ANALISIS PERBANDINGAN TAKE HOME PAY KARYAWAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN TUNJANGAN PAJAK PADA CV IMAYA CONSULTING ENGINEERS (studi kasus pada CV Imaya Consulting Engineers)
Sri Rejeki Dwi Handini Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi-Universitas Widyatama
Abstrak : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara rata-rata take home pay sebelum dan sesudah penerapan tunjangan pajak penghasilan Pasal 21. Variabel penelitian yang digunakan adalah tunjangan pajak penghasilan Pasal 21 yang diberikan sebesar pajak terutang karyawan, rata-rata take home pay karyawan sebelum dan sesudah penerapan tunjangan pajak. Penelitian ini dilakukan pada CV.Imaya Consulting Engineers dengan rentang waktu empat tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2007-2010. Sampel penelitian berjumlah 30 karyawan, dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif dan deskriptif analisis dengan pendekatan simulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata take home pay karyawan sebelum mendapat tunjangan pajak pasal 21 lebih kecil daripada rata-rata take home pay karyawan setelah mendapat tunjangan pajak penghasilan pasal 21. Kata kunci : tunjangan pajak penghasilan pasal 21, take home pay karyawan.
PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pajak sebagai pungutan yang bersifat wajib merupakan keputusan dari rakyat yang di tuangkan dalam undang-undang. Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan (fungsi budgeter/budgetory). Selain itu, pajak sebagai alat kebijakan moneter serta mengatur kehidupan dengan mendorong atau mengekang suatu cara hidup (fungsi mengatur/regulatory). Salah satu wujud sistem pemungutan pajak penghasilan dengan witholding system adalah PPh Pasal 21. PPh Pasal 21 merupakan pajak penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri secara individual. Adapun penghasilan yang diterima berupa gaji, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri. Besarnya PPh Pasal 21 yang harus dipotong bergantung pada siapa Wajib Pajaknya dan apa bentuk penghasilan yang diterima serta jumlah penghasilan yang diterima. Fenomena dalam pembahasan ini adalah berbagai upaya dapat dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan sehubungan dengan PPh Pasal 21, dimana salah satu upaya tersebut adalah kebijakan mengenai perlakuan pembebanan PPh Pasal 21 karyawan. Perusahaan dapat melakukan beberapa hal, yang pertama; perusahaan menanggung seluruh PPh Pasal 21 karyawan sehingga take home pay yang diterima oleh karyawan adalah penghasilan bruto sebelum dipotong pajak, kedua; perusahaan memberikan tunjangan pajak kepada karyawan, dimana terdapat dua cara yaitu tunjangan pajak PPh Pasal 21 terutang atau tunjangan pajak dengan menggunakan metode gross up. Dalam penghitungan tunjangan pajak penghasilan itu sendiri setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda-beda, sesuai dengan teori yang dianggap paling sesuai untuk diterapkan dalam perusahaan. Pemberian tunjangan pajak ini selain ditujukan untuk meningkatkan take home pay yang diterima karyawan juga dapat mengurangi pajak penghasilanterutang perusahaan karena tunjangan pajak termasuk tunjangan pajak termasuk pada biaya yang dapat dikurangkan (deductible expenses) dalam perhitungan fiskal. Ini cara yang legal (tax avoidance) guna menghidari pemikiran perusahaan berusaha menggelapkan pajak (tax evasion). Oleh karena itu, sebenarnya pemberian tunjangan pajak ini menguntungkan bagi kedua belah pihak, baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Take Home Pay Karyawan Sebelum Dan Sesudah Penerapan Tunjangan Pajak Pada CV Imaya Consulting Engineers”.
B. Perumusan Masalah 1.
Apakah terdapat perbedaan rata-rata take home pay antara karyawan sebelum dan sesudah mendapat tunjangan pajak
2.
Apakah rata-rata take home pay karyawan sebelum mendapat tunjangan pajak lebih kecil dari rata-rata take home pay karyawan setelah mendapat tunjangan pajak.
