ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU Nurhidayati , Sri Marwanti, Nuning Setyowati Pogram Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457 Email:
[email protected]. Telp. 085725032157 Abstract: This study aims to determine the position of the agricultural sector in identifying the region's economy in Indramayu district, identifying the agricultural sub-sector into sub base in Indramayu district, identifying growth and competitiveness through the growth components (PN, PP and PPW) agricultural subsector in Indramayu district, identifying priority development of agricultural subsector in Indramayu district. The basic method used in this research is descriptive method. The reason of taking Indramayu as the object is because of rice production in Indramayu district ranks first in West Java. Data used are secondary data and primary data. Data analysis methods used are: Location Quotient (LQ), shift share analysis and combination of LQ, PP, PPW. The results of this study demonstrate the agricultural sector as a sector basis during the years 2007-2011 and quarrying and mining sector and also included in the base sector in Indramayu district. Subsector of agriculture is a sector which is the basis of the fisheries sub-sector and sub-sector forestry between the periods of 2007-2011. Subsector Agriculture has a positive value to a change in the National. Agricultural subsector has rapid growth compared to the same sub-sector in West Java such food crops subsector, plantation crops and fisheries subsectors. Agricultural sub-sectors that have good competitiveness compared with the same sub-sector in West Java are the forestry sub-sector and livestock sector. Key words:Farming sector, of Location Quotient, shift share. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengidentifikasi posisi sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Indramayu, mengidentifikasi subsektor pertanian yang menjadi subsektor basis di Kabupaten Indramayu, mengidentifikasi pertumbuhan dan daya saing melalui komponen pertumbuhan (PN, PP dan PPW) subsektor pertanian di Kabupaten Indramayu, mengidentifikasi prioritas pengembangan subsektor pertanian di Kabupaten Indramayu. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Alasan diambilnya daerah Kabupaten Indramayu ini karena produksi padi di Kabupaten Indramayu menempati urutan pertama di Provinsi Jawa Barat. Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Metode analisis data yang digunakan yaitu: Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share dan gabungan LQ, PP, PPW. Hasil penelitian ini menunjukkan sektor pertanian sebagai sektor basis selama tahun 2007-2011 dan sektor penggalian dan pertamabangan juga termasuk dalam sektor basis di Kabupaten Indramayu. Subsektor pertanian yang merupakan sektor basis adalah subsektor perikanan dan subsektor kehutanan selama kurun waktu 2007-2011. Subsektor Pertanian yang memiliki nilai positif terhadap adanya perubahan Nasional. Subsektor pertanian yang memiliki pertumbuhan yang cepat dibanding dengan subsektor yang sama di Provinsi Jawa Barat diantaranya subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan dan subsektor perikanan. Subsektor pertanian yang memiliki daya saing baik dibanding dengan subsektor yang sama di Provinsi Jawa Barat adalah subsektor kehutanan dan subsektor peternakan. Kata Kunci : Sektor Pertanian, Location Quotient, Shift Share.
