjong 4 Jlantah
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
42
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Berdasarkan Tabel 4 dapat kita ketahui bahwa bentuk Sub DAS di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah adalah lonjong dan agak lonjong. Hal ini mengindikasikan bahwa DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah merupakan daerah yang memiliki tingkat potensi banjir yang rendah.
Penghitungan gradien sungai dilakukan dengan membandingkan jarak vertikal dan horizontal. Pengukuran jarak vertikal di lapangan dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System) sedangkan jarak horizontal menggunakan data peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) digital area DAS Bengawan Solo. Secara detail mengenai hasil pengukuran gradien sungai dapat dilihat pada Tabel 5. Wiroko 939,31 32.512 2,9 9 Temon Sumber: Analisis, 2016 Berdasarkan Tabel 5 dapat kita ketahui bahwa nilai gradien sungai di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah berkisar antara 2,9% sampai dengan 8,5%. Gradien sungai terendah terdapat di Sub DAS Wiroko Temon dan tertinggi terdapat di Sub DAS Samin. Semakin tinggi nilai gradien sungai, maka suatu wilayah semakin rentan terhadap banjir. Kerapatan drainase Kerapatan aliran atau drainase DAS merupakan indeks yang menunjukan banyaknya anak sungai dalam suatu DAS, dinyatakan dengan perbadingan antar panjang keseluruhan dengan luas DAS. Atau bisa diartikan seperti ini, kerapatan aliran atau drainase DAS adalah panjang total sungai (sungai utama+anak sungai) dibagi dengan luas DAS. Kerapatan aliran sungai dihitung berdasarkan data panjang sungai dan luas DAS yang diperoleh dari data peta RBI digital wilayah DAS Bengawan Solo. Secara detail hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6. g 7 Pepe 436,24 296,53 1,47 8 Samin 397,08 314,62 1,26 Wiroko 430,06 264,60 1,63 9 Temon Sumber: Analisis, 2016 Berdasarkan Tabel 6 dapat kita ketahui bahwa kerapatan aliran di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah berkisar antara 1,01 sampai dengan 1,80. Kerapatan aliran tertinggi terdapat di Sub DAS Jlantah Walikun Ds dan Sub DAS Keduang, sementara kerapatan terendah terdapat di Sub DAS Alang Unggahan. Semakin tinggi kerapatan aliran DAS, maka potensi terjadi banjir semakin tinggi dan sebaliknya kerapatan aliran yang rendah akan memiliki potensi banjir yang rendah pula. Lereng rata-rata DAS
Gradien sungai Tabel 5. Hasil Perhitungan Gradien Sungai DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah No Sub DAS Jarak Jarak Gradie Vertik Horizo n al (m) ntal Sungai (m) (%) Alang 817,8 18.836 4,3 1 Unggaha n Bamban 2337,8 38.057 6,1 2 g 9 Dengken 2598,0 43.334 6,0 3 g 3 Jlantah 2023,8 54.026 3,7 4 Walikun 7 Ds 1875,0 35.714 5,3 5 Keduang 4 Mungku 3091,6 36.764 8,4 6 ng 7 2145,6 36.325 5,9 7 Pepe 9 2.009, 23.758 8,5 8 Samin 05 Tabel 6. Hasil Perhitungan Kerapatan Aliran DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah No Sub DAS Panjan Luas Kerap g Sub atan Sungai DAS Aliran (km) (km2) (km/k m2) Alang 473,30 469,15 1,01 1 Unggahan 2 Bambang 543,24 321,23 1,69 1422,5 861,11 1,65 3 Dengkeng 3 Jlantah 657,29 365,56 1,80 4 Walikun Ds 5 Keduang 762,50 423,25 1,80 6 Mungkun 380,17 324,93 1,17
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
5
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Lereng rata-rata DAS Bengawan Solo Hulu diperoleh dari data penelitian sebelumnya. Data Secara detail mengenai besaran kemiringan
lereng rata-rata di Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah dapat dilihat pada Tabel 7. Jlantah Walikun Ds 5 Keduang 6 Mungkung 7 Pepe 8 Samin 9 Wiroko Temon Sumber: Analisis, 2016
8,71
4