C. Pembatasan Masalah 1. Objek penelitian ini adalah CV Imaya Consulting Engineers. 2. Penelitian ini menggunakan data empat tahun, yaitu tahun 2007-2010 yang artinya dua tahun sebelum dan dua tahun sebelum penerapan tunjangan pajak. 3. Data-data kuantitatif yang diperoleh dari laporan gaji bulanan karyawan tetap yang diperoleh selama penelitian diolah, dianalisa, dan diproses di mana Perhitungan PPh Pasal 21 di perusahaan ini adalah PPh ditanggung oleh karyawan, yang akan dipotong oleh perusahaan dari gaji karyawan. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara take home pay karyawan sebelum dan sesudah mendapat tunjangan pajak. b. Apakah rata-rata take home pay karyawan sebelum mendapat tunjangan pajak lebih kecil dari rata-rata take home pay karyawan setelah mendapat tunjangan pajak. 2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Penulis Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Universitas Widyatama serta untuk memberikan tambahan pengetahuan mengenai konsep perhitungan pajak penghasilan dengan tunjangan pajak sebagai pengembangan dan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan. b. Lingkungan Akademis Semoga penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi penelitian dan pengembangan ilmu yang berkaitan dengan perpajakan khususnya metode penghitungan tunjangan pajak karyawan. c. Perusahaan Dapat dijadikan pedoman bagi manajemen perusahaan untuk menentukan kebijakan yang tepat dalam peningkatan kesejahteraan karyawan. E. Hipotesis 1. Terdapat perbedaan signifikan antara take home pay karyawan sebelum dan sesudah mendapat tunjangan pajak.
2. rata-rata take home pay karyawan sebelum mendapat tunjangan pajak lebih kecil dari rata-rata take home pay karyawan setelah mendapat tunjangan pajak.
METODE PENELITIAN & ANALISIS A. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif (studi kasus). 2. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara b. Observasi 3. Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer 4. Data yang diperlukan adalah dari gaji pegawai tetap tahun 2007-2010
B. Metode Analisis Langkah-langkah analisis di rumuskan sebagai berikut : 1. Menghitung penghasilan bruto karyawan yang dapat dari penghasilan gaji pokok, tunjangan-tunjangan yang diterima karyawan serta iuran yang dibayar oleh pemberi kerja. 2. Menghitung penghasilan neto karyawan, yaitu dengan mengurangi penghasilan bruto dengan biaya jabatan sebesar 5% dari gaji pokok (maksimal sebesar Rp 1.296.000 per tahun). 3. Mengukur nilai Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tiap karyawan berdasarkan status karyawan yang tertera pada daftar gaji karyawan. 4. Mengurangi penghasilan neto dengan PTKP sehingga mendapatkan nilai Penghasilan Kena Pajak (PKP). 5. Menghitung tunjangan pajak penghasilan pasal 21 karyawan dengan mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan tarif PPh Pasal 17. 6. Melakukan perbandingan rata-rata take home pay antara karyawan sebelum dan sesudah mendapat tunjangan pajak. perbandingan tersebut kemudian diberikan penjelasan. 7. Pengujian hipotesis
RINGKASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Take Home Pay Karyawan 2 Tahun Sebelum Mendapat Tunjangan Pajak Jika PPh ditanggung karyawan yang bersangkutan, maka karyawan membayar PPh pasal 21 sejumlah pajak terutang yang dilaporkan melalui SPT PPh 21. Pada SPT PPh Pasal 21 dirinci mengenai gaji, tunjangan, bonus, PTKP, serta pajak penghasilan yang harus dibayarkan karyawan. Sebelum mendapat tunjangan pajak, take home pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers pada tahun 2007 dan tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 Take Home Pay Karyawan Periode Tahun 2007-2008
Karyawan
Tahun 2007 PPh pasal 21
Tahun 2008 THP
PPh pasal 21
THP
1
Rp
797,490
Rp 30,702,510
Rp
937,049 Rp 33,345,378
2
Rp
347,677
Rp 23,102,323
Rp
453,424 Rp 25,178,408
3
Rp
143,522
Rp 21,556,478
Rp
239,061 Rp 23,438,616
4
Rp
976,367
Rp 36,473,633
Rp 1,135,946 Rp 39,495,907
5
Rp 1,441,585
Rp 42,168,415
Rp 1,856,491 Rp 45,891,228
6
Rp 2,243,728
Rp 48,156,272
Rp 2,777,546 Rp 52,947,498
7
Rp 3,691,504
Rp 63,508,496
Rp 4,818,139 Rp 70,071,547
8
Rp 6,646,836
Rp 81,553,164
Rp 8,311,060 Rp 90,965,949
9
Rp
339,156
Rp 26,040,844
Rp
657,804 Rp 27,968,676
10
Rp
268,874
Rp 18,051,126
Rp
349,680 Rp 20,633,349
11
Rp
878,134
Rp 33,421,862
Rp 1,032,805 Rp 36,356,819
12
Rp
758,154
Rp 33,541,862
Rp
13
Rp 7,006,836
Rp 81,193,164
Rp 8,752,060 Rp 90,884,949
14
Rp 1,561,585
Rp 42,048,415
Rp 1,948,891 Rp 45,918,828
15
Rp
287,677
Rp 23,162,323
Rp
16
Rp 1,156,367
Rp 36,293,633
Rp 1,401,077 Rp 39,422,629
17
Rp 2,003,724
Rp 48,396,272
Rp 2,513,526 Rp 52,971,498
18
Rp 3,439,236
Rp 58,860,764
Rp 4,322,322 Rp 64,886,219
19
Rp 1,772,108
Rp 45,127,892
Rp 2,258,744 Rp 49,494,660
906,805 Rp 36,356,819
390,424 Rp 25,181,408
Tahun 2007 Karyawan
PPh pasal 21
Tahun 2008 THP
PPh pasal 21
THP
20
Rp 4,202,256
Rp 62,997,744
Rp 5,439,139 Rp 69,990,547
21
Rp
188,874
Rp 18,711,126
Rp
22
Rp 2,826,968
Rp 54,573,032
Rp 3,457,769 Rp 60,235,657
23
Rp 5,002,602
Rp 69,897,398
Rp 6,359,537 Rp 77,570,495
24
Rp 2,574,700
Rp 49,925,300
Rp 3,180,274 Rp 55,360,884
25
Rp 1,004,272
Rp 38,195,728
Rp 1,156,246 Rp 41,253,512
26
Rp
667,490
Rp 30,822,510
Rp
27
Rp 5,182,602
Rp 69,717,398
Rp 6,566,537 Rp 77,543,495
28
Rp 5,170,032
Rp 73,229,968
Rp 6,612,736 Rp 81,387,469
29
Rp 1,652,108
Rp 45,247,892
Rp 2,126,744 Rp 49,506,660
30
Rp 5,710,032
Rp 72,689,968
Rp 7,233,736 Rp 81,306,469
Rata-rata
Rp 2,331,417
Rp 45,978,917
Rp 2,943,110 Rp 50,651,777
286,680 Rp 20,636,349
811,049 Rp 33,351,378
Sumber : Data perusahaan yang diolah kembali oleh penulis Pada Tabel dapat dilihat rata-rata take home pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers pada tahun 2007 sebesar Rp
45,978,917 dan tahun 2008 sebesar Rp
50,651,777. Pada tahun 2007 take home pay tertinggi sebesar Rp 81,553,164 dan yang terendah sebesar Rp 18,711,126. Kemudian pada tahun 2008 take home pay tertinggi sebesar Rp 90,965,949 dan yang terendah sebesar Rp 20,636,349.
2.