PENDAHULUAN Pembangunan yang dilaksanakan disetiap negara pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu berusaha untuk mewujudkan kehidupan yang adil dan makmur. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya suatu perencanaan pembangunan wilayah di masing-masing daerah di Indonesia. Hal ini di dukung dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2004. Menurut Arsyad (2001) dijelaskan bahwa pembangunan daerah merupakan upaya daerah untuk menekankan pelaksanaan kebijakankebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah dengan menggunakan potensi sumber daya manusia dan sumberdaya alam yang ada dan menjadi kekhasan daerah tersebut. Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Kabupaten yang melaksanakan otonomi daerah dengan melihat potensi sumber daya alam dan sumberdaya manusianya, yang pada akhirnya akan memberikan dampak yang baik untuk pembangunan perekonomian daerah Indramayu. Pembangunan perekonomian ini dapat diukur dengan melihat data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Kegiatan ekonomi yang dimaksud terdiri dari sembilan sektor perekonomian salah satunya adalah sektor pertanian. Sektor pertanian di Kabupaten Indramayu sebagai salah satu sektor perekonomian termasuk sektor yang sangat potensial dalam memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi wilayah
Kabupaten Indramayu. Rata-rata nilai PDRB dari sektor pertanian dari tahun 2007-2011 yaitu sebesar Rp. 2.763.093,35 juta, nilai PDRB sektor pertanian tiap tahunnya selalu mengalami kenaikan. Akan tetapi kontribusi dari sektor pertanian terhadap total PDRB Kabuapaten Indramayu tiap tahunnya mengalami penurunan. Pada tahun 2008 kontribusi sektor pertanian mengalami penurunan menjadi sebesar 18,45% dari total nilai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Indramayu. Pada tahun 2009-2010 mengalami kenaikan kembali yaitu sebesar 20,26% kemudian di tahun 2011 kontribusi sektor pertanian mengalami penurun kembali menjadi 19,93% terhadap total nilai Produk Domestik Regional Bruto (BPS Kabupaten Indramayu dalam Angka 2012). Nilai PDRB dan kontribusi sektor pertanian ini tidak terlepas dari nilai PDRB dan kontribusi dari setiap subsektor pertanian di Kabupaten Indramayu. Subsektor pertanian ini terdiri dari lima subsektor pertanian. Sumbangan yang diberikan subsektor pertanian yang menyumbang paling besar dari tahun 2007-2011 adalah subsektor tanaman bahan makanan yaitu dengan rata-rata Rp.1.688.645,52 dan kemudian diikuti oleh subsektor yang lainnya. Kontribusi dari setiap subsektor pertanian nilainya fluktuatif, kontribusi dari setiap subsektor pertanian dari tahun 20072011 mengalami penurunan, hal ini berbeda dengan nilai PDRB subsektor pertaniannya
(BPS Kabupaten Indramayu dalam Angka 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sektor perekonomian basis, subsektor pertanian basis, dan Mengidentifikasi kecepatan pertumbuhan dan daya saing komponen pertumbuhan subsektor pertanian di Kabupaten Indramayu. . MWTODE PENELITIAN Metode dasar dalam penelitian ini metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atupun suatu peristiwa dimasa sekarang (Nazir, 2009). Lokasi Penelitian Daerah penelitian yang diambil adalah Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yang meliputi BPS Kabupaten Indramayu dan BPS Provinsi Jawa Barat, BAPPEDA Kabupaten Indramayu, Dinas Pertanian dan Peternakan (DISTANAK) Kabupaten Indramayu, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Indramayu, Dinas Perikanan dan Kelautan. Data primer diperoleh dari wawancara ke beberapa stakeholder di Dinas yang terkait dengan penelitian ini.
