Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012
ISSN 1979-7451
ANALISIS PENYETELAN PROTEKSI ARUS LEBIH PENYULANG CIMALAKA DI GARDU INDUK 70 kV SUMEDANG Fajar Pranayuda1) , Achmad Solichan 2) , M.Toni Prasetyo 3) 1,2,3)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Semarang
ABSTRAK
20 kV distribution of PLN is not free from distractions short circuit. Greatest short circuit fault current occurs at 20 kV bus bar. This led to widespread outages as a result of the major security operation. The aim of this study was to identify the final interruption of short circuit current, short circuit fault current to calculate and determine the values Over Current Relay (OCR) and Ground Fault Relay (GFR). This study purposed to calculate short circuit current. The subject of research is the disturbances that occurred in Cimalaka feeders. The data required for this study were obtained from the Area Manager Distribution of Bandung. The data is analyzed to determine the magnitude of short circuit current and Over Current Relay (OCR) and Ground Fault Relay (GFR) adjustment. The results show the short circuit fault current at 0% distance from feeder is 2428,391 A and short circuit current for 3 phase is 2103,049 A short circuit fault current and the second phase of 570,406 A short circuit fault current one phase to the ground. The difference in the relay settings data from the field with the calculation results showed that the differences are not too significant, so the ability of the relays is still good. Thus, the feeder protection relays Cimalaka at 70 kV substation Sumedang still good and doesn’t need to be reset. Keywords: Over Current Relay (OCR), Ground Fault Relay (GFR), Connecting Disorders Brief, Relay Settings. Arus gangguan terbesar terjadi pada
PENDAHULUAN Jaringan 20 kV yang dipakai oleh PLN
daerah busbar 20 kV. Hal ini menyebabkan
untuk mendistribusikan tenaga listrik ke
terjadinya pemadaman yang meluas sebagai
pelanggan sama sekali tidak bebas dari
akibat dari tidak bekerjanya pengaman
gangguan hubung singkat. Setiap kali
utama.
terjadi gangguan hubung singkat di sisi
Sehubungan
permasalahan
penyulang, secara teknis akan terjadi
diatas,
penurunan
mengenai penyetelan proteksi penyulang
tegangan
20
kV
sampai
beberapa persen dari nilai nominalnya.
penulis
dengan
melakukan
analisis
Cimalaka di Gardu Induk 70 kV Sumedang dengan tujuan ingin menelaah apa yang
Analsis Penyetelan Proteksi.....
11
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012
ISSN 1979-7451
sesungguhnya terjadi dari sistem proteksi
Untuk menghitung arus hubung singkat
distribusi 20 Kv
pada sistem diatas, pertama – tama hitung
khususnya mengenai
setelan OCR dan GFR serta pengujiannya.
impedansi sumber ( reaktansi ) dalam hal
TINJUAN PUSTAKA
ini diambil dari data hubung singkat pada
Gangguan Transformator Arus Hubung
bus 150 kV , kedua menghitung reaktansi
Singkat
trafo tenaga, ketiga menghitung impedansi
Gangguan
hubung
singkat
yang
penyulang.
mungkin terjadi di dalam jaringan (sistem kelistrikan) ada 3, yaitu: 1. Gangguan hubung singkat 3 fasa 2. Gangguan hubung singkat 2 fasa, dan 3. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke
Gambar 1. Single diagram gardu induk Impedansi Sumber
tanah Dari
ketiga
macam
Untuk
gangguan
menghitung
impedansi
hubung singkat di atas, arus gangguannya
sumber maka data yang diperlukan adalah
dihitung
data hubung singkat pada bus primer trafo.
dengan
menggunakan
rumus
umum (hukum ohm) yaitu : I=
Xs=
V …………………………………(1) Z
kV 2 …………………………(2) MVA
Perlu
diingat
bahwa
impedansi
Yang membedakan antara gangguan
sumber ini adalah nilai ohm pada sisi
hubung singkat 3 fasa, 2 fasa dan 1 fasa ke
150KV, karena arus gagguan hubung
tanah adalah impedansi yang terbentuk
singkat
sesuai dengan macam gangguan itu sendiri
gangguan hubung singkat di sisi 20 KV,
dan tegangan yang memasok arus ke titik
maka impedansi sumber tersebut harus
gangguan, impedansi yang terbentuk dapat
dikonversikan dulu ke sisi 20 KV, sehingga
ditunjukkan seperti berikut :
pada perhitungan arus gangguan nanti
yang
akan
dihitung
adalah
Z gangguan 3 fasa
Z = Z1
sudah menggunakan sumber 20 KV. Untuk
Z gangguan 2 fasa
Z = Z1+ Z2
mengkonversikan impedansi yang terletak
Z gangguan 1 fasa ke tanah
Z = Z1+ Z2+
di sisi 150 KV, dilakukan dengan cara sebagai berikut : [1]
Z0
Xs(sisi 20 kV) =
12
kV 2 .Xs (sisi 150 kV) .........(3) MVA
Fajar Pranayuda, Achmad S, M. Tony P
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012 Reaktansi Trafo [1] Xt(pada100%)=
ISSN 1979-7451 meter
kV 2 ………….(4 ) MVA(trafo)
penyulang
yang
bersangkutan,
dimana besar nilainya ditentukan dari konsfigurasi tiang yang digunakan untuk
Nilai reaktansi trafo tenaga :
jaringan SUTM atau dari jenis kabel tanah
Reaktansi urutan positif, negative (Xt1 =
untuk jaringan SKTM. Dalam perhitungan
Xt2 )
disini diambil dengan impedansi Z = (R +
Xt=Xt%.Xt (pada 100%) .......................(5)
jX) Ω/km.
