Susanto Wibowo : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan.....
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN METODE CAMEL DI ASEAN (Studi Komparatif: Indonesia, Malaysia, Thailand) Susanto Wibowo
STIE Buddhi – Tanggerang, Banten Email:
[email protected] Informasi Artikel Riwayat Artikel Diterima tanggal 24 Februari 2015 Direvisi tanggal 26 Maret 2015 Disetujui tanggal 13 Mei 2015 Klasifikasi JEL G21 Kata Kunci Kinerja Keuangan Perbankan Syari’ah ASEAN Metode CAMEL DOI 10.17970/jrem.15.1501010.ID
ABSTRACT Islamic banking industry is often called Syari’ah banking already exists and has grown rapidly and quickly especially in the ASEAN region in recent decades is in line with the growth in the global economy. So significant growth likely influenced by many factors, either: economic, political, social, cultural, geographical, and defense and security. In this study the authors compared the performance of the financial statements of the existing Islamic banking in ASEAN, namely between: Indonesia and Malaysia and Thailand by using the CAMEL and the test statistic is a One-Way ANOVA with eight bank financial performance measurement tool syairah. The data series are taken from the financial statements in the period 2007-2011 derived from the relevant websites of Islamic banks, central banks, the stock market in their respective ASEAN countries as well as international financial institutions. Hypothesis testing for normal data includes core capital to assets (CCA), capital adequacy ratio (CAR), the non-performing loan (NPL), employee expenses to total assets (EEA), loan-to-deposit ratio (LDR), return on assets (ROA ), return on equity (ROE) and assets growth rate (AGR). The results showed that the ratio of all financial indicators of Islamic banking in Indonesia with Malaysia and Thailand are significantly different and there are not exhibited significantly. The average ratio-ratio Indonesian Islamic Banking better; ROA, ROE and good; EEA, LDR and AGR compared with the two other ASEAN countries. The implications of this study indicate that the financial performance of Indonesian Islamic banking is still a great opportunity to be able to thrive in the future and is a great challenge, especially for the management of Indonesian Islamic banking and central bank (Bank Indonesia) in this regard as the regulator.
ABSTRAKSI Industri perbankan Islam yang lazim disebut dengan perbankan Syari’ah telah berkembang secara cepat di ASEAN pada decade ini seiring dengan pertumbuhan perekonomian global. Pertumbuhan yang signifikan ini dipengaruhi oleh perekonomian, politik, budaya, geografis, pertahanan serta keamanan. Penelitian ini membandingkan kinerja laporan keuangan dari perbankan Islam di ASEAN , yaitu di Indonesia, Malaysia dan Thailand dengan menggunakan CAMEL serta uji
136
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
statistic One-Way ANOVA dari delapan pengukuran syariah atas kinerja keuangan perbankan. Data serial laporan keuangan dari 2007sampai dengan 2011 diperoleh dari situs perbankan Islam, bank sentral, serta pasar modal di ASEAN. Pengujian hipotesis untuk data yang normal termasuk capital to assets (CCA), capital adequacy ratio (CAR), the non-performing loan (NPL), employee expenses to total assets (EEA), loan-to-deposit ratio (LDR), return on assets (ROA), return on equity (ROE), serta assets growth rate (AGR). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ratio dari semua indicator keuangan perbankan Islam di Indonesia berbeda secara signifikan dengan di Malaysia dan Thailand serta tidak ada yang ditunjukkan secara signifikan. Ratio rata-rata perbankan Islam di Indonesia yang lebih baik adalah ROA, ROE. Yang baik adalah EEA, LDR, serta AGR dibandingkan dengan dua negara ASEAN lainnya. Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan dari perbankan Islam di Indonesia masih memiliki peluang yang besar untuk dapat berkembang di masa depan dan hal ini merupakan tantangan, khususnya bagi manajemen perbankan Islam di Indonesia serta bank sentral (Bank Indonesia) sebagai regulator.
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 136-153
PENDAHULUAN Industri perbankan syariah atau sering disebut islamic banking sudah ada dan telah berkembang dengan pesat dan cepat dalam beberapa dekade akhir-akhir ini seiring dengan pertumbuhan di dalam perekonomian global. Pertumbuhan yang begitu signifikan kemungkinan dipengaruhi oleh banyak faktor, yakni : ekonomi, politik, sosial, budaya, geografis dan pertahanan keamanan. Menurut Maris Strategis & The Banker (2010), 25 urutan bank syariah dengan aset syariah tahun 2009-2010 dimana peringkat pertama adalah Iran, posisi Malaysia berada di peringkat 3, sementara Indonesia peringkat 13 dan Thailand di urutan ke 19. Melihat perkembangan pesat keuangan syariah, terutama perbankan syariah dan penerbitan sukuk, total aset keuangan syariah Indonesia pada tahun 2011 diyakini telah melebihi US$20 miliar sehingga rankingnya akan meningkat signifikan (Dr. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia).
Tabel 1.1. Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah
Sumber: Maris Strategies & the Banker, 2010
137
Susanto Wibowo : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan.....