Metode Analisis Data Analisis untuk menentukan sektor atau subsektor pertanian basis di Kabupaten Indramayu adalah dengan menggunakan Location Quotient dengan rumus berikut: …………………… (1) Dimana vi adalah nilai produksi
sektor perekonomian i tingkat Kabupaten Indramayu, vt adalah nilai produksi total sektor perekonomian i tingkat Kabupaten Indramayu, Vi adalah nilai produksi sektor perekonomian i di tingkat Provinsi Jawa Barat, Vt adalah nilai produksi total sektor perekonomian i di tingkat Provinsi Jawa Barat (Budiharsono, 2005). Analisis yang digunakan untuk mengetahuai pertumbuhan subsektor pertanian tumbuh cepat atau lamabat dan mempunyai daya saing baik atau tidak baik dibandingkan dengan subsektor yang sama di Provinsi Jawa Barat adalah dengan Analisis Shift Share (Budiharsono, 2005). Dapat dinyatakan dengan rumus: Δ Yij = PNij + PPij + PPWij………………….(2) Y’ij – Yij = Δ Yij……………………………...(3) = Yij (Ra – 1) + Yij (Ri – Ra) + Yij (ri – Ri)
Dimana: ri adalah Y’ij/Yij, Ri adalah Y’i/Yi, Ra adalah Y’../Y.. , PNij adalah (Ra – 1) x Yij, PPij adalah (Ri – Ra) x Yij, PPWi adalah (ri – Ri) x Yij, Δ Yij adalah Perubahan PDRB subsektor pertanian i di Kabupaten Indramayu, Yij adalah PDRB subsektor pertanian i Kabupaten Indramayu pada tahun dasar analisis, Y’ij adalah PDRB subsektor pertanian i Kabupaten Indramayu pada akhir tahun analisis , Yi adalah PDRB subsektor pertanian i Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis, Y’i adalah PDRB
subsektor pertanian i Provinsi Jawa subsektor pertanian Kabupaten Barat pada tahun akhir analisis , Y.. Indramayu mempunyai daya saing adalah PDRB total Provinsi Jawa baik dibandingkan dengan subsektor Barat pada tahun dasar analisis, Y’… pertanian yang sama di Provinsi adalah PDRB total Provinsi Jawa Jawa Barat, PPWij < 0 maka Barat pada tahun akhir analisis, Ra – subsektor pertanian Kabupaten 1 adalah Persentase perubahan Indramayu tidak dapat bersaing PDRB yang disebabkan komponen dengan baik apabila dibandingkan pertumbuhan Provinsi Jawa Barat, Ri dengan subsektor pertanian yang – Ra adalah Persentase perubahan sama di Provinsi Jawa Barat. PDRB yang disebabkan komponen pertumbuhan Kabupaten Indramayu, HASIL DAN PEMBAHASAN ri – Ri adalah Persentase perubahan PDRB yang disebabkan komponen Identifikasi posisi sektor pertanian pertumbuhan pangsa wilayah. dalam perekonomian wilayah Berdasarkan formulasi di atas Kabupaten Indramayu maka, apabila: PPij ≥ 0 maka Identifiksi posisi sektor pertumbuhan PDRB subsektor pertanian ini menggunakan alat pertanian Kabupaten Indramayu analisis Location Quotient (LQ) termasuk cepat dibandingkan dengan yaitu suatu perabandingan anatara subsektor yang di Provinsi Jawa peran sektor di suatu wilayah Barat, PPij < 0 maka pertumbuhan (Kabupaten Indramayu) terhadap PDRB subsektor pertanian peran sektor tersebut secara nasional Kabupaten Indramayu termasuk (Provinsi Jawa Barat). Hasil lambat dibandingkan dengan analisisnya dapat diketahui dari subsektor yang sama di Provinsi Tabel dibawah ini: Jawa Barat, PPWij ≥ 0 maka Tabel 1. Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Sektor Perekonomian Kabupaten Indramayu Tahun 2007-2011. Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Sumber: Data Sekunder
2007 1,55
2008 1,42
2009 1,49
2010 1,55
2011 Rata-rata 1,62 1,53
13,47 0,44
13,32 0,49
12,60 0,46
12,84 0,47
14,24 0,46
13,30 0,46
0,19 0,44
0,19 0,45
0,19 0,44
0,19 0,40
0,20 0,43
0,19 0,43
0,81
0,85
0,84
0,87
0,90
0,86
0,76
0,82
0,81
0,74
0,70
0,77
0,43 0,68
0,44 0,69
0,45 0,70
0,43 0,68
0,40 0,66
0,43 0,68