Reaktansi urutan nol (Xt0)
Dengan demikian nilai impedansi
Reaktansi urutan nol ini didapat
penyulang untuk lokasi gangguan yang
dengan memperhatikan data trafo tenaga itu
dalam perhitungan ini disimulasikan terjadi
sendiri yaitu dengan melihat kapasitas
pada lokasi dengan jarak 0%, 25%, 50%,
belitan delta yang ada dalam trafo itu :
75% dan 100% panjang penyulang.
a) Untuk trafo tenaga dengan hubungan
Impedansi Ekivalen Jaringan
belitan ∆/Y dimana kapasitas belitan
Perhitungan yang akan dilakukan
deta sama besar dengan kapasitas belitan
disini adalah perhitungan besarnya nilai
Y, maka Xt0 = Xt1,
impedansi positif ( Z1 eq ), negative ( Z2 eq ),
b) Untuk trafo tenaga dengan belitan Yyd dimana
kapasitas
belitan
delta
(d)
dan nol ( Z0 eq ) dari titik gangguan sampai ke sumber, sesuai dengan urutan di atas. Karena
biasanya sepertiga dari kapasitas belitan Y
(belitan
yang
dipakai
untuk
dari
sumber
ke
titik
gangguan impedansi yang terbentuk adalah
menyalurkan daya, sedangkan belitan
tersambung seri, maka perhitungan Z1
delta tetap ada di dalam tetapi tidak
dan Z2
dikeluarkan kecuali satu terminal delta
impedansi-impedansi tersebut. Sedangkan
untuk ditanahkan), maka nilai Xt0=3Xt1,
untuk perhitungan Z0
eq
eq
dapat langsung menjumlahkan
eq
dimulai dari titik
c) Untuk trafo tenaga dengan hubungan YY
gangguan sampai ke trafo tenaga yang
dan tidak mempunyai belitan delta di
netralnya ditanahkan. Untuk menghitung
dalamnya, maka besarnya Xt0 berkisar
Z0
antara 9 s/d 14 Xt1.
terpasang mempunyai
Menghitung impedansi penyulang, penyulang
ini, diumpamakan trafo tenaga yang hubungan
Yyd,
dimana mempunyai nilai Xt0 = 3Xt1.
Impedansi Penyulang
impedansi
eq
ini
dihitung
Perhitungan Z1 eq dan Z2 eq : Z1 eq = Z2 eq= Zs1 + Zt1 + Z1 penyulang
…(6 )
tergantung dari besarnya impedansi per
Analsis Penyetelan Proteksi.....
13
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012
Karena
lokasi
ISSN 1979-7451
gangguan
Gangguan hubung singkat 3 fasa
diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75%
dapat
dan 100% panjang penyulang, maka Z1
rumus hukum ohm yaitu::
(Z2
eq
eq
) yang didapat juga pada lokasi
I=
tersebut.
V Z
dengan
menggunakan
………………….…(8 )
I = Arus gangguan hubung singkat 3 fasa
Perhitungan Z0 eq : Z0 eq = Zt0 + 3RN + Z0 penyulang …………(7 ) Karena
dihitung
lokasi
gangguan
V = Tegangan fasa-netral system 20 kV = 20000 3
diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang, maka Z0
eq
= Vph
Z = Impedansi urutan positif ( Z1 eq )
yang didapat juga pada lokasi tersebut.
Sehingga arus gagguan hubung singkat 3
Gangguan Hubung Singkat 3 fasa
fasa dapat dihitung sebagai berikut : 20000
I3fasa=
V ph Z1eq
=
3 Z 1eq
=
11547 …………(9 ) Z 1eq
Gangguan Hubung Singkat 2 fasa Gambar 2 gangguan hubung singkat 3 fasa Kemungkinan terjadinya gangguan 3 fasa adalah putusnya salah satu kawat fasa yang letaknya paling atas pada transmisi
atau
distribusi,
dengan
Gambar 3 gangguan hubung singkat 2 fasa Kemungkinan terjadinya gangguan
konfigurasi kawat antar fasanya disusun secara vertikal. Kemungkinan terjadinya memang
sangat
kecil,
tetapi
dalam
analisanya tetap harus diperhitungkan. Kemungkinan lain adalah akibat pohon yang cukup tinggi dan berayun sewaktu
angin
kencang,
kemudian
menyentuh ketiga kawat pada transmisi atau distribusi.