Alasan penulis dalam penelitian ini adalah mencoba untuk melihat lebih mendalam tentang perbandingan kinerja perbankan syariah tersebut khususnya di ASEAN, untuk Indonesia diwakili oleh Bank Muamalat Tbk., Malaysia (Islamic Bank of Malaysia) dan Thailand (Islamic Bank of Thailand). Identifikasi masalah dalam penelitian ini tidak lepas dari kinerja keuangan perbankan syariah tersebut. Cornett et al (2002) telah menggunakan enam indikator untuk menilai kinerja perbankan di Amerika Serikat, keenam indikator tersebut adalah: profitability, capital risk, assets quality, operating efficiensy, liquidity risk dan growth. Jadi, secara umum CAMEL digunakan untuk menilai kesehatan perbankan. Penelitian ini akan menggunakan indikator-indikator tersebut di atas. Rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah sebagai berikut : a. Apakah terdapat “perbedaan” antara kinerja keuangan bank syariah Bank Muamalat Indonesia Tbk. dengan Bank Islam Malaysia dan Islamic Bank of Thailand dengan menggunakan analisis rasio CAMEL: profitability, capital risk, assets quality, operating efficiensy, liquidity risk dan growth ? b. Apakah perbedaan rasio yang terjadi pada bank syariah Bank Muamalat Indonesia Tbk. “lebih baik” dibandingkan dengan Bank Islam Malaysia dan Islamic Bank of Thailand dengan menggunakan analisis rasio CAMEL: profitability, capital risk, assets quality, operating efficiensy, liquidity risk dan growth ? Tujuan penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah: untuk menguji apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan syariah Bank Muamalat Indonesia Tbk. dengan Islamic Bank of Malaysia, Islamic Bank of Thailand dengan menggunakan analisis rasio CAMEL:
profitability, capital risk, assets quality, operating efficiensy, liquidity risk dan growth. Kemudian juga untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan rasio yang terjadi pada bank syairah Bank Muamalat Indonesia Tbk. dengan Islamic Bank of Malaysia dan Islamic Bank of Thailand dengan menggunakan analisis rasio CAMEL: profitability, capital risk, assets quality, operating efficiensy, liquidity risk dan growth. RERANGKA TEORITIS YANG DIPAKAI DAN HIPOTESIS Rerangka Teoritis Berikut ini disajikan rerangka teoritis untuk mendeskripsikan perbandingan kinerja perbankan syariah di Indonesia dengan Malaysia dan Thailand., sebagai berikut: Gambar 1.1 Alur Rerangka Teoritis Penelitian
Rerangka teoritis kinerja keuangan syariah yang diproksikan dengan indikator-indikator keuangan, yaitu: indikator capital risk, assets quality, operating eficiency, liquidity risk, profitability dan growth. Untuk pengukurannya digunakan rasiorasio sesuai indikator yang dinilai, yaitu: Core Capital to Assets (CCA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan ratio (NPL), Employee Expenses to Assets (EEA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Assets Growth Rate (AGR). Setelah itu rasio-rasio tersebut
138
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
dibandingkan antara perbankan syariah Indonesia dengan perbankan syaraiah Malaysia dan Thailand. Hipotesa Hipotesis terhadap kinerja perbankan syariah di Indonesia, Malaysia dan Thailand dapat dirumuskan menggunakan: Indikator Capital Risk (risiko modal) menunjukkan kecukupan modal bank dan sesuai dengan peraturan atau regulasi modal standar (Car standard) masing-masing negara di ASEAN dapat diketahui dengan menggunakan standar yang berlaku di Indonesia dengan acuan Bank Indonesia (BI), oleh sebab itu hipotesis yang bangun dalam penelitian ini adalah: H1: Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator Capital Risk pada kinerja perbankan syariah antara negara Indonesia dengan Malaysia dan Thailand. Indikator Assets Quality (kualitas aset) menunjukkan perubahan kualitas aktiva produktif dan sejauh mana tingkat risikonya. Hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah: H2: Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator Assets quality pada kinerja perbankan syariah antara negara Indonesia dengan Malaysia dan Thailand. Indikator Operating efficiency (efisiensi operasional) menunjukkan ketersediaan bank dalam memperoleh pendapatan, pembayaran biaya bunga dan produktifitas tenaga kerjanya. Hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah: H3: Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator Operating efficiency pada kinerja perbankan syariah antara negara Indonesia dengan Malaysia dan Thailand. Indikator Liquidity risk (risiko likuiditas) menunjukkan risiko bank dalam menyalurkan dana pinjaman. Hipotesis yang dibangun dalam
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 136-153
penelitian ini adalah: H4: Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator Liquidity risk pada kinerja perbankan syariah antara negara Indonesia dengan Malaysia dan Thailand.. Indikator Profitability (rentabilitas) menunjukkan kinerja keuangan bank atas kemampuan untuk memperoleh laba. Juga merupakan kemampuan bank dalam memanfaatkan seluruh kekayaan untuk menghasilkan laba sebelum pajak. Hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah: H5: Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator Profitability pada kinerja perbankan syariah antara negara Indonesia dengan Malaysia dan Thailand. Indikator Growht (pertumbuhan) menunjukkan pertumbuhan atau perkembangan aset bank. Hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah: H6: Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator Growth pada kinerja perbankan syariah antara negara Indonesia dengan Malaysia dan Thailand. Informasi Laporan Keuangan Bank Syariah Dalam praktek perbankan Islam saat ini, cara yang paling formal untuk memberikan informasi kepada para penggunanya mengenai shariah compliance adalah melalui laporan syariah yang merupakan komponen dari laporan tahunan (annual report). Komite Akuntansi Syariah bersama dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia telah mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk transaksi kegiatan usaha dengan mempergunakan akuntasi berdasarkan kaidah syariah. Berikut ini daftar Standar Akutansi Keuangan yang juga akan berlaku bagi perbankan syariah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), yaitu:
139
Susanto Wibowo : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan.....
(1) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah, (2) PSAK 101 (Revisi 2006) tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah, (3) PSAK 102 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Murabahah, (4) PSAK 103 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Salam, (5) PSAK 104 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Istishna’, (6) PSAK 105 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Mudharabah, (7) PSAK 106 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Musyarakah. PSAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga syariah maupun lembaga non syariah. Dalam PSAK Syariah ini pengembangan dilakukan dengan model PSAK umum, namun PSAK ini berbasis syariah dengan acuan fatwa MUI. Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian laporan keuangan sesuai permintaan khusus (statutory) seperti pemerintah, lembaga pengawas independen, bank sentral, dan sebagainya. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi: (a) aset; (b) kewajiban; (c) dana syirkah temporer; (d) ekuitas; (e) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; (f) arus kas; (g) dana zakat; dan (h) dana kebajikan. Pernyataan ini berlaku efektif untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008. Pernyataan ini menggantikan PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang berhubungan dengan pengaturan penyajian laporan keuangan bank syariah.