Take Home Pay Karyawan 2 Tahun Setelah Mendapat Tunjangan Pajak Menurut Peraturan Direktur Jenderal pajak Nomor 15/PJ/2006 tentang objek PPh Pasal 21, jika karyawan mendapat tunjangan PPh bagi karyawan yang bersangkutan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak dan bagi perusahaan menurut UU PPh pasal 6 ayat (1) huruf a, pemberian tunjangan PPh ini dapat dibebankan perusahaan sebagai biaya yang akan mengurangi penghasilan perusahaan. Jumlah tunjangan PPh yang diberikan perusahaan kepada karyawan didasarkan pada jumalah PPh Pasal 21 terutang sebelum pemberian tunjangan PPh. Jumlah PPh Pasal 21 terutang sebelum pemberian tunjangan PPh ini akan diberikan dalam bentuk tunjangan PPh. Setelah diberikan tunjangan PPh dihitung kembali PPh Pasal 21 terutang yang harus ditanggung oleh karyawan. Jumlah PPh Pasal 21 terutang yang harus ditanggung
karyawan ini jumlahnya lebih besar dari tunjangan PPh sehingga take home pay yang diterima karyawan akan lebih kecil daripada penghasilan bruto sebelum pemberian tunjangan PPh. Setelah mendapat tunjangan pajak, take home pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers pada tahun 2009 dan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Take Home Pay Karyawan Periode Tahun 2009-2010 Tahun 2009 Karyawan
PPh pasal 21
Tahun 2010 THP
PPh pasal 21
1
Rp 1,036,733 Rp 35,230,632 Rp
2
Rp
3
Rp
THP
1,036,733 Rp
36,230,632
541,786 Rp 26,924,201 Rp
541,786 Rp
27,924,201
327,401 Rp 25,183,981 Rp
327,401 Rp
26,183,981
4
Rp 1,246,706 Rp 41,590,633 Rp
1,246,706 Rp
42,590,633
5
Rp 2,127,239 Rp 48,316,614 Rp
2,127,239 Rp
49,316,614
6
Rp 3,086,952 Rp 55,719,368 Rp
3,086,952 Rp
56,719,368
7
Rp 5,424,683 Rp 73,492,433 Rp
5,424,683 Rp
74,492,433
8
Rp 8,978,259 Rp 94,728,923 Rp
8,978,259 Rp
94,728,923
9
Rp
728,494 Rp 29,365,310 Rp
728,494 Rp
29,365,310
10
Rp
438,043 Rp 22,379,141 Rp
438,043 Rp
22,379,141
11
Rp 1,143,566 Rp 38,445,544 Rp
1,143,566 Rp
38,445,544
12
Rp 1,017,566 Rp 38,451,544 Rp
1,017,566 Rp
38,451,544
13
Rp 9,392,259 Rp 94,674,923 Rp
9,392,259 Rp
94,674,923
14
Rp 2,259,239 Rp 48,304,614 Rp
2,259,239 Rp
48,304,614
15
Rp
478,786 Rp 26,927,201 Rp
478,786 Rp
26,927,201
16
Rp 1,633,146 Rp 41,501,532 Rp
1,633,146 Rp
41,501,532
17
Rp 2,822,952 Rp 55,743,368 Rp
2,822,952 Rp
55,743,368
18
Rp 4,868,212 Rp 67,965,016 Rp
4,868,212 Rp
67,965,016
19
Rp 2,568,170 Rp 52,266,530 Rp
2,568,170 Rp
52,266,530
20
Rp 6,045,683 Rp 73,411,433 Rp
6,045,683 Rp
73,411,433
21
Rp
375,043 Rp 22,382,141 Rp
375,043 Rp
22,382,141
22
Rp 3,833,809 Rp 63,326,975 Rp
3,833,809 Rp
63,326,975
23
Rp 6,966,081 Rp 80,991,381 Rp
6,966,081 Rp
80,991,381
24
Rp 3,528,378 Rp 58,479,238 Rp
3,528,378 Rp
58,479,238
25
Rp 1,302,012 Rp 43,313,232 Rp
1,302,012 Rp
43,313,232
Tahun 2009 Karyawan
PPh pasal 21
Tahun 2010 THP
PPh pasal 21
THP
26
Rp
910,733 Rp 35,236,632 Rp
910,733 Rp
35,236,632
27
Rp 7,173,081 Rp 80,964,381 Rp
7,173,081 Rp
80,964,381
28
Rp 7,279,935 Rp 85,150,443 Rp
7,279,935 Rp
85,150,443
29
Rp 2,436,170 Rp 52,278,530 Rp
2,436,170 Rp
52,278,530
30