2 fasa disebabkan oleh putusnya kawat fasa tengah pada transmisi atau distribusi. Kemungkinan lainnya adalah dari rusaknya isolator
di
transmisi
atau
distribusi
sekaligus 2 fasa. Gangguan seperti ini biasanya mengakibatkan 2 fasa ke tanah. I=
V Z
………………………(10 )
Sehingga arus gagguan hubung singkat 2 fasa dapat dihitung sebagai berikut :
14
Fajar Pranayuda, Achmad S, M. Tony P
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012
I2fasa=
V ph − ph Z 1eq + Z 2 eq
=
20000 .……(11 ) Z1eq + Z 2eq
ISSN 1979-7451 V = Tegangan Fasa – Netral system 20 kV =
20000 3
Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa juga
= Vph
dihitung untuk lokasi gangguan yang
Z = Jumlah impedansi urutan Positif ( Z1 eq
diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75%
) dan urutan Negatif (Z2 eq ) dan Impedansi
dan 100% panjang penyulang dianggap
ururan Nol ( Z0 eq )
nilai Z1eq=Z2eq, sehingga persamaan arus
I1fasaketanah=3xI0
gangguan hubung singkat 2 fasa di atas
Sehingga arus gagguan hubung singkat 1
dapat di sederhanakan menjadi :
fasa ketanah dapat dihitung sebagai berikut
I2fasa=
V ph − ph 2 xZ1eq
………….......(14 )
: ……………………(12 ) I1fasa=3xI0=
Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa ke tanah
3x Z 1eq
3 xV ph Z 1eq + Z 2 eq + Z 0 eq
=
20.000
34641.016 3 = …(15 ) + Z 2 eq + Z 0 eq 2 * Z 1eq + Z 0eq Arus gangguan 1 Fasa ketanah juga
dihitung untuk lokasi gangguan yang di asumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang. Gambar 6. Gangguan hubung singkat 1 fasa
Over Current Relay (OCR) OCR
bekerjanya
berdasarkan
Kemungkinan terjadinya gangguan
adanya kenaikan arus yang melebihi suatu
satu fasa ke tanah adalah back flashover
nilai pengaman tertentu dalam jangka
antara tiang ke salah satu kawat transmisi
waktu tertentu, sehingga relai ini dapat
dan
dipakai sebagai pola pengaman arus lebih.
distribusi.
tersambar
tahanan kaki tiangya cukup rendah namun
berdasarkan besaran arus lebih akibat
bisa juga gangguan fasa ke tanah ini terjadi
adanya gangguan hubung singkat dan
sewaktu
fasa
memberikan perintah trip ke PMT sesuai
transmisi/distribusi tersentuh pohon yang
dengan karakteristik waktunya sehingga
cukup tinggi dll.
kerusakan alat akibat gangguan dapat
V Z
satu
besar
tiang
Prinsip kerja OCR yang bekerjanya
salah
yang
setelah
walaupun
I=
petir
Sesaat
kawat
……………………………(13 )
Analsis Penyetelan Proteksi.....
dihindari.
15
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012
ISSN 1979-7451
2. Untuk
OCR
yang
terpasang
di
incoming trafo dihitung berdasarkan arus nominal trafo tersebut. Relai inverse diset sebesar 1.05 – 1.1*Ibeban, definit diset sebesar 1.2 – 1.3*Ibeban. Persyaratan
lain
yang
harus
dipenuhi adalah bahwa penyetelan waktu minimum dari relai arus lebih ( terutama di
Gambar 5. Prinsip kerja OCR [1]
penyulang ) tidak lebih kecil dari 0.3 detik.
Koordinasi OCR Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, pada tahap selanjutnya dipergunakan
untuk
menentukan
nilai
setelan arus lebih, terutama nilai setelan Tms (Time Multiple Setting) dari OCR dari
Pertimbangan ini diambil agar relai tidak sampai trip lagi akibat arus inrush dari trafo – trafo distribusi ketika penyulang PMT penyulang tersebut dimasukan. Setelan OCR[1] Untuk menghitung nilai setelan arus
jenis inverse. Di samping itu setelah nilai setelan relai didapatkan, nilai–nilai arus gangguan hubung singkat pada setiap lokasi gangguan yang diasumsikan dipakai untuk memeriksa kerja OCR, apakah masih dapat dinilai selektif atau nilai setelan harus diubah ke nilai lain yang memberikan kerja relai yang lebih selektif atau didapatkan kerja selektifias
yang
optimum
(relai
bekerja
terlalu
lama
tetapi
yang
baik).
tidak
menghasilkan
selektifitas
lebih dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : -
Nilai Setelan relai penyulang 20 kV
Iset(primer) = 1.05 x Ibeban Iset(sek) = Iset(primer) x
) t=
0.14 xTms I fault I set
incoming trafo, artinya : OCR
yang
terpasang
di
penyulang dihitung berdasarkan arus beban maksimum yang mengalir di penyulang tersebut.
16
……(17 )
Setelan Waktu/Time Multiple Setting ( Tms
Sedangkan untuk setelan OCR dihitung di
1. Untuk
1 RatioCT
(1.16 )
Tms =
………..(18 )
0.02
−1
I fault tx I set
0.02
0,14
− 1 ….(19 )
Nilai Setelan incoming 20 KV trafo tenaga Arus nominal trafo pada sisi 20 KV :
Fajar Pranayuda, Achmad S, M. Tony P
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012
In ( sisi 20 kV) =
kVA
Nilai setelan Tms yang didapat
.................(20 )
kVx 3
masih
Iset (primer)= 1.05 x Ibeban ........................(21 ) Iset (sekunder) = Iset (primer) .x
1 RatioCT
0,14 xTms I fault I set
diuji
lagi
dengan
arus
gangguan yang lain seperti arus gangguan
fasa yang terjadi di lokasi lain misalnya pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang
………….……(23 )
0.02
harus
hubung singkat untuk lokasi gangguan 3
(22 )
Setelan Waktu ( Tms) t=
ISSN 1979-7451
−1
penyulang. Demikian juga untuk jenis gangguan hubung singkat 2 fasa yang besar arus gangguannya juga sudah dihitung.