Tabel 7. Lereng Rata-rata DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah N Lereng RataSub DAS o rata (%) Alang 10,32 1 Unggahan 5,36 2 Bambang 7,25 3 Dengkeng Berdasarkan Tabel 7 dapat kita ketahui bahwa rata-rata kemiringan lereng di Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah berkisar antara 5,11% sampai dengan 10,32%. Kemiringan tertinggi terdapat di Sub DAS Aalang Unggahan dan terendah terdapat di Sub DAS Pepe. Semakin tinggi tingkat kemiringan lerengnya, maka potensi banjir di daerah hilir akan semakin besar pula. Penggunaan lahan
6,31 6,17 5,11 5,24 9,67
Pada tahun 2016, di daerah penelitian terdapat 6 jenis penggunaan lahan yang meliputi: hutan, kebun campuran, lahan kering atau kosong, permukiman, sawah, dan tegalan. Penggunaan lahan didominasi penggunaan lahan sawah dan kebun campur dengan luas masing-masing sebesar 1.146,51 km2 dan 1.190,76 km². Secara detail penggunaan lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Walikun Ds
Tabel 8. Jenis Penggunaan Lahan DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah Jenis Penggunaan No Sub DAS Lahan Dominan Alang Kebun Campuran 1 Unggahan 2 Bambang Sawah dan Permukiman Sawah, Permukiman, 3 Dengkeng dan kebun Campur 4 Jlantah Kebun Campur Berdasarkan Tabel 8 dapat kita ketahui bahwa penggunaan lahan dominan di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah adalah kebun campur dan sawah. Hal ini wajar karena sebagian besar penduduknya masih bekerja pada sektor pertanian, baik pertanian pangan maupun non pangan dan perkebunan. Penggunaan lahan berupa sawah dan permukiman memiliki potensi bajir yang tinggi apabila dibandingan dengan jenis penggunaan lahan yang lain. Debit puncak spesifik Data debit puncak dalam penelitian ini diperoleh dari Balai PSDA Bengawan Solo. Secara detail mengenai data debit puncak di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah dapat dilihat pada Tabel 9.Tabel 9. Debit Puncak DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah Tahun 2015
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
5
Keduang
6
Mungkung
7 8
Tegalan dan Kebun Campur Kebun Campur dan Sawah Sawah Kebun Campur Kebun Campur
Pepe Samin Wiroko 9 Temon Sumber: Analisis, 2016 No Sub DAS Debit ratarata bulanan (m3/dt)
1 2 3 4 5 6 7 8
44
Alang Unggahan Bambang Dengkeng Jlantah Walikun Ds Keduang Mungkun g Pepe Samin
Luas (km2)
174,8
469,15
Debit Punca k Spesifi k (m3/dt /km2) 0,37
174,8 33,5 174,8
321,23 861,11 365,56
0,54 0,04 0,48
33,5 174,8
423,25 324,93
0,08 0,54
439,21 174,8
296,53 314,62
1,48 0,56
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Sumber: Analisis, 2016
Wiroko 33,5 264,60 0,13 Temon Berdasarkan Tabel 9 dapat kita ketahui bahwa rata-rata debit puncak spesifik di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah berkisar antara 0,04 m3/dt/km2 sampai dengan 1,48 m3/dt/km2. Rata-rata debit puncak tertinggi terdapat di Sub DAS Pepe dan terendah terdapat di Sub DAS Dengkeng. Semakin tinggi nilai debit puncak spesifik, maka potensi terjadi banjir semakin tinggi pula. Analisis Potensi Banjir DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah Potensi banjir di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah diperoleh berdasarkan nilai skor dari parameter potensi yang ada, yakni meliputi parameter: hujan harian maksimum rata-rata pada bulan basah, bentuk DAS, gradien sungai, kerapatan drainase, lereng ratarata DAS, penggunaan lahan, dan debit puncak spesifik. Nilai skor yang sudah terhitung kemudian diklasifikasi menjadi tiga kelas, yakni: kelas tinggi, sedang, dan rendah. Secara detail mengenai potensi banjir di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah dapat dilihat pada Tabel 10.