Berdasarkan Tabel 1 bahwa sektor perekonomian yang menjadi basis di Kabupaten Indramayu adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian, kedua sektor ini dari tahun 2007-2011 memiliki nilai LQ ≥ 1, artinya sektor-sektor ini dapat mencukupi kebutuhan wilayah Kabupaten Indramayu dan bahkan mampu untuk mengekspor ke luar wilayah Kabupaten Indramayu. Sektor pertanian menjadi basis di Kabupaten Indramayu karena Kabupaten Indramayu memiliki luas lahan yang didominasi oleh lahan sektor pertanian. Sektor pertambangan dan penggalian memiliki niali LQ yang sangat tinggi, hal ini dikarenakan di Kabupaten Indramayu memiliki salah satu dari enam kilang minyak di Indonesia, oleh karena itu kebutuhan akan minyak di Provinsi Jawa Barat dapat dipenuhi dari kilang minyak di Kabupaten Indramayu. Sektor industri pengolahan di Kabupaten Indramayu termasuk dalam sektor non basis dari tahun 2007-2011 nilai LQ yang berfluktuatif sehingga diperoleh ratarata sebesar 0,46, artinya sektor industri pengolahan di kabupaten Indramayu hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal masyarakat Kabupaten Indramayu dan belum mampu mengekspor keluar wilayah Kabupaten Indramayu. Sektor listrik, gas dan air bersih di Kabupaten Indramayu merupakan sektor non basis, selama tahun 2007 sampai 2010 sektor ini memiki nilai LQ yang sama, akan tetapi pada tahun 2011 cukup mengalami kenaikan meskipun nilainya masih belum
basis, artinya sektor listrik, gas dan air bersih hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah Indramayu sendiri dan belum mampu mengekspor keluar wilayah Kabupaten Indramayu. Sektor bangunan di Kabupaten Indramayu merupakan sektor non basis, mulai tahun 2007-2011 nilai LQ dari sektor bangunan adalah kurang dari satu, yang artinya sektor bangunan ini hanya mampu mencukupi wilayah Kabupaten Indramayu dan belum mampu mengekspor keluar wilayah Kabupaten Indramayu. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mulai tahun 2007-2011 nilai LQ dari sektor ini kurang dari satu, artinya sektor perdagangan, hotel dan restoran ini hanya mampu mencukupi kebutuhan wilayah Kabupaten Indramayu dan bahkan masih mengimpor dari luar wilayah Kabupaten Indramayu. Sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Indramayu merupakan sektor non basis, sektor ini hanya mampu mencukupi wilayah Indramayu sendiri dan belum mampu keluar wilayah Indramayu. Sektor Keuangan, Sewa, Jasa Perusahaan dan sektor jasa-jasa di Kabupaten Indramayu termasuk dalam sektor non basis, artinya sektor ini hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten Indramayu dan belum mampu untuk mengekspor keluar wilayah Kabupaten Indramayu. Karena selama ini kedua sektor tersebut masih terpusat di Kabupaten atau kota yang ada di Provinsi Jawa Barat.
Identifikasi subsektor basis di Kabupaten Indramayu. Tabel 2. Hasil Analisis LQ Subsektor Pertanian Kabupaten Indramayu Tahun 2007-2011 Lapangan Usaha Perikanan Kehutanan Tanaman Bahan Makanan Peternakan Tanaman Perkebunan
2007 6.26 1.69
2008 7.61 1.98
2009 6.84 2.32
2010 6.72 2.17
2011 6.39 2.20
Rata-rata 6.76 2.07
0.84 0.38
0.77 0.24
0.76 0.49
0.74 0.61
0.75 0.62
0.77 0.47
0.09
0.09
0.09
0.09
0.09
0.09
Sumber: Data Sekunder Berdasarkan Tabel 2 subsektor yang menjadi subsektor basis di Kabupatean Indramayu adalah subsektor perikanan dan subsektor kehutanan, artinya kedua subsektor ini mampu mencukupi kebutuhan masyarakat wilayah Kabupaten Indramayu dan bahkan mampu untuk mengekspor ke luar wilayah Kabupaten Indramayu. Nilai LQ dari subsektor perikanan dari tahun 20072011 berfluktuatif sehingga diperoleh rata-rata sebesar 6,76. Hasil dari subsektor perikanan ini biasanya diekspor ke luar wilayah Kabupaten Indramayu biasanya di pasar ikan Jakarta, Bandung dan beberapa daerah di Jawa Tengah. Subsektor kehutanan memiliki nilai rata-rata LQ sebesar 2,07 dari tahun 2007-2011. Hasil dari subsektor kehutanan ini diekspor keluar daerah Indramayu diantaranya ke daerah Cirebon, Sumedang dan ada juga yang dikirim ke Jepara. Subsektor tanaman bahan makanan di wilayah Kabupaten Indramayu merupakan subsektor non basis dengan nilai LQ<1, yang artinya subsektor ini belum mampu mengekspor keluar daerah