Besarnya beda waktu ini dipengaruhi oleh
Dengan cara yang sama dihitung
beberapa hal, yaitu :
nilai Tms pada GFR
- Kesalahan relai penyulang : 0.2–0.3 detik
berdasarkan
- Waktu pembukaan PMT sampai hilangnya
gangguan satu fasa ke tanah, sehingga
bunga api
: 0.1 detik
hasil
yang tentunya
perhitungan
arus
dengan demikian lengkap sudah setelan
- Over Shoot
: 0.05 detik
relai yang diperlukan di dalam sistem
- Faktor keamanan
: 0.05 detik
penyaluran distribusi yang dipasok dari
Selisih
waktu
kerja
relai
di
trafo tenaga gardu induk.
incoming 20 kV ( sisi hulu ) lebih lama 0.4
Untuk penyulang lain dapat diulangi
detik dari waktu kerja relai di penyulang
perhitungan seperti yang sudah dilakukan
(sisi hilir) di sebut grading time, yang
tetapi data yang dimasukkan bedanya hanya
maksudnya agar relai di incoming 20 kV
pada data penyulang, baik nilai impedansi
memberikan kesempatan relai di penyulang
per km nya atau panjangnya.
bekerja lebih dahulu.
Selektifitas Kerja OCR
Untuk itu, nilai Tms yang akan
Hasil perhitungan setelan OCR yang
disetkan pada relai arus lebih di incoming
didapat pada bab IV masih harus diperiksa
20 KV dihitung dengan menggunakan
apakah untuk nilai arus gangguan hubung
rumus yang sama :
singkat yang lain, waktu kerja OCR yang
Tms =
I fault tx I set
0.02
0,14 Dimana
− 1
terpasang di penyulang dan yang terpasang di incoming trafo tenaga 20 kV sudah .……(25 )
t = waktu set OCR
penyulang + waktu koordinasi
Analsis Penyetelan Proteksi.....
bekerja
selektif,
tetapi
masih
harus
diperiksa apakah memberikan beda waktu kerja (grading time) yang terlalu lama.
17
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012
Untuk Grading Time yang terlalu
ISSN 1979-7451
pergeseran
tegangan
bila
sistemnya
lama, bila terjadi kegagalan kerja OCR di
menggunakan relai tegangan urutan nol.
penyulang, maka OCR di incoming 20 kV
Maka relai ini tidak boleh bekerja bila
dalam hal ini bekerja sebagai pengaman
terjadi pergeseran tegangan pada keadaan
cadangan
normal.
menjadi
mengetripkan
terlalu
PMTnya
lama
sehingga
bisa
Vo = 30% x V Vo = Penyetelan relai tegangan urutan nol
merusak trafo. Pemeriksaan ini dilakukan terutama
V = Tegangan nol
pada OCR jenis standar inverse, karena
Penyetelan
setelan waktu Tms pada OCR jenis inverse
Pentanahan Langsung
GFR
pada
Sistem
Penyetelan relai gangguan tanah
bukan menunjukkan lamanya waktu kerja relai tersebut. Lamanya waktu kerja relai ini
pada sistem ini adalah :
ditentukan oleh besarnya arus gangguan
Iset = ks x Ivb
yang mengalir di relai. Makin besar arus
Iset = Penyetelan arus gangguan tanah
gangguan yang mengalir di relai, makin
Ivb = Arus tidak seimbang yang mungkin
cepat
terjadi
kerja
kontaknya
relai
yang
tersebut
kemudian
menutup mentripkan
Ks
= Faktor keamanan, digunakan 1.2 –
PMT.
1.5.
Ground Fault Relay (GFR)
2.3.3.
Gangguan satu fasa ke tanah sangat tergantung dari jenis pentanahan dan
Penyetelan
GFR
1.
GFR pada SUTM
Iset = 10% x Io
umumnya
bukan
merupakan
Iset = Penyetelan arus relai
singkat
melalui
tahanan
sehingga
arus
gangguannya
gangguan, menjadi
semakin kecil dan tidak bisa terdeteksi oleh OCR. Dengan demikian diperlukan relai
Io=Arus
gangguan
terkecil
(ujung
penyulang) 2.
Ground Fault Relai ( GFR ) pada SKTM
pengaman gangguan tanah.
Iset = ks x IsCE
Penyetelan GFR pada Sistem Tanpa
Iset = Penyetelan arus
Pentanahan.
IsCE = Arus kapasitif saluran
Pada sistem ini arus gangguan satu
Sistem
Pentanahan Melalui Tahanan Rendah
sistemnya. Gangguan satu fasa ke tanah hubung
pada
yang
terpanjang operasinya
fasa ke tanah relatif kecil namun terjadi
18
Fajar Pranayuda, Achmad S, M. Tony P
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012 Ks
= Faktor keamanan digunakan 1.2 –
1.5. Penyetelan
GFR
pada
Sistem
Pentanahan Melalui Tahanan Tinggi Pada sistem ini arus gangguan satu
ISSN 1979-7451 Ratio CT
: 300/5
Ground Resistan
: 12 ohm
Data Penyulang 20 kV Nama penyulang
: Cimalaka
Jenis penyulang
:
•
fasa ke tanah besarnya hanya 23 A dan
SUTM = dengan jenis penghantar
tidak jauh dengan kapasistansi ke tanah.