9
5
6
7 8
9
1
2
3
4
Su b D AS Al an g Un gg ah an Ba mb an g De ng ke ng Jla nta h W ali ku
Nilai Skor Parameter
Tot al Sko r
A B C D E F G 2 1 5 3 2 2 1
Klasifik asi
Ren dah
16 2
1
5
3
1
4
1
1
1
5
3
1
4
1
3
1
5
3
2
2
1
Ren dah 17 Ren dah 16
THE 5TH URECOL PROCEEDING
n Ds Ke du an g M un gk un g Pe pe Sa mi n Wi ro ko Te mo n
1
2
5
3
1
4
1
2
1
5
3
1
2
1
5
1
5
3
1
4
3
Rendah
17 Renda h
15 22 2
1
5
3
1
2
1
1
1
5
3
2
2
1
Ting gi Ren dah
15 Ren dah
15
Sumber: Analisis, 2016 Keterangan: A : Hujan harian maksimum rata-rata pada bulan basah B : Bentuk DAS C : Gradien sungai D : Kerapatan drainase E : Lereng rata-rata DAS F : Penggunaan lahan G : Debit puncak spesifik Berdasarkan Tabel 10 dapat kita ketahui bahwa tingkat potensi banjir di DAS Bengawan Solo pada Tahun 2015 meliputi potensi rendah, dan potensi tinggi. Potensi tinggi terdapat di Sub DAS Pepe dan terendah tersebar di Sub DAS Alang Unggahan, Dengkeng, Mungkung, Samin, Wiroko Temon, Jlantah Walikun Ds, Bambang, dan Keduang. Adanya fakta bahwa sebagian potensi banjir rendah pada tahun 2015 mengindikasikan bahwa pada tahun ini jumlah aliran permukaannya (run off) rendah dikarenakan curah hujan juga minim. Secara spasial tingkat potensi banjir di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 10. Potensi Banjir DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah N o
UAD, Yogyakarta
Ren dah
17
45
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
perubahan secara dinamis selama proses geomorfologi bekerja pada bentuklahan tersebut. Tenaga yang bekerja disebut dengan tenaga geomorfologi yaitu semua media alami yang mampu mengikis dan mengangkut material di permukaan bumi, tenaga ini dapat berupa air mengalir, air tanah, gelombang, arus, tsunami, angin, dan gletser. Berdasarkan pada proses yang bekerja pada permukaan bumi dikenal dengan proses, fluvial, marine, eolin, pelarutan, dan proses gletser. Bentuklahan DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah di dominasi oleh Dataran Banjir Bengawan Solo. Bentuklahan Dataran Banjir Bengawan Solo merupakan bentukan dari hasil endapan banjir Sungai Bengawan Solo di waktu lampau yang memiliki sifat sangat subur sehingga banyak digunakan untuk areal persawahan. Secara detail mengenai bentuklahan di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah dapat dilihat pada Tabel 11.