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah data historis, data diambil dari laporan keuangan perusahaan perbankan syariah tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 yang dipublikasikan untuk umum serta tercantum dalam direktori perbankan Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) dan publikasi yang dibuat oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk Bank Muamalat Indonesia Tbk., Islamic Bank of Malaysia, Islamic Bank of Thailand pada alamat websitenya. Sampling (Metode Pemilihan Sampel) Adapun populasi dalam penelitian ini adalah bank-bank syariah atau islamic banking yang terdaftar di bursa saham masing-masing negara ASEAN tahun 2012, yaitu: Indonesia (Bank Indonesia) sampelnya Bank Muamalat Indonesia Tbk., Malaysia (Bank Negara Malaysia) sampelnya Bank Islam Malaysia dan Thailand (Bank of Thailand) sampelnya Islamic Bank of Thailand. Data hanya didapat dari ketiga negara tersebut, untuk negara-negara ASEAN lainnya selain dari yang tersebut di atas yaitu: Philipine, Brunai Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, Singapura dan Kamboja tidak ada datanya mengingat keberadaan islamic banking di negera tersebut belum ada, kalaupun ada hanya negara Brunesi Darussalam itupun data terakhir laporan keuangan periode tahun 2010 – 2011. Penentuan sampel dari populasi pada penelitian ini diperoleh dengan purposive sampling atau pengambilan sampel yang tidak diacak dan didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut: a. Perusahaan perbankan adalah perusahaan yang berbasiskan syariat islam bukan bank konvensional (non commercial bank) baik milik pemerintah, swasta (local), maupun asing (foreign) yang ada di masingmasing negara. b. Perusahaan perbankan adalah bank
140
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
yang sudah go public. c. Bank-bank tersebut telah menerbitkan (memublikasikan) laporan keuangan tahunan (annual report) pada tahun 2005, 2006, 2007, 2008,2009, 2010, dan 2011. d. Laporan keuangan harus memunyai tahun buku yang berakhir pada 31 Desember, untuk menghindari adanya waktu parsial dalam penghitungan rasio keuangan. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu: mengumpulkan data tertulis baik dari dokumen-dokumen yang sudah ada maupun dari literatur-literatur pendukung lainnya. Proses pengumpulan data laporan keuangan masing-masing entitas sebagai data sampelnya dilakukan melalui internet, yaitu: bank sentral masing-masing negara, di bursa efek masing-masing negara dan dari wesbsite masing bank tersebut adalah laporan keuangan (anunal report) di atas dan itu merupakan dokumen utama dalam pengumpulan datanya untuk menjadi sampel data. Sedangkan dokumen-dokumen pendukung diperoleh dari data yang dikeluarkan oleh pemerintah yang mengeluarkan statistik atau informasi-informasi yang berhubungan dengan perbankan. Kemudian dari dokumen-dokumen yang berasal dari bank-bank tersebut berupa laporan keuangan, dibuatlah rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan sebelumnya yang pada akhirnya digunakan untuk analisis. Indikator Risiko Modal (Capital Risk) Digunakan untuk penilaian permodalan suatu bank yaitu mengetahui berapa modal bank tersebut apakah telah mencukupi untuk menunjang usahanya. Penilaian terhadap aspek ini sangat diperlukan bagi otoritas moneter
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 136-153
suatu negara untuk menilai apakah bank telah memenuhi ketentuan tentang capital adeqaucy (CAR) yang telah ditetapkan. Bank Indonesia dengan Surat Edaran No. 26/5/BPPP, tanggal 29 Mei 1993 menetapkan bahwa CAR bagi bank-bank di Indonesia sebesar 8%. Ketentuan ini telah disempurnakan menjadi 9% dan berlaku sejak bulan September 1997. Dalam penelitian ini kecukupan modal akan dievaluasi dengan (Cornett et al, 2002; Sawir, 2000): a. Core Capital to Assets (CCA) = Shareholders equity dibagi Total Assets Rasio ini untuk mengukur kemampuan permodalan bank dalam menutup kemungkinan penurunan aktivanya akibat berbagai kerugian yang tidak dapat dihindarkan, jadi semakin tinggi rasio menunjukkan permodalan yang baik. b. Capital Adequacy Ratio (CAR) = Equity Capital dibagi Total Loan dan Securities. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan bank dalam menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga lainnya, jadi semakin tinggi rasio menunjukkan permodalan yang baik. Indikator Kualitas Aset (Assets Quality) Menurut Cornett et al (2002); Sawir (2000) mengatakan bahwa indikator ini digunakan untuk mengukur perubahan kualitas dan risiko pinjaman (loans) dan seberapa besar tingkat aktiva produktif yang memunyai risiko kerugian dari kredit bermasalah. Indikator kualitas aktiva produktif diproksikan sebagai berikut: Non Performing Loan ratio (NPL) = Non Performing Loan ratio dibagi Total Loans Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kualitas aktiva produktif sehubungan dengan kredit bermasalah, jadi semakin rendah rasio menunjukkan kualitas akitva produktif yang baik.
141
Susanto Wibowo : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan.....
Indikator Efisiensi Operasional (Operational Efficiency) Analisis ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi operasional bank yang bersangkutan, antara lain tingkat suku bunga dan biaya overhead yang dikeluarkan oleh bank. Aspek efisiensi operasional dalam penilaian kinerja bank dalam penelitian ini sesuai yang dikembangkan oleh Cornet et al (1992), sebagai berikut: Employee Expenses to Total Assets (EEA) = Salary and Employees Benefits dibagi Total Assets Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank dalam pengeluaran biaya tenaga kerja beserta tunjangan-tunjangan yang diberikan, jadi semakin rendah rasio menunjukkan tingkat effisiensi operasional yang lebih baik.
tuk mengukur effisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Profitabilitas bank menunjukkan tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional bank, yang akan diukur dengan menggunakan: a. Return On Assets (ROA) = Net Income after Tax dibagi Total Assets Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan laba, jadi semakin tinggi rasio menunjukkan hasil yang semakin baik. b. Return On Equity (ROE) = Net Income dibagi Total Equity Capital Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih sebelum pajak ditinjau dari sudut Equity Capital, jadi semakin tinggi rasio menunjukkan hasil yang semakin baik.
Indikator Risiko Likuiditas (Liquidity Risk) Analisis risiko likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank tersebut mampu membayar utang-utangnya dan membayar kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukannya tanpa terjadi penangguhan. Menurut Cornet et al (2002); Sawir (2000) mengatakan bahwa tingkat likuiditas bank dapat diukur dengan menggunakan rasio, sebagai berikut: Loan to Deposit Ratio (LDR) = Total Loans dibagi Total Deposit Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada nasabah yang telah menanamkan dana dengan menarik kembali kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debitornya, jadi semakin tinggi rasio menunjukkan tingkat likuiditas yang lebih baik.
Indikator Pertumbuhan (Growth) Analisis terhadap pertumbuhan bank dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar perubahan aset-nya, dengan mengetahui perkembangan aset tersebut dapat menggambarkan bahwa bank tumbuh, akibat dari ekspansi kredit dan bertambahnya dana masyarakat pada bank tersebut. Menurut Cornet et al (2002), untuk mengukur pertumbuhan maka digunakanlah rasio sebagai berikut: Assets Growth Rate (AGR) = Perubahan Total Assets dibagi Total Assets tahun sebelumnya. Jadi semakin tinggi rasio menunjukkan tingkat pertumbuhan total aset yang lebih baik.