A3C150,A3C70,A3C35 = 48.445
Artinya arus kapasistansi ke tanah tidak
km •
dapat diabaikan terhadap arus resistif. Adapaun
relai
yang
digunakan
SKTM = dengan jenis penghantar kebel AL240 = 0.980 km.
adalah relai gangguan tanah berarah. Relai
Panjang Saluran
ini sangat sensitif dengan karakteristik
Data Teknis Kabel
waktu tertentu. Relai ini mendapat suplai
Tabel 1. Panjang Saluran dan
dari arus urutan nol tegangan urutan nol.
Penghantar
Setelan minimum relai gangguan ini adalah No.
1 A. Jika
Is
minimum
masih
bisa
1
: 49,425 km
Jenis
Panjang
Impedansi
Impedansi
penghantar
(km)
Urutan
Urutan Nol
Positif (Z1)
(Z0)
0,125
0,275
Kabel
0,980
2
A3C150
32,133
Iset. Maka tahanan gangguan Rf maksimum yang masih menyebabkan relai bekerja
+
j0,097
AL240
menyebabkan relai bekerja adalah 1.25 x
0,216
A3C70
12,611
0,461
+
4
A3C35
3,701
ranting pohon atau kawat putus menyentuh
0,9217
+
[Sumber : PLN]
METODE PENELITIAN
Data OCR dan GFR
Data Trafo Tenaga
Sisi Penyulang :
Transformator I
Rasio CT ( Outgoing ): 300 / 5
+
Merk
: Hyundai
Karakteristik
Tipe
: TM - 310
Sisi Incoming :
Kapasitas
: 10 MVA
Rasio CT ( Incoming) : 300 / 5
Tegangan
: 70/20 kV
Karakteristik
Impedansi
: 9,86 %
PEMBAHASAN
I nominal 20 kV
: 289 A
Menghitung Impedansi Sumber
0,609
1,0697 j1,6665
: Standard Inverse
: Standard Inverse
Data hubung singkat = 4.047 kA Analsis Penyetelan Proteksi.....
+
+
j1,645
j0,3790
tanah diharapkan relai bekerja.
0,363 j1,618
j0,357
sekitar 8500 ohm. Jadi akibat sentuhan
+
j0,029
j0,331 3
Jenis
19
+
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012
MVA(hs)
=
3 xVLL x Data
ISSN 1979-7451
Z1 eq = Z2 eq= Zs1 + Zt1 + Z1penyulang
Hubung
Z1 eq = Z2 eq = j4.755 + 0 = j4.755 Ω/km
0%
Singkat
Z1 eq = Z2 eq =j4.755
25%
=
(2.579+j
3.861
)
Z1 eq = Z2 eq = j4.755 + ( 5.249+j 8.933 ) =
50%
3 x (70 x10 3 ) x ( 4,047 x10 3 )
5.249 + j13.688 Ω/km
8.887 + j16.898 Ω/km
kV 2 70 2 = = 9,986 Ohm MVA 490.673
Xs(LV/sisi 20 kV) =
Z1 eq = Z2 eq = j4.755 + ( 8,887+j 12.143 ) =
75%
= 490.673 MVA Xs(HV) =
+
=2.579+j8.616 Ω/km
20 2 9,986 = 0,815 70 2
Z1 eq = Z2 eq = j4.755 + (16,288 +j 16.636 ) =
100%
16,288 + j 21.391 Ω/km
Lokasi gangguan diasumsikan terjadi 25 %,
Ohm
50 %, 75 % dan 100 % panjang penyulang,
3.2.2. Menghitung Reaktansi Trafo
maka perhitungan Z0eq ditunjukkan pada tabel
RN = 12Ω
Tabel 3. Impedansi Ekivalen Jaringan Z0eq
20 2 kv 2 = = 40 Ohm XT(100%) = MVA 10
Jarak Gangguan
Z0 eq = Zt0 + 3RN + Z0 penyulang
XT1 = XT2 = 9,86% x 40 = 3,94 Ohm
pada
trafo
Z0eq
0%
Z0eq
25%
tenaga
adalah
hubungan YY dan tidak mempunyai delta Xt0= 10 x
di dalamnya, maka besarnya
= j39.4 + 36 +( 4.399+j12.972 )
= 40.399 + j 52.372 Ω/km Z0eq
50%
= j39.4 + 36 + (8.885 + j 38.428
) = 44.885 + 77.828 Ω/km Z0eq
75%
= j39.4 + 36 + ( 14.343+j 58.527
) = 50.343 + j97.927 Ω/km
3,94 = 39,4 ohm.
