ANALISIS PERUBAHAN LUASAN MANGROVE DI PANTAI TIMUR OGAN KOMERING ILIR (OKI) PROVINSI SUMATERA SELATAN MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT TM Oleh Moh. Rasyid Ridho, Hartoni dan Suci Puspita Sari ABSTRAK Penurunan luas area hutan mangrove di Pantai Timur OKI Provinsi Sumatera Selatan terutama disebabkan oleh pembukaan lahan mangrove untuk pertambakan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis perubahan luasan mangrove dengan memanfaatkan data citra Landsat TM. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13-16 Mei 2006 di Sungai Lumpur Kabupaten OKI. Analisis data citra satelit Landsat TM dilaksanakan pada tanggal 22 Mei sampai 13 Juni 2006, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survai lapangan, dilakukan pengamatan sampel pohon mangrove untuk identifikasi jenis-jenis mangrove dan analisis perubahan luas hutan mangrove dengan menggunakan data citra Landsat TM multitemporal (1992, 2000 dan 2003) klasifikasi supervised dan klasifikasi kerapatan menggunakan formula NDVI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jenis mangrove yang mendominasi di Pantai Timur Kabupaten OKI adalah Avicennia sp. (api-api), Sonneratia alba, Rhizopora sp., Bruguiera dan Nipah. Distribusi dan luasan mangrove mengalami penurunan, karena adanya konversi besar-besaran dalam kurun waktu 11 tahun (1992-2003). Penurunan luas mangrove tersebut diiringi dengan meningkatnya luas pemukiman dan lahan terbuka, serta timbulnya kelas baru pada daerah mangrove yaitu pertambakan. Kondisi luasan total hutan mangrove di sepanjang Pantai Timur OKI pada tahun 1992 sebesar 56.418,57 ha, 8 tahun kemudian (2000) menyusut menjadi 47.781 ha lalu pada tahun 2003 luasannya hanya 32.021,64 ha. Kata Kunci: Perubahan Luasan, Mangrove, Pantai Timur OKI, Citra Satelit Landsat TM.
THE ANALYSIS OF MANGROVE WIDE CHANGED IN EAST COAST OF OGAN KOMERING ILIR (OKI) IN THE SOUTH SUMATERA PROVINCE USING LANDSAT TM SATELLITE By Moh. Rasyid Ridho, Hartoni dan Suci Puspita Sari ABSTRACT Decreasing of mangrove area at the east coast of OKI in the South Sumatera Province mainly caused by the convertion the mangrove area for fish pond. The purpose of this research is to analyzing the mangrove condition and its wide changing using Landsat TM satellite. This observation is conducted from 13 to 16 May 2006 at the Lumpur River in the OKI Regency. The analyzing of the Landsat TM Satellite Data is conducted on 22 May to 13 June 2006, this research is using survey method, tracking up the sample of mangrove to be identified its species and mangrove land-cover analysis using multitemporal Landsat TM satellite data (1992, 2000 and 2003), supervised classification and density classification using NDVI formula. The results of this research showed that the mangrove species which dominate at the OKI east coast are Avicennia sp. (api-api), Sonneratia alba, Rhizopora sp., Bruguiera and Nipah. The distribution and mangrove land-cover are decreasing, cause of convertion in 11 years (1992 to 2003). The decreasing of mangrove area is escorting by increasing of living area and open-land, also the appearing of new class, fish-pond. Total mangrove area at OKI east coast on 1992 is 56.418,57 ha, 8 years later (2000) less became 47.781 ha, then on 2003 its just 32.021,64 ha.
Key Words: Wide Changing, Mangrove, , OKI East Coast, Landsat TM Satellite.
I. PENDAHULUAN
Salah satu sumberdaya laut yang potensial di daerah OKI adalah mangrove. Secara ekologis mangrove mempunyai beberapa fungsi, antara lain sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur, perangkap sedimen, daerah asuhan (nursery grounds), daerah mencari makan (feeding grounds), daerah pemijahan (spawning grounds) dan pemasok larva udang, ikan dan biota laut lainnya serta penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang dan bahan baku kertas (Bengen, 2002b). Menurut Kusmana (1996), Sumatera Selatan memiliki luas hutan mangrove terbesar ketiga di Indonesia setelah Irian Jaya dan Kalimantan Timur dengan luas 363.430 ha pada tahun 1993. Mangrove tersebut banyak dijumpai di pesisir timur Kabupaten Banyuasin dan OKI. Menurut Dahuri, et al.,(2001), secara umum mangrove cukup tahan terhadap berbagai gangguan dan tekanan lingkungan. Namun demikian, permasalahan utama tentang pengaruh atau tekanan terhadap habitat mangrove berasal dari keinginan manusia untuk mengkonversi area hutan mangrove menjadi areal pemukiman, tambak dan pertanian. Selain itu, meningkatnya permintaan terhadap produksi kayu menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap hutan mangrove.