Indikator Profitabilitas (Profitability) Menurut Cornet et al (2002); Sawir (2000), mengatakan bahwa analisis ini digunakan un-
Teknik Analisis Data Semua data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis dengan indikator dan rasio-rasio dari CAMEL dari data masingmasing laporan keuangan bank syariah di masing-masing negara ASEAN untuk mengukur kinerja keuangan bank syariah tersebut sesuai dengan variabel-variabel yang telah ditetapkan
142
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
dalam penelitian ini. Kemudian untuk menjawab hipotesis disesuaikan dengan uji normalisasi distribusi data. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif ini menjelaskan masingmasing rasio keuangan sebagai proksi kinerja keuangan bank-bank syariah di empat negara ASEAN. Perbedaan kinerja keuangan keempat negara akan terlihat pada nilai rata-rata (mean) masing-masing rasio, dan masing-masing rasio belum dapat digunakan untuk menguji hipotesis, karena itu diperlukan uji perbedaan statistik lebih lanjut dengan menyesuaikan distribusi datanya (M. Laksono Tri Rochmawan, 2004). Rincian Perolehan Data Sampel Dari gambaran umum tentang perkembangan kondisi ekonomi dan moneter serta sektor riil yang ada di negara-negara tersebut. Peneliti mengambil data sampel yang dikumpulkan adalah 3 bank syaiah saja yang mewakili 3 negara, yaitu: bank syariah Bank Muamalat Indonesia Tbk., Bank Islam Berhard Malaysia, Islamic Bank of Thailand dan menggunakan data time series yang diperoleh dari laporan keuangan periode 2007 sampai dengan 2011. Secara rinci perolehan data sampel dengan dalam penelitian ini adalah dengan metode “purposive sampling”. Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas distribusi data untuk masing-masing variabel menggunakan Kolmogorov – Smirnov One-Sample Test (K-S), uji ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian antara distribusi sampel dan distribusi teoritisnya. Uji K-S menentukan apakah skor dalam sampel berasal dari populasi yang memiliki distribusi teoritis, dimana distribusi teoritis adalah apakah sesuai dengan H0. Uji normalitas distribus data untuk masing-masing variabel, selain menggunakan Kolmogorov – Smirnov One-Sample Test (KS) seperti di atas, dalam penelitian ini juga
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 136-153
menggunakan grafik histogram yang dapat dilihat apakah memberikan pola distribusi yang mendekati normal dan menggunakan grafik normal Plot yang dilihat dari titik-titik penyebarannya mengikuti arah garis diagonal (Imam Ghozali, 2001). Hasil test diperoleh semua rasio keuangan sebagai indikator kinerja keuangan perbankan ASEAN menunjukkan data terdistribusi normal. Diketahui indikator kinerja keuangan perbankan syariah ASEAN memunyai nilai z kolmogorov smirnov yang rendah dan nilai α > 0,05 dengan demikian data terdistribusi normal. Uji Univariate Pengujian perbedaan indikator-indikator kinerja keuangan perbankan syariah di empat negara ASEAN secara bersama-sama akan digunakan alat uji parametrik dan non-parametrik sebagai pendamping. Penentuan alat statistik yang akan digunakan dalam pengujian univariate tersebut, setelah dilakukan uji normalitas distribusi data untuk masing-masing variabel. Pengujian normalitas ditribusi data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov One-Sample Test dengan α = 5% (Imam Ghozali, 2002), adalah sebagai berikut: ANOVA dapat digunakan untuk menguji apakah rata-rata lebih dari sampel berbeda secara signifikan atau tidak. Dalam pengujian dengan One-Way ANOVA (analisis of variate), diperlukan pula beberapa asumsi yang harus dipenuhi (Imam Ghizali, 2001), yaitu: populasi yang akan diuji berdistribusi normal, seluruh sampel adalah independen, terdapat varian dari populasi-populasi yang akan diuji, dan sampel yang diuji tidak berhubungan satu dengan yang lain. a. Beberapa tes yang dilakukan dalam menguji perbedaaan sampel lebih dari dua sampel yang sama maupun tidak sama (Imam Ghozali, 2001), yaitu: a.1. Descriptive Digunakan untuk melihat ringkasan statistik dari keempat sampel region, yang secara
143
Susanto Wibowo : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan.....
nyata terlihat perbedaan, namun demikian perlu dilakukan uji statistik selanjutnya. a.2. Test of Homogeneity of Varians Digunakan untuk menguji berlaku tidaknya salah satu asumsi ANOVA yaitu apakah keempat sampel memunyai varian yang sama, dengan melihat Levene Statistic dan tingkat probabilitas. a.3. ANOVA (analisis of variate) Digunakan untuk menguji apakah keempat sampel memunyai rata-rata (mean) yang sama dengan hipotesis: H0 : keempat rata-rata populasi adalah sama. Ha : keempat rata-rata populasi adalah tidak sama Pengambilan keputusan dilakukan dengan uji F (ANOVA): Jika F hitung > F Tabel, maka H0 ditolak. Jika F hitung < F Tabel, maka H0 tidak dapat ditolak. Atau dapat juga berdasarkan probabilitas: Jika probabilitas > 0.05, maka H0 tidak dapat ditolak Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak dan menerima Ha a.4. Post Hoc Test Digunakan untuk mencari mana saja region yang berbeda dan mana saja region yang tidak berbeda. Analisis dilakukan dengan melihat Tukey test dan Bonferroni test, dimana Tukey test untuk sampel yang sama, sedangkan Bonferroni test untuk sampel yang berbeda. Apabila pada kolom mean difference terdapat tanda “*” maka terdapat perbedaan yang signifikan (Wabster, 1998). a.5. Homogeneus Sub Digunakan untuk mencari grup atau sub mana saja yang terlihat bahwa keempat sampel berada dalam satu sub yang menandakan tidak terdapat perbedaan dan jika ada perbedaan signifikan, maka keempat sampel akan terkelompokkan ke dalam empat sub yang berbeda.
b. Jika distribusi tidak normal, maka akan digunakan uji non-parametrik Kruskal Wallis One-Way Analysis of Varian by Rank dengan tingkat signifikansi α = 5%. Jika P value < 5% berarti terdapat perbedaan yang secara statistik untuk variabel indikator kinerja dan karakteristik lainnya pada bankbank syariah di ASEAN. Dengan demikian jika hipotesis alternatif benar, maka da median yang berbeda (Imam Ghozali, 2002). ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Perolehan Sampel Dari gambaran umum tentang perkembangan kondisi ekonomi dan moneter serta sektor riil yang ada di negara-negara tersebut. Peneliti mengambil data sampel yang dikumpulkan adalah 3 bank syaiah saja yang mewakili 3 negara, yaitu: bank syariah Bank Muamalat Indonesia Tbk., Bank Islam Berhard Malaysia, Islamic Bank of Thailand dan menggunakan data time series yang diperoleh dari laporan keuangan periode 2007 sampai dengan 2011. Secara rinci perolehan data sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode “purposive sampling”. Berikut perolehan data sampel dari negara Indonesia, Malaysia, dan Thailand :
144
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 136-153
Tabel 1.2 Rincian Perolehan Data Sampel
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013
Hasil Penelitian dan Pembahasan Uji Normalitas Data Dalam menguji normalitas data digunakan Kolmogorov-Smirnov Test, hasil test diperoleh semua rasio keuangan sebagai indikator kinerja keuangan perbankan ASEAN menunjukkan data terdistribusi normal. Diketahui indikator kinerja keuangan perbankan syariah ASEAN memunyai nilai z kolmogorov smirnov yang rendah (0,016) dan nilai α > 0,05 dengan demikian data terdistribusi normal. Uji Analisis Deskriptif Dari analisis deskriptif rasio keuangan tersebut secara umum dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kinerja perbankan syariah Indonesia dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang diukur dengan Core Capital to Assets (CCA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan Ratio (NPL), Employee Expenses to Assets (EEA), Loan to Deposit Ratio(LDR), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Assets Growth Rate (AGR) adalah berbeda. Rata-rata masing-masing rasio tertinggi adalah CCA (13,09) pada Malaysia, CAR
(14,54) pada perbankan syariah Malaysia, NPL (9,80) pada perbankan syariah Thailand, EEA (1,20) pada perbankan syariah Indonesia, LDR (93,25) pada perbankan syariah Indonesia, ROA (1,64) pada perbankan syariah Indonesia, ROE (20,59) pada perbankan syariah Indonesia, AGR (37,57) pada perbankan Thailand. Dari hasil analisis deskriptif ini terlihat bahwa EEA, LDR, ROA, ROE perbankan syariah Indonesia lebih baik dibandingkan dengan perbankan syariah negara Malaysia dan Thailand. Perbedaan rata-rata rasio tersebut harus dibuktikan dengan menggunakan alat uji yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan pola distribusi datanya, yaitu One-Way ANOVA, dengan demikian akan terjawab masalah dalam penelitian ini apakah perbankan syariah di Indonesia lebih baik dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis terhadap perbandingan kinerja keuangan antara Indonesia, Malaysia dan Thailand dilakukan dengan menggunakan uji statistik One-Way ANOVA dimana data sudah terdistribusi normal.