Gambar 1. Peta Potensi Banjir DAS Bengawan Solo Hulu Sumber: Peneliti, 2016 Kerawanan Banjir di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah Bentuk lahan Bentuklahan merupakan sebuah kenampakan medan yang terbentuk karena proses-proses alam dan mempunyai komposisi serangkaian, karateristik fisik dan visual tertentu di manapun bentuklahan ditemui (Van Zuidam, 1979). Bentuklahan mengalami proses
Berdasarkan Tabel 11 dapat kita ketahui bahwa sebagian besar bentuk lahan di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah adalah dataran banjir Sungai Bengawan Solo. Tipe bentuk lahan fluvial maupun dataran banjir adalah bentuk lahan yang rentan terjadi banjir. Meandering atau sinusitas Meander adalah bentuk sungai yang berkelok-kelok yang terjadi akibat adanya pengikisan dan pengendapan. Pembentukan meander diawali oleh aliran air sungai di hulu yang memiliki volume dan tenaga yang cukup kecil, sehingga pada bagian ini sungai belum mengalami pengikisan dan aliran sungai akan berusaha menghindari segala penghalang. Penghitungan meandering sinusitas dilakukan dengan membandingkan panjang sungai dengan jarak sungai sesuai belokan dibagi jarak lurusnya. Penghitungan meandering sinusitas didasarkan pada data sungai induk pada masing-masing Sub DAS. Secara detail mengenai hasil perhitungan meandering sinusitas dapat dilihat pada Tabel 12. (km) 1 Alang 18,84 14,98 1,26 Unggahan 2 Bambang 38,06 30,18 1,26 3 Dengkeng 43,33 27,69 1,56 4 Jlantah 54,03 33,13 1,63 Walikun
Tabel 11. Bentuklahan di Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah No Sub DAS Bentuk Lahan Alang Dataran Fluvial 1 Unggahan Kendeng Selatan Dataran Fluvial 2 Bambang Kaki G. Merapi Dataran Fluvial 3 Dengkeng Kendeng Selatan Jlantah Dataran Banjir 4 Walikun Ds Bengawan Solo Dataran Banjir 5 Keduang Bengawan Solo Dataran Banjir 6 Mungkung Bengawan Solo Dataran Banjir 7 Pepe Bengawan Solo Dataran Banjir 8 Samin Bengawan Solo Wiroko Dataran Fluvial 9 Temon Kendeng Selatan Sumber: Analisis, 2016 Tabel 12. Meandering Sinusitas DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah No Sub DAS Panjang Jarak Meande Sungai Lurus ring Sesuai (km) Sinusita Belokan s (km)
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
46
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Ds 5 Keduang 35,71 23,41 1,53 6 Mungkun 36,76 25,20 1,46 g 7 Pepe 36,33 27,56 1,32 8 Samin 23,76 12,67 1,88 9 Wiroko 32,51 23,61 1,38 Temon Sumber: Analisis, 2016 Berdasarkan Tabel 12 dapat kita ketahui bahwa nilai meandering sinusitas di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah berkisar antara 1,26 sampai dengan 1,88. Meandering sinusitas tertinggi terdapat di Sub DAS Samin dan terendah terdapat di Sub DAS Alang Unggahan dan Sub Das Bambang. Semakin tinggi nilai meandering sinusitas, maka semakin rawan terjadi banjir.
UAD, Yogyakarta
Pembendungan oleh percabangan sungai Air yang mengalir berasal dari daerah hulu atau dari cabang-cabang sungai wilayah hulu akan membawa berbagai macam material sedimen seperti lumpur, kerikil, maupun pasir. Semakin lama material tersebut mengendap maka dapat menaikkan muka air sungai karena badan sungai semakin dangkal kedalamannya. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan membuat bendungan penahan sedimen pada daerah hulu. Data pembendungan diperoleh melalui survei lapangan. Pembendungan dilakukan untuk mengurangi tingkat sedimentasi di daerah hilir. Secara detail mengenai bendungan yang telah di buat oleh Balai Pengelola DAS Bengawan Solo dapat dilihat pada Tabel 13. Walikun Ds
Sungai Induk Pembendungan Sungai 5 Keduang Induk Pembendungan Cabang 6 Mungkung Sungai Induk Pembendungan Sungai 7 Pepe Induk Pembendungan Cabang 8 Samin Sungai Induk Wiroko Pembendungan Cabang 9 Temon Sungai Induk Sumber: Analisis, 2016 rendah. Hal ini disebabkan aliran air (run off) akan mengalir dengan cepat ke badan sungai. Secara detail mengenai lereng kanan dan kiri sungai terdapat pada Tabel 14.
