ANALISIS PERSEPSI LULUSAN AKUNTANSI TERHADAP PILIHAN KARIR DI BIDANG AKUNTANSI Toar Andreas Sanger dan Supatmi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro No. 52-60 Salatiga
[email protected]
ABSTRACT Career choices of accounting graduates is influenced by various factors, for the example perceptions of graduates. This research was conducted to analyze the factors who will be a top priority in career selection on accounting by graduates of Accounting Faculty of Economics and Business, Satya Wacana Christian University Salatiga, seen from 4 aspects, perception of salaries, perception of professional training, perception of the work environment and perceptions of labor market considerations. The research sample is determined by purposive sampling with several criteria, the amount of sample were 94 respondents. The data collected are primary data who obtained from questionnaires. Data analysis of this research using analysis descriptive. The results shows that the perception of accounting graduates were seen from 4 aspects, perception of salaries, perception of professional training, perception of the work environment and perceptions of labor market considerations becomes a consideration graduates of Accounting Faculty of Economics and Business, Satya Wacana Christian University in choosing a career in accounting. The majority of accounting graduates choose a career as an company’s accountants and only a few were interested as accounting educators. The respondents also gave the highest priority on perception of rapid salary increase, professional training, work environment, and consideration of labor market need. Key word: salary, professional training, work environment, consideration of labor market need, career choice, accounting
A. PENDAHULUAN Maju berkembang dan mundurnya sebuah negara bergantung pada sumber daya manusianya. Profesi akuntansi diseluruh dunia telah diawasi secara ketat dalam beberapa dekade sebagai akibat dari serangkaian pengakibat kegagalan suatu perusahaan melakukan perubahan teknologi dan globalisasi ekonomi di dunia (Kavanagh dan Drannen 2008). Profesi akuntansi merupakan tenaga kerja, dan dalam pembangunan sumber daya manusia akan meningkatkan produktivitas kerja yang berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi (Tjiptoheriyanto dan Nagib 2008). Data Departemen Keuangan per Desember 2012, jumlah Kantor Akuntan Publik di Indonesia terdapat 408 unit, dengan status aktif terdapat 397, ditutup atas permintaan ybs ada 4 KAP, dan Kantor Akuntan Publik dengan status sanksi pembekuan izin ada 7 (http://www.ppajp.depkeu.go.id/html/daftarkap/index.html) dan akuntan publik yg memiliki izin praktek tercatat pada bulan Juni 2012 di Pusat Pembinaan Akuntan Publik (PPAJP) i
sebanyak
1.007
orang
(http://www.ppajp.depkeu.go.id/html/daftarap/index.html).
Jika
dibandingkan dengan angka rata – rata rasio klien dan akuntan publik di negara – negara ASEAN, seharusnya dengan jumlah sebanyak 13.848 klien, Indonesia membutuhkan akuntan publik 2.942 orang (Gani et al. 2009). Data tersebut mengindikasikan telah terjadi kelangkaan profesi akuntan publik di Indonesia sebanyak 1.935 orang. Secara global pengajaran akutansi di perguruan tinggi cenderung mengarahkan mahasiswa bekerja sebagai akuntan publik (Widhinugroho1999 dalam Rasmini 2007). Akan tetapi kenyataannya sebagian besar sarjana akuntansi lebih berminat menjadi akuntan non publik karena tidak perlu mengikuti USAP (Ujian Sertifikasi Akuntan Publik). Mahasiswa akuntansi setelah mendapatkan gelar sarjana akuntansi harus sudah melakukan perencaan karir. Kebanyakan orang tidak memiliki perencanaan karier yang baik karena kekhawatiran ketidakpastian
masa
depan
yang
akan
dijalani.
Peluang
dan
kesempatan
yang sangat terbatas membuat orang takut untuk merencanakan apa yang akan dipilih untuk dijalani (Rasmini 2007). Sarjana ekonomi akuntansi, nantinya akan dihadapkan dengan berbagai pilihan profesi diantaranya akuntan publik, akuntan pemerintah, akuntan pendidik, dan akuntan perusahaan (Anna dan Rahayu 2011). Akuntan publik merupakan pihak yang menjembatani hubungan antara pihak manajemen dan pemilik atau pihak pemilik modal. Kegiatan utama dari akuntan publik terutama pada kegiatan audit yang bertujuan untuk memberikan pendapat kewajaran terhadap laporan keuangan yang dibuat pihak manajemen (Baridwan 2002). Pendapat akuntan publik ini berguna bagi pihak-pihak yang terkait dengan laporan keuangan dalam pengambilan keputusan, yaitu pihak perusahaan (manajemen) maupun pihak luar perusahaan yaitu investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat (Purwanti dan Nugraheni 2007). Dalam memilih karir yang akan dijalaninya, mahasiswa akuntansi memiliki berbagai pertimbangan. Salah satu pertimbangan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir yang akan dijalaninya antara lain persepsi mengenai penghargaan finansial, pengakuan profesional, nilai – nilai sosial, pertimbangan pasar kerja, personalitas dan kebanggan (Rasmini 2007). Menurut Felton et al. (1994) dalam Rasmini (2007) persepsi dan stereotype karir merupakan hal yang penting untuk menentukan pilihan karir karena persepsi mahasiswa umumnya dipengaruhi oleh pengetahuan pribadi mengenai lingkungan kerja, informasi dari lulusan terdahulu, keluarga, dosen dan text book yang dibaca atau digunakan. Widyasari (2010) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilih profesi sebagai akuntan publik dan non akuntan publik adalah gaji 2
(penghargaan finansial), pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, nilai intrinsik pekerjaan. Sama halnya dengan penelitian Rahayu et al. (2003) menemukan bahwa pertimbangan pasar kerja yaitu pekerjaan yang aman bukan merupakan faktor yang mempengaruhi mahasiswa untuk memilih karir. Tetapi penelitian yang dilakukan Rasmini (2007) menemukan bahwa keamanan kerja merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan dalam pemilihan karir. Penelitian yang dilakukan Rahayu et al. (2003) menemukan bahwa pelatihan profesional mempengaruhi mahasiswa dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik, namun tidak mempengaruhi pemilihan karir sebagai non akuntan publik (akuntan perusahaan, akuntan pemerintah, dana akuntan pendidik). Namun penelitian Braun et al. (1999) sebagaimana dikutip dalam Sijabat (2004) menjelaskan bahwa faktor
adanya pelatihan
profesional mempengaruhi mahasiswa dalam pemilihan karir sebagai akuntan pendidik. Disisi lain juga ditemukan fakta bahwa banyak lulusan akuntansi tidak berkarir di bidang akuntansi, melainkan berkarir di luar bidang akuntansi, seperti teller bank, marketing dan sales. Berdasarkan fenomena di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi lulusan akuntansi FEB UKSW terhadap pilihan karir di bidang akuntansi. Pilihan karir di bidang akuntansi akan dilihat dari 4 profesi yaitu akuntan publik, akuntan pendidik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah, sedangkan persepsi mahasiswa akan dilihat dari 4 aspek sebagaimana penelitian Widyasari (2010) dan Setiyani (2005) yaitu persepsi atas gaji (penghargaan finansial), persepsi atas pelatihan profesional, persepsi atas lingkungan kerja dan persepsi atas pertimbangan pasar kerja. Selanjutnya persepsi atas 4 aspek akan dilihat secara rinci melalui prioritas mahasiswa atas komponen – komponen aspek tersebut. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk; (1) memberikan tambahan informasi dan wawasan bagi penyusun kurikulum jurusan akuntansi yang ada disetiap universitas, dalam upaya meningkatkan mutu lulusan agar ahli di bidang akuntansi; (2) memberikan bahan masukan dan pertimbangan bagi instansi/lembaga yang telah memperkerjakan tenaga akuntan publik; (3) sebagai bahan referensi bagi peneliti yang ingin meneliti masalah serupa.