145
Susanto Wibowo : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan.....
Indikator Risiko Modal (Capital Risk) : Pengujian hipotesis H1 Pengujian hipotesis H1 terhadap perbedaan indikator Capital Risk antara perbankan syariah Indonesia dengan dua negara ASEAN, yang terdiri dari Core Capital to Assets (CCA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) memperlihatkan deskripsi indikator CCA dan CAR, dimana secara umum rasio CCA dan CAR perbankan syariah Indonesia berbeda dengan negara Malaysia dan Thailand. Perbankan syariah Malaysia menunjukkan rata-rata CCA paling tinggi sebesar 13,09 dan terendah adalah perbankan syariah Indonesia sebesar 10,53 persen. Sedangkan rata-rata CAR tertinggi adalah perbankan syariah Malaysia sebesar 14,54 dan yang terendah adalah Indonesia sebesar 11,72. Hal tersebut membuktikan bahwa CCA dan CAR bank syariah Malaysia lebih baik dibandingkan dengan Indonesia dan Thailand. Semakin tinggi CAR, maka semakin kuat modal bank yang bersangkutan. Kuat atau tidak posisi modal sebuah bank menentukan kemampuan bank yang bersangkutan dalam berekspansi dan memperluas jaringan usahanya. Contoh sederhananya, jika CAR sebuah bank masih tinggi, katakanlah di atas 20%, maka bank tersebut bisa terus menarik dana dari masyarakat dalam bentuk dana pihak ketiga (DPK), untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Tapi jika CAR tersebut sudah mepet-mepet dengan batas minimum yang ditentukan Bank Indonesia (BI), yakni 8%, maka bank tersebut boleh dibilang sudah tidak bisa meningkatkan DPK-nya, atau dengan kata lain sudah tidak bisa berkembang/ berekspansi, kecuali jika pemiliknya menambah modal sehingga CAR-nya naik kembali. Demikian juga halnya dengan CCA Malaysia yang tinggi membuktikan bahwa kualitas dan kuantitas modal asetnya sangat kuat dan baik, kemampuan permodalan bank dalam menutup kemungkinan penurunan aktivanya akibat berbagai kerugian yang tidak dapat dihindarkan dapat dikelola dengan baik (Cornett et al, 2002; Sawir, 2000).
Nilai F hitung CCA sebesar 0,607 dengan probabilitas 0,561 yang berarti p > 0,05 maka keempat grup sampel memunyai ratarata CCA yang tidak berbeda (signifikan), dengan demikian menolak H1 yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator CCA antara kinerja keuangan perbankan syairah Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan syariah negara Malaysia dan Thailand. Sedangkan nilai F hitung CAR sebesar 0.812 dengan probabilitas 0,467 yang berarti p > 0,05 maka keempat grup sampel memunyai rata-rata CAR yang tidak berbeda (signifikan), dengan demikian menolak H1 yaitu tidak terdapat perbedaan (signifikan) dari indikator CAR antara kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan syariah Malaysia dan Thailand. Untuk mencari mana saja negara yang berbeda dan mana saja negara yang tidak berbeda dapat dilihat pada Bonferroni test pada kolom mean difference, dari output Post Hoc Tests terlihat Mean Differrence yang berarti indikator antar perbankan syariah ASEAN berbeda atau signifikan, sejalan dengan test ANOVA. Hasil Post Hoc Test rata-rata CCA perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia terdapat perbedaan sebesar 2,056 kemudian dengan Thailand sebesar 0.682 dan CCA Malaysia dengan Thailand sebesar 1,374 , sedangkan rata-rata CAR antara Indonesia dengan Malaysia sebesar 2,820 dan Indonesia dengan Thailand 2,084, kemudian Malaysia dengan Thailand sebesar 0.736. Indikator Kualitas Aset (Assets Quality) : Pengujian hipotesis H2 Pengujian hipotesis H2 terhadap perbedaan indikator Kualitas Aset yaitu; Non Performing Loan (NPL) antara perbankan syariah Indonesia dengan dua negara ASEAN, ratarata rasio NPL perbankan syariah Indonesia berbeda dengan negara Malaysia dan Thailand. Perbankan syariah Malaysia terendah sebesar 0.90 persen sendangkan negara Thailand yang paling tinggi sebesar 9.80 persen. Ini mem-
146
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
buktikan bahwa kredit macet atau kredit bermasalah di perbankan Malaysia sangat kecil dan membuktikan kesadaran yang tinggi pada nasabahnya untuk memenuhi kewajibannya melunasi utang-utangnya ke bank. Jadi semakin rendah rasio menunjukkan kualitas akitva produktif yang baik, (Cornett et al, 2002; Sawir, 2000). Pada negara Thailand kredit macet atau kredit bermasalah sangat tinggi, perlu perhatian dari perbankan yang bersangkutan. Untuk Indonesia tidak begitu signifikan artinya masih dalam taraf yang wajar. Sedangkan nilai F hitung NPL sebesar 5,842 dengan probabilitas 0,000 yang berarti p < 0,05 maka keempat grup sampel memunyai nilai rata-rata yang berbeda, dengan demikian mendukung H2 yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator NPL antara kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan di Malaysia dan Thailand. Untuk mencari mana saja negara yang berbeda dan mana saja negara yang tidak berbeda dapat dilihat pada tabel Bonferroni test pada kolom mean difference. Hasil Post Hoc Test, nilai NPL perbankan Indonesia dengan Malaysia terdapat perbedaan rata-rata 2,880 dan Indonesia dengan Thailand 6,012. Hal ini memperkuat bahwa terdapat perbedaan rata-rata NPL antar perbankan syariah negara ASEAN. Indikator Efisiensi Operasional (Operational Efficiency) : Pengujian hipotesis H3 Pengujian hipotesis H3 terdapat perbedaan indikator Efisiensi Operasional pada Employee Expensese to Total Assets (EEA) antara perbankan syariah Indonesia dengan dua negara ASEAN (Malaysia dan Thailand) dimana secara umum rasio EEA rata-rata perbankan syariah di Indonesia berbeda dengan negara ASEAN lainnya. Nilai rata EEA perbankan syariah di Indonesia lebih tinggi yaitu 1,208 persen, sedangkan yang terendah Malaysia 0,420 persen. EEA mengukur tingkat efisiensi bank