Rp 7,900,935 Rp 85,069,443 Rp
7,900,935 Rp
85,069,443
Rata-rata
Rp 3,262,402 Rp 53,260,511 Rp
3,262,402 Rp
53,493,845
Sumber : Data perusahaan yang diolah kembali oleh penulis
Pada Tabel 2 dapat dilihat rata-rata take home pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers pada tahun 2009 sebesar Rp 53,260,511
dan tahun 2010 sebesar Rp
53,493,845. Pada tahun 2009 take home pay tertinggi sebesar Rp 94,728,923 dan yang terendah sebesar Rp 22,382,141. Kemudian pada tahun 2010 take home pay tertinggi sebesar Rp 94,728,923 dan yang terendah sebesar Rp 22,379,141.
3. Perbandingan Take Home Pay Karyawan 2 Tahun Sebelum dan 2 Tahun Setelah Mendapat Tunjangan Pajak Pada analisis deskriptif dapat dilihat data take home pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers sebelum mendapat tunjangan pajak rata-rata sebesar Rp 45,978,917 pada tahun 2007 dan sebesar Rp 50,651,777 pada tahun 2008. Kemudian setelah mendapat tunjangan pajak, rata-rata take home pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers sebesar Rp 53,260,511 pada tahun 2009 dan sebesar Rp 53,493,845 pada tahun 2010. Artinya secara nominal terlihat dengan jelas bahwa ratarata take home pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers setelah mendapat tunjangan pajak jauh lebih besar dibanding sebelum mendapat tunjangan pajak. Selanjutnya akan diuji apakah benar rata-rata take home pay setelah mendapat tunjangan pajak pasal 21 lebih besar dibanding rata-rata take home pay karyawan sebelum mendapat tunjangan pajak penghasilan pasal 21 menggunakan uji beda sampel berpasangan. Namun sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk menentukan jenis uji yang digunakan
apakah uji parametrik atau nonparametrik. Berikut data rata-rata take home pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah mendapat tunjangan. Tabel 3 Rata-Rata Take Home Pay Karyawan 2 Tahun Sebelum dan 2 Tahun Setelah Mendapat Tunjangan Pajak Karyawan
THP Sebelum
THP Setelah
Selisih
1
Rp 32,023,944
Rp
35,730,632
Rp
3,706,688
2
Rp 24,140,366
Rp
27,424,201
Rp
3,283,836
3
Rp 22,497,547
Rp
25,683,981
Rp
3,186,434
4
Rp
37,984,770
Rp
42,090,633
Rp
4,105,863
5
Rp 44,029,822
Rp
48,816,614
Rp
4,786,793
6
Rp 50,551,885
Rp
56,219,368
Rp
5,667,483
7
Rp 66,790,022
Rp
73,992,433
Rp
7,202,412
8
Rp 86,259,557
Rp
94,728,923
Rp
8,469,367
9
Rp 27,004,760
Rp
29,365,310
Rp
2,360,550
10
Rp 19,342,238
Rp
22,379,141
Rp
3,036,904
11
Rp 34,889,341
Rp
38,445,544
Rp
3,556,204
12
Rp 34,949,341
Rp
38,451,544
Rp
3,502,204
13
Rp 86,039,057
Rp
94,674,923
Rp
8,635,867
14
Rp 43,983,622
Rp
48,304,614
Rp
4,320,993
15
Rp 24,171,866
Rp
26,927,201
Rp
2,755,336
16
Rp 37,858,131
Rp
41,501,532
Rp
3,643,401
17
Rp 50,683,885
Rp
55,743,368
Rp
5,059,483
18
Rp 61,873,492
Rp
67,965,016
Rp
6,091,525
19
Rp 47,311,276
Rp
52,266,530
Rp
4,955,254
20
Rp 66,494,146
Rp
73,411,433
Rp
6,917,288
21
Rp 19,673,738
Rp
22,382,141
Rp
2,708,404
22
Rp 57,404,345
Rp
63,326,975
Rp
5,922,631
23
Rp 73,733,947
Rp
80,991,381
Rp
7,257,435
24
Rp 52,643,092
Rp
58,479,238