Jika eksploitasi
berlangsung terus menerus, dapat menyebabkan kematian dan berkurangnya luas hutan mangrove di OKI. Kegiatan lain yang menyebabkan berkurangnya luas hutan mangrove adalah pembukaan hutan mangrove untuk tambak. Dalam situasi seperti ini, habitat dasar dan fungsi hutan mangrove menjadi hilang, dan kehilangan ini jauh lebih besar dari
nilai penggantinya. Informasi mengenai luas hutan mangrove daerah ini masih sedikit. Untuk itu perlu diadakan penelitian mengenai luasan mangrove di Pantai Timur OKI. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pemantauan luas hutan mangrove yaitu teknologi penginderaan jauh, dalam hal ini menggunakan data citra Landsat TM. Kelebihan metode ini yaitu dapat memantau wilayah yang luas dalam waktu yang hampir bersamaan dan berkesinambungan termasuk daerah yang sukar dijelajahi dan dapat merekam kondisi perairan pesisir yang bersifat dinamis dalam waktu singkat (Susilo, 1997).
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis perubahan luasan mangrove di Pantai Timur OKI Provinsi Sumatera Selatan dengan memanfaatkan data citra Landsat TM.
II. METODOLOGI
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu ground check dan analisis data citra. Ground check dilaksanakan pada tanggal 13-16 Mei 2006 di Sekitar Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir, sedangkan analisis data citra dilaksanakan pada tanggal 22 Mei-13 Juni 2006. Alat dan bahan yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu untuk pengolahan data citra dan survei lapangan. Untuk pengolahan data terdiri dari data primer berupa jenis-jenis pohon mangrove, DBH pohon mangrove, peta rupabumi Kabupaten OKI dengan skala 1:250.000, data pasang surut, citra Landsat multitemporal, Path/ Row 123/062 (tahun 1992, 2000 dan 2003), buku identifikasi mangrove (Bengen, 2002a; Noordkk., 1999; Pramudji dan Purnomo, 2003), seperangkat Personal Computer (PC),
perangkat lunak ER-MAPPER ver. 6.4 untuk pengolahan data hasil perekaman sensor satelit, compact disc (CD), scanner, dan printer. Penelitian ini berdasarkan analisis data citra Satelit Landsat TM, untuk itu diperlukan ground check ke lapangan (lokasi). Lokasi ground check stasiun pengamatan vegetasi mangrove ditentukan secara purposive berdasarkan keterwakilan lokasi kajian, sesuai dengan hasil pengolahan citra awal untuk daerah-daerah mangrove yang mengalami perubahan. Lokasi dan stasiun penelitian disajikan pada Gambar 1. Sedangkan posisi geografis stasiun penelitian tersebut disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Posisi Geografis Stasiun Penelitian Stasiun
Bujur Timur
Lintang Selatan
Keterangan
1
105054’55,8”
3023’00,2”
Dekat S. Lebung Hitam
2
105055’14,3”
3023’12,7”
Dekat S. Lebung Hitam
3
105053’11,0”
3025’17,1”
Muara Sungai Lumpur
4
105052’26,5”
3027’19,5”
Jalur 10 (dekat S. Jeruju)
5
105053’04,5”
3026’4,2”
Muara Sungai Lumpur
Jika stasiun-stasiun pengamatan telah ditentukan, maka selanjutnya ditetapkan transek-transek garis dari arah laut ke arah darat (tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi hutan mangrove) sepanjang 50 meter di daerah intertidal. Pada setiap zona hutan mangrove yang berada di sepanjang transek garis, diletakkan secara sistematik petakpetak contoh (plot) berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10x10 meter sebanyak tiga petak contoh dan jarak antar plot 10 meter (Bengen, 2002a).
