ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN LABA KOTOR BERDASARKAN SISTEM INFORMASI BIAYA VOLUME BASED COSTING DAN ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus pada Perusahaan Galunggung Raya Block)
IRENA RACHMAWATI Kp. Sirnasari RT/RT 002/001 Desa Cikubang, Kec. Taraju, Kab. Tasikmalaya
[email protected] Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya Telp. (0265) 323537
ABSTRACT On this global trading competition, management used to make a good competition for standing in this competitive global business environment. One of some way which can be doing is applying accurate cost information system that will be helping management in get an optimum gross profit. Activity Based Costing basically is a cost information system which purpose to presentaccurate cost of good manufactured information for management needed, with measuring resource consumption in every activity used to get a good product.This research aims to know about : (1) the gross profit earnings by conventional methods undertaken by the company (2) gross profit which has been reconstructed based on activity based costing system (3) whether there is a difference in the gross profit calculation is based on the conventional method with activity based costing system. As for who is the subject of this research is Galunggung Raya block which is located in jl.ir juanda km 3 tasikmalaya. This research result is (1) gross profit corporation with conventional methods as a whole has increased each year (2) gross profit which has been reconstructed as a whole also increased (3) there is a difference between the
gross profit calculation is based on cost information system volume based costing and activity based costing. Keywords : Gross Propit Based on Cost Information System VBC, Gross Profit Basedon Cost Information System ABC
ABSTRAK Dalam menghadapi persaingan di era bebas, perusahaan perlu menciptakan daya saing untuk bertahan di dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menerapkan sistem informasi biaya yang memberikan informasi biaya yang memberikan informasi biaya produk yang akurat, sehingga membantu perusahaan menghasilkan laba kotor yang optimal. Activity Based Costing pada dasarnya merupakan sistem informasi biaya yang menyajikan informasi harga pokok produksi secara cermat untuk kepentingan manajemen, dengan mengukur konsumsi sumber daya di dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk. Penelitia ini bertujuan untuk mengetahui (1) Laba kotor berdasarkan metode konvensional yang dilakukan oleh perusahaan (2) Laba kotor yang telah direkonstruksi berdasarkan sistem Activity Based Costing (3) Apakah terdapat perbedaan dalam perhitungan laba kotor berdasarkan metode konvensional dengan sistem informasi biaya Activity Based Costing. Adapun yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah Galunggung Raya Blok yang beralamat di Jl. Ir. Juanda Km.3 Tasikmalaya. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Laba kotor perusahaan dengan metode konvensional secara keseluruhan mengalami peningkatan tiap tahunnya (2) Laba kotor yang sudah direkonstruksi secara keseluruhan juga mengalami peningkatan (3) Terdapat perbedaan antara perhitungan laba kotor berdasarkan sistem informasi biaya Volume Based Costing dab Activity Based Costing. Kata Kunci : Laba Kotor Berdasarkan Sistem Informasi Biaya VBC, Laba Kotor Berdasarkan Sistem Informasi Biaya ABC
PENDAHULUAN Suatu perusahaan mempunyai tujuan menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan profitabilitas dari waktu ke waktu. Semakin derasnya arus teknologi dan informasi menuntut setiap perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut dalam persaingan global. Perkembangan teknologi maju di bidang informasi telah menimbulkan dampak yang sangat komplek bagi suatu perusahaan. Perkembangan teknologi dalam pasar global salah satunya berdampak pada perusahaan manufaktur. Perusahaan dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi yang dapat mendukung kinerja perusahaan guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan. Pemanfaatan teknologi tersebut mengakibatkan biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan menjadi besar yang akan berdampak pada Harga Pokok Produksi yang tinggi. Galunggung Raya Block merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang produksi bahan bangunan, merasakan adanaya tantangan tersebut,sebagai perusahaan industri, Galaunggung Raya Block memerlukan konsep –konsep manajemen yang tepat guna. Sebagaimana kita ketahui, kegiatan operasional suatu badan pada umumnya adalah untuk mendapatkan laba. Dengan perolehan laba tersebut perusahaan akan mampu mempertahankan kontinuitas dan perkembangan usahanya. Ada permasalahan mendasar ketika Galunggung Raya Block menggunakan sistem Volume Based Costing dan menentukan biaya produknya, yaitu belum tepatnya harga pokok produksi suatu produk untuk menciptakan laba kotor yang optimal, akibat penetapan biaya produk yang tidak sesuai dengan penggunaan sumber dayanya. Oleh karena itu muncul metode baru dalam perhitungan harga pokok produksi yang dikenal dengan nama Activity Based Costing (ABC). Activity Based Costing merupakan metode perbaikan dari Sistem Tradisional. Activity Based Costing system ini merupakan metode perhitungan biaya yang dapat memberikan alokasi Biaya Overhead Pabrik yang lebih akurat dan relevan. Pada metode ini, masing-masing kelompok biaya (cost pool) dihubungkan dengan masing-masing aktivitas dan dialokasikan berdasarkan aktivitas nya masing-masing. Dasar alokasi yang dignakan adalah jumlah aktivitas dalam setiap (cost pool) tersebut. Metode ini menggunakan jenis pemicu biaya yang lebih banyak sehingga dapat mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih akurat, Euis Rosidah (2013 : 170).