Tabel 13. Pembendungan Percabangan Sungai di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah N Sub DAS Keterangan o Alang Pembendungan Cabang 1 Unggahan Sungai Induk Pembendungan Cabang 2 Bambang Sungai Induk Pembendungan Sungai 3 Dengkeng Induk 4 Jlantah Pembendungan Cabang Lereng Kanan Kiri Lahan Lereng kanan dan kiri sungai induk berpengaruh terhadap kerawanan banjir suatu daerah aliran sungai. Semakin curam lereng kanan dan kiri sungai, maka tingkat kerawanan
Ds 5 Keduang Mungkun 6 g 7 Pepe 8 Samin Wiroko 9 Temon Sumber: Analisis, 2016
Tabel 14. Lereng Kanan dan Kiri Sungai di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah No Sub DAS Kemiringan ratarata (%) Alang 30,39 1 Unggahan 26,19 2 Bambang 27,22 3 Dengkeng Jlantah 29,54 4 Walikun Berdasarkan Tabel 14 dapat kita ketahui bahwa kemiringan lereng rata-rata kanan dan kiri sungai di DAS Bengawan Solo Hulu berkisar antara 20,64% sampai dengan 33,53%. Kemiringan lereng tertinggi terdapat di Sub DAS Keduang dan terendah terdapat di Sub DAS
THE 5TH URECOL PROCEEDING
33,53 27,21 21,32 25,27 20,64
Wiroko Temon. Semakin curam lereng kanan dan kiri sungai, maka semakin cepat air mengalir ke badan sungai, sehingga tingkat kerawanan banjirpun semakin menurun. Keberadaan bangunan air
47
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Keberadaan bangunan air sangat membantu dalam mengurangi terjadinya bencana banjir. Berdasarkan survei yang telah di lakukan di wilayah DAS Bengawan Solo Hulu dijumpai beberapa bangunan air diantaranya adalah tanggul penahan erosi tebing sungai, dan
bendungan. Adapun untuk kondisi bangunan yang ada dalam kondisi kurang terawat, artinya tidak di cek kondisi bangunan secara intensif. Secara detail mengenai bangunan air yang terdapat di Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah dapat dilihat pada Tabel 15. Temon bendungan kurang terawat Sumber: Analisis, 2016 Berdasarkan Tabel 15 dapat kita ketahui bahwa di daerah DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah sudah terbangun tanggul sungai dan bendungan. Walaupun demikian keberadaan tanggul dan bendungan tidak sepanjang kanan dan kiri sungai ada. Pembuatan tanggul sungai hanya terdapat pada lokasi yang mengalami erosi tebing sungai bahkan longsor, dan sedimentasi yang tinggi. Analisis Kerawanan Banjir DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah Potensi banjir di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah diperoleh berdasarkan nilai skor dari parameter kerawanan yang ada, yakni meliputi parameter bentuk lahan, meandering sinusitas, pembendungan oleh percabangan sungai, lereng lahan kiri kanan, dan keberadaan bangunan air. Nilai skor yang sudah terhitung kemudian diklasifikasi menjadi tiga kelas, yakni: kelas tinggi, sedang, dan rendah. Secara detail mengenai tingkat kerawanan banjir di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 15. Keberadaan Bangunan Air di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah No Sub DAS Keberadaan Bangunan Air Tanggul sungai, Alang 1 bendungan kurang Unggahan terawat Tanggul sungai, 2 Bambang bendungan kurang terawat Tanggul sungai, 3 Dengkeng bendungan kurang terawat Jlantah Tanggul sungai, 4 Walikun bendungan kurang Ds terawat Tanggul sungai, 5 Keduang bendungan baik Tanggul sungai, 6 Mungkung bendungan kurang terawat Tanggul sungai, 7 Pepe bendungan baik Tanggul sungai, 8 Samin bendungan baik 9 Wiroko Tanggul sungai, Tabel 16. Kerawanan Banjir DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah No Sub Nilai Skor Sk Klasi DAS Parameter or fikas A B C D E Tot i al Alang 5 2 3 1 3 14 Rend 1 Ungga ah han Bamb 5 2 3 1 3 14 Rend 2 ang ah Dengk 5 3 4 1 3 16 Ting 3 eng gi Jlanta 5 3 3 1 3 15 Seda h ng 4 Walik un Ds 5 Kedua 5 3 4 1 2 15 Seda