Gambar 1. Peta Lokasi dan Stasiun Penelitian
Pada setiap petak contoh yang telah ditentukan, dideterminasi setiap jenis tumbuhan mangrove yang ada. Tahapan pengolahan citra untuk mengetahui perubahan luasan mangrove disajikan pada Gambar 2 berikut:
Citra Landsat TM
Import Data dan Penggabungan Band
Koreksi Atmosferik (Radiometrik)
Koreksi Geometrik dan Registrasi Citra
Membuat False Color Composite (FCC) RGB 453
Analisis Indeks Vegetasi (NDVI; Normalized Difference Vegetation Index)
Membuat Training Area untuk klasifikasi penutupan lahan secara supervised dengan Metode MLC (Maximum Likelihood Classification)
Membagi nilai NDVI menjadi 3 kelas kerapatan berdasarkan histogram
Membuat overlay antara hasil MLC dan NDVI
Inforamasi luas dan kerapatan mangrove
Gambar 2. Tahapan Pengolahan dan Analisis Data Secara Digital
Proses pengolahan data secara digital ini terdiri dari konversi data citra, pemilihan band, koreksi atmosferik dan geometrik, komposit band dan penajaman citra, klasifikasi, serta overlay citra (overlay antara citra hasil klasifikasi dan citra hasil formulasi NDVI). Data citra satelit Landsat TM yang dipergunakan dalam penelitian ini, berada dalam bentuk CD-ROM. Format data yang dipergunakan berekstensi (*.tif) dan (*.img), agar data citra ini dapat dibaca dan diproses oleh program ER MAPPER 6.4 harus dikonversi dalam format data raster (*.ers) yang dilakukan melalui proses import data. Data citra satelit yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari tahun 1992, 2000 dan 2003, untuk keperluan analisis digital dipilih 3 buah band yang dipergunakan sesuai dengan karakteristik spektral masing-masing kanal dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Penelitian mengenai pemantauan kondisi vegetasi, khususnya mangrove dipilih band 4, 5, dan 3 hal ini disebabkan karena, band tersebut peka dan mempunyai nilai reflektansi yang tinggi terhadap vegetasi. Kesalahan citra akibat adanya gangguan atsmosfer harus dihilangkan agar data yang diterima tepat seperti keadaan di lapangan. Proses ini terdiri dari koreksi atmosferik dan koreksi geometrik. Teknik koreksi atmosferik, bertujuan untuk menghilangkan kesalahan akibat pengaruh atmosfer. Teknik koreksi yang digunakan yaitu teknik penyesuaian histogram (histogram adjustment). Koreksi Geometrik bertujuan untuk menghilangkan distorsi pada citra yang disebabkan karena kelengkungan bumi, ketinggian sensor, dan ketidakstabilan sensor. Koreksi geometrik ini menggunakan analisis titik kontrol tanah (GCP), dengan acuan data citra tahun 2000 yang telah terkoreksi sebelumnya. Masing-masing citra kemudian
dilakukan transformasi koordinat dengan tingkat kesalahan (Root Mean Error /RMS) antara 0.01 – 0.99 atau kurang dari 1. Proses Penggabungan (komposit) band ini dapat dilakukan untuk proses klasifikasi. Pemilihan band yang akan digunakan harus disesuaikan dengan tujuan klasifikasi. Pemilihan kombinasi band untuk pengamatan daerah vegetasi mangrove menggunakan komposit False Color dengan kombinasi RGB 453, berdasarkan komposit kombinasi ketiga band ini vegetasi dapat dengan mudah dikenali berdasarkan beda kenampakannya. Selanjutnya dilakukan penajaman citra, proses ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan lebih mudah dalam pengenalan obyek secara visual. Proses selanjutnya setelah penentuan penampakan citra hasil komposit, dilakukan proses klasifikasi. Pada tahap awal dilakukan training area untuk mengelompokan pixel-pixel yang berwarna sama. Setiap hasil penandaan daerah latih diberikan nama (identitas) berdasarkan kenampakannya. Pixel-pixel atau warna yang tidak sesuai akan di masukan ke dalam kelas yang mempunyai kesamaan yang paling banyak,
proses
klasifikasi
ini
dinamakan
klasifikasi
terbimbing
(supervised
classification) dengan metode Maximum Likelihood Classification (MLC). Dilakukan analisis dengan menggunakan formula NDVI untuk mengetahui tingkat kerapatan mangrove. Untuk mengetahui besar perubahan luas lahan mangrove dilakukan perhitungan luas mangrove pada citra pengamatan tahun pertama dan tahun berikutnya. Sehingga dapat diketahui besar perubahan luas lahan mangrove.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Jenis-jenis Mangrove Berdasarkan hasil survai ditemukan 4 jenis mangrove, yaitu Avicennia alba, Sonneratia alba, Rhizopora mucronata dan Bruguiera gymnorrhiza. Pengambilan sample hanya dibatasi pada pohon, hal ini diperlukan untuk analisis kondisi mangrove menggunakan citra. Dimana ketika DBH besar, maka ukuran pohonnya juga tinggi sehingga dapat mempengaruhi reflektansi kanopi mangrove terhadap sensor citra.