Sistem Activity Based Costing ini menyediakan informasi yang relevan untuk keperluan penilaian profitabilitas jangka panjang & produk lini, serta mendorong perusahaan untuk selalu mengevaluasi arus pekerjaan pada aktivitas perusahaannya. Dengan demikian, sistem Activity Based Costing merupakan sistem informasi biaya yang datanya mengacu kepada produk dan aktivitas perusahaan. Walaupun sistem Activity Based Costing berorientasi pada efisiensi penggunaan biaya, akan tetapi sistem ABC harus dapat mendukung sepenuhnya atas tujuan jangka panjang yang ingin diperoleh perusahaan. Sehingga, sistem Activity Based Costing dimanfaatkan untuk memaksimalkan laba perusahaan dengan mengutamakan tujuan jangka panjang perusahaan. Activity Based Costing danVolume Based Costing akan menghasilkan perhitungan biaya produk yang berbeda dan dampaknya akan mempengaruhi perhitungan laba kotor, karena laba kotor merupakan kelebihan dari penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Penelitian mengenai perbandingan perhitungan laba kotor metode konvensional dan Activity Based Costing telah banyak dilakukan berdasarkan fenomena yang telah diuraikan diatas pada penelitian ini juga mengambil referensi dari beberapapeneliti terdahulu sebagai gambaran untukmempermudah proses penelitian , diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Arfie Tahar (2003) dan Kusmayadi (2012). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penerapan perhitungan laba kotor berdasarkan sistem informasi biaya Volume Based Costing pada Galunggung Raya Block. 2. Untuk mengetahui penerapan perhitungan laba kotor berdasarkan sistem informasi biaya Activity Based Costing pada Galunggung Raya Block. 3. Untuk mengetahui analisis perbandingan perhitungan laba kotor dihitung berdasarkan sistem informasi biaya Volume Based Costing dan Activity Based Costing Galunggung Raya Block.