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
6
ng Mung kung
7
Pepe
8
Samin
5 2 3 1 3 14 5 2 4 1 2 14 5 4 3 1 2 15
ng Rend ah Rend ah Seda ng Rend ah
Wirok 5 2 3 1 3 14 o 9 Temo n Sumber: Analisis, 2016 Keterangan: A : Bentuk lahan B : Meandering sinusitas C : Pembendungan oleh percabangan sungai D : Lereng lahan kiri kanan E : Keberadaan bangunan air
12
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Berdasarkan Tabel 16 dapat kita ketahui bahwa tingkat kerawanan banjir di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah pada Tahun 2015 meliputi potensi rendah, potensi sedang dan potensi tinggi. Potensi tinggi terdapat di Sub DAS Dengkeng, Potensi sedang terdapat di Sub DAS Jlantah Walikun Ds, Keduang dan Samin dan terendah tersebar di Sub DAS Alang Unggahan, Bambang, Mungkung, Pepe, dan Wiroko Temon. Secara spasial tingkat potensi banjir di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah dapat dilihat pada Gambar
UAD, Yogyakarta
Anna, Alif Noor., Dwi, Priyono Kuswaji., Suharjo., Priyana, Yuli. 2015. Model Pengelolaan Sumber Daya Air berbasis Wilayah dalam menghadapi Perubahan Iklim Global di DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah. Laporan Penelitian PUPT. Surakarta: Fakultas Geografi UMS Foster, Stephen & Ait-Kadi Mohamed. 2012. Integrated Water Resources Management (IWRM): How does groundwater fit in?. Hydrogeology Journal (2012) 20: 415– 418. Sweeden: Springer-Verlag Luo Yuzhou, Ficklin Darren L, Liu Xiaomang, Zhang Minghua. 2013. Assessment of climate change impacts on hydrology and water quality with a watershed modeling approach. Science of the Total Environment Jjournal 450–451 (2013) pp:72–82. Elseveier Paimin, Sukresno, Purwanto. 2010. Sidik Cepat Degradasi Sub DAS. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Sakuntaladewi, Niken., Wibowo, Lukas Rumboko,. 2015. Dampak Perubahan Iklim, Kerentanan, dan Adaptasi Masyarakat di DAS Cipunagara, Provinsi Jawa Barat. Makalah Seminar Nasional Restorasi DAS. Surakarta: BPTKPDAS Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Suharjo, Anna. 2007. Evolusi Lereng Dan Tanah Daerah Solo Jawa Tengah. Fakultas Geografi UMS.
2. Gambar 2. Peta Kerawanan Banjir DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah Sumber: Peneliti, 2016 KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan serta mengacu pada tujuan penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya adalah: a. DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah memiliki tingkat potensi banjir tinggi dan rendah. Potensi tinggi terdapat di Sub DAS Pepe dan terendah tersebar di Sub DAS Alang Unggahan, Dengkeng, Mungkung, Samin, Wiroko Temon, Jlantah Walikun Ds, Bambang, dan Keduang. b. DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah memiliki tingkat kerawanan banjir tinggi, sedang dan rendah. Potensi tinggi terdapat di Sub DAS Dengkeng, Potensi sedang terdapat di Sub DAS Jlantah Walikun Ds, Keduang dan Samin dan terendah tersebar di Sub DAS Alang Unggahan, Bambang, Mungkung, Pepe, dan Wiroko Temon REFERENSI Adi, Rahardyan Nugroho. 2015. Klasifikasi Iklim dan Intensitas Kekeringan Daerah Aliran Sungai Code berdasarkan Indeks Kekeringan. Makalah Seminar Nasional Restorasi DAS. Surakarta: BPTKPDAS
THE 5TH URECOL PROCEEDING
49
ISBN 978-979-3812-42-7