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 136-153
dalam pengeluaran biaya tenaga kerja beserta tunjangan-tunjangan yang diberikan, jadi semakin rendah rasio menunjukkan tingkat effisiensi operasional yang lebih baik (Cornet et al, 1992). Dengan demikian secara deskriptif perbankan syariah Malaysia lebih baik dibandingkan dengan negara Indonesia dan Thailand. Nilai F hitung EEA sebesar 84,393 dengan probabilitas 0,000 yang berarti p < 0,05 maka ketiga grup sampel memunyai rata-rata yang berbeda secara sginifikan. Dengan demikian mendukung H3 yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator EEA antara kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia dan Thailand. Untuk mencari mana saja negara yang berbeda dan negara mana saja yang tidak berbeda dapat dilihat pada Bonferroni test pada kolom mean difference. Dari output Post Hoc Test terlihat diperoleh hasil terdapat perbedaan rata-rata antara perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia sebesar 0,788 persen dan dengan Thailand sebesar 0,538 persen. Sehingga mendukung uji hipotesis H3 Indikator Efisiensi Operasional yang berbeda. Indikator Risiko Likuiditas (Liquidity Risk) : Pengujian hipotesis H4 Pengujian hipotesis H4 terhadap perbedaan indikator Risiko Likuiditas yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR) antara perbankan syariah Indonesia dengan dua perbankan syariah dari Malaysia dan Thailand memperlihatkan bahwa secara umum rasio LDR perbankan syariah Indonesia berbeda dengan negara Malaysia dan Thailand. Dimana mean LDR Thailand tertinggi sebesar 94,11 persen dan terendah adalah Malaysia sebesar 63,96 persen. Dengan demikian secara deskriptif perbankan syariah Thailand lebih baik karena semakin sedikit risiko likuditasnya. Indonesia dan Malaysia menunjukkan tingkat likuiditasnya sedikit berbeda dan kurang baik dibandingkan dengan Thailand. Kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada nasabah yang telah
147
Susanto Wibowo : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan.....
menanamkan dananya dengan menarik kembali kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debitornya, jadi semakin tinggi rasio menunjukkan tingkat likuiditas yang lebih baik (Cornet et al, 2002; Sawir, 2000). Nilai F hitung LDR sebesar 22,705 dengan probabilitas 0,000 yang berarti p < 0,05 maka ketiga grup sampel memunyai rata-rata LDR berbeda, dengan demikian mendukung H4 yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator LDR antara kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dengan kinerja perbankan syariah di Malaysia dan Thailand. Untuk mencari mana saja negara yang berbeda dan mana saja negara yang tidak berbeda dapat dilihat pada Bonferroni test pada kolom mean difference. Hasil Post Hoc Test adalah terdapat perbedaan antara Indonesia dengan Malaysia rata-rata sebesar 29,294 persen. Kemudian Indonesia dengan Thailand sebesar 0,860 persen. Dengan demikian mendukung hipotesis H4 terdapat perbedaan pada indikator risiko likuiditasnya. Indikator Profitabilitas (Profitability Ratio) : Pengujian hipotesis H5 Pengujian hipotesis H5 terhadap perbedaan indikator Profitabilitas yang terdiri dari Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) antara perbankan syariah Indonesia dengan negara ASEAN memperlihatkan deskripsi indikator ROA dan ROE, dimana secara umum rata-rata rasio ROA dan ROE perbankan syariah Indonesia berbeda dengan negara Malaysia dan Thailand. Hasil ROA perbankan syariah Indonesia menunjukkan mean tertinggi 1,64 persen sedangkan terendah adalah perbankan syariah Thailand sebesar 0,23 persen dan hasil ROE perbankan syariah Indonesia tertinggi 20,59 persen yang terendah adalah Thailand 4,49 persen. Dengan demikian ROA dan ROE perbankan syariah Indonesia lebih baik tingkat profitabilitasnya dibandingkan dengan dua negara ASEAN lainnya.
ROA menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan laba, jadi semakin tinggi rasio menunjukkan hasil yang semakin baik (Cornet et al, 2002; Sawir, 2000). ROE untuk menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih sebelum pajak ditinjau dari sudut Equity Capital, jadi semakin tinggi rasio menunjukkan hasil yang semakin baik (Cornet et al, 2002; Sawir, 2000). Dengan demikian Indonesia lebih baik karena menduduki nilai tertinggi baik ROA dan ROE dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand. Nilai F hitung ROA sebesar 2,996 dengan profitabilitas 0,088 yang berarti p > 0,05 maka ketiga grup sampel memunyai rata-rata ROA yang tidak berbeda. Dengan demikian menolak mendukung H5 yang tidak terdapat perbedaaan dari indikator ROA antara kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan syariah negera Malaysia dan Thailand. Sedangkan nilai F hitung ROE sebesar 4,624 persen dengan probabilitas 0,032 yang berarti p < 0,05 maka ketiga grup sampel memunyai rata-rata ROA yang berbeda. Dengan demikian menerima Ha dan menolak H5 yaitu terdapat perbedaan dari indikator ROE antara kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan syariah Malaysia dan Thailand. Untuk mencari mana saja negara yang berbeda dan mana saja negara yang tidak berbeda dapat dilihat pada Bonferroni Test pada kolom mean difference. Dari output Post Hoc Test dapat terlihat bahwa terdapat perbedaan ratarata rasio ROA dan ROE di negara ASEAN tersebut, dimana ROA negara Indonesia dengan Malaysia terdapat perbedaan rata-rata sebesar 0,560 persen kemudian dengan Thailand sebesar 1,406 persen. Kemudian untuk ROE antara negara Indonesia dengan Malaysia terdapat perbedaan rata-rata sebesar 7,432 persen dengan negara Thailand sebesar 16,100 persen.
148
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
Indikator Pertumbuhan (Growth) : Pengujian hipotesis H6 Hasil pengujian terhadap hipotesis H6 menolak HO dan mendukung H6 yaitu terdapat perbedaaan yang signifikan dari indikator Assets Growth Rate (AGR) antara kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan syariah negara Malaysia dan Thailand. Rata-rata rasio AGR tertinggi adalah Thailand sebesar 52,43 persen kemudian terendah adalah Malaysia sebesar 3,86 persen. Semakin tinggi rasio menunjukkan tingkat pertumbuhan total aset yang lebih baik (Cornet et al, 2002). Pertumbuhan Aset pada perbankan syariah Indonesia dan Thailand menujukkan pertumbuhan yang cukup baik dibandingkan dengan negara Malaysia. Nilai F hitung AGR sebesar 1,801 dengan profitabilitas 0,207 yang berarti p > 0,05 maka ketiga grup sampel memunyai rata-rata AGR yang tidak berbeda. Dengan demikian menolak mendukung H6 yaitu tidak terdapat perbedaaan dari indikator AGR antara kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan syariah negera Malaysia dan Thailand. Untuk mencari mana saja negara yang berbeda dan mana saja negara yang tidak berbeda dapat dilihat pada Bonferroni Test pada kolom mean difference. Dari output Post Hoc Test dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan rata-rata rasio AGR di negara ASEAN tersebut. AGR negara Indonesia dengan Malaysia terdapat perbedaan rata-rata sebesar 27,69 persen kemudian dengan Thailand sebesar 20,88 persen. Dari interpretasi pembahasan tersebut di atas terlihat bahwa perbankan syariah Indonesia sesungguhnya dapat bersaing dengan negaranegara lain khususnya negara ASEAN. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian indikator keuangan menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan dengan rata-rata perbankan ASEAN, namun di sisi lain sebagian lagi menunjukkan kurang baik dibandingkan rata-rata perbankan syariah ASEAN. Oleh karena itu, harus dilaku-
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 136-153
kan pembenahan kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia baik oleh industri itu sendiri maupun oleh otoritas moneter dengan sistem pengawasan dan regulasi untuk meningkatkan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia pada umumnya. Pembenahan yang mungkin dilakukan antara lain tingkat efisiensi usaha; risiko modal (CCA dan CAR), kualitas aset (NPL) dan pertumbuhan aset (Growth). Berkaitan dengan blue print API yang dikeluarkan oleh BI (Bank Indonesia) dalam pengelompokan jenis bank, maka perbankan syariah Indonesia perlu mencari sumber dana dan investor untuk menambah modalnya agar dapat bersaing dengan perbankan syariah tingkat ASEAN bahkan di tingkat internasional. KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN DAN KETERBATASAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah disusun dan dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Indikator Risiko Modal (Capital Risk) Hasil uji hipotesis menolak H1 yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator Capital Risk antara kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan di Malaysia dan Thailand. b. Indikator Kualitas Aset (Assets Quality) Hasil uji hipotesis menolak H2 yaitu tidak terdapat perbedaan signifikan dari indikator NPL antara kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan di Malaysia dan Thailand. c. Indikator Efisiensi Operasional (Operational Efficiency) Hasil uji hipotesis mendukung H3 yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator EEA antara kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia dan Thailand.
149
Susanto Wibowo : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan.....
d. Indikator Risiko Likuiditas (Liquidity Risk) Hasil uji hipotesis mendukung H4 yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator LDR antara kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dengan kinerja perbankan syariah di Malaysia dan Thailand. e. Indikator Profitabilitas (Profitability Ratio) - Hasil uji hipotesis ROA menolak H1 yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator Capital Risk antara kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan di Malaysia dan Thailand. - Hasil uji hipotesis ROE menerima H1 yaitu terdapat perbedaan signifikan dari indikator ROE antara kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan syariah Malaysia dan Thailand. f. Indikator Pertumbuhan (Growth) Hasil uji hipotesis menolak H6 yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator AGR antara kinerja keuangan perbankan syairah Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan syariah negara Malaysia dan Thailand. Nilai rasio-rasio kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, sebagai berikut: a. CCA (Core Capital Adequacy): Indonesia hasilnya kurang baik (Indonesia 10,53; Malaysia 13,09; Thailand 11,72). Batas minimum CCA dan CAR yang ditentukan Bank Indonesia (BI), yakni 8% (Bank Indonesia). b. CAR (Capital Adequacy Ratio): Indonesia hasilnya kurang baik (Indonesia 11,72; Malaysia 14,54; Thailand 13,80). Batas minimum 150
c.
d.
e.
f.
g.
CCA dan CAR yang ditentukan Bank Indonesia (BI), yakni 8% (Bank Indonesia). NPL (Non Performing Loan) : Indonesia hasilnya lebih baik (Indonesia 3,72; Malaysia 0,91; Thailand 9,80). Ini membuktikan bahwa kredit macet atau kredit bermasalah dan membuktikan kesadaran yang tinggi pada nasabahnya untuk memenuhi kewajibannya melunasi utang-utangnya ke bank. Jadi semakin rendah rasio menunjukkan kualitas akitva produktif yang baik (Cornett et al, 2002; Sawir, 2000). EEA (Employee Expenses to Assets): Indonesia hasilnya lebih baik (Indonesia 1,20; Malaysia 0,42; Thailand 0,13). EEA mengukur tingkat efisiensi bank dalam pengeluaran biaya tenaga kerja beserta tunjangan-tunjangan yang diberikan, jadi semakin rendah rasio menunjukkan tingkat effisiensi operasional yang lebih baik (Cornet et al, 1992). LDR (Loan to Deposit Ratio): Indonesia hasilnya lebih baik (Indonesia 93,25; Malaysia 63,96; Thailand 9,73). Kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada nasabah yang telah menanamkan dananya dengan menarik kembali kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debitornya, jadi semakin tinggi rasio menunjukkan tingkat likuiditas yang lebih baik (Cornet et al, 2002; Sawir, 2000). ROA (Return On Assets): Indonesia hasilnya lebih baik (Indonesia 1,64; Malaysia 1,08; Thailand 1,21). ROA menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan laba, jadi semakin tinggi rasio menunjukkan hasil yang semakin baik (Cornet et al, 2002). ROE (Return On Equity): Indonesia hasilnya lebih baik (Indonesia 20,59;
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
Malaysia 13,16; Thailand 9,52). ROE untuk menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih sebelum pajak ditinjau dari sudut Equity Capital, jadi semakin tinggi rasio menunjukkan hasil yang semakin baik (Cornet et al, 2002; Sawir, 2000). h. AGR (Asset Growth Rate): Indonesia hasilnya cukup baik (Indonesia 31,55; Malaysia 3,86; Thailand 37,57). Semakin tinggi rasio menunjukkan tingkat pertumbuhan total aset yang lebih baik (Cornet et al, 2002).
2.
Implikasi Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia masih berpeluang besar untuk bisa berkembang di masa yang akan datang dan merupakan tantangan yang besar khususnya bagi pihak manajemen perbankan syariah Indonesia serta bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia selaku regulator. Saran Saran-saran keseluruhan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Dari hasil uji hipotesa dan uji deskriptif dalam penelitian ini, penulis menyarankan khususnya yang berkaitan dengan Indikator Risiko Modal (CCA dan CAR) dan Indikator Efisiensi Operasional (EEA) dimana Indonesia kondisinya kurang baik maka perlu adanya perhatian dari pihak yang berkepentingan dalam hal ini baik pemerintah sebagai regulator pengambil kebijakan dan industri perbankan syariah agar dapat mengambil langkahlangkah strategis untuk mendukung pertumbuhan Bank Syariah yang Indonesia supaya menjadi Bank Syariah yang lebih baik, baik tingkat nasional maupun regional kawasan ASEAN bahkan tingkat international.