Kabupaten Indramayu dan bahkan mengimpor dari luar wilayah Kabupaten Indramayu. Subsektor tanaman perkebunan selama tahun 2007-2011 memiliki nilai LQ<1 yaitu dengan rata-rata sebesar 0,09, artinya subsektor perkebunan ini hanya mampu mencukupi kebutuhan wilayah Indramayu dan bahkan masih mengimpor dari luar wilayah Kabupaten Indramayu. Subsektor peternakan di Kabupaten Indramayu memiliki rata-rata nilai LQ sebesar 0,47, artinya subsektor peternakan merupakan subsektor non basis, artinya subsektor ini belum mampu memenuhi kebutuhan dalam wilayah sendiri dan belum mampu mengekspor keluar wilayah Kabupaten Indramayu. Analisis Komponen Pertumbuhan Subsektor Pertanian di Kabupaten Indramayu. Komponen pertumbuhan subsektor pertanian dapat dianalisis dengan metode Shift Share. Hasil analisis Shift Share Subsektor pertanian di Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel 3. Hasil Analisis Shift Share Subsektor Pertanian di Kabupaten Indramayu Tahun 2007-2011 (Dalam Jutaan Rupiah). Subsektor Tanaman Bahan Makanan
ΔYij
73.648,95
%
PPij
%
290.239,51
17,97
47.941,75
2,97
-264.530,31
-16,38
PNij
PPWij
%
Tanaman Perkebunan
1.642,49
2.308,92
17,97
77,27
0,60
-742,70
-5,78
Peternakan
97.858,61
26.605 ,54
17,97
-21.710.25
-14,67
92.964,32
62,80
Kehutanan
1.570,10
10.011,86
17,97
-20.523,81
-36,84
12.082,06
21,69
206.434,31
141.729,98
17,97
73.508,03
9,32
-8.803,70
-1,12
Perikanan
Sumber: Data Sekunder Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa subsektor pertanian di Kabupaten Indramayu dipengaruhi oleh kebijakan Provinsi Jawa Barat sebesar 17,97% untuk kelima subsektornya, artinya pertumbuhan subsektor pertanian di Kabupaten Indramayu tumbuh dengan cepat dengan adanya perubahan kebijakan Provinsi Jawa Barat. Subsektor pertanian yang mendapat pengaruh paling besar dari adanya kebijakankebijakan Provinsi Jawa Barat adalah subsektor tanaman bahan makanan yaitu sebesar Rp. 290.238.510.000. Subsektor perikanan memiliki nilai PN sebesar Rp. 141.729.980.000, sedangkan subsektor yang memiliki nilai PN paling kecil adalah subsektor tanaman perkebunan yaitu sebesar Rp. 2.038.920.000. Subsektorsubsektor pertanian di Kabupaten Indramayu ini memiliki nilai PN positif, artinya setiap adanya perubahan kebijakan yang terjadi di Provinsi Jawa Barat akan memberikan keuntungan bagi setiap subsektor pertanian di Kabupaten Indramayu. Hasil dari nilai PP dari setiap Subsektor pertanian di Kabupaten Indramayu adalah untuk nilai PP
yang bernilai positif dimiliki oleh subsektor tanaman bahan makanan yaitu sebesar Rp. 47.941.750.000, artinya subsektor tanaman bahan makanan memiliki pertumbuhan yang cepat jika dibandingkan dengan subsektor yang sama di Provinsi Jawa Barat. Nilai PP untuk subsektor tanaman perkebunan positif yaitu sebesar Rp. 77.270.000, artinya subsektor tanaman perkebunan memiliki pertumbuhan yang cepat jika dibanding dengan subsektor yang sama di Provinsi Jawa Barat. Nilai subsektor perikanan sebesar Rp. 73.508.030.000, artinya subsektor tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat jika dibanding dengan subsektor yang sama di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan untuk subsektor peternakan dan kehutanan di Kabupaten Indramayu memiliki nilai PP negatif, hal ini mengartikan bahwa kedua subsektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat dibandingkan dengan subsektor yang sama di Provinsi Jawa Barat. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah subsektor yang memliki nilai PPW positif yaitu apabila PPW≥0, subsektor pertanian tersebut adalah: subsektor peternakan yaitu