Rp
5,836,146
25
Rp 39,724,620
Rp
43,313,232
Rp
3,588,612
26
Rp 32,086,944
Rp
35,236,632
Rp
3,149,688
Karyawan
THP Sebelum
THP Setelah
Selisih
27
Rp 73,630,447
Rp
80,964,381
Rp
7,333,935
28
Rp 77,308,719
Rp
85,150,443
Rp
7,841,725
29
Rp 47,377,276
Rp
52,278,530
Rp
4,901,254
30
Rp 76,998,219
Rp
85,069,443
Rp
8,071,225
Rp
53,377,178
Rp
5,061,831
Rata-rata
Rp
48,315,347
Standar Deviasi
1,919,311
Sumber : Data perusahaan yang diolah kembali oleh penulis
4.
Pengujian Hipotesis Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis untuk membuktikan apakah rata-rata take home pay karyawan setelah mendapat tunjangan pajak pasal 21 lebih besar dibanding rata-rata take home pay karyawan sebelum mendapat tunjangan pajak penghasilan pasal 21 dengan hipotesis statistik sebagai berikut. Ho : µ 2 ≤ µ 1
(rata-rata take home pay karyawan setelah mendapat tunjangan pajak
pasal 21 tidak lebih besar dibanding rata-rata take home pay karyawan sebelum mendapat tunjangan pajak penghasilan pasal 21) Ha : µ 2 > µ 1
(rata-rata take home pay karyawan setelah mendapat tunjangan pajak
pasal 21 lebih besar dibanding rata-rata take home pay karyawan sebelum mendapat tunjangan pajak penghasilan pasal 21) Untuk menguji hipotesis tersebut, terlebih dahulu dicari nilai statistik uji t berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi yang terdapat pada Tabel 4. dengan rumus sebagai berikut. t=
D SD n
D=
∑D
SD =
n
∑D
2
(∑ D) − n −1
2
2
Keterangan:
D (Difference) = Selisih take home pay setelah dengan sebelum. n = jumlah sampel (karyawan) S d = Standar deviasi dari selisih take home pay Berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi dari data selisih take home pay setelah dengan sebelum mendapat tunjangan pajak yang terdapat pada Tabel 3 dapat dicari nilai statistik uji t dengan perhitungan sebagai berikut. t=
5061831 1919311 30
t=
5061831 1919311 5, 477226
t=
5061831 350417
t = 14, 445
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 14,445, sementara dari tabel t pada tingkat kekeliruan 5% dan derajat bebas 29 diperoleh nilai t pada pengujian satu arah sebesar 1,699. Karena t hitung (14,445) lebih besar dibanding t tabel (1,699) maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho sehingga Ha diterima. Artinya rata-rata take home pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers setelah mendapat tunjangan pajak pasal 21 lebih besar dibanding rata-rata take home pay sebelum mendapat tunjangan pajak penghasilan pasal 21.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Rata-rata take home pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers 2 tahun sebelum mendapat tunjangan sebesar Rp 48,315,347. Kemudian setelah mendapat tunjangan pajak, rata-rata take home pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers sebesar Rp 53,377,178. Artinya secara nominal terlihat dengan jelas bahwa rata-rata take home
pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers setelah mendapat tunjangan pajak berbeda dengan sebelum mendapat tunjangan pajak.