TINJAUAN PUSTAKA Sistem Volume Based Costing atau lebih familiar dengan istilah sistem tradisional merupakan salah satu rangkaian perhitungan yang digunakan perusahaan untuk menghitung biaya produk yang terjadi di dalam perusahaan. Bastian Bustami dan Nurlela (2009 : 9) menjelaskan bahwa : “sistem akuntansi konvensional mengklasifikasikan biaya atas biaya langsung dan biaya tidak langsung, untuk pembebanan biaya menggunakan ukuran volume produksi, jam kerja langsung atau jam mesin”. Sistem biaya Volume Based Costing hanya dapat menelusuri biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit produk, sedangkan biaya overhead diasumsikan proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. Sistem biaya ini tidak dapat menunjukan jumlah biaya yang sesungguhnya dikonsumsi dalam setiap unit produk yang di hasilkan oleh perusahaan. Alokasi biaya dengan sistem ini mengakibatkan penyimpangan karena tidak setiap produk mengkonsmsi biaya overhead secara proporsional terhadap unit yang diproduksi, sehingga mengakibatkan kekeliruan dalam perhitungan harga pokok produksi yang menentukan harga jual dan laba kotor perusahaan. Armanto Witjaksono (2006 :210), menjelaskan bahwa : “ Activity Based Costing adalah suatu metode pengukuran biaya produk atau jasa yang didasarkan atas penjumlahan biaya (cost accumulation) dari pada kegiatan atau aktivitas yang timbul berkaitan dengan produksi atau jasa tersebut”. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Galunggung Raya Block yang berlokasi di Jl. Ir. Juanda Km.3 Tasikmalaya. Dengan alasan tersedianya data –data yang berhubungan dengan objek penelitian yang penulis laksanakan. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif komparatif dengan pendekatan studi kasus Mohammmad Nazir (2005:54) yaitu suatu metode penelitian yang
berusaha mengumpulkan, menyajikan serta menganalisis data yang didapat untuk mendapatkan gambaran cukup jelas mengenai obyek yang diteliti.Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat suatu gambaran yang menyeluruh dari suatu obyek penelitian secara sistematis dengan didukung oleh teori-teori yang ada. Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti adalah studi kasus karena penelitian ini hanya dilakukan pada Galunggung Raya Block dan hasilnya hanya berlaku untuk Galunggung Raya Block. PEMBAHASAN Pengalokasian biaya produksi yang terjadi pada Galunggung Raya Block dalam hal ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, secara lengkap disajikan dalam tabel berikut : Table 4.9 Informasi Alokasi Biaya Produksi Genteng Berdasarkan Sistem Informasi Biaya Volume Based Costing Galunggung Raya Block Tahun 2005-2014 Dalam Ribuan Rupiah
Tahun
BBB
BTKL
BOP
Jumlah Biaya Produksi
2005
Rp.283.400
Rp.49.270
Rp.18.655
Rp.351.325
2006
Rp.282.750
Rp.49.426
Rp.18.681
Rp.350.857
2007
Rp.320.460
Rp.53.564
Rp.20.230
Rp.394.254
2008
Rp.343.950
Rp.57.615
Rp.21.750
Rp.423.315
2009
Rp.251.570
Rp.41.932
Rp.15.895
Rp.309.397
2010
Rp.298.610
Rp.49.822,50
Rp.18.824
Rp.367.256,50
2011
Rp.394.400
Rp.65.518
Rp.24.629
Rp.484.547
2012
Rp.418.050
Rp.69.984
Rp.26.235
Rp.514.269
2013
Rp.468.500
Rp.77.760
Rp.29.760
Rp.576.020
2014
Rp.254.210
Rp.42.394
Rp.15.708
Rp.312.312
Sumber : Data dari perusahaan diolah kembali oleh penulis
Tabel 4.10 Informasi Alokasi Biaya Overhead Pabrik Produk Genteng Galunggung Raya Block Tahun 2005-2014 Dalam Ribuan Rupiah
Tahun
Listrik
Pemeliharaan
Penyusutan
Biaya
& Perbaikan
Mesin
Pemakaian
Jumlah