Z0eq
100%
Menghitung
= j39.4 + 36 + 0 = 36 + j39.4
Ω/km
Reaktansi Urutan Nol (Xt0) Belitan
Impedansi Ekivalen Jaringan Z0eq
Impedansi
Ekivalen
= j39.4 + 36 + ( 23.573 +j79.188
) = 59.573 + j118.588 Ω/km
Jaringan Perhitungan Z1 eq dan Z2 eq :
Arus Gangguan Hubung Singkat
Z1 eq = Z2 eq
Tabel 4. Perhitungan Arus Hubung Singkat
= Zs1 + Zt1 + Z1penyulang
= j0.815 + j3.94 + Z1penyulang= j4.755 + Z1penyulang
Lokasi
gangguan
diasumsikan
terjadi pada titik 25 %, 50%, 75%, 100% panjang penyulang, maka Z1
eq
= (Z2
yang ditunjukkan pada tabel
3 Fasa Jarak
I 3 fasa =
eq)
Impedansi Ekivalen Jaringan
Gangguan
Z1 eq = (Z2 eq)
20
V ph Z1eq
0%
11547 = 2428.391A 0 + j 4.755
25%
11547 = 1285.930A 2.529+ j8.616
Tabel 2. Impedansi Ekivalen Jaringan Jarak
Arus Hubung Singkat 3 fasa
Gangguan (%)
Fajar Pranayuda, Achmad S, M. Tony P
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012 50%
11547 = 787.658A 5.249+ j13.688
75%
11547 = 604.794A 8.887+ j16.898
100%
ISSN 1979-7451 50%
34641,016 2(5.249 + j13 .688 ) + (44 .885 + j 77 . = 291.367 A
75%
34641,016 2(8.887 + j16.898) + (50.343+ j97.927) = 233.598 A
11547 = 429.475A 16.288 + j 21.391
100%
34641,016 2(16.288 + j 21.391) + (59.573 + j118.588 = 186.415 A
Tabel 5. Perhitungan Arus Hubung Singkat 2 Fasa Jarak
Menghitung Setelan OCR Arus Hubung Singkat 2 Fasa
Gangguan (%)
0%
25%
50%
75%
100%
I 2 fasa =
Nilai Setelan relai penyulang 20 kV
V ph − ph
Iset(primer) = 1.05 x Ibeban = 1,05x300 A = 315
2 * Z1eq
A
20000 = 2103,049 A 2(0 + j 4.755)
20000 = 1105.343A 2(2.579+ j8.616)
= 315 x
20000 = 682.132A 2(5.249+ j13.688)
t=
20000 = 523.768A 2(8,887 + j16.898)
0,14 xTms I fault I set
20000 = 371.937A 2(16.288+ j21.391)
Tabel 6. Perhitungan Arus Hubung Singkat
an
Arus Hubung Singkat 1 Fasa
(%) 0%
I 1 fasa =
3 * V ph Z 1eq + Z 2 eq + Z 0 eq
34641.016 2(0 + j 4.755) + (36.00 + j 39.4 )
Analsis Penyetelan Proteksi.....
−1
I fault tx I set
0.02
− 1
0,14
Nilai Setelan incoming 20 kV trafo tenaga =
34641,016 2(2.579 + j8.616) + (40.399 + j52.372) = 416.421 A
0.02
detik
570.406 A 25%
2428.391 0.02 0 .3 x − 1 315 = 0,089 Tms = 0,14
1 Fasa Ganggu
5 = 5,25 Amper 300
Setelan waktu ( Tms )
Tms =
Jarak
1 RatioCT
Iset(sek) = Iset(primer) .
Data trafo sebagai berikut : Kapasitas = 10 MVA Tegangan = 70 / 20 kV Impedansi= 12%
21
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012
ISSN 1979-7451
CT Rasio = 300/5 A (sisi incoming 20 kV)
Nilai Setelan Arus (I set) :
Arus nominal trafo pada sisi 20 kV :
I set (primer) = 8% x Arus gangguan
In ( sisi 20 kV)
= =
Iset (primer)
hubung singkat ke tanah terkecil
kVA kVx 3 10000 20 3
= 8 % x 186.415 A = 14,913 A
= 288,68 A
I set (sek) = 14.913 A x
Nilai Setelan Waktu (Tms) :
= 1,05 x Ibeban
Ifault 0 ,02 tx − 1 Iset = 0,259 detik = 0,14
= 1,05 .x288,68 = 303,11 A Iset (sekunder) = 303.11 x
5 = 0,249 A 300
5 = 5,05 Amper 300
Tms
Setelan Waktu ( Tms)
I fault 0.02 − 1 tx I set Tms = 0,14
Selisih Waktu Kerja OCR 1. Gangguan Hubung singkat 3 Fasa Tabel 7. Selisih Waktu Kerja OCR arus
2428,391 0.02 (0,3 + 0,4)x − 1 303 , 11 = 0,212 = 0,14
gangguan Hubung Singkat 3 Fasa Lokasi
Waktu
Waktu Kerja
Selisih Waktu
Gangguan (% panjang)
Kerja Relai
Relai
(GraddingTim
Incoming
Penyulang
e) (detik)
(detik)
(detik)
0%
0.698
0.299
0.399
25%
1.012
0.437
0.575
I set (primer) = 10 % x Arus gangguan
50%
1.539
0.674
0.865
hubung singkat ke tanah terkecil
75%
2.134
0.948
1.186
100%
3.744
2.004
1.740
det
Perhitungan Setelan GFR a. Sisi Penyulang
= 10 % x 186.415 A = 18,642 A I set(sek) = I set (prim) x = 18,642 A x
1 RasioCT
5 = 0,311 A 300
Nilai Setelan Waktu (Tms) :
Tms
Ifault 0 ,02 tx − 1 Iset = 0,100 detik = 0,14
b. Sisi Incoming 20 kV
22
2. Gangguan Hubung singkat 2 Fasa Tabel 8. Selisih Waktu Kerja OCR arus gangguan Hubung Singkat 2 Fasa Lokasi
Waktu
Waktu
Selisih Waktu
Gangguan
Kerja
Kerja Relai
(GraddingTime)
(%
Relai
Penyulang
(detik)
panjang)
Incoming
(detik)
(detik)
0%
0.751
0.322
0.429
Fajar Pranayuda, Achmad S, M. Tony P
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012
ISSN 1979-7451
25%
1.119
0.490
0.629
50%
1.815
0.800
1.015
75%
2.698
1.219
1.479
Dari tabel perbandingan arus hubung
100%
7.237
3.743
3.494
singkat diatas terlihat jelas bahwa data yang