3.2. Analisis Kondisi Mangrove Berdasarkan Pengolahan Citra Multitemporal Berdasarkan hasil pengolahan citra multitemporal (1992, 2000 dan 2003), dapat dilihat bahwa telah terjadi penurunan luasan hutan mangrove. Penurunan luasan hutan mangrove menurut hasil pengolahan, disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Perubahan Luasan Hutan Mangrove Berdasarkan Kerapatan dan Tahun Pengamatan Luas(ha) Kelas 1992 2000 2003 Mangrove Jarang 24.734,88 21.576,24 14.229,18 Mangrove Sedang 13.608,71 15.925,05 7.260,39 Mangrove Lebat 18.074,98 10.279,71 10.532,07 Jumlah 56.418,57 47.781 32.021,64
Terlihat dari luasan total hutan mangrove di sepanjang Pesisir Pantai Timur OKI bahwa luas hutan mangrove pada tahun 1992 sebesar 56.418,57 ha, yang 8 tahun kemudian (2000) menyusut menjadi 47.781 ha lalu pada tahun 2003 hanya tinggal 32.021,64 ha. Penyusutan luas mangrove dalam kurun waktu 8 tahun (1992-
2000) sebesar 8.637,57 ha sedangkan pada tahun 2000-2003 sebesar 15.759,36 ha.Untuk wilayah pantai timur Banyuasin terjadi penurunan luasan mangrove sebesar 22.041,09 ha dari tahun 1992-2003 ( Hal ini terjadi karena adanya peralihan fungsi peruntukan hutan mangrove, Menurut Bengen (2002b) secara ekologis hutan mangrove berfungsi sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur, perangkap sedimen, daerah asuhan (nursery grounds), daerah mencari makan (feeding grounds), daerah pemijahan (spawning grounds) dan pemasok larva udang, ikan dan biota laut lainnya serta penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang dan bahan baku kertas. Pertambahan penduduk yang demikian cepat terutama di daerah pantai, diduga mengakibatkan adanya perubahan tata guna lahan dan pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan, hutan mangrove dengan cepat menjadi semakin menipis dan rusak. Permasalahan utama tentang pengaruh atau tekanan terhadap
habitat
mangrove
bersumber
dari
keinginan
manusia
untuk
mengkonservasi area hutan mangrove menjadi areal pengembangan perumahan, kegiatan–kegiatan komersial, industri dan pertanian atau dapat dikatakan juga permasalahan itu timbul dikarenakan adanya peningkatan kegiatan yang mengubah hutan mangrove menjadi peruntukkan lain (Dahuri, et al., 2001). Diduga dari semua ancaman yang serius bagi mangrove adalah persepsi di kalangan masyarakat umum dan sebagian besar pegawai pemerintah yang menganggap mangrove merupakan sumberdaya yang kurang berguna yang hanya cocok untuk tempat pembuangan sampah atau dikonversikan untuk keperluan lain. Masalah lainnya yaitu, meningkatnya permintaan terhadap produksi kayu juga
dapat menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap hutan mangrove. Kegiatan lain yang menyebabkan kerusakan hutan mangrove besar adalah pembukaan tambak– tambak untuk budidaya perairan. Kegiatan ini memberikan kontribusi terbesar dalam pengrusakan ekosistem mangrove. Untuk kasus di kabupaten Banyuasin, menurut Ridho et al. (2005) penurunan luasan mangrove selama 11 tahun yaitu dari tahun 1992 sampai 2003 sebesar 22.041 ha, dan penyebabnya adalah penebangan, konversi hutan mangrove untuk lahan perkebunan, perikanan dan pemukiman. Hal semacam itu juga terjadi dengan mangrove di Kabupaten OKI. Secara umum di masyarakat, ada beberapa permasalahan yang timbul yaitu karena ketidaktahuan akan nilai alamiah yang dapat diberikan oleh ekosistem mangrove dan ketiadaan perencanaan untuk pengembangan secara integral. Ketidaktahuan masyarakat mengenai arti dan peran penting mangrove bagi kehidupan serta kurangnya penguasaan manusia tentang teknik–teknik pengelolaan mangrove yang ramah lingkungan merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan hutan mangrove (Dahuri, et al., 2001). Tingkat penyusutan luasan hutan mangrove dari tahun 1992-2003 disajikan pada Gambar 3, berikut dengan tingkat kerapatannya:
4 6 .2 57 4 .9
8
21
25000.00
24
73
4.8
8
30000.00
8 9.1
92
10
72
60
10000.00
.3 9
10
27
53
9 .7
2.0
1
7
14
22
15
13
15000.00
60
8 .7
1
18
5 .0
5
07
20000.00
5000.00 0.00 1992
2000
2003 Mangrove Jarang Mangrove Sedang Mangrove Lebat
Gambar 3. Grafik Perubahan Luas Hutan Mangrove dari Tahun 1992-2003
Berdasarkan Gambar 3, luas mangrove lebat dalam selang waktu 8 tahun (1992-2000) mengalami pengurangan, yaitu sebesar 7.795,27 ha. Namun pada tahun 2003 mengalami penambahan sebesar 252,36 ha. Luas mangrove sedang mengalami penambahan sebesar 2.316,34 ha (1992-2000), pada tahun 2003 berkurang sebesar 8.664,66 ha untuk selang waktu dari tahun 2000. Sedangkan luas mangrove jarang mengalami penurunan yang cukup besar bila dibandingkan mangrove lebat dan sedang, untuk selang waktu yang sama. Pada selang waktu 8 tahun (1992-2000), luasannya hanya menurun sebesar 3.158,64 ha. Tetapi pada selang waktu antara 2000-2003 penurunannya sebesar 7.347,06 ha. Jika dilihat dari data tersebut, dapat diduga bahwa lebih kecilnya penurunan luas mangrove lebat dan sedang, dikarenakan pengkonversian oleh pihak-pihak tertentu masih
menginginkan agar fungsi mangrove, khususnya sebagai habitat alami beberapa biota laut dan pelindung daerah pesisir tetap berjalan sebagaimana mestinya.
IV. KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1.
Ditemukan 4 jenis mangrove di daerah ground check di Sekitar Sungai Lumpur Kabupaten OKI yaitu Avicennia alba, Sonneratia alba, Rhizopora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza dan Nipah.
2.
Kondisi luasan total hutan mangrove di sepanjang Pantai Timur OKI pada tahun 1992 sebesar 56.418,57 ha, yang 8 tahun kemudian (2000) menyusut menjadi 47.781 ha lalu pada tahun 2003 hanya tinggal 32.021,64 ha. Penyusutan luas mangrove dalam kurun waktu 8 tahun (1992-2000) sebesar 8.637,57 ha sedangkan pada tahun 2000-2003 sebesar 15.759,36 ha.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D. G. 2002a. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Cetakan Ketiga. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB: Bogor. 54 hal. Bengen, D. G. 2002b. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB: Bogor. 63 hal. Dahuri, R., J. Rais, S. Putra Ginting dan M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. P.T.Pradnya Paramita: Jakarta. 305 hal. Kusmana, C. 1996. Nilai Ekologis Ekosistem Hutan Mangrove. Media Konservasi. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Vol: V (1): 17-24 Noor, Y.R., Khazali, dan IN.N. Suryadiputra. 1999. Panduan pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands International. Bogor. 220 hal. Pramudji, dan L.H. Purnomo. 2003. Mangrove Sebagai Tanaman Penghijauan Pantai. LIPI. Pusat Penelitian Oseanografi, Jakarta. 30 hal. Ridho, M.R., A. Sundoko, dan T.Z. Ulqodry. 2006. Analisis Perubahan Luasan Mangrove di Muara Sungai Banyuasin, Sungsang dan Upang Provinsi Sumatera Selatan Menggunakan Citra Satelit Landsat-TM. Jurnal Pengelolaan Lingkungan dan Sumberdaya Alam. Vol: IV (2): 11-18. Susilo, S. B. 1997. Penginderaan Jauh untuk mangrove. Fakultas Perikanan IPB. Bogor, 24 hal.