Suku Cadang 2005
Rp. 8.454,446 Rp. 6.588,946 Rp.3.009,052 Rp.602,556
Rp.18.655
2006
Rp. 8.466,229 Rp. 6.598,129 Rp.3.013,245 Rp.603,396
Rp.18.681
2007
Rp. 9.168,236 Rp. 7.145,236 Rp.3.263,099 Rp.653,429
Rp.20.230
2008
Rp. 9.857,100 Rp. 7.682,100 Rp.3.508,275 Rp.702,525
Rp.21.750
2009
Rp. 7.203,614 Rp. 5.614,114 Rp.2.563,864 Rp.513,408
Rp.15.895
2010
Rp. 8.531,06
Rp. 6.648,636 Rp.3.036,311 Rp.608,015
Rp.18.824
2011
Rp.11.161,862 Rp. 8.698,962 Rp.3.972,657 Rp.795,516
Rp.24.629
2012
Rp.11.889,702 Rp. 9.266,202 Rp.4.231,705 Rp.935,685
Rp.26.235
2013
Rp.13.487,232 Rp.10.511,232 Rp.4.800,288 Rp.961,248
Rp.29.760
2014
Rp. 7.118,866 Rp. 5.548,066 Rp.2.533,700 Rp.507,368
Rp.15.708
Sumber : Data dari perusahaan diolah kembali oleh penulis
Setelah diketahui nilai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik khusus produk genteng, maka harga pokok produksi perunit untuk produk tersebut pada Galunggung Raya Block dapat dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi dengan jumlah unit yang diproduksi. Sedangkan harga jual produk genteng per unit pada Galunggung Raya Block ditentukan berdasarkan kebijakan pemilik. Secara lengkap, perhitungan harga pokok produksi dan data harga jual per unit untuk produk genteng selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir, pada Galunggung Raya Block dituangkan dalam table berikut :
Tabel 4.11 Informasi Harga Pokok Produksi dan Harga Jual per Unit Produk Genteng Berdasarkan Sistem Informasi Biaya Volume Based Costing Galunggung Raya Block Tahun 2005-2014 Dalam Ribuan Rupiah
Tahun
Harga pokok Produksi
Harga Jual Per Unit
2005
Rp.351.325
Rp.3.000
2006
Rp.350.857
Rp.3.000
2007
Rp.394.254
Rp.3.100
2008
Rp.423.315
Rp.3.100
2009
Rp.309.397
Rp.3.300
2010
Rp.367.256,5
Rp.3.300
2011
Rp.484.547
Rp.3.300
2012
Rp.514.269
Rp.3.500
2013
Rp.594.020
Rp.3.500
2014
Rp.312.312
Rp.3.500
Sedangkan nilai laba kotor, diperoleh dari hasil pengurangan pendapatan penjualan dengan harga pokok penjualan. Lebih jelas perhitungan tersebut diatas disajikan pertahun selama sepuluh tahun terakhir, dalam table berikut :
Tabel 4.13 Informasi Perolehan Laba Kotor Produk Genteng Berdasarkan Sistem Informas Biaya Volume Based Costing Galunggung Raya Block Tahun 2005-2014 Dalam Ribuan Rupiah
Tahun
Pendapatan Penjualan
HPPj
Laba Kotor
2005
Rp.422.109
Rp.355.255
Rp. 66.854
2006
Rp.429.000
Rp.357.357
Rp. 71.643
2007
Rp.472.498,9
Rp.394.254
Rp. 78.244,9
2008
Rp.509.999,6
Rp.418.815
Rp. 91.184,6
2009
Rp.359.370
Rp.306.397
Rp. 52.973
2010
Rp.427.049,7
Rp.364.006,5
Rp. 63.043,2
2011
Rp.595.000
Rp.477.747
Rp.117.253
2012
Rp.682.201
Rp.521.269
Rp.160.932
2013
Rp.719.999
Rp.594.020
Rp.125.000
2014
Rp.382.798,5
Rp.322.212
Rp. 60.586,5
Perhitungan Laba Kotor Berdasarkan Sistem Informasi Biaya Activity Based Costing 1. Menghitung harga pokok produksi genteng pada Galunggung Raya Block dengan metode Activity Based Costing. 2. Menghitung laba kotor perolehan genteng pada Galunggung Raya Block berdasarkan system informasi biaya Activity Based Costing.
Tabel 4.18 Harga Pokok Produksi Produk Genteng Metode Activity Based Costing Galunggung Raya Block Tahun 2005-2014 Dalam Ribuan Rupiah
Kategori Aktivita
Tahun 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Rp.28
Rp.282.
Rp.32
Rp.343.
Rp.25
Rp.298.
Rp.394.
Rp.418.
Rp.468.
Rp.254.
3.400
750
0.460
950
1.570
610
400
050
500
210
Rp.49.
Rp.49.4
Rp.53.
Rp.57.6
Rp.41.
Rp.49.8
Rp.65.5
Rp.69.9
Rp.77.7
Rp.42.3
270
26
564
15
932
22,5
18
84
60
94
Biaya
Rp.18.