151
3.
4.
5.
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 136-153
Kemudian untuk indikator-indikator yang lainnya dengan nilai lebih baik agar bisa dipertahankan dan ditingkatkan kembali. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan dengan memperpanjang data sampel dari 5 tahun. Sehubungan dengan keterbatasan data sampel yang diperoleh yaitu hanya 3 negara saja dan data seri yang diperoleh juga terbatas mulai tahun 2007-2011, maka harapan penulis untuk penelitian selanjutnya khususnya lima tahun mendatang dapat memperoleh data sampel yang banyak sehingga penelitian lanjutan akan lebih kompleks dan hanya mengkhususkan pada perbankan syariah saja mengingat jumlah penelitian di perbankan syariah sangat minim atau terbatas. Lebih banyak penelitian perbankan konvensional atau perbankan umum yang ada. Bahkan orientasi penelitiannya tidak hanya pada kawasan ASEAN saja tetapi bisa lebih luas lagi cakupan negara sampelnya misal tingkat ASIA atau bahkan tingkat global. Perlu dikaji lebih lanjut pengaruh industri terhadap kesehatan keuangan, dengan demikian akan menambah informasi tentang industri apa yang paling rentan terhadap kinerja keuangan dan industri mana yang lebih baik. Penelitian ini diharapkan akan menginspirasi para peneliti di bidang akuntansi untuk membuktikan bahwa informasi akuntansi dalam bentuk rasio keuangan memunyai konten atau isi ketika digunakan untuk mendeteksi kesehatan keuangan perbankan syariah khususnya. Khususnya perbankan syariah Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim di dunia lebih besar dan banyak seharusnya pertumbuhan perbankan syariah harusnya lebih baik di kawasan ASEAN bahkan di tingkat
Susanto Wibowo : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan.....
internasional, ini perlu usaha keras untuk memajukan industri perbankan baik dari perbankan syariah itu sendiri dan dukungan dari pihak regulator dalam hal ini pemerintah. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah data yang didapat hanya 3 negara ASEAN saja yaitu; Indonesia, Malaysia dan Thailand. Sedangkan negara lainnya anggota ASEAN seperti, Brunei Darussallam, Singapura, Kamboja, Vietnam dan Filipina tidak bisa ditemukan data laporan keuangan perbankan syariah khususnya data series laporan keuangan dari tahun 2007-2011. Bahkan negara Singapura, Kamboja dan Vietnam belum ada perbankan syariah. Kemudian keterbatasan-keterbatasan yang kemungkinan dapat menimbulkan sedikit masalah dalam penelitian adalah: 1. Penggunaan data sekunder yang telah diungah di internet, sehingga analisis data sangat tergantung pada hasil publikasi data. 2. Penggunaan jumlah rasio keuangan yang digambarkan dalam penelitian ini masih sangat sedikit, sehingga analisis terhadap kondisi keuangan bank masih kurang detail. 3. Periode pengambilan data selama lima periode (2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011) juga merupakan keterbatasan, karena hanya konsisten untuk kelima periode laporan keuangan tersebut. DAFTAR RUJUKAN Antonio, Syafi’I. 2001, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press, Jakarta. Ascarya. 2005. Bank Syariah:Gambaran Umum. Bank Indonesia, Jakarta. Bank Indonesia, www.bi.go.id, Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 7, No. 2, Januari 2009.
Bank Indonesia, Laporan Keuangan Publikasi Bank, www.bi.go.id. Bank Indonesia, Surat Edaran No 6/23/PPNP Tanggal 31 Mei 2004, Perihal Tata Cara. Dendawijaya, Lukman. 2005, Manajemen Perbankan, Edisi Kedua. Ghalia Indonesia, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia” Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah”, Cetakan ke-1, Jakarta, 2002. Jumingan, 2008, Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Ke-2, Bumi Aksara, Jakarta. Jurnal Ilmiah, Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015 (Dr. Halim Alamsyah Deputi Gubernur Bank Indonesia, Milad ke-8 Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)), Indonesia. Jurnal Ilmiah, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional Periode 2003 – 2007, (Imam Subaweh, Kepala Pusat Studi Ekonomi Syariah Universitas Gunadharma), Indonesia. Jurnal Ilmiah, Performance Analysis of Indonesian Islamic and Conventional Banks (Viverita, Faculty of Economics – Universitas Indonesia), Indonesia. Jurnal Ilmiah, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional sebelum, selama dan sesudah krisis global tahun 2008 dengan menggunakan metode CAMEL (Marissa Ardiyana, Dul Muid, S.E., M.Si., Akt), Indonesia. Jurnal Ilmiah, Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (Indra Prasetyo, Fak. Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya), Indonesia.\ Jurnal Ilmiah, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional (Fauzan
152
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
Adhim, Alumni Program Studi Ekonomi Islam FAI-UNIKA Bogor), Indonesia. Jurnal Ilmiah International, The Performance of Malaysian Islamin Bank During 19841997: An Exploratory Study (Abdus Samad & M. Kabir Hassan), Malaysia. Jurnal Ilmiah International, Islamic Banking Service Quality and Withdrawal Risk: The Indonesian Experience (Muhamad Abduh, Departemen of Bussiness Administration Kuliyah of Economics and Management Sciences International Islamic University Malaysia), Malaysia. Jurnal Ilmiah International, A comparison of performance of Islamic and conventional banks 2004 to 2009 (Jill Johanes, Marwan Izzeldin and Vasileios Pappas, April 2012, Departemen of Economics Lancaster University Management School – Lancaster University LA1 4YX, United Kingdom), England. Kasmir. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Laporan Keuangan Publikasi Perbankan Indonesia Tahun 2004-2008, Bank Indonesia, Jakarta, 2009. Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta : Salemba Empat Penilaian Kesehatan Bank, www.bi.go.id. Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, www.bi.go.id. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif, Bank Indonesia, Jakarta, 1998. Undang Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Bank Indonesia, Jakarta, 1992.
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 136-153
Undang Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Bank Indonesia, Jakarta, 1998. Undang Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Jakarta, 2008. www.bi.or.id (website resmi Bank Indonesia, Jakarta) www.muamalatbank.com (website resmi Bank Muamalat Tbk, Jakarta – Indonesia). www.bankislam.com.my (website resmi Bank Islam Malysia, Malaysia). www.ibank.co.th (website resmi Islamic Bank of Thailand, Thailand). Website resmi: - Asean Free Trade Area (AFTA) - Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) - Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) - Bank for International Settlement (BIS) - Islamic Financial Services Board (IFSB) - International Islamic Financial Market (IIFM) - Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) - The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
153