ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA KONSUMEN PRIA DAN WANITA TERKAIT STORE CHARACTERISTICS (Studi Kasus: Hypermart Depok Town Square) Sarah Ardelia1*), Leiz Suzanawaty2 1. 2.
Peminatan Manajemen Pemasaran, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok-Jawa Barat, 16424 Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok-Jawa Barat, 16424 *)
E-mail:
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memberikan kontribusi bagi konsep gender-based selling strategy yang belum pernah diteliti di Indonesia, dengan mengangkat topik perbedaan persepsi antara konsumen pria dan wanita yang berbelanja di ritel modern, yakni hipermarket, terkait karakteristik tokoyang penting bagi mereka ketika memilih tempat berbelanja keperluan rumah tangga atau kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif single cross sectional dengan total 163 responden yang sedang berbelanja atau pernah berbelanja di Hypermart Depok Town Square. Total responden ini sengaja dibagi dengan proporsi yang sama rata, yakni 82 pria, dan 81 wanita. Hasil penelitian ini menunjukkan responden pria dan wanita Hypermart memiliki tingkat kepentingan yang berbeda hanya pada variabel promotion and specials dan availabity of advertised products. Kata Kunci: Persepsi konsumen, ritel modern, hipermarket, karakteristik toko. ABSTRACT This research aims to give contribution toward the development of gender-based selling strategy in term of grocery shopping in Indonesia, through investigating the difference between male and female hypermarket consumers relating to their perceived importance level of store characteristics, which influence them in selecting store for grocery shopping. This research uses single cross-sectional descriptive approach. The total 163 respondents are deliberately divided proportionally into two categories, male consumers counted for 82, and the rest are female. The results indicate only at two variables, promotion & specials and availabity of advertised products, male and female consumers show differences relating to their perceived importance level. Keyword: Consumer perception, modern retail, hypermarket, store characteristics.
1. Latar Belakang Gender-based selling merupakan konsep yang saat ini mendapat perhatian di kalangan pelaku ritel. Gender-based selling dipertegas oleh Barbara Kahn, direktur dari University of
Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
2
Pennsylvania's Jay H Retailing Center, yang menyatakan bahwa konsep traditional sales yang memberikan perlakuan sama rata bagi setiap konsumen tidak lagi sesuai saat ini (Tanaka, 2012). Kopopuleran gender-based selling tidak lain disebabkan oleh keterlibatan pria dalam aktivitas berbelanja yang mengalami peningkatan (Tanaka, 2012), termasuk keterlibatan mereka dalam melakukan aktivitas grocery shopping (Dorfman, 2007). Jika hasil penelitian Davis dan Bell (1991), Dholakia et al (1995), Dholakia (1999), Gardner (2004), Richbell dan Kite (2007), Zeithaml (1985), Blair dan Lichter (1991), Harris dan Firestone (1998), Murcott (2000), serta Prion (2002) yang dipaparkan dalam Mortimer dan Clarke (2011) melihat peningkatan keterlibatan pria dalam aktivitas grocery shopping terkait dengan switching role di dalam rumah tangga akibat partisipasi wanita sebagai angkatan kerja, Fowler (2008) di dalam disertasinya mengemukakan grocery shopping juga terjadi dalam konteks single-person household, yakni unmaried atau never married person. Temuan Fowler (2008) menunjukkan bahwa hal yang mempengaruhi pria maupun wanita single melakukan grocery shopping utamanya bertujuan untuk membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari. Kemunculan fenomena ini mengakibatkan para pelaku ritel diminta untuk melakukan modifikasi perlakuan yang dapat memfasilitasi baik wanita maupun pria ketika mereka berbelanja. Walaupun sudah cukup banyak penelitian di luar negeri yang membahas mengenai gender-based selling dalam konteks grocery shopping, namun belum ada penelitian sebelumnya yang melakukan studi ini di Indonesia, padahal saat ini sektor ritel modern di negara ini, terutama yang berjenis mass grocery retail (MGR), mengalami pertumbuhan yang pesat (Business Monitor International, 2012), keterlibatan pria di Indonesia dalam melakukan kegiatan grocery shopping di mass grocery retail modern pun, seperti hipermarket, juga sedang bertumbuh secara positif, dimana satu dari empat pembelanja utama di Indonesia saat ini adalah pria (Ramaun, 2011). Meskipun terlibat dalam aktivitas grocery shopping, namun penelitian Donegan (1986), Davis dan Bell (1991), Mazumdar dan Papatla (1992), William (2002), Gardner (2004), Thomas dan Garland (2004) yang dipaparkan dalam Mortimer dan Clarke (2011) menunjukkan bahwa perilaku berbelanja pria berbeda dibandingkan wanita. Jika perilaku berbelanja antara pria dengan wanita saja sudah berbeda, tentunya terdapat kemungkinan perbedaan persepsi terhadap karakteristik toko atau store characteristics yang dianggap penting oleh mereka. Hasil penelitian Mortimer dan Clarke (2011) yang meneliti responden
konsumen
supermarket pria dan wanita di Australia dengan menggunakan sepuluh variabel store Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
3
characteristics menunjukkan memang terdapat perbedaan persepsi terkait tingkat kepentingan terhadap store characteristics oleh responden pria dan wanita. Bagaimana dengan Indonesia? Hal ini menjadi menarik, sebab berdasarkan paparan sebelumnya, saat ini keterlibatan pria di Indonesia dalam melakukan aktivitas grocery shopping juga sedang mengalami peningkatan. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menjadi tertarik untuk mereplikasi penelitian Mortimer dan Clarke (2011), dengan judul “Analisis Perbedaan Persepsi Antara Konsumen Pria Dan Wanita Terkait Store Characteristics”, dengan menggunakan studi kasus hipermarket Hypermart, yang berlokasi di Depok Town Square. Penelitian ini diharapkan mampu mengisi celah dan memberikan sudut pandang yang berbeda dibandingkan penelitian terdahulu, yakni Mortimer dan Clarke (2011), sebab di lakukan di Indonesia yang masuk dalam kategori emerging market dan menggunakan objek yang berbeda, yakni hipermarket.
2.