Rp.20.1
Rp.21.
Rp.23.0
Rp.20.
Rp.22.3
Rp.23.6
Rp.25.0
Rp.47.2
Rp.23.9
Listrik
211,53
86,208
613,28
02,560
958,33
11,072
32,560
98,696
04,640
44,032
s Aktivita s Berlevel Unit : Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsun g Biaya Overhea d Pabrik :
6 Jumlah
s Berlevel
6
Rp.35
Rp.352.
Rp.39
Rp.424.
Rp.31
Rp.370.
Rp.483.
Rp.513.
Rp.593.
Rp.320.
0.881,
362,208
5.637,
567,560
4.460,
743,572
550,560
132,696
464,640
548,032
536 Aktivita
4
284
336
Produk : Biaya Overhea d Pabrik : Pemelih Rp.6.5
Rp.6.59
Rp.7.1
Rp.7.68
Rp.5.6
Rp.6.64
Rp.8.69
Rp.9.26
Rp.10.5
Rp.5.54
88,946
8,129
45,236
2,100
14,114
8,636
8,962
6,202
11,232
8,066
Rp.6.5
Rp.6.59
Rp.7.1
Rp.7.68
Rp.5.6
Rp.6.64
Rp.8.69
Rp.9.26
Rp.10.5
Rp.5.54
88,946
8,129
45,236
2,100
14,114
8,636
8,962
6,202
11,232
8,066
Penyusu
Rp.6.7
Rp.7.43
Rp.7.9
Rp.8.39
Rp.7.6
Rp.8.15
Rp.8.63
Rp.9.11
Rp.16.7
Rp.8.87
tan
17,312
7,024
16,832
6,640
76,928
6,736
6,544
6,352
93,280
6,448
Pemakai
Rp.1.5
Rp.1.69
Rp.1.7
Rp.1.85
Rp.1.7
Rp.1.81
Rp.1.90
Rp.1.96
Rp.3.36
Rp.2.06
an Suku
40,224
6,320
67,744
4,720
14,176
1,520
7,712
9,920
6,720
7.264
Rp.8.2
Rp.9.13
Rp.9.6
Rp.10.2
Rp.9.3
Rp.9.96
Rp.10.5
Rp.10.8
Rp.20.1
Rp.10.9
57,536
3,344
84,576
51,360
91,104
8,256
44,256
13,272
60
43.712
Total
Rp.36
Rp.368.
Rp.41
Rp.442.
Rp.32
Rp.387.
Rp.502.
Rp.533.
Rp.624.
Rp.337.
HPPsi
5.728,
093,681
2.467,
501,020
9.465,
360,464
793,778
212,170
135,872
039,810
araan dan Perbaika n Mesin Jumlah
Aktivita s Berlevel Fasilita s: Biaya Overhea d Pabrik:
Mesin
cadang Jumlah
018
096
554
HPPsi
Rp.2.5
Rp.2.57
Rp.2.7
Rp.2.69
Rp.3.0
Rp.3.24
Rp.2.95
Rp.2.97
Rp.3.03
Rp.3.08
per unit
99
4
06
0
25
3
8
1
4
2
Tabel 4.19 Informasi Perolehan Laba Kotor Produk Genteng Based Costing Berdasarkan Sistem Informasi Biaya Activity Galunggung Raya Block Tahun 2005-2014 Dalam Ribuan Rupiah
Tahun
Pendapatan
HPPj
Laba Kotor/Rugi
penjualan 2005
Rp.422.109
Rp.369.628,018
Rp. 52.480,982
2006
Rp.429.000
Rp.367.027,345
Rp. 61.972,655
2007
Rp.472.498,9
Rp.412.467,096
Rp. 60.031,804
2008
Rp.509.999,6
Rp.438.001,020
Rp. 71.998,580
2009
Rp.359.370
Rp.326.715,554
Rp. 32.654,446
2010
Rp.427.049,7
Rp.384.110,464
Rp. 42.939,236
2011
Rp.595.000
Rp.495.993,778
Rp. 99.006,222
2012
Rp.682.201
Rp.540.212,170
Rp.141.988,830
2013
Rp.719.999
Rp.624.135,872
Rp. 95.863,128
2014
Rp.382.798,5
Rp.346.939,810
Rp. 35.858,690
Perbandingan Perhitungan Laba Kotor Berdasarkan Sistem Informasi Biaya Volume Based Costing dan Activity Based Costing Setelah mengetahui hasil perhitungan Laba Kotor Berdasarkan Sistem Informasi Volume Based Costing dan Activity Based Costing, diperoleh informasi: 1. Pengklasifikasian Biaya Metode Volume Based Costing mengklasifikasikan biaya yang ada berdasarkan klasifikasi umum saja yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Sedangkan metode Activity Based Costing mengklasifikasikn biaya