1 Fasa ke Tanah
570.406 A
570.04 A
hitung dengan data yang diperoleh di Tabel 9. Selisih waktu kerja GFR untuk gangguan hubung singkat satu
fasa ke
lapangan tidaklah berbeda jauh. Adapun perbedaan ini disebabkan karena faktor alat ukur dan pembacaan alat ukur itu sendiri
tanah Waktu
Kerja
Waktu Kerja di
Selisih Waktu
Lokasi
Relai di
Relai
Gangguan
Incoming 20 kV
Penyulang 20
(Grading
(%)
(detik)
kV (detik)
0%
0.479
0.198
0.281
25 %
0.526
0.218
0.308
50 %
0.592
0.246
0.346
sehingga antara data yang terukur di lapangan dengan data hasil perhitungan
Time) (detik)
tidak sama persis. Setelan OCR dan GFR Tabel 11. Perbandingan setelan OCR Setelanan Relai
Data
Data
Hasil
di Lapangan
Perhitungan
75 %
0.640
0.269
0.371
100 %
0.699
0.297
0.402
Komparasi analisa hasil perhitungan dan
Iset (penyulang)
1.05 x In 1.00 x In A
Tms(Penyulang) 0,089
0,07
Iset (incoming)
1.01 x In 1.1 x In A
Tms (Incoming)
0,212
0,3
data di lapangan Data yang didapat dari lapangan dianalisa dengan cara dibandingkan dengan
Tabel 12. Perbandingan setelan GFR Setelanan Relai
hasil perhitungan secara manual
Data Hasil
Data
Perhitungan
di Lapangan
0.06 x In A
Arus Gangguan Hubung Singkat di bus 20
Iset (penyulang)
kV
Tms(Penyulang) 0.100
Tabel 10. Perbandingan arus gangguan hubung singkat di bus 20 kV Jenis Gangguan
Data Hasil
Hubung Singkat
Perhitungan
3 Fasa
2428.391 A
2 Fasa
2103.049 A
Data di Lapangan
0.18 x In A 0.07
Iset (incoming)
0.04 x In A
0,2 x In A
Tms (Incoming)
0.259
0.25
Dari tabel perbandingan setelan OCR dan GFR diatas, setelan arus antara data hasil perhitungan dengan data yang di
2426.25 A
lapangan pada setelan arus OCR terlihat 2101.19 A
Analsis Penyetelan Proteksi.....
berbeda, data yang tercatat di lapangan 23
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012
ISSN 1979-7451
pada sisi Incoming lebih besar dari data
Pemeriksaan Selektifitas Waktu Kerja Relai
yang dihitung, begitupun sebaliknya data
Tabel 13. Selisih waktu kerja antara relai
yang
disisi incoming 20 kV dengan relai disisi
tercatat
di
lapangan
pada
sisi
penyulang lebih kecil dari data hasil yang
penyulang 20 kV
dihitung, hal tersebut karena data yang tercatat di lapangan telah dibulatkan sesuai dengan range setelan arus sesuai dengan jenis relai yang digunakan. Sementara
Grading
Grading Time
Lokasi
Time Untuk
Untuk
Untuk
Ganggua
Gangguan
Gangguan
Gangguan
n
Hubung
Hubung Singkat
Hubung Singkat
(%)
Singkat
2 Fasa
1 Fasa ke Tanah
3 Fasa
(detik)
(detik)
setelan arus antara data hasil perhitungan dengan data yang di lapangan pada setelan arus GFR juga terlihat berbeda, data yang
Grading Time
(detik) 0%
0.399
0.429
0.281
25 %
0.575
0.629
0.308
50 %
0.865
1.015
0.346
tercatat di lapangan pada sisi Incoming dan
75 %
1.186
1.479
0.371
penyulang lebih besar dari data hasil yang
100 %
1.740
3.494
0.402
dihitung. Perbedaan setelan tms antara hasil
Dari tabel diatas terlihat jelas bahwa
perhitungan dengan setelan tms yang
semakin jauh lokasi
tercatat di lapangan pada setelan tms OCR
semakin besar waktu kerja relainya, itu
terlihat jelas berbeda, data yang tercatat di
terjadi karena semakin jauh jarak gangguan
lapangan pada sisi Incoming lebih besar
dari relai maka arus hubung singkatnya pun
dari
semakin kecil sehingga selisih waktu kerja
data
yang
dihitung
sedangkan
sebaliknya dengan data yang tercatat di
relai pun semakin besar.
lapangan pada sisi penyulang lebih kecil
Kesimpulan
gangguan, maka
dari data hasil yang dihitung, hal tersebut
Kesimpulan yang dapat dikemukakan
karena pada setelan tms yang tercatat di
dari analisis penyetelan proteksi penyulang
lapangan merupakan data hasil pembulatan
CMLK di gardu induk Sumedang adalah
dari nilai tms perhitungan dengan jenis relai
sebagai berikut :
berbeda. Sementara pada setelan tms antara
1. Arus Gangguan Hubung Singkat
hasil perhitungan dengan setelan tms yang
Dari hasil perhitungan arus gangguan
tercatat di lapangan pada setelan GFR juga
hubung singkat, arus gangguan hubung
terlihat jelas berbeda, data yang tercatat di
singkat terbesar terjadi pada jarak 0 %
lapangan pada sisi Incoming dan penyulang
dari panjang penyulang atau pada bus
lebih kecil dari data hasil yang dihitung.