Tinjauan Pustaka
2.1. Perbedaan Perilaku Pengambilan Keputusan Pria dan Wanita Diantara perilaku konsumen yang bersifat kompleks, proses pengambilan keputusan oleh konsumen merupakan perilaku konsumen yang paling ingin diketahui oleh pemasar (Olson, 2010). Perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen mulai dari memutuskan untuk membaca brosur yang diberikan oleh swalayan, siaran televisi yang akan ditonton, hingga toko apa yang dikunjungi untuk melakukan grocery shopping, semua hal tersebut merupakan keputusan-keputusan yang diambil oleh konsumen setelah melewati serangkaian proses berpikir yang dikenal dengan istilah consumer decision making (Olson, 2010). Salah satu aspek psikologis yang turut mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh konsumen adalah persepsi. Mengacu pada definisi persepsi, baik menurut Schiffman dan Kanuk (2010) maupun Hawkin dan Mothersbaugh (2013), persepsi merupakan serangkaian proses dimana individu mengaksesdan menilai stimulus yang datang dari lingkungan eksternal, yang terdiri bauran pemasaran ritel dan lingkungan sosial budaya. Elemen utama bauran pemasaran ritel sama dengan bauran pemasaran jasa 7P (Lovelock dan Wirtz, 2011), sedangkan salah satu elemen lingkungan sosial budaya ‘subkultur’, yakni jenis kelamin, berperan dalam mempengaruhi perbedaan persepsi terhadap karakteristik toko yang penting ketika berbelanja, yang pada akhirnya mempengaruhi pengambilan keputusan toko mana yang akan dikunjungi oleh pria maupun wanita.
Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
4
3.
Metodologi Penelitian
3.1. Hipotesis Produk utama dari ritel adalah jasa atau service. Jasa merupakan produk yang mengandung aktivitas, manfaat (benefit), atau kepuasan yang ditawarkan kepada konsumen, namun tidak dapat disentuh, dan umumnya tidak memberikan hak kepemilikan kepada orang yang membeli produk jasa tersebut (Lovelock dan Wirtz, 2011). Mengacu pada jurnal Mortimer dan Clarke (2011), produk mengandung dua makna. Makna pertama mengacu pada ketersediaan fisik produk yang siap untuk dijual (physical stock for sale), dan makna yang kedua mengacu pada service delivery. Andreyeya et al (2008) dan Trautrims et al (2009) dalam Mortimer dan Clarke (2011) menyatakan di dalam penelitian mereka bahwa ketersediaan produk, termasuk produk yang diiklankan atau dipromosikan, merupakan karakteristik penting dari supermarket sejauh ketersediaan produk di rak juga merupakan hal yang penting bagi konsumen. Berikut hipotesis terkait produk: H1
: Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait tingkat ketersediaan produk (being in stock) yang dipromosikan khusus oleh Hypermart
H2
: Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait kelengkapan produk di rak Hypermart
Kualitas merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk yang dipilih konsumen untuk dikonsumsi. Kualitas menurut Tjiptono (1996) dapat diartikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk, baik barang atau jasa, yang menunjang kemampuan produk tersebut dalam memenuhi kebutuhan konsumen, sehingga meyakinkan konsumen bahwa produk yang dihasilkan tersebut merupakan produk terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka (Pengertian Kualitas Produk, 2010). Pada jurnal Mortimer dan Clarke (2011), indikator kualitas makanan segar terdiri dari rasa, kandungan gizi, dan keamanan dalam mengonsumsi. Kualitas menjadi penting dalam topik bahasan penelitian ini sebab seperti yang diungkapkan oleh Helgesen dan Nesset (2010) bahwa kualitas dari produk yang dijual di supermarket (perceived quality), khususnya terkait dengan makanan segar, mempengaruhi pilihan toko atau supermarket yang dikunjungi oleh konsumen (Mortimer dan Clarke, 2011). Berikut hipotesis terkait kualitas makanan: H3
: Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait kualitas makanan segar
Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
5
Kinerja karyawan sangat menentukankualitas layanan (service quality) yang diberikan oleh ritel. Faktor manusia memegang kontribusi terbesar, sebab kualitas layanan lebih sulit untuk ditiru. Konsep service quality yang diteliti secara intensif oleh Zeithaml, Berry, dan Parasuraman ini menekankan lima dimensi yang mempengaruhi kualitas layanan, yakni reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible (Lovelock dan Wirtz, 2011). Salah satu aspek servqual yang menjadi fokus di penelitian ini dan yang juga di utarakan oleh Helgesen dan Neset (2010) dan Cognizant (2010) adalah servqual yang terjadi di checkout counter. Baik Helgesen dan Neset (2010) dalam jurnal Mortimer dan Clarke (2011) dan Cognizant (2010) mengemukakan tiga unsur penting servqual dalam fase service encounter di checkout counter, yakni keramahan dari seluruh karyawan hipermarket, keakuratan, serta kesigapan dan kecepatan mereka dalam melayani konsumen. Namun, penelitan Beynon et al (2010) menunjukkan bahwa toleransi terhadap aspek ini dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen, dimana wanita lebih sensitif terhadap aspek relasional yang terjadi di service encounter, sedangkan pria lebih sensitif terhadap aspek kecepatan dan efisiensi (Mortimer dan Clarke, 2011). Berikut hipotesis terkait kinerja kasir dan karyawan: H4
: Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait karyawan yang terorganisir dengan baik
H5
: Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait kinerja kasir yang ramah dan akurat
Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran ritel. Dalam membuat keputusan mengenai pilihan lokasi toko ritel, pelaku usaha ritel harus memeriksa aspek aksesibilitas dan convinience dari lokasi tersebut (Levy dan Weitz, 2012). Aksesibilitas menyangkut kemudahan konsumen atau pengunjung toko untuk masuk dan keluar dari area toko. Analisis aksesibilitas dilakukan baik secara makro yakni,primary trade area, pola jalan, kondisi jalan, dan hambatan-hambatan lain, serta analisis mikro yang mencakup isu di sekitar lokasi, seperti visibilitas toko, arus lalu lintas, lahan parkir, kemacetan, serta jalur masuk dan keluar toko. Convinient location terkait dengan jarak tempuh yang diperlukan konsumen untuk mendatangi lokasi. Jika jarak yang ditempuh sudah jauh, maka toko atau tempat perbelanjaan tersebut tidak bisa lagi dikatakan convinient. Lokasi toko, kenyamanan, fasilitas parkir, perjalanan ke dan dari supermarket, serta trading hour, oleh Solgaard dan Hansen (2005), Carpenter dan Moore (2006), serta Helgesen dan Nesset (2010), ditemukan sebagai faktor-faktor yang berkontribusi dalam mempengaruhi pemilihan supermarket yang akan dituju oleh calon konsumen (Mortimer dan Clarke, 2011). Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
6
Beyer et al (2010) turut mengemukakan bahwa konsumen bisa saja tidak bersedia untuk merubah pilihan tempat mereka berbelanja ketika dihadapkan pada resiko minimnya pengetahuan mereka tentang toko tersebut (Mortimer dan Clarke, 2011). Terkait aspek lokasi dan fasilitas dari tempat berbelanja, Torres et al (2001) mengemukakan bahwa pria tidak begitu tertarik dengan tempat parkir mobil (Mortimer dan Clarke, 2011). Ini disebabkan mengakses tempat parkir bukan hal yang sulit bagi mereka, dikarenakan mereka biasanya bepergian sendiri, sehingga tidak direpotkan oleh kantong belanjaan yang berat serta anakanak seperti yang sering dialami oleh wanita. Berikut hipotesis terkait lokasi dan kenyamanan: H6
: Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait kemudahan dalam melakukan parkir
H7
: Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait kemudahan mengakses lokasi Hypermart
Kebersihan dan higienitas dalam penanganan produk merupakan unsur dari keamanan produk atau food safety. Menurut World Health Organization (2009) serta Wilcock, Pun, Khanona, dan Aung (2004), keamanan dalam produk makanan atau food safety dapat dipahami sebagai jaminan bahwa makanan tersebut tidak akan membahayakan konsumen ketika disajikan dan dikonsumsi sebagaimana mestinya (Behrens et al., 2010). Keamanan produk atau food safety meliputi penanganan produk tersebut, mulai dari masa pengembangbiakan, pengepakan, distribusi, dan penanganan lainnya. Ini semua merupakan upaya untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit yang bisa mengkontaminasi produk tersebut (The Gale Encyclopedia of Diets, n.d). Menurut WHO, ada 5 faktor yang mempengaruhi keamanan makanan, yakni menjaga kebersihan, memisahkan makanan mentah dengan yang sudah di masak, mengolah makanan dengan benar sesuai jenis bahannya, menyimpan makanan pada suhu yang aman, serta menggunakan air dan bahan makanan yang bersih dan aman untuk dikonsumsi. Jonge et al (2004), serta Poortinga dan Pidgeon (2005) dalam Behrens et al (2010) menemukan bahwa tingkat keyakinan konsumen terhadap keamanan produk juga terasosiasi dengan tingkat kepercayaan mereka terhadap aktor yang terlibat di dalam rantai makanan. Penelitian dari Carpenter dan Moore (2006) juga menemukan bahwa kebersihan merupakan salah satu atribut toko yang menduduki peringkat teratas, dan menduduki peringkat kedua sebagai faktor yang mempengaruhi performa dari supermarket (Mortimer dan Clarke, 2011). Berikut hipotesis terkait kebersihan gerai tempat perbelanjaan: Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
7
H8
: Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait kebersihan gerai Hypermart
Strategi promosi sangat diperlukan untuk mengkomunikasikan distinctive value yang dimiliki oleh ritel kepada target konsumen. Menurut Levy dan Weitz (2012), hal ini dapat dilakukan dengan direct marketing dan sales promotion, yang umumnya terdiri dari kupon, rebates, premium, sampel, point-of-purchase displays, special event, hingga pop-up store. Untuk Indonesia, data yang dirilis MARS pada tahun 2009, serta riset oleh Nielsen di tahun 2010, menunjukkan diskon dan promosi dari pusat perbelanjaan menyebabkan konsumen atau pengunjung pusat perbelanjaan tergerak untuk berbelanja, meski pada awalnya mereka tidak terlalu membutuhkan barang yang dibelinya tersebut (Zumar, n.d.). Berikut hipotesis terkait promosi: H9
: Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait promo spesial minggua
Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh individu untuk suatu barang atau jasa, atau disebut juga sebagai total value yang bersedia ditukar atau dibayarkan oleh individu untuk mendapatkan benefit dari memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa (Kotler dan Armstrong, 2008). Menurut Berman (1996), penetapan harga pada ritel dilandaskan pada tiga fondasi berikut, yakni meningkatkan penjualan (sales-based), mengoptimalkan profit (profit-based), dan meminimalisasi dampak dari kemunculan pesaing baru, peraturan pemerintah, atau perubahan yang terjadi pada kondisi pasar (status quobased). Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh ritel, ada beberapa strategi harga yang digunakan oleh peritel, salah satunya adalah penerapan konsep Everyday Low Pricing (EDLP). Penelitian yang dilakukan oleh Stanford School of Business pada tahun 2011 menemukan bahwa EDLP memiliki komposisi fixed costs yang lebih rendah karena mampu menekan biaya infrastruktur dan supply chain menjadi lebih efisien. EDLP akan menarik konsumen yang melakukan pembelian berdasarkan harga atau memiliki tingkat elastisitas harga yang tinggi, namun quality-conscious customers cenderung mengabaikan jenis ritel ini, karena berasumsi produk yang dijual bukan produk yang berkualitas tinggi. Berikut hipotesis terkait harga: H10 : Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait harga yang selalu rendah Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
8
3.2. Instrumen, Sampel, dan Prosedur Penelitian Penelitian ini mereplikasi penelitan deskriptif dari Mortimer dan Clarke (2011) yang berjudul Supermarket Consumers and Gender Difference Relating to Perceived of Importance Level of Store Characteristics, dengan menggunakan variabel penelitian yang terdiri dari variabel karakteristik toko dan karakter demografis responden. Untuk variabel karakteristik toko yang juga digunakan sebagai variabel dalam rumusan masalah, mengacu pada Mortimer dan Clarke (2011), terdiri dari promosi dan penawaran spesial (instore promotion and weekly special); pengorganisiran karyawan secara efektif (effective staffing of service department); ketersediaan produk yang masuk kategori penawaran spesial (availability of advertised specials and promotional lines); kasir yang efisien dan akurat (efficient and accurate register operation); kemudahan dalam melakukan parkir (easy acces, egress, and sufficient car parking); ketersediaan total produk (product availability); kenyamanan lokasi (convenience in shopping); kebersihan dan kehigienitasan dalam penanganan produk (cleanliness and hygienic practics in relation to food handling); kualitas makanan segar (quality of fresh food); serta harga murah yang konsisten dan stabil(stable every day low prices). Untuk variabel demografis, terdiri dari jenis kelamin, pekerjaan, usia, pendidikan, pengeluaran per bulan, alat transportasi yang digunakan untuk mengunjungi Hypermart, waktu kunjungan ke Hypermart, frekuensi berbelanja di Hypermart dalam sebulan, rata-rata pengeluaran/belanja di Hypermart, hipermarket lain yang pernah dikunjungi selain Hypermart Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, dimulai dari Februari 2013 s.d Mei 2013. Peneliti terlebih dahulu melakukan pre-test dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 responden pria dan wanita yang sedang berbelanja di Hypermart Detos. Ini bertujuan untuk mengeliminasi masalah yang potensial di dalam kuesioner (Malhotra, 2010). Dalam melaksanakan field-test, peneliti menggunakan purposive sampling method, yakni 163 responden wanita dan pria yang hingga saat dilakukannya penelitian ini masih memilih berbelanja di Hypermart, yang berlokasi di Depok Town Square. Total responden dibagi rata, yakni 82 pria dan 81 wanita untuk menjamin keterwakilan responden. Pengisian kuesioner menggunakan kombinasi metode self-administered questionnaire, serta metode dimana peneliti yang membacakan dan membantu mengisi kuesioner berdasarkan pilihan dari responden. Dalam mengisi kuesioner, responden diminta untuk memberikan rating terhadap karakteristik toko, dari rentang 1 (sangat tidak penting) hingga 5 (sangat penting). Untuk penyebaran kuesioner, peneliti tidak hanya mendatangi responden yang memenuhi kriteria
Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
9
secara langsung, namun juga menggunakan media internet, yakni google document spreadsheet yang disebar melalui facebook.