berdasarkan aktivitas yaitu biaya aktivitas berlevel unit, biaya aktivitas berlevel batch, biaya aktivitas berlevel produk, serta biaya aktivitas berlevel fasilitas. 2. Pengalokasian Biaya Metode Volume Based Costing tidak mengalokasikan biaya ke tiap produk secara langsung, akan tetapi biaya yang ada dijadikan dasar perhitungan harga pokok produksi. Sedangkan metode Activity Based Costing mengalokasikan biaya yang ada berdasarkan pemicu biaya setiap aktivitas, sehingga biaya yang dibebankan ke produk sesuai dengan sumber daya yang dikonsumsi produk tersebut, seperti berdasarkan jumlah jam mesin atau jumlah batch. 3. Perhitungan Harga Pokok Produksi Metode Volume Based Costing menghitung harga pokok tiap produk dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik kemudian dibagi total unit produksi lalu dikalikan dengan persentase volume produksi unit yang bersangkutan. Sedangkan metode Activity Based Costing menghitung harga pokok produksi berdasarkan pemicu biaya yaitu aktivitas yang dikonsumsi produk yang bersangkutan. Tabel 4.20 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi per Unit Produk Genteng Berdasarkan Sistem Informasi Biaya VBC dan ABC Galunggung Raya Block 2005-2014 Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Harga Pokok Produksi VBC Rp.2.497 Rp.2.454 Rp.2.587 Rp.2.573 Rp.2.841 Rp.3.074 Rp.2.850 Rp.2.865 Rp.2.888 Rp.2.856
Harga Pokok Produksi ABC
Selisih
Distorsi
Keterangan
Rp.2.599 Rp.2.574 Rp.2.706 Rp.2.690 Rp.3.025 Rp.3.243 Rp.2.958 Rp.2.971 Rp.3.034 Rp.3.082
(Rp.102) (Rp.120) (Rp.119) (Rp.117) (Rp.184) (Rp.169) (Rp.108) (Rp.106) (Rp.146) (Rp.172)
3,9% 4,7% 4,4% 4,4% 6,1% 5,2% 3,7% 3,7% 4,8% 5,6%
undercosting undercosting undercosting undercosting undercosting undercosting undercosting undercosting undercosting undercosting
Sumber : Data dari perusahaan diolah kembali oleh penulis
Berdasarkan hasil menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara sistem biaya Volume Based Costing dengan Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok produksi genteng. Hasil pengolahan data dalam kurun watu sepuluh tahun terakhir pada Galunggung Raya Block menunjukkan penggunaan Activity Based Costing System memberikan hasil perhitungan harga pokok produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga pokok produksi yang telah ditetapkan perusahaan. Under costing terjadi pada sistem informasi biaya Volume based Costing dengan selisih sebesar Rp.102 tahun 2005, Rp.120 tahun 2006 ,Rp.119, tahun 2007, Rp.117 tahun 2008, Rp.184 tahun 2009, Rp.169 tahun 2010, Rp.108 tahun 2011, Rp.106 tahun 2012, Rp.146 tahun 2013, dan Rp.172 tahun 2014. Hal ini berarti telah terjadi distorsi biaya disetiap tahun anggaran dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Besarnya distorsi dapat dihitung dengan cara membagi selisih dengan nilai perhitungan rekonstruksi kemudian dituangkan dalam bentuk presentase. Distorsi biaya paling besar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 6,1 % hal ini terjadi karena Galunggung Raya Block membebankan biaya overhead pabrik yang terlalu rendah, khususnya biaya listrik penyusutan mesin dan biaya pemakaian suku cadang. Lain halnya dengan tahun 2011 dan 2012 distorsi biaya yang terjadi pada tahun tersebut mencapai titik terendah yaitu sebesar 3,7% hal ini dikarenakan pada tahun tersebut terjadi kenaikan tarif dasar listrik yang memicu kenaikan barang –barang lainnya. Sehingga nilai biaya yang dibebankan sedikit meningkat meski begitu nilai yang dibebankan tetap saja tidak sesuai dengan nilai biaya yang sesungguhnya dikonsmsi oleh produk tersebut. Hal tersebut menyiratkan bahwa sistem biaya Volume Based Costing pada Galunggung Raya Block kurang efektif dan efisien dalam penentuan harga pokok produksi.