bar 20 kV yaitu sebesar 2428.391 A
24
Fajar Pranayuda, Achmad S, M. Tony P
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012
ISSN 1979-7451
untuk arus gangguan hubung singkat
Iset = 1.01 x In A dan tms = 0.212
tiga fasa, 2103.049 A untuk arus
detik
gangguan hubung singkat dua fasa, dan
Data yang terpasang di lapangan untuk
570.406 A untuk arus gangguan hubung
setelan arus ( Iset ) dan waktu tunda (
singkat satu fasa ke tanah. Sedangkan
tms ) adalah Iset = 1.1 x In A, tms =
arus gangguan hubung singkat terkecil
0.3detik
terjadi pada jarak 100 % dari panjang
Hal tersebut menunjukkan bahwa setelan
penyulang atau pada ujung penyulang
arus ( Iset ) dan waktu tunda ( tms ) di
yaitu sebesar 429.475 A untuk arus
sisi incoming yang terpasang pada
gangguan hubung singkat tiga fasa,
penyulang Cimalaka di Gardu Induk 70
371.937 A untuk arus gangguan hubung
kV
singkat dua fasa, dan 186.415 A untuk
perlu disetel ulang.
arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah. 2. OCR
Sumedang masih baik dan belum
3. GFR Sisi penyulang 20 kV : Hasil perhitungan untuk setelan arus (
Sisi penyulang 20 kV :
Iset ) dan waktu tunda ( tms ) didapat,
Hasil perhitungan untuk setelan arus (
Iset = 0.06 x In Adan tms = 0.100 detik
Iset ) dan waktu tunda ( tms ) didapat,
Data yang terpasang di lapangan untuk
Iset = 1.05 x In A dan tms = 0.089
setelan arus ( Iset ) dan waktu tunda (
detik
tms ) adalah Iset = 0.18 x In A, tms =
Data yang terpasang di lapangan untuk
0.07 detik
setelan arus ( Iset ) dan waktu tunda (
Walaupun setelan arus ( Iset ) dan
tms ) adalah Iset = 1.00 x In A , tms =
waktu tunda ( tms ) yang terpasang pada
0.07detik
penyulang Cimalaka di Gardu Induk
Hal tersebut menunjukkan bahwa setelan
Sumedang kurang sesuai dengan hasil
arus ( Iset ) dan waktu tunda ( tms ) yang
perhitungan namun belum perlu disetel
terpasang pada penyulang Cimalaka di
ulang karena ada kebijakan dari PLN.
Gardu Induk Sumedang masih baik dan
Sisi Incoming 20 kV :
belum perlu disetel ulang.
Hasil perhitungan untuk setelan arus (
Sisi Incoming 20 kV :
Iset ) dan waktu tunda ( tms ) didapat,
Hasil perhitungan untuk setelan arus (
Iset = 0.04 x In A dan tms = 0259 detik
Iset ) dan waktu tunda ( tms ) didapat,
Analsis Penyetelan Proteksi.....
25
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012
ISSN 1979-7451
Data yang terpasang di lapangan untuk
(GFR) pada Transformator I-IBT 60
setelan arus ( Iset ) dan waktu tunda (
MVA di Gardu Induk Cigereleng.
tms ) adalah Iset = 0.2 x In A, tms =
Bandung : Itenas. Rao, TS Madhva, 1999. Power System
0.25detik Walaupun
setelan arus ( Iset ) dan
waktu tunda ( tms ) di incoming yang terpasang pada penyulang Cimalaka di
Protection Static Relays. New Delhi: Tata Mc Graw Hill. Sulasno, Ir, 2001. Analisis Sistem Tenaga
Gardu Induk 70 kV Sumedang tidak
Listrik,
terlau
Universitas Diponegoro.
signifikan
dengan
hasil
perhitungan namun belum perlu disetel
Daftar Pustaka Budi Utomo, Heri. Ir, 2004. Modul
Tegangan
:
Proteksi
Menengah.
Penyulang Bandung
II.
Semarang
:
Sunarto Ir, 2005. Modul Perkuliahan : Proteksi Sistem Tenaga. Bandung :
ulang karena ada kebijakan dari PLN.
Perkuliahan
Jilid
:
Politeknik Negeri Bandung. Tohir, Toto, 2005. Analisis Sistem Tenaga Listrik. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
Politeknik Negeri Bandung. Kadarisman, Pribadi dan Wahyudi S.N MT, 2005. Makalah : Dampak Trafo Tenaga Besar Terhadap Kinerja Proteksi dan Tegangan Pelayanan. Jakarta : PT. Jalamas Berkatama. M Faulkenberry, Luces. 1996. Electrical Power Distribution and Tranmision. New Jersey: Practice Hall. Inc. Marsudi, Djiteng, 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Pusat Pendidikan dan Latihan PLN, 2004. Kursus Pengaman Sistem Distribusi. Jakarta : PLN Putriani
Yogosara,
Dewi.
2005.
Perhitungan Setting Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay 26
Fajar Pranayuda, Achmad S, M. Tony P