dengan nilai PPW sebesar Rp. 92.964.320,000, artinya subsektor peternakan di Kabupaten Indramayu mempunyai daya saing yang baik apabila dibandingkan dengan subsektor pertanian yang sama di Provinsi Jawa Barat. Subsektor kehutanan juga memiliki nilai PPW positif yaitu sebesar Rp. 12.082.060.000, artinya subsektor kehutanan tersebut mempunyai daya saing yang baik apabila dibandingkan dengan subsektor pertanian yang sama di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan untuk nilai PPW yang negatif dimiliki oleh subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan dan subsektor perikanan, hal ini mengartikan bahwa dari ketiga subsektor tersebut yang ada di Kabupaten Indramayu tidak memiliki daya saing yang baik jika dibandingkan dengan subsektor pertanian yang sama di Provinsi Jawa Barat.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan, sebagai berikut:Sektor pertanian di Kabupaten Indramayu selama tahun 2007-2011 berperan sebagai sektor basis, yaitu sebesar 1,53, dan untuk subsektornya adalah subsektor kehutanan nilai LQ sebesar 2,07 dan subsektor perikanan sebesar 6,76, artinya sektor dan subsektor pertanian ini selain dapat memenuhi kebutuhan wilayah sendiri Kabupaten Indramayu juga dapat mengekspor ke luar wilayah Kabupaten Indramayu.Subsektor
tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan dan subsektor perikanan di Kabupaten Indramayu selama tahun 2007-2011, mendapat pengaruh positif dengan adanya kebijakan dari Provinsi Jawa Barat, pertumbuhan proposional yang cepat, akan tetapi tidak dapat bersaing dengan baik dibandingkan dengansubsektor pertanian yang sama di Provinsi Jawa Barat.Subsektor peternakan dan subsektor kehutanan memiliki nilai pertumbuhan nasional yang positif, memiliki pertumbuhan proposional yang lambat tetapi memiliki daya saing yang baik dibandingkan dengan subsektor yang sama di Provinsi Jawa Barat. Saran Saran yang dapat diberikan adalah Pemerintah daerah sebaiknya lebih memprioritaskan sektor basis yaitu sektor pertanian, juga subsektor pertaniannya yaitu subsektor perikanan dan subsektor kehutanan sebagai sektor dan subsektor unggulan di Kabupaten Indramayu, dalam mencanangkan pembangunan daerah dan mengikut sertakan sektor tidak basis sebagai penunjang keberadaan sektor basis.Subsektor tanaman bahan makanan cukup berpotensi di Kabupaten Indramayu, maka perlu adanya upaya dari pemerintah dan petani agar hasil yang diperoleh dari subsektor tanaman bahan makanan ini produksinya ditingkatkan dengan memperbaiki pola penanganan hasil panennya, dan perlu adanya kebijakan mengenai intensifikasi lahan dengan pemupukan, peningkatan kualitas benih dan pengembangan irigasi lebih
diperluas.Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai komuditi pertanian Kabupaten Indramayu menggunakan metode yang sama atau metode lainnya. Agar pemerintah daerah Kabupaten Indramayu dapat mengetahui potensi komoditi sektor pertanian secara lengkap untuk penentuan kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Indramayu.
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, L. 2001. Ekonomi Pembangunan Edisi ke -4. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu. 2012. Indramayu Dalam Angka 2012. BPS Kabupaten Indramayu. Indramayu. Badan Pusat Statistika Provinsi Jawa Barat. 2012. Jawa Barat Dalam Angka 2012. BPS Provinsi Jawa Barat. Budiharsono. S. 2005. Teknik Analisis Pembngunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Pradnya Pramita. Jakarta. Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasinya. PT. Bumi Aksara. Jakarta.