B. TINJAUAN PUSTAKA Pilihan Karir Pilihan karir sarjana akuntansi ada 4 yaitu : akuntan publik, akuntan pendidik, akuntan pemerintah, akuntan perusahaan (Anna dan Rahayu 2011). Timbul dan berkembangnya 3
profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya berbagai jenis perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum di negara tersebut (Mulyadi 2002). Sebuah perusahaan untuk menjalankan usahanya membutuhkan modal atau dana entah berasal dari pihak intern perusahaan (pemilik) dan pihak ekstern perusahaan (investor dan pinjaman dari kreditur). Maka pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan tersebut membutuhkan laporan keuangan yang dibuat manajemen. Laporan keuangan yang dibuat manajemen merupakan penyampaian informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak ekstern maupun intern perusahaan (Setiyani 2005). Jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik adalah pemeriksaan laporan
keuangan
dan
konsultasi
di
bidang
keuangan
(Arens
2008).
Jenis pekerjaan tersebut mencerminkan seorang akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) akan selalu berhubungan dengan klien, yaitu perusahaan yang meminta jasa pada kantor akuntan publik. Hal tersebut menunjukan bahwa jenis pekerjaan profesi akuntan publik adalah pekerjaan yang tegantung pada jasa yang diminta oleh kliennya (Setiyani 2005). Jika seseorang memasuki karir sebagai akuntan publik, ia harus terlebih dahulu mencari pengalaman profesi di bawah pengawasan akuntan senior yang lebih berpengalaman. Akuntan perusahaan adalah akuntan yang bekerja dan bertanggung jawab atas berbagai fungsi akuntansi serta keuangan perusahaan. Tugas-tugas yang dikerjakan dapat berupa penyusunan sistem akuntansi, penyusunan laporan keuangan akuntansi kepada pihak-pihak di luar perusahaan, penyusunan laporan akuntansi kepada manajemen, penyusunan anggaran, menangani masalah perusahaan dan melakukan pemeriksaan intern. Akuntan perusahaan biasanya bertindak sebagai pengontrol perusahaan yang berhubungan dengan keluar masuk uang (Alam 2007). Pekerjaan akuntansi dalam perusahaan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Akuntansi manajemen berguna untuk menghasilkan informasi khusus bagi pengguna internal seperti manajer dan karyawan yang berfungsi untuk mengidentifikasikan, mengumpulkan, mengukur, mengklasifikasikan, dan melaporkan informasi yang bermanfaat bagi pengguna internal dalam pembuatan, perencanaan, pengendalian dan keputusan. Sedangkan akuntansi keuangan berguna untuk menghasilkan informasi bagi pihak internal maupun eksternal, seperti manajer, karyawan, investor, kreditur, maupun pemerintah yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan yang berhubungan dengan perusahaan secara keseluruhan (Hansen dan Mowen 2006). Untuk bekerja sebagai akuntan perusahaan juga bukan hal yang mudah dikarenakan harus mengikuti serangkaian tes, seperti tes psikologi, tes materi akuntansi, tes wawancara dan kesehatan. Berprofesi sebagai akuntan perusahaan memiliki kekurangan yaitu akan 4
cenderung merasa jenuh bekerja karena tantangan yang stabil, indoor dan perkembangan dunia akuntansi yang tidak begitu cepat (Widyasari 2010). Namun akuntan perusahaan memiliki keunggulan dibanding posisi lain dalam perusahaan yaitu dapat berupa peningkatan karir yang cepat dan susah untuk diberhentikan dari perusahaan. Temuan ini yang membuat pandangan pada mahasiswa lebih memilih dan merencanakan karir sebagai akuntan perusahaan. Akuntan pendidik adalah akuntan yang mengajar pada perguruan tinggi atau disebut dosen, selain itu juga bertugas dalam pendidikan akuntansi, yaitu mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi dan melakukan penelitian di bidang akuntansi (Soemarso 2004). Akuntan pendidik dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Menurut Setiyani (2005) bahwa akuntan pendidik juga harus mampu melaksanakan pengabdian pada masyarakat, dimaksudkan agar seorang pendidik tidak hanya berkomunikasi dengan bidang ilmunya sendiri, namun juga harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat luas, yang merupakan pihak tidak mungkin tidak mengenal disiplin ilmu si pendidik. Selanjutnya juga dinyatakan bahwa mahasiswa yang memilih berprofesi sebagai akuntan pendidik lebih mengharapkan pekerjaan yang keamanan kerjanya terjamin dan sifat pekerjaan yang rutin sehingga tidak mengalami kesulitan untuk melakukan sehari-hari. Mahasiswa juga mengharapkan bekerja sebagai akuntan pendidik lebih mempunyai jaminan hari tua. Temuan ini yang membuat mahasiswa lebih tertarik dan merencanakan karir sebagai akuntan pendidik. Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada badan-badan pemerintah. Badan-badan pemerintah di sini adalah seperti departemen-departemen, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Dirjen. Pada lembaga tersebut akuntan dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan yaitu menangani dan mengawasi keuangan tetapi dalam lingkup pemerintah (Purwanti dan Nugraheni 2007). Lembaga-lembaga pemerintah tersebut biasanya sudah diatur dengan undang-undang, sehingga tugas dan kewajiban akuntan pemerintah disesuaikan dengan undang-undang yang berlaku. Sarjana akuntansi yang berprofesi sebagai akuntan pemerintah mempunyai status pegawai negeri (Setiyani 2005). Mahasiswa yang merencanakan karir sebagai akuntan pemerintah mengharapkan gaji awal yang lebih tinggi dan memiliki jaminan hari tua yang lebih baik dibandingkan dengan profesi akuntansi lainnya (Haswell and Holmes, 1988; Horowitz and Riley, 1990 dalam Setiyani 2005). Akuntan
pemerintah merupakan karir yang memiliki pekerjaan rutin 5
sehingga kecil kemungkinan mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya, dan mempunyai keamanan kerja yang tinggi. Profesi akuntansi juga diperlukan meskipun pada lembaga yang kegiatannya tidak berorientasi laba (Yendrawati 2007). Temuan ini yang menjadikan mahasiswa lebih tertarik merencanakan dan memilih berkarir sebagai akuntan pemerintah Persepsi Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1995), definisi persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Jadi persepsi dapat diartikan sebagai proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungannya melalui panca inderanya (melihat, mendengar, mencium, menyentuh dan merasakan). Menurut Sunaryo (2004)
persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsan melalui
pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun dalam diri individu. Berikut ini akan diuraikan nalar konsep persepsi mahasiswa atas gaji, pelatihan profesional, lingkungan kerja, dan pertimbangan pasar kerja, dalam kaitannya pemilihan karir di bidang akuntansi. a) Persepsi atas gaji (penghargaan finansial) Persepsi atas penghargaan finansial merupakan faktor yang mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir (Ghani et al. 2008). Gaji atau penghargaan finansial adalah hasil yang diperoleh sebagai kontraprestasi yang telah diyakini secara mendasar bagi sebagian perusahaan sebagai daya tarik utama untuk memberikan kepuasan kepada karyawan (Setiyani 2005). Penelitian yang dilakukan Setiyani (2005) dan Zulpahmi (2010) menunjukan bahwa mahasiswa akuntansi menempatkan gaji sebagai alasan utama dalam memilih pekerjaan sejalan dengan penelitian Demagalhaes (2011). Penelitian Widyasari (2010) juga menunjukkan bahwa pemilihan profesi mengutamakan gaji pertama yang tinggi baik pada profesi sebagai akuntan publik dan non akuntan publik. Sedangkan Widyasari (2010) menyimpulkan bahwa mahasiswa yang memilih profesi akuntan pemerintah dan akuntan pendidik lebih mengharapkan dana pensiun dibandingkan dengan mahasiswa yang memilih profesi akuntan perusahaan dan akuntan publik. Penelitian (Setiyani 2005) juga mengungkapkan dana pensiun sangat diharapkan oleh mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan pemerintah dan akuntan pendidik, sedangkan mahasiwa yang memilih karir sebagai akuntan perusahaan tidak begitu mengharapkan atas perolehan dana pensiun. Mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan publik bahkan kurang mengharapkan dana pensiun. Gaji atau penghargaan finansial yang akan diuji dalam 6
penelitian ini meliputi tiga pertanyaan yaitu mengenai gaji awal yang tinggi, dana pensiun, dan kenaikan gaji lebih cepat. b) Persepsi atas pelatihan profesional Pelatihan profesional adalah hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan keahlian. Menurut Setiyani (2005) pelatihan profesional tidak dipertimbangkan dalam pemilihan profesi mahasiswa, kecuali faktor pengalaman kerja yang bervariasi dipertimbangkan oleh mahasiswa yang memilih profesi akuntan publik dan akuntan pemerintah. Mahasiswa yang memilih berprofesi sebagai akuntan pendidik beranggapan bahwa tidak diperlukan pelatihan kerja sebelum memulai pekerjaan. Penelitian Setiyani (2005) menunjukkan profesi sebagai akuntan publik dianggap lebih memerlukan pelatihan kerja untuk meningkatkan kemampuan profesional dan mendapatkan pengalaman kerja yang bervariasi, sedangkan pada akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah menganggap bahwa pelatihan kerja kurang diperlukan. Bagi akuntan pendidik mahasiswa menganggap tidak diperlukannya pelatihan kerja, sehingga pengalaman kerja yang bervariasi lebih sedikit diperoleh dibandingkan profesi sebagai akuntan perusahaan dan pemerintah. c) Persepsi atas lingkungan kerja Lingkungan kerja merupakan suasana kerja. Lingkungan kerja berkaitan dengan tipe pekerjaan dan lingkungan tempat bekerja, meliputi sifat kerja (rutin, atraktif, sering lembur), tingkat persaingan antar karyawan dan tekanan kerja untuk meraihi hasil yang sempurna, kesempatan untuk menjadi spesialis merupakan faktor dari lingkungan pekerjaan (Setiyani 2005). Penelitian yang dilakukan Demagalhaes (2011) menemukan bahwa lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mahasiswa akuntansi terhadap pilihan karir di bidang akuntansi. Lingkungan kerja dipertimbangkan dalam pemilihan profesi mahasiswa terutama pada sifat pekerjaan rutin dan pekerjaan cepat diselesaikan. d) Persepsi atas pertimbangan pasar kerja Penelitan Zulpahmi (2010) menemukan bahwa pertimbangan pasar kerja merupakan hal utama dalam pertimbangan pemilihan karir. Pertimbangan pasar kerja meliputi keamanan kerja dan tersedianya lapangan kerja atau kemudahan mengakses lowongan kerja. Keamanan kerja merupakan fakor dimana karir yang dipilih dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Jauh dari kasus PHK penelitian Sijabat (2004) mengungkapkan bahwa tidak ada yang mempengaruhi cara pandang terhadap pertimbangan pasar kerja dalam memilih profesi akuntan publik dan non akuntan publik. Menurut (Rahayu et al. 2003) mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan pemerintah dan akuntan pendidik menganggap keamanan kerja dan pekerjaannya lebih aman. 7
Keamanan kerja pada karir sebagai akuntan publik sedikit lebih aman daripada keamanan kerja sebagai akuntan perusahaan yang sangat mudah di PHK. Akses karir sebagai akuntan pendidik dan akuntan perusahaan lebih mudah dibandingkan dengan karir sebagai akuntan pendidik dan akuntan pemerintah menyenangkan tetapi sering lembur dan kompetisi di antara karyawannya sangat tinggi serta ada tekanan kerja untuk meraih sukses. Pilihan karir sebagai akuntan pemerintah hampir sama dengan akuntan perusahaan yaitu pekerjaan cepat dapat diselesaikan, tidak begitu sering lembur, tekanan kerja sedikit, kompetisi diantara karyawan sedikit serta kurang banyak tantangan. Karir sebagai akuntan pendidik pekerjaannya dapat lebih cepat diselesaikan dan banyak tantangan karena sering bertemu dengan banyak orang (Widyasari 2010).
C. METODE PENELITIAN Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW yang telah lulus dalam sidang skripsi selama tahun 2013. Sampel menggunakan Purposive Sampling dengan kriteria lulusan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW tahun 2013 (lulus sidang skripsi), lulusan yang dapat ditelusuri alamatnya, lulusan yang mengisi kuisoner secara lengkap. --- Tabel 1 --Tabel 1 menjelaskan deskripsi mengenai penentuan sampel penelitian. Data yang diperlukan untuk penelitian ini berupa data primer yakni data yang diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh lulusan FEB UKSW tahun 2013. Dalam bulan Januari – Desember 2013 menurut data yang tercatat secara administrasi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW terdapat 145 lulusan progdi akuntansi. Namun lulusan yang dapat ditemui dan ditelusuri alamatnya untuk diberi kuesioner hanya 115 kuesioner. Kuesioner disebarkan langsung ke responden namun beberapa kuesioner disebarkan ke responden menggunakan email dengan bantuan Google Form. Dari 70 kuesioner yang diberikan langsung dan 45 kuesioner yang disebarkan melalui email terdapat 12 kuesioner yang diisi namun tidak lengkap atau salah dalam pengisian, dan terdapat 9 kuesioner yang tidak kembali. Dari 115 kuesioner yang sudah disebar didapat 94 sampel (64,8%) yang nantinya akan dianalisis lebih lanjut. Variabel penelitian di dalam penelitian ini adalah pilihan karir di bidang akuntansi dan persepsi mahasiswa akuntansi sebelum memperoleh sarjana dalam memilih karir di bidang akuntansi, yang dilihat dari 4 aspek yaitu gaji, pelatihan profesional, lingkungan kerja, dan
8
pertimbangan pasar kerja. Tabel 2 menjabarkan indikator empiris untuk setiap variabel penelitian menurut Widyasari (2010). --- Tabel 2 --Selanjutnya penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan uji analisis tabulasi silang (crosstab) antara persepsi mahasiswa atas 4 aspek terhadap pilihan karir di bidang akuntansi.
D. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik deskriptif --- Tabel 3 --Pada Tabel 3 tentang statistik deskriptifi data penelitian, terlihat bahwa 94 responden lulusan akuntansi 2013 sebagian besar berjenis kelamin perempuan, presentasenya sebesar 68,1%, sedangkan mahasiswa yang berjenis kelamin laki–laki hanya 31,9%. Usia responden bervariatif antara 21 tahun hingga 26 tahun, dan sebagian besar responden berusia 22 tahun dengan jumlah 39 responden (41,5%). Responden terdiri dari beberapa angkatan, yaitu dari angkatan 2006 hingga 2010, namun responden terbanyak adalah angkatan 2009, hal ini wajar karena tahun 2013 merupakan tahun ke 4 atau tahun terakhir kuliah (wajar) bagi mahasiswa tahun angkatan 2009, sehingga terlihat signifikan yaitu sebesar 57,4%. Selanjutnya diikuti tahun angkatan 2008 sebesar 27,7%. Dilihat dari Indek prestasi kumulatif (IPK) yang dibagi menjadi empat kategori, sebagian besar responden memiliki IPK antara 2.76–3.50 (63,8%), berarti selama tahun 2013 progdi akuntansi telah menghasilkan mahasiswa lulusan progdi akuntansi dengan IPK tergolong sangat memuaskan. Tabel 3 juga menunjukkan bahwa minat karir yang paling banyak diminati lulusan akuntansi secara berurutan adalah pertama sebagai akuntan perusahaan (37,2%), banyaknya peminat sebagai akuntan perusahaan dikarenakan banyaknya lowongan pekerjaan yang tersedia bagi lulusan akuntansi, sehingga lebih berpeluang mendapatkan pekerjaan (Setiyani, 2005). Beberapa responden yang diwawancarai langsung juga mengungkapkan bahwa selain peluang menjadi akuntan perusahaan besar, akuntan perusahaan merupakan karir yang banyak dibutuhkan, seiring bertambahnya perusahaan dan Indonesia memasuki era pasar bebas. Profesi akuntansi yang diminati terbanyak ke dua adalah akuntan publik (18,1%), responden yang memilih akuntan publik melalui wawancara langsung, mereka memang dari awal berminat untuk menjadi akuntan publik, karena mengetahui akan mendapatkan berbagai pengalaman bertemu banyak perusahaan/klien. Urutan ke tiga adalah akuntan pemerintah
9
(17%), menurut responden akuntan pemerintah memiliki pekerjaan yang lebih simpel daripada akuntan publik dan akuntan perusahaan. Karir lain yang diminati oleh responden di antaranya adalah perbankan dan BUMN. Responden yang memilih karir di perbankan (14,9%) mengatakan bahwa mereka menyukai dunia kerja perbankan dan berinteraksi dengan berbagai macam nasabah. Sedangkan responden yang memilih berkarir di BUMN (7,4%) melalui wawancara langsung mengatakan BUMN menjadi pilihan karirnya karena beberapa BUMN mengharuskan penempatan kerja di luar kota dan beberapa bekerja di lapangan. Sementara itu lulusan akuntansi kurang berminta untuk menjadi akuntan pendidik, ada kemungkinan mereka menganggap karir akuntan pendidik tidak mudah untuk dijalani karena memiliki tanggung jawab sebagai tokoh modelling bagi anak didiknya (Dariyo 2004). Responden mengungkapkan bahwa menjadi akuntan pendidik sulit, karena harus bisa melakukan transfer pengetahuan ke anak didiknya. Hasil ini sejalan dengan penelitian Rahayu et al. (2003) bahwa lulusan akuntansi lebih berminat menjadi akuntan perusahaan, dan sedikit yang berminat menjadi akuntan pendidik.
Persepsi responden terhadap 4 aspek Responden memberikan urutan prioritas pada tiap aspek persepsi, dan persepsi responden atas gaji dapat dilihat di tabel 4. --- Tabel 4 --Tabel 4 menunjukan bahwa persepi atas gaji tentang kenaikan gaji yang cepat merupakan salah satu persepsi yang menjadi prioritas seluruh responden, yaitu 38 responden (40,4%). Berarti lulusan progdi akuntansi lebih mengharapkan pilihan karirnya nanti secara berurutan memberikan kenaikan gaji cepat, gaji awal yang tinggi dan adanya dana pensiun. Lulusan yang memprioritaskan gaji awal yang tinggi sebagai prioritas utama hanya 32 responden (34%) dan adanya dana pensiun sebagai pertimbangan memilih karir hanya 24 responden (25,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian Widyasari (2010) bahwa responden masih tidak mempertimbangkan jaminan di hari tua kelak. Tabel 4 juga menggambarkan bahwa lulusan prodi akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana, dalam memilih pilihan karir lebih cenderung mempertimbangkan kenaikan gaji yang cepat, kemudian gaji awal yang tinggi, baru mempertimbangkan keberadaan dana pensiun. --- Tabel 5 --Tabel
5
menggambarkan
bahwa
sebagian
besar
lulusan
progdi
akuntansi
mempertimbangkan adanya pelatihan sebelum kerja yaitu sebesar 68,1%. Sebagai freshgraduate yang masih belum mengerti penuh pekerjaan dari karir yang dipilih, 10
mempertimbangkan adanya pelatihan sebelum bekerja dianggap merupakan hal yang diperlukan untuk nantinya menghadapi masalah–masalah di dalam pekerjaannya (Widyasari 2010). Memperoleh pengalaman kerja yang bervariasi menjadi pertimbangan utama bagi beberapa responden yaitu sebesar 11,7%, menunjukan bahwa lulusan progdi akuntansi juga berharap tidak mengalami kejenuhan dalam bekerja (Yendrawati 2007). Sama seperti sering mengikuti pelatihan di luar lembaga juga menjadi pertimbangan dalam memilih karir, 11,7% lulusan memprioritaskan menjadi pilihan utama. Sedangkan seringnya mengikuti pelatihan rutin di dalam lembaga kurang menjadi pertimbangan utama dalam memilih karir bagi lulusan progdi akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (8,5%), walaupun pelatihan rutin di luar maupun di dalam lembaga tempat bekerja juga diperlukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan dalam bekerja (Widyasari 2010). --- Tabel 6 --Berdasarkan Tabel 6, persepsi atas lingkungan kerja yang menyenangkan menjadi pertimbangan utama bagi lulusan progdi akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, yaitu sebesar 62,8%, sehingga menunjukan bahwa sebagai freshgraduate lingkungan kerja yang menyenangkan dapat meningkatkan prestasinya dalam bekerja kelak (Yendrawati 2007). Persepsi pekerjaan yamg rutin juga menjadi pertimbangan responden yaitu 14,9%, pekerjaan yang rutin juga menjadi pertimbangan dalam memilih karir, karena beberapa pilihan karir mempunyai jadwal bekerja yang rutin. Sedangkan pekerjaan yang memiliki banyak tantangan juga menjadi pertimbangan utama, hal ini karena beberapa pilihan karir mengharuskan untuk adanya penempatan kerja dimana saja dan harus sesuai dengan undang–undang yang telah diatur (Widyasari 2010). Indikator pekerjaan yang lebih cepat dapat diselesaikan menjadi pertimbangan utama responden yaitu 10,6%. Beberapa pilihan karir memiliki jam kerja yang sudah diatur dan dikerjakan dalam waktu singkat (Setiyani 2005). Sering lembur menjadi pertimbangan utama bagi 1 responden, hal ini mungkin terjadi karena mahasiswa merasa pilihan karir yang dipilih harus dikerjakan secara konsisten dan dengan kerja keras. Tidak ada yang mempertimbangkan adanya tekanan kerja menjadi prioritas dalam memilih karir, lulusan menganggap adanya tekanan kerja dalam karir dapat menghambat kinerja dan prestasi untuk mencapai sukses (Putra 2013). --- Tabel 7 --Tabel 7 menggambarkan bahwa 78,7% responden lebih mempertimbangkan keamanan kerja yang terjamin dalam memilih karir di bidang akuntansi, karena sebagai freshgraduate yang belum memiliki pengalaman kerja, karir yang dapat memberikan jaminan atau tidak gampang memutuskan hubungan kerja karyawan menjadi prioritas utama lulusan 11
(Yendrawati 2007). Sedangkan mudahnya mengetahui informasi lapangan pekerjaan juga menjadi pertimbangan utama bagi 20 responden atau sebesar 21,3%. Hal ini menarik minat lulusan akuntansi karena sebelum bekerja dapat mempersiapkan persyaratan dan mental kelak saat sudah bekerja nanti (Sijabat 2004).