3.3. Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul pada saat pre-test dan field-test dilakukan uji validitas menggunakan analisis faktor dengan melihat nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) measure of sampling adequacy >0,5dan anti-image measure of sampling adequacy (MSA) >0,5. Uji reliabilitas dilakukan melalui metode internal consistency menggunakan nilai koefisien alpha atau cronbach’s alpha >0,6 (Malhotra, 2010). Data kuesioner di olah dengan software IBM SPSS 20 (Statistical Program for Social Science) for Windows. Setelah memenuhi uji validitas dan reliabilitas, data kuesioner dianalisis menggunakan two samples t-test (2-tailed). T-test (2-tailed) merupakan teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis bahwa terdapat perbedaan nilai mean atau nilai rata-rata diantara dua kelompok sampel, yakni pria dan wanita, dalam menilai karakteristik toko Hypermart yang dianggap penting.
4.
Analisis dan Pembahasan Penelitian Hasil uji t-test means comparison summated construct antara responden pria dan
wanita, menunjukkan nilai signifikansi yang <0,05 untuk variabel promotion and specials dan availability of advertised specials, yang berarti terdapat perbedaan antara pria dan wanita terkait tingkat kepentingan mereka terhadap kedua variabel store characteristics ini.
Tabel 1. Means Comparison Summated Construct
Variabel Promotion and Specials Staffing of Service Department Availability of Advertised Specials Register operation Easy acces Product availability Convinience and location Cleanliness and hygiene Quality of Fresh Food Pricing Policy
Pria
Wanita
Nilai Signifikan
-0,3329
0,3370
0,000
-0,0200
0,0202
0,798
-0,1802 0,0418 0,1053 -0,0072
0,1824 -0,0424 -0,1066 0,0073
0,020 0,593 0,177 0,926
-0,1103
0,1117
0,157
0,0284 -0,0217 -0,0892
-0,0287 0,0219 0,0903
0,717 0,782 0,253
Sumber: Hasil olahan data peneliti
Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
10
Walaupun telah diketahui terdapat perbedaan antara pria dan wanita, namun hasil uji beda ini belum memperlihatkan berada pada indikator mana saja terdapat perbedaan persepsi, serta seberapa besar tingkat kepentingan mereka terhadap indikator-indikator tersebut. Hal ini bisa diketahui dengan melihat hasil t-test means comparison yang membandingkan 30 indikator penelitian
Tabel 2.Comparison of Means Konsumen Pria dan Wanita Hypermart Variabel
Pria
Wanita
Nilai Signifikansi
Promotion and Specials Diskon harga Promo spesial Frekuensi promosi
3,62 3,49 3,43
4,02 4,10 3,86
0,005 0,000 0,001
Staffing of Service Department Organisir karyawan
4,06
4,10
0,785
Kesigapan karyawan
3,87
4,01
0,338
Waktu tunggu
4,41
4,28
0,306
Availability of Advertised Specials Ketersediaan produk promo
3,63
3,99
0,008
Promo yang diinginkan
3,52
3,78
0,087
Ketersediaan produk promo yang diinginkan
3,88
4,02
0,261
Register operation Kasir yang akurat Kasir yang ramah Kasir yang cepat dan efisien
4,54 4,34
4,59 4,35
0,613 0,974
4,50
4,28
0,065
Easy acces Kemudahan dalam melakukan parkir
3,96
3,77
0,230
Kemudahan mencari tempat parkir
3,91
3,63
0,059
Area pengambilan/penitipan barang
3,91
3,98
0,674
Product availability Kelengkapan rak produk Produk yang diinginkan oleh konsumen Ketersediaan produk yang diinginkan konsumen
3,84
3,67
0,196
4,12
4,19
0,596
4,02
4,12
0,421
Convinience and location Lokasi yang tidak jauh dari rumah
3,68
3,84
0,290
Lokasi yang mudah ditemukan Kemudahan akses dan fasilitas menuju lokasi
3,71
3,91
0,122
3,96
4,09
0,314
Cleanliness and hygiene Kebersihan gerai
4,49
4,49
0,952
Pengolahan makanan yang higienis
4,46
4,44
0,887
Penanganan bahan makanan yang dijual secara berkualitas
4,43
4,32
0,434
Quality of Fresh Food Kualitas dari bahan makanan segar Kelezatan rasa dari bahan makanan segar Kandungan gizi dan kesehatan bahan makanan segar
4,41
4,48
0,556
3,93
4,09
0,251
4,43
4,30
0,321
4,00 3,62 3,83
0,151 0,091 0,719
Pricing Policy Harga murah setiap hari Harga yang konsisten Harga yang kompetitif
3,79 3,39 3,88
Sumber: Hasil olahan data peneliti
Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
11
Dari hasil analisis t-test means comparison 30 indikator, ketiga indikator pada variabel promotion & specials, dan indikator ‘ketersediaan produk promo’ pada variabel availability of advertised specials, memiliki nilai signifikansi <0,05. Nilai signifikansi yang berada di daerah <0,05 menunjukkan penolakan terhadap Ho, yang berarti terdapat perbedaan persepsi antara konsumen pria dan wanita Hypermart terkait empat indikator store characteristics tersebut. Hasil ini sekaligus membuktikan H1 dan H9, dan menolak delapan hipotesis lainnya.
Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian Hipotesis
H1
H2
Pernyataan Hipotesis
Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait tingkat ketersediaan produk (being in stock ) yang dipromosikan khusus oleh Hypermart Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait kelengkapan produk di rak Hypermart
Pria
Wanita
Uji Hipotesis Mortimer dan Penelitian (H1 Clarke (2011) - H10
3,63
3,99
Hipotesis Hipotesis penelitian diterima penelitian diterima
3,84
3,67
Hipotesis Hipotesis penelitian ditolak penelitian diterima
H3
Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait kualitas makanan segar
4,41
4,48
Hipotesis Hipotesis penelitian ditolak penelitian diterima
H4
Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait karyawan yang terorganisir dengan baik
4,06
4,1
Hipotesis Hipotesis penelitian ditolak penelitian ditolak
Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait kinerja kasir yang akurat
4,54
4,59
Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait kinerja kasir yang ramah
4,34
4,35
3,96
3,77
Pria
Wanita
3,96
4,09
H5
H6
Hipotesis H7
H8
H9
H10
Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait kemudahan dalam melakukan parkir Pernyataan Hipotesis Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait kemudahan mengakses lokasi Hypermart Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait kebersihan gerai Hypermart
Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait promo spesial mingguan Terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara responden pria dan wanita terkait harga yang selalu rendah
Hipotesis Hipotesis penelitian ditolak penelitian diterima
Hipotesis penelitian ditolak Uji Hipotesis Penelitian (H1 Hipotesis - H10 penelitian ditolak
Hipotesis penelitian diterima
Mortimer dan Clarke (2011) Hipotesis penelitian diterima
4,49
4,49
Hipotesis Hipotesis penelitian ditolak penelitian diterima
3,49
4,1
Hipotesis Hipotesis penelitian diterima penelitian diterima
3,79
4
Hipotesis Hipotesis penelitian ditolak penelitian diterima
Sumber: Hasil olahan data peneliti
Untuk H1, terbukti terdapat perbedaan antara pria dan wanita terkait tingkat kepentingan mereka terhadap ketersediaan produk yang dipromosikan khusus oleh hipermarket, dimana ketersediaan produk (being in stock) yang dipromosikan khusus oleh hipermarketpada minggu-minggu tertentu tidak begitu penting bagi pria di bandingkan wanita. Hasil penelitian ini dapat dikaitkan dengan stereotypical models of male shopping behaviour yakni grab and go, yang didukung oleh Mazumdar dan Papatla (1995), serta Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
12
Thomas dan Garland (2004) yang dipaparkan pada jurnal Mortimer dan Clark (2011). Ketersediaan produk promo bukan hal yang utama bagi mereka, selama produk yang mereka cari ada disediakan di toko. Untuk H2, hipotesis tidak terbukti, antara responden pria dan wanita tidak terdapat perbedaan tingkat kepentingan terhadap kelengkapan produk di rak Hypermart. Kepentingan pria terhadap kelengkapan & ketersediaan produk serta convinience dipaparkan oleh Conway (2010) di dalam bahasannya mengenai anatomy of male grocery behavior. Ketika berbelanja, 43% pria mengaku bahwa out of stock items merupakan alasan mereka tidak pernah kembali berbelanja di toko yang bersangkutan. Namun, ketersediaan produk yang dicirikan dengan rak yang lengkap, produk yang banyak dan beragam, sering membuat pria ‘tersesat’ ketika berada di supermarket, sebab mereka kewalahan dengan produk yang banyak dan bervariasi tersebut. Ketika mereka tersesat dan kewalahan dengan produk yang beragam, kebanyakan dari konsumen pria memilih untuk tidak meminta bantuan karyawan, sebab bagi mereka, kegiatan berbelanja merefleksikan instinctual hunting habit atau insting berburu (Conway, 2010). Ketika mereka berhasil pulang kerumah dengan membawa produk yang mereka butuhkan dan inginkan, hal tersebut merupakan suatu pencapaian yang menimbulkan kepuasan di dalam diri mereka. Sedangkan tingkat kepentingan wanita terhadap ketersediaan dan kelengkapan produk lebih dikarenakan sifat mereka yang melakukan gathering dan scanning ketika menyusuri koridor toko, yang memberikan kepuasan berupa pengetahuan akan toko, produk, atau merek yang memberikan opsi terbaik bagi mereka, baik saat ini ataupun ketika berbelanja di waktu yang akan datang (Knowledge @Wharton, 2007; Conway, 2010). Untuk H3, hipotesis tidak terbukti, dimana antara responden pria dan wanita tidak terdapat perbedaan tingkat kepentingan terkait kualitas makanan segar. Begitupun untuk H8, hasil statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan persepsi antara pria dan wanita terkait tingkat kepentingan mereka terhadap kebersihan dari gerai Hypermart. Penolakan terhadap kedua hipotesis ini dapat dijelaskan oleh hasil studi dari M/A/R/C®Research and National InStore yang menemukan 14% konsumen responden survei mengatakan bahwa mereka akan berhenti mengunjung toko yang tidak bersih seperti yang mereka harapkan (Diulio, 2010). Kebersihan merupakan komponen penting dalam menciptakan consumer experience di dalam toko, serta berpengaruh pada pilihan toko dan frekuensi kunjungan mereka ke toko tersebut (Diulio, 2010). Lou Porry, wakil direktur bagian operasional dari Mexican Restaurants Inc menegaskan bahwa konsumen saat ini tidak hanya cerdas, namun juga memiliki keterbatasan dalam membelanjakan uang, sehingga mereka akan memilih tempat yang mereka pikir bersih
Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
13
dan rapi, dimana mereka tidak perlu mengkhawatirkan isu mengenai kesehatan (Diulio, 2010). Untuk H4 dan H5, hipotesis tidak terbukti, dimana tidak terdapat perbedaan antara pria dan wanita terkait dengan staf yang terorganisir dengan baik, serta kasir yang akurat dan ramah. Penelitian Baker (2007) yang dipublikasikan dalam website Knowledge@Wharton (2007) memperlihatkan wanita memiliki tingkat kepentingan yang tinggi terhadap kinerja karyawan dan kasir dikarenakan faktor emosional dan interaksi personal dengan para karyawan, sementara pria memberikan penilaian penting terhadap variabel ini sebab mereka mengedepankan aspek utilitarian atau job to get done. Untuk H6, hipotesis kembali tidak terbukti, tidak terdapat perbedaan antara pria dan wanita terkait dengan kemudahan melakukan parkir, begitupun H7 membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara pria dan wanita terkait tingkat kepentingan terhadap kemudahan dalam mengakses lokasi Hypermart. Hal ini tidak mengejutkan jika melihat hasil riset Nielsen pada tahun 2005. Riset Nielsen tahun 2005 menunjukkan bahwa faktor utama yang dipertimbangkan pelanggan ritel modern saat ini dalam memilih tempat berbelanja utamanya adalah convenient, dilanjutkan low price, have what I want in stock, good service. Survei yang sama dilakukan kembali lima tahun kemudian, yakni pada tahun 2010, namun menunjukkan hasil yang sedikit berbeda, dimana dimensi convenient turun ke peringkat lima. Nielsen Global Survey tahun 2007, juga menunjukan faktor lokasi, convenience, product range, dan environmental friendliness penting dalam mempengaruhi pemilihan toko tempat berbelanja bagi konsumen di Indonesia (Foodreview Indonesia, 2008). Hasil penelitian milik Baltas dan Papastathopoulou (2003), mengenai product dan store characteristics yang mempengaruhi konsumen pria dan wanita supermarket di Athena dalam memilih supermarket tempat melakukan grocery shopping, menunjukkan bahwa store location merupakan salah faktor yang berpengaruh penting dalam keputusan pemilihan supermarket tempat konsumen berbelanja. Kepentingan terhadap aspek lokasi atau disebut juga proximity in grocery store juga didukung oleh Clarkson et al (1996), Clarke et al (1997), Hernandez dan Benisson (2000), Kim dan Jin (2001) pada jurnal Baltas dan Papastathopoulou (2003). Untuk H9, hipotesis terbukti, dimana antara responden pria dan wanita terdapat perbedaan mengenai tingkat kepentingan mereka terhadap promo & specials, dimana pria memiliki tingkat kepentingan yang lebih rendah terhadap keberadaan promo spesial dibandingkan wanita. Bagi pria, shopping merupakan purchase driven-activity, sehingga mereka tidak begitu mementingkan keberadaan promo dan diskon yang ada di toko.
Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
14
Penerimaan H9 membuat terbukti nya H1 menjadi hal yang relevan dan wajar, sebab kedua hal ini sangat terkait. Riset Nielsen terkait pentingnya good value for money ini mendukung penolakan terhadap H10, yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat kepentingan antara pria dan wanita terkait harga yang selalu rendah, baik pria maupun wanita sama-sama menganggap penting variabel ‘harga yang murah’. Global Survey yang dilakukan oleh Nielsen pada tahun 2007 pada pengguna internet di 47 negara, meliputi Eropa, Asia Pasifik, Amerika, dan Timur Tengah, menemukan lebih dari 85% konsumen memilih good value for money, yang meliputi harga, promosi, dan persepsi, sebagai pertimbangan utama ketika memilih grocery store tempat berbelanja. Konsep good value for money di juga berlaku Indonesia dan ditentukan oleh reputasi suatu toko atau supermarket yang menyediakan barang dengan harga yang lebih murah dibanding kompetitor (84%), rekomendasi dari teman mengenai tempat yang memberikan harga terbaik (78%), tempat yang gencar menawarkan promosi yang dan pemberian diskon secara regular (71%), riset pribadi dan perbandingan harga antar ritel (71%), harga yang tercantum di materi promosi dan leaflet (61%), penurunan harga melalui kartu keanggotaan (59%), serta janji toko atau supermarket untuk selalu memberikan harga murah setiap hari yang dikenal dengan konsep ever day low price (56%) (Foodreview Indonesia, 2008).
5.
Kesimpulan Hasil penelitian ini telah menjawab permasalahan penelitian, dimana hanya pada
dua variabel yang terbukti terdapat perbedaaan persepsi antara pria dan wanita, yakni availability of advertised specials dan promotions & specials. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian dari Mortimer dan Clarke (2011) yang mana hanya menolak H4, yakni tidak terdapat perbedaan antara pria dan wanita terkait variabel ‘karyawan yang terorganisir dengan baik’ (well-staffed), dan menerima sembilan hipotesis lainnya, peneliti menduga hal ini disebabkan oleh objek penelitian yang digunakan, serta jenis dan keadaan demografis responden yang berbeda. Australia merupakan negara maju dengan tingkat penghasilan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia, selain itu penelitian ini dilakukan dengan menggunakan objek hipermarket Hypemart yang mengutamakan value proposition harga yang rendah. Levy dan Weitz (2012) mengemukakan bahwa konsumen yang berbelanja di gerai yang mengusung konsep every day low prices, seperti yang ditawarkan oleh Hypermart, merupakan konsumen yang sadar akan harga. Sehingga tidak mengherankan jika pada H10, pria dan wanita responden Hypermart Detos sama-sama Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
15
mengganggap penting harga yang murah, sedangkan pria dan wanita responden supermarket di Australia memiliki perbedaan tingkat kepentingan terhadap variabel ini, dengan tingkat kepentingan pria lebih rendah dibandingkan wanita.
5.1. Keterbatasan dan Saran Penelitian Walaupun penelitian ini telah menjawab rumusan permasalahan yang peneliti ajukan, peneliti menyadari masih terdapat keterbatasan dalam mengumpulkan data penghasilan responden, dimana peneliti menggunakan indikator pengeluaran per bulan. Ketika melakukan analisis, tampak terdapat kejanggalan pada jawaban yang terlihat dari perbandingan distribusi pekerjaan dan penghasilan. Ini membuat peneliti menduga bahwa terdapat kesalahpahaman di antara beberapa responden, dimana pengeluaran per bulan yang mereka nyatakan kemungkinan merupakan pengeluaran untuk kebutuhan makan per bulan. Sehingga variabel pengeluaran tidak bisa sepenuhnya merefleksikan keseluruhan penghasilan asli dari responden. Untuk penelitian selanjutnya, terdapat beberapa hal yang peneliti dapat sarankan. Pertama, melakukan screening status perkawinan, baik untuk pria maupun wanita, sehingga dapat menjelaskan fenomena grocery shopping pada pria dan wanita yang telah menikah. Kedua, menggunakan indikator yang lebih jelas, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman pada responden ketika menjawab. Ini menjadi penting sebab hal ini bisa mempengaruhi hasil analisis. Ketiga, menambahkan indikator lain, seperti produk yang umumnya dibeli konsumen ketika berbelanja di hipermarket, serta lokasi tempat tinggal responden, sebab bisa membantu dalam menganalisis hasil penelitian terkait lokasi dan kualitas makanan segar. Dan yang terakhir, penelitian ini sebaiknya dilanjutkan dengan melakukan penelitian kualitatif seperti wawancara atau FGD, sehingga dapat mengkonfirmasi hasil dari penelitian kuantitatif dengan lebih mendalam dan insightful
5.2. Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan beberapa hal kepada pihak yang berkepentingan terhadap topik ini. Pertama, terlihat bahwa pria dan wanita berbeda dalam tingkat kepentingan mereka terhadap diskon. Jika hal ini dikaitkan dengan temuan deskriptif demografis responden, peneliti menyarankan untuk melakukan diskon yang lebih khusus untuk produk-produk sesuai dengan karakteristik demografik konsumen, seperti berdasarkan jenis kelamin, atau bisa juga dengan kombinasi diskon dan promo berdasarkan jenis kelamin dan waktu kunjungan, sebab berdasarkan penelitian sebelumnya, pria yang merupakan Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
16
primary grocery shopper umumnya berbelanja pada malam hari atau setelah pulang bekerja, saat hari kerja (The Hub, 2010). Nilai rata-rata tingkat kepentingan pria yang lebih rendah dibandingkan wanita terhadap variabel diskon dan promo spesial bukan berarti pria tidak menyukai hal tersebut. Mengacu pada istilah woman gathering, man hunting, pria memang tidak seperti wanita yang ‘gathering’ info harga produk dan produk promo, namun jika pria menemukan sesuatu yang menarik di tengah ‘perburuan’ mereka, hal tersebut bisa memicu impulse buying dan kepuasan tambahan bagi mereka ketika berbelanja. Kedua, terkait kepentingan konsumen pria terhadap kelengkapan dan ketersediaan produk yang sangat terkait dengan in-store convinience, namun belum difasilitasi oleh kebanyakan toko atau hipermarket, mengacu pada saran Conway (2010) yakni create easier way to buy, help men to find a good solution, allow men to feel like a winner, peneliti menyarankan manajemen hipermarket, termasuk Hypermart, bisa mengimplementasikan saran ini dengan merancang in-store layout yang memiliki rak produk yang lengkap namun tidak membingungkan, melalui penyediaan kios navigasi, seperti yang telah diterapkan di pusat perbelanjaan. Kios navigasi ini tidak hanya membantu menunjukkan arah aisle untuk kategori produk yang dicari, namun juga secara lengkap merincikan merek apa saja yang tersedia sesuai dengan kriteria yang di input oleh konsumen tersebut. Dengan adanya kios navigasi ini, konsumen pria bisa melanjutkan ‘insting berburu’ dan mendapatkan kepuasan karena berhasil mendapatkan apa yang diinginkan, tanpa perlu tersesat dan menghabiskan waktu dengan tidak efisien. Ketiga, hasil Survei Nielsen 2007 menemukan good value for money sebagai faktor terpenting konsumen dunia dalam menentukan pilihan tempat berbelanja, termasuk Indonesia. Salah satu sumber good value for money adalah supermarket yang menawarkan harga lebih rendah dibandingkan kompetitor. Melihat jawaban responden terkait pertanyaan kuesioner mengenai ‘hipermarket lain yang pernah mereka kunjungi’, terlihat bahwa kebanyakan responden bukan pelanggan setia Hypermart, mereka rata-rata pernah mengunjungi hipermarket lain seperti Giant atau Carrefour. Ini membuat peneliti berasumsi bahwa konsumen Hypermart ini sadar terhadap harga dan melakukan perbandingan harga antara Hypermart dengan kompetitornya. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar Hypermart melakukan inovasi terkait penciptaan good value for money agar tidak selalu terkait dengan harga, yakni inovasi yang berhubungan dengan convenience, product range, environmental friendliness, serta kinerja atau pelayanan dari karyawan (in-store service). Penekanan saran yang terlihat lebih memfasilitasi konsumen pria dibandingkan wanita disebabkan fakta tren pria yang berbelanja atau melakukan grocery shopping terus mengalami Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
17
peningkatan, tidak hanya di luar negeri, namun juga di Indonesia. Walaupun hasil penelitian ini menunjukkan pria dan wanita memiliki tingkat kepentingan yang sama terhadap harga, namun dalam teorinya mereka cenderung melakukan perbandingan harga yang terbatas (limited price comparison), sehingga tidak heran jika pengeluaran mereka lebih besar dibandingkan wanita, walaupun kuantitas barang yang mereka beli lebih sedikit. Hal ini yang menjadikan pria sebagai konsumen yang prospektif bagi hipermarket, khususnya Hypermart, dan seharusnya juga difasilitasi seperti konsumen wanita.
6. Referensi 4 views on shopping: Women Gathering, Men Hunting. Important Female Motivations. (n.d.). Dipetik Juni 10, 2013, dari http://www.scanyours.com Amelia, R. K. (2009). Analisis Pengaruh Store Image Terhadap Preferensi Konsumen, Studi Kasus Pada Fashion Store. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Anonim. (2011). Analisis Faktor- Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Berbelanja di Supermarket (Studi Kasus: Supermarket Hardy's Tabanan Bali). Anonim. (2010). Pengertian Kualitas Produk. Dipetik April 22, 2013, dari http://tesisdisertasi.blogspot.com Anonim. (n.d.). The Gale Encyclopedia of Diets. Dipetik April 22, 2013, dari http://www.answer.com Arifrahman. (2012, Maret 26). Low Price & Easily Reach. Dipetik Mei 13, 2013, dari Marketeers: http://www.marketeers.co.id Badman, R. (2011, Februari 28). Humor: Men & grocery shopping. Dipetik Juli 11, 2013, dari Helium: http://www.helium.com Bagas. (2013, Februari 21). Store Characteristics Hypermart. (S. Ardelia, Pewawancara) Baltas, G., & Papastathopoulou. (2013). Shopper characteristics, product and store choice criteria: a survey in the Greek grocery sector. International Journal of Retail and Distribution Management , 498. Basri, S. (2013, Juni 03). Analisis Faktor Dengan SPSS. Dipetik Juni 10, 2013, dari Blog 'Seta Basri Menulis Terus' Behrens, J. H., Barcellos, M. N., Frewer, L. J., Nunes, T. P., & Franco, B. D. (2010). Consumer Purchase Habits and Views on Food Safety: A Brazilian study. Food Control (21), 963-969. Berman, B. (1996). Marketing Channel. New York: John Wiley & Sons, Inc. Budiarto, A. (2012). Pengaruh Motif Berbelanja dan Atribut Toko terhadap Kepuasan Konsumen di Matahari Department Store Kota Malang. Business Monitor. (2012). Indonesia Retail Report Q3 2012. London: Business Monitor International Ltd. Cognizant. (2010). Changing Consumers and Technology: Ten Megatrends Transforming The Retail Landscape. Cognizant. Conway, S. (2010, April 07). An Anatomy of The Male Shopper. Dipetik Juni 10, 2013, dari Slideshare: http://www.slideshare.net Davis, G. (2010, Maret 15). Eight Grocery Shopping Tips for Students. Dipetik Juli 11, 2013, dari thegazette: http://www.westerngazette.ca Diulio, N. (2010, April). Food Safety. Dipetik Juni 09, 2013, dari Journalistic Inc. Dorfman, B. (2007, Mei 27). Help! Grocery store still overwhelming to menB. Dipetik Juli 11, 2013, dari Reuters: http://www.reuters.com Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