Tabel 4.21 Perbandingan Perhitungan Laba Kotor Perolehan Produk Genteng Berdasarkan Sistem Informasi Biaya VBC dan ABC Galunggung Raya Block 2005-2014 Dalam Ribuan Rupiah
Tahun
Laba Kotor Berdasarkan Laba Kotor Selisih Sistem Informasi Biaya Berdasarkan Sistem VBC Informasi Biaya ABC 2005 Rp. 66.854 Rp. 52.480,982 Rp.14.373,018 2006 Rp. 71.643 Rp. 61.972,655 Rp. 9.670,345 2007 Rp. 78.244,9 Rp. 60.031,804 Rp.18.213,096 2008 Rp. 91.184,6 Rp. 71.998,580 Rp.19.186,020 2009 Rp. 52.973 Rp. 32.654,446 Rp.20.318,554 2010 Rp. 63.043,2 Rp. 42.939,236 Rp.17.103,964 2011 Rp.117.253 Rp. 99.006,222 Rp.18.246,778 2012 Rp.160.932 Rp.141.988,830 Rp.18.943,170 2013 Rp.125.000 Rp. 95.863,128 Rp.29.136,872 2014 Rp. 60.586,5 Rp. 35.858,690 Rp.24.727,810 Jumlah Rp.887.714,2 Rp 694.794,573 Rp.189.919,627 Rata-rata Rp. 88.771,420 Rp. 69.479,457 Rp.18.991,963 Setelah dilakukan perhitungan laba kotor yang direkonstruksi menggunakan sistem informasi biaya Activity Based Costing, hasil akhir yang diperoleh adalah seluruh nilai laba kotor dari tahun 2005-2014 mengalami penurunan PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada Galunggung Raya Block, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Perhitungan laba kotor berdasarkan system informasi biaya Volume Based Costing dilakukan dengan cara menghitung pengurangan nilai penjualan dengan harga pokok produksi.
Dimana
harga
pokok
produksi
tersebut
dihitung
dengan
cara
mengklasifikasikan biaya berdasarkan klasifikasi umum saja. Laba kotor yang terjadi
pada perusahaan Galunggung Raya Block selama sepuluh tahun menggunakan sistem Volume Based Costing mengalami fluktuasi. 2. Perhitungan laba kotor berdasarkan sistem informasi biaya Activity Based Costing dilakukan dengan cara menghitung pengurangan nilai penjualan dengan harga pokok produksi.