Hubungan persepsi responden terhadap 4 aspek dan pilihan karir di bidang akuntansi Berikut ini akan dipaparkan hubungan antara persepsi responden atas gaji, pelatihan profesional, lingkungan kerja, dan pertimbangan pasar kerja, dengan pilihan karir di bidang akuntansi. --- Tabel 8 --Tabel
8
menunjukkan
bahwa
lulusan
akuntansi
dalam
memilih
karir
mempertimbangkan gaji. Lulusan akuntansi yang memilih akuntan publik mengharapkan gaji awal tinggi yaitu sebanyak 58,8% diikuti kenaikan gaji cepat 23,5% dan adanya dana pensiun 17,6%. Gaji awal yang tinggi dianggap sebagai pertimbangan utama dalam memilih karir akuntan publik, hal ini terjadi karena lulusan akuntansi masih harus mengeluarkan uang lagi untuk melakukan pendidikan akuntansi dan mengikuti USAP (Ujian Sertifikasi Akuntan Publik) dari IAI (Rasmini 2007). Berbeda dengan responden yang memilih karir sebagai akuntan perusahaan, lulusan akuntansi memprioritaskan kenaikan gaji yang cepat menjadi pertimbangan utama yaitu 54,3%, diikuti gaji awal yang tinggi 37,1% dan adanya dana pensiun 8,6%. Hal yang sama dengan karir di perbankan, lulusan yang memilih karir di perbankan memprioritaskan kenaikan gaji yang cepat menjadi pertimbangan utama yaitu 42,9% diikuti adanya dana pensiun 35,7% dan gaji awal yang tinggi 21,4%. Lulusan menganggap kenaikan gaji yang cepat sebagai akuntan perusahaan dan karir di perbankan memberikan dorongan motivasi untuk mencapai kesuksesan (Putra 2013). Sedangkan lulusan yang memilih karir sebagai akuntan pendidik, akuntan pemerintah dan BUMN memprioritaskan adanya dana pensiun sebagai pertimbangan utama yaitu 60%, 43,8% dan 42,9%. Hal ini terjadi karena lulusan menganggap karir sebagai akuntan pendidik, akuntan pemerintah dan BUMN memberikan jaminan di hari tua kelak dengan adanya dana pensiun (Setiyani 2005). Hasil ini sejalan dengan penelitian Zulphami (2010) bahwa persepsi atas gaji menjadi pertimbangan utama dalam memilih karir, sebab selain gaji merupakan nilai dari hasil pekerjaan yang telah dikerjakan, gaji juga dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. --- Tabel 9 ---
12
Tabel 9 menggambarkan bahwa pelatihan sebelum bekerja menjadi pertimbangan utama bagi lulusan akuntansi dalam memilih karir sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah, perbankan dan BUMN, tidak bagi akuntan pendidik. Lulusan menganggap akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah, perbankan dan BUMN memerlukan pelatihan sebelum bekerja untuk meningkatkan kemampuan dalam menjalani karirnya (Setiyani 2005). Sering mengikuti latihan di luar lembaga dan di dalam lembaga menjadi prioritas utama bagi beberapa lulusan akuntansi dalam memilih karir untuk meningkatkan profesionalisme. Namun hal ini tidak berarti sama bagi responden yang memilih akuntan pendidik dan BUMN. Sedangkan sering mengikuti pelatihan rutin di dalam lembaga menjadi prioritas utama bagi lulusan akuntansi yang memilih karir sebagai akuntan pendidik. Lulusan menganggap seringnya mengikuti pelatihan di dalam lembaga meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan pekejaannya. Memperoleh pengalaman kerja bervariasi juga menjadi pertimbangan lulusan akuntansi dalam memilih karir akuntan perusahaan, akuntan publik, akuntan pendidik, akuntan pemerintah, namun tidak untuk perbankan dan BUMN. Berbeda dengan karir di akuntan pendidik, lulusan akuntansi menganggap bahwa pelatihan sebelum kerja kurang diperlukan. Dibanding dengan memperoleh pengalaman kerja yang bervariasi, lulusan akuntansi memilih akuntan perusahaan lebih banyak memberikan pengalaman kerja yang bervariasi. --- Tabel 10 --Dalam memilih karir di bidang akuntansi, lulusan akuntansi memprioritaskan lingkungan
kerja
yang
menyenangkan,
terlihat
pada
tabel
10
responden
yang
mempertimbangkan lingkungan kerja menyenangkan pada akuntan publik 70,6%, akuntan perusahaan 57,1%, akuntan pemerintah 81,3%, perbankan 64,3% dan BUMN 57,1%. Tetapi tidak bagi lulusan yang memilih karir sebagai akuntan pendidik. Lulusan akuntansi menganggap lingkungan kerja yang menyenangkan dapat meningkatkan prestasinya dalam bekerja kelak (Yendrawati 2007). Hasil ini sejalan dengan penelitian Widyasari (2010) yang menunjukan bahwa akuntan pemerintah memiliki lingkungan yang menyenangkan daripada akuntan publik. Lingkungan kerja menyenangkan bukan hal yang diprioritaskan dalam memilih karir akuntan pendidik. Lulusan lebih mempertimbangkan pekerjaan cepat selesai pada akuntan pendidik. Hal ini terjadi karena lulusan beranggapan bahwa semakin cepat pekerjaan diselesaikan maka akan semakin berkurang tanggung jawab atas pekerjaannya (Setiyani 2005). Pada tabel 10 juga menunjukan bahwa lulusan akuntansi dalam memilih karir mempertimbangkan adanya pekerjaan yang rutin, yaitu akuntan perusahaan 14,3%, akuntan 13
pendidik 20%, akuntan pemerintah 18,8%, perbankan 21% dan BUMN 28,6%, namun tidak untuk akuntan publik. Hal ini terjadi karena lulusan beranggapan bahwa karir sebagai akuntan perusahaan, akuntan pendidik, akuntan pemerintah, perbankan dan BUMN sifat pekerjaanya rutin (dari waktu kewaktu cenderung sama). Sedangkan karir akuntan publik sifat pekerjaannya tidak rutin karena berhadapan dengan berbagai jenis klien yang berbeda – beda dan waktu yang cenderung tidak sama terus menerus (Setiyani 2005). Pekerjaan memilki banyak tantangan juga menjadi pertimbangan bagi lulusan akuntansi yang memilih karir sebagai akuntan perusahaan, yaitu 17,1%, perbankan 14,3%, BUMN 14,3 persen dan akuntan publik 5,9%. Namun tidak untuk akuntan pendidik dan akuntan pemerintah. Lulusan akuntansi mengannggap karir yang memberikan tantangan dalam bekerja dapat memberikan kesempatan untuk berkembang menjadi