18
Forum Home. (2011, Juni 07). Dipetik Juli 11, 2013, dari College Confidential: http://talk.collegeconfidential.com Fowler, A. R. (2008, Juli). Dinner For One: A Grounded Theory of Grocery Shopping In The Single-Person Household. Proquest LLC. Hair JR, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (2010). Multivariate Data Analysis (7th ed.). Pearson Prentice Hall. Hale, T. (2011, November 03). Newswire, In U.S Men are Shopping More Than Ever, While Women are Watching More TV. Dipetik Juli 11, 2013, dari Nielsen: http://www.nielsen.com Hardie, C. (2012, Februari 17). How do Men Shop? Dipetik Juli 11, 2013, dari Retail Week: http://www.retail-week.com Hariyadi, P. (2008, Mei). Food Review Indonesia. Dipetik Juni 10, 2013, dari http://www.foodreview.biz Harmon, S. K., & Hill, C. J. (2007). Male Gender Role Beliefs, Cuopon Use And Bargaining Hunting. Academy of Marketing Studies Journal, 11, 107. Hawkins, D. l., & Mothersbaugh, D. L. (2013). Consumer Behavior: Building Marketing Strategy (12th ed.). McGraw-Hill. Hendry. (2010, Desember 22). References, Tutorials and Discussion. Dipetik Juni 10, 2013, dari Teori-Online: http://teorionline.net Hetasari, D. P. (2011). Analisis Perbandingan Store Image Antara Ramayana Department Store, Matahari Depertment Store, dan Metro Department Store Di Jakarta. Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hypermart. (n.d.). About Hypermart. Dipetik Februari 01, 2013, dari Hypermart: http://www.hypermart.co.id Indonesia Commercial Newsletter. (2011, Juni). Industry Profile. Dipetik April 22, 2013, dari http://www.datacon.co.id JR., C. M., & Gates, R. (2013). Marketing Research (9th ed.). John Wiley & Sons Singapore Pte. Ltd. Klosowski, T. (2012, Agustus 16). I hate grocery shopping, this is how I fixed it. Dipetik Juli 11, 2013, dari Lifehackers: http://lifehacker.com Knowledge @Wharton. (2007, November 28). 'Men Buy, Women Shop': The Sexes Have Different Priorities When Walking Down the Aisles. Dipetik Juni 10, 2013, dari Knowledge @Wharton Marketing Research Article: http://knowledge.wharton.upenn.edu Konsultan Statistik. (n.d.). Validitas dan Reliabilitas. Dipetik Juni 10, 2013 Kotler, P., & Armstrong, G. (2008). Principles of Marketing (12th ed.). Pearson, Prentice Hall. Levy, M., & Weitz, B. A. (2012). Retailing Management (8th ed.). McGraw Hill. Lovelock, C., & Wirtz, J. (2011). Service Marketing (7th ed.). Pearson. Magee, E. (n.d). 10 Tips for the Single Grocery Shopper. Dipetik Juli 11, 2013, dari WebMD: http://www.webmd.com Malhotra, N. K. (2010). Marketing Research: Applied Orientation (6th ed.). Upper Saddle River: Pearson. Michael. (2010, Maret 15). The Single Man’s Shopping List. Dipetik Juli 11, 2013, dari Tao of Bachelorhood: http://taoofbachelorhood.com Mortimer, G., & Clarke, P. (2011). Supermarket Consumers and Gender Differences Relating To Their Perceived Importance Levels of Store Characteristics. Journal of Retailing and Consumer Services (18), 575-585. (n.d). Dipetik Juli 11, 2013, dari The FreeDictionary: http://www.thefreedictionary.com
Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013
19
Peter, P., & Olson, J. C. (2010). Consumer Behavior and Marketing Strategy (9th ed.). McGraw-Hill. Putra, N. E. (2011). Analisis Pengaruh Store Suasana Toko (Store Atmosphere) dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen di Wadezig Distro Kota Padang. Padang: Fakultas Ekonomi, Universitas Andalas. Ramadhani, T. (2009). Potret Bisnis Ritel di Indonesia: Pasar Modern. Economic Review (215). Ramaun, F. (2011, Juni 30). Newswire. Dipetik Mei 03, 2013, dari Nielsen: http://www.nielsen.com Rand, H. (2011, Desember 29). Supermarkets test man-friendly aisles in an effort to reduce 'intimidation factor' experienced by male shoppers . Dipetik Juli 11, 2013, dari Mail Online: http://www.dailymail.co.uk Schiffman, L. G., Kanuk, L. L., & Wisenblit, J. (2010). Consumer Behavior (10th ed.). Pearson, Prentice Hall. Soliha, E. (2008). Analisis Industri Ritel Di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 15 (2), 128-142. Suprapto, H., & Sukirno. (2011, Juni 21). Nielsen: Pria Makin Suka Berbelanja. Dipetik April 23, 2013, dari VIVA LIFE: http://media.viva.co.id Suryadarma, D., Poesoro, A., Akhmadi, S. B., Rosfadila, M., & Suryahadi, A. (2010). Traditional food traders in developing countries and competition from supermarkets: Evidence from Indonesia. Food Policy (35), 79-86. Tanaka, S. (2012, September 06). His and Hers Shopping Rules. Dipetik Juni 24, 2013, dari WSJ: http://www.wsj.com The Hub. (2010, Mei/Juni). Men may not be great shoppers, but they do buy lots of stuff, Oh Man! Dipetik Juni 09, 2013, dari http://www.hubmagazine.com Tren Perilaku Belanja di Mal. (n.d.). Dipetik Mei 04, 2013, dari SWA Online for Mobile: http://www.swa.co.id York, E. B. (2011, Desember 27). Business: More Men Taking The Reins of The Cart. Dipetik Juli 11, 2013, dari Chicago Tribune: http://articles.chicagotribune.com Yusrianti, A. (2008). Pengaruh In-Store Promotion Terhadap Keputusan Impulse Buying Pada Konsumen Giant Hypermarket. Fakultas Ekonomi Institut Pertanian Bogor. Zikmund, W. G. (2003). Business Research Method (7th ed.). Thomson South-Western. Zumar, D. (n.d.). Tingkat Kunjungan Konsumen Ke Mal. Dipetik April 22, 2013, dari Blog Majalah Takziah an-Nafs.
Universitas Indonesia Analisis perbedaan..., Sarah Ardelia, FE UI, 2013