Dimana
harga
pokok
produksi
tersebut
dihitung
dengan
cara
mengklasifiksikan biaya berdasarkan aktivitas. Laba kotor yang terjadi setelah direkonstruksi menggunakan sistem Activity Based Costing selama sepuluh tahun juga mengalami fluktuasi. 3. Hasil perhitungan laba kotor berdasarkan sistem informasi biaya Volume Based Costing berbeda dengan hasil perhitungan laba kotor berdasarkan sistem informasi biaya Activity Based Costing. Laba kotor menggunakan sistem Volume Based Costing menghasilkan laba yang lebih tinggi Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan diatas, penulis mencoba memberikan saran – saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemajuan Galunggung Raya Block. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Galunggung Raya Block perlu meninjau kembali sistem informasi biaya yang telah diterapkan, terutama mengenai pembebanan biaya overhead ke produk yang banyak menimbulkan distorsi atas dasar perbandingan sistem informasi biaya Volume Based Costing dan activity Based Costing. 2. Galunggung Raya Block perlu perlu mempertimbangkan untuk menerapkan ABC sistem yang tidak hanya membebankan biaya overhead ke produk berdasarkan unit tetapi juga berdasarkan batch, produk, dan fasilitas, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih akurat mengenai jumlah biaya yang sesungguhnya diserap oleh setiap aktivitas. Apabila pembebanan biaya overhead sesuai dengan konsumsi aktivitas yang
sesungguhnya maka harga pokok produksi dapat dihitung secara lebih akurat sehingga hasil perhitungan harga pokok produksi lebih kompetitif. 3. Penentuan harga penjualan seharusnya tidak hanya ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen dan analisa terhadap competitor, tetapi juga menggunakan harga pokok produksi sebagai bahan pertimbangan, sebab biaya yang ditimbulkan benar-benar yang terjadi pada perusahaan sehingga tepat untuk mengambil keputusan. DAFTAR PUSTAKA Arfie Tahar.2003.Analisis Aktivitas dalam Penetapan Harga Pokok Produksi dan Pengukuran Kinerja.Institut Pertanian Bogor Bastian, Bustami dan Nurlela.2009.Akuntansi Biaya.Jakarta: Mitra Wacana Medika Ester, Magdalena.2011.Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Activity
Based
Costing.Jurnal
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Gunadarma,
http://soegihartos.blogspot.com/2011/09/jurnal.html, 28/05/1519.44 Hesti, Wulandari.2010.Analisis Penerapan Sistem Activity Based Costing dalam Meningkatkan Akurasi Biaya.Universitas Gunadarama Hongren, C.T, S.M. Datar dan G. Foster.2006. Akuntansi Biaya. Jakarta: Erlangga I Gusti Ayu Dian Raka Kusuma.2007.Pendekatan Metode konvensional dan Metode Activity Based Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi serta Laba Kotor. STIE-MCE Koko, Yuli Prakoso.2012.Penerapan Metode Activity Based Costing (ABC) dengan Pendekatan Manajemen Rantai Pasok (Supplay Chain Management). Universitas Islam Sunan Kalijaga Kusmayadi.2012.Activity Based Costingin Global Competition Era.Jurnal Administrasi Bisnis, diterbitkan oleh jurusan Administrasi Niaga politeknik Negeri Semarang:ISSN 14114321, http://adminisibisnis.blogspot.com/2012/04/activity-based-costing-dalam-era.html, 25/03/15 19:59
Octavian, Surya Pratiwi.2011.Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing dalam Menentukan Harga Sewa Kamar Hotel. Universitas Dian Nuswantoro Riadi, Budiman (2012). Implementasi Metode Activity Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap. Universitas Tanjng Putra Riduwan. 2013. Dasar-dasar Statistika. Bandung: ALFABETA Euis Rosidah.2013.Akuntansi Biaya.Bandung: Mujahid Press Rudianto.2013.Akuntansi Manajemen.Jakarta:Penerbit Erlangga Sri,
Maharani.2011.Analisis
Perbandingan
Biaya
Overhead
Pabrik
dengan
Metode
Konvensional dan Metode Activity Based Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi.Universitas Siliwangi Sudaryono.2001.Perbandinagn Metode Konvensional dan Activity Based Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi.Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, diterbitkan oleh Universitas
Gunadarma;
ISSN
0853-862X,
http://library.gunadarma.ac.id/journal/vieuw/2952/perbandingan-metode-konvensionaldan-activity-based-costing-dalam-penentuan-harga-pokok-produksi.html, 25/03/15 20:11 Sugiyono.2011.Metode Penelitian Bisnis.Bandung. ALFABETA Witjaksono, Armanto.2006.Akuntansi Biaya.Yogyakarta: Graha Ilmu