lebih baik lagi. Indikator sering lembur menjadi pertimbangan utama dalam memilih karir sebagai akuntan publik, tidak sebagai akuntan perusahaan, akuntan pendidik, akuntan pemerintah, perbankan maupun BUMN. Hanya 1 responden yang memprioritaskan sering lembur menjadi pertimbangan utama, hal ini berbeda dengan penelitian Widyasari (2010) bahwa karir sebagai akuntan pendidik merupakan pekerjaan yang dianggap sering mendapatkan lembur daripada akuntan publik. Responden menganganggap karir sebagai akuntan publik harus dikerjakan secara konsisten dan dengan kerja keras. Adanya tekanan dalam pekerjaan bukan merupakan pertimbangan utama lulusan akuntansi dalam memilih karir di bidang akuntansi, tidak ada lulusan akuntansi yang memprioritaskan adanya tekanan dalam pekerjaan menjadi prioritas yang utama, hal ini dianggap bagi lulusan akuntansi sebagai penghambat dalam memperoleh kesuksesan berkarir (Setiyani 2005). --- Tabel 11 --Pertimbangan pasar kerja menjadi pertimbangan dalam memilih karir di bidang akuntansi, dapat dilihat dari tabel 11 bahwa sebagian besar lulusan akuntansi memprioritaskan keamanan kerja lebih terjamin daripada lebih mudah mengetahui informasi lapangan pekerjaannya. Pertimbangan akan keamanan kerja lebih prioritas dikarenakan sebagai freshgraduate yang belum memiliki pengalaman kerja, karir yang dapat memberikan jaminan atau tidak gampang memutuskan hubungan kerja karyawan menjadi prioritas utama lulusan (Yendrawati 2007). Sedangkan mudahnya mengetahui informasi lapangan pekerjaan juga menjadi pertimbangan bagi lulusan akuntansi yang memilih karir sebagai akuntan perusahaan, akuntan publik, akuntan pendidik, perbankan dan BUMN namun tidak akuntan pemerintah. Hal ini menarik minat lulusan akuntansi dikarenakan sebelum bekerja lulusan dapat mempersiapkan persyaratan dan mental kelak saat sudah bekerja nanti (Sijabat 2004) 14
Rata-rata lulusan akuntansi yang memilih karir di bidang akuntansi setengah lebih memprioritaskan keamanan kerja lebih terjamin. Akuntan publik 76,5%, akuntan perusahaan 65,7%, akuntan pendidik 80%, perbankan 85,7%, BUMN 85,7% dan lulusan yang memilih karir sebagai akuntan pemerintah seluruhnya menganggap karir ini memberikan keamanan kerja yang lebih terjamin daripada karir lainnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian Zulpahmi (2010) dan Sijabat (2004) bahwa keamanan kerja menjadi pertimbangan utama dalam memilih karir. E. KESIMPULAN Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis persepsi lulusan akuntansi terhadap pilihan karir di bidang akuntansi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi lulusan akuntansi atas beberapa aspek gaji, pelatihan profesional, lingkungan kerja dan pertimbangan pasar kerja menjadi dasar pertimbangan bagi lulusan akuntansi dalam pemilihan karir di bidang akuntansi. Ada beberapa temuan dalam penelitian ini. Pertama, karir yang banyak diminati lulusan akuntansi adalah karir akuntan perusahaan, diikuti akuntan publik, akuntan pemerintah, karir di perbankan, BUMN dan akuntan pendidik. Temuan ke dua yaitu persepsi atas gaji menjadi mempunyai hubungan lulusan akuntansi dalam memilih karir di bidang akuntansi, lulusan lebih cenderung memilih karir berdasarkan kenaikan gaji yang cepat, diikuti gaji awal yang tinggi, dan adanya dana pensiun. Ke tiga, lulusan akuntansi menganggap pelatihan profesional mempunyai hubungan dalam pemilihan karir, dan pelatihan sebelum kerja menjadi menjadi prioritas utama dalam memilih karir sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah, perbankan dan BUMN. Namun tidak menjadi prioritas utama dalam memilih akuntan pendidik. Temuan ke empat, mengungkapkan bahwa lingkungan kerja menyenangkan menjadi prioritas utama lulusan akuntansi dalam memilih karir dibidang akuntansi, kecuali akuntan pendidik. Lulusan akuntansi yang memilih karir akuntan pendidik lebih menganggap karir tersebut pekerjaannya lebih cepat selesai. Temuan terakhir, keamanan kerja lebih terjamin atau tidak mudahnya kena PHK menjadi pertimbangan utama dalam memilih karir. Penelitian ini menemukan bahwa persepsi lulusan akuntansi atas aspek kenaikan gaji yang cepat, petatihan profesional, lingkungan kerja menyenangkan, dan pertimbangan pasar kerja menjadi dasar pertimbangan pemilihan karir di bidang akuntansi. Hal ini sejalan dengan penelitian Zulphami (2010), Widyasari (2010), Setiyani (2005), dan Sijabat (2004). Ada konsistensi hasil penelitian yakni persepsi lulusan akuntansi atas aspek gaji, pelatihan profesional, lingkungan kerja, dan pertimbangan pasar kerja menjadi dasar pertimbangan 15
dalam memilih karir di bidang akuntansi. Temuan dalam penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi dan wawasan bagi penyusun kurikulum jurusan akuntansi yang ada di setiap universitas, dalam upaya meningkatkan mutu lulusan di bidang akuntansi. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat memberikan bahan masukan dan pertimbangan bagi instansi/lembaga yang telah memperkerjakan tenaga akuntan. Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian yaitu hanya menganalisis persepsi atas 4 aspek, yaitu persepsi atas gaji, persepsi atas pelatihan profesional, persepsi atas lingkungan kerja, dan persepsi atas pertimbangan pasar kerja terhadap pilihan karir berdasarkan urutan prioritas, sehingga besarnya pengaruh atas setiap aspek tersebut tidak dapat diukur (signifikansi sesuai statistik). REFERENSI Alam, S. 2007. “Ekonomi”. Jilid 2. Jakarta : Erlangga. http://books.google.co.id (diakses tanggal 12 Maret 2013, pukul : 21.55 WIB). Anna, Y. D. dan Rahayu, S. 2011. “The Factors Affected Toward Profession Option as Accountant
Public
and
Non
Accountant
Public
Selected”.
http://ssrn.com/abstract=1867809 (diakses tanggal 2 Maret 2013, pukul : 12.00 WIB). Aprilyan, Lara A. 2011. “Faktor – faktor yang mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir menjadi akuntan publik (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi UNDIP dan Mahasiswa Akuntansi UNIKA)”. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2008. “Auditing dan Jasa. Assurance Pendekatan Terintegrasi”. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat. Baridwan,
Z.
2002.
“Teori
Akuntansi”.
Edisi
kelima
:
Yogyakarta.
BPFE
http://books.google.co.id (diakses tanggal 18 Maret 2014 pukul 21.30 WIB). Bulan, S E. 2012. “Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan Emosional Terhadap IPK Mahasiswa Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin”. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudi Makassar. Dariyo, A. 2004. “Perencanaan dan pemilihan karir sebagai seorang guru/dosen pada dewasa muda”. Journal Provitae, Vol. 1, No.1, Desember 2004 http://books.google.co.id (diakses tanggal 18 Oktober 2013 pukul 19.42 WIB). Demagalhaes, R., H. Wilde, and L.R. Fitzgera. 2011. “Factors Affecting Accounting Students’s Employment Choices: A Comparison of Student’ and Practitioners’ Views”. Journal of Higher Education Theory and Practice, Vol 11(2). 16
Gani, L. dan Leo, L. 2009. “Ujian Sertifikasi Akuntan Publik: Determinan, Pola Kelulusan, dan Evaluasi Ujian”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Volume 6 Nomor 2. Desember. Ghani, E. K., J. Said, N.M. Nasir, K. Jusoff. 2008. “The 21st Century Accounting Career from the Perspective of the Malaysian University”. Journal of Asian Socieal Sciense. Vol.4, No. 8 http://www.ccsenet.org/journal.html. (diakses tanggal 10 Maret 2013 pukul 20.00 WIB). Hansen dan Mowen. 2006. “Akuntansi Manajemen”. Edisi 7. Jakarta : Salemba Empat. Kavanagh, Marie. H. dan Drennan, L. 2008. “What skills and attributes does an accounting graduate need? Evidence from student perceptions and employer expectations”. School of Accounting, Economics and Finance University of Southern Queensland Australia. Mulyadi. 2002. “Auditing”. Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat. http://books.google.co.id (diakses tanggal 13 Maret 2013 pukul 15.15 WIB). Purwanti, R. dan Nugraheni, I. 2007. “Siklus Akuntansi”. Yogyakarta : Kanisius. http://books.google.co.id (diakses tanggal 14 Maret 2013 pukul 18.45 WIB). Putra, N. A. 2013. “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Profesi Sebagai Akuntan”. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Rahayu, S. E.A. Sudaryono dan D. Setiawan. 2003. “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Karir”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Rasmini, Ni Ketut. 2007. “Faktor – faktor yang berpengaruh pada keputusan pemilihan profesi akuntan publik dan non akuntan publik pada mahasiswa akuntansi di Bali”. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Setiyani, R. 2005. “Faktor – Faktor yang Membedakan Mahasiswa Akuntansi dalam Memilih Profesi Sebagai Akuntan Publik dan Non Akuntan Publik”. Tesis Program Magister Sains Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Univesitas Diponegoro Semarang. Sijabat, J. 2004. “Perbedaan Faktor Faktor yang Berpengaruh dalam Pemilihan Profesi Akuntan Publik dan Non Akuntan Publik”. Tesis Program Magister Sains Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Univesitas Diponegoro Semarang. Sinaga, J. 2009. “ Penerapan analytical hierarchy process (AHP) dalam pemilihan perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) sebagai tempat kerja mahasiswa
17
universitas sumatra utara (USU)”. Skripsi Program S1 Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Soemarso, S.R. “Akuntansi Suatu Pengantar”. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Sunaryo. 2004. “Psikologi untuk keperawatan”. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Tjiptoheriyanto, P dan Nagib, L. 2008. “Pengembangan Sumber Daya Manusia: diantara Peluang dan Tantangan”. Jakarta : LIPI Press. http://books.google.co.id (diakses tanggal 12 Maret 2013, pukul : 23.00 WIB). Yendrawati, R. 2007. “Persepsi Mahasiswa dan Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir sebagi Akuntan”. Jurnal Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Vol. 5 No. 2. Yusniati, R. 2008. “Lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian prestasi akademik mahasiswa. (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008)”. Skripsi Program S1 Fakultas Pertanian Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Widyasari, Y. 2010. “Persepsi mahasiswa akuntansi mengenai faktor – faktor yang membedakan pemilihan karir”. (Studi pada Universitas Diponegoro dan UNIKA Soegijapranata). Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Zulphami, A. Milaningsih dan I. Asmalia. 2010. “Analisis Faktor – faktor Pemilihan Karir Akuntan Bagi Mahasiswa Akuntansi”. Laporan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
18
Tabel 1 PENENTUAN SAMPEL PENELITIAN Kriteria
Jumlah
Kuesioner yang disebar langsung ke responden
70
Kuesioner yang disebar melalui email ke responden
45
Kuesioner yang diisi namun tidak lengkap
(12)
Kuesioner yang tidak kembali
(9)
Jumlah kuesioner yang digunakan
94
Sumber : Data diolah, 2014 Tabel 2 INDIKATOR EMPIRIS VARIABEL PENELITIAN Variabel Penelitian Persepsi atas gaji (penghargaan finansial)
Persepsi atas pelatihan profesional
Persepsi atas lingkungan kerja
Persepsi atas pertimbangan pasar kerja
Pilihan Karir di bidang akuntansi
Indikator Empiris Gaji awal yang tinggi Dana pensiun Kenaikan gaji lebih cepat Pelatihan upaya peningkatan profesionalitas Pelatihan kerja rutin Pengalaman kerja Pekerjaan yang rutin Pekerjaan lebih cepat diselesaikan Pekerjaan lebih banyak tantangan Lingkungan kerja yang menyenangkan Sering lembur Ada tekanan kerja untuk mencapai sempurna Keamanan kerjanya lebih terjamin (tidak mudah PHK) Lapangan kerja yang ditawarkan mudah diketahui informasinya Akuntan Publik Akuntan Perusahaan Akuntan Pendidik Akuntan Pemerintah
Sumber : Widyasari (2010)
19
Tabel 3 STATISTIK DESKRIPTIF Demografi Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan
Jumlah (Orang)
Prosentase (%)
30 64
31,9 68,1
Jumlah
94
100
Usia 21 tahun 22 tahun 23 tahun 24 tahun 25 tahun 26 tahun
15 39 24 9 6 1
16 41,5 25,5 9,6 6,4 1,1
Jumlah
94
100
Tahun Angkatan 2006 2007 2008 2009 2010
9 4 26 54 1
9,6 4,3 27,7 57,4 1,1
Jumlah
94
100
22 60 9 3
23,4 63,8 9,6 3,2
94
100
17 35
18,1 37,2
5 16
5,3 17
14 7
14,9 7,4
94
100
Indek Prestasi Kumulatif (IPK)
≥ 3.51 2.76 - 3.50 2.50 - 2.75 2.00 - 2.49
Jumlah Pilihan Karir Akuntan Publik Akuntan Perusahaan Akuntan Pendidik Akuntan Pemerintah Lainnya : 1. Perbankan 2. BUMN Jumlah
Sumber : Data diolah, 2014
20
Tabel 4 PERSEPSI ATAS GAJI Persepsi atas Gaji Gaji awal tinggi Adanya dana pensiun Kenaikan gaji cepat Jumlah Sumber : Data diolah, 2014
1 32 24 38 94
% 34 25,5 40,4 100
Prioritas 2 % 29 30,9 24 25,5 41 43,6 94 100
3 33 46 15 94
% 35,1 48,9 16 100
Tabel 5 PERSEPSI ATAS PELATIHAN PROFESIONAL Persepsi atas pelatihan profesional Pelatihan sebelum bekerja Sering mengikuti latihan diluar lembaga untuk meningkatkan profesional Sering mengikuti pelatihan rutin di dalam lembaga Memperoleh pengalaman kerja yang bervariasi Jumlah
1 64
% 68,1
2 18
Prioritas % 3 19,1 10
% 10,6
4 2
% 2,1
11
11,7
26
27,7
20
21,3
37
39,4
8
8,5
17
18,1
50
53,2
19
20,2
11 94
11,7 100
33 94
35,1 100
14 94
14,9 100
36 94
38,3 100
Sumber : Data diolah, 2014
Tabel 6 PERSEPSI ATAS LINGKUNGAN KERJA Persepsi atas lingkungan kerja
Prioritas % 4
1
%
2
%
3
%
5
%
6
%
Pekerjaan yang rutin
14
14,9
11
11,7
42
44,7
21
22,3
5
5,3
1
1,1
Pekerjaan banyak tantangan
10
10,6
35
37,2
21
22,3
20
21,3
6
6,4
2
2,1
Pekerjaan cepat selesai
10
10,6
19
20,2
11
11,7
38
40,4
15
16
1
1,1
Lingkungan kerja menyenangkan
59
62,8
24
25,5
6
6,4
4
4,3
1
1,1
0
0
Sering lembur
1
1,1
0
0
2
2,1
6
6,4
34
36,2
51
54,3
Adanya tekanan kerja
0
0
5
5,3
12
12,8
5
5,3
33
35,1
39
41,5
Jumlah
94
100
94
100
94
100
94
100
94
100
94
100
Sumber : Data diolah, 2014
21
Tabel 7 PERSEPSI ATAS PERTIMBANGAN PASAR KERJA Prioritas Persepsi atas pertimbangan pasar kerja 1 % 2 % Keamanan kerja lebih terjamin 74 78,7 20 21,3 Informasi lapangan pekerjaan 20 21,3 74 78,7 mudah diketahui Jumlah 94 100 94 100 Sumber : Data diolah, 2014
Tabel 8 PERSEPSI ATAS GAJI DAN PILIHAN KARIR Pilihan Karir Persepsi atas gaji Gaji awal tinggi Adanya dana pensiun Kenaikan gaji cepat Jumlah
Akuntan Publik
Akuntan Perusahaa n
Akuntan Pendidik
Akuntan Pemerintah
Perbankan
BUMN
10
58,8%
13
37,1%
1
20%
3
18,8%
3
21,4%
2
28,6%
3
17,6%
3
8,6%
3
60%
7
43,8%
5
35,7%
3
42,9%
4
23,5%
19
54,3%
1
20%
6
37,5%
6
42,9%
2
28,6%
17
100%
35
100%
5
100%
16
100%
14
100%
7
100%
Sumber : Data diolah, 2014 Tabel 9 PERSEPSI ATAS PELATIHAN PROFESIONAL DAN PILIHAN KARIR Pilihan Karir Persepsi atas pelatihan profesional Pelatihan sebelum bekerja Sering mengikuti latihan di luar lembaga untuk meningkatkan profesional Sering mengikuti pelatihan rutin di dalam lembaga Memperoleh pengalaman kerja yg bervariasi Jumlah
Akuntan Publik
Akuntan Perusahaan
Akuntan Pendidik
Akuntan Pemerintah
Perbankan
BUMN
11
64,7%
24
68,6%
1
20%
10
62,5%
12
85,7%
6
85,7%
1
5,9%
4
11,4%
0
0%
5
31,3%
1
7,1%
0
0%
2
11,8%
1
2,9%
3
60%
0
0,0%
1
7,1%
1
14,3%
3
17,6%
6
17,1%
1
20%
1
6,3%
0
0%
0
0%
17
100%
35
100%
5
100%
16
100%
14
100%
7
100%
Sumber : Data diolah, 2014
22
Tabel 10 PERSEPSI ATAS LINGKUNGAN KERJA DAN PILIHAN KARIR Pilihan Karir Persepsi atas lingkungan kerja
Akuntan Publik
Akuntan Perusahaan
Akuntan Pendidik
Akuntan Pemerintah
Perbankan
BUMN
Pekerjaan yg rutin
0
0%
5
14,3%
1
20%
3
18,8%
3
21%
2
28,6%
Pekerjaan banyak tantangan
1
5,9%
6
17,1%
0
0%
0
0%
2
14,3%
1
14,3%
Pekerjaan cepat selesai
3
17,6%
4
11,4%
3
60%
0
0%
0
0%
0
0%
Lingkungan kerja menyenangkan
12
70,6%
20
57,1%
1
20%
13
81,3%
9
64,3%
4
57,1%
Sering lembur
1
5,9%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
Adanya tekanan kerja
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
Jumlah
17
100%
35
100%
5
100%
16
100%
14
100%
7
100%
Sumber : Data diolah, 2014
Tabel 11 PERSEPSI ATAS PERTIMBANGAN PASAR KERJA DAN PILIHAN KARIR Pilihan Karir Persepsi atas pertimbangan pasar kerja Keamanan kerjanya lebih terjamin (tidak mudah PHK) Lapangan kerja yang ditawarkan mudah diketahui Jumlah
Akuntan Publik
Akuntan Perusahaan
Akuntan Pendidik
Akuntan Pemerintah
Perbankan
BUMN
13
76,5%
23
65,7%
4
80%
16
100%
12
85,7%
6
85,7%
4
23,5%
12
34,3%
1
20%
0
0%
2
14,3%
1
14,3%
17
100%
35
100%
5
100%
16
100%
14
100%
7
100%
Sumber : Data diolah, 2014
23