2. Rata-rata take home pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers setelah mendapat tunjangan pajak pasal 21 lebih besar dibanding rata-rata take home pay sebelum mendapat tunjangan pajak penghasilan pasal 21. Rata-rata take home pay karyawan CV.Imaya Consulting Engineers setelah mendapat tunjangan pajak lebih besar Rp 5,061,831 dibanding rata-rata take home pay sebelum mendapat tunjangan pajak. Saran Pada bagian akhir skripsi ini, penulis bermaksud mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun saran-saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut : 1. Saran untuk perusahaan, dalam hal ini adalah CV.Imaya Consulting Engineers. •
Perusahaan dapat menerapkan pemberian tunjangan pajak penghasilan Pasal 21 sebagai
alternatif
perhitungan
tunjangan
PPh
Pasal
21
untuk
meningkatkankesejahteraan karyawan karena dapat memberikan take home pay yang lebih besar bagi karyawan yang terbukti perbedaannya dibandingkan dengan sebelum tunjangan pajak. •
Dan walaupun perusahaan memberikan tunjangan pajak yang artinya adanya tambahan biaya bagi perusahaan, namun dari segi fiskal hal ini menunjukan tidak akan merugikan perusahaan karena tunjangan pajak akan menjadi deductible expenses dalam perhitungan fiskal sehingga akan menghasilkan pajak penghasilan yang lebih kecil.
•
Dengan demikian, jika di lihat dari sudut pandang karyawan selaku penerima take home pay penerapan tunjangan pajak penghasilan Pasal 21 dapat dijadikan
alternatif
perusahaan
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan karyawan. take home pay 2. Saran untuk peneliti selanjutnya Penulis menyadari tulisan ini tidak sempurna, karenanya untuk peneliti selanjutnya yang hendak mengambil topik yang sama, penulis menyarankan, sebaiknya mengikutsertakan variabel lain yang dapat menambah pengaruh terhadap take home pay dan kesejahteraan karyawan. Selain itu pengambilan sampel dan waktu penelitian mungkinkan memberikan hasil yang lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA B. S. Everitt. 2006. The Cambridge Dictionary of Statistics. Third Edition, Cambridge University Press Cooper, D. R, & Schindler, P. S. 2006. Business Research Methods.(9th ed.). International edition. Mc Graw Hill. Harnanto, 2003. Akuntansi Perpajakan. Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta Indonesian Tax Review, Volume III, Edisi 51, 2004. Memahami Tax Planning, Jakarta Mulyono Djoko, 2006. Akuntansi Pajak, Edisi Kedua, Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Poerwitasari Putri, destrya (2010), “Analisis Perbandingan Sebelum dan Setelah Penerapan Kebijakan Tax Planning Atas Beban Operasional Perusahaan Untuk Perhitungan Pajak Penghasilan Pada (Studi kasus pada PT. Megumi Inti Anugerah) ,Balikpapan”, Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama. Republik Indonesia.2002.Undang-Undang No.17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Sekretariat Negara.Jakarta Republik Indonesia.2008.Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.252 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Orang Pribadi Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi.Departemen Keuangan. Jakarta Singgih Santoso 2002 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Suandy Erly, 2003. Perencanaan Pajak, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat. Sugiyono. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta : Liberty. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Wahyudi Saragih, Erwin (2010), “Analisis Perbandingan Take Home Pay Karyawan Sebelum Dan Sesudah Penerapan Tunjangan Pajak (Studi Kasus Pada PT. Southern Cross Textile Industri 2006-2008) Bandung”, Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Padjadjaran. Zain Mohammad dan Suryo Hermana, 2010. Himpunan Undang-Undang Perpajakan 2010. Jakarta : PT. Indeks. Zain Mohammad, 2003. Manajemen Perpajakan, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat.